Anda di halaman 1dari 18

DESAIN GAME EDUKASI BERTEMA PENERAPAN AKHLAKUL

KARIMAH MENGGUNAKAN FRAMEWORK MECHANICS DYNAMICS


AESTHETHICS

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Melaksanakan Penelitian Tugas Akhir 1
Jenjang Strata 1 pada Program Studi Teknik Informatika
Universitas Jenderal Achmad Yani

Oleh :
Selia Aysiah
3411161118

Pembimbing 1 : Pembimbing 2 :
Agus Komarudin, S. Kom, M.T. Rezki Yuniarti, S.Si., M.T.
NID. 4121.758.78 NID. 4121.741.82

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN GAME EDUKASI BERTEMA PENERAPAN AKHLAKUL


KARIMAH MENGGUNAKAN FRAMEWORK MECHANICS DYNAMICS
AESTHETHICS

Cimahi, 3 Januari 2020

Selia Aysiah
3411.16.1118

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Agus Komarudin, S.Kom,M.T. Rezki Yuniarti, S.Si, M.T.


NID. 4121.758.78 NID. 4121.741.82
ABSTRAK

Akhlakul karimah merupakan suatu sikap terpuji yang baik sesuai dengan ajaran
Islam. Seseorang yang memiliki akhlakul karimah akan selalu disenangi oleh sesama
manusia. Seorang anak belum mengerti apakah yang ia lakukan tersebut berbahaya
atau tidak, bermanfaat atau merugikan, serta benar maupun salah. Cara
pengembangan akhlakul karimah pada anak adalah dengan cara mengajarkan akhlak
yang mulia kepada mereka. Tetapi pada kenyataannya lingkungan-lingkungan yang
ada pada saat ini lebih banyak yang dianggap sebagai penyebab terjadinya dedikasi
akhlak, salah satunya yaitu berupa maraknya gadget yang mengandung unsur –
unsur game yang kurang mendidik. Berdasarkan problem tersebut, maka diperlukan
sebuah penyajian game edukasi yang diharapkan dapat menjadi salah satu cara
dalam menyampaikan materi agar anak dapat mengikuti pembelajaran akhlakul
karimah dengan menyenangkan. Dalam merancang dan menyusun elemen yang ada
dalam sebuah game salah satunya menggunakan metode framework yang memiliki
sub metode yang disebut dengan Mechanics Dynamics Aesthetics (MDA). Framework
MDA dikembangkan sebagai kerangka kerja untuk memahami game melalui
perspektif pengguna dan pengembang.

Kata Kunci : Akhlakul Karimah; Game Edukasi; MDA.


1. Latar Belakang
Akhlakul karimah merupakan sebuah akhlak yang baik atau terpuji. Setiap
manusia harus memiliki sifat akhlakul karimah. Akhlakul karimah merupakan suatu
sikap terpuji yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Seseorang yang memiliki akhlakul
karimah akan selalu disenangi oleh sesama manusia karena apabila seseorang
berperiaku sesuai ajaran agama Islam maka sudah pasti baik dimata Allah.
Adapun penerapan akhlakul karimah sendiri harus sudah tertanam pada anak –
anak sejak usia dini. Segala bentuk aktivitas atau tingkah laku yang ditunjukkan
seorang anak pada dasarnya merupakan fitrah. Sebab, masa usia dini adalah masa
perkembangan dan pertumbuhan yang akan membentuk kepribadiannya ketika dewasa.
Seorang anak belum mengerti apakah yang ia lakukan tersebut berbahaya atau tidak,
bermanfaat atau merugikan, serta benar maupun salah. Hal yang terpenting bagi
mereka ialah ia merasa senang dan nyaman dalam melakukannya. Oleh karena itu,
sudah menjadi tugas orang tua ataupun pendidikan untuk membimbing dan
mengarahkan anak dalam beraktivitas supaya yang dilakukannya tersebut dapat
bermanfaat bagi dirinya sehingga nantinya mampu membentuk kepribadian yang baik.
Sigmun Freud memberikan suatu ungkapan “Child is father of man” artinya anak
adalah ayah dari manusia. Maksudnya adalah masa anak sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang [1].
Lingkungan dan pendidikan yang baik akan membiasakan anak dengan perbuatan
yang baik begitu pula sebaliknya. Cara pengembangan akhlakul karimah pada anak
adalah dengan cara mengajarkan akhlak yang mulia kepada mereka. Tetapi pada
kenyataannya lingkungan-lingkungan yang ada pada saat ini lebih banyak yang
dianggap sebagai penyebab terjadinya dedikasi akhlak, salah satunya yaitu berupa
maraknya gadget yang mengandung unsur – unsur game yang kurang mendidik.
Berdasarkan problem tersebut, maka diperlukan sebuah penyajian game edukasi
yang diharapkan dapat menjadi salah satu cara dalam menyampaikan materi agar anak
dapat mengikuti pembelajaran akhlakul karimah dengan menyenangkan.

