Anda di halaman 1dari 31

MATRIKS EVALUASI KEGIATAN HIV AIDS 2021 SERTA RENCANA KEGIATAN HIV AIDS TAHUN 2022

RABU, 29 DESEMBER 2021

1. DITJEN PAS, KEMENKUMHAM


1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021

Kebijakan/ Kegiatan Hasil Tantangan Anggaran/


Regulasi Sumber
Petunjuk  Pelaksanaan skrining penyakit  Cakupan skrining HIV pada WBP baru  Anggaran yang tersedia masih bersifat DIPA
Pelaksanaan menular kepada narapidana lama Januari-sept 2012 mencapai 67 % umum bagi semua kegiatan layanan
Penggunaan dan baru.  Cakupan Skrining HIV pada seluruh WBP kesehatan termasuk layanan
Biaya Layanan Jan-Sept 2021 mencapai 66% kesehatan bagi ODHIV.
Kesehatan di  Napi baru yg mengikuti penyluhan  Keterbatasan SDM kesehatan.
UPT HIV/AIDS dan IO sebanyak 15105 orang  Saran dan Prasarana Klinik di UPT PAS
Pemasyarakatan (Lap 12D Jan-Nov 2021) belum memadai.
Tahun 2021  WBP yang di Skrining HIV sebanyak 16229
No PAS.7- orang (Lap 12D Jan-Nov 2021)
PK.01.06.04-003  WBP yg telah dites HIV sebanyak 10448
(Lap 12D Jan-Nov 2021)
 Pelaksanaan kegiatan Assesmen Pengumpulan data dan informasi tentang  Masih terbatas nya ruang perawatan Dukungan
Penyusunan Surveilans Kesehatan layanan kesehatan, tindakan pengendalian bagi WBP ODHA UNODC
di UPT Pemasyarakatan;(Lokus: RS dan penanggulangan secara efektif dan  Keterbatasan SDM Kesehatan
Pengayoman, UPT di jawa barat efisien dan pelaporan serta pencatatan
dan Jawa Timur) data kesehatan melalui SDP fitur
Watkesrehab.

 kegiatan Penyusunan Modul Tersusun nya draft modul kesehatan bagi  Setiap UPT di Lapas/Rutan/LPKA harus DIPA
Pencegahan Pengendalian Penyakit Lapas/Rutan/LPKA ada Kader Kesehatan terlatih dari WBP
Menular bagi Kader Kesehatan di yang terpilih dan tugasnya terpisahkan
Lapas/Rutan/LPKA dari tamping.
 Perlu adanya pelatihan untuk petugas

1
dalam mempersiapkan kader
kesehatan.
 Konsultasi Teknis Pencegahan dan  Tersosialisasikannya anggaran perawatan  Perlu adanya sosialisasi lebih lanjut DIPA
pengendalian penyakit menular kesehatan untuk Tahanan dan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis
( P3M ) Narapidana pada Lapas dan Rutan agar mempunyai pemahaman yang
 Tersosialisasikannya system pencatatan sama terkait anggaran perawatan
dan pelaporan layanan kesehatan melalui kesehatan untuk Tahanan dan
system data basepemasyarakatan fitur Narapidana pada Lapas dan Rutan
watkesrehab  Masih kurangnya kerja sama dengan
 Tersusunya rencana tindak lanjut (RTL) pihak terkait seperti dinas kesehatan
Pencegahan dan pengendalian penyakit daerah
menular ( P3M )

Kajian Pelaksanaan Program HIV dan  Proses pengumpulan data terkait  Pembiayaan Dukungan GF
AIDS di Lingkungan Lembaga pentatalaksanaan HIV/AIDS di Lapas dan Dengan dukungan dana yang minim Kemenkes
Pemasyarakat dan Rumah Tahan di Rutan. pihak lapas berusaha memenuhi
Tahun 2021  Peran serta stakeholder internal seperti kebutuhan pasien dengan mencari
Kanwil dan Bapas terkait penanggulangan dukungan pihak lain seperti PCR
HIV di UPT PAS. didukung labkesda, Vitamin didukung
 Pengenalan program RAN HIV 2020-2024 Pihak Gereja dan dukungan terbuka
 Pengenalan awal terkait SDP Fitur untuk semua pihak yang mau
Watkesrehab terbaru membantu termasuk CSR.
 Alokasi Anggaran Tidak spesifik pada
penanggulangan HIV sehingga pihak
lapas berupaya untuk mengatur dana
tersebut untuk menangani penyakit
lainnya
 Pembiayaan kesehatan cukup
tertolong dengan BPJS, namun
masalahnya masih ada 1/3 WBP yang
belum memiliki BPJS dikarenakan
Terhentinya pembayaran premi dan
masalah kepemilikan KTP. Pada
pemerintahan sebelumnya semua
napi diberikan akses terhadap BPJS.
 Logistik

2
 Kecukupan obat-obatan masih
dipenuhi oleh faskes rujukan, namun
RDT terkadang tidak terpenuhi yang
mengganggu proses skrining.
 Bahan habis pakai sampai saat ini
masih didukung oleh Dinas Kesehatan
setempat
 Faktor-faktor Kontekstual
 Program pengendalian HIV-AIDS
didukung oleh pimpinan di setiap
jenjang, hal ini diwujudkan dalam
setiap kegiatan yang ada terjadi
sinergi antar bagian
 SDM masih dinilai kurang karena
belum memiliki petugas Lab,
psikolog /konselor, dan Farmasi, saat
ini petugas yang ada difungsikan
(dirangkap) oleh staf yang ada
 Jejaring kerjasama dengan pihak luar
dinilai sudah baik terlihat dengan
adanya pelibatan INGO, dan Yayasan
yang membantu oprasional, namun
LSM khususnya KDS belum ada jadi
membutuhkan dukungan.

Optimalisasi SDP Fitur  Tersedianya data yang akurat terkait  Beban tugas seorang admin data Dukungan
Watkesrehab/SDP New Version, pencatatan dan pelaporan terkait data kesehatan di UPT PAS yang masih UNODC
meliputi kegiatan: kesehatan khususnya HIV/AIDS tinggi terkait penginputan data
1. FGD kesehatan khususnya data terkait
2. Deep interview HIV/AIDS.
3. User Acceptence Test.
4. Pelatihan Helpdesk SDP

2) Rencana Kegiatan HIV AIDS Tahun 2022

3
Kebijakan/ Kegiatan Hasil Tantangan Anggaran/
Regulasi Sumber
Keputusan Direktur 1. Melaksanakan sosialisasi RAN Seluruh petugas khususnya pejabat  Alokasi Anggaran Tidak spesifik pada DIPA-
Jenderal kepada seluruh UPT terkait dan petugas kesehatan penanggulangan HIV sehingga pihak
Pemasyarakatan Pemasyarakatan di Indonesia. memahami sepenuhnya terkait lapas berupaya untuk mengatur dana
Kementerian Hukum Dan 2. Peningkatan Kapasitas petugas petatalaksanaan layanan HIV/ AIDS tersebut untuk menangani penyakit
Hak Asasi Manusia kesehatan dalam di UPT Pemasyarakatan lainnya
Republik Indonesia, Penanggulangan HIV/AIDS di  SDM masih dinilai kurang karena
Nomor PAS- UPT Pemasyarakatan. belum memiliki petugas Lab,
67.PK.01.06.04 Tahun 3. Monitoring dan Evaluasi hasil psikolog /konselor, dan Farmasi, saat
2020 tentang Rencana capaian kegiatan ini petugas yang ada difungsikan
Aksi Nasional (RAN) penanggulangan HIV/ AIDS (dirangkap) oleh staf yang ada
Pengendalian HIV-AIDS berdasarkan RAN 2020-2024.
Bagi Tahanan, Anak,
Narapidana, dan Klien
Tahun 2020-2024
Keputusan Direktur 1. Layanan program HIV/AIDS di Output Prioritas Nasional dalam  Alokasi Anggaran Tidak spesifik pada DIPA
Jenderal UPT Pemasyarakatan menjadi Rencana Kerja Pemerintah dan penanggulangan HIV sehingga pihak
Pemasyarakatan program prioritas nasional di Rencana Kerja Kementerian Hukum lapas berupaya untuk mengatur dana
Kementerian Hukum Dan tahun 2023 dan Hak Asasi Manusia TA 2023, tersebut untuk menangani penyakit
Hak Asasi Manusia serta dalam rangka meningkatkan lainnya
Republik Indonesia kualitas penyelenggaraan layanan
Nomor PAS-36.OT.01.03 Pemasyarakatan dan memperkuat
Tahun 2021 tentang peran strategis Direktorat Jenderal
Penetapan Rutan, Lapas, Pemasyarakatan dalam mendukung
Dan LPKA Percontohan tercapainya agenda pembangunan
Penyelenggaraan nasional berdasarkan RPJMN Tahun
Layanan Kesehatan Bagi 2020- 2024
Tahanan dan Warga
Binaan Pemasyarakatan

3) Tantangan
a. Pengembangan regulasi internal tentang implementasi layanan tes HIV dan penatalaksanaan kasus bagi tahanan, anak dan warga binaan
dengan HIV.

