Anda di halaman 1dari 46

Accelerat ing t he world's research.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS


MODEL UNTUK SIMULASI
RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
Martheana Kencanawati

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Mahmud Ahmad
t ika pabundu

PANDUAN HEC-HMS
pra bowo

PENDUGAAN DEBIT BANJIR BERDASARKAN CURAH HUJAN DI SUBDAS CILUT UNG -CIMANUK JAWA BAR…
Segel Gint ing
LAPORAN APLIKASI HEC HMS
MODEL UNTUK SIMULASI
RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN

PROGRAM PASCASARJANA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


Management Rekayasa Sumber Daya Air
HIDROLOGI TERAPAN
1

Introduction

Secara geografis Indonesia terletak diantara dan


. Posisi geografis ini membuat Indonesia menerima
penyinaran matahari sepanjang tahun dan membuat Indonesia berada
pada kawasan iklim tropis. Indonesia yang memiliki iklim tropis
memiliki dua musim dalam satu tahunnya, yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Musim hujan disebabkan karena adanya pergerakan
angin muson barat yang membawa uap air, sehingga saat berjalan
melewati Indonesia berpotensi turun hujan. Angin muson barat ini
terjadi pada bulan Oktober sampai April, oleh karena itu pada bulan-
bulan tersebut Indonesia mengalami musim hujan.

Hujan yang turun di daratan akan menjadi limpasan dan sebagian akan
masuk ke dalam permukaan tanah (infiltrasi) menjadi air tanah.
Daratan/kawasan yang menerima dan menampung air hujan ini disebut
dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). Proses hidrologi DAS merupakan
hubungan antara masukan/inflow berupa hujan, proses, dan keluaran
berupa aliran. Proses alih ragam hujan menjadi aliran sungai
merupakan proses alamiah yang sangat kompleks. Dalam
menyederhanakan proses yang kompleks tersebut diperlukan
pendekatan model hujan-aliran.

Model hujan-aliran digunakan untuk memprediksi nilai runoff harian


maupun bulanan yang didasarkan pada data hujan, penguapan dan
parameter karakteristik DAS setempat.

Hydrologic Engineering Center Hydrologic Modelling System (HEC-


HMS) merupakan salah satu model hujan-aliran yang cukup dikenal

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
2

dan banyak digunakan. Model HEC-HMS dikembangkan oleh


Hydrologic Engineering Center milik US Army Corps of Engineers.

HEC-HMS memiliki fasilitas kalibrasi maupun simulasi model


distribusi, model menerus dan kemampuan membaca data GIS. Selain
itu, program HEC-HMS digunakan untuk simulasi perhitungan
limpasan permukaan serta penelusuran banjir pada suatu daerah aliran
sungai, baik itu dalam kondisi eksisting maupun dalam keadaan
terkontrol atau terencana, perhitungan aliran dasar (baseflow), evaluasi
bangunan pengendali air serta presipitasi air hujan. Program HEC-HMS
memiliki beberapa model yang terpisah dimana masing–masing model
memiliki input yang berbeda-beda, namun pada dasarnya sama-sama
menggunkan data hujan harian bahkan jam-jaman.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
3

Bab 2. Review Literature

2.1 Banjir
Berdasarkan SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam Suparta 2004, bahwa
banjir adalah aliran air yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur
sungai atau saluran.
Kerawanan banjir adalah keadaan yang menggambarkan mudah atau
tidaknya suatu daerah, terkena banjir dengan didasarkan pada faktor-
faktor alam yang mempengaruhi banjir antara lain faktor meteorologi
(intensitas curah hujan, distribusi curah hujan, frekuensi dan lamanya
hujan berlangsung) dan karakteristik daerah aliran sungai (kemiringan
lahan/kelerengan, ketinggian lahan, testur tanah dan penggunaan lahan)
(Suherlan, 2001).
Istilah banjir terkadang bagi sebagian orang disamakan dengan
genangan, sehingga penyampaian informasi terhadap bencana banjir di
suatu wilayah menjadi kurang akurat. Genangan adalah luapan air yang
hanya terjadi dalam hitungan jam setelah hujan mulai turun. Genangan
terjadi akibat meluapnya air hujan pada saluran pembuangan sehingga
menyebabkan air terkumpul dan tertahan pada suatu wilayah dengan tinggi
muka air 5 hingga >20 cm. Sedangkan banjir adalah meluapnya air hujan
dengan debit besar yang tertahan pada suatu wilayah yang rendah dengan
tinggi muka air 30 hingga > 200 cm.
Menurut M. Syahril (2009), Kategori atau jenis banjir terbagi
berdasarkan lokasi sumber aliran permukaan dan berdasarkan mekanisme
terjadinya banjir.Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya :
1. Banjir Kiriman (banjir bandang) : Banjir yang diakibatkan oleh
tingginya curah hujan didaerah hulu sungai.
2. Banjir lokal : banjir yang terjadi karena volume hujan setempat
yang melebihi kapasitas pembuangan disuatu wilayah.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
4

Berdasarkan mekanisme banjir tediri atas 2 jenis yaitu :


1. Regular Flood adalah Banjir yang diakibatkan oleh hujan
2. Irregular Flood adalah Banjir yang diakibatkan oleh selain hujan,
seperti tsunami, gelombang pasang, dan hancurnya bendungan.

Penyebab terjadinya banjir di suatu wilayah antara lain (IDEP,2007) :


1. Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan
selama berhari- hari.
2. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan
mengalir deras diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.
3. Buruknya penanganan sampah yaitu menyumbatnya saluran-saluran air
sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.
4. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah
menjadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya
serap air hujan. Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan
meningkatnya risiko banjir sampai 6 kali lipat dibanding tanah terbuka
yang biasanya mempunyai daya serap tinggi.
5. Bendungan dan saluran air yang rusak dimana menyebabkan banjir
terutama pada saat hujan deras yang panjang.
6. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak
tanaman mempunyai dayaserap air yang besar.
7. Di daerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga bisa
menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang.

