net/publication/302025421
CITATIONS READS
2 13,515
2 authors, including:
Wiwin Widiasih
Untag Surabaya University
16 PUBLICATIONS 32 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Wiwin Widiasih on 07 May 2016.
ABSTRAK
Perancangan dan pengembangan produk merupakan aktivitas vital dalam sebuah bisnis. Perancangan dan
pengembangan produk selain diharapkan dapat memberikan solusi produk yang memiliki biaya produksi
rendah melainkan juga terdapat keberlangsungan produk (product sustainable). Polybag (kantong plastik
berwarna) merupakan suatu produk yang digunakan sebagai media menanam bibit tanaman atau
tumbuhan (proses pembenihan). Terdapat kelemahan menanam dengan polybag antara lain polybag
mempunyai daya tahan terbatas, kurang cocok untuk usaha skala besar karena menyebabkan produktivitas
tidak maksimal dibandingkan pada lahan, media akan terkuras atau berkurang unsur organiknya. Dengan
adanya kelemahan tersebut maka perlu dirancang dan dikembangkan sebuah produk pot portable. Pot
portable berbahan dasar pipa (paralon) dan dapat dilakukan pemakaian berulang kali (sustainable).
Perancangan dan pengembangan produk ini telah dilakukan mengikuti kerangka kerja dalam perancangan
dan pengembangan produk metode Quality Function Deployment (QFD).Hasil penelitian telah
menangkap keinginan dan kebutuhan konsumen melalui kuisioner Voice of Customer (VoC).
Kata kunci: perancangan dan pengembangan produk, quality function deployment, voice of customer
1. Pendahuluan
Inovasi merupakan proses teknologis, manajerial dan sosial yang mana gagasan atau
konsep baru pertama kali diperkenalkan untuk dipraktikkan dalam suatu kultur atau organisasi
(Quinn dkk. dalam Hartini, 2012). Inovasi merupakan faktor penentu dalam persaingan industri
dan merupakan senjata yang tangguh menghadapi persaingan. Fokus utama inovasi adalah
penciptaan gagasan baru yang akan diimplementasikan ke dalam produk baru atau proses baru.
Tujuan utama proses inovasi adalah memberikan dan menyalurkan nilai pelanggan yang lebih
baik (Hartini, 2012).
Polybag (kantung plastik berwarna) merupakan suatu produk yang digunakan sebagai
wadah media tanam menanam bibit tanaman atau tumbuhan (proses pembenihan). Terdapat
beberapa kelemahan menanam dengan polybag antara lain tidak tahan lama, mudah robek, dan
bahan yang tidak mudah berdegradasi oleh tanah ketika produk tersebut pada siklus produk
decline. Dengan adanya kelemahan tersebut maka perlu dirancang dan dikembangkan sebuah
produk pot portable.
Sebuah perusahaan atau badan usaha beraktivitas produksi bertujuan untuk mencapai profit
semaksimal mungkin dengan biaya produksi seminimal mungkin. Salah satu ukuran kesuksesan
untuk mencapai profit maksimal tersebut ditunjang dengan kemampuan perusahaan dalam
mengidentifikasi dan memahami kebutuhan konsumen serta mampu menciptakan produk
tersebut dengan cepat (Ulrich dan Eppinger, 2012). Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut
bukan merupakan permasalahan pada pemasaran ataupun produksi, akan tetapi pada
pengembangan produk.
Menurut Ulrich dan Eppinger (2012) produk merupakan sesuatu yang dijual oleh
perusahaan kepada konsumen. Lima aspek yang digunakan untuk melakukan usaha
pengembangan produk antara lain kualitas produk, biaya produksi, waktu pengembangan
produk, biaya pengembangan produk, dan kemampuan dalam pengembangan produk. Aspek
76
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
kualitas berkaitan dengan pertanyaan seberapa baik produk yang merupakan hasil dari usaha
pengembangan produk, apakah produk telah memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen,
dan apakah produk tangguh dan handal. Biaya produksi berkaitan dengan total biaya untuk
membuat produk tersebut baik biaya langsung, biaya tidak langsung, dan profit. Waktu
pengembangan produk merupakan seberapa cepat tim melakukan pengembangan produk. Biaya
pengembangan produk berkaitan dengan seberapa besar capital budgeting perusahaan untuk
usaha pengembangan produk. Kemampuan dalam pengembangan produk meliputi apakah tim
dan perusahaan dapat melakukan usaha pengembangan produk.