4
b. Pemutakhiran fitur perawatan kesehatan dan rehabilitasi dalam sistem pelaporan Ditjenpas-SMS Gateway System termasuk integrasinya
dengan SIHA, SITT atau SITB dan SIHEPI dari Kementerian Kesehatan.
c. Penyesuaian strategi dalam program KIE agar berfokus pada perubahan perilaku yang lebih sehat terkait dengan penularan HIV dan IO di
antara tahanan, anak dan warga binaan.
d. Penerapan mekanisme internal dan tindak lanjutnya bagi tahanan, anak dan warga binaan yang sedang menjalani pengobatan antiretroviral
untuk menghindari risiko putus obat.
e. Antisipasi adanya jeda antara tes dan pengobatan karena keterbatasan sumber daya dan logistik, baik SDM, pembiayaan, alkes maupun obat-
obatan.
f. Membangun sinergitas jejaring layanan kesehatan dengan penyedia layanan kesehatan di luar UPT Pemasyarakatan untuk mengatasi berbagai
keterbatasan sumber daya yang ada.
g. Pengembangan strategi intervensi untuk mengurangi stigma di lingkungan UPT Pemasyarakatan agar program pengendalian HIV-AIDS dapat
berjalan dengan lancar, termasuk dalam hal kepatuhan terapi antiretroviral.

4) Praktik Baik
a. Telah Dilaksanakan pembentukan dan memfungsikan TIM HIV meskipun baru menjadi Satelit
b. Telah Dilaksanakan kerjasama dengan sektor teknis terkait guna meningkatkan jejaring layanan program bagi narapidana dan
c. Belum dilakukan penyusunan program kerja tahunan berikut anggarannya. tahanan.
d. Telah Dilaksanakan pengelolaan pelaksanaan program dengan menggerakkan sumberdaya yang tersedia.
e. Telah dilaksanakan penciptaan lingkungan yang kondusif dalam pelaksanaan program.
f. Telah dilaksanakan pembagian peran aktif WBP untuk membantu pelaksanaan program seperti Kader Kesehatan.
g. Telah dilaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan program dan melaporkan setiap bulan kepada Kanwil dan Ditjenpas
Kementerian Hukum dan HAM.
h. Telah melaksanakan penginputan fitur perawatan kesehatan dan rehabilitasi (watkes dan rehab) di SDP.
i. Telah dilaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan program secara berkala.
j. RS Pengayoman masuk ke wilayah timur maka mendapatkan supervisi oleh sudin Jakarta Timur, dan berrkolaborasi dengan layanan yang ada di
Jakarta timur. RS Pengayoman sudah menjadi Layanan PDP dan ditunjuk sebagai pengampu 7 layanan (6 UPT pemasyarakatan dan 1 klink
PKBI).
k. Sebagai pengampu, RS Pengayoman masih bertanggung jawab terhadap RR layanan pengendalian HIV/AIDS.

5) Rekomendasi Penguatan Koordinasi Penanggulangan HIV AIDS


a. Diadakan pertemuan rutin antar lembaga atau jejaring stakeholder eksternal dalam rangka dukungan perawatan dan pengobatan HIV/AIDS

2. KEMENDESA PDTT

5
1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021
Kebijakan/Regulasi Kegiatan Hasil Tantangan Anggaran/ Sumber
Permendesa 21 Tahun 1) Penyusunan Panduan Panduan Fasilitasi Desa Panduan Desa Peduli Kesehatan Kolaborasi Loan Program
2020 tentang Pedoman Fasilitasi Desa Peduli Kesehatan Peduli Kesehatan masih bersifat general belum Penguatan Pemerintah dan
Umum Pembangunan dan spesifik untuk HIV/AIDS Pembangunan Desa (P3PD)
Pemberdayaan 2) Sosialisasi Panduan Desa dengan KOMPAK
Masyarakat Desa Peduli Kesehatan dalam rangka
ujicoba Intrumen (Online)

Uji publik panduan dan


instrumen Desa Peduli
Kesehatan di Kabupaten Blitar
dan Gorontalo

Pendokumentasian Praktek Baik Konten video untuk pusat Praktek Baik yang ada dalam Loan Program Penguatan
Desa Peduli Kesehatan di Kab pembelajaran masyarakat video tidak spesifik mengulas Pemerintah dan
Blitar HIV/AIDS Pembangunan Desa (P3PD)
Permendesa 13 Tahun Pelaksanaan Program Bansos dalam Bentuk uang Kriteria KPM belum dilakukan APBN 2021
2020 tentang Prioritas Perlindungan Sosial Covid 19 tunai @300.000/KPM/ pendataan secara khusus
Penggunaan Dana Desa melalui Penyaluran BLT Dana Bulan HIV/AIDS
Tahun 2021 Desa untuk KPM dengan
Kriteria :
1)keluarga kehilangan mata
pencaharian
2)keluarga yang belum
mendapat Bansos Lainnya
3)keluarga yang mempunyai
anggota berpenyakit kronis
(termasuk HIV/AIDS)

2) Rencana Kegiatan HIV AIDS Tahun 2022


Kebijakan/ Regulasi Kegiatan Waktu Pelaksanaan Alokasi Anggaran/ Sumber

6
Permendesa 21 Tahun 2020 Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Januari-Desember 2022 Rp. 10.500.000/ APBN 2022
tentang Pedoman Umum Kebijakan Kepada Pemda, TPP
Pembangunan dan Pemberdayaan dan Pihak Ketiga Desa Peduli
Masyarakat Desa Kesehatan (Online)
Permendesa 7 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Program Januari-Desember 2022 Minimal 40% Dana Desa masing-
Prioritas Penggunaan Dana Desa Perlindungan Sosial Covid 19 Bansos dalam Bentuk uang masing Desa
Tahun 2022 melalui Penyaluran BLT Dana tunai @300.000/KPM/
Desa Bulan

3)
Tantangan
Panduan Desa Peduli Kesehatan masih bersifat ganeral dalam kaitannya memberi panduan kepada Desa terkait peran dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat desa, perlu penambahan konten khusus terkait HIV/ AIDS pada panduan tersebut.
4)
Rekomendasi Penguatan Koordinasi Penanggulangan HIV AIDS
a. Pemilahan kegiatan penanganan HIV/AIDS di Desa, yang mana yang menjadi bagian dari daftar kewenangan lokal berskala Desa (Peraturan
Bupati tentang Daftar Kewenangan Desa dan Peraturan Desa tentang Daftar Kewenangan Desa)
b. Program dan kegiatannya harus menjadi bagian dari dokumen perencanaan pembangunan Desa (RPJMDesa, RKPDesa) untuk keberlanjutan
program dan dibiayai melalui APBDesa termasuk Dana Desa secara bertahap sampai dengan Tahun 2030 (sesuai dengan masa RPJMDesa)
c. Penguatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta peningkatan kapasitas kepada Pemerintah Desa, BPD, LPM/LKD dan masyarakat
Desa terkait Pencegahan HIV/AIDS di Desa
d. Penguatan Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan bersama antara Desa dan Supra Desa

3. KOMNAS PEREMPUAN
1) Evaluasi Kegiatan terkait HIV AIDS Tahun 2021

Kebijakan/Regulasi Kegiatan Hasil Tantangan Anggaran/Sumber

7
PERTEMUAN KONSULTASI  Mendapatkan masukan dan  masih sangat terbatasnya UN WOMEN
JEJARING MASYARAKAT SIPIL perkembangan terkini tentang subsidi bagi tes Viral Load
DAN PEMERINTAH PAPUA layanan pemulihan bagi yang mestinya digunakan
perempuan yang hidup dengan untuk mengetahui tingkat
LAYANAN TERPADU BAGI HIV & AIDS dan juga mengalami keberhasilan terapi ARV;
PEREMPUAN KORBAN kekerasan di Papua  terbatasnya akses terhadap
KEKERASAN DAN HIDUP  Mendorong adanya kebijakan jenis tes ini dan bagi mereka
DENGAN HIV & AIDS DI layanan terintegrasi bagi pun yang mempunyai akses,
PROVINSI PAPUA DAN PAPUA perempuan korban kekerasan kerap kali biayanya yang
BARAT yang hidup dengan HIV AIDS di lebih dari 1 juta untuk sekali
Papua tes ini tidak terjangkau oleh
 Masukan bagi kerja bersama mayoritas ODHA.
untuk dorong integrasi layanan  Rumah Sakit sering menolak
bagi perempuan korban pasien dengan HIV untuk di
kekerasan yang hidup dengan rawat dengan mengatakan
HIV AIDS di Papua bahwa kamar sudah penuh.
Alasan: a) Kamar penuh; b)
fasilitas yang tidak tersedia;
c) diskriminasi dan
stigmanisasi Odha menjadi
faktor utama ketika rumah
sakit menolak pasien Orang
Dengan HIV dan AIDS
(ODHA)
 JKN belum bisa
menanggung pula biaya
untuk tes penunjang terapi
ARV seperti tes CD4 dan tes
Viral Load yang selama ini
tidak terjangkau oleh
mayoritas Orang Dengan
HIV dan AIDS (ODHA).