1
Komputer dan video game memiliki banyak kelebihan yang mengindikasikan
beberapa prinsip pembelajaran yaitu interaksi, penyelesaian masalah, tantangan, dan
eksplorasi [2]. Sehingga menjadikan game sebagai media yang tepat untuk
menyampaikan informasi dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Pada Game edukasi tentang agama di Indonesia untuk PAUD disimpulkan bahwa
game berhasil menyampaikan materi tentang moral agama yang ada di Indonesia
karena pemain lebih aktif dalam pembelajaran dan paham terhadap jenis - jenis alat
ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya dan menentukan hal-hal yang boleh
dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan sesuai dengan moral agama yang dianut
[3]. Penelitian lainnya yaitu pada game Edukasi Sebagai Media Pembelajaran
Pendidikan Anak Usia Dini yang berhasil menyampaikan materi tentang pembelajaran
untuk mengenal simbol, berhitung, mencocokkan gambar dan menyusun acak kata.
Dari hasil pengujian, pemain memahami bahwa Game ini bisa digunakan sebagai
media alternatif pembelajaran guru Pendidikan Anak Usia Dini dalam mengubah cara
belajar konvensional menjadi cara belajar simulasi game, sehingga dapat
mengembangkan kreativitas anak, karena dalam game edukasi memiliki unsur
tantangan, ketepatan, daya nalar dan etika [4]. Pada Apikasi Game Edukasi Matching
Three untuk Anak Usia Dini game dirancang untuk menampilkan benda-benda yang
ada dalam kehidupan sehari hari untuk di perkenalkan ke pada anak-anak [5].
Dalam merancang dan menyusun elemen yang ada dalam sebuah game salah
satunya menggunakan metode framework yang memiliki sub metode yang disebut
dengan Mechanics Dynamics Aesthetics (MDA).
MDA sangat bermanfaat karena MDA dapat digunakan untuk mempertimbangkan
perancangan game dari sudut pandang desainer dan pemain game dalam waktu yang
sama [6]. Pada Game Malang City tour berhasil mengimplementasikan dengan metode
MDA Framework [7]. Dalam merancang game edukasi yang mudah dipahami, game
juga harus memperhatikan sisi psikologi ekologi dimana pemain akan terpengaruhi
lingkungan dalam game [8].

2
Game yang dibangun akan berbentuk android mobile game dengan pendekatan
Framework MDA (Mechanics-Dynamics-Aesthetics) agar game yang dibangun
memenuhi semua elemen-elemen yang dibutuhkan dalam game design dan membentuk
struktur game yang baik agar materi dapat tersampaikan.