Untuk dapat menghasilkan produk yang bernilai komersial maka perlu dilakukan
serangkaian perencanaan, perancangan dan pengembangan produk (Wignjosoebroto, 2000).
Adapun tahapan dalam perencanaan dan pengembangan produk adalah dimulai dari tahap
penggalian ide atau gagasan tentang fungsi-fungsi yang dibutuhkan, tahap pengembangan
konsep, tahap perancangan sistem dan detail, tahap pembuatan prototipe, tahap evaluasi dan
pengujian produk (uji kelayakan teknis maupun komersial), dan tahap pendistribusian (Ulrich
dan Eppinger, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penyusunan konsep untuk pembuatan prototipe
produk pot portable dengan mempertimbangkan suara konsumen (VoC). Adapun ruang lingkup
penelitian ini dalam kerangka perancangan dan pengembangan produk adalah hanya dilakukan
dari tahapan identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan metode voice of customer
(VoC), penentuan atribut produk, penentuan respon teknis, dan penyusunan konsep produk.
Dalam VoC digunakan kuisioner dan disebarkan kepada 30 responden. Penelitian pot portable
dengan menggunakan pendekatan Quality Function Deployment (QFD) belum pernah
dilakukan.
2. Metode
Pada bagian kajian pusaka ini akan dijelaskan mengenai beberapa konsep dan prinsip
dalam pengerjaan penelitian. Kajian pustaka bertujuan untuk menjadikan pedoman dan dasar
pengerjaan penelitian.
77
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
operasional dan atau koordinasi antar sistem produksi dalam memproduksi produk (Ulrich dan
Eppinger, 2012).
Gambar 1. Tahapan Perencanaan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2012)
Dalam Ulrich dan Eppinger (2000) perancangan dan pengembangan produk meliputi
beberapa tahapan antara lain perencanaan, pengembangan konsep, pembuatan desain level
sistem, pembuatan detail desain, pengujian, produksi sebagaimana digambarkan pada Gambar 1.
Dalam tahap perencanaan yang dimaksud adalah melakukan identifikasi terhadap peluang pasar
produk yang ingin diciptakan. Dalam identifikasi peluang perlu dilakukan hal-hal antara lain
menentukan konsep dan prinsip (charter) terkait produk tersebut, mendefinisikan dan membuat
peluang dengan berbagai jenis cara seperti mengikuti passion (minat), mencari permasalahan
atau kekurangan yang ada di lingkungan sekitar, mendorong peluang dari kemampuan internal,
mempelajari konsumen serta inovasi produk. Setelahnya perlu dilakukan evaluasi terhadap
beberapa peluang yang telah didaftar dengan cara brainstorming atau focus group discussion
(FGD). Kemudian dilakukan uji produk dengan wawancara konsumen secara langsung
mengenai produk dan estimasi market size produk sekaligus estimasi tingkat pertumbuhan.
Langkah terakhir adalah menentukan peluang yang akan diambil dan refleksi terhadap hasil
pemilihan peluang tersebut.
Concept Development
Identification Concepts
Concept
Customer Generation &
Testing
needs Selection
Gambar 2 merupakan tahap pengembangan konsep dilakukan beberapa langkah antara lain
identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, penyusunan dan pemilihan konsep, pengujian
konsep. Pada tahap pengembangan konsep aktivitas-aktivitas saling berinteraksi lebih rinci
seperti pada Gambar 3.
