Anda di halaman 1dari 31

PRAKATA

Puji dan syukur pemohon panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat
serta hidayah-Nya lah, pemohon dapat membuat proposal TUGAS AKHIR (TA) ini dengan
judul “GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK ALTERASI MINERALISASI PROSPEK PADA
DAERAH “X” (DAERAH EKSPLORASI PT. GORONTALO SEJAHTERA MINING)

Pemohon menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal
ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, pemohon mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Nasir Y Tomas Ibu Mariati N Udit yang selalu
memberikan doa dan motivasi tiada henti sehingga pemohon dapat menyelesaikan proposal
Tugas Akhir ini.

2. Dosen pembimbing Tugas Akhir, Ibu Dr. Sc. Yayu Indriati Arifin, S.Pd., M.Si. dan Ibu
Intan Noviantari Manyoe S.Si M.T. yang selalu memberikan bimbingan dalam pembuatan
proposal ini.

3. Senior, yaitu Abdul Bonde S.T., yang juga ikut membentu membimbing dalam
pembuatan proposal ini.

4. Kawan-kawanku “Geocreative16” yang sudah banyak menemani selama ini.

5. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat pemohon sebutkan satu persatu.

Proposal yang dibuat ini jauh dari sempurna. Untuk itu, pemohon sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pera pembaca. Akhirnya, semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dari para pembaca pada umumnya.

Gorontalo, 19 Februari
2021

Pemohon
Adrianto
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Teknik Geologi Universitas
Negeri Gorontalo sebagai syarat untuk memperoleh sebuah gelar sarjana. Terdapat dua jenis
Tugas Akhir yang dilakukan oleh mahasiswa Teknik Geologi Universitas Negeri Gorontalo
yang pertama yaitu Pemetaan geologi serta yang kedua yaitu Studi kasus.
Dalam Tugas Akhir ini, pemohon tertarik untuk memperoleh suatu data primer dan data
sekunder yang dapat dianalisis dan diinterpretasi dalam suatu kasus di suatu perusahaan yang
bergerak pada bidang pertambangan. Oleh karena itu, pemohon sangat berharap PT Gorontalo
Sejahtera Mining dapat membantu.

1.2 Mahasiswa Penelitian Tugas Akhir


Nama Lengkap : Adrianto
NIM : 471 716 025
Program Studi : Teknik Geologi, Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas
Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo
Alamat : Desa Kantanan, Kecamatan Bokat, Kabupaten Buol, Provinsi
Sulawesi Tengah
E-mail : adriantothomas1@gmail.com
Nomor HP : 082293748082

1.3 Jangka Waktu Penelitian


Tahap pengumpulan data serta analisis dilakukan di tempat penelitian atau di
laboratorium selama 90 hari, terhitung mulai dari Mei sampai dengan Juli 2021.
(*) Catatan : Jadwal dapat disesuaikan dengan kesepakatan dan ketentuan dari PT
Gorontalo Sejahtera Mining.
1.4 Latar Belakang
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam UU Perguruan Tinggi Nomor 22 Tahun
1961 dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai tugas pokok
mahasiswa yang meliputi :
- Pendidikan dan Pengajaran
- Penelitian
- Pengabdian Masyarakat
Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan dan Peraturan
Pemerintah No. 30 Tahun 1990 tentang pendidikan tinggi, dinyatakan bahwa terdapat 2 jalur
pendidikan di Indonesia yaitu Jalur Akademik dan Jalur Profesional. Pada Jalur Akademik
bersifat pengembangan ilmu pengetahuan, pada umumnya mencakup ilmu-ilmu murni seperti
matematika, fisika, kimia, dan sebagainya.
Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam pendidikan tingkat sarjana (S1) pada
Program Studi Teknik Geologi, jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian,Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo.
Salah satu perusahaan pertambangan yang saat ini sedang melakukan eksplorasi sumber
daya mineral di Gorontalo yakni PT. Gorontalo Sejahtera Mining yang merupakan anak
perusahaan dari PT. J Resources Nusantara, tepatnya pada daerah Kontak karya sekitar Gunung
Pani, Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, saat ini
perusahaan tersebut tengah mengembangkan daerah eksplorasi mereka daerah tersebut berada
di Desa Bulagidun, Kecamatan Gadung, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Atas
dasar tersebut maka pemohon menilai bahwa daerah ini sangat layak untuk dijadikan sebagai
lokasi penelitian.
1.5 Alternatif Judul Penelitian
Dalam usulan penelitian tugas akhir ini, pemohom mengajukan sebuah topik usulan
penelitian seperti yang disebutkan diatas yang mencakup tentang :
“ Geologi dan Studi Alterasi Sera Mineralisasi Pada Daerah “X” ( Daerah Eksplorasi PT.
Gorontalo Sejahtera Mining) “
(*) Catatan : Jika usulan judul penelitian tugas akhir diatas tidak sesuai dengan persetujuan
PT Gorontalo Sejahtera Mining, maka pemohon menyesuaikan judul yang telah ditentukan
atau disesuaikan dengan persetujuan PT Gorontalo Sejahtera Mining.