Banjir yang terjadi dapat menimbulkan beberapa kerugian (Eko, 2003),


diantaranya adalah:
1. Bangunan akan rusak atau hancur akibat daya terjang air banjir,
terseret arus, terkikis genangan air, longsornya tanah dibawah
pondasi.
2. Hilangnya harta benda dan korban nyawa.
3. Rusaknya tanaman pangan karena genangan air.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
5

4. Pencemaran tanah dan air karena arus air membawa lumpur, minyak
dan bahan-bahan lainnya.

2.2 Analisa Kerawanan Banjir


Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah overlay dengan teknik
geoprocessing, yaitu tumpang susun dan menggabungkan semua peta yang
ada menjadi parameter banjir. Hasil dari overlay ini akan menjadi suatu
parameter baru dimana gabungan beberapa peta akan membentuk suatu
irisan-irisan yang dapat dijadikan parameter potensi banjir
(Sholahuddin,2015).
Untuk menentukan nilai dari parameter yang baru maka diperlukan suatu
persmaan matematis dengan cara menggabungkan antara skoring dan
pembobotan yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaannya adalah:
n
X   (Wi x Xi )
i 1 ................................................................................... (II.1)
Keterangan:
X = Nilai Kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas pada parameter ke-i

Hujan (Prespitasi)
Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang
paling penting. Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer
ke permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu komponen dalam suatu
proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem
hidrologi dan mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya. Presipitasi
adalah peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair atau beku) dari
atmosphere ke permukaan bumi. Presipitasi cair dapat berupa hujan dan
embun dan presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan es. Dalam uraian
selanjutnya yang dimaksud dengan presipitasi adalah hanya berupa hujan.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
6

Daerah tropis khususnya di Indonesia memiliki beberapa jenis hujan,


setidaknya terdapat 3 jenis hujan, antara lain:
1. Hujan Konvektif (Convectional Storms)
Hujan yang disebabkan oleh adanya beda panas yang diterima
permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara diatas
permukaan tanah tersebut. Beda panas umumnya terjadi pada musim
kering yang akan mengakibatkan hujan dengan intensitas tinggi sebagai
hasil kondensasi massa air basah pada ketinggian diatas 15 km.
2. Hujan Frontal (Frontal/Cyclonic Storms)
Tipe hujan yang diakibatkan oleh berrgulungnya dua massa
udara berbeda suhu dan kelembaban. Massa udara lembab yang hangat
dipaksa bergerak ke tempat yang lebih tinggi (suhu lebih rendah
dengan kerapatan udara dingin lebih besar).
3. Hujan Orografik (Orographic Storms)
Jenis hujan yang umum terjadi di daerah pengunungan yaitu
ketika massa udara bergerak ke tempat yang lebih tinggi mengikuti
bentang lahan pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi.
Ketika massa udara melewati daerah bergunung pada daerah dimana
angin berhembus (windward side) terjadi hujan orografik.
Pada lereng dimana gerakkan massa udara tidak atau kurang berarti
(leeward side), udara yang turun akan mengalami pemanasan dangan
sifat kering. Daerah ini disebut daerah bayangan, hujan yang turun
disebut hujan di daerah bayangan (jumlah hujan lebih kecil). Hujan
orografik dianggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan
karena berlangsung di hulu DAS. (Liona, 2017)

2.3 Analisis Hujan


2.3.1 Hujan Kawasan (Daerah Tangkap Air = DTA)

Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
7

hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang
luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah
tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga
rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam
dan/atau di sekitar kawasan tersebut (Suripin, 2004).

Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-
rata kawasan, yaitu rata-rata aljabar, polygon Thiessen, dan isohyet
(Suripin,2004)
1. Metode rata-rata aritmatik (aljabar)
Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di
beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan
kemudian dibagi jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan
dalam hitungan adalah yang berada dalam DAS, tetapi stasiun di
luar DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa
diperhitungkan.

Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :

1) Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.


2) Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS.
Rumus:

……………………………..……………(II.2)

dengan :
P = Curah hujan daerah (mm)
n = Jumlah titik-titik (stasiun-stasiun) pengamat hujan
P1, P2,…, Pn = Curah hujan di tiap titik pengamatan

Cara kerja:

1) Menyiapkan alat dan bahan


2) Menghitung jumlah total curah hujan di suatu wilayah
3) Menghitung curah hujan rata-rata dengan rumus Aritmatik yang
sudah ada

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
8

2. Metode Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun
yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS
dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun
yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun
mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran
stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata, pada metode ini
stasium hujan minimal yang digunakan untuk perhitungan adalah
tiga stasiun hujan. Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan
memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun.

Metode poligon Thiessen banyak digunakan untuk menghitung


hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk suatu
jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan
stasiun hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka
harus dibuat lagi poligon yang baru (Triatmodjo, 2015).

Gambar II.1 Poligon Thiessen


Sumber: Suripin, 2004

Rumus:

……………………………………………(II.3)

dengan :

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
9

P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)


P1,P2,...Pn = curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An = luas pengaruh masing masing stasiun(km2)

Cara Kerja:

1) Menyiapkan alat dan bahan


2) Menghubungkan titik-titik tempat stasiun terdekat berada pada
peta dengan garis lurus
3) Membentuk garis-garis yang menghubungkan titik-titik stasiun
menjadi bentuk segitiga.
4) Membagi garis lurus antara dua stasiun (garis 1) yang berdekatan
sama panjang
5) Menarik garis tegak lurus dari garis 1 pada titik pembagi garis
tersebut(garis 2)
6) Membagi luasan wilayah tiap stasiun berdasarkan garis 2
7) Menghitung luasan wilayah tiap stasiun
8) Menghitung cura hujan rata-rata dengan rumus Poligon Thiesen
yang sudah ada.
3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan
kedalaman hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa
hujan pada suatu daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata
dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut.

Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung


kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun
hujan harus banyak dan tersebar merata, metode Isohyet
membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2015).

( ) ( ) ( )
Rumus: ………………..(II.4)

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
10

dengan :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,2,3,…n = Curah hujan masing masing isohyet(mm)
A1,2,3…n = Luas wilayah antara 2 isohyet (km2)

Cara Isohyet

1) Menyiapkan alat dan bahan.,


2) Menghubungkan titik stasiun dengan curah hujan terbesar
dengan titik-titik stasiun yang lain dengan garis lurus.
3) Membagi garis lurus tersebut menjadi beberapa bagian dengan
interval yang sama.
4) Menghubungkan titik-titik dengan curah hujan sama menjadi
garis isohyet
5) Menghitung luas wilayah tiap stasiun berdasarkan garis-garis
isohyet tersebut
6) Menghitung besar rata-rata curah hujan dengan rumus Isohyet
yang sudah ada.

2.4 Cara Memilih Metode


Lepas dari kelebihan dan kelemahan ketiga metode yang tersebut di
atas, pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat
ditentukan dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut:
1. Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS
2. Luas DAS
3. Topografi DAS

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
11

Tabel II.1 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah


Berdasarkan Banyaknya Jaring-Jaring Pos Penakar Hujan.
Jaring-Jaring
pos penakar Metode
hujan
Jumlah pos Metode Isohyet,
penakar hujan Thiessen atau rata-rata
cukup aljabar dapat dipakai
Jumlah pos
Metode rata-rata aljabar
penakar hujan
atau Thiessen
terbatas
Pos penakar
Metode hujan titik
hujan tunggal
Sumber: Suripin,2004

Tabel II.2 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah


Berdasarkan Luas DAS.
Luas DAS Metode
DAS besar (>5000 km²) Metode Isohyet
DAS SEDANG (500 s/d 5000 km²) Metode Thiessen
DAS kecil (<5000 km²) Metode rata-rata aljabar
Sumber: Suripin,2004

Tabel II.3 Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Wilayah


Berdasarkan Topografi DAS.
Topografi DAS Metode
Pegunungan Metode rata-rata aljabar
Dataran Metode Thiessen
Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohyet
Sumber: Suripin,2004

II.1.Penggunaan Lahan (Land Use)


Penggunaan lahan adalah semua jenis penggunaan untuk pertanian,
lapangan olah raga, rumah mukim hingga rumah sakit dan kuburan. Tata
huna lahan dapat ditinjau menurut suatu wilayah (regional land use) secara
keseluruhan. Karena wilayah terdiri atas pedesaan dan perkotaan, maka tata
guna lahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1)tata guna lahan pedesaan
(rural land use) dan (2)tata guna lahan perkotaan (urban land use).
Pengertian-pengertian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan
berhubungan erat dengan aktivitas manusia dan sumberdaya lahan.
Penggunaan lahan sifatnya dinamis, mengikuti perkembangan kehidupan

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
12

manusia dan budayanya. Masyarakat menghadapi beberapa tantangan


khusus dalam mengelola sumberdaya lahan. Lahan sebagai tempat bagi
pertumbuhan tanaman atau tumbuh tumbuhan maupun kehidupan hewan,
bagi aliran air, bangunan, transportasi dan sebagainya. Dengan banyaknya
macam penggunaan lahan ini, maka dengan digunakannya sebidang lahan
akan mempengaruhi penggunaan yang lain yang sifatnya potensial. Jika
suatu wilayah diamati dalam suatu periode waktu tertentu maka akan
dijumpai suatu perubahan penggunaan lahan, yang sering juga disebut
sebagai konversi lahan. Konversi lahan dapat dibedakan atas dua, yaitu
bersifat musiman dan yang permanen (Hendri, 2017).

2.5 Kelerengan
Kelerengan adalah kenampakan permukaan alam yang memiliki beda
tinggi. Apabila dua tempat yang memiliki beda tinggi dibandingkan dengan
jarak lurus mendatar, maka akan diperoleh besarnya kelerengan.
Wentworth mengemukakan pembuatan peta kelas kelerengan diperoleh
melalui interpretasi peta rupa bumi Indonesia (RBI) dengan rumus sebagai
berikut:

(n - 1) x ki
x 100%
a x penyebutan skala peta
keterangan:
S adalah besar sudut lereng
n adalah Jumlah kontur interval
ki adalah kontur interval
a adalah panjang diagonal jaring dengan panjang rusuk 1 cm
Tabel II.4 Kelas Lereng
Kemiringan (%) Klasifikasi Kelas Untuk Indeks Banjir
0-8 Datar 5
8 - 15 Agak Miring 4
15 -25 Miring 3
25 - 45 Agak Curam 2
>45 Curam 1
Sumber : Hamdani, 2014

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
13

II.2. Sistem Informasi Geografis


SIG dapat diartikan sebagai suatu sistem terpadu dari hardware,
software, data, dan lineweare (orang – orang yang bertanggung jawab dalam
mendesain, megimplementasikan, dan menggunakan SIG) yang mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu
di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan memetakan hasilnya. Data
yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang
berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga, aplikasi SIG dapat
menjawab beberapa pertanyaan seperti: lokasi, kondisi, trend, pola dan
pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem
informasi lainnya (Sunaryo, 2015).
Pada perkembangannya SIG memiliki fungsi yang memiliki dampak
positif dalam proses perencanaan berbasis komunitas dan pembuatan
keputusan ilmiah untuk aktivitas pengembangan program. SIG merupakan
sebuah sistem yang mampu membangun, memanipulasi dan menampilkan
informasi yang mempunyai referensi geografis. SIG dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek serta fenomena-
fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting
atau kritis untuk dianalisis. SIG sangat menarik untuk digunakan dalam
berbagai bidang ilmu karena SIG sangat efektif, dapat digunakan sebagai
alat bantu, mampu menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan
bumi ke dalam bentuk layer atau coverage data spasial, memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial dan
bentuk atribut-atributnya serta dapat menurunkan data-data secara
otomatis tanpa keharusan untuk melakukan interpretasi secara manual
(Setyawan, 2014).

