Makalah Agama Islam Ii - Kelompok 7 - Week 5
Makalah Agama Islam Ii - Kelompok 7 - Week 5
AGAMA ISLAM II
“Sejarah Ilmu Pengetahuan Dunia Islam”
WEEK 5
Disusun Oleh :
Faokanur Muslimin 041811233023
Syahri Nur Rachmat 041811233201
Fahri nugroho 041811233201
Mochamad Rachmandany F 041811233222
Kemal Rahman Dwi Putra 041911233129
Rumusan Masalah
1. Prestasi ilmuwan muslim dalam sejarah dunia (dari para Nabi Dan Rasul Hinggal
Masa Sahabat, Masa Kekhilafahan Islam)
2. Sejarah ilmuwan muslim di Andalusia, Cordova
3. Sejarah ilmuwan muslim di Bagdad Sejarah ilmuwan muslim di Arab Saudi dan
Afrika
4. Zaman keemasan ilmuwan Islam, zaman kegelapan Eropa
5. Pengembangan profesi Keilmuan dalam perkembangan zaman Sejarah Dikotomi ilmu
pengetahuan umum dengan ilmu agama dan kaitannya dengan sekulerisme
Pembahasan
Sejarah ilmuwan muslim di Andalusia, Cordova
Islam pernah menorehkan peradaban di negara-negara Eropa, meskipun disana
banyak berdiri gereja-gereja yang megah. Penyebaran Islam ke Eropa dimulai dari
Semenanjung Iberia atau yang dikenal dengan sebutan Andalusia. Andalusia termasuk dalam
wilayah Spanyol dan pada masa kejayaan Islam di Spanyol muncullah berbagai teknologi,
seperti teknologi kincir air dan teknologi pengatur air untuk irigasi.
Selain itu, ketika Islam pernah bersemi di Spanyol, banyak para intelektual yang
dikagumi oleh umat Islam dan menginspirasi orang-orang Eropa. Di sana juga terdapat
kota-kota yang menjadi sejarah umat Islam di Eropa. Namun, dibalik itu semua, ada beberapa
tokoh yang berasal dari Andalusia yang sangat berpengaruh bagi umat Islam.
Bernama lengkap Abu Muhammad Ali Ibnu Ahmad Ibnu Said Hazm al-Zahiri, ia
adalah sosok yang terlahir sebagai anak salah seorang pejabat di kekhalifahan Umayyah
Cordoba. Dia dikenal banyak orang sebagai laki-laki yang memiliki kecerdasan intelektual,
spiritual, cerdik, ingatan yang kuat, dan sangat egaliter. Dia memposisikan dirinya sebagai
ilmuwan yang independen. Ada sekitar 400 judul buku yang telah dibuat, salah satunya
berjudul Tawq al-Hamamah (The Dove's Necklace). Selain berkiprah dalam dunia intelektual,
ia juga seorang aktivis politik yang pernah melibatkan diri pada pemerintahan khalifah
Abdurrahman.
Selain itu, mereka juga belajar filologi, yurisprudensi, dan puisi Arab pilihan. Tentu
Abdul Latif juga mempelajari bidang-bidang tersebut. Setelah mendapatkan berbagai ilmu
tersebut, ia mulai mempelajari ilmu yang lebih spesifik dan menarik perhatiannya, yaitu
filsafat alam dan kedokteran. Ia kemudian memutuskan meninggalkan Baghdad untuk
mendapatkan sebuah situasi yang kondusif baginya dalam menimba ilmu. Ia menuju Mosul
pada 1189. Ia lalu berkelana kembali untuk menimba ilmu di Damaskus, Suriah. Melalui
surat rekomendasi dari pemerintahan Salahuddin, Abdul Latif berkunjung ke Mesir. Dalam
dirinya kemudian tebersit keinginan untuk berbicara dengan Maimonides, yang merupakan
dokter ternama kala itu di Mesir. Ia juga sempat ke Yerusalem. Dengan kedalaman ilmu yang
dimilikinya, Abdul Latif kemudian dipercaya untuk menularkan ilmunya. Ia mengajar
kedokteran dan filsafat di Kairo, Mesir, dan Damaskus selama beberapa tahun. Ia sempat pula
sebentar mengajar di Aleppo, Suriah.