1.6 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah SEBAGAI SALAH SATU SYARAT KELULUSAN
TINGKAT SARJANA pada Program Studi S1 Teknik Geologi, Universitas Negeri Gorontalo.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian yang
meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi serta mengetahui jenis dan sebaran
zonasi alterasi serta mineralisasi yang berkembang pada daerah penelitian.

1.7 Rumusan Masalah


Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa pokok permasalahan yang dihadapi.
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini diantaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi morfologi pada daerah penelitian ?
2. Apa saja litologi yang terdapat pada daerah penelitian dan bagaimana hubungan
statigrafinya?
3. Apa saja struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian ?
4. Apa saja tipe alterasi dan mineralisasi yang terdapat di daerah penelitian ?

1.8 Hasil yang Diharapkan


Dengan selesainya pelaksanaan kegiatan ini, maka hasil (output) yang diharapkan,
antara lain :
1. Tersedianya data dan informasi geologi yang lebih detail dari pemetaan geologi dan analisis
yang menunjang untuk dilakukannya proses eksplorasi lanjut.
2. Diketahui karakter mineralisasi serta alterasi dari hasil pengamatan di daerah penelitian
3. Diketahui hubungan dari tipe alterasi hidrotermal dan mineralisasinya dari hasil analisa
petrografi dan analisa minegrafinya.

1.9 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian tugas akhir ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan dan
mahasiswa yang melakukan penelitian serta pihak-pihak lain yang berkepentingan
terhadap laporan tugas akhir ini.
Manfaat bagi perusahaan :
1. Tersediannya data-data hasil analisa geologi daerah penelitian.
2. Pemahaman tentang genetis mineralisasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan perencanaan pengembangan eksplorasi berikutnya.

Manfaat bagi mahasiswa :


1. Dapat mengaplikasikan pengetahuan yang di dapat pada saat perkuliahan
kedalam dunia kerja, serta mengetahui kondisi nyata dari dunia kerja
pertambangan.
2. Dapat menyelesaikam pendidikan di Program Studi Teknik Geologi, Jurusan
Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas
Negeri Gorontalodan mendapat gelar sarjana pada program strata satu (S1).
3. Dapat mengetahui genetis mineralisasi berdasarkan faktor-faktor
pengontrolnya.

1.10 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian tugas akhir ini berada pada daerah “X” Yang disesuaikan dengan
daerah eksplorasi PT. Gorontalo Sejahtera Mining yang memungkinkan untuk
dilaksanakannya penelitian tugas akhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alterasi dan Mineralisasi Hidrotermal


2.1.1 Alterasi Hidrotermal
Hal yang sangat penting dalam mengenali endapan bijih terutama endapan
magmatik dan hidrotermal adalah kehadiran kumpulan mineral tertentu pada batuan
yang dilalui oleh larutan hidrotermal sebagai respon akibat adanya reaksi antara
larutan dengan batuan samping. Kumpulan mineral tersebut hadir dalam bentuk zona
dan antara zona yang satu dengan yang lainnya dibatasi dengan adanya kehadiran
mineral-mineral khas. Proses ini disebut dengan alterasi hidrotermal dan daerah
tempat pengaruh interaksi larutan tersebut dengan batuan samping atau wall rock
disebut dengan wall rock alteration yang pada umumnya akan membentuk zona
kumpulan mineral-mineral tertentu yang terbentuk dari hasil ubahan akibat larutan
hidrotermal.
Larutan hidrotermal adalah cairan bertemperatur tinggi dengan rentang suhu
sekitar 100o – 500o C. Larutan hidrotermal merupakan larutan sisa magma yang
mampu merubah dan membentuk mineral – mineral tertentu. Secara umum cairan sisa
kristalisasi magma tersebut bersifat silika yang kaya alumina, alkali dan alkali tanah,
terdapat air dan unsur-unsur volatil (Bateman, 1981). Larutan hidrotermal terbentuk
pada fase akhir dari siklus pembekuan magma dan umumnya terakumulasi pada
litologi dengan permeabilitas tinggi atau pada zona lemah. Interaksi antara fluida
hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya (wall rock) akan menyebabkan terubahnya
mineral primer menjadi mineral sekunder (alteration minerals).
Alterasi hidrotermal adalah perubahan komposisi mineral dari suatu batuan akibat
adanya interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan tersebut. Proses alterasi akan
menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder yang kemudian disebut
dengan mineral yang teralterasi (alteration minerals). Alterasi hidrotermal merupakan proses
yang kompleks karena terjadi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur oleh akibat
adanya interaksi larutan hidrotermal dengan batuan samping (wall rock) yang dilaluinya pada
kondisi fisika-kimia tertentu (Pirajno, 1992 dalam Maulana, 2017).
Ada tiga hal yang menjadikan penyelidikan terhadap proses alterasi sangat penting
dalam mempelajari suatu endapan hidrotermal, yaitu:
1) Komposisi kimia dan struktur dari mineral-mineral yang terbentuk dari hasil proses alterasi
merupakan respon terhadap kondisi pembentukannya. Oleh karena itu, mineral atau kumpulan
mineral-mineral alterasi akan memberikan informasi tentang kondisi kimia-fisika dari proses
hidrotermal yang terjadi.
2) Mineral-mineral alterasi pada umumnya dijumpai pada zona yang akan menggambarkan
kondisi pembentukannya.
3) Mengenali zonasi mineral-mineral hasil alterasi akan sangat membantu dalam
mengidentifikasi jalur dari larutan hidrotermal yang akan membawa kita kepada jalur
mineralisasi.
Alterasi hidrotermal meliputi proses-proses geokimia seperti proses hidrasi,
hidrolisis, reaksi redoks, dan sulfidasi serta proses-proses lainnya. Contoh dari proses
geokimia yang terjadi antara lain seperti yang digambarkan oleh beberapa reaksi
dibawah ini.
3KAlSi3O8 K-feldspar + 2H+ = KAl3Si3O10(OH)2 muscovite + SiO2 + 2K+