2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022

8
Kebijakan/ Kegiatan Waktu Pelaksanaan Alokasi Anggaran/Sumber
Regulasi
advokasi layanan terintegrasi perempuan korban kekerasan Januari-Desember 2022 UN Women
yg hidup dg HIV Atau sebaliknya perempuan dg HIV dan
korban kekerasan
Dukungan untuk pendokumentasian, penguatan Januari-Desember 2022 UN Women
pendamping, sosialisasi/kampanye, Fasilitasi kajian
kebijakan daerah
Koordinasi tingkat kota/kabupaten dengan Pemda – DPRD,
Koordinasi dengan Pemprov-DPRP, MRP, dan Koordinasi tk
nasional (Kemenkes- KPPPA –Bappenas ) dengan
menggunakan kerangka SPPT-PKKTP

3) Tantangan
Data Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dengan HIV/AIDS, 2017-2020 sebanyak 229 kasus :

a. 89% PDHA alami lebih dari 1 bentuk kekerasan


b. Hampir semua (97%) laporkan kekerasan psikis, dalam bentuk stigma dan pengucilan, juga 12 kasus pengusiran
c. 88% alami kekerasan seksual
d. Kekerasan fisik dialami dalam bentuk penganiayaan
e. 93% pelaku adalah anggota keluarga
f. Mayoritas pelaku (86%) adalah suami

 Temuan terkait HAMBATAN dalam layanan kesehatan bagi perempuan korban


a. Tidak setiap nakes memiliki kapasitas untuk mendeteksi korban saat diperiksa --> SOP terkait Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan
b. Masih ada visum berbayar yang memberatkan korban kekerasan
c. Keterpaduan layanan Kesehatan dengan layanan hukum masih belum terpadu--> masih kerja sektoral di beberapa wilayah kab/kota
d. Minimnya anggaran terkait Kesehatan bagi perempuan korban kekerasan
e. Layanan berbasis kepulauan belum terlalu dikenal sementara Indonesia negara kepulauan --> penting ada konsep layanan Kesehatan dan
penanganan korban KtP berbasis kepulauan
f. Korban disabilitas masih belum terjangkau dan masih ada stigma terhadap disabilitas mental
g. Belum ada protokol pemeriksaan HIV/AIDS untuk perempuan korban kekerasan seksual.

9
1. Layanan Perempuan Korban Kekerasan yang Hidup dengan HIV/AIDS 1 :
a. Perempuan dan HIV/AIDS: diskriminasi gender dan bersifat interseksionalitas (UNICEF, 2012)
a) pada suami/pasangan laki-laki yang lebih dominan, perempuan dan anak akhirnya menjadi korban;
b) menyandang stigma seumur hidup,
c) kehilangan masa depan,
d) kehilangan hak bereproduksi.
b. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan
hubungan seksual tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya.
c. Stigma status HIV mendorong perempuan positif mengalami diskriminasi atas akses informasi dan pelayanan kesehatan di beberapa pusat-
pusat pelayanan kesehatan.
d. Sebagian besar populasi kunci kelompok HIV/AIDS tidak bisa masuk dalam kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI), padahal kebanyakan dari
mereka adalah merupakan golongan yang tidak mampu untuk mendaftar secara mandiri.
e. Implikasi lainnya yang terjadi adalah populasi kunci yang tidak mampu akan sulit untuk mengakses BPJS Kesehatan terutama untuk layanan
kesehatan terkait dengan HIV/AIDS.
f. Sebagian besar dari populasi kunci kelompok HIV/AIDS tidak mempunyai persyaratan administrasi kependudukan (Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga, dan lainnya) secara lengkap. Hal ini menyebabkan populasi kunci yang berkeinginan untuk mendaftar menjadi peserta
mandiri BPJS Kesehatan tidak dapat diakomodasi.
g. Isu HIV dan AIDS adalah persoalan multi dimensi dan multi sektor, sehingga membutuhkan keterlibatan banyak pihak dalam
penanggulangannya

4) Praktik Baik
a. Semua layanan kesehatan gratis di Teluk Wondama (termasuk ibu melahirkan) – namun akses transportasi terhadap layanan tersebut sulit,
karena lokasi tempat tinggal masyarakat sebagian jauh dari pusat-pusat layanan

5) Rekomendasi Penguatan Koordinasi Penanggulangan HIV AIDS


Kementerian Kesehatan memastikan pemberian layanan kesehatan yang berkelanjutan bagi perempuan positif HIV/AIDS, termasuk untuk
menyediakan layanan pencegahan penularan HIV/AIDS pada janin, dengan menyediakan skema layanan atas biaya Negara untuk pendataan dan
perawatan kesehatan bagi perempuan positif HIV dan AIDS.

1
Risalah Kebijakan KP, 2019

10
a. Kementerian Kesehatan mengembangkan kampanye pencegahan penyebaran infeksi menular seksual dan HIV dan AIDS, termasuk kampanye
penggunaan kondom, dengan menjalin kemitraan dengan para pemuka agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat,
b. Kementerian Kesehatan membangun kapasitas tenaga kesehatan di layanan kesehatan yang berperspektif hak asasi manusia dan gender untuk
memberikan layanan kesehatan tanpa diskriminasi bagi setiap warga masyarakat termasuk perempuan positif HIV dan AIDS.
c. Kementerian Kesehatan membangun kebijakan untuk penyediaan layanan peme riksaan, pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual
bagi perempuan korban kekerasan seksual dan perempuan yang sudah menikah.
d. Penguatan kebijakan
a) Review seluruh kebijakan daerah (provinsi dan kab/kota) terkait layanan bagi perempuan dan HIV --> dalam kerangka Otonomi Khusus
b) Bedah Perdasus No 1/2011 tentang Pemulihan bagi perempuan korban kekerasan pelanggaran HAM
c) Menerbitkan Peraturan Daerah Papua (tingkat provinsi) baru yang mengatur pencegahan dan pemulihan korban HIV yang juga mengalami
kekerasan--> sebagai kebijakan payung di tingkat kab/kota
Dapat didahului dengan memperdalam pemahaman tentang ruang lingkup Perdasi dan Perdasus untuk mengaitkan isu
kekerasan dan HIV
e. Menguatkan kuantitas dan kualitas layanan, termasuk ketersediaan rumah aman
f. Mengawal keterlibatan masyarakat pada revisi perda HiV/Aids
g. Menguatkan SOP pemeriksaan Hiv/Aids untuk korban dan pelaku pada KTP
h. Mengawal Penatalaksanaan anggaran daerah untuk HIV/Aids
i. Menguatkan Mekanisme :
j. organisasi perempuan positif tentang PPIA
k. Berbasis lembaga utama: KPA, UPPPA, UPTD-P2TP2A, faskes
l. Berbasis Program : KPS, BPJS,
m. Berbasis masyarakat : Pendamping, paralegal
n. Pemberdayaan korban untuk perubahan yang transformatif : teman sebaya

2. Peluang :
a. Perda Kab. Sorong no. 2 tahun 2015 tentang perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan
b. Perda kab Sorong no. 2 tahun 2016 tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Kab. Sorong
c. Perda Kota Sorong no. 16 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV/AIDS di Kota Sorong
d. Perda no. 21 tahun 2006 tentang pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS IMS di Teluk Bintuni
e. Perprov no. 11/2013 tentang perlindungan perempuan dan anak sebagai korban kekerasan
f. Perda MaNokwari nomor 5 tahun 2006 tentang penggunaan miras harus ditertibkan pelaksanaannyA
g. koalisi NGO PaBar menfasilitasi diskusi pembentukan LSM perempuan yang fokus pada isu KtP dan layanan
h. Berjejaring dengan P2Tp2A/DP3A untuk membantu perempuan korban

