pada Materi Cyber Crime dan Cyber Bullying sebagai Media Penumbuhan Karakter
Pelajar Pancasila bagi Siswa Kelas IX SMP
1) PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Teknologi saat ini berkembang sangat pesat seiring dengan kebutuhan
manusia yang semakin berkembang. Jika zaman dahulu, teknologi sangat mahal
hingga hanya masyarakat golongan tertentu saja yang bisa menggunakannya,
saat ini justru hampir semua kalangan masyarakat bisa menikmatinya. Sebut
saja, teknologi yang menjamur saat ini adalah smartphone/handphone android
dan internet. Hampir semua kalangan masyarakat bisa memillikinya dengan
mudah saat ini. Smartphone dan internet sangat berguna bagi orang-orang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mulai dari berkomunikasi, mencari informasi,
membeli sandang, pangan, bahkan papan. Hal-hal yang tidak mungkin pada
zaman dahulu, menjadi mungkin saat ini.
Dalam dunia pendidikan, internet menjadi hal yang sangat dibutuhkan.
Apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Internet digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa meskipun tidak bisa
bertemu langsung dan hadir dalam satu tempat, atau yang kita kenal saat ini
dengan istilah pembelajaran daring (dalam jaringan). Konsep pembelajaran
daring ini dalam arti luas disebut dengan E-Learning.
E-Learning merupakan sebuah konsep penyelenggaraan pendidikan yang
memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi saat ini., seperti komputer
dan internet. Bahkan dengan menggunakan handphone pun konsep E-Learning
saat ini sudah bisa terlaksana. Anak-anak usia sekolah saat ini pun mau tidak
mau bersinggungan dengan internet sebagai media pembelajaran. Berdasarkan
studi yang didanai oleh UNICEF dan dilaksanakan oleh Kemkominfo
(Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menemukan bahwa
98% dari anak-anak dan remaja usia 10-19 tahun (400 responden dari seluruh
wilayah perkotaan dan pedesaan) mengetahui tentang internet dan 79,5% di
antaranya merupakan pengguna internet.
Sayangnya penggunaan konsep pembelajaran daring saat pandemi Covid-19
saat ini diikuti oleh munculnya dampak negatif baru. Dirjen Penyelenggara Pos
dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ahmad M. Ramli
menyampaikan dalam diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu : Polemik UU ITE di
Universitas Padjajaran bahwa adanya penurunan batas usia minimal pengguna
medsos di Indonesia hingga usia 6 tahun. Kegiatan pembelajaran daring mau
tidak mau mendorong anak-anak mengakses banyak informasi melalui internet,
salah satu sumbernya adalah media sosial(medsos). Selain itu, Ramli juga
menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat kesopanan
pengguna internet terendah di Kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penumbuhan karakter profil Pelajar
Pancasila menjadi hal yang penting untuk anak-anak usia sekolah. Sebagai guru
pengampu pembelajaran TIK di SMP Negeri 2 Mojokerto, melalui kegiatan
pembelajaran yang saya ampu, saya ingin menanamkan karakter profil Pelajar
Pancasila pada materi Cyber Crime dan Cyber Bullying. Karena pada materi
tersebut sarat akan etika dalam menggunakan internet dan dampak-dampak
negatif yang timbul. Saya juga menggunakan model pembelajaran Role Playing
sebagai bentuk latihan Assertive Learning pada materi tersebut, agar materi
yang tersampaikan tidak hanya dipahami tetapi juga bisa diterapkan dan
dibiasakan sekaligus oleh siswa.
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, antara lain :
1. Bagaimana menanamkan profil karakter pelajar Pancasila melalui materi
Cyber Crime dan Cyber Bullying untuk mencegah perilaku bullying pada
siswa?
2. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Role Playing sebagai
bentuk Latihan Assertive Training dalam pembelajaran?
c. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari penulisan ini antara lain :
1. Memberi pengetahuan kepada pembaca tentang ketepatan penggunaan
sebuah model pembelajaran di dalam kelas
2. Memberi latihan pada siswa sebagai bentuk pencegahan perilaku
bullying/perundungan.
3. Menanamkan karakter profil pelajar Pancasila dalam kegiatan pembelajaran
TIK
2) PEMBAHASAN
a. Model Pembelajaran Role Playing
Model pembelajaran Role Playing merupakan bentuk kegiatan pembelajaran
dimana siswa bermain peran, memperagakan/menirukan tokoh dalam suatu
kisah, cerita atau peristiwa. Aspek-aspek bermain peran ini antara lain :
1. Mengambil peran (Role Playing)
2. Membuat peran (Role Marking)
3. Tawar-menawar peran (Role Negotitation)
Tabel 1
Langkah-langkah Latihan Assertif dalam Kegiatan Pembelajaran
3) PENUTUP
a. Kesimpulan
Penanaman karakter profil pelajar Pancasila menjadi hal yang penting bagi
guru untuk membentuk karakter siswa yang terpelajar dan berbudi luhur. Selain
melalui penyampaian materi dalam kegiatan pembelajaran, penanaman karakter
siswa yang mandiri, kreatif dan berpikir kritis dapat diwujudkan melalui model
pembelajaran role playing di kelas sebagai bentuk latihan asertif pada siswa.
Dengan menggunakan latihan asertif pada siswa dapat menanamkan karakter
profil pelajar Pancasila yang mandiri, kreatif dan berpikir kritis yang akhirnya
dapat mencegah tindakan bullying pada siswa yang saat ini marak terjadi di
media sosial karena semakin tingginya penggunaan teknologi dan internet.
Bentuk kegiatan pembelajaran ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Saran
Saran yang bisa saya berikan bagi bapak/ibu guru yang ingin menggunakan
model pembelajaran role playing sebagai bentuk latihan asertif ini adalah :
1. Pelajari secara matang materi yang menjadi dasar latihan asertif dan bermain
peran.
2. Pelajari secara matang langkah-langkah dan poin-poin penting yang harus
ada dalam latihan asertif.
3. Guru harus adil dan mendengar pendapat dari semua siswa saat melakukan
role playing di kelas.
4. Guru tetap harus aktif dalam mendorong motivasi siswa untuk mengikuti
langkah-langkah pembelajaran.
Daftar Pustaka
https://mediaindonesia.com/humaniora/389057/kemenkominfo-89-penduduk-indonesia-
gunakan-smartphone
https://www.kajianpustaka.com/2019/05/model-pembelajaran-bermain-peran-role-
playinging.html