2.6 Aliran Permukaan

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
14

Limpasan Permukaan atau aliran permukaan merupakan bagian dari curah


hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju kesungai, danau dan
lautan (Asdak,1995). Variabiltas limpasan sangat tergantung dari
variabilitas komponen aliran dasar (baseflow/groundwater flow).

Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi


dua kelompok, yaitu elemen meteorologi dan elemen sifat fisik daerah
pengaliran. Elemen meteorologi meliputi jenis presipitasi, intensitas hujan,
durasi hujan, dan distribusi hujan dalam daerah pengaliran, sedangkan
elemen sifat fisik daerah pengaliran meliputi tata guna lahan (land use),
jenis tanah, dan kondisi topografi daerah pengaliran (catchment). Elemen
sifat fisik dapat dikategorikan sebagai aspek statis sedangkan elemen
meteorologi merupakan aspek dinamis yang dapat berubah terhadap
waktu.

Menurut Ward (1967), limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga
sumber yaitu :
1. Presipitasi langsung, merupakan hujan yang langsung masuk ke
dalam saluran memiliki presentase yang kecil dari seluruh volume
air yang mengalir. Walaupun daerah luas, tapi akan terevaporasi
pula sehingga sulit untuk diperkirakan besanya. Oleh karena itu,
biasanya diabaikan dalam perhitungan.
2. Limpasan permukaan, merupakan air yang mengalir di atas
permukaan tanah baik sebagai aliran tipis di permukaan tanah
atau sebagai aliran di saluran.
3. Aliran antara, merupakan sebagian air hujan yang terinfiltrasi ke
dalam tanah yang akan menyebar dan mengalir secara lateral.
Kontribusi aliran antaar terhadap total limpasan permukaan
tergantung dari karakteristik tanah daerah tangkapan.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
15

4. Base flow, merupakan sebagian dari air hujan yang terpekolasi ke


dalam menembus lapisan tanah dan pada akhirnya akan mengisi
saluran sungai.

2.7 Pemodelan Hujan Aliran HEC-HMS


Hydrologic Engineering Center Hydrologic Modelling System (HEC-
HMS) merupakan software yang dikembangkan oleh merupakan salah
satu model hujan-aliran yang cukup dikenal dan banyak digunakan.
Model HEC-HMS dikembangkan oleh Hydrologic Engineering Center
milik US Army Corps of Engineers. HEC-HMS memiliki fasilitas kalibrasi
maupun simulasi model distribusi, model menerus dan kemampuan
membaca data GIS. Selain itu, program HEC-HMS digunakan untuk
simulasi perhitungan limpasan permukaan serta penelusuran banjir
pada suatu daerah aliran sungai, baik itu dalam kondisi eksisting
maupun dalam keadaan terkontrol atau terencana, perhitungan aliran
dasar (baseflow), evaluasi bangunan pengendali air serta presipitasi air
hujan.
Program HEC-HMS memiliki beberapa model yang terpisah
dimana masing–masing model memiliki input yang berbeda-beda,
namun pada dasarnya sama-sama menggunakan data hujan harian
bahkan jam-jaman. Beberapa model yang terdapat dalam HEC-HMS
terdapat pada tabel 2.1.
Tabel Model HEC-HMS
Perhitungan Model
Precipitation User hyetograph
Use gage weighting
Inverse distance gage weighting
Gridded precipitation
Frequency storm
Standard project storm
Volume runoff Initial and Constant rate
SCS curve number (CN)
Gridded SCS CN
Green and ampt

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
16

Deficit and constant rate


Soil moisture accounting (SMA)
Gridded SMA
Direct runoff User-spesified unit hydrograph
Tabel Lanjutan Snyder’s UH
Overland flow and interflow
SCS UH
Modclark
Kinematic wave
Baseflow Constant monthly
Exponetial rec
Linier reservoiression
Channel flow Kinematic wafe
Lag
Modified plus
Muskingum
Muskingum-Cunge Standard
Section
Muskingum- Cunge 8-point Section
Sumber: Technical Reference Manual HEC-HMS (2000).

Sesuai dengan fasilitas yang terdapat dalam HEC-HMS dan


pertimbangan parameter-parameter yang dibutuhkan dan faktor
ketersediaan data, maka modelmodel hidrologi yang dipilih dalam
analisis adalah sebagai berikut ini (Suhartanto, 2008).
a. Hujan (precipitation)
Metode model hujan yang digunakan untuk masukan (input)
berupa hujan yang terjadi dalam pemodelan menerus (continuous
model) yaitu user hyetograph method. Metode ini dapat
memasukkan besaran hujan yang terjadi pada sebuah sub DAS dari
luar program. Masukan hujan untuk setiap Sub DAS berupa hujan
terdistribusi.
b. Volume Aliran (volume runoff)
Program HEC-HMS didalamnya terdapat suatu model yang
digunakan untuk pemodelan menerus (continuous model) dalam
menentukan volume aliran yaitu SCS curve number. Model ini

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
17

beranggapan bahwa hujan yang menghasilkan limpasan merupakan


fungsi dari hujan kumulatif, tata guna lahan, jenis tanah serta
kelembaban.
c. Aliran Langsung (direct runoff)
Model direct runoff yang digunakan dalam model HEC-HMS adalah
SCS unit hydrograph dan Clark unit hydrograph.
d. Model Baseflow
Aliran dasar (baseflow) merupakan aliran air yang tertahan
berdasarkan hujan sebelumnya yang tertampung sementara
didalam tanah. Model baseflow yang digunakan dalam HEC-HMS
menggunakan constant monthly model yang berfungsi untuk
menetapkan debit aliran dasar secara konstan tiap bulan.