2KAl3Si3O10(OH)2 muscovite + 2H+ + 3H2O = 3Al2Si2O5(OH)4 kaolinite + 2K+

3CaMg(CO3)2 dolomite + 4SiO2 + 6H+ + 4H2O = Mg3Si4O10(OH)2 talc +


6H2CO3 + 3Ca2+

A. Faktor yang mempengaruhi proses alterasi


Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal adalah suhu,
kimia fluida (pH), komposisi batuan samping, durasi aktivitas hidrotermal dan
permeabilitas. Namun, faktor kimia fluida (pH) dan suhu merupakan factor yang
paling berpengaruh (Corbett dan Leach, 1996).
 Suhu
Suhu merupakan hal yang paling penting dalam proses alterasi karena hampir
semua reaksi kimia yang terjadi diakibatkan oleh adanya kenaikan suhu.

 Permeabilitas
Permeabilitas dari suatu batuan akan menentukan intensitas pengaruh larutan
hidrotermal terhadap batuan dan kecepatan presipitasi mineral-mineral baru. Batuan
yang memiliki permeabilitas kecil akan menyebabkan tingkat pengaruh alterasi yang
tidak signifikan.
 Komposisi awal dari batuan
Komposisi kimia awal dari batuan yang terkena larutan hidrotermal akan
menentukan komponen-komponen yang akan terbentuk akibat proses alterasi.
 Komposisi fluida
pH dan komposisi fluida mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
menentukan tingkat kecepatan dan jenis mineral-mineral hidrotermal yang terbentuk.

B. Zona alterasi
Suatu zona alterasi yang memperlihatkan adanya penyebaran himpunan mineral-
mineral tertentu yang terbentuk dari proses alterasi disebut sebagai zona alterasi
(alteration zone). Penggunaan istilah zona dan tipe terkadang membingungkan untuk
pemula, namun hendaknya hal ini tidak untuk terlalu dipermasalahkan. Beberapa ahli
telah melakukan pengelompokkan alterasi berdasarkan parameter yang berbeda-beda,
namun pada intinya pengelompokkan tersebut untuk mempermudah dalam
mempelajari proses alterasi yang terjadi (Lowell dan Guilbert, 1970; Thomson dan
Thomson, 1996).
Umumnya pengelompokkan tersebut didasarkan pada keberadaan himpunan
mineral-mineral tertentu yang dijumpai pada suatu endapan. Tabel 2.1
memperlihatkan zona alterasi yang ditunjukkan oleh himpunan mineral tertentu dan
tipe mineralisasinya berdasarkan hubungan antara suhu dan pH larutan yang dibuat
oleh Guilbert dan Park (1986) dalam Maulana 2017 sementara Tabel 2.2 dibuat
berdasarkan Corbett dan Leach (1996) dan beberapa modifikasi dari sumber lainnya.
Tabel 2.1. Tipe-tipe alterasi berdasarkan himpunan mineral (Guilbert dan
Park, 1986)
Tabel 2.2. Klasifikasi tipe alterasi dan himpunan mineralnya pada endapan
epitermal sulfidasi rendah (dimodifikasi dari beberapa sumber)

