Anda di halaman 1dari 4

Notulensi IBMA 25 Maret 2022

1. Presentan : dr. Mohammad Anom Wijayanto

Pembimbing : dr. Amin Tjubandi, Sp. BTKV, Subsp. JD(K)

Oponen : dr. Adityo Budiarso

Topik : Mitral Stenosis

Pertanyaan dari dr. Adityo Budiarso

1. Pada operasi mitral valve repair, bagaimana cara melakukan pemilihan jenis dan
ukuran ring annuloplasty?
2. Pada kasus mitral stenosis, komplikasi yang paling sering terjadi adalah
pulmonary hypertension. Apa yang dapat dilakukan saat preoperatif, intraoperatif
dan post operatif dalam menangani kasus mitral stenosis dengan pulmonary
hypertension?

Jawaban dr. Mohammad Anom Wijayanto


1. Pada kasus mitral stenosis dengan etiologi rheumatic heart disease dimana
terjadi dilatasi dan fibrosis annulus diberikan katup rigid.
Mekanisme pemilihan ukuran ring annuloplasty dilakukan dengan membuat tegel
pada commissura anterior dan posterior. Dilakukan pengukuran dengan sizer,
hasil yang didapat dilebihkan 5 mm agar coaptation antara anterior dan posterior
lebih baik
2. Pada post operatif target utama adalah untuk menurunkan pulmonary vascular
resistance dengan obat-obatan seperti nitric oxide (NO) atau sildenafil, pasien
juga dijaga dalam keadaan “keep quiet” agar tidak meningkatkan systemic
vascular resistance atau pulmonary vascular resistance. Support innotropik yang
tidak meningkatkan PVR juga dapat diberikan.

Pertanyaan dari dr. Rafles Partogi Hadameon Simbolon

1. Pada operasi mitral valve replacement (MVR), penempatan katup sesuai dengan
anatomi atau ante anatomi?
2. Apakah ada rentang ukuran yang bagus untuk coaptation length pada kasus
mitral valve repair?

Jawaban dr. Mohammad Anom Wijayanto


1. Katup diletakkan secara ante anatomi agar leafletnya tidak terkena septum.
2. Ketika melakukan sizing ring annuloplasty, hasil pengukuran yang didapatkan
ditambahkan 5 mm pada regio posterior untuk memperbaiki coaptation length.
Materi dari dr. Amin Tjubandi, Sp. BTKV, Subsp. JD(K)

1. Pemilihan ring dalam kasus mitral disease harus dibedakan terlebih dahulu
etiologinya, apakah suatu rheumatic heart disease atau degeneratif. Pada kasus
rheumatic heart disease dianjurkan memilih ring yang bersifat rigid karena bisa
menstabilkan annulus yang sering terjadi distorsi pada kasus rheumatic heart
disease.
2. Pengukuran ring untuk mitral valve repair pada RHD sama dengan kasus
degeneratif, yang harus diperhatikan adalah pada kasus mitral valve repair
dengan etiologi rheumatic heart disease dilakukan augmentasi ring dengan
perikardium atau gore-tex patch, sehingga pemilihan ringnya harus lebih besar
sekitar 1 atau 2 nomor diatas hasil pengukuran ring. Jika tidak melakukan
augmentasi, kita harus melakukan sizing ring dengan ukuran yang pas, jangan
sampai terlalu kecil karena berhubungan dengan mitral valve gradient post
repair.
3. Tatalaksana pulmonary hypertension pada mitral stenosis banyak yang faktor
yang bisa dimodifikasi pre, intra, dan post. Yang lebih penting adalah bagaimana
kita bisa mendeteksi faktor pulmonary hypertension dalam pemberian
obat-obatan seperti protamin yang merupakan vasokonstriktor pulmonal atau
pada pasien dengan pulmonary hypertension dan low output yang diberikan
norepinefrin yang merupakan vasokonstriktor pulmonal. Jadi pemilihan jenis dan
dosis vasokonstriktor adalah hal yang penting. Keadaan lain yang dapat memicu
pulmonary hypertension adalah CPB time yang lama karena faktor inflamasi.
Kardiotomi (darah yang terkena dengan oksigen / perikard) juga dapat
mencetuskan pulmonary hypertension.
4. Coaptation length pada mitral valve repair dengan etiologi rheumatic heart
disease atau degeneratif harus dibedakan. Pada mitral valve repair dengan
etiologi rheumatic heart disease, tidak menggunakan coaptation length bahkan
dalam keadaan mitral regurgitation.
5. Pada mitral valve repair dengan etiologi rheumatic heart disease, biasanya
dilakukan peeling pada leaflets. Pada kasus rheumatic heart disease biasanya
terjadi kalsifikasi pada katup sehingga dilakukan dekalsifikasi, akan tetapi jika
yang terjadi pada katup adalah fibrosis, maka akan sulit sekali dilakukan peeling.
Salah satu prediktor gagal repair adalah katup fibrosis.
2. Presentan : dr. Kevin Dilian Suganda

Pembimbing : dr. David Hutagaol, Sp. BTKV, Subsp. VE(K)

Oponen : dr. Rezky Pamaska

Topik : Congenital Anomalies of The Lung

Pertanyaan dari dr. Rezky Pamaska


1. Apa perbedaan extralobar pulmonary sequestration dengan MAPCAs (major
aortopulmonary collateral arteries)?

Jawaban dr. Kevin Dilian Suganda


1. Pada extralobar pulmonary sequestration sistem pembuluh darahnya berada di
luar parenkim paru, seperti paru ketiga. Bedanya dengan MAPCAs adalah
terdapat grading vein.

Pertanyaan dari dr. Matthew Billy


1. Apakah ada indikasi cito pada kasus Congenital Anomalies of The Lung?

Jawaban dr. Kevin Dilian Suganda


1. Apapun jenis Congenital Anomalies of The Lung jika menyebabkan distres
nafas, hemodinamik menurun dan mediastinal shifting maka perlu dilakukan
tindakan operatif cito.

Pertanyaan dr. Taufan


1. Pada kasus Congenital Anomalies of The Lung yang menyebabkan tension
pneumothorax apakah boleh dipasang WSD sambil menunggu persiapan
operasi?

Jawaban dr. Kevin Dilian Suganda


1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang dulu untuk memastikan letak dan
ukuran bulaenya. Jika ada fistula akan terjadi ventilation perfusion mismatch
yang menyebabkan distres nafas berat.

Materi dari dr. David Hutagaol, Sp. BTKV, Subsp. VE(K)

1. Sebagai seorang BTKV harus bisa memutuskan kasus mana yang emergensi
dan elektif pada kasus pediatrik.
2. Tindakan emergensi misalnya ada giant bulla yang menyebabkan tension
pneumothorax maka hilangkan keadaan tensionnya dulu dengan memasang
WSD. Jangan takut dengan fistula.
Tetapi jika keadaan giant bulla tidak menyebabkan tension maka tidak perlu
buru-buru pasang WSD.
3. Sequestration adalah pembuluh darah extra yang masuk ke paru akibatnya paru
mengalami overload sehingga paru menjadi rusak, sedangkan MAPCAs adalah
pembuluh darah yang masuk ke sistem arteri pulmonal. Jadi perlu dibedakan
secara anatominya.

3. Presentan : dr. Thereatdy Sandi Susyanto

Pembimbing : dr. Salomo Purba, Sp. BTKV, Subsp. JPK(K)

Oponen : dr. Albert Tony Lopolisa

Topik : Univentricular Heart Track

- Ditunda karena sedang menangani pasien kritis -

Anda mungkin juga menyukai