Sebelum menjalankan proses pengolahan dalam program HEC-HMS ini,


diperlukan bantuan program-program lain untuk melakukan
pengolahan data spasial sebelum dimasukkan dan dimanfaatkan
didalam HEC-HMS. Diantaranya program ArcView GIS dengan ekstensi
HEC GeoHMS, 3D Analyst serta Spatial Analyst. Hal ini karena program
HEC-HMS tersebut tidak dapat melakukan pengolahan data spasial
berupa peta-peta digital yang nantinya akan digunakan didalam proses
analisa dan perhitungan. HEC-HMS hanya dapat menggunakan input
peta digital yang telah diolah sebelumnya oleh program tambahan
tersebut, kemudian diimpor kedalam program HEC-HMS.

Program HEC-HMS di dalamnya terdapat 3 komponen utama, yaitu


sebagai berikut:
1. Basin model, yaitu elemen-elemen yang terdapat pada suatu sub
DAS serta parameter-parameter dalam limpasan.
2. Meteorologic model, yaitu berisi data sebaran stasiun hujan dan data
evapotranspirasi.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
18

3. Control specifications, yaitu merupakan interval waktu simulasi


untuk memulai atau mengakhiri dalam kalkulasi data.
Parameter tersebut diisi dengan menggunakan persamaan-persamaan
sebagai berikut.
a. Persamaan untuk parameter retensi (S) sebagai berikut (Technical
Reference Manual HEC-HMS 2000):

Ia=0,2 S ……….. ( II.5 )


dengan :
: kehilangan mula-mula (initial abstraction)
: kemampuan penyimpanan maksimum

…… ( II.6 )

dengan :
: parameter retensi
: curve number
b. Persamaan untuk curve number (CN) sebagai berikut (Technical
Reference Manual HEC-HMS 2000):


………. ( II-7 )

dengan :
: luas area tiap jenis tata guna lahan
: curve number
c. Persamaan untuk lag time (Tlag) sebagai berikut (Mays,2011):

……. ( II.8 )

…… ( II.9 )
dengan :
: waktu konsentrasi
: panjang sungai utama (ft)
: curve number

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
19

: retensi maksimum (inch) ,

: kemiringan lereng (%)


: perbedaan waktu antara pusat massa dari kelebihan curah
hujan dan puncak dari unit hidrograf
d. Persamaan untuk storage coefficient (R) sebagai berikut (Straub et
al., 2000)
……… ( II.10 )
dengan :
: storage coefficient
: panjang sungai
: Kemiringan sungai
Untuk nilai CN selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Nilai CN untuk Daerah Perkotaan
Nilai Curve Number
Tutupan Tanah
Berdasarkan Group Tanah
Tipe Tutupan Tanah dan Kondisi Hidrologi A B C D
Daerah perkotaan
Ruang terbuka (lapangan berumput, taman, lapangan
golf, tempat pemakaman, dll
- Kondisi buruk (tutupan rumput <50%) 68 79 86 89
- Kondisi sedang (tutupan rumput 50%-75%) 49 69 79 84
- Kondisi baik (tutupan rumput >75%) 39 61 74 80
Daerah kedap air (impervious area)
Tempat parkir beraspal, jalan raya, dll 98 98 98 98
Jalan Raya
- Beraspal : trotoar dan saluran air kotor 98 98 98 98
- Beraspal : selokan terbuka 83 89 92 93
- Kerikil 73 85 89 91
- Tanah berlumur 72 82 87 89
Daerah perkotaan berpadang pasir
- Bentang alam gurun alami (hanya area yang 63 77 85 88
tidak kedap air)
- Bentang alam gurun buatan 96 96 96 96
Kawasan Perkotaan 89
92 94 95
- Bisnis dan komersil 81
88 91 93
- Industri
Kawasan pemukiman berdasarkan ukuran luasan
- 1/8 acre atau kurang (town house) 77 85 90 92
- 1/4 acre 61 75 83 87
- 1/3 acre 57 72 81 86
- 1/2 acre 54 70 80 85
- 1 acre 51 68 79 84
- 2 acre 46 65 77 82

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
20

Pengembangan daerah perkotaan


Wilayah baru (hanya daerah tidak kedap air, tidak ada 77 86 91 94
vegetasi)
Sumber: Technical Reference Manual HEC-HMS (2000).