Corbett dan Leach (1996) mengemukakan bahwa komposisi batuan


samping mempunyai peran yang sangat penting dalam mengontrol mineralogy
alterasi. Mineralogi skarn yang dicirikan dengan kehadiran mineral-mineral
karbonat akan terbentuk pada batuan karbonatan, sementara kehadiran
kumpulan mineral adularia dan K-feldspar menunjukkan lingkungan batuan
yang kaya akan kandungan potasium (K). Paragonit (Na-mika) akan hadir pada
proses alterasi pada batuan yang kaya akan mineral dengan kandungan sodium
(Na) seperti albit. Kehadiran muskovit menegaskan poses alterasi yang terjadi
pada batuan kaya akan unsur potasik (K). Jenis alterasi juga mempunyai
hubungan yang erat dengan tempertaur dan pH dari batuan dan larutan
hidrotermal. Gambar 2.1 memberikan gambaran hubungan dari ketiga hal
tersebut.
Zona alterasi diatas sering kali dijumpai tidak berurutan dan saling
tumpang tindih satu sama lain yang disebut dengan overprinting. Pola alterasi
tersebut akan sangat bergantung dari jenis endapan hidrotermal, dan umumnya
setiap jenis endapan akan memperlihatkan zonasi alterasi yang berbeda satu
sama lainnya. Pada umumnya, zonasi alterasi yang dijumpai pada endapan
epitermal akan memperlihatkan perubahan secara lateral dari tubuh batuan
pembawa larutan hidrotermal ataupun dari tubuh vein, sedangkan untuk
endapan tembaga porfiri, zonasi alterasi akan membentuk seperti sebuah
penampang yang menyerupai halo yang berasosiasi dengan tubuh intrusi.
Gambar 2.1. Penampang ideal dari suatu proses alterasi pada endapan emas dalam
sistem hidrotermal yang memperlihatkan endapan jenis epitermal dan porfiri.
(Silitoe,
1995 dalam Maulana, 2017)
Gambar 2.2. Diagram hubungan antara suhu-pH dan jenis alterasi serta himpunan
mineral-mineral pencirinya. (Corbett dan Leach, 1996)

Kehadiran mineral-mineral hasil dari poses alterasi juga seringkali sangat


bermanfaat dalam memberikan petunjuk tentang kondisi suhu dan tekanan dimana
mereka terbentuk dibawah permukaan. Hedenquist (1995, dalam Maulana, 2017)
menjelaskan beberapa mineral-mineral hasil alterasi yang dapat dijasikan petunjuk
untuk menentukan kondisi suhu dimana proses hidrotermal terbentuk (Tabel 2.3).
Tabel 2.3. Mineral alterasi penunjuk temperatur (Hedenquiest, 1995 dalam
Maulana, 2017)

2.1.2 Mineralisasi Hidrotermal


Larutan hidrotermal adalah larutan panas dengan suhu 50 sampai 500°C yang
berasal dari sisa cairan magma dari dalam bumi yang bergerak ke atas dan kaya akan
komponen-komponen (kation dan anion) pembentuk mineral bijih dan terbentuk pada
tekanan yang relatif tinggi (Pirajno, 2009). Larutan sisa magma ini mampu mengubah
mineral yang telah ada sebelumnya dan membentuk mineralmineral tertentu. Secara
umum, cairan sisa kristalisasi magma tersebut bersifatsilika dan kaya alumina, alkali,
dan alkali tanah yang mengandung air dan unsurunsur volatil. Larutan hidrotermal
terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan umumnya
terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas tinggi atau pada zona lemah.
Endapan hidrotermal merupakan jenis endapan bijih yang sangat penting karena
endapan ini merupakan salah satu sumber utama dari bijih emas dan tembaga serta
logam ekonomis lainnya. Ada beberapa hal penting yang berperan dalam
pembentukkan endapan bijih hidrotermal, yaitu: sumber air (water source), asal ususl
komponen bijih, proses transportasi dari bijih, permeabilitas, penyebab, dan
pengendapan bijih. Sumber dari logam pada larutan hidotermal yaitu:
 Batuan dan material sedimen yang dilalui oleh larutan hidrotermal
 Berasal dari magma itu sendiri
 Kombinasi diantara keduanya seperti pada geothermal system

Larutan hidrotermal erat kaitannya dengan aktivitas gunung api, baik aktif maupun
yang baru saja aktif (recently active) maupun dengan tubuh intrusi. Larutan
hidrotermal juga sering dijumpai berasosiasi dengan sebuah sistem panas bumi
(geothermal system). Ilustrasi jenis-jenis endapan hidrotermal dapat dilihat seperti
pada Gambar 2.3
Berdasarkan tipe dan model endapannya, endapan hidrotermal dapat dibagi
menjadi tipe endapan antara lain:
 Endapan epitermal (epithermal deposit)
 Endapan porfiri (porphyry deposit)
 Endapan skarn (skarn deposit)
 Endapan sulfida masif vulkanik (vulcanogenik massif sulfide deposit)
 Endapan sedimentary exhalative atau SEDEX (sedimentary exhalative
deposit)
Gambar 2.3. Skematik diagram dari jenis-jenis endapan hidrotermal (Sumber:
http://solidusgeo.com/wordpress/home-3/deposits/)