11
4. KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021
Kegiatan Hasil Tantangan Anggaran/Sumber
Kebijakan/Regulasi

Instruksi Menteri Sosialisasi Tentang HIV Telah dilakukan sosialisasi kepada 1. Pandemi Covid-19 menjadi kendala DIPA Biro Umum
Perhubungan Nomor IM. 3 AIDS Dan Pengenalan 100 orang pegawai di lingkungan dikarenakan sangat berpengaruh pada: senilai Rp.
Tahun 2005 tentang Tim Screening Tes Setjen Kementerian Perhubungan - Penyelarasan anggaran dari rencana 16.968.000,-
Penanggulangan HIV/AIDS berupa kegiatan penyampaian kegiatan yang telah disusun K/L
dan Penyalahgunaan Narkoba informasi dan edukasi yang mengalami perubahan/refocusing;
di Lingkungan Departemen memadai terhadap HIV AIDS - Perubahan teknis kegiatan, dalam
Perhubungan sebagai bekal untuk melindungi diri hal kegiatan melakukan tatap muka
dan keluarga agar terhindar dari HIV misalnya screening test menjadi
AIDS terkendala
2. Masih kurangnya SDM dengan keahlian
Sosialisasi Pencegahan Kegiatan dilaksanakan secara offline -
konselor HIV/AIDS
Narkoba dan HIV AIDS bagi 444 Taruna/i di Auditorium
oleh tim medis Poltekpel Surabaya dan melalui
Politeknik Pelayaran zoom meeting terhadap 286
(Poltekpel) Surabaya pegawai ASN dan Non ASN
Poltekpel Surabaya. Kegiatan
berjalan tertib dan lancar dengan
tetap menerapkan protokol
kesehatan yang ketat

2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022


Kebijakan/Regulasi Kegiatan Waktu Pelaksanaan Tantangan Anggaran/Sumber

12
Instruksi Menteri Perhubungan 1. Screening Tes HIV AIDS kepada Perkiraan antara 1. Keterbatasan DIPA Biro Umum senilai Rp.
Nomor IM. 3 Tahun 2005 pegawai di Kementerian bulan Maret s.d. anggaran yang 54.090.000,-
tengtang Tim Penanggulangan Perhubungan Oktober 2022 tersedia
HIV/AIDS dan Penyalahgunaan 2. Pelatihan Pelayanan Terhadap 2. Situasi Pandemi
Narkoba di Lingkungan Penderita HIV AIDS (Konselor) Covid-19
Departemen Perhubungan

3) Tantangan
a. Masih kurangnya SDM dengan keahlian konselor HIV/AIDS.
b. Terbatasnya anggaran untuk Kegiatan terkait HIV AIDS.

4) Rekomendasi
a. Melakukan sinergitas secara periodik antara Kementerian/Lembaga dan Kementerian Kesehatan terkait Rencana/Aksi kegiatan terkait
HIV/AIDS agar dapat lebih optimal
b. Pelaporan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS setiap periode dipublikasikan kepada seluruh K/L melalui media elektronik
c. Perlunya komitmen dan dukungan dari pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS
d. Masing-masing Kementerian /Lembaga perlu menyusun regulasi/kebijakan terkait penanggulangan HIV/AIDS

5) Praktik Baik
Dengan dilakukan diseminasi berupa penyampaian informasi dan edukasi mengenai HIV/AIDS menjadikan pegawai memahami bagaimana
melindungi diri dan keluarga agar terhindar dari HIV AIDS

5. KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021

Sub-Kegiatan Lokasi Output Anggaran/Sumber


Kegiatan

13
WORKSHOP/ Workshop Tatalaksana Pelaporan BANTEN Jumlah peserta Offline : 50 Rp 335.085.000
SOSIALISASI P2 HIV-AIDS dan P2-Covid 19 Jumlah peserta online : 689
Berbasis Teknologi Informasi dan
Sosialisasi WLKP Online

First Workshop on Development JAKARTA (Hybrid) Jumlah Peserta Offline : 30 ASEAN DEVELOPMENT
of ASEAN Guidelines on HIV Jumlah Peserta Online : 30 FUND
Counselling and Testing in The
Workplace (ASEAN OSHNET)
(Hybrid)
Second Workshop on JAKARTA (Hybrid) Jumlah Peserta Offline : 30 ASEAN DEVELOPMENT
Development of ASEAN Jumlah Peserta Online : 30 FUND
Guidelines on HIV Counselling
and Testing in The Workplace
(ASEAN OSHNET) (Hybrid)
Workshop Control and JAKARTA (Hybrid) Jumlah Peserta Offline : 30 Rp. 200.000.000
Prevention HIV-AIDS Program Jumlah Peserta Online : 30
during Pandemic Covid-19 with
ASEAN MEMBER STATE (OSHNET
PROGRAM)
PENGHARGAAN K3 UJI PETIK PENGHARGAAN K3 5 (LIMA) WIL DIUSULKAN: Rp 71.512.000
PROGRAM PENCEGAHAN DAN 1. BANTEN 1. 5 perusahaan
PENANGGULANGAN HIV AIDS DI 2. DKI JAKARTA 2. 12 perusahaan
TEMPAT KERJA 3. JABAR 3. 8 perusahaan
4. JATENG 4. 21 perusahaan
5. JATIM 5. 36 perusahaan
6. Dari provinsi lain total 109 perusahaan
PENYERAHAN PENGHARGAAN K3 JAKARTA 1. PLATINUM 34 Rp 142.444.000
PROGRAM PENCEGAHAN DAN 2. GOLD 90
PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI 3. SILVER 67
TEMPAT KERJA TOTAL 191

PEDOMAN P2 COVID-19 Pedoman Pencegahan dan Jakarta Pedoman P2 Covid-19 di tempat kerja -
& P2 HIV-AIDS DI Penanggulangan Covid-19 di kerjasama dengan ILO – Kemnaker RI
TEMPAT KERJA tempat kerja termasuk program

14
P2 HIV-AIDS di masa pandemi

2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022


Kegiatan Sub-Kegiatan Lokasi Anggaran

WORKSHOP/SOSIALISASI Workshop Tatalaksana Pelaporan Penyakit Akibat SEMARANG Rp. 364.764.000


Kerja Berbasis Teknologi Informasi di Jawa Tengah
Workshop Tatalaksana Pelaporan P2 HIV-AIDS dan TANGSEL Rp. 177.842.000
P2-Covid19 Berbasis Teknologi Informasi
Workshop Tatalaksana Pelaporan Gerakan Pekerja BEKASI Rp. 178.342.000
Sehat Berbasis Teknologi Informasi Bagi Ahli K3 di
Jawa Barat
PENGHARGAAN K3 UJI PETIK PENGHARGAAN K3 PROGRAM 10 WIL Rp. 356.240.000
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV AIDS
DI TEMPAT KERJA
PENYERAHAN PENGHARGAAN K3 PROGRAM JAKARTA Rp. 210.080.000
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
DI TEMPAT KERJA

6. KEMENTERIAN SOSIAL
1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021
No Kebijakan/ Regulasi Kegiatan Hasil Anggaran/ Sumber

1 Rehabilitasi Sosial ODHA melalui Pemberian ATENSI bagi ODHA 5.327 Orang APBN
ATENSI
Pembuatan instrument supervisi Instrumen Supervisi bagi Pendamping ODHA APBN
Multilayanan

15
Koordinasi kerjasama Kementerian Pengajuan penambahan Lokasi kerjasama APBN dan dan Bekerjasama dengan
Sosial-AHF di Provinsi Jawa Tengah Kementerian Sosial dan AHF AHF

Kampanye Sosial Penyelenggaraan Webinar VOW Terselenggaranya webinar mengenai Bekerjasama dengan AHF
2 (Vacinate Our Word) bagi kelompok Vaksin bagi kelompok Margina
Marginal

Kedaruratan Respon kasus ADHA dengan disabilitas Terpenuhinya kebutuhan untuk APBN
3 Netra, Pekerja Migran dan KTK mendapatkan pendidikan braile bagi ADHA
dengan disabilitas netra; dikembalikannya 3
orang PMI (ODHA) ke Keluarga dan
Residensial (Loka Kahuripan, Balai Melati)

Peningkatan Kapasitas SDM Penyusunan Modul Bimbingan Teknis Tersusunnya modul bimbingan teknis Bekerjasama dengan AHF
4 Pendamping Intermediate pendampingan level intermediate

2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022


No Kebijakan/Regulasi Kegiatan Waktu Pelaksanaan Alokasi Anggaran/Sumber

1 Pemberian ATENSI untuk ODHA ODHA Penerima ATENSI Januari-Desember 2022 APBN

2 Peningkatan Kapasitas SDM Bimbingan Teknis SDM Pendamping Semester I tahun 2022 Bekerjasama dengan AHF
ODHA intermediet