Tabel Nilai Curve Number untuk Daerah Pertanian 1


Nilai Curve Number
Tutupan Tanah Kondisi Berdasarkan Grub
Hidrologi Tanah
Tipe Tutupan Tanah Perlakuan A B C D
- Lahan gundul - 77 86 91 94
Lahan pertanian yang
- Terdapat sisa tanaman Buruk 76 85 90 93
baru dibajak
pertanian Baik 74 83 88 90
- Baris lurus Buruk 72 81 88 91
Baik 67 78 85 89
- Baris lurus dan Buruk 71 80 87 90
terdapat sisa tanaman Baik 64 75 82 85
pertanian Buruk 70 79 84 88
- Berkontur Baik 65 75 82 86
Buruk 69 78 83 87
Tanaman (berbaris)
- Berkontur dan terdapat Baik 64 74 81 85
sisa tanaman pertanian Buruk 66 74 80 82
- Berkontur dan Baik 62 71 78 81
terasering Buruk 65 73 79 81
- Berkontur, terasering, Baik 61 70 77 80
dan terdapat sisa
tanaman pertanian
- Baris lurus Buruk 65 76 84 88
Baik 63 75 83 87
- Baris lurus dan
terdapat sisa tanaman Buruk 63 75 83 86
pertanian Baik 60 72 80 84
- Berkontur Buruk 61 73 82 85
Pertanian (padi, Baik 61 73 81 84
gandum, biji-bijian) - Berkontur dan terdapat Buruk 62 73 81 84
sisa tanaman pertanian Baik 60 72 80 83
- Berkontur dan Buruk 63 72 79 82
terasering Baik 59 70 78 81
- Berkontur, terasering, Buruk 60 71 78 81
dan terdapat sisa Baik 58 69 77 80
tanaman pertanian
- Baris lurus Buruk 66 78 85 89
Baik 58 72 81 85
Pertanian (kacang-
- Berkontur Buruk 64 75 83 85
kacangan) atau
Baik 55 69 78 83
pergiliran padang
- Berkontur dan Buruk 63 73 80 83
rumput
terasering Baik 51 67 76 80

Sumber: Technical Reference Manual HEC-HMS (2000).

Tabel 2.4 Nilai Curve Number untuk Daerah Pertanian 2

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
21

Tutupan Tanah Nilai Curve Number


Kondisi
berdasarkan Grub Tanah
Hidrologi
Tipe Tutupan Tanah A B C D
Padang rumput, dan rumput Buruk 68 79 86 89
makanan ternak Sedang 49 69 79 84
Baik 39 61 74 80
Padang rumput (jerami) - 30 58 71 78
Buruk 48 67 77 83
Semak-semak Sedang 35 56 70 77
Baik 30 48 65 73
Hutan dengan kombinasi padang Buruk 57 73 82 86
rumput (anggrek dan kebun teh) Sedang 43 65 76 82
Baik 32 58 72 79
Hutan Buruk 45 66 77 83
Sedang 36 60 73 79
Baik 30 55 70 77
Rumah-rumah pertanian, jalan - 59 74 82 86
raya, lumbung

Sumber: Technical Reference Manual HEC-HMS (2000).

Tabel Pengelompokan Jenis Tanah Menurut Metode SCS


Soil Description Range of Loss Rates
Group (in/hr)
A Deep sand, deep loess, aggregated silts 0.30-0.45
B Shallow loess, sandy loam Clay loams, 0.15-0.30
C shallow sandy loam, soils low in 0.05-0.15
organic content, and soils usually high
D in clay 0.00-0.05
Soils that swell significantly when wet,
heavy plastic clays, and certain saline
soils
Sumber: Technical Reference Manual HEC-HMS (2000)

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
22

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di Kota Balikpapan. Kota Balikpapan secara
astronomis terletak di antara 1,0 LS - 1,5 LS dan 116,5BT - 117,0 dengan
luas sekitar 50.330,57 ha atau sekitar 503,3 km2 dan luas pengelolaan laut
mencapai 160.10 km2 dengan batas wilayah utara Kabupaten Kutai
Kartanegara, batas wilayah selatan Selat Makassar, batas wilayah barat
Kabupaten Penajam Paser Utara, batas wilayah timur Selat Makassar.
Secara geografis DAS Sepinggan terletak Latitude -1.2460 dan Longitude
116.8567 Luas DAS Sepinggan adalah 18, 3 km2. Bentuk DAS Sepinggan
dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 DAS Sepinggan

3.2 Tahap Persiapan dan Studi Literatur


Tahap persiapan bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam
menyusun laporan.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
23

Kegiatan dalam tahap ini adalah :


1. Mengumpulkan studi literatur mengenai model hujan aliran HEC-
HMS.
2. Menentukan data-data yang dibutuhkan untuk pemodelah hujan
aliran HEC-HMS.

3.3 Tahap Pengumpulan Data


Pengumpulan data terdiri dari :
a. Data hidrologi
Data hidrologi yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari
BMKG Balikpapan.
b. Data karakteristik DAS
Data karakteristik DAS yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Data yang diperoleh antara lain :
1) Luas DAS Sepinggan
2) Peta DEM
3) Peta stasiun hujan
4) Panjang sungai dan kemiringan sungai
5) Peta jenis tanah
6) Peta tataguna lahan

3.4 Pengolahan Data Sekunder


Pengolahan data awal adalah merubah data curah hujan harian
perstasiun menjadi data curah hujan wilayah menggunakan polygon
thiessen. Kemudian akan dilakukan pemodelan HEC-HMS dengan
menggunakan data curah hujan wilayah dan data karakteristik DAS.

3.5 Running Model


Setelah data-data yang diperlukan untuk pemodelan hujan aliran
HEC-HMS lengkap, maka tahap selanjutnya adalah memasukkan data
dalam model HEC-HMS. Setelah semua data terinput maka model dapat
di running, hasil dari running ini adalah grafik, parameter, dan tabel
yang berisi hasil prediksi debit dari model.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
24

Flow Chart

Mulai

Tahap Persiapan dan


Studi Literatur

Tahap Pengumpulan data

Pengolahan Data Sekunder

Input data hidrologi dan


karakteristik DAS

Hasil

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
25

3.1. Pemodelan Hujan Aliran HEC-HMS


Langkah – langkah pemodelan HEC-HMS untuk memodelkan hujan
menjadi debit (prediksi debit) sebagai berikut :
a. Menyusun parameter
1) Basin Models
Pilih components > basin model manager > new > create, kemudian
akan muncul seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.3 Tampilan Persiapan Menggambar Objek