2. Rumusan Masalah
Diperlukan media untuk menyampaikan penerapan akhakul karimah yang
diimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari sehingga materi disampaikan dengan
jelas dan dipahami oleh pemain. Media yang dimaksud adalah game edukasi, namun
membentuk game edukasi agar materi dapat disampaikan dengan tepat serta dipahami
oleh pemain tidaklah mudah. Diperlukan perancangan sebuah gameplay, dan skenario
secara khusus untuk menyampaikan materi tersebut.
3. Batasan Masalah
Game yang dibangun untuk menyampaikan materi sebuah pendalaman dalam
memahami tentang penerapan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari – hari tidak
menerapkan pembelajaran seperti hitungan matematika dan bahasa Inggris.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneliatan ini adalah merancang sebuah game edukasi yang dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran untuk penerapan akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari – hari. Perancangan game akan menggunakan pendekatan framework
MDA (Mechanics-Dynamics-Aesthetics) didalamnya.
5. Keluaran dan Manfaat
Keluaran dari penelitian ini adalah sebuah prototipe game edukasi yang dapat
menyampaikan materi tentang penerapan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari –
hari yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk mengembangkan kepribadian yang
baik dalam bentuk video game dan publikasi ilmiah pada seminar nasional.
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah game edukasi yang dapat
menjadi media pembelajaran untuk anak – anak dalam menerapkan akhlakul karimah

3
dalam kehidupan sehari – hari sehingga menambah wawasan pada anak dalam
menerapkan kepribadian yang baik.

6. Tinjauan Pustaka
Pada tinjauan pustaka terdapat beberapa pembahasan antara lain permainan
edukasi, dan framework.
Penelitian sebelumnya yang mengacu pada sebuah permainan yang menggunakan
pendekatan MDA terhadap design game salah satunya yaitu seperti pembuatan game
Rekonstruksi ragam hias batik. Kerangka MDA diterapkan sebagai pendekatan dalam
perancangan game Rekonstruksi ragam hias batik. Kerangka MDA diterapkan sebagai
pendekatan dalam perancangan game Rekonstruksi ragam hias batik, yaitu game yang
bertujuan untuk menjembatani permasalahan yang sering terjadi dalam proses kreasi
yang berkaitan antara dua bidang keahlian yang berseberangan berupa teknologi dan
desain [9].
Pada penelitian ini perbedaan dua keilmuan antara desain dan teknologi pada game
interaktif memunculkan capaian yang disebut sebagai estetika interaksi, yaitu
keindahan yang diakibatkan oleh kegiatan berinteraksi yang dimediasi oleh game.
Pendekatan MDA digunakan dalam penelitian untuk merancang game Nitiki yang
merupakan permainan digital yaitu dengan menyelaraskan kebutuhan akan estetika
ragam hias batik yang didukung oleh kemampuan teknologi & dengan platform multi-
touch screen untuk membentuk interaktivitas participatory [10].
Penelitian sebelumnya membuat sebuah media pembelajaran berbasis game
edukasi untuk meningkatkan konsentrasi siswa ketika belajar. Sehingga akan tercipta
suasana kelas yang nyaman dan menarik bagi siswa [11].
Penelitian terdahulu menjelaskan tentang kota Malang yang menjadi salah satu
kota di Indonesia yang berpotensi menjadi destinasi wisata sehingga kota Malang
memerlukan media promosi yang lebih beragam. Game ini dirancang dengan
menerapkan MDA Framework. MDA Framework terdiri menjadi mechanic yaitu rules
atau algortima tertentu yang kemudian akan memunculkan dynamics yang merupakan

4
hasil interaksi mechanics dengan player yang mana kemudian secara otomatis akan
menciptaka aesthethics atau respon pemain [12].
Penelitian ini membahas mengenai pendekatan formal untuk perancangan sebuah
game yang menggunakan metode MDA, dimana dalam penelitian ini menyebutkan
bahwa semua perancangan dibuat dalam beberapa metodologi desain, yang meliputi
perangkat keras, perangkat lunak, perancangan antarmuka, membangun argumen atau
menerapkan metodologi desain yang lain untuk dipadukan dalam proses pemikiran
kreatif dan dapat memastikan kualitas dalam sebuah perancangan. MDA mendukung
pendekatan formal untuk desain dan penyetelan[13].
6.1. Game Edukasi
Media Pembelajaran dalam sebuah proses belajar mengajar dapa
membangkitkan minat dan keinginan yang baru bagi siswa, membangkitkan motivasi
belajar, serta membawa pengaruh terhadap psikologis siswa. Selain dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, pemakaian atau pemanfaatan media juga dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran. Media yang dimanfaatkan
memiliki posisi sebagai alat bantu guru dalam mengajar [14]. Beberapa media yang
dapat meningkatkan motivasi belajar yaitu dunia virtual, simulasi, dan game. Simulasi
dan game dapat diterapkan dalam dunia virtual [15]. Game Edukasi merupakan salah
satu jenis media yang digunakan untuk memberikan pengajaran, menambah
pengetahuan penggunanya melalui suatu media unik dan menarik.
Game edukasi memberikan kesempatan yang baik untuk merangsang
pemikiran anak-anak. Game edukasi dapat meningkatkan motivasi karena beberapa
karateristik, seperti pertualangan, tantangan, dan sebagainya. Game edukasi yang
dibuat juga harus bisa merangsang motivasi belajar anak-anak dan membuat proses
belajar lebih menyenangkan [16].
Permainan edukasi biasanya ditujukan untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Tujuan permainan edukasi yaitu untuk merangsang daya pola berpikir dan
meningkatkan konsentrasi player melalui media yang unik dan menarik dan menunjang

