Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal

Volume 11 Nomor 1, Januari 2021


e-ISSN 2549-8134; p-ISSN 2089-0834
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM

SLOW DEEP BREATHING BERPENGARUH TERHADAP FATIGUE PADA PASIEN


DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS
Uswatun Hasanah1*, Livana PH2
1
Akademi Keperawatan Dharma Wacana, Jl. Kenanga No. 3 Mulyojati 16 C Kota Metro, Lampung, Indonesia,
34125
2
Program Studi Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln. Laut 31 A
Kendal, Jawa Tengah, Indonesia 51311
*emailnyauus@gmail.com

ABSTRAK
Hemodialisa sebagai terapi utama dalam penanganan gangguan ginjal kronik, memiliki dampak yang
bervariasi, diantaranya efek hemodialisis kronik berupa fatigue. Salah satu terapi yang telah terbukti
efektivitasnya untuk mengatasi fatigue yaitu Slow deep breathing. Slow deep breathing merupakan
teknik relaksasi nafas dalam lambat yang akan menstimulasi sistem saraf parasimpatik sehingga
meningkatkan produksi endorphin, menurunkan heart rate, meningkatkan ekspansi paru sehingga
dapat berkembang maksimal, dan otot-otot menjadi rileks sehingga dapat mengurangi fatigue.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Slow Deep Breathing terhadap fatigue pada
pasien dengan gagal ginjal kronik. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain quasi experimental
menggunakan rancangan pre-post test with control grup. Pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dengan jumlah responden 56 orang.. Pengukuran fatigue pada responden
menggunakan kuesioner FACIT fatigue scale. Analisa data menggunakan uji statistik dengan uji
paired t test. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan skor fatigue sebelum dan
setelah dilakukan slow deep breathing (p value 0.000).

Kata kunci: fatigue; hemodialisis; slow deep breathing

THE EFFECT OF SLOW DEEP BREATHING ON FATIGUE IN PATIENTS WITH


CHRONIC KIDNEY FAILURE THROUGH HEMODIALYSIS

ABSTRACT
Hemodialysis as the main therapy in the management of chronic kidney disorders, has various effects,
including the effect of chronic hemodialysis in the form of fatigue. One therapy that has been proven
to be effective in overcoming fatigue is slow deep breathing. Slow deep breathing is a slow deep
breath relaxation technique that will stimulate the parasympathetic nervous system, thereby
increasing endorphin production, reducing heart rate, increasing lung expansion so that it can
develop optimally, and relaxing muscles so as to reduce fatigue. This study aims to determine the
effect of slow deep breathing on fatigue in patients with chronic renal failure. This research is a
quantitative type with a quasi experimental design using a pretest-posttest design with control group.
Sampling using purposive sampling with the number of respondents 56 people. Measurement of
fatigue in respondents using the FACIT fatigue scale questionnaire. Data analysis used statistical test
with t test. The results showed a significant difference in fatigue scores before and after slow deep
breathing (p value 0.000).

Keywords: fatigue; hemodialysis; slow deep breathing

PENDAHULUAN
Ginjal merupakan salah satu organ penting di dalam tubuh kita, yang berfungsi untuk
menyaring (filtrasi) dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme (racun) dari darah menjadi
urin. Pada keadaan gagal ginjal kronis (chronic kidney disease) terjadi penurunan fungsi

143
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 143 - 148, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

ginjal secara progresif dan tidak dapat pulih kembali (Black, M. Joyce, dan Hawks, Hokanson
2014).

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan prevalensi penderita Gagal Ginjal
tahun 2013 sebesar 2% atau 2 per 100 penduduk meningkat menjadi 3,8% pada tahun 2018,
dan proporsi pernah/sedang cuci darah pada penduduk berumur lebih dari 15 tahun yang
pernah didiagnosa penyakit gagal ginjal kronik sebesar 19,3% (Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018). Di Lampung juga terjadi peningkatan jumlah pasien baru yang menjalani
hemodialisa. Pada tahun 2017 sebanyak 320 pasien baru, sedangkan tahun 2018 meningkat
signifikan menjadi 1784 pasien (IRR 2017);(PERNEFRI 2018).

Pasien gagal ginjal akan merasakan keletihan, sakit kepala dan keluar keringat dingin akibat
tekanan darah yang menurun. Adanya status nutrisi yang buruk juga dapat menyebabkan
penderita mengeluh malaise dan keletihan (fatigue). Selain itu kadar oksigen rendah karena
anemia akan menyebabkan tubuh mengalami keletihan yang ekstrem (fatigue) dan akan
memaksa jantung bekerja lebih keras untuk mensuplay oksigen yang dibutuhkan (Septiwi
2013). Keletihan merupakan rasa letih yang luar biasa dan terus-menerus serta penurunan
kapasitas kerja fisik serta mental pada tingkat yang biasanya (Wilkinson 2017).