3 Bantuan Operasional LKS Penyusunan Modul Bimbingan Teknis Semeter II tahun 2022 Bekerjasama dengan AHF
Pendamping expert

Pemberian bantuan operasional LKS Semeser I tahun 2022 APBN

16
7. KEMENTERIAN PPPA
1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021
No Kegiatan Uraian

1 PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI PERLINDUNGAN ANAK Terdiri dari :


DENGAN HIV/AIDS a. perwakilan K/L;
b. NGO;
c. Pemerhati Anak dengan HIV AIDS;
d. Komunitas Orangtua Anak dengan HIV/AIDS
2 TALKSHOW BERSAMA KITA LINDUNGI ANAK DENGAN HIV AIDS Memfasilitasi pendamping/orangtua anak dengan HIV/AIDS untuk berdiskusi dan
bertanya pada ahli seperti dokter, konselor, pemerhati anak maupun orangtua yang
memiliki anak HIV

3 Mengetahui pelaksanaan PA dengan HIV AIDS di daerah serta Memfasilitasi pendamping/orangtua anak dengan HIV/AIDS untuk berdiskusi dan
memberikan pengayaan pada fasilitator dan aktifis Perlindungan bertanya pada ahli seperti dokter, konselor, pemerhati anak maupun orangtua yang
Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di seluruh Indonesia memiliki anak HIV
terkait Perlindungan Anak dengan HIV AIDS
4 BIMBINGAN TEKNIS TERPADU TERKAIT PERLINDUNGAN ANAK Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait perspektif
DENGAN HIV/AIDS pemenuhan hak dan perlindungan anak kepada para pendamping Anak dengan
HIV/AIDS, seperti orang tua, pendamping yang tergabung dalam komunitas, petugas
pemberi layanan di Balai Rehabilitasi, termasuk tenaga layanan kesehatan yang berada
di fasilitas layanan kesehatan seperti dokter, perawat, maupun konselor
5 KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI PERLINDUNGAN ANAK Bertujuan untuk memberikan edukasi dan informasi kepada seluruh masyarakat terkait
DENGAN HIV/AIDS anak dengan HIV/AIDS yang perlu dipenuhi haknya dan mendapatkan perlindungan.

Video animasi dapat didownload pada link bit.ly/KumpulanKIEPAKK

6 LAYANAN SAHABAT PEREMPUAN DAN ANAK 129 SAPA 129 adalah wujud implementasi dari penambahan tugas dan fungsi Kemen PPPA,
yaitu sebagai penyedia layanan rujukan akhir bagi perempuan korban kekerasan yang
memerlukan koordinasi tingkat nasional, lintas provinsi, dan internasional, serta
penyedia layanan bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus dimana dibutuhkan
koordinasi tingkat nasional dan internasional.

17
2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022

No Kegiatan Sasaran
1 WEBINAR / TALKSHOW a. Satuan Pendidikan;
b. Pusat Kesehatan Masyarakat;
c. Forum Anak
2 BIMBINGAN TEKNIS a. Petugas Pemberi Layanan
b. Tenaga Medis
c. Konselor Pendamping
3 LIVE CONSULTATION a. Orangtua Anak dengan HIV/AIDS
b. Komunitas Orangtua Anak dengan HIV/AIDS

8. KEMENDIKBUD RISTEK
1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021
No Kegiatan Hasil
1 PENYUSUNAN NASKAH UKS Buku Pengelolaan UKS SMA dan Duta UKS

2 BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN UKS SMA 150 Kabupaten Kota)

3 BIMBINGAN TEKNIS TEMATIK Revolusi Kesehatan dan GenRe Sekolah Ramah Anak)

4 BIMBINGAN TEKNIS PENCEGAHAN PERUNDUNGAN -


5 BANTUAN PEMERINTAH PENCEGAHAN PERUNDUNGAN 381 sekolah penggerak

6 SUPERVISI -

2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022


a. Penyusunan Naskah UKS
b. Bimbingan Teknis Pengelolaan UKS SMA

18
c. Bimbingan Teknis Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

9. BNN
1) 1 Evaluasi Kegiatan HIV AIDS Tahun 2021
BNN bukan hanya menangani pengguna narkotika, namun juga pengguna narkotika yang memiliki komorbid seperti HIV, hepatitis dsb. Sampai
saat ini selalu memperlengkapi SDM di BNN untuk bisa memiliki skill VCT. Untuk pemeriksaan awal, skrining dan viral load sudah ada sendiri,
namun di balai/loka lain di daeah didukung oleh daerah atau komunitas (PKBI).

2) Tantangan
a. Tidak ada anggaran khusus untuk HIV, namun menyatu dengan pelayanan rehabilitasi terutama pelayanan
b. Tidak ada khusus VCT, namun HIV agak kesulitan. Jika ada pelatihan di Kemenkes, bisa dilibatkan. Terutama untuk yang rawat jalan
c. Harapan ke depan setiap loka kami memiliki yang terampil dalam HIV

3) Praktik Baik
Dengan adanya VCT mobile sangat membantu, karena ada per-3 bulan memberikan layanan.

10. IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)


1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021 S
No Kegiatan Uraian Alokasi Anggaran/Sumber

1 Pembuatan modul pelatihan IBI bekerja sama dengan Knowledge Hub membuat modul pelatihan UNFPA
pelayanan Kesehatan pelayanan Kesehatan reproduksi pada pandemic covid 19 bagi Praktek
reproduksi pada pandemic Mandiri Bidan (modul 8 adalah: Pencegahan Dan Penanganan Pada Kasus
covid 19 bagi Praktek Mandiri Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV AIDS (ODHA), Hep B dan Hep C serta
Bidan Strategi Pemberian Pelayanan Alternatif Pada Masa Pandemi COVID-19
dengan Prinsip Respecful Midwifery Care (RMC)

2 Pelatihan TOT fasilitator Pelatihan sudah 2 Angkatan : -


pelatihan pelayanan
a. Angkatan 1 : 3 gelombang (300 bidan )
Kesehatan reproduksi pada
b. Angkatan ke 2: 7 gelombang ( 700 bidan )
pandemic covid 19 bagi Pratek

19
Mandiri Bidan Desain pelatihan: pelatihan di lakukan selama 5 hari di lanjut kan dengan
mentoring oleh fasilitator selama 6 kali pertemuan dengan melakukan
pembahasan kasus sesuai modul pelatihan serta pengetahuan terkait
evidence based medicine.

2) Tantangan
a. Belum semua provinsi menjadi daerah program terkonsentrasi triple eliminasi, sehingga setiap ibu masa prahamil, dan hamil yang terindikasi
penyakit triple eliminasi belum dapat melaksanakan test laboratorium.
b. Masih adanya stigma dan diskriminasi disebabkan penyakit triple eliminasi
c. Belum semua bidan terinformasi dengan program triple eliminasi
d. Bidan tidak dapat menyediakan sarana untuk test tripel eliminasi

11. TNI

1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021


No Kebijakan/Regulasi Kegiatan Tantangan Alokasi Anggaran/Sumber

1 Peraturan panglima TNI 54/2019 Deteksi dini, layanan, pengurangan Tantangannya tidak semua dapat tes Donor
stigma dan diskriminasi. Dimana HIV
mereka bersama-sama tanpa was-
was. Untuk karir di TNI, ODHA dapat
naik pangkat seperti yang lainnya.