Dalam sejarah dunia, telah diyakini oleh sebagian sejarawan bahwa manusia pertama
bertempat di negara Arab. Bahkan dikatakan bahwa Ibu Hawa (moyang manusia setelah
Adam) dikuburkannya di Jabal Arafah, Arab.4 Ini artinya bahwa dunia Arab pada umumnya
sebagai cikal bakal negara Arab sudah dikenal zaman dahulu oleh kebanyakan umat manusia.
Lebih lanjut berbicara tentang sejarah Arab, juga tidak bisa lepas dari berbicara sejarah
perkembangan agama Islam dengan kekhalifahannya. Secara politis, pusat-pusat kekhalifahan
pertama kalinya di Madinah masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar, selanjutnya berpindah
ke Kufah di masa Ali bin Abi Thalib, seterusnya ke Damaskus masa Dinasti Umayyah, ke
Baghdad masa Abbasiyah, ke Istanbul masa Turki Usmani, sampai sistem kekhalifahan
tersebut mengalami kemunduran, dan pada gilirannya wilayah-wilayah Islam, menjadi
negara-negara tersendiri, dan memiliki batas-batas wilayah tersendiri. Dalam peta dunia
terlihat bahwa Arab Saudi menempati sebagian besar Jazirah Arab, semenanjung yang
memisahkan Laut Merah di Barat dan Teluk Persia di Timur.
Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan geografi. Bahkan
sebelum kehadiran Islam, kota Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab dan
Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan seorang pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah
menjadi pusat pertukaran gagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang
Muslim atas jalur perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya,
peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada ekonomi
dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India, dan Tiongkok yang membangun
masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan kepemilikan tanah pertanian. Pedagang
membawa barang dagangan dan menyebarkan agama mereka ke Tiongkok (berujung pada
banyaknya penduduk Islam di Tiongkok dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang
terutama merupakan etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Tiongkok), India,
Asia tenggara, dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke
Timur Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan baru dari
tempat-tempat tersebut.
Banyak ilmuwan penting Islam yang hidup dan berkegiatan selama Zaman Kejayaan Islam.
Di antara pencapaian para ilmuwan pada periode ini antara lain perkembangan trigonometri
ke dalam bentuk modernnya (sangat menyederhanakan penggunaan praktiknya untuk
memperhitungkan fase bulan), kemajuan pada bidang optik pada Cammera Obscura oleh
Al-Hasan bin Haitsam pada 200 tahun sebelum Leonardo Da Vinci, memberi komentar pada
Euklides dan Ptolomeus perihal penembusan dan perjalanan sinar] dan kemajuan pada bidang
astronomi.
Kemajuan lain ditunjukan pada bidang kimia. Ilmu kimia merupakan ilmu dari Mesir kuno
yang digagas kembali oleh ilmuwan muslim sehingga mencapai pengembangan ilmu yang
sangat besar. Pada masa itu telah dikenal beberapa zat dan peralatan laboratorium seperti
alkohol (kohol dalam bahasa Arab), alkali (alqali dalam bahasa Arab), dan sebagainya.
Kedokteran adalah bagian penting dari kebudayaan Islam Abad Pertengahan. Sebagai
tanggapan atas keadaan pada waktu dan tempat mereka, para dokter Islam mengembangkan
literature medis yang kompleks dan banyak yang meneliti dan menyintesa teori dan praktik
kedokteran.