5
proses belajar mengajar dengan kegiatan yang menyenangkan dan lebih kreatif yang
dikemas dalam suatu media interaktif. Pada Media interaktif sarana pembelajaran yang
digunakan adalah media interaktif yang menarik bagi penggunanya, dimana
penggunanya akan mendapatkan kesenangan dalam belajar, karena media interaktif
sering digunakan untuk sarana pembelajaran dimana penggunanya bisa belajar sambil
bermain, karena pada kebanyakan orang apabila belajar dengan kondisi yang monoton
itu sering membuat orang akan merasa bosan dan jenuh, oleh karena itu dibuatlah suatu
aplikasi yang menarik yang di dalamnya mengandung materi pembelajaran agar anak
– anak maupun orang dewasa tidak merasakan bosan pada saat belajar.
6.2. Mechanics Dynamics Aesthetics
Pada sebuah permainan yang harus diperhatikan yaitu bagaimana permainan
tersebut dibuat dan diterima oleh pemain yang mana dilihat dari sisi designer maupun
pemain dalam permainan tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 1 :

Gambar 1 Mechanics Dynamics and Aesthetics Framework


MDA Framework meliputi mekanisme, dinamika dan estetika. Penjelasan dari ketiga
aspek tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Mechanics adalah komponen ”aturan” yang ada di dalam game. Komponen ini
dibuat oleh desainer game dan bersifat konkrit. Komponen dalam mechanic juga
mampu membuat pemain melakukan suatu aksi. Mechanics dapat berupa struktur
data atau algoritma tertentu. Pada game ini dirancang beberapa mekanisme sebagai
berikut :

6
a. Point yang terdapat dalam permainan edukasi peneapan akhlakul karimah ini
adalah berupa skor.
b. Skor pada permainan edukasi direpresentasikan dalam bintang.
c. Level merupakan sebuah tanda untuk melihat pemain dimana dia mampu
menyelesaikan tiap tahap pada sebuah permainan.
d. Reward digunakan untuk membeikan penghargaan dari seuah pencapaian
pemain.
2. Dynamics dapat dideskripsikan sebagai gameplay. Elemen ini merupakan hasil
interaksi antara player dan mechanics dalam game. Dynamics menentukan apa
yang terjadi dengan player ketika mechanics bekerja.
3. Aesthetics merupakan komponen yang bersifat abstrak dan emosional. Setiap
player akan memiliki respon berbeda terhadap game yang dimainkan. Aesthetics
permainan dapat berupa:
a. Sensation : respon terhadap indera pemain
b. Fantasy : hal-hal yang kemudian dipercaya oleh pemain
c. Narrative : dramatisasi yang berkembang dari plot yang ada.
d. Challenge : player ditantang untuk menyelesaikan permainan dengan cepat
dengan waktu yang sudah ditentukan.
e. Discovery : permainan ini memberikan kesenangan berupa petualangan di
suatu lingkungan dalam permainan yang ditawarkan.
f. Expression : kreativitas pemain sebagai bentuk ekspresi diri.
6.3. Permainan Edukasi Penerapan Akhlakul Karimah
Permainan edukasi penerapan akhlakul karimah ini terinspirasi oleh kisah
tauladan Rasuuloh SAW dan para sahabatnya yang memberikan inspirasi mengenai
ketauladanan dan sifat – sifat yang dapat dijadikan contoh yang baik bagi anak – anak
maupun orang dewasa.