12. KEMENKO PMK


Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit dan Asisten Deputi Pemberdayaan Pemuda

1) Kegiatan
a. Pelaksanaan beberapa pertemuan dan audiensi terkait HIV/AIDS termasuk untuk penyusunan SRAN HIV AIDS
b. Koordinasi Perkembangan dan Pencapaian Program Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko Pada Pemuda Tahun 2021
c. Kajian Analisis Kebijakan Pencegahan Perilaku Berisiko Seks Bebas Pada Pemuda Tahun 2021

20
2) Kendala
a. Kurang mengoptimalkan peran tokoh masyarakat, forum kemasyarakatan dan organisasi kepemudaan dalam rangka pencegahan
permasalahan sosial kemasyarakatan yang meliputi penyalahgunaan NAPZA, minuman keras, perkawinan usia anak dan perilaku seksual
berisiko.
b. Belum adanya K/L yang memiliki program pencegahan perilaku berisiko yang khusus dan spesifik dari sisi substansi maupun sisi target
(anak, remaja, pemuda)
c. Masih adanya stigmatisasi dan diskriminasi terhadap penderita ODHA termasuk anak-anak, seperti anak dari penderita ODHA, dan
perempuan yang tertular dari pasangan, yang mempersulit akses layanan kesehatan, psikososial, maupun bantuan hukum.
d. Upaya pencegahan belum optimal untuk mencapai target nasional maupun global

3) Saran dan Rekomendasi


a. Masih diperlukan upaya yang sinergis untuk mencapai target nasional maupun global yang melibatkan Pentahelix (yaitu Pemerintah, Media,
Institusi Pendidikan, Pelaku Usaha/Industri, dan Masyarakat/Komunitas) sehingga diperlukan SRAN.
b. Selain SRAN, lebih baik bila ada roadmap dan penajaman kegiatan agar lebih mudah untuk dimonitoring.
c. Untuk pengetahuan reproduksi bisa bekerjasama dengan Kemenag dan Kemendikbud.
d. Masalah tigmatisasi, diskriminasi pada ODHIV dan ODHA maupun anggota keluarganya masih membutuhkan perhatian dan diperlukan
rencana kegiatan yang melibatkan lintas program dan lintas sektor.
e. Penyusunan program yang khusus dan spesifik baik tentang substansi pencegahan perilaku seksual berisiko maupun dari sisi target yaitu
pemuda, anak dan remaja (termasuk yang berada di dalam lembaga pemasyarakatan & pembinaan khusus anak).
f. Penguatan literasi digital kepada pada pemuda dalam rangka peningkatan ketahanan diri dari hal hal negatif dan destruktif di media sosial.
g. Optimalisasi peran tokoh masyarakat, forum kemasyarakatan dan organisasi kepemudaan dalam rangka pencegahan permasalahan sosial
kemasyarakatan yang meliputi penyalahgunaan NAPZA, minuman keras, perkawinan usia anak dan perilaku seksual berisiko.
h. Pemetaan dan identifikasi akar permasalahan sosial kemasyarakatan dimaksud untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang tepat
guna, manfaat dan sasaran.
i. Perlu adanya penajaman indikator di dalam Indeks Pembangunan Pemuda agar didapatkan data yang lebih tepat untuk digunakan dalam
proses perumusan rekomendasi kebijakan peningkatan kualitas pemuda ke depan.
j. Kader pemuda yang ada di Kementerian dan Lembaga seyogyanya tidak hanya melakukan kegiatan terbatas pada nama program kader yang
melekat tapi juga bisa diberdayakan untuk isu substantif lainnya yang masih relevan, sebagai contoh Kader Inti Pemuda Anti Narkoba
(KIPAN) tidak hanya pada penyalahgunaan NAPZA saja tapi juga bisa diberdayakan untuk pencegahan perilaku berisiko lain seperti
perundungan, kekerasan dan seksual berisiko pada pemuda.

Rencana Kegiatan 2022

21
Menyelesaikan SRAN HIV AIDS 2020-2024

13. KEMENAG
1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS Tahun 2021
No Kegiatan Uraian

1 Pembuatan buku pedoman keluarga kristen bahagia Terdapat buku pedoman yaitu keluarga kristen bahagia
sejahtera, yaitu pendampingan catin. Buku ini sebagai tugas
dan tanggung jawab gereja. Jadi menjadi standar untuk
membina calon pengantin. Kami berkolaborasi dengan
BKKBN, Kemenkes.

2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022


No Kegiatan Uraian

1 Penyampaian materi HIV AIDS melalui tokoh Bimas Kristen sudah berkoordinasi dengan perencanaan
agama/penyuluh untuk memprioritaskan HIV AIDS, melalui tokoh agama dan
pendeta. Di daerah ada kelompok-kelompok gereja.

14. KOMNAS HAM


1) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022
No Kegiatan Uraian

1 Penghapusan Stigma dan Diskriminasi Komnasham berkolaborasi dengan LSM, ditahun


depan ada program dengan penghapusan stigma dan
diskriminasi

15. PKNI

22
1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021
Kebijakan/ Regulasi Kegiatan Hasil Tantangan Anggaran/ Sumber
UU 35 tahun 2009 Koalisi 35./2009 (koalisi Dalam kerangka kebijakan internasional Pendekatan kriminalisasi terhadap Konsorsium
tentang Narkotika masyarakat sipil untuk terkait dengan pengendalian terhadap pengguna narkotika membawa Masyarakat Sipil
perubahan UU.35 Tahun narkotika sekalipun, konsep kontrol negara beban berat pada
2009 Tentang Narkotika) dengan cara-cara yang positif dan aktif— negara, menimbulkan ongkos besar
tidak hanya tentang kriminalisasi— baik finansial maupun non-
sebenarnya telah diperkenalkan. Pasal 36 finansial, dan pada
Konvensi Tunggal Narkotika 1961, serta permasalahan sistem peradilan
Pasal 3 dan 22 Konvensi Psikotropika 1971 pidana;
sama sekali tidak menyebutkan bahwa
negara-negara wajib untuk mengatur Kriminalisasi pengguna narkotika
penggunaan dan kepemilikan narkotika justru menjauhkan para pengguna
sebagai tindak pidana. Kedua konvensi dari akses terhadap
tersebut menyatakan upaya kontrol ketat layanan kesehatan dan
narkotika oleh negara dimungkinkan dengan meningkatkan stigma terhadap
mekanisme administrasi. Pada pengguna narkotika sebagai
perkembangannya, soal penguasaan dan kriminal
kepemilikan narkotika adalah mengenai dan orang yang tidak bermoral
aspek administrasi, dimana negara
mengontrol peredaran narkotika dengan Regulasi dalam konteks ini seolah
memastikan pendekatan kesehatan yang menjadi semacam restu negara
digunakan, menyediakan akses obat, dan bagi warga untuk
menjamin keamanan akses obat tersebut menggunakan narkotika secara
bebas (posisi amoral). Padahal,
bukan itu maksud dan
tujuannya, karena regulasi tidak
sama dengan legalisasi atau model
supermarket, dimana
seseorang bisa bebas membeli
permen di sebuah toko.

PERATURAN MENTERI Community LED and Komunitas di Manado sudah sering Pemerintah seyogianya menyusun PEPPAR- UNAIDS-
KESEHATAN REPUBLIK Advocacy di Sulawesi mengusulkan kepada dinas Kesehatan Kota dan menerapkan tata kelola Rumah Cemara
INDONESIA Utara (Kota Manado) Manado agar di Bukakan Klinik PTRM narkotika yang efektif,
NOMOR 57 TAHUN 2013 karena banyak dari mereka tidak sanggup komprehensif, terukur, serta

23
TENTANG untuk meneruskan program PTRB yang berkelanjutan. Pemerintah perlu
PEDOMAN masih di anggap mahal oleh komunitas di menyediakan mekanisme kontrol
PENYELENGGARAAN Kota Manado dan sekitar yang jelas terhadap permasalahan
PROGRAM TERAPI narkotika, bukan dengan narasi
RUMATAN METADONA Komunitas di bogor mendorong pemerintah penghukuman yang
untuk lebih aktif dalam pelayanan Hepatitis menumbuhsuburkan pasar gelap,
PERATURAN MENTERI C bagi pengguna NAPZA suntik ini sama hal ataupun legalisasi tanpa kontrol.
KESEHATAN REPUBLIK nya dengan komunitas di kota bengkulu Karena banyak komunitas di kota
INDONESIA manado masih di kriminalisasi oleh
NOMOR 47 TAHUN 2016 APH karena kepemilikan
TENTANG BUPRENORFINA dan ALPRAZOLAM
PENYELENGGARAAN yang memang di resepkan oleh
TERAPI BUPRENORFINA penyelenggara Klinik

Perlu ada dana untuk sosialisasi


penggunaan BUPRENORFINA yang
terus menerus banyak pasien yang
menyuntikan BUPRENORFINA yang
harusnya di oral
HEALTH, RIGHTS Innovative advocacy Tiap daerah atau distrik menginisiasi Kurang atensi pemerintah dalam Robert Carr
AND DRUGS approaches to address advocacy yang dipimpin oleh komunitas penaggulangan NAPZA, minim nya Foundation-INPUD-
HARM REDUCTION, health and rights of pengguna Napza di tiap daerah, seperti pendanaan untuk komunitas (Peers NAPUD
DECRIMINALIZATION People who Use Drugs advocacy ketersediaan layanan Hepatitis C Group) banyak oknum aparat
AND bagi pecandu narkoba suntik, advocacy penegak hukum yang menjadikan
ZERO DISCRIMINATION permintaan dibukakan layanan PTRM di bisnis
FOR PEOPLE WHO USE Kota Menado, ketersediaan layanan
DRUGS Kesehatan jiwa bagi pengguna NAPZA
Monitoring Berbasis Consultative Meeting to 1. Penyusunan dan implementasi strategi  Komunitas yang terkena DFAT-UNAIDS-JIP
Komunitas Jaringan adapt community-based dan pedoman pemantauan berbasis dampak tidak dapat diakui
Nasional HIV dan monitoring tools and komunitas atau community-based secara hukum.
Populasi Kunci Indonesia develop annual workplan  Tidak ada kerangka organisasi
monitoring yang disesuaikan dengan
yang ada.
konteks dan kebutuhan advokasi di
 Tidak ada riwayat keterlibatan
Indonesia. yang efektif dengan fasilitas.
2. Peningkatan kapasitas organisasi  Tidak ada kebijakan
populasi kunci pada level nasional dan pemerintah yang