2.2 Tinjauan Tentang Struktur Geologi


Terdapatnya suatu struktur di suatu tempat terbentuk karena suatu
deformasi tektonik tertentu. Deformasi tektonik pembentuk struktur tertentu
dapat dibedakan menjadi dua yaitu deformasi yang bersifat diskontinyu atau
rapuh (brittle) dan deformasi yang bersifat kontinyu (ductile). Perbedaan ini
terjadi terjadi karena beberapa faktor yaitu sifat fisik batuan yang mengalami
deformasi, temperatur dan tekanan yang dialami tubuh batuan selama
berlangsungnya deformasi. Deformasi tektonik diskontinyu akan membentuk
struktur geologi berupa sesar dan kekar, sedangkan struktur geologi kontinyu
akan membentuk struktur berupa lipatan.
Sesar menurut Billings, merupakan rekahan pada batuan yang telah
mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan dua dinding blok batuan
yang saling berhadapan, sedangkan kekar merupakan rekahan yang relatif
belum
mengalami pergeseran. Sesar dan kekar merupakan bagian dari disintegrasi
mekanis batuan yang akan mengalami erosi yang cepat dipermukaan bumi
sehingga membentuk bentang alam yang khas sebagai depresi topografi lokal,
lembah sungai dan gawir sesar yang lazim disebut jejak sesar (fault traces).
Kenampakan ini dapat dengan jelas nampak dari foto udara atau citra satelit
sebagai suatu bentuk kelurusan.
Struktur geologi yang umum dijumpai di lapangan dapat berupa kekar
dan
sesar. Struktur yang bekerja pada suatu tubuh batuan terjadi karena adanya
gaaya
yang bekerja. Pola-pola kelurusan struktur yang dihasilkan dapat berupa
polayang baru maupun pola yang berasal dari reaktifitas terhadap struktur yang
terjadi sebelumnya.

2.2.1 Sistem Bukan Urat


Di daerah mineralisasi akan ada hubungan spasial antara struktur mayor
dengan proses mineralisasi yang terjadi. Secara regional suatu sistem struktur di
daerah magmatic arcs akan terbentuk adanya intrusi-intrusi baik yang mengisi
daerah bukaan-bukaan yang ada maupun membentuk bukaan yang baru.
Sehingga pada daerah struktur mayor akan terjadi beberapa aktifitas yang
berhubungan dengan cebakan mineral meliputi (Corbett dan Leach, 1997 dalam
Simanjuntak, dkk. 2013) : (1) Pre-mineralization yang mengontrol pada daerah
cekungan sedimentasi di batuan induknya. (2) Pre-mineralization intrusi atau
breksi. (3) Syn-mineralization pada lokasi sistem cebakan. (4) Post-
mineralization yang merupakan deformasi dari cebakan mineral. Menurut Corbett
dan Leach (1997, dalam Simanjuntak, dkk., 2013), didasarkan pada tatanan
tektonik dan level erosi pada sistem hidrotermal, maka sistem bukaan cebakan
dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu :
a) Splays atau horsetail yang berkembang di sepanjang struktur sesar
relatif. Pada daerah ini merupakan agen utama terjadinya intrusi
porfiri.
b) Tension Fracture, terbentuk sebagai bukaan di batuan induk yang
terletak diantara sesar strike-slip dan umumnya mempunyai
orientasi yang tergantung dengan gaya (stress) utama. Tension
fracture ini merupakan faktor dominan terjadinya sistem urat emas-
perak. Karakteristikny tercermin bahwa panjang dari kekar tarik
akan berakhir sepanjang arah sesar.
c) Jogs, terbentuk sebagai bends yang melintasi sepanjang struktur
dan dipisahkan dengan kekar tarik, beberapa cebakan terjadi pada
daerah jog ini.
d) Hanging wall splits, terbentuk pada kemiringan zona sesar terutama
pada sesar turun atau kemiringan perlapisan batuan yang terpotong
oleh kemiringan bidang sesar.
e) Pull-apart basin, yang terbentuk sebagai parallelogram yang
terletak di antara 2 jalur sesar.
f) Domes, terbentuk pada batuan dasar yang terisi oleh larutan
hidrotermal pada suatu sistem urat mineralisasi
g) Ore shoots, umumnya merupakan perkembangan dari penambahan
lebar suatu urat maupun bertambahnya kadar emas yang terbentuk
oleh bertambahnya bukaan pada suatu sistem urat.
h) Sheetes fracture, terbentuk pada lingkungan porpiri atau porfiri yang
berhubungan dengan lingkungan breksi.