Kedokteran Islam dibangun dari tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang telah
berkembang sebelumnya di Yunani, Romawi, dan Persia. Bagi para ilmuwan Islam, Galen
dan Hippokrates adalah orang-orang yang unggul, disusul oleh para ilmuwan Hellenik di
Iskandariyah. Para ilmuwan Islam menerjemahkan banyak sekali tulisan-tulisan Yunani ke
bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan kedokteran baru dari naskah-naskah
tersebut. Untuk menjadikan tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan diajarkan,
para ilmuwan islam mengusulkan dan menjadikan lebih sistematis pengetahuan kedokteran
Yunani-Romawi yang luas dan kadang inkonsisten dengan cara menulis ensikolpedia dan
ikhtisar.
Pembelajaran Yunani dan Latin dipandang sangat jelek di Eropa Kristen Abad Pertengahan
Awal, dan baru pada abad ke-12, setelah adanya penerjemahan dari bahasa Arab membuat
Eropa Abad Pertengahan kembali mempelajari kedokteran Hellenik, termasuk karya-karya
Galen dan Hippokrates. Jauh sebelum itu, bangsa Eropa telah banyak belajar dengan umat
Islam dalam hal kedokteran. Di Sisilia, sebuah sekolah kedokteran dengan dokter-dokter
Muslim sebagai pengajarnya, menjadi sumber ilmu kedokteran di Eropa. Dengan
memberikan pengaruh yang setara atau mungkin lebih besar di Eropa Barat adalah Kanon
Kedokteran karya Ibnu Sina, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibuat
manuskrip lalu dicetak dan disebarkan ke seluruh Eropa. Selama abad kelima belas dan
keenam belas saja, karya tersebut diterbitkan lebih dari lima kali. Sejarah mencatat, ada
sekitar 300 buku kedokteran yang diterjemahkan bangsa Eropa.
Di dunia Islam Abad Pertengahan, rumah sakit mulai dibangun di semua kota besar, misalnya
di Kairo, rumah sakit Qalawun memiliki staf pegawai yang terdiri dari dokter, apoteker, dan
suster. Orang juga dapat mengakses apotek, dan fasilitas penelitian yang menghasilkan
kemajuan pada pemahaman mengenai penyakit menular, dan penelitian mengenai mata serta
mekanisme kerja mata.
Selain di sungai Nil, Tigris dan Efrat, sungai-sungai yang dapat dilalui tidaklah banyak, jadi
perjalanan lewat laut menjadi sangat penting. Ilmu navigasi amat sangat berkembang,
menghasilkan penggunaan sekstan dasar (dikenal sebagai kamal). Ketika digabungkan
dengan peta terinci pada periode ini, para pelaut berhasil berlayar menjelajahi samudara dan
tak lagi perlu bersusah payah melalui gurun pasir. Para pelaut muslim juga berhasil
menciptakan kapal dagang besar bertiang tiga ke Laut Tengah. Nama karavel kemungkinan
berasal dari perahu terawal Arab yang dikenal sebagai qārib. Sebuah kanal buatan yang
menghubungkan sungai Nil dengan Terusan Suez dibangun, menghubungkan Laut Merah
dengan Laut Tengah meskipun itu sering berlumpur
Kesimpulan
Peradaban Islam telah mengalami Zaman Keemasan Islam dimana pada puncak kejayaannya
mereka menjadi pusat peradaban dan kebudayaan dunia. Tokoh tokoh ilmuwan muslim telah
banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan seperti pembangunan
rumah sakit Qalawun, perkembangan trigonometri ke dalam bentuk modernnya ,dan
mengajarkan filologi, yurisprudensi, dan puisi Arab. Dengan sejarah peradaban ilmu
pengetahuan dunia Islam yang dipenuhi oleh pencapaian pencapain sangat luar biasa sudah
menjadi tugas kita untuk memulai kembali Zaman Keemasan Islam pada masa kini. kita
sebagai generasi penerus ilmuan ilmuan tersebut sudah selayaknya untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan berdasarkan agama islam.