24
daerah untuk melakukan pemantauan menguntungkan CLM.
dan menggunakan hasil pemantauan  Tidak ada dana yang tersedia
tersebut untuk mengadvokasi atau sulit untuk menerima
dana.
peningkatan kualitas layanan.
 Kapasitas teknis komunitas
3. Penyusunan pedoman dan peningkatan
perlu ditingkatkan.
kapasitas organisasi populasi kunci  Beragam bahasa, budaya, dan
dalam menjangkau under-serviced sub- isolasi menantang komunikasi.
populations.  Stigma dan diskriminasi
4. Program kepemimpinan atau leardership sistemik.
bagi perwakilan populasi kunci.  Komitmen untuk terlibat di
antara pembuat keputusan
fasilitas jarang terjadi dan
rapuh.
 Pemantau potensial telah
pindah dari komunitas mereka.

2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022

Kebijakan/ Regulasi Kegiatan Waktu Pelaksanaan Alokasi Sumber anggaran


HEALTH, RIGHTS Innovative advocacy approaches to address health Januari sampai dengan Robert Carr Foundation-
AND DRUGS and rights of People who Use Drugs Desember 2022 INPUD-NAPUD
HARM REDUCTION, DECRIMINALIZATION
AND
ZERO DISCRIMINATION FOR PEOPLE WHO
USE DRUGS
Community LED Monitoring based Community LED Monitoring and Advocacy Januari sampai dengan USAID-UNAIDS-Rumah
Community September 2022 Cemara
Monitoring Berbasis Komunitas Jaringan Community LED Monitoring and Advocacy Januari sampai dengan DFAT-UNAIDS-JIP
Nasional HIV dan Populasi Kunci Indonesia Desember 2022

Strengthen women living with HIV, people Memberikan bantuan teknis dan peningkatan Januari sampai dengan Stop TB Pathership-JIP-GWL
who use drugs and men who have sex with kapasitas kepada tim advokasi TB dan Desember 2022 INA-IPPI
men networks on participation in the TB konstituennya tentang strategi advokasi,

25
response on CRG sensitized (prioritizing, pemanfaatan dan analisis data, public speaking,
designing interventions, implementing, dan wawancara motivasi. JIP bersama IPPI, PKNI
monitoring and advocacy). dan GWL-INA akan membentuk dan menggerakkan
komunitas TB lokal dari konstituennya sebagai
champion baru sehingga mampu dan terus
berperan advokasi di kota/kabupaten.

3) Tantangan
a. Komunitas yang terkena dampak tidak dapat diakui secara hukum. Pemerintah seyogianya menyusun dan menerapkan tata kelola narkotika
yang efektif, komprehensif, terukur, serta berkelanjutan. Pemerintah perlu menyediakan mekanisme kontrol yang jelas terhadap
permasalahan narkotika, bukan dengan narasi penghukuman yang menumbuhsuburkan pasar gelap, ataupun legalisasi tanpa kontrol. Kajian
ini akanmengevaluasi pelaksanaan kebijakan narkotika saat ini;
b. Tidak ada kerangka organisasi yang ada.
c. Tidak ada riwayat keterlibatan yang efektif dengan fasilitas.
d. Tidak ada kebijakan pemerintah yang menguntungkan CLM.
e. Tidak ada dana yang tersedia atau sulit untuk menerima dana.
f. Kapasitas teknis komunitas perlu ditingkatkan.
g. Beragam bahasa, budaya, dan isolasi menantang komunikasi.
h. Stigma dan diskriminasi sistemik.
i. Komitmen untuk terlibat di antara pembuat keputusan fasilitas jarang terjadi dan rapuh.

4) Praktik Baik
a. Pendanaan tersedia.
b. Lembaga netral siap menjadi perantara pengaturan.
c. Tujuan bersama mendorong terciptanya kemitraan dan berbagi sumber daya.
d. Kepentingan global.
e. Kemauan politik terbuka untuk peningkatan kolaborasi.
f. Dukungan teknis untuk pengembangan kapasitas tersedia.
g. Masyarakat yang terkena dampak memiliki pengetahuan tentang standar pelayanan kesehatan

5) Rekomendasi Penguatan koodinasi penanggulangan HIV dan AIDS

26
a. Rekomendasi untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terkait HIV untuk berbagai hal tidak terbatas pada orang yang hidup dengan HIV,
populasi kunci,penduduk lokal, orang-orang di penjara, migran, dan wanita dan anak perempuan, khususnya gadis remaja dan wanita muda.
Meskipun pengaturan dan kebutuhan spesifik populasi telah diidentifikasi.
b. Melembagakan pelatihan prajabatan distakeholder (misalnya berfokus pada stigma terkait HIV dan diskriminasi dan hak asasi manusia) untuk
para profesional dan pengemban tugas akan menjadi strategi intervensi yang berharga. Pelatihan prajabatan menawarkan kesempatan untuk
lebih banyak edukasi dan dampak dari stigma terkait HIV dan upaya pengurangan diskriminasi, sebagai staf dan karyawan baru.
c. Pengaturan organisasi; membangun sumber daya koumitas (misalnya pusat bantuan hukum) untuk mendukung orang yang hidup dengan HIV
dalam mengakses hak-hak mereka; dan menawarkan dukungan dan program pemberdayaan yang ditujukan untuk orang yang hidup dengan
HIV dan anggota key populasi.
d. Pentingnya melibatkan banyak pemangku kepentingan dan orang-orang di berbagai tingkat pelatihan, dari staf junior hingga senior, sangat
penting untuk upaya mengurangi stigma terkait HIV dan diskriminasi, karena semua karyawan dapat terlibat dengan orang yang hidup
dengan atau berpikiran untuk hidup dengan HIV mencari layanan atau berpartisipasi dalam pendidikan atau tempat kerja.

16. Gaya Warna Lentera Indonesia (GWL-INA)


1) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022
a. Penguatan Sistem Komunitas & Menciptakan lingkungan yang mendukung pada organisasi anggota GWL-INA dan Komunitas, individu GWL
lainnya untuk program HIV.
b. Peningkatan kapasitas (pencegahan, Perawatan Dukungan dan Pengobatan ODHIV, Pelatihan hukum, HAM termasuk hak atas kesehatan,
pemantauan layanan HIV oleh komunitas dengan prinsip (Community Led Monitoring (CLM)
c. Kampanye HIV melalui media di beberapa platform GWL-INA (Test JKT, Gue Berani, Gue Bisa)
d. Program PrEP
e. Sosialisasi isu TB pada GWL dan ODHIV GWL
f. Pendokumentasian kasus kekerasan dan pelanggaran HAM bagi LSL, Waria dan Orang dengan HIV (ODHIV) GWL
g. Pendampingan hukum bagi GWL dan ODHIV GWL yang berhadapan dengan hukum
h. Study atau penelitian tentang HIV pada komunitas GWL & ODHIV GWL
i. Advokasi Kebijakan
j. Dukungan bagi GWL dan ODHIV terdampak Pandemi Covid 19

17. Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI)


1) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022

27
a. Penguatan dan pemberdayaan kelompok perempuan di daerah.
b. Melakukan upaya promosi dan sosialisasi ttg HIV pada perempuan melalui sosial media platform yang kami miliki.
c. Membangun jembatan integrasi penanganan HIV dan penanganan kekerasan, IPPI menjadi intermediary organisasi antara outreach worker
dengan forum pengada layanan.
d. Melakukan evaluasi program Emak Club (Pendampingan Ibu HIV yang Hamil hingga anak lahir dan mendapatkan pemeriksaan dengan hasil
negatif) dan upaya mengaktifkan program ini kembali.