Gambar 2.4. Sistem bukaan urat (Corbett dan Leach, 1997)


2.1.2 Analisa Arah Urat
Urat kuarsa pada prinsipnya terbentuk oleh larutan yang bersifat mengisi
rekahan, oleh sebab itu pola urat yang terbentuk akan mengikuti pola rekahan. Pada
cabakan yang mengis rongga terjadi 2 proses yaitu : pembentukan rongga dan
pengisian larutan (Bateman, 1981). Sesar geser yang bersifat ekstensif akan terbentuk
rekahan terbuka yang memungkinkan masuknya larutan hidrotermal pembentuk urat,
sehingga urat akan terbentuk relatif sejajar dengan arah sesar.
Heru Sigit P. (2002), menyatakan bahwa urat hasil tegasan dan urat hasil tarikan
dilapangan dapat dibedakan yaitu urat kuarsa hasil tegasan memiliki ciri pecah-pecah
(brecciated), kristalnya tidak baik, biasanya terbentuk mineral dibagian tengah atau
tepinya dan urat hasil tarikan memiliki ciri kristal baik, membentuk struktur sisir
(comb structure), mineral terkadang berada pada struktur sisirnya (Gambar 2.5).

Gambar 2.5. Beda urat hasil tegasan dan urat hasil tarikan (Heru Sigit P., 2002
dalam
Simanjuntak, dkk., 2013)
Beberapa lingkungan struktur bukaan cebakan batuan samping mengalami
proses aktivasi selama terbentuknya, mulai dari pre-sampai-syn mineralisasi dan
umumnya mengalami deformasi pada post mineralisasi pada suatu system cebakan.
Model dari sistem struktur tersebut disebut sebagai Riedel Shear Model (Riedel,
dalam Simanjuntak, dkk., 2013). Pada suatu zona sesar kemungkinan akan terbentuk
adanya kekar tarik yang mempunyai pola searah dengan gaya utama. Pola sesar
terbentuk dengan arah yang berlawanan merupakan sesar geser (slip) dan sesar
normal mempunyai arah sejajar dengan gaya utama. Lowell dan Harris, (dalam
Simanjuntak, dkk., 2013) mengemukakan suatu hasil percobaan yang dilakukan pada
lempung yang diberi ttekanan dari arah lateral dan vertikal, hasil tersebut akan
membentuk pola struktur menyudut lancip dengan aah gaya yang mempunyai pola
penyebaran melingkar mengikuti bentuk kubah (Gambar 2.5). Di bagian tepi dari arah
gaya utama akan terbentuk adanya rekahan yang kemudian mengalami depresi
dengan bentuk lingkaran.

2.3 Sumber Daya Mineral di Lengan Utara Sulawesi


Berdasarkan hasil penelitian baik dalam bentuk jurnal ataupun
proseding menunjukkan bahwa potensi sumberdaya mineral di lengan utara
Sulawesi sangatlah besar. Salah satunya dapat dibentuk dari busur gunungapi
di bagian barat Sulawesi yang berpotensi menghasilkan mineralisasi emas tipe
hidrotermal. Keterdapatan mineralisasi hidrothermal dapat pula terbentuk
akibat kontak antara plutonik neogen yang terjadi pada Orogenesa Sulawesi
(Simanjuntak, 2004).
Pada daerah Bulangidun dijumpai tipikal sistem porfiri Cu-Au dengan
kelimpahan mineral turmalin. Mineralisasi emas tipe epithermal (epithermal
Au mineralization) dijumpai di daerah Sulawesi Utara, mineralisasi porfiri Cu-
Au (porphyry Cu-Au mineralization dijumpai di daerah Tapadaa dan
Tombulilato, mineralisasi porfiri Mo (Porphyry Mo mineralization) dijumpai
di daerah Malala,
mineralisasi Mo (vein Mo mineralization) dijumpai di daerah Molamahu,
mineralisasi magnetit tipe skarn (magnetite skarn mineralization) terletak di
sebelah tenggara Bulangidun, mineralisasi bentuk vein (intrusion-related vein
mineralization) dijumpai di Sumalata, Palele dan Ilangata, tipe mineralisasi
masif
sulfida (vulcanogenic massive sulphide mineralization) dijumpai di Bukal dan
Popayato dan mineralisasi emas dalam batuan metamorf (metamorphic gold
mineralization) dijumpai dibagian leher Sulawesi (Kavalieris. I, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Metode Penelitian yang digunakan berupa metode survei. Metode survey merupakan
metode untuk memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara
faktual dilapangan. Metode survei yang dilakukan berupa survei pemetaan geologi
permukaan. Pemetaan geologi yang dilakukan bersifat pemetaan permukaan melalui observasi
lapangan yang menggunakan jalur lintasan tertentu. Observasi di lapangan yang dilakukan
meliputi orientasi medan, pengamatan zona alterasi, pengamatan morfologi, pengamatan
singkapan dan batuan, pengukuran struktur geologi, dan pengambilan contoh batuan yang ada
di lokasi penelitian.
Penelitian ini juga dilakukan dengan mengumpulkan data-data pimer dari lapangan,
namun sebelumnya perlu dilakukan analisis data sekunder yang didapatkan dari pustaka atau
sumber yang lain yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan
obsevasi lapangan detail, selanjutnya akan dibantu dengan pekerjaan laboratorium dan studio.