Dalam langkah identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen hal-hal yang perlu
dilakukan adalah memastikan produk merupakan yang dibutuhkan oleh konsumen, produk
merupakan kebutuhan yang tersembunyi sekalipun oleh konsumen, tersedia fakta-fakta dalam
menentukan spesifikasi produk, dan dapat memberikan pemahaman yang sama terkait
kebutuhan konsumen kepada seluruh tim pengembangan konsep. Selanjutnya identifikasi
kebutuhan dan keinginan konsumen ini dapat dilakukan dengan metode wawancara dan
78
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
brainstorming dimana terangkum dalam voice of customer (VoC). Kemudian untuk penentuan
karakteristik atau atribut yang melekat pada produk hingga pada pemilihan konsep dapat
dilakukan dengan metode quality function deployment (QFD).
79
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
merupakan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Tahap pertama
merupakan identifikasi dan rumusan masalah dimana dilakukan dengna observasi obyek yaitu
polybag yang berfungsi sebagai pot. Selain itu dilakukan juga dengan studi literatur bertujuan
melakukan kajian pada konsep dan dasar teori terkait perancangan dan pengembangan produk,
voice of customer, dan quality function deployment. Studi literatur tersebut bermanfaat untuk
memperkuat langkah pengerjaan penelitian.
Tahap kedua adalah perancangan dan pengembangan produk dimana dilakukan dengan
mengikuti kerangka kerja proses pengembangan produk oleh Ulrich dan Appeninger.
Identifikasi kebutuhan konsumen dilakukan dengan Voice of Customer (VoC) dimana langkah
pengerjaan ditunjukkan dalam Gambar 5. Selanjutnya VoC merupakan input untuk pengerjaan
QFD dalam membangun House of Quality (HoQ) atau rumah kualitas.
Input
Voice of Customer (VoC) Benchmarking dengan
Evaluasi Produk produk eksisting
Identifikasi Kebutuhan dan
Keinginan Konsumen
Kuisioner
Atribut Produk
Yes
Penyusunan Konsep
Gambar 5 Langkah Kerja VoC dan QFD / HOQ (Anityasari dan Wessiani, 2011)
Tahap selanjutnya adalah penyusunan konsep produk terdiri atas penyusunan konsep ide
dari produk dimana merupakan transformasi dari atribut dan respon teknis. Pada tahap ini juga
dilakukan gambaran prototipe dari konsep ide produk yang dimaksud. Tahap terakhir
merupakan penarikan simpulan dan pemberian saran atau rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
80
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
bercocok tanam hanya berkisar kurang dari 3 bulan. Informasi penting adalah responden belum
puas dengan produk polybag yang digunakan sebagai media bercocok tanam, hal ini merupakan
peluang untuk melakukan inovasi produk. Sebagian besar responden menyatakan bahwa untuk
media bercocok tanam lebih baik yang memiliki daya tahan lama.
Dari informasi keinginan dan kebutuhan konsumen dalam kuisioner dapat dirumuskan
beberapa atribut penting dalam perencanaan dan pembuatan produk. Atribut tersebut antara lain
desain, kualitas, kemudahan dibawa, dan harga. Selanjutnya dilakukan kuisioner untuk menilai
tingkat kepentingan dari atribut yang telah dirumuskan tersebut. Gambar 7 merupakan rekap
kuisioner penilaian tingkat kepentingan atribut produk. Skala penilaian 1 sampai dengan 5. Skor
1 memiliki arti tidak penting, skor 2 kurang penting, skor 3 cukup penting, skor 4 berarti
penting, dan skor 5 memiliki arti sangat penting.
Atribut harga akan dideskripsikan sebagai harga beli produk oleh konsumen yang
terjangkau dengan mempertimbangkan harga produk kompetitor. Atribut kualitas akan
dideskripsikan sebagai bahan dari produk yang akan dibuat seberapa kuat dan robust serta
seberapa tahan lama. Atribut desain akan dideskripsikan sebagai bentuk fisik dari produk yang
akan dibuat. Sedangkan atribut kemudahan dibawa akan dideskripsikan sebagai fleksibilitas
produk.
81
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
Obyektif produk adalah penilaian berupa pembobotan sehingga bisa diketahui atribut-
atribut mana yang dianggap paling penting dan diprioritaskan berdasar nilai bobot yang dihitung
tersebut. Perhitungan yang dilakukan yakni IR, RII, dan Weight (bobot) pada Gambar 7. IR
adalah Important Rate merupakan hasil perbandingan dari target value dan evaluation score.