Parameter
Basin models merupakan langkah awal dalam melakukan pemodelan hujan
aliran menggunakan model HEC-HMS yang digunakan untuk penyusunan
jaringan DAS (jaringan sungai, sub-basin, junction, reservoir, dll). Setelah
selesai menyusun skema basin, selanjutnya mengisi parameter seperti loss
method menggunakan SCS Curve Number, transform method menggunakan
SCS Unit Hydrograph, dan baseflow method menggunakan none.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
26

2) Meteorologic models
Pilih components > meteorologic model manager > new > create,
kemudian akan muncul seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.4 Tampilan Pembuatan Meteorologic Models


Meteorologi model berisi data sebaran stasiun hujan dan data
evapotranspirasi. Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi dalam
meteorologic model, metode yang dipakai yaitu Priestley– Tailor. Metode ini
memerlukan data-data untuk perhitungan evapotranspirasi. Data yang
digunakan sebagai input yaitu data temperatur dan data radiasi matahari
b. Control specifications
Pilih components > Control specifications manager > new > create, kemudian
akan muncul seperti pada gambar berikut :

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
27

Gambar 3.5 Control Specifications


Control specifications memuat input waktu kapan dimulai dan berakhirnya
execute running model serta interval waktu yang diinginkan.
c. Time Series Data
Pilih components > Time Series Data manager > new > create kemudian akan
muncul seperti pada gambar berikut :

Gamb
ar 3.6
Time Series Data

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
28

Melalui Time-Series Data Manager ada beberapa tipe data yang akan
digunakan dalam aplikasi model HEC-HMS. Namun dalam laporan ini
hanya menggunakan data hujan (precipitation) karena tujuannya untuk
memprediksi debit harian DAS Sepinggan.
d. Running model
Running model merupakan proses untuk menejalankan program HEC-HMS
sehingga dapat dilihat hasilnya baik dalam bentuk tabel maupun grafik.
e. Hasil atau Output Model
Output dari running model berupa grafik, tabel prediksi debit, dan nilai
parameter. Grafik menggambarkan hubungan antara hujan, debit model,
dan menunjukkan adanya hujan yang terinfiltrasi ataupun tersimpan dalam
DAS sehingga dapat dilihat apakah hujan di DAS langsung menjadi
limpasan atau tidak.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
29

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Data Sekunder


Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data curah
hujan harian DAS Sepinggan tahun 2006, tata guna lahan, peta DEM, peta
jenis tanah. Data-data tersebut diperoleh dari dinas instansi terkait dan
beberapa data diperoleh dari hasil pengolahan data peta Dem
menggunakan aplikasi GIS. Data curah hujan, tata guna lahan, kemiringan
sungai, panjang sungai, dan luas DAS digunakan untuk input data dalam
model HEC-HMS untuk mendapat prediksi debit DAS Sepinggan

4.2 Data Curah Hujan dan Debit


4.3 Analisa Hidrologi Spasial
Digital Elevasi Model (DEM) adalah jenis data geospatial yang memiliki
banyak manfaat, salah satunya untuk mencari karakter fisik suatu DAS.
Atribut yang terdapat pada DEM dapat berupa arah aliran sungai,
kemiringan sungai, tata guna lahan, jenis tanah, dan juga kemiringan
lereng. Dalam memperoleh informasi tata guna lahan, jenis tanah dll dari
peta DEM dilakukan pengolahan data menggunakan software ArcGIS.

4.4 Karakteristik Fisik DAS


Karakteristik fisik DAS merupakan gambaran yang menjelaskan
tentang kenampakan yang terdapat pada suatu DAS. Karakteristik
DAS Sepinggan terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Fisik DAS Sepinggan


Karakteristik Notasi Satuan Nilai
Luas DAS A Km2 18,82
Panjang Sungai utama L Km 2,3
Kemiringan Sungai S 0.0013
Sumber : Hasil Analisa Perhitungan, (2018)

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
30

Tabel 4.2 Luas Masing-Masing Subdas


SubDas Luas Km2
1 12,939
2 5,89

Sumber : Hasil Analisa Perhitungan, (2018)

4.1. Klasifikasi Tata Guna Lahan


Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan dan penataan lahan
yang menyesuaikan kondisi eksisting alam. Tata guna lahan pada
DAS Sepinggan meliputi

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
31

Tabel koefisien pengaliran sub das 2


Area DAS Grand Total Luas Area C C*A
12.939877 Fasilitas Pendidikan 0.01 0.129399 0.95 0.12

Fasilitas Perdagangan dan Jasa 0.02 0.258798 0.95 0.25


12.939877

Fasilitas Peribadatan 0.02 0.258798 0.95 0.25


12.939877
12.939877 Fasilitas Umum 0.06 0.776393 0.95 0.74
12.939877 industri 0.01 0.129399 0.95 0.12
12.939877 Jalan 0.02 0.258798 0.95 0.25
12.939877 Kantor Pemerintah 0.06 0.776393 0.95 0.74
12.939877 Lahan Kosong 0.02 0.258798 0.95 0.25
12.939877 Lapangan 0.05 0.646994 0.6 0.39
12.939877 Permukiman 0.02 0.258798 0.6 0.16
12.939877 Ruang Terbuka 0.60 7.763926 0.75 5.82
12.939877 Sungai 0.01 0.129399 0.5 0.06
12.939877 Taman 0.08 1.035190 0.95 0.98
12.939877 0.02 0.258798 0.6 0.16
100% 12.939877 10.27

Tabel berikut merupakan perhitungan koefisien pengaliran berdasarkan


ArcGIS DAS Sepinggan .