7
7. Metode Penelitian
Penelitian ini terbagi menjadi enam tahap, yaitu tahap perolehan data,
perancangan game, pembangunan game, pengujian prototype dan evaluasi, tahap
pengembangan dan pengujian akhir, dan terakhir dokumentasi dan publikasi dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Alir Metode Penelitian

7.1. Perolehan Data


Perolehan Data adalah Pengumpulan data yang terkait dengan penelitian.
Proses perolehan data pada penelitian ini akan diambil di beberapa Sekolah Dasar siswa
kelas 2 di Batujajar, mencari referensi dari buku PAI kelas 2 SD, Al-Qur’an, dan As-
Sunnah. Data tersebut akan diterapkan pada game utama yang akan dibangun.

7.2. Perancangan Game


Untuk perancangan game akan dilakukan berdasarkan pendekatan dari
Framework MDA yang dibagi menjadi tiga bagian komponen yaitu Mechanics,
Dynamics, dan Aesthetics.

8
7.2.1 Mechanics
Mechanics atau mekanik menggambarkan sebuah koponen tertentu dari
permainan. Elemen ini memungkinkan designer memiliki control penuh untuk
mengatur level dari permainan dan memberikan kemampuan untuk mengarahkan aksi
pemain dalam game. Komponen yang terdapat pada game akan terdiri dari:
a) Interaksi pemain terhadap aplikasi
Interaksi dilakukan saat pemain memulai memainkan game dan saat mempelajari
apa yang harus ia lakukan terhadap suatu keadaan yang sedang dialaminya.
b) Karakter pada Game
Game akan tersedia Non-Player Character(NPC) dimana NPC terdiri dari
seseorang yang menjadi karakter utama dari tokoh permainan yang bernama Aisyah
yang akan menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari – hari dan karakter
game sebagai pembaca narasi cerita yang akan menjadi karakter milik user dan
menemani user dalam game.
c) Challenges dan Levels
Challenges akan digunakan untuk menantang user dalam melakukan permainan
dan memberikan perasaan tertantang ketika berinteraksi dengan game agar game tidak
terasa membosankan. Levels berfungsi untuk menunjukan status progress sudah sejauh
mana karakter milik user menerapkan akhlakul karimah dalam ehidupan sehari –
harinya.
7.2.2 Dynamics

Dynamics atau Dinamika menggambarkan perilaku mekanik yang sedang


berlangsung pada saat pemain memberikan input tindakan atas mekanika saat game
dimainkan. Terdapat rule dan bagaimana mekanik beinteraksi dengan assets. Apa yang
terjadi di dalam dynamics akan mempengaruhi aesthetics yang diterima oleh pemain.
Di dalam dynamics akan muncul assets yang diperlukan, seperti pembuatan asset grafis
2D yang berkaitan dengan akhlaku karimah, seperti penerapan akhlakul karimah ketika

9
di dalam rumah, ketika di sekolah dan ketika di masjid. Berikut merupakan salah satu
contoh ilustrasi penerapan akhlakul karimah yang diterapkan ketika di dalam rumah :

Gambar 3. Tampilan Menu Gambar 4. Pilihan Menu

Gambar 3 merupakan gambar tampilan menu yang terdiri dari Main, Tentang dan
Keluar.

Gambar 4 merupakan gambar tampilan sub menu yang terdiri dari Rumah, Sekolah
dan Masjid.

Gambar 5. Pertanyaan untuk user Gambar 6.User salah menjawab pertayaan


Gambar 5. merupakan salah satu contoh gambar ilustrasi penerapan akhlakul karimah
di dalam rumah, pada gambar diatas terdapat sebuah pertanyaan yang harus di jawab
oleh user.
Gambar 6 merupakan gambar yang menunjukkan jika user salah dalam menjawab
pertanyaan.