3.1.1 Tahap Pendahuluan


Tahap pendahuluan merupakan langkah awal sebelum dilakukannya penelitian atau
disebut juga dengan tahap persiapan. Persiapan tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam
proses penelitian lapangan yang akan dilaksanakan, sehingga penelitian dapat berjalan dengan
lancar, terarah, dan efisien. Tahap pendahuluan ini terdiri atas:

a. Studi literatur
Tujuan dari kegiatan studi literatur adalah untuk mendapatkan informasi-informasi dan
gambaran mengenai daerah penelitian secara umum, seperti kondisi geologi berupa
litologi, stratigrafi danstruktur geologi. Pengumpulan data mengenai alterasi dan
mineralisasi di daerah penelitian yang dikumpulkan dari berbagai sumber.
b. Penyusunan proposal tugas akhir
Proposal adalah usulan penelitian terhadap rencana penelitian yang akan dilakukan
pada saat mengikuti Tugas Akhir yang terdiri dari kerja pustaka, kerja geologi lapangan
atau kajian data, kemudian diikuti kerja laboratorium dan studio.
Pembuatan proposal ini bermaksud untuk menentukan metode dan langkah kerja dalam
pelaksanaan lapangan serta penyusunan laporan akhir sehingga hasil yang diperoleh
dapat sesuai dengan yang diharapkan.
c. Persiapan peralatan dan perlengkapan
Untuk menunjang kelancaran kegiatan pelaksanaan penelitian di lapangan, perlatan
maupun perlengkapan yang akan digunakan harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Adapun peralatan serta perlengkapan yang dibutuhkan pada penelitian ini merupakan
peralatan lapangan serta peralatan dalam pengolahan data lapangan.
a) Peralatan Persiapan
 Peta geologi regional skala 1 : 250.000
 Peta topografi
 Foto Udara
b) Peralatan Lapangan
 Peta topografi
 Palu Geologi
 Kompas Geologi
 Lup, perbesaran 10x dan 20x
 GPS (Global Positioning System)
 Kamera dan baterai cadangan
 Buku lapangan dan alat tulis geologi
 Kantong sampel
 Tali ukur
 HCL
 Golok tebas
 Pakaian, tas dan sepatu lapangan
c) Peralatan pengolahan data
 Komputer, printer, tinta, dan kertas HVS
 Mikroskop Polarisasi
 Meja Gambar dan Alat tulis
3.1.2 Tahap Penelitian lapangan
Dalam pengumpulan segala data yang diperlukan, harus dilakukan secara maksimal dan
sistematis. Data-data yang dikumpulkan dari lapangan berupa posisi lokasi pengamatan,
litologi, geomorfologi, struktur geologi, pengukuran uratu-urat kuarsa, tipe alterasi, contoh
batuan, dan foto lapangan yang bersifat informatif.
Pengambilan data yang dilakukan adalah antara lain merupakan data data yang
berhubungan dengan geologi serta alterasi dan mineralisasi dengan cara pengamatan langsung
di lapangan serta pengukuran urat dan mencari kemenerusan urat tersebut, melakukan deskripsi
urat tersebut dan batuan disekitarnya, kemudian melakukan pengambilan contoh batuan
maupun contoh urat yang bertujuan untuk dilakukannya analisis lebih lanjut.Selanjutnya
dilakukan pengambilan foto sebagai dokumentasi dan info pendukung data tersebut. Data yang
diperoleh dilapangan setiap harinya langsung disimpan dan dimasukkan kedalam komputer
agar data-data yang telah dikumpulkan tersusun secara sistematis sehingga dapat
mempermudah melakukan analisis data.

3.1.3 Tahap Analisis dan Pengolahan Data


Kegiatan pengolahan data yang dilakukan meliputi pengolahan dengan melakukan
analisis baik secara studio maupun laboratorium secara mandiri berdasarkan konsep-konsep
yang berkaitan dengan data yang di dapatkan untuk melakukan pengklasifikasian.
3.1.4. Penulisan Skripsi
Penyusunan skripsi dilakukan setelah tahapan kegiatan lapangan selesai. Penyusunan
skripsi menggunakan data-data lapangan yang dikompilasikan dengan hasil analisa
laboratorium dan pekerjaan studio. Komponen yang dibahas dalam skripsi berupa informasi
geomorfologi, stratigrafi,struktur geologi, aspek alterasi hidrotermal, mineralisasi, dan sejarah
geologi. Pembahasan dan pengkajian semua akpek ini secara sistematik, diharapkan kerangka
geologi daerah penelitian dapat dipahami dengan lebih baik.
3.2 Bagan Alir Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian

3.3. Pembimbing
Pembimbing penelitian Tugas Akhir terdiri dari dua orang yang merupakan dosen
Universitas Negeri Gorontalo. Serta untuk kelancaran pelaksanaan penelitian Tugas Akhir ini,
mahasiswa berharap mendapatkan bantuan serta arahan lapangan maupun studio untuk
pengolahan dari pihak PT Gorontalo Sejahtera Mining.