Tabel koefisien pengaliran sub das 1


Area DAS Grand Total Luas Area C C*A

Fasilitas Pendidikan 0.01 0.058900 0.95 0.06


5.89

Fasilitas Perdagangan dan Jasa 0.01 0.058900 0.95 0.06


5.89
5.89 Fasilitas Peribadatan 0.01 0.058900 0.95 0.06
5.89 Fasilitas Umum 0.01 0.058900 0.95 0.06
5.89 Jalan 0.02 0.117800 0.95 0.11
5.89 Kantor Pemerintah 0.01 0.058900 0.95 0.06
5.89 Lahan Kosong 0.30 1.767000 0.95 1.68
5.89 Permukiman 0.02 0.117800 0.6 0.07
5.89 Ruang Terbuka 0.60 3.534000 0.75 2.65
5.89 Sungai 0.01 0.058900 0.5 0.03
100% 5.890000 4.82

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
32

Sumber : Hasil Analisa (2018)

Setiap bagian tata guna lahan memiliki respon yang berbeda terhadap curah
hujan yang jatuh diatasnya. Dalam hubungannya dengan limpasan, respon
tata guna lahan didefinisikan sebagai nilai CN. Adapun nilai CN setiap jenis
tata guna lahan yang diinterpretasikan berdasarkan Technical Reference
Manual HEC-HMS seperti ditunjukkan pada tabel berikut :

4.5 Klasifikasi Jenis Tanah


pada DAS Sepinggan masuk dalam kelompok tanah Menurut (Paterson et.al
1997) dalam (Mora et.al.,2001) : formasi geologi di Kutai meliputi Aluvial :
kerikil, pasir, lumpur, diendapkan pada lingkungan sungai, rawa, delta dan
pantai dan total ketebalan < 100 m. Formasi Kampung Baru berupa batu
lempung pasiran, batu pasir kuarsa. Menurut hasil analisa berdasarkan
Technical Reference Manual HEC-HMS tata guna lahan

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
33

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
34

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
35

4.6 Pemodelan Hujan Aliran HEC-HMS


4.7 Basin Model

Langkah pertama dalam pemodelan HEC-HMS adalah skema basin model


yang terdiri dari subbasin, junction, reservoir, dll. Sekema DAS Sepinggan
pada HEC-HMS ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 4.4 Skema Basin Model DAS Sepinggan


Setelah selesai melakukan penggambaran objek langkah selanjutnya adalah
mengisikan parameter awal yaitu, loss method, direct runoff, canopy,
surface, dan baseflow method.
1. Loss method
Metode yang digunakan pada loss method adalah SCS Curve Number,
metode ini terdiri dari 3 parameter yaitu, Initial Abstraction (Ia), Curve
Number (CN), Imprevious. Berikut contoh perhitungan nilai Initial
Abstraction (Ia) dan Curve Number (CN):
2. Direct runoff
Pada direct runoff menggunakan metode SCS Unit Hydrograph. SCS Unit
Hydrograph terdiri atas satu parameter yaitu lag time (Tlag) dan time of
contrentation (Tc). Berikut contoh perhitungan direct runoff
menggunakan SCS Unit Hydrograph:

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
36

Q sub das 1 = 0.278*C.A.I

Tc 0.012737046 212.2841046
Lagtime 0.007642228 127.3704628

Q sub das 2 Tc 0.0157 261.6666667


Lagtime 0.00942 157
3. Canopy, Surface dan Baseflow
masing masing nilai yang diinput pada aplikasi adalah
dikosongkan.(none)

4. Menurut Technical Reference Manual HEC-HMS. (2000), canopy


adalah curah hujan yang ditangkap di semak, rumput, dan tidak
mencapai permukaan tanah. Oleh karena itu nilai proporsi canopy
diperoleh dari area tanah dengan tutupan vegetasi yang berada
diatasnya, seperti pohon, jalan. Menurut Technical Reference Manual
HEC-HMS. (2000), surface adalah volume air yang tersimpan dalam
cekungan yang dangkal yang berasal dari curah hujan yang tidak
ditangkap oleh canopy. Oleh karena itu nilai proporsi surface
diperoleh dari area tanah yang lebih identik dengan lapangan luas
seperti sawah. Sedangkan Baseflow adalah aliran dasar pada suatu
DAS yang selalu ada di sepanjang tahun. Pada penelitian ini kita

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
37

tidak menggunakan parameter Canopy, Surface dan Baseflow,


sehingga kita pilih none dan tidak terisi.

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
38

4.8 Data Meteorologic Models


Meteorologic Models merupakan proses memasukkan data curah hujan ke
subbasin. Pada penelitian ini pemilhan model hujan (precipitation)
menggunakan model Specified Hyetograph.

4.9 Data Control Specifications

Control Specifications berfungsi untuk mengatur periode running dalam


simulasi hujan-debit. Pada penelitian running model yang akan dianalisa
adalah satu tahun, yaitu dari tanggal 20 Januari 2008 sampai dengan 21
Februari 2010 .

4.10 Data Time-Series


Time-Series adalah komponen yang digunakan untuk memasukkan data
curah hujan (preciptitation gages) dan debit observasi (discharge gages)
yang akan digunakan pada pemodelan. Data curah hujan yang digunakan
merupakan data curah hujan yang telah diolah menjadi rerata wilayah

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
39

sebelumnya. Dalam penelitian ini hanya memasukkan data curah hujan


harian saja tanpa data debit.

4.11 Hasil Running Model


Hasil running model HEC-HMS berupa data time series prediksi debit,
grafik, dan summary table yang dapat ditunjukkan pada gambar
berikut

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
40

Summary Table

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
41

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
42

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
43

Gambar : Waktu, inflow dan outflow pada junction hasil running

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN
44

Berikut adalah data time series, simulation run

Kesimpulan
Bahwa Peak Discharge yang dihasilkan dari pemodelan HEC HMS adalah 38.4 m3/s Volumen
adalah 189.02 mm dan tanggal dari debit puncak adalah 20 Juni 2008, 02: 00

LAPORAN APLIKASI HEC HMS MODEL UNTUK Martheana Kencanawati


SIMULASI RUNOFF PADA DAS SEPINGGAN

Anda mungkin juga menyukai