Salah satu terapi yang telah terbukti efektivitasnya untuk mengatasi keletihan yaitu Slow deep
breathing. Slow deep breathing adalah relaksasi yang disadari untuk mengatur pernapasan
secara dalam dan lambat. terapi relaksasi napas dalam adalah pernapasan abdomen dengan
frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan
mata (Brunner dan Suddart, 2002 dalam Setyoadi, 2011). Napas dalam lambat merupakan
bagian strategi holistik self-care untuk mengatasi berbagai keluhan salah satunya adalah
keletihan (Septiwi 2013). Secara fisiologis, teknik relaksasi nafas dalam lambat akan
menstimulasi sistem saraf parasimpatik sehingga meningkatkan produksi endorpin,
menurunkan heart rate, meningkatkan ekspansi paru sehingga dapat berkembang maksimal,
dan otot-otot menjadi rileks (Jafar, 2019).

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh slow deep breathing
terhadap fatigue pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis melalui
penelitian quasi-experiment.

METODE
Penelitian ini menggunakan desain quasi-experiment pre-post test without control group yang
membandingkan pengaruh suatu intervensi, yaitu Slow deep breathing terhadap fatigue pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dengan jumlah sampel 56 orang. Pengukuran fatigue menggunakan
kuesioner FACIT fatigue scale. Kuesioner fatigue menggunakan kuesioner FACIT fatigue
scale (versi 4) berisi 13 pertanyaan. Skala kuesioner FACIT fatigue scale (versi 4) ini
menggunakan skala Likert. 13 pertanyaan mulai dari nomor 1 hingga 13 diberi nilai 0 dengan
pilihan jawaban “tidak sama sekali”, nilai 1 dengan pilihan jawaban “sedikit”, nilai 2 dengan
pilihan jawaban “sedang”, nilai 3 dengan pilihan jawaban “cukup banyak”, nilai 4 dengan
pilihan jawaban “sangat banyak”. Rentang nilai kuesioner skala kelelahan FACIT berada
diantara 0 – 52. Semakin tinggi nilai fatigue maka kualitas hidup seseorang semakin baik dan
nilai <30 menunjukkan kelelahan berat.

144
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 143 - 148, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

HASIL
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 37 dari 56 responden mengalami fatigue berat. Hal ini
terlihat di tabel 1 pada kelompok kontrol dan intervensi. Tabel 2 menunjukkan hasil bahwa
terdapat perubahan signifikan skor fatigue pada kelompok intervensi dimana skor rata-rata
fatigue sebelum dilakukan slow deep breathing 25,79 menjadi 35,00 dimana hal tersebut
menunjukkan terjadinya penurunan fatigue. Kuesioner Skala Kelelahan FACIT berada
diantara 0–52 dimana semakin tinggi nilai maka kualitas hidup semakin baik. Nilai <30
menunjukkan kelelahan yang berat.
Tabel 1.
Fatigue pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalanai Hemodialisis pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi (n= 56)
Fatigue Kelompok
Intervensi Kontrol
f % f F%
Ringan 11 39.3 8 28.6
Berat 17 60.7 20 71.4

Tabel 2.
Analisis Perubahan Skor Fatigue Sebelum dan Sesudah Slow Deep Breathing pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol (n=56)
Kelompok
Fatigue Intervensi (n=28) Kontrol (n=28)
Mean ± SD p Mean ± SD p
t t
Sebelum Sesudah value Sebelum Sesudah value
Skor 25.79±6. 35.00±3. - 26.93±5. 28.11±4. -
0.000 0.008
Fatigue 070 311 7.204 047 589 2.841

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pasien Gagal Ginjal Kronik dengan hemodialisis
yang mengalami fatigue dominan baik pada kelompok intervensi maupun kontrol. Pada
kelompok intervensi sejumlah 17 orang (60.7%) dan kelompok kontrol sejumlah 60 orang
(71.4%). Pasien gagal ginjal akan merasakan keletihan, sakit kepala dan keluar keringat
dingin akibat tekanan darah yang menurun. Adanya status nutrisi yang buruk juga dapat
menyebabkan penderita mengeluh malaise dan keletihan (fatigue). Selain itu kadar oksigen
rendah karena anemia akan menyebabkan tubuh mengalami keletihan yang ekstrem (fatigue)
dan akan memaksa jantung bekerja lebih keras untuk mensuplay oksigen yang dibutuhkan
(Septiwi 2013). Keletihan adalah rasa letih yang luar biasa dan terus-menerus serta
penurunan kapasitas kerja fisik serta mental pada tingkat yang biasanya (Wilkinson 2017).

Pasien dengan gagal ginjal akan memiliki kadar ureum dan kreatinin yang tinggi. Ureum yang
tinggi akan mengganggu produksi hormon eritropoetin. Eritropetin mempengaruhi produksi
eritrosit dengan merangsang proliferasi, diferensiasi dan sel prekursor eritroid. Akibatnya
jumlah sel darah merah menurun atau yang disebut dengan anemia. Respon tubuh yang
normal terhadap keadaan anemia adalah merangsang fibroblas peritubular ginjal untuk
meningkatkan produksi EPO, yang mana EPO dapat meningkat lebih dari 100 kali dari nilai
normal bila hematokrit dibawah 20%. Sebaliknya jika respon tubuh tidak normal, pasien akan
mengalami lelah, letih, lesu yang merupakan gejala fatigue (Hidayat, 2016). Selain itu kadar
okigen rendah karena anemia akan menyebabkan tubuh mengalami keletihan yang ekstrem
(fatigue) dan akan memaksa jantung bekerja lebih keras untuk mensuplay oksigen yng

145
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 143 - 148, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dibutuhkan (Septiwi 2013). Menurut Mitchell et al. (2007) intervensi potensial yang dapat
dilakukan untuk menurunkan fatigue meliputi energi konservasi, manajemen aktifitas
(intradialytic exercise), meningkatkan kualitas tidur, relaksasi otot, slow deep breathing,
masase, mengurangi keletihan dan edukasi. Upaya untuk mengurangi keluhan fatigue menjadi
kunci penting dalam mengembalikan kemampuan fungsional penderita. Penderita harus
dibantu dengan diarahkan agar tetap mampu beraktifitas sesuai level energi yang dimilikinya,
bahwa penggunaan energi juga harus dilakukan sesuai dengan toleransi (Mitchell 2007).

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan skor fatigue sebelum dan setelah
dilakukan slow deep breathing (p value 0.000). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
perubahan skor tingkat keletihan/ fatigue yang tadinya 25.79 (fatigue berat) menjadi 35.00
(fatigue ringan) pada kelompok intervensi setelah dilakukan slow deep breathing. Slow deep
breathing yaitu relaksasi napas dalam lambat merupakan bagian strategi holistik self-care
untuk mengatasi berbagai keluhan salah satunya adalah keletihan (Septiwi 2013).

Slow Deep Breathing adalah pernapasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan,
berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata (Brunner & Suddart, 2002
dalam Setyoadi, 2011). Slow deep breathing adalah metode bernapas yang frekuensi bernapas
kurang dari 10 kali permenit dengan fase ekshalasi yang panjang. Slow deep breathing atau
relaksasi napas dalam dengan tempo lambat merupakan tindakan yang disadari untuk
mengatur pernapasan secara dalam dan lambat yang dapat menimbulkan efek relaksasi yang
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa nyeri, dan mengurangi stres
atau cemas (Pirmaari 2017).

Secara fisiologis, teknik relaksasi nafas dalam lambat (slow deep breathing) akan
menstimulasi sistem saraf parasimpatik sehingga meningkatkan produksi endorphin,
menurunkan heart rate, meningkatkan ekspansi paru sehingga dapat berkembang maksimal,
dan otot-otot menjadi rileks. Teknik relaksasi nafas dalam lambat membuat tubuh kita
mendapatkan input oksigen yang adekuat, dimana oksigen memegang peran penting dalam
sistem respirasi dan sirkulasi tubuh. Saat kita melakukan teknik relaksasi nafas dalam lambat,
oksigen mengalir ke pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
metabolisme yang tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan memproduksi energi yang
kemudian akan memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk dan disuplay ke seluruh jaringan
sehingga tubuh dapat memproduksi energi dan menurunkan level keletihan/ fatigue (Pertiwi
and Prihati 2020).

Penelitian oleh Pertiwi dan Prihati (2020) menunjukkan bahwa ada perubahan pada tingkat
keletihan pada pasien gagal ginjal kronik di RS Roemani Muhammadiyah Semarang yang
awalnya mengalami keletihan sedang menjadi keletihan ringan setelah diberikan terapi slow
deep breathing selama 3 hari. Penelitian selanjutnya oleh Hilma tahun 2015 menyimpulkan
bahwa teknik relaksasi slow deep breathing dapat menurunkan keletihan pasien gagal ginjal
kronik (Pertiwi and Prihati 2020). Penelitian Bilo, Revera, Bussotti, Bonacina, Styczkiewicz,
dan Caldara (2012) juga menyatakan bahwa slow deep breathing mampu meningkatkan
efisiensi ventilasi untuk oksigen seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan oksigenasi darah,
dan ini mengurangi tekanan darah sistemik dan paru di ketinggian tetapi tidak mengubah
difusi gas paru.

