Urutan Prioritas
LEARNING OUTCOMES
1. LO1: Mahasiswa dapat menjelaskan konsep kelayakan suatu proyek/bisnis dalam sebuah
industri
2. LO2: Mahasiswa dapat menganalisa aspek urutan prioritas yang berhubungan dengan
kelayakan suatu proyek/bisnis dalam suatu industry dengan perhitungan yang cermat.
3. LO3: Mahasiswa dapat mengaplikasi metode yang tepat untuk memecahkan masalah dalam
suatu kelayakan proyek/bisnis pada sebuah perusahaan industry berdasarkan aspek urutan
prioritas.
OUTLINE MATERI :
Berikut 5(Lima) metode yang bisa dilakukan dalam pengurutan prioritas proyek, yaitu :
Jika dana yang tersedia dari perusahaan hanya sebesar 11(sebelas) milyar, maka proyek mana
saja yang akan dipilih?
Berikut beberapa alternative yang bisa dipilih :
1. Alternatif 1
Berdasarkan biaya proyek yang paling kecil.
D 600 500
B 800 1.000
E 600 1.800
A 700 2.500
C 300 4.200
2. Alternatif 2
Berdasarkan jumlah manfaat netto.
Nama Proyek Manfaat Netto Biaya Proyek
D 600 500
B 800 1.000
A 700 2.500
G 1.400 7.000
3. Alternatif 3
Berdasarkan nilai B/C yang paling besar.
Nama Proyek B/C Ratio Biaya Proyek
D 2.20 500
B 1.80 1.000
E 1.33 2.500
C 1.07 4.200
Total : 10.000
Sisa : 11.000 – 10.000 = 1.000
Penjelasan :
1. Pada alternative 1
Dana habis terpakai untuk proyek D, B, E, A, dan C, dengan total biaya 11 milyar
rupiah sedangkan proyek yang lain tertunda.
2. Pada alternative 2
Dana habis terpakai untuk proyek D, B, E, dan C, dengan total biaya 11 milyar rupiah
sedangkan proyek yang lain tertunda.
3. Pada alternative 3
4. Dana habis terpakai untuk proyek D, B, A, E, dan C, dengan total biaya 10 milyar
rupiah dan masih tersisa 1 milyar rupiah. Maka akan timbul pertanyaan mengenai
pemanfaatan sisa dana ini. Apakah akan melaksanakan proyek F secara sebagian dan
menunda proyek G, atau melaksanakan proyek G secara sebagian dan menunda proyek
F, atau melaksanakan kedua proyek F dan G secara sebagian dengan membagi sisa
dana tersebut.
C. PENGURUTAN BERDASARKAN COST EFFECTIVENESS
Pengurutan dapat dilakukan berdasarkan sumber daya yang mendesak untuk segera
dimanfaatkan, misalnya tenaga kerja yang menganggur, dimana dampaknya bisa
meningkatkan tingkat pengangguran yang tinggi dan kriminalitas dan kemiskinan. Oleh
sebab itu perusahaan dapat melakukan pengurutan dengan penggunaan tenaga kerja yang
dapat diserap. Seperti table berikut ini :
1. Alternatif 1
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan biaya proyek dengan nilai
terbesar
Nama Proyek Urutan Prioritas Kebutuhan Tenaga Biaya Proyek
Kerja (Jutaan Rupiah)
G 1 3.200 7.000
F 2 3.000 6.500
C 3 2.500 4.200
A 4 1.200 2.500
E 5 1.000 1.800
D 7 200 500
2. Alternatif 2
Berdasarkan Biaya Proyek dan Tenaga Kerja yang dibutuhkan mulai dari nilai terkecil
Nama Proyek Biaya Proyek Kebutuhan Tenaga Kerja
D 500 200
B 1.000 600
E 1.800 1.000
A 2.500 1.200
C 4.200 2.500
F 6.500 3.000
3. Alternatif 3
Berdasarkan Manfaat Netto
Nama Proyek Manfaat Netto Kebutuhan Tenaga Biaya Proyek
Kerja
G 1.400 3.200 7.000
4. Alternatif 4
Berdasarkan Biaya Proyek dan Tenaga Kerja mulai dari nilai terkecil
Nama Proyek Biaya Proyek Kebutuhan Tenaga
Kerja
D 500 200
B 1.000 600
E 1.800 1.000
A 2.500 1.200
C 4.200 2.500
G 7.000 3.200
Penjelasan :
- Alternatif 1, proyek yang diambil adalah G dan F dengan serapan tenaga kerja
sebanyak 6.200 orang, tetapi kebutuhan dana sebesar 2.5 milyar rupiah tidak sesuai
dengan dana awal.
- Alternatif 2, proyek yang diambil adalah D, B, E, C, F, yang menyerap tenaga kerja
sebanyak 8.500 orang, tetapi total dana yang dibutuhkan sebesar 5.5 milyar rupiah dan
tidak sesuai dengan dana awal.
- Alternatif 3, proyek yang dipilih adalah G, B, A, D, yang menyerap tenaga kerja 5.200
orang dengan dana yang sesuai yaitu 11 milyar rupiah.
Maka untuk pemilihan alternative proyek bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perusahaan.
Jika pelaksanaan proyek ditunda lagi hingga tahun kesekian, maka harus ditentukan
waktu yang memiliki keuntungan bersihnya optimal.
3. Selanjutnya proyek-proyek yang layak diurutkan berdasarkan nilai B/C Ratio dari
yang terbesar sampai yang terkecil. Nilai terbesar menjadi prioritas utama
pelaksanaan proyek begitu sampai nilai yang terkecil sebagai rutan terakhir
pelaksanaan proyek.
1. Pengurutan prioritas suatu proyek perlu dilakukan jika pada kenyataannya semua proyek
adalah layak.
2. Pengurutan prioritas proyek ini bisa dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu
berdasarkan : Inspeksi, Dana, Manfaat dan B/C ratio, Cost Effectiveness, Optimal Time
Phasing, dan Incremental Benefit Cost Ratio (B/C).
3. Pengurutan Inspeksi merupakan pengurutan prioritas proyek yang berdasarkan kondisi dan
situasi, contoh : keadaan yang mendesak, keterkaitan dengan proyek lain atau sebelumnya.
4. Pengurutan berdasarkan Dana, Manfaat dan B/C ratio maksudnya adalah bahwa nilai proyek
diurutkan sesuai dengan jumlah dananya versus dana yang tersedia. Oleh sebab itu akan ada
beberapa alternative pilihan proyek yang dapat ditentukan.
5. Pengurutan berdasarkan Cost Effectiveness, maksudnya adalah pengurutan penilaian proyek
dilihat dari besarnya serapan tenaga kerja dan biaya proyek apakah sesuai dengan dana yang
tersedia.
6. Pengurutan berdasarkan Optimal Time Phasing, maksudnya adalah penilaian prioritas urutan
proyek yang memperhitungkan bunga majemuk dan kehilangan benefitnya dimasa datang,
apakah proyek menguntungkan jika ditunda.
7. Pengurutan berdasarkan Incremental Benefit Cost Ratio (B/C), dimana prioritas urutan
proyek yang memperhitungkan nilai manfaat proyek dibandingkan dengan biaya proyek.
Jika nilai B/C ratio > atau = 1, maka proyek dapat dilaksanakan, dan jika nilai B/C < 1,
maka proyek tidak dapat dilaksanakan.
1. Drs. Husein Umar, SE.MM, MBA, Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metode, dan Kasus. Cet-1 –
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997 – ISBN- 979-605- 578-3
2. Situmorang, Syafrizal Helmi, Studi kelayakan bisnis (buku II)/oleh Syafrizal Helmi Situmorang dan
Ami Dilham. Cet. 1. – Medan: USU Press, 2007. ISBN – 979-458-296-4