RII atau Relative Important Index merupakan nilai rata-rata penilaian tingkat kepentingan
atribut yang ada pada Gambar 7. Sedangkat bobot (weight) merupakan perkalian nilai dari IR
dan RII. %Weight merupakan persentase hasil pembobotan tiap atribut. Dari hasil penilaian
didapatkan bahwa atribut kualitas memiliki prioritas pertama dengan nilai bobot 30.8%.
Sedangkan atribut prioritas kedua yaitu desain dan kemudahan dibawa yang memiliki nilai
bobot sama sebesar 28.3%. Untuk atribut harga merupakan prioritas terakhir yang dipentingkan
oleh konsumen.
Langkah selanjutnya adalah perumusan respon teknis. Respon teknis merupakan tahapan
untuk mentransformasikan dari kebutuhan dan keinginan konsumen yang bersifat non-teknis
menjadi data yang besifat teknis guna memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. Respon
teknis juga sering pula disebut sebagai suara pengembang sebagai
jawaban secara teknis dari apa yang diinginkan oleh konsumen yang telah terangkum
sebelumnya dalam suara konsumen atau VoC.
82
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
Tingkat relasi/hubungan kuat terdapat pada atribut kualitas dengan pemilihan bahan baku.
Hal tersebut terjadi karena akan dipilih bahan baku yang baik, tahan lama, tidak mudah karatan
untuk menjamin kualitas yang bagus dari produk. Berlaku juga hal yang sama pada atribut
desain dengan respon teknis bentuk dan warna produk. Desain dari produk akan dibuat
semenarik dan seunik mungkin dari segi bentuk dan warna. Hal yang tidak memiliki hubungan
tinggi adalah atribut harga dengan respon teknis ukuran produk karena yang menjadi
pertimbangan kuat dalam penentuan harga adalah pada pemilihan bahan produk. Sun score
merupakan jumlah nilai antara perkalian bobot dengan nilai tingkat relasi/hubungan atribut-
respon teknis. Priority merupakan persentase dari nilai sun score terhadap total nilai sun score.
Pada perhitungan didapatkan yang menjadi prioritas terkuat adalah respon teknis pemilihan
bahan baku, disusul kemudian bentuk, ukuran, warna, dan massa/berat produk. Penambahan
fitur tidak perlu dipertimbangkan kuat dalam perancangan produk.
83
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
Setelah dibuat matriks interaksi antara respon teknis dengan atribut, maka dibuat juga interaksi
antar respon teknis. Hasil interaksi dibuat dalam bentuk matriks HoQ seperti pada Gambar 11.
Respon teknis bahan baku dengan massa memiliki hubungan kuat, karena direncanakan produk
dibuat dari bahan pipa yang tentunya massanya dipengaruhi oleh bahan yang dipilih tersebut.
Bahan baku dengan ukuran tidak memiliki hubungan kuat begitu pula penambahan fitur tidak
memiliki hubungan kuat dengan respon teknis yang lain.
Gambar 12 merupakan daftar penyusunan konsep ide dengan dua alternatif konsep dimana
menggambarkan produk akan dibuat berdasarkan respon teknis yang telah ditetapkan.
Kemudian pemilihan dilakukan dengan cara diskusi dan brainstorming. Produk direncanakan
akan terbuat dari bahan pipa/jenis plastik, kuat, tahan karat, dan berkualitas baik serta dapat
digunakan berulang kali. Bentuk produk akan dibuat simple dan menarik dengan mengikuti
spesifikasi model serta multiple-space produk. Spesifikasi model adalah bagian-bagian produk
dapat dibongkar dan dipasang kembali. Multiple-space produk yang dimaksudkan adalah
produk tidak hanya dapat dibuat sebagai satu wadah benih melainkan beberapa wadah (lebih
dari satu bagian). Desain warna akan dibuat satu warna dan terlihat berkelas yaitu warna hitam.
