Anda di halaman 1dari 6

Accelerating the world's research.

KASUS MALPRAKTIK
KEPERAWATAN TUGAS
MATA KULIAH ETIKA
PROFESI
Zulfi Bagja Nugraha

Practice paper
Cite this paper Downloaded from

Related papers of the best related papers

Kusnadi Jaya

Putri Nur Maftukha

Agus Johansyah
KASUS MALPRAKTIK KEPERAWATAN

TUGAS MATA KULIAH ETIKA PROFESI

Oleh : Zulfi Bagja Nugraha


NIM : 193078
2019
KASUS

BINTAN UTARA - Wati (30) warga Tanjunguban, Kecamatan Bintan Utara, mengeluhkan buruknya
pelayanan RSUD Provinsi Kepri Tanjunguban. Pasien mengalami infeksi pascaoperasi caesar.
Perutnya berlubang dan mengeluarkan bau busuk.

Toni, suami Wati mengatakan, tanggal 30 Januari lalu, istrinya melahirkan secara caesar. Lalu,
dirawat inap selama tiga hari. Anehnya, selama tiga hari, pihak rumah sakit sama sekali tidak
memeriksa luka bekas operasi apalagi mengganti perbannya.
"Tidak diganti perban atau apapun, lalu tanggal 1 Februari kami dibolehkan pulang ke rumah dan
diminta kembali ke rumah sakit untuk kontrol pascaoperasi pada tanggal 8 Februari," kata Toni, di
Tanjunguban, Bintan Utara, Senin (12/1/2018).

Namun, sebelum tanggal 8 Februari, istrinya mengeluh sakit di bagian perut. Saat dilihat, ternyata di
dinding perut istrinya sudah basah dan menimbulkan bau bahkan berlubang. Saat itu, ia kemudian
membawa istrinya ke Puskesmas Mentigi Tanjunguban.
"Karena operasinya di rumah sakit, jadi kami oleh pihak Puskesmas dianjurkan ke rumah sakit,"
katanya.

Saat itu, ia kembali membawa istrinya ke RSUD Kepri Tanjunguban. Setiba di rumah sakit, pihak
rumah sakit memberikan obat antibiotik. Malah, pihak rumah sakit menawarkan kembali agar
istrinya dirawat inap sehingga hari berikutnya bisa ditangani.

"Saya sudah kecewa sekali dengan pelayanan rumah sakit. Jadi saya tak mau istri saya dirawat di
rumah sakit itu (RSUD Provinsi Kepri Tanjunguban) lagi. Saya memilih lukanya dibersihkan saja di
Puskesmas, malah saya disuruh membawanya ke rumah sakit di Tanjungpinang," kesalnya.
Selain hal itu, ia mengeluhkan, banyaknya nyamuk di rumah sakit pelat merah tersebut. Setelah sang
buah hatinya lahir, ia mengeluhkan ke perawat banyak nyamuk di ruangan bayi. Tapi, perawat yang
berjaga saat itu justru memberikan obat pengusir nyamuk.

"Saya mau dikasih baygon untuk mengusir nyamuk. Coba bayangkan, di situ ada bayi malah mau
disemprotkan baygon," katanya kesal.

Terkait keluhan pasien bernama Wati atas buruknya pelayanan RSUD Provinsi Kepri Tanjunguban ini,
Humas rumah sakit tersebut bernama Ranti dikonfirmasi belum memberikan jawaban. Begitu juga
Direkturnya bernama dr Kurniakin, juga belum memberikan jawaban.

(Sumber : https://daerah.sindonews.com/read/1281774/194/pasien-rsud-provinsi-kepri-alami-
infeksi-pascaoperasi-caesar-1518509401)
1
ANALISA KASUS

Kasus diatas dapat dikategorikan sebagai kasus malpraktik keperawatan dengan


pertimbangan sebagai berikut :