10
Gambar 7. User benar menjawab pertanyaan Gambar 8.User mengambil sampah
Gambar 7 merupakan gambar yang menunjukkan jika user benar dalam menjawab
pertanyaan.
Gambar 8 merupakan salah satu contoh gambar ilustrasi yang ditujukan untuk seorang
user supaya mengambil sampah-sampah yang ada di dalam rumah.

Gambar 9. Point bintang didapatkan oleh user


Gambar 9 merupakan gambar user mendapatkan point bintang setelah menyelesaikan
tantangan membersihkan rumah dengan membuang sampah – sampah yang berserakan
di dalam rumah.
7.2.2.1 Game Scenario
Tampilan awal yang akan dilihat oleh user saat mulai menjalankan game adalah
tampilan MENU UTAMA. Ditampilan ini akan terdapat 4 menu yang dapat dipilih
oleh user yang terdiri dari menu MAIN, TENTANG dan KELUAR. Saat memilih
menu MAIN akan terdapat beberapa sub menu yang terdiri dari rumah, sekolah dan
masjid, dalam sub menu tersebut, user akan melihat narasi awal cerita dari game.
Narasi cerita akan menjelaskan tujuan utama game ini dan memberikan tutorial diawal
permainan tentang bagaimana cara kerjanya. User akan melakukan tidakan – tindakan
baik apa yang harus ia lakukan dan terdapat media pembelajaran sepeerti pada bagian

11
membersihkan rumah pada salah satu level yang merupakan tantangan yang akan
dimainkan oleh user.
7.2.3 Aesthetics
Aesthetics atau Estetika memberikan pengalaman kepada user dan
mendapatkan respon emosional yang diinginkan pada saat user bermain game.
Aesthetics akan menghasilkan efek dari dynamic pada user melalui sebuah bentuk dan
tema graphics yang sesuai dengan game yang dibangun. Pengalaman yang akan
dirasakan user berupa Challenge dan Discovery.
1. Challenge : pemain akan ditantang untuk menyelesaikan tantangan-tantangan yang
akan muncul pada game dan menyelesaikan berbagai macam jenis misi dan
pembelajaran yang diberikan NPC kepada user.
2. Discovery : game ini memiliki beberapa lingkungan yang berbeda sesuai dengan
penerapan akhlakul karimah yang ia lakukan.

7.3. Pembangunan Game


Pada tahapan ini dilakukan pembangunan game dan perancangan game.
Adapun sebelum bermain game terdapat satu tahap yang dilakukan yaitu bagian tutorial
dimana pemain akan diarahkan bagaimana cara memainkan game ini. Tahapan awal
ini berguna untuk mempermudah pemain dalam menggunakan game yang akan
dibangun. Lalu game ini akan dibuat dengan berdasarkan skenario yang terkait. Dan
selanjutnya pemain dapat mengikuti skenario yang telah disediakan oleh game.
7.5. Pengujian Prototype
Tahapan ini dilakukan untuk menguji rancangan awal game yang telah dibuat
kepada user pada umur 5 tahun ke atas. Tujuan tahapan ini adalah menyesuaikan
skenario game dengan proses kegiatan yang dilakukan di dunia nyata. Pengujian ini
dilakukan untuk mendapatkan users goal dalam mendapatkan pengalaman yang sama
dengan kegiatan nyata.

12
7.6. Pengembangan dan Pengujian Akhir
Tahapan ini dilakukan untuk memperbaiki prototype yang telah diuji dan
diperbaiki. Setelah pengembangan terakhir dilakukan maka sistem akan langsung
diujiankan oleh user untuk mendapatkan respon secara langsung yang akan dijadikan
bahan evaluasi.
7.7. Dokumentasi dan Publikasi
Segala tahapan, proses penelitian dan hasil kesimpulan akan dimasukan dalam
bentuk laporan. Laporan penelitian akan disusun sesuai dengan ketentuan pedoman
penulisan tugas akhir. Hasil penelitian ini akan di publikasikan dalam seminar nasional.
8. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian dibutuhkan dalam sebuah perencanaan yang dilakukan dalam
penelitian dengan melalui beberapa tahapan – tahapan, dengan tujuan supaya
perencanaan penelitian dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Adapaun jadwal
penelitian tersebut sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Perolehan data dari
observasi dan
referensi buku, Al-
Qur’an dan As-
Sunah
2. Perancangan game
Peneraan Akhlakul
Karimah
3. Pembuatan game
Peneraan Akhlakul
Karimah
4. Tahapan pengujian
5. Pelaporan dan
Publikasi