Berat produk akan dibuat ringan agar mudah dibawa. Bentuk produk akan dibuat ukuran kecil
hingga sedang agar mudah dibawa. Penambahan fitur produk diberi bagian untuk pegangan.
Gambar 13 merupakan gambaran prototipe produk sesuai dengan konsep ide yang telah
dirumuskan.
84
Seminar Internasional dan Konferensi Nasional IDEC 2016 ISBN: 978-602-70259-4-3
Surakarta, 03 – 04 Mei 2016
4. Simpulan
Pada penelitian telah dilakukan perencanaan dan pengembangan produk yaitu pot portable.
Pot portable diharapkan mampu menjadi alternatif media bercocok tanam saat pembenihan
yang umumnya menggunakan polybag (kantong plastik berwarna). Polybag sebagai media
bercocok tanam saat pembenihan dirasa memiliki kekurangan antara lain tidak tahan lama,
mudah robek, dan bahan yang tidak mudah berdegradasi oleh tanah ketika produk tersebut pada
siklus produk decline. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan produk yang selain menutup
kekurangan produk sebelumnya juga mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Dengan pendeketakan metode VoC dan HoQ telah dilakukan perencanaan dan pengembangan
produk yang telah terspesifikasi oleh keinginan dan kebutuhan konsumen. Melalui kerangka
kerja perencanaan dan pengembangan produk dilakukan pembuatan prototipe yang berkonsep
bahan baku pipa/polimer plastik, kuat, tahan karat, dan berkualitas baik serta dapat digunakan
berulang kali. Bentuk produk akan dibuat semenarik mungkin dengan mengikuti spesifikasi
model serta multiple-space produk. Spesifikasi model adalah bagian-bagian produk dapat
dibongkar dan dipasang kembali. Multiple-space produk yang dimaksudkan adalah produk tidak
hanya dapat dibuat sebagai satu wadah benih melainkan beberapa wadah (lebih dari satu
bagian). Desain warna akan dibuat satu warna dan terlihat berkelas yaitu warna hitam. Berat
produk akan dibuat ringan agar mudah dibawa. Bentuk produk akan dibuat ukuran kecil agar
juga mudah dibawa. Penambahan fitur produk diberi bagian untuk pegangan. Pada penelitian ini
belum dilakukan pengujian produk. Dari aspek harga produk ini memiliki biaya produksi yang
tinggi dibandingkan dengna polybag, namun kualitas produk yang dirancang kuat, memiliki
daya tahan yang tinggi sehingga dapat digunakan berkali-kali, serta memberikan suatu inovasi
produk dimana produk dibuat multi-space dan dapat dibongkar pasang. Pada penelitian
berikutnya diharapkan dapat meningkatkan mengikutsertakan tahapan pengujian produk dan
studi kelayakan pasar serta dilakukan metode yang lebih kuantitatif dalam pemilihan alternatif
konsep produk seperti AHP.
Daftar Pustaka
Adriantranti, Emmalia. (2008). Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam
Usaha Memenuhi Kepuasan Pelanggan terhadap Produk Aqua Gelas 240 ml pada PT.
Tirta Investama Pandaan. Prosiding Seminar Nasional Teknoin Bidang Teknik Industri.
Anityasari, Maria dan Wessiani, Naning Aranti. (2011). Analisa Kelayakan Usaha Dilengkapi
Kajian Manajemen Risiko dengan Pendekatan Student Centered Learning. Guna Widya:
Surabaya.
Ginting, Rosnani. (2009). Perancangan Produk. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Hartini, Sri. (2012). Peran Inovasi: Pengembangan Kualitas Produk dan Kinerja Pabrik. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 14 No 1, halaman 82-88.
Kwong, C.K., dan Bai, H. 2002. A fuzzy AHP approach to the determination of importance
weights of customer requirements in quality function deployment. Journal of Intelligent
Manufacturing, 13, page 367-377.
Wignjosoebroto, Sritomo. (2000). Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk.
Seminar Nasional Ergonomi.
Ulrich, Karl T. and Eppinger, Steven D. (2012). Product Design and Development, 5th Edition.
Boston: Irwin McGrawHill Co.
85