18. YAYASAN KEMITRAAN INDONESIA SEHAT (YKIS)


1) Evaluasi Kegiatan HIV AIDS 2021
Kebijakan/ Kegiatan Hasil Tantangan Anggaran/
Regulasi Sumber
 PERPRES No. 124 1. Peningkatan Koordinasi Multi 1. Update kegiatan masing-masing 1. Dibutuhkan kepemimpinan UNAIDS/
Tahun 2016 tentang Sektoral Program Penanggulangan K/L, komunitas dan mitra di level pemerintah pusat PEPFAR
Perubahan HIV AIDS di Tingkat Nasional internasional dalam program untuk mengordinasikan
Atas Peraturan dipimpin Kemenko PMK, melalui penanggulangan HIV AIDS. program penanggulangan
Presiden Nomor 75 / a) Rapat triwulanan dengan 2. Evaluasi kemajuan program HIV AIDS dengan K/L.
2006 Tentang Komisi Kementerian dan Lembaga. penanggulangan HIV AIDS komunitas dan mitra
Penanggulangan AIDS b) Rapat dengan komunitas, mitra anggota Komisi Penanggulangan internasional.
Nasional. pembangunan internasional AIDS Nasional yang terdiri dari 2. Menyusun pedoman Rapat
dan organisasi profesi. 23 K/L. Triwulanan dan Evaluasi
 Permenkes No. 24 c) Rapat Evaluasi Program HIV agar alur rapat lebih
Tahun 2017 tentang AIDS Kementerian dan sistematis dan selaras
Sekretariat Komisi Lembaga. dengan kemajuan program
Penanggulangan AIDS penanggulangan AIDS
Nasional. 2. Penyusunan Dokumen Strategis 3. Dokumen draft ke-3 SRAN 3. SRAN Penanggulangan HIV
yaitu: Penanggulangan HIV AIDS tahun AIDS 2021 – 2024 perlu
 Peraturan Menteri a) Strategi dan Rencana Aksi 2021-2024 dan Road Map dioperasionalkan melalui
Dalam Negeri Nomor Nasional (SRAN) Mengakhiri Epidemi HIV Pada Strategi dan Rencana Aksi
20 Tahun 2007 Penanggulangan HIV AIDS Tahun 2030. Daerah (SRAD)
Tentang Pedoman tahun 2021 – 2024. Penanggulangan HIV AIDS
Umum Pembentukan b) Peta Jalan (Road Map) di seluruh provinsi.
Komisi Mengakhiri Epidemi HIV Pada
Penanggulangan AIDS Tahun 2030
dan Pemberdayaan 3. Revisi Buku Saku HIV AIDS dan PIMS. 4. Cetak buku saku HIV AIDS dan 4. Sosialisai buku Saku dan

28
Masyarakat Dalam PIMS Edisi Revisi 2021 pencetakan untuk
Rangka didistribusikan ke daerah.
Penanggulangan HIV 4. Pertemuan Khusus Kemenkes 5. Rencana Pelatihan Program 5. Pertemuan lanjutan untuk
dan AIDS di Daerah. dengan Kementrian Desa PDT untuk Penanggulangan HIV AIDS bagi menyusun Pedoman
Merencanakan Program Desa Peduli Pendamping Desa untuk Pelatihan Penangulangan
HIV memenuhi indikator 7 Desa HIV AIDS di Desa Bagi
Sehat dan Sejahtera, “Prevalensi Pendamping Desa.
HIV, TBC, tekanan darah tinggi, 6. Pertemuan lanjutan untuk
obesitas, narkoba mencapai 0%” menentukan modeling
6. Kemenkes akan membuat Desa Peduli Kesehatan
modeling 1 atau 2 desa, dengan untuk Penanggulangan HIV
nama generik Desa Peduli AIDS.
Kesehatan untuk
Penanggulangan HIV AIDS
7. Peningkatan Koordinasi Multi 7. KPA Provinsi dan Kab Kota 7. Saat ini status KPA Daerah
Sektor di Tingkat Provinsi dan berdasarkan Perpres 124 tahun ada 3 kategori yaitu:
Kabupaten oleh Kemendagri 2016 tidak dibubarkan.  KPA aktif (KPA
melalui telaah Permendagri Nomor 8. KPA Provinsi dan Kab Kota menjalankan fungsi
20 Tahun 2007 Tentang Pedoman membutuhkan kepastian aturan kelembagaan dan
Umum Pembentukan Komisi untuk kordinasi Program program)
Penanggulangan AIDS dan Penanggulangan HIV AIDS  KPA mati suri (secara
Pemberdayaan Masyarakat Dalam dengan Pusat dan mekanisme
kelembagaan ada, tapi
Rangka Penanggulangan HIV dan penganggaran penanggulangan
tidak berfungsi sebagai
AIDS di Daerah. HIV AIDS di daerah.
KPA)
 KPA non aktif
(Kelembagaan KPA
tidak aktif)

Kampanye HIV AIDS untuk 1. Pemasaran, penguatan komunikasi  Kampanye HIV AIDS di media  Meningkatkan jumlah AHF
Masyarakat digital, informasi dan edukasi sosial YKIS sebanyak 5 akun follower
tentang program HIV AIDS medsos yaitu: IG, Youtube, FB,  Mengupload materi yang
Website, dan Tiktok kreatif dan menarik

2. Webinar series mengenai Penegasan  Meningkatkan komitmen CSO,  Untuk mencapai Ending DKT Indonesia
Kembali Komitmen Pengendalian KPA dan Kementerian/Lembaga epidemi HIV 2030 perlu

29
Epidemi HIV di Indonesia untuk mengakhiri epidemi HIV akselerasi program
2030. penanggulangan HIV AIDS

2) Rencana Kegiatan Terkait HIV AIDS Tahun 2022

Kebijakan/ Regulasi Kegiatan Waktu Pelaksanaan Alokasi Sumber anggaran


1. PERPRES No. 124 Tahun 2016 tentang 1. Peningkatan Koordinasi Multi Sektoral di 2022 PEPFAR - UNAIDS
Perubahan Atas Peraturan Presiden Tingkat Nasional – Kemenko PMK
Nomor 75 Tahun 2006 Tentang Komisi a) Launching dan sosialisasi SRAN
Penanggulangan AIDS Nasional  b) Menyusun Pedoman Pelaksanaan SRAN
2021-2025
2. Permenkes No. 24 Tahun 2017 tentang c) Menyusun Pedoman Pelaksanaan Rapat
Sekretariat Komisi Penanggulangan Koordinasi Triwulan HIV AIDS
AIDS Nasional d) Rapat Koordinasi Triwulan HIV AIDS

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri 2. Penguatan Rencana Operasional Kegiatan


Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Nasional Merujuk pada Rencana Aksi
Pedoman Umum Pembentukan Komisi Nasional HIV AIDS & IMS 2020 - 2024 dan
Penanggulangan AIDS dan Pedoman Multi Sektoral – Kemkes
Pemberdayaan Masyarakat Dalam a) Menuntaskan penyusunan Roadmap HIV
Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS AIDS
di Daerah b) Membahas Investment Case Analysis
(ICA) untuk SRAN

3. Peningkatan Koordinasi Multi Sektor di


Tingkat Provinsi dan Kabupaten –
Kemendagri
a) Menyusun Strategi dan Rencana Aksi
Daerah (SRAD) di 5 provinsi prioritas
(Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Sulsel).
b) Melakukan pendampingan proses
penyusunan SRAD

30
4) Tantangan
a. Menumbuhkan komitmen multi-sektoral dalam penanggulangan HIV AIDS dan PIMS.
b. Memperkuat koordinasi antar K/L dan pemerintah pusat dengan pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
c. KPA Provinsi, Kabupaten dan Kota yang masih aktif tersisa 47 KPA, sehingga KPA yang non aktif perlu diaktifkan Kembali.

6) Praktik Baik
a. Ada beberapa K/L yang masih konsisten dengan program penanggulangan HIV AIDS yaitu Kementerian Kesehatan, Kementrian Sosial,
Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Hukum dan HAM khususnya Ditjen Pemasyarakatan, Kementarian Dalam Negeri dan Kementerian
PPPA.
b. KPA Provinsi dan Kabupaten Kota yang aktif menganggarkan dana penanggulangan HIV AIDS melalui APBD, diantaranya KPA DKI, KPA Jabar,
KPA Sulawesi Tengah, KPA Riau, KPA DIY, KPA NTT, KPA Banten, KPA NTB, KPA Papua dan KPA Papua Barat serta beberapa KPA Kabupaten Kota
yang tetap konsisten menganggarkan APBD untuk Penanggulangan HIV AIDS.

7) Rekomendasi Penguatan koodinasi penanggulangan HIV dan AIDS


a. Mengaktifkan kembali peran Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) sesuai Perpres No. 124 Tahun 2016.
b. Mengaktifkan Sekretariat KPAN yang melekat di Ditjen P2PML Kementrian Kesehatan.
c. Mengaktifkan kembali peran dan fungsi KPA Provinsi dan Kab Kota yang non aktif

31

Anda mungkin juga menyukai