13
9. Referensi

[1] D.I. Taman and K. I. Al, “Dalam Pengembangan Akhakul Karimah Purwokerto
Kecamatan Baturraden Skripsi Fakutas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri ( IAIN ) Purwokerto,” 2015.
[2] R. Ibrahim and A. Jaafar, “Educational games (EG) design framework:
Combination of game design, pedagogy, and content modeling,” Proceedings of
the 2009 International Conference on Electrical Engineering and Informatics,
ICEEI 2009, vol. 1, no. August, pp. 293–298, 2009.
[3] H. F. Dwiyani, F. I. Komputer, and U. D. Nuswantoro, “Game Edukasi Tentang
Agama di Indonesia Untuk PAUD,” pp. 1–8, 2015.
[4] A. Vega, “Game edukasi sebagai media pembelajaran pendidikan anak usia
dini,” Inform, vol. I, no. 1, pp. 1–8, 2016.
[5] S. Priyanto, P. Pribadi, and A. Hamdi, “Game Edukasi ‘Matching Three’ Untuk
Anak Usia Dini,” Game Edukasi “Matching Three” Untuk Anak Usia Dini, vol.
7, no. 2, p. 32, 2014.
[6] S. Grey et al., “Using Formal Game Design Methods to Embed Learning
Outcomes into Game Mechanics and Avoid Emergent Behaviour,” International
Journal of Game-Based Learning, vol. 7, no. 3, pp. 63–73, 2017.
[7] M. Rizky, P. Putra, E. Muh, A. Jonemaro, and I. Arwani, “Penerapan Mechanics
Dynamics Aesthetics Framework pada Game Pengenalan Wisata Kota Malang,”
vol. 2, no. 5, pp. 2086–2091, 2018.
[8] S. Granberg and P. Hulterstrom, “Ecological Psychology: A Framework for
Wargame Design,” Simulation and Gaming in the Network Society, vol. 9, no.1,
pp. 43–48, 2016.
[9] Tresnadi, C., & Sachari, A. (2015). Estetika Interaksi : Pendekatan MDA pada
Game Nitiki ( Jurnal Mudra , ISI Denpasar ). (October 2017).

14
[10] U. S. Ratulangi, “Rancang Bangun Aplikasi Game Edukasi Hafalan Doa Agama
Islam,” vol. 12, no. 1, 2017.
[11] Rizky, P. Putra, E. Muh, A. Jonemaro, and I. Arwani, “Penerapan Mechanics
Dynamics Aesthetics Framework pada Game Pengenalan Wisata Kota Malang,”
vol. 2, no. 5, pp. 2086–2091, 2018.
[12] Rizky, P. Putra, E. Muh, A. Jonemaro, and I. Arwani, “Penerapan Mechanics
Dynamics Aesthetics Framework pada Game Pengenalan Wisata Kota Malang,”
vol. 2, no. 5, pp. 2086–2091, 2018.
[13] R. Hunicke, M. Leblanc, and R. Zubek, “MDA : A Formal Approach to Game
Design and Game Research.”
[14] A. Z. Rahman, T. N. Hidayat, and I. Yanuttama, “Media Pembelajaran Ipa Kelas
3 Sekolah Dasar Menggunakan Teknologi Augmented Reality Berbasis
Android,” Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia, vol. 5, no. 1,
pp. 4-6–43, 2017.
[15] W. Trooster, “The Use of Virtual Worlds and Serious Gaming in Education,” in
Simulations, Serious Games and Their Applications, 2013.
[16] R. Maulana, “Game Edukasi sebagai Media Pembelajaran Budaya Tentang
Pakaian Adat di Aceh menggunakan Multimedia Development Life Cycle (
MDLC ),” J. TIKA, vol. 1, no. 3, pp. 40–47, 2016.

15

Anda mungkin juga menyukai