1. Malpraktik pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional yang bertentangan


dengan standard operating procedure (SOP), kode etik, dan undang-undang yang
berlaku, baik disengaja maupun akibat kelalaian yang mengakibatkan kerugian atau
kematian pada orang lain (Sabungan Sibarani). Berkenaan dengan poin ini adalah
kondisi dimana pasien tidak mengalami pembersihan dan pergantian pembalut luka
standar pasca operasi.
2. Kelalaian atau ketidak hati-hatian dalam berbuat atau bertindak, yang diakomodir
pada Pasal 1366 dan Pasal 1367 ayat (3) KUH Perdata. Dalam kasus ini adalah
keadaan lalai mengganti pembalut luka pasien yang seharusnya teridentifikasi saat
melakukan kontrol ke ruangan pasca operasi yang ditempati pasien .
3. Pasal 1239 KUH Perdata mengenai wanprestasi (cidera janji) , dimana terungkap
melalui kondisi memburuknya pasien karna luka pasca operasinya tidak mengering
serta menimbulkan rasa sakit
4. Bentuk perlindungan hukum terhadap korban malpraktik diatur dalam Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu berupa
pengaturan pertanggungjawaban untuk memberikan ganti rugi kepada korban
malpraktik selaku konsumen, sebagai akibat adanya kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatannya atau malpraktik yang dilakukan oleh pelaku usaha serta
pengaturan pemberlakuan ketentuan hukum pidana yang disertai dengan pidana
tambahan.
a. Pasal 19 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen yang selengkapnya dinyatakan
bahwa “Pelaku usaha bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi
atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.”
b. Ganti kerugian yang dapat dimintakan oleh korban malpraktik menurut Pasal
19 ayat (2) UU Perlindungan Konsumen dapat berupa pengembalian uang
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Karena korban harus menjalani perawatan lanjutan akibat rasa nyeri dan
luka basah yang diterimanya, sehingga berdasarkan pasal-pasal diatas maka
pihak rumah sakit perlu melakukan penanggungan biaya atas perawatan
lanjutan yang harus dijalani korban akibat kelalaian yang terjadi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia No.4 Tahun 2018
dapat menjadi salah satu rujukan tentang kondisi Malpraktik yang disebutkan diatas,
karna didalam Permenkes ini terdapat 2pemaparan tentang Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien
KESIMPULAN

1. Untuk dapat menilai dan membuktikan suatu perbuatan (tindakan medis) termasuk
kategori malpraktik atau tidak, Menurut Hubert W. Smith sebuah tindakan
malpraktik meliputi 4D, yaitu:
a. Adanya kewajiban (duty), dalam unsur ini tidak ada kelalaian jika tidak
terdapat kewajiban, oleh karena itu unsur yang pertama ini menyatakan
harus ada hubungan hukum antara pasien dengan dokter/rumah sakit.
b. Adanya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas (dereliction), yaitu dokter
dalam melakukan kewajiban terhadap pasien melakukan tindakan
penyimpangan dari standar profesi tersebut.
c. Penyimpangan akan mengakibatkan kerusakan (direct caution), dalam
unsur ini terdapat hubungan kausal yang jelas antara tindakan medik yang
dilakukan dokter dengan kerugian yang dialami pasien.
d. Sang dokter akan menyebabkan kerusakan (damage), yaitu bahwa
tindakan medik yang dilakukan dokter merupakan penyebab langsung
timbulnya kerugian terhadap pasien.
2. Hendaknya Masyarakat mempelajari dan memahami Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Republik Indonesia No.4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien. Dimana didalamnya terdapat aturan-aturan preventif yang
dapat menjaga kemungkinan terjadinya malpraktik.
3. Berkenaan dengan profesi akupunkturis, pemerintah telah mengeluaran panduan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.34 Tahun 2018. Peraturan ini memandu
Akupuknturis untuk melakukan praktek pengobatan yang sesuai dengan standar
sehingga memberikan hasil yang positif .

3
Daftar Pustaka
1. https://daerah.sindonews.com/read/1281774/194/pasien-rsud-provinsi-kepri-
alami-infeksi-pascaoperasi-caesar-1518509401)
2. SABUNGAN SIBARANI, ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN MALPRAKTIK
DILIHAT DARI SUDUT PANDANG HUKUM DI INDONESIA, JAKARTA 2017
3. DEDI IRAWAN, ANALISIS MALPRAKTIK TENAGA KESEHATAN TERHADAP ETIKA
PROFESI, JAKARTA 2014

Anda mungkin juga menyukai