Hasil penelitian Maqruf dan Ismahmudi (2017) menunjukkan bahwa pemberian intervensi
teknik slow deep breathing dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien gagal ginjal
kronik. Penelitian Andri, Waluyo, Jumaiyah, dan Nastashia (2018) juga menunjukkan bahwa

146
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 143 - 148, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Slow Deep Breathing Exercise mampu menurunkan tekanan darah. Hal ini juga didukung
oleh penelitian Aswad (2020); Sumartini dan Miranti (2019); Berek (2018) menunjukkan
bahwa Slow Deep Breathing dapat dijadikan intervensi non farmakologi khususnya pada
pasien Hipertensi karena mampu menurunkan tekanan darah. Penelitian Noble dan Hochman
(2019) juga mendukung hasil penelitian ini bahwa slow deep breathing meningkatkan hasil
terapi kognitif dan perilaku yang diperoleh melalui berbagai praktik pikiran-tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa penelitian terkait maka peneliti menyimpulkan
bahwa slow deep breathing merupakan terapi non farmakologi yang mampu menurunkan
tingkat keletihan yang disebabkan banyak faktor dan salah satunya karena adanya
peningkatan tekanan darah, sehingga slow deep breathing dapat diterapkan oleh perawat
dalam memberikan intervensi asuhan keperawatan pada fatigue pasien gagal ginjal
khususnya.

SIMPULAN
Hasil penelitian tentang penerapan slow deep breathing pada pasien yang mengalami gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialysis menunjukkan adanya perbedaan signifikan skor
fatigue sebelum dan setelah dilakukan slow deep breathing (p value 0.000).

DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Nastashia, D. (2018). Efektivitas Isometric Handgrip
Exercise dan Slow Deep Breathing Exercise terhadap Perubahan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Silampari, 2(1), 371-384.
https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.382
Aswad, Y. (2020). Efektifitas Terapi Slow Deep Breathing Dan Musik Relaksasi Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi dii Panti Werda Ilomata Kota Gorontalo. Jambura
Journal of Health Sciences and Research, 2(2), 59-64.
https://doi.org/10.35971/jjhsr.v2i2.6939
Berek, P. A. (2018). Pengaruh Slow Deep Breathing dan Pengaturan Natrium Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Primer. In Seminar Ilmiah Nasional
Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) (Vol. 1, No. 1).
http://dx.doi.org/10.36002/snts.v0i0.521
Black, M. Joyce, dan Hawks, Hokanson, Jane. (2014). Keperawatan Medikal Bedah,
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. 8th ed. Singapore: Elsevier Pte.Ltd.
Bilo, G., Revera, M., Bussotti, M., Bonacina, D., Styczkiewicz, K., Caldara, G., ... & Parati,
G. (2012). Effects of slow deep breathing at high altitude on oxygen saturation,
pulmonary and systemic hemodynamics. PloS one, 7(11), e49074.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0049074
IRR. (2017). “Program Indonesia Renal Registry.” 10th Report of Indonesian Renal Registry,
1–46.
Maqruf, A., & Ismahmudi, R. (2017). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik dengan Intervensi Slow Deep Breathing dan Relaksasi Dzikir untuk
Menurunkan Tekanan Darah di Ruang Hemodialisa RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda 2017. https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/329
Mitchell. (2007). “BAB II Tinjauan Teori. 2007.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20856/ BAB

147
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 143 - 148, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

II.pdf?sequence=3&isAllowed=y.
Noble, D. J., & Hochman, S. (2019). Hypothesis: pulmonary afferent activity patterns during
slow, deep breathing contribute to the neural induction of physiological
relaxation. Frontiers in physiology, 10, 1176. https://doi.org/10.3389/fphys.2019.01176
PERNEFRI. (2018). “11th Report Of Indonesian Renal Registry 2018.” Irr, 1–46.
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/IRR 2018.pdf.
Pertiwi, Ria Astarina, and Dyah Restuning Prihati. (2020). “Penerapan Slow Deep Breathing
Untuk Menurunkan Keletihan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.” Jurnal Manajemen
Asuhan Keperawatan 4 (1): 14–19. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.77.
Pirmaari. (2017). “Teknik Relaksasi Slow Deep Breathing. Program Studi Profesi Ners
Universitas Pembangunan Nasional „Veteran‟ Jakarta.”
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). “Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI Tahun 2018.” 2018.
Sumartini, N. P., & Miranti, I. (2019). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan
Darah Lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Jurnal Keperawatan
Terpadu (Integrated Nursing Journal), 1(1), 38-49. http://jkt.poltekkes-
mataram.ac.id/index.php/home/article/view/26
Septiwi, Cahyu. (2013). “pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level Fatigue Pasien
Hemodialisis Di Rspad Gatot Subroto Jakarta Cahyu Septiwi Jurusan Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong.” Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing), 8 (1): 14–21.
Wilkinson, J. M. (2017). “Diagnosis Keperawatan.” 2017.

148

Anda mungkin juga menyukai