3.4 Rencana Jadwal Penelitian

Rencana jadwal kegiatan penelitian ini disesuaikan dengan jadwal dari perusahaan
Tabel 3.1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir

Rencana Kegiatan Tugas

Akhir
Waktu

Mei Juni Juli Agustus

Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur

&

Pengumpulan

Data Sekunder

Observasi &

Perizinan

Daerah

Penelitian

Orientasi

Lapangan

Pemetaan &

Pengambilan

Data

Lapangan

Pengolahan

Data Lapangan

&

Pekerjaan

Studio

Kegiatan Analisis

Laboratorium

Konsultasi &

Bimbingan
Penyusunan

Laporan

Seminar

Kolokium

Revisi Laporan &

Penjilidan

(*)Catatan : Jadwal dapat disesuaikan dengan kesepakatan dan ketentuan dari PT


Gorontalo Sejahtera Mining.
3.5 Rencana Anggaran Biaya

Dalam pengerjaan sebuah penelitian dibutuhkan biaya untuk pengerjaan setiap


tahapannya, dari mulai tahap awal sampai dengan tahap akhir. Adapun pengalokasian biaya
yang dibutuhkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Ringkasan Rencana Anggaran Biaya Penelitian

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Tahapan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)

1. Tahap Persiapan

Penyediaan peta topografi 2 100.000 200.000

Pembuatan Proposal 8 15.000 120.000

Peta Geologi Regional skala 1 : 250.000 1 100.000 100.000

Sub Total 420.000

2. Studi Pendahuluan

Fotocopy literatur 10 20.000 200.000

Sub Total 200.000

3. Penelitian Lapangan

Kompas Geologi, Lup, GPS, dan Palu 90 50.000 4.500.000

Buku catatan lapangan 2 55.000 120.000

Tali ukur 1 60.000 60.000

Sewa kamera + baterai 90 10.000 900.000


Kantung sampel 2 25.000 50.000

Larutan HCL 2 10.000 20.000

Akomodasi (makanan) 90 hari 90 50.000 4.500.000

Paket obat-obatan 1 100.000 100.000

Sub Total 10.250.000

4. Analisis dan Pengolahan Data

Sayatan tipis sampel batuan + Analisis 50 50.000 2.500.000

Ongkos kirim sampel batuan 50 10.000 500.000

Sub Total 3.000.000

5. Pembuatan Peta

Kertas A1 5 80.000 400.000

Kalkir 10 m 10 5.000 50.000

Kertas A4 1 Rim 1 50.000 50.000

Tinta warna dan Tinta hitam 1 set 1 70.000 70.000

Sub Total 570.000

6. Tahap Penyusunan Skripsi

Editing laporan 10 10.000 100.000

Perbanyak peta 10 30.000 300.000

Penjilidan laporan 10 rangkap 10 15.000 150.000

Sub Total 550.000

Total keseluruhan 14.990.000


Terbilang : Empat Belas Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah

3.5 Penutup

Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa untuk melakukan penelitian Tugas Akhir
ini akan membuka wawasan bagi mahasiswa geologi untuk lebih memahami pengetahuan yang
telah didapatkan di bangku kuliah dan mengaplikasikannya dalam dunia kerja. Dalam
kesempatan ini mahasiswa akan memanfaatkannya semaksimal mungkin dan selanjutnya hasil
dari penelitian Tugas Akhir ini dibuat dalam bentuk laporan yang akan dipertanggungjawabkan
dalam bentuk presentasi di Universitas Negeri Gorontalo.

Penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian yang diberikan perusahaan dan


berharap mendapat kesempatan untuk dapat melakukan penelitian Tugas Akhir di PT
Gorontalo Sejahtera Mining.
Daftar Pustaka

Corbett,G.J. 2012. Structural Controls to, and Exploration for, Epithermal Au-Ag Deposits.
Australian Institute og Geoscientist Bulletin 56. Australia

Corbett, G.J. & T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold-copper systems: structure,
alteration and mineralization. Society of Economic Geology. USA.

Hedenquist, J.W., White, N.C. 1995. Epithermal Gold Deposit: Style, Characteristic and
Exploration. Society of Economic Geology. USA.

Kavalieris, I., Van Leeuwen, Th, M., Wilson, M., 1992. Geological setting and styles of
mineralization, north arm Sulawesi, Indonesia. Jaournal of Southeast Asian Earth
Sciences, 7, 2/3, pp. 113-129.

Maulana A., 2017. Endapan Mineral. Penerbit Ombak. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai