KMK36-2014 - Blueprint MOF 2014-2025
KMK36-2014 - Blueprint MOF 2014-2025
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
NOMOR 36 /KMK.01/2014
TENTANG
MEMUTUSKAN:
-2-
-3-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Februari 2014
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
GIARTO
NIP 195904201984021001
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36/KMK.01/2014
TENTANG CETAK BIRU PROGRAM TRANSFORMASI
KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN 2014-2025
Selama dan setelah krisis keuangan Asia pada 1997, tanggung jawab dan
penetapan kebijakan fiskal yang konservatif oleh Kemenkeu telah menjadi
jangkar bagi seluruh kegiatan ekonomi. Bahkan, kebijakan anggaran yang
prudent dianggap sebagai salah satu instrumen terpenting dalam pemulihan
ekonomi Indonesia. Bahkan ketika krisis finansial berada pada puncaknya,
defisit yang terjadi terbilang rendah (mencapai puncak sebesar 2,5 (dua koma
lima) persen PDB). Hal ini tercapai melalui pemotongan pengeluaran besar-
besaran untuk mengimbangi tingkat pendapatan yang rendah dan menaikkan
pengeluaran bunga untuk membiayai tingkat pertumbuhan utang. Pada 2003,
Indonesia mengadopsi peraturan fiskal yang menetapkan batas defisit tahunan
maksimum sebesar 3 (tiga) persen dari PDB untuk meningkatkan disiplin fiskal
di masa mendatang dengan memberlakukan kriteria tanggung jawab fiskal
menjadi undang-undang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Cetak biru ini menjelaskan visi baru Kemenkeu yang akan diperjuangkan
untuk diwujudkan di masa mendatang dan perubahan kelembagaan yang akan
dibutuhkan untuk mencapai hal tersebut serta tindakan dan portofolio inisiatif-
inisiatif strategis yang akan dibutuhkan selama periode 2014 hingga 2025 untuk
mencapai perubahan-perubahan tersebut, juga penyampaian dan pendekatan
change management yang perlu diadopsi untuk memastikan transformasi
memberikan hasil.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Dalam visi yang baru, penggerak utama berarti bahwa Kemenkeu, dalam
perannya sebagai pengatur dan pengelola keuangan negara, berperan sebagai
prime mover dalam mendorong pembangunan nasional di masa depan. Melalui
manajemen pendapatan dan belanja negara yang proaktif, Kemenkeu
menggerakkan dan mengarahkan perekonomian negara menyongsong masa
depan. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif mengindikasikan bahwa
pertumbuhan dan pembangunan yang diarahkan oleh Kemenkeu akan
menghasilkan dampak yang merata di seluruh Indonesia, hal ini akan tercapai
melalui koordinasi yang solid antar pemangku kepentingan dalam pemerintahan
serta melalui penetapan kebijakan fiskal yang efektif. Menekankan abad ke-21
sebagai periode waktu menunjukkan bahwa Kemenkeu menyadari peran yang
dapat dan harus dijalankan di dunia modern, dengan menghadirkan teknologi
informasi serta proses-proses yang modern guna mewujudkan peningkatan yang
berkelanjutan.
Dengan visi baru ini, Kemenkeu dengan sepenuh hati memeluk peranan
pentingnya dalam menentukan perkembangan negara, hal tersebut
mencerminkan aspirasi yang tinggi bahwa Kemenkeu bermaksud untuk
mewujudkan hal tersebut melalui transformasi ini. Kemenkeu juga memperbarui
misinya agar mencerminkan kegiatan inti dan mandatnya dengan lebih baik.
1. Mencapai tingkat kepatuhan pajak, bea dan cukai yang tinggi melalui
pelayanan prima dan penegakan hukum yang ketat.
2. Menerapkan kebijakan fiskal yang prudent.
3. Mengelola neraca keuangan pusat dengan risiko minimum.
4. Memastikan dana pendapatan didistribusikan secara efisien dan
efektif.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-7-
Agar mudah mengomunikasikan visi dan misi yang baru, Kemenkeu telah
merumuskan sebuah “slogan” yang berbunyi:
Slogan-slogan tersebut mewakili visi baru dari tiap unit Eselon I yang
dikembangkan selama Tahap Desain Cetak Biru. Ke depannya, tiap unit harus
terus menyempurnakan slogan sebagai bagian dari keterlibatan
stakeholderinternal dan eksternal yang digerakkan oleh Central Transformation
and Program Management Offices (akan dijelaskan lebih lanjut dalam Bab XIII).
Hal ini tercermin melalui lima tema transformasi yang menjadi dasar
pembangunan keseluruhan transformasi kelembagaan:
Gambar 2 Proses Pajak Efisien Secara Biaya, Tetapi Terdapat Gap yang Signifikan
pada Kinerja dan Produktivitas Berbasis Waktu
Di bawah benchmark
Ada potensial perbaikan
Sejalan dengan best practice
DJ Pajak Benchmark
Sangat paper based ▪ Identifikasi audit tidak Jangkauan kurang ▪ ~85% tingkat kepuasan
(29.2 jt dari 31.6 jt SPT optimal akibat luas, terutama untuk pelanggan di KPP
dalam bentuk kertas) keterbatasan data dan WP kecil dan sedang ▪ Kapasitas call center
Pro Tingkat e-filing sangat tidak standarnya (mis., 1 juru sita per sangat rendah (yaitu,
ses rendah(<0,01% vs 40- pendekatan ‘bottom- 2,800 penunggak) 54 agen vs ~500
60% benchmark) up’ oleh AR Pendekatan “one- benchmark)
Kapasitas digitasi ▪ Auditor tidak berfokus size-fits all”, tanpa ▪ Website informatif,
terbatas di Data pada WP berisiko mengingat besar dan namun bisa lebih user-
Processing Center tinggi (66% kasus audit risiko tunggakan friendly (mis.,
(DPC) dengan adalah rutin) Sistem terfragmen & benchmark < 3 klik
rendahnya akurasi dan ▪ Kurangnya tools untuk manual untuk monitor untuk e-filing)
banyaknya kerja ulang monitor kepatuhan alur kerja end-to-end
Panggilan per agen call
Produk-
SPT per pegawai Audit per auditor Kasus per staf penagihan center
tivitas
13,139 27-150 414-1260 9,173
At At
4x 13 least least 6,785 ~50%
3,307 2x 74
6x
Waktu Waktu pemrosesan SPT Lamanya audit Waktu penagihan (Badan) Support time di call center
Biaya Biaya per SPT Biaya per audit Biaya per kasus penagihan Biaya layanan per WP
b. Proses Bea dan Cukai: Proses deklarasi utama, misalnya kargo impor,
cukai, dan kawasan berikat akan terdigitalisasi, menghilangkan waktu
tunggu yang dibutuhkan untuk dokumen hard copy karena peraturan
mengenai hal tersebut juga turut berubah dalam transformasi.
c. Proses Penganggaran: K/L hanya perlu menyerahkan data satu kali pada
Single Point of Contact (SPOC) dimana berbagai lembaga lainnya yang
melaksanakan monitoring dan evaluasi (monev) dapat mengakses data
mentah yang dibutuhkan. Seluruh data inisiatif baru akan disimpan
dalam data warehouse tunggal.
d. Proses Perbendaharaan: Satuan Kerja (Satker) akan menyerahkan
perintah pembayaran secara elektronik, dokumen anggaran akan
diverifikasi dan disetujui tanpa memerlukan kunjungan langsung. Dana
akan ditransfer melalui setoran langsung atau metode elektronik lainnya,
misalnya kartu prabayar dan seterusnya hingga pada penerima akhir.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
Logic model saat ini (contoh) Logic model yang baru (ilustrasi)
▪ 2094 Dukungan manajemen dan ▪ 001 Jumlah unit pelaksanaan teknis ▪ Rumah ▪ Jumlah kota-kota di 3 5 8 12
tugas teknis lainnta untuk Sesditjen (UPT) vertikal yang mengalami sakit Indonesia yang
Bina Upaya Kesehatan perbaikan fasilitas bertaraf memiliki rumah sakit
▪ 002 Jumlah rumah sakit vertikal yang internasiona bertaraf internasional
terhubung dengan sistem e-health l Target
Kegiatan
Kegiatan IKU (t+1) (t+2) (t+3) (t+4)
Output dan komponen
Output Target Komponen ▪ Meningkat- ▪ Jumlah rumah sakit 6 8 10 15
kan kualitas yang terhubung
▪ 2094.001 Pelayanan kantor ▪ Pelayanan dari rumah dengan sistem e-
12 bulan
sakit yang health
– Sub-output 1: ▪ 001 Pembayaran gaji dan sudah ada
2094.001.001 sub- bonus
output yang tidak ▪ 002 Operasional dan Input
terdefinisi pemeliharaan kantor
▪ Gaji dan bonus pegawai
– Sub-output 2: ▪ 002 Operasional dan ▪ Operasional dan pemeliharaan rumah sakit
2094.001.001 pemeliharaan kantor ▪ Peralatan medis
Makanan dan ▪ Obat-obatan
minuman
▪ 2094.018 Laporan ▪ 1 laporan ▪ 011 Operasional dan
operasional rumah sakit pemeliharaan rumah sakit
▪ 2094.023 Laporan R&D ▪ 1 laporan ▪ 012 Riset dan pengembangan
Direview oleh DJA dan disetujui oleh DPR
▪ 2094.034 Obat-obatan ▪ 10 paket ▪ 016 Pengadaan obat-obatan
Tanggung jawab K/L
▪ 2094.038 Peralatan medis ▪ 1 unit ▪ 018 Pengadaan peralatan
medis
a. Proses Pajak: Peran ekstensifikasi saat ini akan beralih menjadi peran
pengawas setelah seluruh wajib pajak terdaftar melalui pencocokan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan e-KTP. Peran Account Representative (AR)
akan dipisahkan ke dalam peran AR layanan, melanjutkan layanan face-
to-face pada para wajib pajak dan peran AR pengawas, yang menjadi
bagian dari proses auditor.
b. Proses Bea dan Cukai: Risk profiling akan dilaksanakan terpusat,
didukung oleh database yang ter-update secara otomatis, yang terintegrasi
dengan unit-unit terkait (termasuk DJP) dan lembaga-lembaga pemerintah
eksternal. Call center tunggal dan situs untuk seluruh informasi dan
komunikasi dengan para stakeholder akan disiapkan. Kemenkeu juga
akan memulai kolaborasi terstruktur dengan para stakeholder eksternal
untuk mengurangi waktu impor end-to-end.
c. Proses Penganggaran: Pengadaan rapat tri-lateral sangat dianjurkan
untuk melakukan perubahan alokasi anggaran sebagai keputusan
bersama antara seluruh pihak yang berpartisipasi, dibandingkan hanya
menyetujui apa yang telah disepakati sebelumnya. Kemenkeu akan
memainkan peran yang lebih besar sebagai hasil analisis cost/benefit pada
inisiatif-inisiatif baru dibandingkan hanya menandatangani rencana
belanja yang telah disepakati sebelumnya.
d. Proses Perbendaharaan: Rapat Asset Liability Management (ALM) akan
diadakan secara triwulanan dan akan menyertakan pembahasan tentang
likuiditas dan risiko. Rapat Cash Planning Information Network (CPIN)
akan diadakan setiap dua minggu untuk menghasilkan angka prakiraan
resmi yang digunakan untuk rapat ALM. Daily call juga dapat diadakan
antara Cash Management Office (CMO), Debt Management Office (DMO),
dan Bank Indonesia (BI).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
Tentukan dan
Identifikasi Ukur dan laporkan Atur dan kontrol
bertindak
Pengelolaan Bank Pengelolaan MEEETING ALM BULAN-
Tingginya angka kas di 2012
Kas Indonesia Utang AN PERLU UNTUK MEN-
DJPK DJKN membebani negara Rp 2 T
DISKUSIKAN & MENEN-
CPIN + TUKAN ARAHAN PADA…
DJP DJBC 292
ALM 300 264 1.0 … Investasi jangka
257 0.9
project 250 230
241
228
pendek
DJA DJPU 213
0.8
191 0.7
200 178 189
DJPB 151 0.6 … Pengelolaan inflasi
126
150 0.5
0.4
… Portofolio keseluruhan
100
0.3 Pimpinan Kemenkeu
aset dan kewajiban
50
0.2
lainnya
0.1
0 0 … Komposisi kurs asing
May-12
Aug-12
Sep-12
Dec-12
Feb-12
Mar-12
Oct-12
Nov-12
Jan-12
Apr-12
Jun-12
Jul-12
… Pengelolaan sovereign
risk keseluruhan
Risiko utama Diskusi sekretariat ALM Komite ALM mengadakan rapat Komite ALM
perencanaan kas telah dikoordinasikan oleh DJPU tiap bulan memberikan arahan
teridentifikasi ▪ Anggota tim kerja di seluruh Komite ALM bertemu setiap kepada risk owner
▪ Risiko fiskal (yaitu unit Kemenkeu mengiden- bulan / dua bulanan guna Risk actions ditentukan
pemungutan pajak, tifikasi risiko dalam forecast mengatur dan mengontrol arus oleh komite ALM dan
pembayaran subsidi) jangka pendek (yaitu 2 bulan kas jangka pendek dan ditindaklanjuti oleh
menentukan risk actions masing-masing
▪ Risiko utang (yaitu ke depan)
penanggung jawab
risiko likuiditas, risiko ▪ Forecast arus kas jangka
risiko
pasar) pendek disusun oleh DJPU
untuk kajian komite ALM
1 Kontrak kinerja yang digunakan untuk analisis mengacu pada kontrak kinerja 2013, kecuali BPPK yang menggunakan kontrak kinerja 2012
Kebijakan fiskal pruden Rasio Defisit APBN terhadap PDB (BKF, DJA)
untuk mendukung daya
saing ekonomi Rasio utang terhadap PDB (DJA, DJPB, DJPU, BKF)
Pemenuhan layanan Indeks kepuasan pengguna layanan (DJA, DJP, Rata-rata persentase
Perspective
publik/Kepuasan DJBC, DJPB, DJKN, DJPK, dan DJPU) Kepatuhan pengguna kepatuhan pengguna
Customer
pengguna layanan Waktu penyelesaian proses kepabeanan layanan yang tinggi layanan (DJP, DJBC)
yang tinggi1 (Customs Clearance time) (DJBC)
Pengelolaan neraca
Proyeksi kebijakan Penyaluran belanja dan Penegakan hukum
pemerintah pusat yang
fiskal yang berkualitas transfer yang optimal yang efektif
Internal ProcessPerspective
optimal
Deviasi proyeksi kebijakan fiskal Indeks opini BPK atas LKPP (DJPB) Persentase penyerapan Persentase Hasil peyidikan
(BKF) Belanja Negara dalam yang telah dinyatakan lengkap
Rasio penerimaan negara terhadap DIPA K/L (DJPB) oleh kejaksaan (P21)
PDB (DJA, DJP, DJBC) (DJP, DJBC)
Indeks pemerataan
Rasio utilisasi aset terhadap total aset keuangan antar-daerah
tetap (DJKN) (DJPK)
Sistem informasi
Organisasi yang Pelaksanaan anggaran
SDM yang kompetitif manajemen yang
kondusif yang optimal
terintegrasi
Learning & Growth
Persentase pejabat yang telah Indeks Kepuasan Pegawai (Setjen) Persentase integrasi TIK Rata-rata indeks opini BPK RI
memenuhi standar kompetensi Kemenkeu (Setjen)
Perspective
Akuisisi talent berkualitas tinggi dalam sektor publik secara historis telah
menjadi salah satu kekuatan terbesar Kemenkeu, dan terdapat peluang yang
bagus untuk berinvestasi lebih lanjut dalam pengembangan end-to-end sambil
memperoleh kapabilitas vital. Program pengembangan untuk pimpinan saat ini
sebelum mereka memimpin unit-unit vital masih belum diartikulasikan secara
terstruktur. Beberapa keahlian jabatan yang vital juga luput, misalnya dalam
proses dan sampling audit, keamanan IT, dan keunggulan operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
Butuh proses seleksi yang lebih Kandidat suksesor yang terlalu banyak
holistik dan transparan atau terlalu sedikit pada Ditjen-Ditjen inti
Para pegawai menganggap terdapat bahwa tidak ada kaitan yang jelas
antara kinerja dengan rewards dan recognition. Sebagai bagian dari
transformasi, inisiatif rencana suksesi akan diimplementasikan untuk
mengalihkan proses menjadi proaktif daripada reaktif, misalnya memiliki nama
jelas dari tiga calon pengganti untuk tiap jabatan strategis dibandingkan
melakukan seleksi pimpinan adhoc seperti saat ini. Hasil dari assessment center
dan tolok ukur kinerja seperti yang ditetapkan dalam Nilai Kinerja Pegawai (NKP)
akan digunakan sebagai kriteria, dan tiap unit juga dapat memperoleh pimpinan
dari unit-unit Eselon I lainnya.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
Hal ini merupakan peluang bagi Kemenkeu untuk menjadi lebih proaktif
dalam mempengaruhi dan mengerahkan seluruh stakeholder terkait untuk
menggerakkan perubahan ini dan mencapai terobosan nasional.
Persiapan dokumen Penanganan pelabuhan dan terminal Customs clearance & kontrol teknis Penanganan & transportasi darat
Rincian waktu impor
Hari, 2012 Permasalahan saat ini Stakeholder
A ▪ Tidak semua shipping line atau lembaga pemerintah Bank importir, agen perkapalan,
Letter of credit 7 mengirim/menerima B/L dalam bentuk soft copy, forwarders
pengiriman hard copy dokumen menambah waktu
pengurusan L/C dan B/L
Bill of lading 3
B ▪ Importir tidak segera menyerahkan PIB ketika barang Operator pelabuhan, lembaga
Perintah melepas kargo, pack- tiba di pelabuhan: pemerintah lainnya (KemenKes,
ing list, commercial invoice, 1 – Karena pilihan, mis., menghabiskan waktu tiga hari KemenPerdag), perusahaan
Dokumentasi asuransi yang disediakan pelayaran
– Bukan karena pilihan , mis., menunggu dokumen
PIB 1
pendukung seperti ijin Lartas
Terminal mengurus
1 C ▪ Layout pelabuhan Tanjung Priok serta keberadaan Pemilik TPS, operator pelabuhan
tanda terima perusahaan TPS menambah kompleksitas dalam
tracking “tanggung jawab” atas pemindahan barang
Waktu tunggu kapal sebelum
2 ▪ Tidak ada sistem yang terotomatisasi untuk
masuk, di luar pelabuhan
mengintegrasikan administrasi perpindahan barang,
Kapal berlabuh, bongkar, dokumen yang dikerjakan manual (PLP) dibutuhkan tiap
perpindahan barang 2 kali barang dipindahkan
di pelabuhan ▪ Tidak ada perjanjian formal antara perusahaan TPS dan
Customs clearance di bea cukai tentang “tanggung jawab” atas barang
2
pelabuhan
Pemeriksaan teknis/kesehatan
2
oleh lembaga pemerintah lain
D ▪ Long stay container (sudah SPPB tidak diambil segera Pemilik TPS, operator pelabuhan
Mengurus transportasi dan dan yang tidak diurus proses clearance) secara
1
memuat barang ke truk signifikan memenuhi kapasitas pelabuhan, membatasi
Transportasi darat menuju kecepatan pemindahan barang
gudang
1 – Pemilik TPS tidak berwenang memindahkan tanpa
ijin pemilik barang
– Biaya pemindahan paksa dibebankan ke TPS
Total 231 – Biaya penyimpanan di TPS lebih rendah
dibandingkan dengan warehouse diluar pelabuhan
Dalam fase ini, dampak nyata jangka pendek dapat dicapai melalui:
Dalam fase ini, dampak nyata jangka menengah dapat dicapai melalui:
Dalam fase ini, dampak nyata jangka panjang dapat dicapai melalui:
H. Inisiatif Transformasi
Bagian dari cetak biru berikut menjelaskan secara rinci transformasi yang
akan terjadi pada setiap unit Eselon I Kemenkeu, dimulai dari visi dan misi
baru, perubahan dalam model operasional dan perbaikan proses bisnis, struktur
organisasi interim dan end-state, hingga inisiatif transformasi yang akan
dilaksanakan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
1. Perlu membuat organisasi Setjen lebih fokus, yakni dengan memperjelas peran
unit-unit Setjen dalam shaping/safeguarding/servicing dengan Sekretariat
Direktorat Jenderal (Setditjen)/Sekretariat Inspektorat Jenderal (Setitjen)/
Sekretariat Badan (Setban) di unit Eselon I di delapan fungsi inti korporat
(misalnya strategi dan keuangan, pengelolaan kinerja, pengembangan
organisasi, sumber daya manusia, komunikasi, pengadaan dan pengelolaan
aset, IT dan layanan hukum).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
Potensi tinggi
Potensi sedang
Pengadaan &
Pengembang- Pengelolaan Hukum / Pengelolaan Strategi &
Talent / SDM an organisasi kinerja perundangan Aset Komunikasi Keuangan TI
▪ Kurangnya ▪ Terbatasnya ▪ Tidak ada ▪ Saran-saran ▪ Minim analisis ▪ Humas untuk ▪ Tergantung ▪ Tidak dapat
pengem- pengawasan keselarasan terkait dan optimali- Menteri dan jadwal merekrut
bangan talent atas perubah- antara IKU kebijakan sasi penge- Kemenkeu pemerintah tenaga
dan kepe- an & budaya dan berasal dari luaran ▪ Tidak ada ▪ Tidak selaras spesialis
mimpinan ▪ Terbatasnya anggaran/ baik Biro Kemenkeu keterlibatan dengan IKU ▪ Minim
i Meramping- untuk E3/4 pengaruh strategi Hukum ▪ Terdapat dalam ▪ Minim pengawasan
kan kegiat- hap-
▪ Kurangnya atas perubah- ▪ IKU tidak maupun Biro panduan da- komunikasi dukungan atas arsitektur
an-kegiatan ing
strategi SDM an struktural ramping Bantuan lam menge- internal untuk pilihan dari pusat
“shaping”
yang utama yang end-to- ▪ Progress da- ▪ Target-target Hukum lola vendor, pengadaan ▪ Proyek besar
end lam mengop- kurang tetapi ada bantuan dan memiliki ting-
timalkan SOP menantang rasa takut penyerapan kat kesuk-
customer & akan korupsi non-pegawai sesan yang
lintas DJ rendah
▪ Kompensasi ▪ Terdapat ▪ Pembangun- ▪ Kewalahan ▪ Tidak terlibat ▪ Monitoring ▪ Audit dan ▪ Terbatasnya
ii Mendelegasi ditetapkan se- proses dan an kapabilitas dengan dalam kepu- media secara kepatuhan tata kelola
kan kegiat-
an-kegiatan
cara eksternal prosedur rutin untuk urusan litigasi tusan terkait real-time ▪ Pelaporan secara
operasional, ▪ Benefit yang penentuan dan drafting keuangan ▪ Pengelolaan dan kontrol terpusat di
afe kurang terperinci, IKU dan eksternal: dan transaksi mitra atas seluruh 11
sembari guard
memotivasi tetapi minim dialog kinerja kurang du- untuk eksternal keuangan Ditjen dengan
melakukan -ing
“safe- ▪ Proses upaya untuk kungan terha- membatasi ▪ Pedoman proses dan
guarding” pendisiplinan memantau dap penegak- kemungkinan kom. internal maturitas IT
risiko-risiko an kebijakan
pegawai yang dari pusat korupsi harus dima- yang berbeda
utama internal
konstruktif tangkan
▪ Database ▪ Analisis ▪ Sistem online ▪ Fungsi litigasi ▪ Tidak ada ▪ Butuh ▪ Fungsi ▪ Lanskap
SDM dikelola Beban Kerja untuk dan drafting pengadaan platform yang perbenda- aplikasi yang
iii Pengga- secara terpi- kurang kredi- memantau juga ada di terpusat di umum untuk haraan tidak seragam
bungan ervic- sah di Ditjen bel, tetapi IKU Ditjen-Ditjen Kemenkeu mengelola ▪ Pemrosesan ▪ Support desk
fungsi- ing ▪ Payroll sudah digu- yang besar ▪ Tidak ada publikasi transaksi kekurangan
fungsi dikelola nakan untuk daftar penge- eksternal (cth. pegawai
“servicing” Rocankeu menetapkan lolaan aset situs, media
dan Ditjen formasi terpusat sosial)
2. Perlu untuk lebih memperkuat sistem manajemen kinerja Kemenkeu agar lebih
berfokus pada outcome/output dan juga meningkatkan kualitas dialog kinerja.
3. Perlu untuk menyederhanakan proses dan melakukan digitalisasi proses dimana
dimungkinkan, dan juga meningkatkan efisiensi proses-proses kunci di unit
Setjen secara mendasar (misalnya pengadaan, penataan organisasi).
4. Perlu mereformasi proses manajemen talenta end-to-end secara mendasar,
sementara memastikan retensi dan pengembangan yang tepat untuk talent
berkinerja tinggi dan mengupayakan terobosan berupa perekrutan tenaga
fungsional strategis.
5. Perlu mendorong pengembangan arsitektur TI yang terintegrasi sempurna di
seluruh unit.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
Cetak biru ini menjelaskan kondisi akhir yang diinginkan untuk Setjen
ditahun 2025 dan jalur yang harus dilalui untuk mencapai aspirasi ini.
Visi dan misi Setjen yang telah direvisi akan memupuk rasa bangga dalam
diri para pegawai di lingkungan sekretariat, dan juga memastikan keterkaitan
peran Setjen dalam visi Kemenkeu keseluruhan. Pernyataan visi dan misi yang
jelas akan turut memastikan tim pimpinan Setjen memprioritaskan inisiatif-
inisiatif transformasi yang sejalan dengan aspirasi jangka panjang Setjen dan
Kemenkeu.
1. Visi Setjen
Visi Setjen telah disempurnakan agar berfokus pada outcome yang ingin
dicapai Kemenkeu, termasuk mempertahankan penggunaan istilah “prime
mover” guna menginspirasi para pegawai di Setjen. Visi ini juga menekankan
fokus pada pemenuhan tujuan-tujuan Kemenkeu.
2. Misi Setjen
1. Model Operasional
Dalam rangka memenuhi visi dan misi yang telah diperbarui, Setjen harus
memperjelas fokusnya melalui peralihan peran-perannya di dalam delapan
fungsi inti korporat (proses bisnis) menuju model arsitektur yang lebih
strategis.
▪ Terlalu banyak IKU yang berorientasi ▪ Proses penetapan IKU dan dialog
Pengelolaan kinerja proses dan butuh sistem reward and kinerja yang konstruktif dan berfokus
consequence yang lebih bermakna pada outcome
Pengembangan
▪ Dukungan yang bersifat prosedural ▪ Koordinasi pembuatan kebijakan &
terhadap pembuatan kebijakan pada tata kelola yang kuat pada tingkat
organisasi tingkat Kemenkeu Kemenkeu
▪ Pengelolaan dan pengambilan keputusan ▪ Model operasional yang dikendalikan TI
TI terkait TI yang terpisah-pisah (akibat secara terintegrasi dan efisien
adanya silo)
Pengadaan & ▪ Kebijakan pengadaan dan pengelolaan ▪ Manajemen aset yang efisien dan
pengelolaan aset aset yang bersifat ad-hoc terpusat
Hukum &
▪ Pembuatan kebijakan, kajian hukum, dan ▪ Pembuatan kebijakan hukum dan
servis yang reaktif perundangan yang efisien dan
perundangan
responsif terhadap kebutuhan unit
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -
Merekrut 5.000 pegawai baru pada 2014, termasuk untuk fungsi spesialis
6 SDM Menciptakan sistem talent pool dan jenjang karier untuk 500 pegawai berprestasi
Menyempurnakan sistem HRIS guna mencakup seluruh 60.000 pegawai
▪ Menyelaraskan IKU-IKU dan target strategis di E1 dan E2 ▪ Menyelaraskan IKU-IKU dan target ▪ Tercapainya budaya berorientasi kinerja
3. Revitalisasi sistem pengelolaan strategis di E3 dan E4 prioritas secara holistik (IKU, dialog kinerja,
kinerja ▪ Membangun dialog kinerja dan proses evaluasi [dipimpin ▪ Memperbaiki penerapan kerangka penilaian, rewards/consequences)
oleh pimpinan] penilaian kinerja secara holistik
▪ Menyelaraskan strategi, kinerja, dan perencanaan melalui ▪ Roll-out Penganggaran Berbasis Kinerja ke
Penganggaran Berbasis Kinerja [pilot unit] semua unit Kemenkeu
Proses ▪ Menjalankan proses Stagegate dan kerangka kerja ▪ Menjalankan kerangka kerja pengambilan ▪ Mengintegrasikan pengelolaan proses
pengambilan keputusan model RASCI dalam merintis keputusan operasional di seluruh proses dengan Risk & Control Self-Assessment
4. Peningkatan efektivitas dan efisiensi
proses –proses sentra korporat proses-proses Kemenkeu ▪ Membuat e-katalog [dipimpin bersama Itjen]
▪ Mesentralisasikan pembelian barang dan jasa yang ▪ Meningkatkan efektifitas dan efisiensi fungsi ▪ Memungkinkan kontrak jangka panjang
standar legal untuk mendukung Kemenkeu untuk vendor
▪ Meningkatkan efektifitas dan efisiensi fungsi legal untuk (struktur)*
mendukung Kemenkeu (proses)*
▪ Membangun proses perencanaan suksesi yang konstruktif ▪ Menyelaraskan proses perencanaan ▪ Program perencanaan pegawai yang
5. Merencanakan beban kerja dan pegawai dengan proses penetapan terintegrasi dengan penetapan strategi
kebutuhan pegawai strategi dan anggaran dan anggaran
▪ Membentuk unit redeployment
▪ Melakukan terobosan berupa rekrutmen eksternal bagi ▪ Terobosan rekrutmen eksternal bagi ▪ ‘Talenta terbaik di kelasnya’ menduduki
6. Memperoleh dan mempertahankan jabatan-jabatan strategis (Tahap I: K/L) jabatan-jabatan strategis (Tahap II: BUMN) jabatan strategis di dalam Kemenkeu
orang yang tepat ▪ Government Goes to Campus ▪ Memperoleh SDM dari berbagai jalur
melalui perekrutan yang kompetitif
Sumber ▪ Menginstitusionalisasikan mekanisme penilaian kinerja ▪ Menyempurnakan proposisi nilai pegawai ▪ Menyempurnakan skema benefit bagi
7. Mengevaluasi dan menghargai
Daya end-to-end dengan turut menyertakan rewards and (EVP) dan mengadakan rewards non- unit-unit operasional dengan kebutuhan
kinerja
Manusia konsekuensi finansial khusus
▪ Mengidentifikasi talent pool dan menjalankan program ▪ Menyesuaikan proposisi nilai pegawai ▪ Status yang kompetitif bagi talenta
8. Menumbuhkembangkan pemimpin development (EVP) bagi talent pool Indonesia – dikenal sebagai ‘leadership
▪ Menentukan jenjang karier bagi jabatan strategis ▪ Menentukan jenjang karier bagi pimpinan factory of Indonesia’
Gambar 14 Delapan Inisiatif Setjen akan Memperkuat Struktur, Proses, dan SDM
di Lingkungan Kemenkeu
Elemen Tema Inisiatif Tujuan Tindak utama
IV. Meningkatkan 5 Memusatkan dan memperkuat Meningkatkan transparansi dan Menerapkan sub-sub inisiatif
efektivitas dan pengadaan efektivitas pengadaan dan terkait pertanggungjawaban atas
efisiensi proses pengelolaan aset pengadaan, e-catalogues danTCO
korporat Memperkuat proses-proses Meningkatkan daya tanggap unit Menerapkan 7 sub-inisiatif terkait
6
hukum hukum hukum demi pengelolaan beban
kerja
A Memperkuat TI – kumpulan Memperkuat TI – kumpulan Menerapkan Cetak Biru TIK
inisiatif dibahas di dalam Cetak inisiatif dibahas di dalam Cetak
Biru TIK2 Biru TIK2
Memperkuat SDM – kumpulan Meningkatkan struktur dan Menerapkan Cetak Biru SDM
B
inisiatif dibahas di dalam Cetak proses SDM
SDM SDM Berkelas Dunia Biru SDM2
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
2. Inisiatif Transformasi
A. Pendahuluan
33%
2%
357
0% 254 120
47%
5
5% 160
132 30% 30% 0%
0% 0% 0%
0 75 249 74 237
3 2 4 132 4 7 7 7
71 86
3 0 2 0 4 0 5 2 5 2 7 0
BKF BPPK DJA DJBC DJKN DJP DJPb DJPK DJPU ITJEN SETJEN
0
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -
Xxx Pembelanjaan TI
sebagai poin basis
GDP
Tanggungjawab
tidak didefinisikan
dengan jelas antara
aplikasi, database,
server dan dukungan
ISP dalam kasus
masalah downtime
Pegawai dengan
Jumlah pegawai yang
keahlian
bekerja dalam unit
menengah / tinggi
Beberapa contoh mengenai kesenjangan keahlian lintas Ditjen dan PUSINTEK
19 18 19 18 19 18 19
4 4 4 4
16 14 17
1
0 0 0 0 0
Desktop N/W Cust. Time & S/W S/W Program- Testing Arch. Arch Arch. Analytical
env. mgmt Mgmt. resource Engg. tools ming Model- know- tools problem
Mgmt. mgmt. methods ing ledge solving
4 4 4
2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0
IT risk Test N/W Analytical Functional Policy & Audit Policy Knowl- Comm. Facilita-
mgmt. design security problem compliance regulation standards design edge – Oral & tion &
solving of IT written negotia-
tion
Tujuan
menye-
luruh Kategori Faktor sukses proyek Evaluasi Penilaian/situasi saat ini
a. Fase Diagnosis
1) Arsitektur.
2) Kapabilitas.
3) Keamanan.
4) Disaster Recovery.
5) Pengadaan.
6) Tata kelola.
7) ADM.
8) Infrastruktur.
b. Fase desain
Usulan desain dari setiap 8 (delapan) bidang yang dipelajari secara rinci
dapat dilihat di bagian ini.
1. Arsitektur
a. End State
1) Definisi dari prinsip-prinsip desain arsitektur umum.
2) Definisi end-state dari arsitektur aplikasi.
3) Definisi dari arsitektur data.
4) Definisi dari Roadmap mengenai sistem yang ada saat ini hingga end-
state, aplikasi demi aplikasi untuk semua aplikasi utama.
5) Definisi end-state dari arsitektur data.
6) Definisi end-state dari kebutuhan layanan infrastruktur.
b. Organisasi
1) Merekrut seorang arsitek enterprise agar menyiapkan sebuah tim
untuk mengelola keseluruhan proses.
Investasi
proyek oleh
pihak bisnis
Alokasi sumber
Customer experience yang baik IT dapat lebih diandalkan daya
Penunjukkan
Senior
▪ Memastikan bahwa pengguna jasa dapat ▪ Keamanan menjadi lebih kuat dan seragam Enterprise
membayar pajak, cukai, dll. dari channel Architect dan
manapun (ATM, Internet Banking, dll.) ▪ Pelayanan pengguna jasa yang diberikan seorang Senior
oleh helpdesk menjadi lebih baik Business
▪ Memastikan bahwa pengguna jasa Process
mendapatkan pelayanan maksimal yang ▪ Risiko operasional berkurang Architect
diperoleh dari e-Channels
▪ Arsitektur menjadi seragam
IT application blueprint – Sec Gen Core Secgen applications External applications Modules
Shared applications Support applications
Business Applications
Digital Channel Communication 2
Customer Authentication
BKN
Online scan & search system
MoF Website/Intranet Mobile portal
Interface services
ESB 8 External
databases
(eg. Mobile
Single Sign on (SSB) – Internal Authentication 7
phones etc)
Common Services
Core HRIS 1
Dash Com
Recruit Trainin Perfor Rotatio Promot Disci Fina Asse
boar pens
ment g mance n ion pline nce t
d ation
Support
systems
Analytics & Data
10 E
Reporting layer Data mining Analytics layer procurement
9
Self-
DJA DJBC DJPU Data Warehouse DJKN ItJen assessment
BPPK
DJP DJPB DJPK BKF Secgen
Asset Mgmt
Sebuah charter inisiatif dibuat pada Roadmap yang tepat untuk dapat
diikuti dan dijalani dalam transisi arsitektur.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -
Objektif: 1▪ Menyelaraskan roadmap pengembangan aplikasi DitJen-DitJen dengan blueprint aplikasi Kemenkeu
▪ Karena kurangnya investasi pada TI, ▪2 Sistem-sistem dirancang sedemikian rupa •3 Integrasi sistem
berbagai proses utama masih bersifat sehingga proses-proses bisnis bersifat • Pengurangan transaksi manual
manual otomatis • Integrasi customer service
▪ Sistem-sistem sebisa mungkin bersifat • Otomatisasi rekonsiliasi pembayaran
▪ Terdapat kesenjangan antar Unit Eselon 1 modular • Pembayaran dapat dilakukan dari berbagai channel
karena pengelolaan arsitektur dilakukan ▪ Tersedianya enterprise data architecture
masing-masing
– Terdapat duplikasi aplikasi di berbagai
Unit Eselon 1
– Tidak ada single source of truth untuk 4• Jumlah proyek blueprint arsitektur yang dimulai tiap
data tahunnya
• Jumlah proyek blueprint yang berjalan dengan tepat
waktu/tertunda
Faktor keberhasilan Ringkasan tindakan yang diajukan • Jumlah proyek blueprint yang tertunda
590
▪ Seluruh proses bisnis tidak dipetakan ▪ Pemetaan seluruh proses bisnis dan mengkategorikannya ke
sepenuhnya dalam domain standar, mis. Pengguna jasa, Produk, Channel,
Proses bisnis
& Arsitektur
domain ▪ Tidak ada pemisahan antara proses bisnis ▪ Pembatasan yang jelas antara proses bisnis utama dan proses
utama dan proses bisnis pendukung bisnis pendukung
▪ Terdapat duplikasi aplikasi di seluruh Unit ▪ Tidak akan ada tumpang tindih antara fungsionalitas aplikasi;
Eselon 1 dengan fungsi yang sama mereka akan digunakan untuk service reusability
Arsitektur
aplikasi
▪ Aplikasi dikembangkan dan digunakan ▪ Aplikasi utama akan dikembangkan oleh Unit Eselon 1 dan
secara internal dalam Unit Eselon 1 aplikasi pendukung akan disediakan secara terpusat
▪ Tidak ada perangkat aturan yang ditentukan ▪ Organisasi standar pusat akan menentukan pengembangan
untuk pengembangan aplikasi (mis. Praktik standar di dalam Kemenkeu
Arsitektur pengkodean, penamaan yang beragam, dll)
software
▪ Pengembangan kebanyakan aplikasi ▪ Penggunaan rak paket aplikasi akan dimaksimalkan di mana
dilakukan secara in house pun yang memungkinkan dan pengembangan in-house akan
disediakan untuk kustomisasi
▪ Tidak ada kebijakan yang jelas untuk ▪ Akses terhadap data akan ditentukan oleh otoritas dan
mengakses definisi data kebutuhan.
Arsitektur data
▪ Tidak ada daftar referensi data di Kemenkeu ▪ Akan terdapat pemilik tunggal dari objek data utama untuk
memastikan konsistensi data
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 49 -
▪ Menyelesaikan proyek perbaikan yang ada pada daftar rencana TI (konferensi Bandung)
2015 ▪ Mengimplementasikan common email platform
▪ Mengkonversi database menjadi database package yang telah dipilih
▪ Mendesain ulang prosesor produk (SIDJP, Kepabeanan, Cukai) agar menjadi lebih modular
2017 ▪ Mengimplementasikan sistem pembukuan tunggal di seluruh Satker
▪ Mengimplementasikan bagan akun standar (common chart of accounts)
▪ Melakukan sindikasi terhadap cetak biru aresitektur aplikasi dengan semua tim internal
▪ Membuat rencana migrasi internal dari sistem yang umum pada PUSINTEK
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -
2. Keamanan
Kepemilikan
Zona keamanan Keamanan TI
Perangkat
Ditjen
end-user
Aplikasi Ditjen
Keamanan TI
Kemenkeu harus
Lembaga jadi tanggung
Transmisi
Sandi Negara jawab satu
data
(LEMSANEG)1 orang/entitas
Data PUSINTEK
Jaringan /
PUSINTEK
Server
1 Kemenkeu sedang memasuki tahap MOU dengan LEMSANEG untuk mengenkripsi aplikasi tertentu
b. Desain keamanan
Dalam fase desain, proposal yang diajukan mencakup:
1) Risiko utama dan dampaknya: Langkah pertama dalam desain
transformasi TI adalah untuk mengidentifikasi ancaman paling utama
terhadap TI Kemenkeu. Untuk setiap ancaman, aset yang berisiko,
probabilitas kemunculan dan kerugian sudah dikaji (secara kualitatif).
Proses ini membantu memutuskan ancaman utama terhadap
pembentukan TI berdasarkan tingkat risikonya.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 -
1 2 3 4 5
▪ Kemenkeu ▪ Pegawai berlaptop ▪ Web sites dan web- ▪ Akses data yang ▪ Kemudahan akses
Vulnerability servers mudah dan kurangnya data untuk mendorong
kontrol dengan prinsip terjadinya kerja sama
“need to know”
Sumber: Wawancara 17
Network /
Internal Traffic External Traffic
Transmission
Download
End-user device Access control Anti-virus
restrictions
Security operations
Training
Intrusion detection
Host Systems Access control Port management
system
Risk analysis
Network/
Encryption VPN
transmission
Resolution
planning
Access Data transfer Port
Data Encryption
control monitoring management
TI Security
Tenaga Ahli Security OpsTeam
Architect Unit CSIRT1 Head
Eksternal Head Tanggung jawab
Eselon 1
utama tim adalah
untuk menanggapi
Security CSIRT
insiden keamanan
Setiap Unit Eselon 1 Administrator Administrator
dan melaksanakan
akan memiliki security rencana mitigasi
officer yang akan
merancang arsitektur dan Tim tersebut mengawasi operasi keamanan rutin
standar keamanan termasuk melakukan tracking pada insiden dan
Kemenkeu untuk kegiatan administratif
dijadikan aplikasi Unit
Eselon 1
1 CSIRT: Computer Security Incident Response Team
21
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 56 -
Objektif: 1▪ Untuk membuat arsitektur end-state keamanan dan mengembangkan langkah-langkah mitigasi bagi ancaman terbesar
▪ TI belum memiliki pandangan terhadap ▪2 Arsitektur keamanan umum harus dapat ▪3 Residual risk level (tinggi/sedang/rendah) untuk 9
gambaran tingkat Kemenkeu mengenai mencakup perangkat-perangkat dan alat ancaman terbesar
aset informasi, ancaman dan kerentanan keamanan serta kegiatan operasional yang ▪ Celah pada matriks ancaman dalam Kemenkeu
dibutuhkan (apakah ada atau tidak)
▪ Arsitektur keamanan belum ditetapkan dan ▪ Selain langkah-langkah yang
diimplementasikan di seluruh organisasi pelaksanaannya dikendalikan oleh arsitektur,
▪ Implementasi keamanan TI saat ini langkah-langkah yang lebih khusus harus
dijalankan secara terpisah-pisah dan hanya dikembangkan untuk mengamankan
berdasarkan kasus per kasus saja ancaman-ancaman terbesar dan aset-aset ▪4 Enterprise threat index untuk Kemenkeu – yang
informasi ditentukan oleh rata-rata tingkat bobot antara
berbagai Indikator Risiko Kunci (KRI)
Ringkasan tindakan yang diajukan
Outcome utama
10• Tim operasi keamanan melakukan pengawasan
▪7 Mengurangi serangan yang dilancarkan ke terhadap tindakan monitoring dan pelacakan
arsitektur TI Kemenkeu security events dan kegiatan administratif
• CSIRT akan bertanggung jawab untuk manajemen
▪ Mengidentifikasi aset informasi kritikal dan insiden keamanan
langkah-langkah mitigasinya
▪ Belum ada arsitektur keamanan yang ▪ Arsitektur end-state dikembangkan dan diimplementasikan di
diterapkan pada arsitektur TI untuk menjaga seluruh arsitektur TI Kemenkeu, yang meliputi:
adanya keseragaman level proteksi – Cakupan komponen dan domain keamanan
End-state
minimum
architecture – Alat keamanan yang diperlukan di tiap domain
– Langkah mitigasi khusus terhadap ancaman yang telah
diketahui di tiap domain
▪ Kegiatan pengamanan dilaksanakan oleh ▪ Organisasi keamanan TI pusat mulai dijalankan agar
tiap-tiap Unit Eselon 1 dan Pusintek, dan Kemenkeu bertanggung jawab atas operasi keamanan dan
pelaksanaannya bervariasi untuk tiap unit manajemen insiden
End-state
security
operations
▪ Ancaman keamanan diidentifikasi ▪ Pendeteksian ancaman perlu diperbesar agar dapat mencakup
berdasarkan kerentanan dalam arsitektur identifikasi terhadap aset informasi dan ancaman-ancaman
yang telah diidentifikasi yang mengganggunya
▪ Risiko keamanan TI tidak dinilai secara ▪ Risiko-risiko keamanan harus diaudit dan dimonitor secara
berkala berkala, dan tinjauan berkesinambungan juga perlu
dilaksanakan untuk mendeteksi kerentanan dan ancaman baru
23
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 58 -
25
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 59 -
3. Disaster Recovery
KEME- SET-
BKF BPPK DJA DJBC DJKN DJP DJPb DJPK DJPU ITJEN
NKEU JEN
Penentukan
tujuan recovery
Perencanaan
Pengetesan
rencana
Pencarian
kesalahan dan
kelemahan
Perbaharuan
rencana
Pelatihan
Pelaporan
Pengujian Pengujian
dilakukan di awal dilakukan untuk 8-
2012 9 sistem
Data center KEMENKEU – UPS Klien: tiada akses ke PUSINTEK Semua user di Setjen Akan ditentukan
Infrastruktur
fisik Data center BALIKPAPAN – UPS Klien: tiada akses ke PUSINTEK Akan ditentukan
UPS Data center Pajak – fasilitas Klien: tiada akses ke SIDJP Semua user di DJP dan wajib pajak Akan ditentukan
UPS data center DJBC – fasilitas Klien: tiada akses ke INSW/CEISA Klien utama FIX/CPU >1000 order/hari Akan ditentukan
Jaringan
Tidak ada SPF sejak dua ISP Tidak ada dampak Tidak ada dampak Tidak ada
dampak
Perangkat
keras
Belum dites Akan diketahui pada tes DRP Dampak akan ditentukan Akan
berikutnya ditentukan
Perangkat Akan
lunak Belum dites Akan diketahui pada tes DRP Dampak akan ditentukan ditentukan
berikutnya
Data Belum dites Akan diketahui pada tes DRP Dampak akan ditentukan Akan
berikutnya ditentukan
Tingkat
ID Deskripsi Metrik Tingkat yang Tingkat
Layanan Layanan Unit Bisnis Pemilik Layanan Layanan Diharapkan Minimum
Contoh:
Infrastruktur fisik Location_1 data center – UPS Klien: tidak dapat mengakses Semua klien 10-30 menit
CEISA Ekspor
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
Kemung-
Sistem yang Data utama yang kinan Besarnya Tingkat
ID Layanan Layanan terkena dampak1 Fungsi utama ditangani kegagalan Dampak kritikalitas1,2
Tax_pmt Pembayaran SIDJP, MPN Returns processing SPT pengguna Rendah Tinggi Medium
Pajak jasa
Tim DR akan fokus pada sistem TI setelah memetakan setiap layanan ke dalam sistem yang
diperlukan
1 Jika sistem digunakan oleh beberapa layanan, tingkat kritikalitas yang ditetapkan ke dalam sistem akan dikendalikan oleh kritikalitas layanan yang paling tinggi
2 Tingkat kritikalitas- MC: Mission Critical, H: High Priority, M: Mid Priority, L:Low Priority
Petugas tidak dapat melepaskan barang-barang Peningkatan peringatan yang signifikan untuk non- 1 hour horizon Petugas kepabeanan daerah
ke dalam negara karena bea belum dibayar pembayaran kewajiban cukai
Bea belum bisa dibayar secara online Peningkatan komunikasi melalui telepon kepada 1 hour horizon Petugas pendukung TI Unit Eselon 1
helpdesk TI
Yang
Pemilihan Biaya yang Kebutuhan akan Deskrpsi/dasar
Tindakan kontingensi Implikasi Ketergantungan bertanggung
waktu inisiasi diduga pengujian (Y/N) pengujian
jawab
Menghubungi pendukung TI melalui Petugas
NA NA Segera NA1 N NA
telepon terkait bantuan kepabeanan
Kapasitas
Menggunakan manual entry untuk Petugas
pengolahan Perkiraan downtime TBD TBD1 N NA
keberlanjutan bisnis kepabeanan
diturunkan
Meningkatkan
Mengkomunikasikan aksi kontingensi Pemimpin Tim TI
kapasitas pengolahan Perkiraan downtime TBD TBD N NA
kepada petugas kepabeanan DR DJBC
secara manual
Meeting Bandingkan dengan template saat ini (jika ada) dan bawa
Exercise 2 daftar pembaruan template pada presentasi selanjutnya
Unit Eselon 1
SetJen Recovery DJP Recovery DJBC Recovery DJPK Recovery
lainnya
Manager Manager Manager Manager
Recovery Manager
Unit Eselon 1
Pusintek Recovery DJP Recovery DJBC Recovery DJPK Recovery
lainnya
Manager Manager Manager Manager
1 Setiap recovery officers juga akan mendukung Unit Eselon 1 lainnya dalam melaksanakan pengujian dan recovery
▪ Hot site ▪ Full HA1, load balanced dan < 1 0 ▪ Synchronous ▪ Semua (L1
MC: Mission dengan DR setup dalam active-active replication sampai L7)
critical redundansi automated fully redundant fail
(prioritas over environment
tertinggi)
▪ Hot site ▪ Full HA dan DR setup dalam <4 <4 ▪ Asynchronous ▪ Semua (L1
H: High Priority active-passive manual fail replication, sampai L7)
(kritikal secara over environment minimal terjadi
operasional) sekali dalam satu
jam
▪ Warm site ▪ Warm standby untuk data dan < 48 < 48 ▪ Asynchronous ▪ C1, C2, C3, C6
M: Medium sistem tersedia untuk manual replication,
Priority recovery, dengan aplikasi dan minimal terjadi
(penting secara sistem yang preloaded sekali dalam 4
operasional) jam
Di bawah ini merupakan gambaran contoh arsitektur DR. Sejumlah koneksi perlu
dibangun berdasarkan seberapa penting sistemnya. Koneksi-koneksi ini kemudian
diaktifkan berdasarkan komponen mana yang rusak dalam sistem tersebut.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 67 -
C7 C4 C5
C2 C3
C1
C6
Users memberitahukan bahwa Lakukan verifikasi terhadap versi aplikasi pada recovery site C1 Dengan asumsi
Application ada aplikasi yang tidak dapat Perintahkan pemilik untuk menerima adanya pemindahan C5 bahwa SPAN
failure diakses (melalui helpdesk) aplikasi ke recovery site adalah sistem
Pindahkan pemegangan kendali ke recovery server yang berkritikalitas
tinggi
Users memberitahukan bahwa ▪ Lakukan verifikasi terhadap versi aplikasi pada recovery site C1
Data center ada aplikasi yang tidak dapat ▪ Perintahkan pemilik aplikasi untuk menerima adanya C6
diakses, dan terdapat pemindahan kendali sepenuhnya ke recovery site
failure
kegagalan semua komunikasi Keluarkan data yang terakhir disimpan untuk application restart
ke DC Beritahukan user mengenai status dan pemindahan kendali
Semua sistem yang Lakukan verifikasi terhadap status keamanan dari redundant C7
menggunakan intranet network
Intranet failure mengalami down Lakukan verifikasi terhadap koneksi antara front-end dan
server dengan menggunakan redundant network
Pindahkan komunikasi ke redundant network
▪ Organisasi saat ini hanya berfokus pada ▪2 Organisasi DR memegang kepemilikan atas 3▪ Status penyelesaian Business Impact
ancaman keamanan; belum ada perhatian strategi recovery dan pengujian rencana- Assessment (%) – Seberapa banyak layanan-
cukup yang diberikan untuk gangguan rencana layanan dalam service catalog tercakup dalam
lainnya ▪ Menilai dampak dari gangguan secara BIA
▪ BIA1 yang digunakan saat ini memakai kualitatif baik yang berkenaan dengan
estimasi kualitatif berdasarkan dampak kemungkinan terjadinya gangguan dan
yang belum secara efektif berpusat pada dampak yang dihasilkan 4▪ Disaster Recovery Readiness Indicator (%) –
sumber dari ancaman-ancaman terbesar ▪ Semua Unit Eselon 1 harus ikut serta dalam Seberapa banyak interupsi yang terjadi namun
▪ Kapabilitas DR belum diuji pembuatan rencana DR yang baik (mis: belum didentifikasi pada BIA
▪ Kemenkeu saat ini bekerja sama dengan menyediakan informasi yang digunakan
vendor untuk menjalankan proses-proses untuk penilaian dampak
DR
Ringkasan tindakan yang diajukan Struktur tata kelola
▪6 Finalisasi struktur organisasi DR dan 8▪ Pak Rio melakukan pengawasan kerja (sampai
menominasikan pegawai untuk masuk ke posisi Kepala TI Kemenkeu terisi)
Faktor keberhasilan dalam tim berdasarkan keahlian dan
9▪
ketertarikan mereka Tim DR TI perlu diletakkan di bawah organisasi
5• Dukungan Eselon 1 untuk program DR, ▪ Menetapkan struktur pelaporan dan IKU DR keseluruhan (ditetapkan oleh keputusan
termasuk dalam mengomunikasikan untuk tim DR menteri)
komitmen yang diberikan kepada
organisasi ▪ Mengembangkan prosedur pengujian dan
jadwal pengujian
• Sumber daya yang perlu dialokasikan
untuk proyek
– Perwakilan dari semua Unit Eselon 1 Outcome utama
untuk tim DR
– Waktu yang dialokasikan untuk
pegawai dalam usaha mendukung ▪7 Organisasi DR dijalankan pada tahun 2014
pengujian BIA dan DRP ▪ Langkah-langkah mitigasi DR dan pengujian
– Personel dinominasikan berdasarkan untuk sistem MC dan H pada tahun 2015
sifat kepemimpinan dan semangatnya ▪ Langkah-langkah mitigasi DR dan pengujian
untuk sistem M, L2 pada tahun 2016
Organisasi DR ▪ Belum ada manajemen kinerja untuk tim ▪ Tanggung jawab yang jelas dan pelacakan IKU untuk
DR organisasi DR
▪ Keturutsertaan Unit Eselon 1 dalam BIA ▪ Menetapkan tujuan-tujuan untuk Unit Eselon 1 dalam
belum diperlukan mendukung TI dengan menggunakan BIA
▪ Proses BIA yang sedang diusulkan belum ▪ Menetapkan matrik yang jelas dan konsisten untuk
mengevaluasi dampak gangguan secara mengevaluasi dampak gangguan di seluruh Unit Eselon 1
kuantitatif dan Pusintek
▪ Kategori risiko (bencana, tinggi, sedang, rendah) seharusnya
berupa fungsi likelihood (kemungkinan risiko terjadi) dan
impact (dampak)
▪ Proposal mitigasi saat ini berfokus pada ▪ Membuat rencana pencegahan mendetail untuk mengurangi
Proses-proses hot, warm dan cold sites kemungkinan terjadinya gangguan
DR
▪ Membuat rencana mitigasi terperinci yang juga
mencantumkan mekanisme lainnya untuk tetap meneruskan
layanan saat gangguan terjadi (mis: manual processing)
▪ Belum ada spesifikasi untuk pemicu ▪ Mengidentifikasi pemicu yang dapat menyebabkan
proses-proses DR dilaksanakannya proses DR, dan tanggung jawab yang jelas
▪ Belum ada pengujian disaster readiness ▪ Melaksanakan pengujian yang berguna untuk memverifikasi
kemampuan DR dalam penanganan gangguan
2013 2014
Tindakan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Penanggung jawab
4. Kapabilitas
Keahlian medium
Jumlah orang
/tinggi
1 1 1 2 2
1
Relevansi training
Database Administrator
Java
80% dari pekerjaan TI adalah pendukung… … pertumbuhan gaji melandai setelah tahun-tahun awal
Pegawai pengembangan TI vs. Dukungan TI Kenaikan gaji Kemenkeu vs. swasta berd. masa jabatan
Jumlah orang Juta Rupiah
Pengembangan
Kemenkeu
15 20 Perusahaan T
85
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Dukungan
b. Desain kapabilitas
Perlu bekerja sama dengan konsultan eksternal untuk mengidentifikasi kebutuhan atas pengetahuan dasar, dan
Diagnosis
merancang program pelatihan keahlian inti untuk mendapatkan keahlian-keahlian tersebut
Desain
Tahun pertama Tahun kedua
Enam bulan pertama Enam bulan berikutnya Enam bulan pertama Enam bulan berikutnya
Persuasive
DB design concepts Infrastructure basics
Presentation
Program
training
keahlian inti
Software architecture
Networking basics
Perlunya mengembangkan konten pengajaran bersama konsultan eksternal dan universitas lokal serta
Menghasilkan
melibatkan dosen universitas dan tenaga ahli in-house untuk melatih kursus
2) Perbaikan pada proses perekrutan yang ada saat ini: Proses perekrutan
harus ditingkatkan lebih ke arah perekrutan kandidat yang berorientasi
kepada TI. Hal ini dilakukan sepanjang empat baris yang ditunjukkan
pada gambar di bawah ini.
1 Tenaga profesional berpengalaman tidak dapat direkrut saat ini dikarenakan batasan hukum yang ada
2 Tercakup dalam bagian pelatihan
Project manager
Project Line
management Manage-
Manager Senior manager
ment
Fn. analyst Functional manager
Functional
management
Analyst Manager Senior manager
Dokumen ini TIDAK menjabarkan mengenai tingkat ranking jabatan maupun struktur
kompensasi
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 78 -
1 Kompetensi dalam core systems maupun shared systems bergantung pada organisasi tempat developer melapor
Objektif: 1▪ Memperkenalkan program pelatihan terarah dalam rangka memenuhi kebutuhan TI Kemenkeu
▪ Program pelatihan tidak ▪2 Semua rekrutmen baru harus mem- ▪3 Kesenjangan kompetensi (berupa FTE) –
mengembangkan kemampuan inti peroleh pelatihan terkait core skill yang jumlah SDM yang dibutuhkan untuk
(core skill) yang dibutuhkan dalam akan memampukan mereka untuk kemampuan tertentu dibandingkan dengan
karier TI (MIS: fokus pada topik-topik beradaptasi di proyek TI apapun jumlah SDM yang sudah memiliki kemampuan
spesifik, seperti misalnya programming ▪ Metode pembelajaran harus disesuaikan tersebut
language) dengan sasaran pelatihan
▪ Sebagian besar pelatihan dilaksanakan ▪ Pembelajaran berkelanjutan bergantung
di ruang kelas dimana efektivitas dan
pada kebutuhan kompetensi TI ▪4 Efektivitas pelatihan – evaluasi pelatihan
Kemenkeu dan peran karyawan secara spesifik dalam hal pembelajaran dan
biaya belum dioptimalkan
peningkatan kinerja
▪ Pelatihan belum memerhatikan Ringkasan tindakan yang diusulkan
kebutuhan keahlian dalam Kemenkeu
▪6 Melibatkan konsultan untuk
mengidentifikasi persyaratan/ kebutuhan
kemampuan dasar
▪ Memilih metode penyampaian untuk
Faktor keberhasilan berbagai pelatihan berdasarkan Struktur tata kelola
sifat/topik pelatihan
5• TI Training Manager yang ditugaskan
khusus untuk memantau kebutuhan ▪ Menjadikan rencana pelatihan sebagai 8• Kepala TI Kemenkeu dan Kepala TI Unit
bagian dari objektif karyawan berda- Eselon 1 perlu melaksanakan identifikasi atas
pelatihan dan menyusun program-
sarkan gap kemampuan terbesar kebutuhan kompetensi
program pelatihan
9• TI Training Manager perlu memimpin
• Melibatkan konsultan eksternal, pengembangan program pelatihan
Outcome utama
profesor/guru besar universitas, dan
tenaga ahli teknis untuk meningkatkan
pelatihan
▪7 Rencana pelatihan untuk seluruh
karyawan – 2015
▪ Program pelatihan core skill untuk
rekrutmen baru – 2016
2013 2014
Tindakan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Penanggung Jawab
5. Pengadaan
MoF BKF BPPK DJA DJBC DJKN DJP DJPb DJPK DJPU ITJEN SECJ
Penentuan
kebijakan
Pembuatan
proses
Konsolidasi
permintaan
Evaluasi/prakua
lifikasi
Pengadaan
langsung
Pembuatan
RFP
Evaluasi teknis
Evaluasi
keuangan
Manajemen
vendor
Evaluasi vendor
47
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 82 -
Tidak
ada
peserta Pembatalan batal
dan lelang ulang
dimulai dengan
penurunan kriteria
Jumlah (min. 3 peserta)
1–5
peserta
Peserta
lelang
Pelelang
>5 terendah
Peserta yang sesuai
syarat dipilih
b. Desain pengadaan
Vendor tidak dapat mencapai tahap evaluasi berikutnya jika tidak memenuhi kriteria pada tahap berikutnya
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 85 -
ILUSTRATIF
Vendor memenuhi persyaratan
Teknis
MS SQL server (2008) support
154
ILUSTRATIF
Laporan tidak langsung untuk
menentukan prioritas sumber
dan memperoleh persetujuan
Kepala Pengadaan
Kepala TI Ditjen1
TI
1 Pelaporan tidak langsung dari Category Manager ke Kepala TI Unit Eselon 1 hanya terjadi jika terdapat konsultan atau integrator sistem yang
digunakan oleh tim TI Unit Eselon 1
▪ Tiap Unit Eselon 1 dan Pusintek ▪2 E-catalogue harus digunakan untuk ▪3 Rata-rata harga hardware standar
bekerja dengan model dan vendor membeli dan menyebarkan semua ▪ Rata-rata harga software standar
yang berbeda untuk produk-produk produk standar
yang standar, seperti laptop, sistem ▪ Katalog harus menyediakan pilihan
operasi, anti-virus, dst. model (dan spesifikasi) yang terbatas
bagi tiap produk
▪ Harga yang dibayarkan untuk ▪ Vendor harus ditetapkan terlebih
produk-produk yang serupa sangat
dahulu supaya tiap permohonan ▪4 Jumlah berbagai model produk (untuk
bervariasi antara satu Unit Eselon 1 fungsi yang sama)
hanya membutuhkan persetujuan dan
dengan Unit Eselon 1 yang lain
pemesanan
▪ Tiap pembelian yang baru
membutuhkan proses pengadaan Ringkasan tindakan yang diajukan
yang komplit dari awal, termasuk
seleksi vendor ▪6 Membuat daftar produk standar dan
berbagai spesifikasi yang digunakan
▪ Membuat daftar spesifikasi standar Struktur tata kelola
dan model produk
Faktor keberhasilan ▪ Mengembangkan platform elektronik 8• Kepala TI Kemenkeu memimpin upaya
(TI) dengan katalog model produk
5• Tim TI Unit Eselon 1 dan Pusintek pengembangan e-catalogue
harus berkolaborasi menentukan
spesifikasi bagi produk-produk Outcome utama 9• Category managers bertanggung jawab
standar atas seleksi vendor untuk produk
• Category Managers akan ▪7 Spesifikasi produk end-user standar –
bertanggung jawab atas proses 2014 10• Kepala TI Unit Eselon 1 yang menyetujui
seleksi vendor ▪ Spesifikasi produk infrastruktur spesifikasi produk standar
• Proses-proses yang jelas harus standar – 2015
ditetapkan untuk mendapatkan ▪ E-catalogue dengan produk standar –
persetujuan atas pembelian 2016
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 89 -
Spesifikasi
▪ Semua produk dipesan oleh pegawai ▪ E-catalogue dikembangkan supaya pegawai dapat
TI/pengadaan di Unit Eselon 1 dan meminta dan memesan produk-produk standar
Pusintek
▪ Tiap permintaan atau pemesanan ▪ Vendor-vendor sudah ditetapkan terlebih dahulu
Pemesanan berujung pada proses lelang dan sehingga unit pengadaan hanya perlu melakukan
kontrak pemesanan kepada vendor bila suatu produk dipesan
oleh pengguna
▪ Batasan minimum terkait hal apa saja ▪ Memberlakukan batasan yang ketat perihal apa saja
yang dipesan pegawai (pengadaan yang dapat dipesan pegawai: batasi pilihan spesifikasi
dilakukan oleh TI) untuk tiap produk
▪ Permohonan untuk produk-produk non-standar harus
disertai dengan evaluasi apakah ada produk-produk
standar dalam katalog yang bisa dipesan sebagai
gantinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut
▪ Kegiatan pemeliharaan saat ini ▪2 Seluruh kegiatan pemeliharaan ▪3 Biaya pemeliharaan keseluruhan bagi TI
terbagi antara Unit Eselon 1 dan merupakan tanggung jawab Kemenkeu
Pusintek Pusintek
▪ TI Kemenkeu belum memperoleh ▪ Pengadaan TI memimpin proses
seleksi dan dapat mengadakan
manfaat dari konsolidasi kontrak
kontrak multi-year
(biaya, kualitas) tersebut
▪ Vendor harus memenuhi SLA ▪4 Jumlah gangguan atau eror berulang
minimal sebagai bagian dari diakibatkan oleh kurangnya
kontrak pemeliharaan
Ringkasan tindakan yang diajukan
▪ Setiap Unit Eselon 1 terlibat dalam ▪ Konsolidasi kontrak untuk kegiatan serupa di seluruh
kontrak dengan vendor-vendor organisasi TI
berbeda
Kontrak ▪ Seluruh kontrak diadakan untuk satu ▪ Memungkinkan kontrak multi-year untuk memperoleh
tahun manfaat biaya (dengan persyaratan kerja telah
memenuhi SLA)
▪ Kualitas pemeliharaan beragam di ▪ Menetapkan standar SLA dan kinerja untuk
seluruh bagian organisasi pemeliharaan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 91 -
2016 dan
▪ Terlibat dalam konsolidasi kontrak pemeliharaan
dengan sejumlah vendor terpilih
seterusnya
▪ Mengkaji kinerja vendor dan menetapkan IKU yang
mengukur peningkatan berkelanjutan (mis.,
penurunan keluhan pada helpdesk)
44
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 92 -
6. Tata kelola
Organisasi TI yang ada saat ini memiliki tata kelola pusat yang minim -
kebanyakan proses yang memiliki implikasi terhadap keseluruhan organisasi
membutuhkan keputusan menteri. Hal ini menghasilkan sebuah organisasi
yang terfragmentasi dengan kendali, standar, dan komunikasi yang terbatas
dari pusat. Cetak biru ini akan mendesain organisasi tata kelola dan proses-
proses yang sesuai dengan kebutuhan Kemenkeu, dengan mengemukakan
best practices dalam mengelola organisasi TI.
Tercakup dalam Adakah peta proses Apakah IKU ada di Apakah proses seragam
putusan Ditjen? Resmi? setiap proses? di seluruh Kemenkeu?
2 Penganggaran
3 Persetujuan proyek
4 Pengembangan
6 Pemeliharaan
7 Identifikasi manfaat
8 Manajemen pegawai
9 Manajemen vendor
Manajemen kinerja
10 layanan
121
Selain itu, banyak data dan layanan yang diduplikasi di dalam organisasi ini
namun dengan tingkat kualitas yang berbeda (sehingga menjadi tidak
konsisten). Terdapat peluang besar untuk menstandardisasi layanan di
seluruh Unit Eselon I guna meningkatkan kualitas layanan TI yang
ditawarkan ke masyarakat.
2) Ketiadaan standardisasi proses penganggaran
Proses penganggaran Kemenkeu saat ini menghadapi beberapa
kendala:
a) Proses yang tidak seragam
Rekomendasi
Dari Menjadi
Demand
Organisasi level 1 Kepala TI
Manager
Kepala TI Kemenkeu Unit Eselon
Unit Eselon
1
1
A B C D E
IT Strategy + Head Central Head Central
Chief Data Officer IT security head
Architecture Head Infrastructure Applications
▪ Menetapkan arah ▪ Menangani strategi ▪ Bertanggung jawab ▪ Bertanggung jawab ▪ Bertanggung jawab
keseluruhan untuk data untuk semua untuk keseluruhan untuk common untuk semua
organisasi TI infrastruktur application dan kebijakan dan
sistem Setjen aplikasi keamanan
154
Layanan Deskripsi
▪ Technical design ▪ Merancang spesifikasi teknis untuk aplikasi, termasuk algoritma dan
komponen R A C S
▪ User acceptance ▪ Menguji apakah aplikasi memenuhi kebutuhan bersama Unit Eselon
test 1 dan Setjen S R S A S
DG Architecture
DG Applicat- DG Applicat- and
ion Security ion Develo- DG Project standards
Aktivitas Architects Architect per Manager org.
Mereviu persyaratan proyek terhadap teknologi dan standar data saat ini A R S
Menyiapkan proposal yang berisikan perubahan maupun pengecualian atas standar teknologi dan
R A C C
data
Menyiapkan proposal yang berisikan perubahan maupun pengecualian atas standar keamanan R A C C
Menerapkan dan mengkomunikasikan status atas perubahan yang telah direncanakan (keamanan) R A I S I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 98 -
Tergantung kepada
siapa end-user melapor
2 Sistem Unit Eselon 1 khusus hardware ▪ Ditempatkan di Unit Eselon 1/kantor TI Unit
Eselon 1
Software
1 Shared software (mis. network monitoring ▪ Software untuk shared services antara Unit
software) Eselon 1 dan/atau Pusintek
Manajer Proyek FTEs Jadwal Cakupan Biaya Vendor Catatan untuk Kepala TI Kemenkeu
Proyek A John 23 Catatan
Proyek DJP
Pewarnaan
Proyek G Pete 20 Catatan sifatnya
hanya
Proyek H TBD TBD Catatan ilustrasi
Proyek K
▪ Organisasi yang ada saat ini belum 2▪ Kepala TI Kemenkeu (dan tim-tim sentral) ▪3 Sebagian dari organisasi mulai dijalankan
mengoordinasikan kegiatan dan produk akan bertanggung jawab pada penetapan
yang digunakan bersama secara efektif seluruh strategi dan arsitektur
▪ Belum ada komite pusat yang ▪ Unit Eselon 1 akan mempertahankan ▪4 Sebagian dari proses-proses tata kelola dengan
mengawasi strategi dan standardisasi kepemilikan total atas pengembangan core tanggung jawab dalam bentuk RASCI
▪ Proses-proses tata kelola untuk kegiatan systems Unit Eselon 1 (termasuk
utama belum memberikan efisiensi pada penganggaran)
pengambilan keputusan (dengan ▪ Kepala TI Kemenkeu akan mengawasi
penanggung jawab dan pihak akuntabel Pusintek dalam penyediaan aplikasi shared
tunggal) services yang umum dipakai beberapa Unit
Eselon 1
▪ Pusintek akan mendapatkan kepemilikan
atas infrastruktur, operasi dan shared
systems
3
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 100 -
▪ Tidak ada tim pusat yang menetapkan ▪ Penetapan organisasi pusat akan memimpin strategi,
strategi, standardisasi ataupun keamanan arsitektur, standardisasi dan keamanan serta melapor
Struktur kepada Kepala TI Kemenkeu
organisasi
▪ Pembagian tanggung jawab antara TI Unit ▪ Menetapkan tanggung jawab dan akuntabilitas untuk
Eselon 1 dan Pusintek belum jelas berbagai kegiatan strategi, kebijakan, demand dan supply TI
▪ Peran organisasi level 2 dan 3 belum ▪ Menetapkan peran organisasi level 2 dan 3 yang jelas
diperinci secara lengkap beserta jenjang kariernya
▪ Tata kelola belum meliputi semua proses ▪ Melaksanakan proses-proses tata kelola yang bersifat best
TI practice untuk semua kegiatan utama TI
Proses-proses ▪ Proses-proses tata kelola belum ▪ Tanggung jawab ditetapkan dengan jelas untuk tiap langkah
tata kelola mengalokasikan tanggung jawab dengan proses tata kelola dengan menggunakan prinsip RASCI
jelas
2016 dan
▪ Melaksanakan peran organisasi level 3 dalam Ditjen-
Ditjen dan Pusintek
selanjutnya
▪ Memperbarui proses tata kelola dan melakukan
finalisasi proses serta tanggung jawab untuk IT
Kemenkeu
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 101 -
Approval for
Needs description Feasibility assessment Effort estimation
development
Management
of ERP Utility
Application
Operations
Sumber: Wawancara dengan tenaga ahli; pengetahuan yang dimiliki perusahaan; analisis tim
Project Management
Release Management
Sumber: Wawancara dengan tenaga ahli; pengetahuan yang dimiliki perusahaan; analisis tim
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 105 -
Current state
Target state
Current state
Target state
▪ Responden menunjukkan
Dimensi ▪ Topik (Subtopik) Buruk Kurang Baik Baik Terbaik bahwa bisnis tidak ikut
menentukan target SLA
▪ Lanskap IT (9)
▪ Layanan server sangat
terfragmen dengan
▪ Layanan mainframe (4) platform berlipat yang
tersebar di seluruh
▪ Layanan server (5) organisasi
▪ Perangkat end-user
▪ Perangkat end-user (4) diberikan berdasarkan
senioritas basis tanpa
4 Aset kebijakan yang jelas
▪ Konektivitas jaringan (4)
▪ Konektivitas jaringan
adalah bagian infrastruktur
▪ Layanan penyimpanan (4) dengan kinerja terbaik dan
layanan penyimpanan
▪ End user helpdesk (4) yang hampir sama
bagusnya
b. Desain infrastruktur
Banyak masalah disorot oleh diagnosis yang telah diselesaikan pada
bagian-bagian sebelumnya (kebanyakan adalah tata kelola).
Pedoman desain best practice untuk proses infrastruktur termasuk
informasi berikut ini:
1) Pandangan fungsional atas data center dan network utility yang
menunjukkan interface antara bagian-bagian organisasi TI yang
berbeda. Desain tersebut juga termasuk penjelasan interaksi antara
entitas organisasi yang berbeda atas masalah-masalah infrastruktur.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 107 -
Relationship
management
Arsitektur dan
perencanaan teknis
▪ Menyediakan cetak biru yang
berisikan komponen desain
data center berdasarkan
tawaran layanan yang tertuang
dalam persyaratan SLA
Menerima laporan kinerja dan ketersediaan dengan uraian Berdiskusi dengan bisnis terkait laporan ketersediaan
yang menjelaskan jika ada deviasi dari SLA dan kinerja sesuai dengan SLA
Relationship management
Sejak 2007, Biro SDM bersama dengan biro terkait lainnya telah
mengembangkan dan menerapkan sejumlah inisiatif yang berhasil memperkuat
kapabilitas di seluruh Kemenkeu. Kesuksesan utama tersebut sejauh ini meliputi:
1) Penyusunan sejumlah kebijakan dan SOP baru untuk lebih memperjelas dan
mengarahkan proses-proses SDM, misal:
b) Penyusunan dan implementasi Sistem Disiplin dan Kode Etik (PP No. 53
2010);
Cetak biru ini menjelaskan end-state yang diinginkan untuk SDM di tahun
2025 dan jalur yang harus ditempuh untuk mencapai aspirasi tersebut. Cetak Biru
Pengembangan SDM bagi Kemenkeu dikembangkan berdasarkan best practice
internasional dalam pengembangan fungsi SDM, menggunakan kerangka kerja
Manajemen SDM end-to-end seperti yang dijelaskan di bawah. Item A-D dan F akan
dibahas dalam bab ini, sementara item E dan G dibahas dalam bab Change
Management dalam dokumen ini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 110 -
Tercakup dalam
Blueprint
Pengembangan
SDM
Dibahas dalam
bab
Manajemen
Perubahan
E
Melibatkan dan
A
menghubungkan
pegawai
Merencanakan
kebutuhan
pegawai
D G
Menum- Menciptakan budaya
buhkem- talent B
bangkan
pimpinan Memperoleh
dan memper-
tahankan
pegawai yang
C tepat
Mengevaluasi dan
menghargai kinerja
F Memperkuat
kapabilitas SDM
Usulan visi dan misi untuk Biro SDM Kemenkeu menyuarakan aspirasi
strategis atas fungsinya serta pentingnya hal tersebut dalam mencapai
keseluruhan visi Kemenkeu.
1. Visi SDM
Bahasa Inggris: Become the strategic partner in cultivating high performing and
motivated human resources to achieve MOF’s aspirations
2. Misi SDM
e. Melaksanakan aktivitas dan kegiatan SDM dengan sistem yang adil dan
transparan
1. Model Operasional
Dari Menjadi
Perencanaan pegawai yang Perencanaan strategis pegawai
Perencanaan minim kaitan dengan inisiatif yang terstandar [yang
A kebutuhan strategis dan berfokus pada mengoptimalkan pemenuhan
pegawai prakiraan kebutuhan rekrutmen kebutuhan pegawai)
2. Inisiatif Transformasi
Gambar 105 – Lima Inisiatif Prioritas Sebagai Katalis Transformasi SDM Dalam
Kemenkeu
A1 Menstandardisasi dan Memperoleh akurasi dalam ▪ Mendesain ulang proses perencanaan pegawai yang strategis agar selaras
melembagakan prakiraan kuantitas dan kualitas dengan strategi dan proses penganggaran
Perencanaan mekanisme perencana- pegawai yang dibutuhkan pada
A kebutuhan an pegawai yang tiap Eselon untuk mendukung ▪ Menetapkan proses perencanaan suksesi untuk meningkatkan kinerja
pegawai dikendalikan oleh Ditjen strategi Kemenkeu BAPERJAKAT
[metode penerapan
percontohan]
B.2 Rekrutmen eksternal Pemenuhan kualitas dan ▪ Menetapkan program rekrutmen internal untuk mengisi jabatan fungsional
untuk jabatan strategis kuantitas pegawai yang strategis
Memperoleh dan [pimpinan fungsional, dibutuhkan untuk jabatan ▪ Menetapkan attracting program
mempertahankan
B jabatan operasional fungsional strategis melalui ▪ Menetapkan program seleksi melalui open-bidding
pegawai yang
tepat
khusus] sumber-sumber eksternal ▪ Mendesain induction program untuk pro-hires
C.1 Melembagakan Melembagakan sistem untuk ▪ Melembagakan Desain dan Penerapan Dialog Kinerja individu
mekanisme end-to-end mengaitkan kinerja individu ▪ Mendesain proposisi rewards dan recognition bagi pegawai Kemenkeu
Mengevaluasi dan appraisal yang dengan sistem rewards dan yang bertalenta
C menghargai menyertakan konsekuensi
kinerja manajemen rewards dan
konsekuensi
D.1 Mendesain dan Mendesain dan mengembangkan ▪ Memfinalisasi konsep Manajemen Talenta yang telah disempurnakan
melembagakan program program talent pool untuk [identifikasi talent, program pengembangan talent, sistem retensi talent, sistem
pengem-bangan end-to- mewujudkan sepenuhnya potensi pengawasan]
Menumbuh-
D kembangkan end talent pool yang dimiliki talent dalam ▪ Menentukan dan mematangkan jabatan strategis
pimpinan Kemenkeu untuk mengisi jabatan ▪ Menerapkan program percontohan talent pool
strategis dalam Kemenkeu
F.1 Rencana transisi menuju Mengintegrasikan dan ▪ Memfinalisasi peran SDM Sentral sebagai arsitek strategis
organisasi SDM memperkuat fungsi SDM dalam ▪ Mendesain ulang struktur organisasi SDM agar sesuai dengan
terintegrasi, dengan memungkinkan pencapaian visi peran yang ditentukan
Memperkuat
F
kapabilitas SDM
pemberdayaan Ditjen dan misi Kemenkeu ▪ Menetapkan dan menyempurnakan proses SDM prioritas serta
penunjukan peran yang jelas antara SDM Sentral dan di tingkat Ditjen
▪ Menciptakan sistem tata kelola SDM
▪ Menetapkan HRIS yang terintegrasi
Jangka panjang
(2020-2025)
Jangka menengah
(2015-2019)
Quick wins
(2013-2014)
Memperoleh keunggulan
Elemen Tema Memperoleh izin untuk reformasi operasional dalam skala besar Mencapai reformasi terobosan
▪ Menetapkan proses perencanaan ▪ Menyelaraskan proses ▪ Proses perencanaan pegawai
suksesi yang konstruktif perencanaan pegawai terhadap yang diselaraskan dengan
I. Perencanaan beban kerja proses penetapan strategi dan penetapan strategi dan proses
dan kebutuhan pegawai anggaran penganggaran
▪ Mendirikan unit redeployment
▪ Mengidentifikasi talent pool dan ▪ Menyesuaikan EVP untuk talent ▪ Dianggap sebagai salah satu
mengimplementasikan program pool leadership factory terbaik di
IV. Menumbuhkembangkan pengembangan ▪ Menetapkan jenjang karier untuk Indonesia
pimpinan ▪ Menetapkan jenjang karier untuk seluruh jabatan pimpinan
jabatan strategis
▪ Memfinalisasi peran SDM Sentral ▪ Menyempurnakan proses-proses ▪ Unit SDM dengan fokus yang
sebagai “Arsitek Strategis” prioritas SDM dan melanjutkan jelas– memisahkan keahlian
V. Memperkuat kapabilitas membangun kapabilitas pegawai strategis dengan layanan yang
SDM (menyertakan ▪ Membangun keahlian dan ▪ Menetapkan sistem HRIS yang efisien
pengambilan keputusan kapabilitas pegawai [termasuk baru
yang jelas dan struktur HRIS IT] ▪ Memfinalisasi struktur SDM
organisasi SDM yang kuat)
a. Perencanaan Pegawai
3) Alokasi waktu yang lebih banyak bagi SDM Sentral untuk melakukan
validasi dan kalibrasi pada para kandidat untuk meningkatkan
kualitas output (1 (satu) bulan penuh vs 2 (dua) minggu).
b. Rekrutmen Umum
c. Rekrutmen Fungsional
d. Seleksi Pimpinan
e. Tinjauan Kinerja
2) Menetapkan agenda dialog kinerja yang rutin bagi Eselon I dan Eselon
II (proyek pilot) dan Eselon III dan IV (pelaksanaan mendatang).
Keahlian dan kapabilitas ini, yang telah dibangun selama beberapa dekade
melalui serangkaian pelatihan dan pengembangan yang dilakukan secara
efektif baik in-house maupun eksternal sangatlah krusial dan bermanfaat
bagi Kemenkeu, khususnya dalam mengimplementasikan tahap-tahap
transformasi saat ini. Di masa mendatang, diperlukan peningkatan
kapabilitas secara signifikan di Kemenkeu mengingat aspirasi ambisius yang
dimiliki Transformasi Kelembagaan saat ini.
2 Survei OHI merupakan representasi Kemenkeu saat ini, yang diikuti oleh ~24.000 pegawai dari seluruh level
di seluruh unit Eselon 1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 119 -
Saat ini, kegiatan pelatihan Kemenkeu yang diselenggarakan oleh baik BPPK
maupun tiap unit Eselon I secara umum efektif dalam meningkatkan
keahlian dan kapabilitas yang dibutuhkan. Suatu evaluasi high-level atas
strategi pendidikan dan pelatihan Kemenkeu menunjukkan masih adanya
sejumlah peluang untuk meningkatkan strategi pendidikan dan
pembangunan kapabilitas yang saat ini ada:
Gambar 107 Contoh Gap Keahlian di Lingkungan Unit Eselon I dan Pusintek
Pegawai dengan
Jumlah pegawai yang
keahlian
bekerja dalam unit
menengah / tinggi
Beberapa contoh mengenai kesenjangan keahlian lintas Ditjen dan PUSINTEK
19 18 19 18 19 18 19
4 4 4 4
16 14 17
1
0 0 0 0 0
Desktop N/W Cust. Time & S/W S/W Program- Testing Arch. Arch Arch. Analytical
env. mgmt Mgmt. resource Engg. tools ming Model- know- tools problem
Mgmt. mgmt. methods ing ledge solving
4 4 4
2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0
IT risk Test N/W Analytical Functional Policy & Audit Policy Knowl- Comm. Facilita-
mgmt. design security problem compliance regulation standards design edge – Oral & tion &
solving of IT written negotia-
tion
Untuk melengkapi program pelatihan yang ada saat ini, akan dimulai dua
pendekatan tambahan. Pendekatan-pendekatan ini dimaksudkan untuk
memperkuat penyampaian pelatihan yang sejalan dengan prinsip-prinsip
adult learning 3 di mana kondisi paling baik untuk orang dewasa belajar
adalah ketika pelatihan disediakan tepat pada waktunya, dan ketika ada
peluang yang memadai untuk mempraktikkan materi pelatihan secara
langsung.
3 Knox, A (1977), Adult Development and Learning, San Francisco, Jossey-Bass; Whitmore, J. (2002), Coaching
for Performance, London; Brealy, N., Dasoz, L.A. (1999) Mentor: Guiding the Journey of Adult Learners, San
Francisco, Jossey-Bass
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 123 -
Hal ini akan dilakukan dengan berbagai cara lewat berbagai inisiatif
transformasi:
e. Upaya setiap orang yang terlibat dalam transformasi juga akan dikenali
melalui pengenalan kapabilitas yang mereka bangun di dalam sistem
informasi SDM, dan yang mereka kontribusikan terhadap senioritas dan
eligibilitas untuk promosi fast-track, dengan menunggu persetujuan dari
pihak yang berwenang;
DJP telah mengambil langkah penting dalam satu dekade terakhir, yaitu dengan
Program Modernisasi yang berlangsung sejak tahun 2002. Kesuksesan utama
mereka sejauh ini meliputi:
1) Bertambahnya wajib pajak terdaftar sebanyak sepuluh kali lipat dari 2,6 juta
pada tahun 2002 menjadi 25,6 juta pada tahun 2013, penambahan paling
signifikan didapatkan dari Program Pajak Sensus Nasional;
2) Peningkatan pendapatan yang terkumpul sebanyak lima kali lipat dari 176
triliun rupiah di tahun 2002 menjadi 835 triliun rupiah;
3) Meningkatnya jumlah pelaku pelanggaran yang tertangkap melalui sistem
whistle-blowing;
4) Pendirian Kantor Pajak Wajib Pajak Besar pada tahun 2006, saat ini
berkontribusi sebagian dari total pendapatan;
5) Suksesnya restrukturisasi organisasi dari berbasis 'jenis pajak' menjadi
berbasis 'fungsi inti';
6) Tambahan 6.000 karyawan yang direkrut sejak tahun 2002, mencapai total
+31.000 saat ini;
7) Skema remunerasi yang lebih kompetitif diperkenalkan pada tahun 2006;
8) Di tingkat nasionaldicanangkankode etik, prosedur operasi standar (SOP) dan
pendekatan BSC untuk manajemen kinerja.
Namun, Direktorat Jenderal Pajak berisiko kehilangan momentum. Sejak
krisis keuangan global tahun 2008, pendapatan sebagai persen dari PDB telah
mengalami stagnasi dan produktivitas karyawan tidak meningkat. Pada arah dan
kecepatannya saat ini, DJP tidak akan mampu mengumpulkan cukup pendapatan
untuk mencapai target tax ratio sebesar 19% (sembilan belas persen) di tahun
2019; dan Kemenkeu tidak akan mampu membiayai upaya pemerintah untuk
menjadi negara ekonomi maju.
Oleh karena itu, transformasi yang fundamental dibutuhkan dalam
administrasi perpajakan di Indonesia. Perubahan inkremental tidak akan lagi
memadai.
Cetak biru ini menggambarkan keadaan akhir (end-state) untuk DJP, dan
terobosan yang diperlukan untuk mencapai aspirasi.
Dalam konteks ini, fokus DJP saat ini adalah pada kepatuhan penerimaan
dan keadilan pajak. Membiayai kegiatan pemerintah adalah prioritas utama; dan
upaya besar dilakukan untuk menerapkan peraturan perpajakan secara adil
kepada semua wajib pajak. Hal ini sejalan dengan peran penting DJP dalam
pembiayaan pembangunan Indonesia, dan konsisten dengan mandat hukum DJP
untuk mengumpulkan dari menilai, memeriksa dan melayani semua wajib pajak.
1. Visi DJP
2. Misi DJP
1. Model Operasional
y g Gambar
g 109 – Pergeseran dalam jModel Operasional
Tema transformasi Dari… Ke…
▪ Berfokus-korporat, mengandalkan-ekspor ▪ 100% wajib pajak Indonesia memiliki NPWP
1 Taxpayer mix
▪ Ekstensifikasi one-to-one; kepatuhan <50% ▪ Penjangkauan yang digerakkan-data dengan
kepatuhan 100%
▪ Waktu terpakai oleh wajib pajak berisiko-rendah ▪ Model risiko kepatuhan (CRM) yang digerakkan-
2
Kepatuhan berbasis- ▪ Pendekatan one-size-fits all data memungkinkan proses bisnis untuk
risiko disesuaikan dengan level risiko (mis., tim SWAT
vs pendekatan “lean”)
Penegakan hukum
▪ Persepsi mengenai kurangnya transparansi, ▪ Kontrol internal yang cermat (mis., peer reviews),
3 konsistensi, dan integritas knowledge-based tools dan insentif yang layak
berintegritas
2. Inisiatif Transformasi
Perubahan model operasional DJP akan dilakukan dengan menerapkan
portofolio 16 (enam belas) inisiatif di seputar 10 (sepuluh) tema
transformasi. Secara spesifik, adalah sebagai berikut:
a. Menggeser taxpayer mix untuk mengikutsertakan semua wajib pajak
1) Memperbaiki segmentasi wajib pajak dan model coverage, terutama
untuk KPP Pratama agar lebih akurat mencerminkan kebutuhan dan
perilaku wajib pajak
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 132 -
2▪ Meraih ekonomi informal ▪ Mengakses ekonomi informal dengan ▪ Identifikasi sektor informal dengan potensi pajak tertinggi
melalui pendekatan end- memprioritaskan sektor informal dengan ▪ Membentuk “tim end-to-end " dengan IKU bersama untuk registrasi, kepatuhan
to-end potensi pajak tertinggi dan mengkoordinir dan penerimaan; menciptakan dan melatih ‘satuan khusus’ di KP2KP dan KPP B
pendekatan ‘end-to-end’ di seluruh DJ untuk meraih sektor informal (mis., bekerja dekat dengan Kementerian KUKM)
Pajak ▪ Sederhanakan persyaratan pajak (mis., PP 46) dan revisi peraturan yang
mengharuskan NPWP untuk transaksi UKM
▪ Menjamin adanya akses ke data pihak ke-3 (mis., e-KTP untuk orang pribadi)
3▪ Membenahi sistem ▪ Optimalkan penerimaan PPN dengan ▪ Validasi adanya Pengusaha Kena Pajak (PKP)
administrasi PPN meningkatkan kepatuhan ▪ Menjadikan e-invoicing wajib bagi seluruh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
▪ Menjadikan pelaporan SPT PPN elektronik wajib bagi seluruh Pengusaha Kena
Pajak
4▪ Mengembangkan model ▪ Memungkinkan DJP mencapai obyektif ▪ Uji coba (pilot) risk engine dan sempurnakan pendekatan
kepatuhan yang strategisnya dengan memfasilitasi ▪ Mempersiapkan dan menjalankan model risiko kepatuhan yang baru terintegrasi
prediktif, berbasis-risiko manajemen agar mengambil keputusan di seluruh unit DJ Pajak
terkait dengan proses yang lebih baik
bisnis
5▪ Meningkatkan efektivitas ▪ Meningkatkan audit coverage ratio dan ▪ Menyusun kriteria seleksi kasus dan pendekatan pemeriksaan dan penagihan
pemeriksaan dan mengurangi total durasi pemeriksaan yang terdiferensiasi
penagihan (hingga CRM ▪ Meningkatkan efektivitas penagihan dan ▪ Sederhanakan proses pemeriksaan secara keseluruhan
terimplementasi penuh) menyasar wajib pajak penunggak dengan ▪ Standarisasi manual dan tools pendukung
lebih baik ▪ Membuat audit war-room yang terpusat dengan performance dashboard dan
review reguler
▪ Membersihkan kasus backlog
6▪ Memastika kualitas dan ▪ Menyusun proses kepatuhan internal yang ▪ Sederhanakan prosedur penegakan hukum dan harmonisasi peraturan
konsistensi penegakan bertarget dan standar guna meningkatkan ▪ Meningkatkan jumlah QA dan Peer Review yang dilakukan dan standarisasi
hukum kualitas dan meminimalkan variasi dalam proses
proses penegakan hukum ▪ Memperkenalkan tool manajemen alur kerja terintegrasi
▪ Memastikan konsistensi informasi dan ▪ Implementasi keberatan, pemeriksaan, penyidikan awal, dan penyidikan lintas-
penanganan di seluruh pemeriksaan, wilayah
penyidikan awal, keberatan, banding dan
penyidikan
2
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 134 -
8▪ Secara sistematis ▪ Membangun dan memperkuat ▪ Inisiasi Forum Komunikasi untuk meningkatkan kemitraan antara lembaga
melibatkan pihak ke-3 kemitraan eksternal dalam distribusi pemerintah dalam berbagi data, penjangkauan wajib pajak, dan
untuk data, data, penjangkauan wajib pajak, dan penegakan hukum
penegakan dan penegakan hukum guna meningkatkan ▪ Menjamin adanya mandat dari pimpinan nasio-nal teratas; Unit khusus
penjangkauan wajib penerimaan dan meningkatkan manajemen data eksternal end-to-end
pajak kepatuhan ▪ Harmonisasi hukum dan peraturan yang ada dan membuat yang baru
untuk mengoperasionalkan tujuan penegakan pajak
▪ Melengkapi dan menjalankan MoU untuk pihak ketiga prioritas
9▪ Menyempurnakan ▪ Menjalankan transformasi layanan ▪ Meningkatkan efisiensi dan efektifitas untuk pengolahan SPT
KPP frontline di KPP ▪ Menerapkan sistem manajemen dokumen di KPP
▪ Efisiensi sistem pemrosesan dokumen ▪ Meningkatkan layanan kepada wajib pajak
dengan menerapkan lean principles di
KPP
▪ Secara selektif
10 ▪ Memperluas peranan DPC dalam ▪ Secara selektif meningkatkan cakupan DPC untuk mengurangi beban
memperluas mendukung digitalisasi dokumen di kerja KP, secara potensial mengupgrade peranan KPDDP (proses
jangkauan DPC dan DJP. dokumen end to end)
meningkatkan ▪ Memperbaiki kecepatan, akurasi dan ▪ Memperkenalkan platform tunggal untuk kapabilitas proses dokumen
kapabilitas perolehan keamanan dalam proses SPT ▪ Upgrade lean DPC ("KPPDDP") ke full DPC, dan ikutsertakan semua pro-
data ses bisnis pemrosesan data (penyortiran, pemindaian, & review dokumen)
3
▪
13 Memperluas ▪ Mengembangkan website yang user ▪ Menambah jumlah personil untuk pengembangan dan pemeliharaan site
fungsionalitas website friendly, cepat dan mudah diakses ▪ Menambah infrastruktur untuk mendukung tambahan user, yaitu server, jaringan
▪ Memperbaiki/meningkatkan fitur layanan Redesain website agar lebih taxpayer friendly
dan penyuluhan
▪
14 Menyelaraskan kembali ▪ Memperjelas peranan fungsional AR dan ▪ Transisi 75 persen AR menjadi auditor (mayoritas) dan analis
staf fungsional dan membuat peranan atau bagian yang ▪ Membuat pemisahan fungsi layanan dan pemeriksaan di KPP dengan AR khusus
secara selektif menangani fungsi layanan atau untuk fungsi layanan
meningkatkan kapasitas pemeriksaan ▪ Mempertimbangkan menciptakan jabatan deputi untuk supervisi dan deputi untuk
▪ Mengidentfikasi kebutuhan khusus untuk layanan di dalam KPP; jajaki kemungkinan untuk menetapkan grup pemeriksa
kapasitas yang meningkat dan cara yang terpusat (sesuai dengan tren internasional)
meningkatkan peranan fungsional secara
selektif
▪
15 Restrukturisasi ▪ Memperkenalkan layer Eselon 1B untuk ▪ Memperkenalkan layer Eselon 1B untuk mengurangi span of control
organisasi mengurangi span of control ▪ Agregasi fungsi sejenis (mis., unit transformasi) dan memperkenalkan unit baru
▪ Agregasi fungsi sejenis (mis., unit untuk kapabilitas yang diperlukan (mis., intelijen bisnis, quality assurance)
transformasi) dan memperkenalkan unit
baru untuk kapabilitas yang diperlukan
(mis., intelijen bisnis, quality assurance)
▪
16 Menjamin adanya ▪ Secara selektif menegosiasikan fleksibilitas ▪ Secara selektif menegosiasikan fleksibilitas di bidang SDM, Organisasi dan
otonomi yang diperlukan di bidang SDM, Organisasi dan Anggaran Anggaran
untuk transformasi ▪ Meminta persetujuan agar DJ Pajak ▪ Meminta persetujuan agar DJ Pajak menjadi lembaga semi-otonomi
menjadi lembaga semi-otonomi
Inisiatif ini akan dilaksanakan hingga tahun 2025 dan diimplementasikan dengan
terurut agar memaksimalkan dampak dari transformasi. Tahun pertama
difokuskan pada quick wins yang akanmemberikan momentum bagi DJP untuk
melanjutkan reformasi. Pada jangka menengah (2015-2019), inisiatif akan
memungkinkan DJP untuk mencapai keunggulan operasional yang berskala.
Melembagakan terobosan lebih lanjut akan menjadi fokus pada jangka panjang
(2020-2025).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 135 -
1 Memperbaiki segmentasi dan model ▪ Segmentasi wajib pajak kecil ▪ Layanan ditawarkan di jaringan cabang pihak ke-3 (mis. kantor pos) ▪ Pergeseran yang signifikan ke web dan
Menggeser penjangkauan wajib pajak kecil disempurnakan pada 2016 call center; KPP dapat dirasionalisasi di
taxpayer mix ▪ Roll-out penuh mobile tax units pada 2017 area perkotaan
I
untuk
2 Meraih ekonomi informal melalui ▪ Kajian tentang informalitas ▪▪ KP2KP diperbarui
100% wajib menjadi NPWP
pajak memiliki “KPP Mikro”;
(terkaitpenambahan selektif
ke e-KTP) pada 2017 di area ▪ Ekonomi informal terdeteksi melalui data
mengikutkan
seluruh wajib pendekatan end-to-end diselesaikan ▪ pedesaan
Ekonomi informal dijangkau sektor-demi-sektor, melalui pendekatan pihak ke-3 yang komprehensif
pajak end-to-end (hingga crm terimplementasi di 2018)
3 Membenahi sistem administrasi PPN ▪ Pengujian e-invoice client application ▪ Peluncuran wajib e-invoice pada 2016 ▪ Validasi real-time untuk e-invoice PPN
4 Menyusun model kepatuhan yang ▪ Pilot prototipe risk engine ▪ Risk engine yang otomatis dan terpusat diselesaikan (pada 2018) ▪ Identifikasi risiko yang diarahkan oleh
Menegakkan prediktif dan berbasis-risiko terkait ▪ Data registri wajib pajak dibersihkan ▪ Proses bisnis yang disesuaikan dijalankan secara nasional, termasuk intelijen; kekuatan prediktif risk engine
II kepatuhan dengan proses bisnis dari inkonsistensi dan duplikasi pemeriksaan (mis., pendekatan “lean” untuk KPP Pratama), penagihan, disempurnakan dengan data pihak ke-3
berbasis-risiko
5 Meningkatkan efektivitas ▪ Introduce case management and layanan dan penyuluhan yang komprehensif
pemeriksaan dan penagihan (hingga segmented approach (TBC)
CRM diimplementasikan)
6 Memastikan kualitas dan konsistensi ▪ Analisis beban kerja personil ▪ Peer review dan proses quality assurance terintegrasi dengan sistem ▪ Manajemen pengetahuan yang
Meningkatkan
III integritas penegakan hukum penegakan hukum diselesaikan manajemen SDM mis., KPI, penghargaan & hukuman komprehensif dalam fungsi pemeriksaan,
penegakan hukum ▪ Peluncuran penuh manajemen alur kerja kasus yang terintegrasi keberatan, banding & penyidikan
(potensi penerimaan, audit, keberatan, banding & penyidikan)
7 Meluncurkan strategi komunikasi ▪ Reputasi kredibel diperoleh secara ▪ Wajib Pajak menganggap DJ Pajak lembaga terpercaya, ▪ Wajib Pajak menyadari kewajiban mereka
Maksimalkan ‘efek terpadu internal & antar instansi pemerintah menyeimbangkan antara penegakan hukum dan pelayanan wajib pajak untuk membayar pajak, mengerti
jera’ lewat
IV komunikasi ▪ Dukungan dan komitmen dari ▪ Edukasi pajak menjadi bagian dari kurikulum yang terstruktur dan konsekuensi dari ketidakpatuhan, dan
terpadu pimpinan nasional teratas terintegrasi pada 2019 percaya bahwa Ditjen Pajak memudahkan
mereka untuk patuh
8 Secara sistematis melibatkan pihak ▪ Mandat top-down diperoleh (mis., ▪ Sistem pihak ke-3 prioritas terkait dengan DJ pajak (mis., e-KTP, BI) ▪ Akses penuh ke seluruh data pihak ke-3;
Memperkuat ke-3 untuk data, penegakan dan Presiden) & keterlibatan level-menteri untuk model kepatuhan berbasis-risiko keterkaitan yang mulus pada sistem IT
v kemitraan dengan penjangkauan wajib pajak ▪ Kemitraan penegakan hukum dan pertukaran data
pihak luar diperkuat
9 Menyempurnakan KPP ▪ Standarisasi sistem manajemen ▪ SPT format kertas untuk OP berpenghasilan-tunggal (1770SS) dapat ▪ Penggunaan e-filing secara universal
dokumen di KPP diterima melalui KPP manapun dan dikirim langsung ke DPC pada 2015; ▪ SPT format kertas hanya ada di area yang
Implementasi 10 Memperluas jangkauan DPC dan ▪ Interaksi layanan WP yang konsisten DPC dengan selektif diperluas hingga 2019 paling terpencil; pelaporan dapat
operasi ‘lean’ dan
VI
elektronifikasi
meningkatkan kapabilitas perolehan di KPP ▪ Platform kapabilitas e-filing universal tersedia untuk semua tipe SPT di dilakukan langsung ke DPC untuk
end-to-end data ▪ e-filing tersedia untuk OP DJ Pajak pada 2018 diproses
11 Migrasi wajib pajak ke e-filing berpenghasilan-tunggal ▪ Digitasi arsip secara nasional pada 2018
▪ Semua SPT format kertas dikirim langsung ke DPC pada 2019
12 Secara drastis meningkatkan ▪ Tambahan tenaga kerja 2-3x; pilot ▪ Akun tunggal wajib pajak, pembayaran dan layanan terpilih (mis., status ▪ Melanjutkan pergeseran menjauh dari
Bergeser ke model kapasitas call center sistem IVR pengembalian dana pajak) tersedia online; penawaran layanan KPP ke channel alternatif
VII layanan multi- ▪ Desain ulang website terintegrasi dengan call center
channel 13 Ekspansi fungsionalitas website ▪ Outbound call center ditetapkan pada 2015 (mis., kampanye edukasi,
pengingat pembayaran)
▪ Perluasan call center yang selektif (mis., Medan, Makassar) pada 2019
Pembenahan dan
VIII Inisiatif TI dilaksanakan di bawah koordinasi dengan Kemenkeu; detail disediakan dalam Blueprint TIK
integrasi sistem TI
14 Menyelaraskan kembali staf ▪ Proses bisnis disesuaikan guna me- ▪ 75% dari AR bertransisi menjadi pemeriksa; 25% lainnya membentuk ▪ Meningkatkan otomatisasi menyebabkan
Menjamin dan fungsional & secara selektif nyelaraskan ulang tugas account re- bagian dari “seksi konsultasi” baru di dalam KPP turunnya kebutuhan akan tenaga kerja
IX memperkuat meningkatkan kapasitas presentative (AR) pada jangka pendek ▪ Kantor pemeriksaan wilayh (“KP3”) dibentuk untuk posisi padat-karya
human capital
Inisiatif SDM lintas-direktorat mengenai pekerja dan manajemen kinerja dilaksanakan di bawah koordinasi dengan Kemenkeu
15 Restrukturisasi organisasi ▪ Persetujuan dari MenPan, Presiden ▪ Struktur organisasi fungsional dengan kantor khusus untuk WP besar ▪ DJ Pajak adalah “lembaga penerimaan
Memberdayakan dan DPR untuk DJ Pajak mengurangi pada 2019; audit menjadi semakin terspesialisasi pemerintah yang dijalankan secara
X
organisasi 16 Memastikan adanya fleksibilitas span of control, menentukan ▪ Proposisi nilai bagi pekerja kompetitif dengan sektor publik dan swasta swasta” yang terstruktur berdasarkan
yang diperlukan untuk transformasi kompensasi, mengolola kinerja, dan segmen pelanggan
menetapkan anggaran sendiri
Selama ini DJBC telah berfokus pada mandat penagihan penerimaan, dan
telah berhasil mencapai mandat tersebut (misal pertumbuhan penerimaan dari
cukai yakni 17% (tujuh belas persen) per tahun selama 2007-2012). Tantangan
DJBC di masa depan adalah untuk mengubah fokus DJBC menuju pemberian
kemudahan perdagangan dan perlindungan industri domestik, dan pada saat yang
sama, melanjutkan pencapaian dalam penagihan penerimaan. Prioritasi mandat
commerce DJBC di masa depan-sesuai dengan arahan Menteri Keuangan –
membutuhkan percepatan perubahan yang signifikan, baik dalam pola pikir,
prioritas, proses dan sumber daya di DJBC.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 138 -
Oleh karena itu, diperlukan transformasi bea dan cukai Indonesia yang
mendasar. Cetak biru ini menggambarkan suatu ‘kondisi-akhir’ DJBC pada 2025
serta terobosan-terobosan penting yang diperlukan untuk mencapai cita-cita ini.
▪ Rumusan tanggung jawab, tujuan dan IKU yang jelas dan disahkan oleh pemerintah untuk
melaksanakan mandat/misi yang telah ditetapkan (Commerce, Security, Revenue Collection)
▪ Aspirasi, strategi dan prioritas yang terdifinisi secara internal yang mendukung mandat/misi
▪ KPI yang selaras dengan pengukuran yang akurat dan transparan serta pelaporan pada stakeholders
Visi dan misi DJBC telah disempurnakan demi mencerminkan cita-cita tertinggi
DJBC dengan lebih baik, mengurangi keambiguan prioritas antar mandat, dan
menanamkan kebanggaan dalam jiwa pegawai seluruh direktorat. Pernyataan visi
dan misi yang jelas juga akan memastikan bahwa tim leadership DJBC
memprioritaskan inisiatif transformasi yang selaras dengan aspirasi jangka panjang
DJBC dan Kemenkeu.
1. Visi DJBC
2. Misi DJBC
1. Model Operasional
Guna meraih visi dan misinya, DJBC harus melakukan perubahan secara
fundamental pada keseluruhan enam tema transformasi. Tema-tema ini
berpatokan pada misi DJBC dan menangani semua elemen-elemen yang
dibutuhkan untuk meningkatkan model operasional yang ada saat ini,
seperti yang diuraikan dalam gambar di bawah. Berikut ini adalah keenam
tema transformasi, yang dielaborasi lebih lanjut dalam gambar:
a. Penyempurnaan kejelasan peran DJBC, selaras dengan aspirasi
strategis Kemenkeu dan DJBC;
b. Pemberitahuan pengguna layanan yang efisien dan di awal;
c. Penguatan risk profiling sebagai insentif atas perilaku yang benar;
d. Intervensi non intrusif yang tersegmentasi yang dilaksanakan secara
professional;
e. Post clearance dan audit yang efisiensebagai alat penindakan utama;
f. Landasan yang kuat, organisasi yang efisien, dan penempatan
leadership serta anggaran di tempat yang paling membutuhkan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 140 -
Gambar 115 – Tema Transformasi Dibutuhkan untuk Memenuhi Visi dan Misi
DJBC
Dari… Menjadi…
▪ Kedalaman dan luas tanggung jawab yang tidak jelas ▪ Tanggung jawab dan peran vs. lembaga pemerintahan
Kejelasan peran, di seluruh mandat lainnya yang dipahami dengan jelas
I
selaras dengan aspirasi ▪ Peran yang terlalu terpusat pada penerimaan yang ▪ Selaras dengan gap kepatuhan yang harus dipenuhi
strategis Kemenkeu dan berdasarkan pada target yang absolut dan memegang secara internal dan eksternal dan transparansi untuk
DJBC posisi yang penting di seluruh kantor mengacu pada IKU khusus dengan target yang relatif
▪ Duplikasi e-declaration dan hardcopy ▪ E-declaration sebagai hardcopy standar dan manual
Pemberitahuan untuk mayoritas dalam jumlah yang besar yang terintegrasi sebagai kasus khusus
II pengguna layanan yang ▪ Back-loading terhadap Informasi yang dapat ▪ Proses yang ramping untuk menginsentifitaskan front-
efisien dan di awal menghapus hambatan loading informasi dan menghapus hambatan
▪ Risk-profiles yang outdated meninggalkan insentif yang ▪ Risk-profiles yang terotomatisasi dan diperbarui yang
Perkuat risk profiling kecil bagi customer untuk mengubah perilaku menghargai peningkatan perilaku customer
III sebagai insentif atas ▪ Risk-profiles tidak terkalibrasi untuk menyimpan ▪ Jalur merah terutama untuk risiko keamanan dan
perilaku yang benar kendali perpindahan, terutama untuk risiko audit untuk risiko keuangan
Keselamatan & Keamanan
Intervensi non-intrusif ▪ Intervensi yang cukup intrusif dari kurangnya ▪ Prioritas penggunaan alat-alat yang kurang intrusif
yang tersegmentasi perlengkapan dan kurangnya kepatuhan pada SOP seperti scanners dan sampling
IV
dilakukan secara ▪ Gap pada eksekusi & peralatan mengakibatkan ▪ Kepatuhan terhadap konsep yang acak dan laporan
profesional penugasan pemeriksa yang tidak acak untuk kargo dan pemeriksaan yang lebih cepat & ramping dengan
pencatatan yang lamban menggunakan tablet
▪ Bea cukai tidak bertanggung jawab penuh jika ▪ Penyelarasan semua insentif stakeholders untuk
Post-clearance efisien customer tinggal di pelabuhan lebih lama dari yang meminimalisir waktu post-clearance dan
V dan audit sebagai alat diperlukan memaksimalkan port-flow
penindakan utama ▪ Upaya audit menargetkan kurang dari setengah ▪ Lingkup dan kapasitas audit yang selaras dengan
customer penargetan customer yang berisiko yang lebih selektif
Landasan kuat untuk ▪ Tanggung jawab tercampur antara unit yang ▪ Kantor pelayanan bea cukai yang bertanggung jawab
pengefisienan berhadapan dengan customer dan yang tidak untuk aktivitas yang berhadapan dengan customer
organisasi dan berhadapan dengan customer ▪ Penguatan talent untuk fungsi dan kepemimpinan
VI meletakkan ▪ Butuh talent untuk fungsi spesifik dan pergantian utama dalam posisi penting yang cukup lama
kepemimpinan & kepemimpinan yang teratur untuk posisi-posisi penting ▪ Anggaran IT dan sumber daya lainnya yang sejalan
anggaran di tempat ▪ Kurangnya investasi dalam persaingan untuk menjadi dengan ambisi kelas dunia
paling membutuhkan kantor bea cukai kelas dunia cth. Pengembangan IT
2
CONFIDENTIAL – WORK IN PROGRESS
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 141 -
2. Inisiatif Transformasi
2 Kantor Pelayanan Modern Inisiatif pilot untuk mengurangi dwelling time Implementasi inisiatif pada customs value chain
Pemberitahuan peng- 2.0 sebesar ~40% pada saat yang bersamaan untuk mempercepat dwelling time dan
II guna layanan yang menjaga tingkat keamanan mempertahankan risiko di tingkat yang sama
efisien dan di awal
3 Customs call center Mengkonsolidasi dan meningkatkan Menstandardisasi pendekatan penyebaran
komunikasi verbal DJBC dengan customer informasi, konten informasi dan kualitas layanan
4 External stakeholder lab Memulai kolaborasi antara seluruh Melaksanakan serangkaian lab untuk mengi-
Landasan kuat untuk (terkait waktu impor) stakeholder terkait untuk mengurangi waktu dentifikasi lever dalam mengurangi waktu impor,
pengefisienan impor 40-50% dan mendukung inisiatif Kantor meluncurkan inisiatif pilot, dan mengkofidikasi
organisasi dan Pelayanan Modern 2.0 perubahan dalam peraturan yang dibutuhkan
VI meletakkan untuk sustainabilitas
kepemimpinan &
anggaran di tempat 10 Pondasi Menyelaraskan kebutuhan oragnisasi, SDM, Mengembangkan metodologi untuk
paling membutuhkan dan infrastruktur dengan mandat DJBC mengidentifikasi dan menutup gap dalam SDM
dan infrastruktur
4
CONFIDENTIAL – WORK IN PROGRESS
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 144 -
Beachhead 1: Kantor Pelayanan Modern 2.0 3 Beachhead 3: Call 5 Beachhead 2: 6 7 Otomatisasi proses-proses
(Tj. Priok sebagai pilot) Center Future di kantor (mis. Perijinanan
Pemberitahuan ▪ Menggunakan satu nomor Proofing dan pemberitahuan cukai) Meningkatkan kemitraan operasional yang
sistematis dengan mitra trading terbesar ▪ Memanfaatkan sharing
Kawasan Perdagangan Bebas: Peluncuran Kantor Pelayanan Modern 2.0 untuk FTZ
pengguna 2 Penyerahan pemberitahuan dan pra- telepon Kawasan 8 Fokus kembali pada Kehumasan
2 layanan yang notifikasi secara online ▪ Memperluas jangkauan Berikat dan layanan informasi informasi untuk penyem-
efisien dan di ▪ Pemberitahuan yang terotomatisasi dan ▪ Meningkatkan kualitas ▪ Proofing- ▪ Memperkenalkan konsep purnaan referensi harga
awal diserahkan di awal layanan Cover with Full informed compliance ▪ Memperkenalkan
▪ Mengotomatisasi proses redress untuk SLA ▪ Memperkenalkan fitur-fitur pemeriksaan pre-
penyerahan secara online ▪ Meluncurkan layanan shipment
Post Office: Conciliation to streamline procedure and improve facility
penyerahan
perijinan
Pembaruan Risk Engine untuk Impor elektronik 9 Integrasi Risk Engine dengan Penumpang: Penggabungan Risk
▪ Memperkuat disiplin dan proses risk ▪ Menjamin Ekspor, Kawasan Berikat, Cukai Engine menjadi sistem nasional
Perkuat risk profiling implementasi ▪ Mengotomatisasi engine dengan yang handal
profiling ▪ Memperkenalkan feedback loop kejelasan
menggunakan satu set penuh
3I sebagai insentif intervensi yang terotomatisasi dan parameter risiko dan hubungan
atas perilaku specs risk dengan pajak
secara terus menerus menyempurnakan
▪ Menggunakan pendekatan
untuk:
4 Bea cukai memimpin lab stakeholder untuk mengurangi waktu 10 Penyelarasan infrastruktur dan sumber daya berdasarkan Saran perubahan peraturan berdasarkan analisis
impor dan ekspor mis. mandat yang jelas, mis. untung-rugi, mis.
▪ Mengkoordinasikan manajemen kontainer ▪ Penyelarasan kapasitas dan pangkalan armada yang mencukupi ▪ Short-shipments
Landasan kuat
▪ Membersihkan timbunan longstanding container ▪ Pengembangan kasus bisnis untuk SDM dan struktur organisasi ▪ Mengharmonisasikan undang-undang dengan prinsip
untuk
yang sejalan dengan blueprint GATT
pengefisienan
Hal yang perlu dalam IT ▪ Peraturan KITE
organisasi dan
▪ Mengembangkan kasus bisnis untuk investasi IT pada tingkat ▪ Advance Ruling
6 meletakkan
yang tepat ▪ Penggunaan senjata untuk keadaan darurat
kepemimpinan
& anggaran di ▪ Memetakan pengembangan IT lokal dengan arsitektur pusat Definisi peran yang lebih tajam untuk seluruh
▪ Menggunakan email atau domain resmi untuk komunikasi resmi kolaborasi antar lembaga
tempat paling
▪ Konsolidasi database
membutuhkan Accelerated leadership program for custom talent pools ▪ Tim penasehat lintas lembaga
HR and Organization Process Alignment with MenPAN ▪ Mensahkan perjanjian dengan Menteri
3
CONFIDENTIAL – WORK IN PROGRESS
Cetak biru ini menggambarkan aspirasi end-state untuk DJA pada tahun
2025, dan langkah-langkah yang akan diambil untuk meraih aspirasi ini.
Visi dan misi DJA yang baru menanamkan kebanggaan pada pegawai di
seluruh direktorat, serta memastikan keterhubungan yang jelas dengan visi
Kemenkeu secara keseluruhan. Pernyataan visi dan misi yang jelas juga akan
memastikan bahwa pimpinan DJA memprioritaskan inisiatif-inisiatif yang
sejalan dengan aspirasi jangka panjang dari DJA dan Kemenkeu.
1. Visi DJA
Visi DJA telah disempurnakan untuk lebih berfokus pada outcome yang
akan dijalankan DJA melalui kegiatan-kegiatan yang ada, dan untuk
memberikan inspirasi kepada pegawai DJA dengan menyertakan aspirasi
yang lebih luas, seperti pentingnya peran DJA dalam konteks pembangunan
Indonesia secara keseluruhan.
2. Misi DJA
Misi DJA menjelaskan tindakan spesifik yang akan dijalankan oleh DJA,
dalam rangka meraih visi dan aspirasi DJA.
a. Memacu kualitas pengelolaan APBN dari perencanaan, penyusunan,
hingga pelaporan
b. Menggunakan monitoring dan evaluasi secara efektif untuk
meningkatkan kualitas perencanaan anggaran
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 148 -
1.Model Operasional
Sesuai dengan transformasi yang sudah berjalan, DJA akan berfokus pada
implementasi penuh dari reformasi penganggaran untuk memperbaiki
outcome anggaran dan mendorong pemerintah Indonesia menuju
penganggaran dan analisis berbasis kinerja yang efektif.
2.Inisiatif Transformasi
DJA, melalui kerja sama dengan para stakeholder utama baik di dalam
maupun di luar Kemenkeu,dan telah menetapkan 6 (enam) inisiatif yang
akan mewujudkan tiga tema transformasi. Inisiatif-inisiatif ini telah di
desain agar dijalankan pada melalui organisasi DJA yang sekarang, mellaui
tindakan praktis yang telah diidentifikasi, termasuk melibatkan para
stakeholder utama seperti Bappenas dan K/L secara aktif.
1 Beralih kepada ▪ Membangun struktur anggaran yang ▪ Menentukan logic model baru dan mendesain format dokumen anggaran yang baru
Arsitektur anggaran berbasis output dan outcome serta ▪ Menerapkan kepada K/L percobaan (KemenKeu, Kemendiknas, PU, Polri)
yang terfokus pada berorientasi pada kinerja ▪ Mendapatkan dukungan dari para stakeholder
outcome
Fokus pada
kinerja dan 2 Memperkuat monitoring ▪ Mengonsolidasi fungsi monitoring ▪ Pembagian akuntabilitas jelas pada monev end-to-end yang berbasis outcome
analisis dan evaluasi pada dan evaluasi serta mendesain proses ▪ Mengembangkan single point of contact untuk K/L dalam menyerahkan data dan
anggaran outcome anggaran untuk menggunakan hasil monev menerbitkan laporan resmi
sebagai masukan pada anggaran ▪ Berkoordinasi dengan seluruh stakeholder dalam mendesain sistem SPOC dan
tahun mendatang dan sebagai early monev
warning untuk anggaran tahun ▪ Menggunakan hasil monitoring dan evaluasi sebagai masukan ke dalam anggaran
berjalan tahun mendatang
3 Merampingkan proses ▪ Proses anggaran yang efektif, efisien, ▪ Memperbaiki variabel/pendekatan dalam penyusunan pagu anggaran
anggaran end-to-end dan kolaboratif ▪ Menerapkan 1 putaran dalam pengajuan inisiatif baru
▪ Memperkuat proses penilaian RKA-K/L
▪ Mengurangi jumlah satker dan dokumen DIPA
▪ Hanya memperbolehkan revisi pada level output selama APBN-P
4 Memperkuat efektivitas ▪ Mendesain ulang peran DJA dalam ▪ Memperkuat interaksi dengan BAPPENAS
Merampingkan berinteraksi dengan para stakeholder – Memetakan dengan jelas pembagian tanggung jawab antara DJA dan
interaksi dengan para
proses/birokrasi utama untuk menghasilkan outcome BAPPENAS melalui petunjuk teknis (juknis) bersama;
stakeholder eksternal
anggaran anggaran yang lebih baik – Mengembangkan dan memelihara single data warehouse untuk inisiatif baru
– Mendesain ulang model interaksi antara DJA dan BAPPENAS
▪ Memperkuat interaksi dengan DPR
– Mengembangkan petunjuk prosedur interaksi yang jelas antara DJA dan DPR
– Merevisi UU 17/2003 agar DPR hanya menyetujui anggaran pada tingkat
outcome/output saja
– Menerapkan dan mengembangkan proses dan model interaksi yang baru
melalui percobaan interaksi antara KemenKeu dengan Komisi DPR
5 Membangun kapabilitas ▪ Meningkatkan kualitas perencanaan ▪ Mengembangkan panduan proses anggaran end-to-end yang sederhana, dan user-
K/L anggaran dari K/L, dengan friendly (“APBN 101”)
Memperkuat penekanan pada implementasi ▪ Mengembangkan help desk penganggaran yang berbasis web
kapabilitas reformasi penganggaran ▪ Menerapkan task force penganggaran untuk memberikan bimbingan dan
penganggaran pengawasan secara real-time kepada K/L
pada seluruh
Pemerintahan 6 Meningkatkan ▪ Meningkatkan kapabilitas DJA dalam ▪ Fokus pada pembangunan kapabilitas di semua elemen DJA
kapabilitas internal DJA rangka memainkan peranan yang ▪ Mendesain alat kurikulum dan analisis untuk peran budget analyst yang baru
lebih strategis dan analitis ▪ Membuat program pembangunan kapabilitas yang berkelanjutan
Enam inisiatif tersebut akan diterapkan pada tahap yang berbeda dari
waktu ke waktu. Penerapan secara bertahap akan memastikan bahwa
tindakan yang paling penting dapat diterapkan terlebih dahulu. Penilaian
outcome akan memberikan dasar untuk membuat perubahan pada inisiatif-
inisiatif dalam rangka meningkatkan efektivitas dan memastikan dampak
yang lebih besar. Tahap-tahap penerapan inisiatif yang diajukan
ditampilkan pada gambar di bawah ini.
3 Merampingkan ▪ Menetapkan dan menjalankan perubahan untuk proses anggaran: ▪ Terus menerus menyempurnakan proses anggaran yang ▪ Menggeser waktu penyerahan dokumen UU
proses end-to-end – Meningkatkan pendekaan untuk melakukan penghitungan baru berdasarkan feedback yang didapat APBN kepada DPR menjadi bulan Oktober
anggaran pagu ▪ Memperbarui peraturan eksternal sesuai dengan
– Putaran tunggal dan data warehouse untuk inisiatif baru kebutuhan, mis: PP 90/2010
– Menyederhanakan penilaian RKA-K/L
– Merasionalisasikan jumlah Satker dan DIPA
Meram- – Hanya memperbolehkan revisi tingkat prioritas nasional
pingkan selama masa APBN-P
proses/
birokrasi 4 Meningkatkan ▪ Mengembangkan dan menerbitkan petunjuk teknis (juknis) ▪ Mengembangkan dan menerbitkan panduan teknis ▪ Menyelaraskan struktur Ditjen Anggaran
efektivitas bersama antara BAPPENAS dan DJA mengenai alur kerja selama mengenai interaksi DJA dengan DPR, mis: penjadwalan dengan BAPPENAS
anggaran
interaksi dengan perencanaan anggaran rapat yang jelas, penetapan yang jelas mengenai siapa
para stakeholder ▪ Mendesain ulang model interaksi antara DJA dan BAPPENAS: yang mempunyai wewenang dalam menyetujui alokasi
– Rapat bilateral sebelum pagu putaran 1 ▪ Merevisi UU 17/2003 agar DPR hanya menyetujui
(BAPPENAS dan – Memberdayakan dan memajukan trilateral lebih awal anggaran pada tingkat outcome/output saja
DPR) ▪ Mencoba proses dan model interaksi baru di 1 K/L
dengan komisi DPR
5 Membangun ▪ Mengembangkan dan menerapkan “Budgeting basics” serta help- ▪ Menerapkan Taskforce Penganggaran ke K/L lain, ▪ K/L bertanggung jawab atas pembangunan
kapabilitas K/L desk berbasis web dimulai dari 11 K/L yang menjadi prioritas kapabilitasnya sendiri
▪ Meluncurkan percobaan Taskforce Penganggaran di KemenKeu ▪ Melembagakan program pembangunan kapabilitas
Memperkuat dan 1 K/L untuk menerapkan reformasi utama, meningkatkan formal untuk K/L, mis: sertifikasi dari DJA kepada pegawai
kapabilitas penyerapan dan kulaitas pembelanjaan di biro perencanaan K/L
pengang-
6 Meningkatkan ▪ Meluncurkan rencana sosialisasi transformasi yang dipimpin oleh ▪ Menjalankan peran yang lebih besar dalam menilai dan ▪ Mengembangkan program sertifikasi budget
garan di kapabilitas para pimpinan Ditjen Anggaran untuk membangun keselarasan membuat prioritas pada inisiatif-inisiatif dengan analyst, bekerja sama dengan beberapa
seluruh BAPPENAS dan K/L
internal DJA organisasi dan memulai tindakan
pemerin- ▪ Mengembangkan program pembangunan kapabilitas
tahan
▪ Menetapkan skill-set dan kapabilitas untuk peran baru sebagai budget analyst
Budget Analyst, berfokus dalam mengimplementasikan reformasi-
reformasi utama; mendesain perangkat analitis dan kerangka kerja,
mengembangkan angkatan pertama budget analyst
6
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 153 -
Mengajukan
▪ Satu putaran dan data warehouse untuk inisiatif baru ▪ Inisiatif 3
inisiatif baru
▪ Daftar resmi tunggal untuk proposal inisiatif baru yang diprioritaskan merujuk kepada
keseluruhan proses
Menetapkan pagu
▪ Variabel/pendekatan yang berbeda diaplikasikan setiap kali pagu ditetapkan dalam ▪ Inisiatif 3
rangka untuk meminimalisir penghitungan ulang yang tidak dibutuhkan khususnya untuk
anggaran
baseline, mis: pagu pertama disusun berdasarkan proyeksi KPJM tahun sebelumnya
▪ Pertemuan trilateral diberdayakan untuk mengubah alokasi anggaran; peran DJA yang ▪ Inisiatif 4
lebih besar melalui analisis biaya/manfaat daripada hanya menyetujui rencana anggaran
Pertemuan
▪ Peran dan tanggung jawab yang jelas antara DJA dan BAPPENAS saat menyusun
resource envelope dan menilai baseline, mis: pertemuan bilateral antara DJA dan
trilateral
BAPPENAS pada saat tahap perencanaan anggaran
▪ Memajukan pertemuan trilateral lebih awal dalam proses memberikan waktu lebih
kepada K/L untuk menggabungkan masukan dari DJA dan BAPPENAS
Penilaian RKA- ▪ RKA-K/L (anggaran detail K/L) dinilai DJA hanya hingga level output; lebih terfokus ▪ Inisiatif 3
K/L pada analisis biaya-manfaat daripada hanya mengecek kepatuhan
▪ Mengubah fokus DPR menjadi alokasi di level program (±800 line items) dibandingkan ▪ Inisiatif 1
Persetujuan dengan level komponen (±192,000 line items) ▪ Inisiatif 4
anggaran oleh ▪ Bimbingan yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab saat mendiskusikan
DPR anggaran dengan DPR, mis: pejabat komisi sektoral mana yang harus menyetujui sebelum
ditentukan menjadi keputusan final, bagaimana cara untuk menerjemahkan informasi kinerja
Penyusunan dok. ▪ Dokumen pelaksanaan anggaran disusun lebih sedikit karena konsolidasi dari ▪ Inisiatif 3
pelaksanaan Satkers; pada jangka panjang, dokumen pelaksanaan anggaran ditangani secara internal
anggaran oleh K/L
▪ Revisi level output hanya diperbolehkan selama masa APBN-P ▪ Inisiatif 3
Revisi anggaran
7
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 155 -
Dengan struktur organisasi yang ada saat ini, fungsi-fungsi ini tersebar di berbagai
unit Eselon I khususnya di DJPb, DJKN dan DJPU. Banyak dari fungsi ini tersebar
diberbagai batasan organisasi dan banyak dari fungsi ini terhubung dengan fungsi
lainnya. Karena keadaan yang seperti ini, kami akan menyelesaikan fungsi
perbendaharaan sebagai sebuah kelompok tunggal dan mengajukan transformasi
berdasarkan fungsi, dibandingkan dengan menyelesaikannya dengan struktur
organisasi yang ada saat ini di Kementerian Keuangan. Pada kenyataannya, karena
sifat lintas struktur organisasi dari fungsi-fungsi ini, kami akan mengajukan
perubahan terhadap struktur organisasi Kementerian Keuangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 156 -
▪ Penerimaan ▪ Pembayaran melalui bank (peran Kemenkeu terbatas) namun dengan proses rekonsiliasi
Pengelolaan yang kompleks dan memakan waktu
2
penerimaan
3
Pengelolaan ▪ Saldo kas ▪ Saldo kas tinggi; akurasi forecast rendah; kurangnya koordinasi dengan pengelola utang
kas
▪ Return on cash ▪ Investasi dengan remunerasi 65% BI rate; tidak memiliki front office untuk melakukan
investasi jenis lain
▪ Perkembangan pasar obligasi ▪ Pasar obligasi domestik yang belum berkembang dan berlikuiditas rendah karena
permintaan yang lemah, penerbitan yang terfragmentasi, infrastruktur pasar yang tidak
memadai
Pengelolaan
4
utang
▪ Kesinambungan fiskal / risiko ▪ Strategi utang yang jelas dan teranalisis, tetapi tidak dikaitkan dengan risiko fiskal/ risiko
lainnya
▪ Ketersediaan pembiayaan ▪ Memenuhi target pembiayaan secara rutin dengan biaya lebih rendah daripada target
(risiko yang sama), berpotensi untuk memiliki koordinasi lebih baik dengan pengelola kas
▪ Valuasi dan inventarisasi ▪ Daftar aset yang komprehensif meliputi area-area utama; berpotensi untuk meliputi aset
tidak berwujud / tidak berproduksi
5
Pengelolaan ▪ Pengelolaan aset ▪ Sudah ada panduan pengelolaan aset yang baik namun identifikasi aset idle hanya
aset bersifat ad hoc
▪ Pengelolaan portofolio ▪ Belum ada sistem untuk mengkaji portofolio aset secara holistik dan terhadap opportunity
cost
▪ Area risiko individual ▪ Risiko-risiko utama (fiskal dan liabilitas) sudah dikelola; resiko BUMN, pensiun, kewajiban
Pengelolaan kontijensi belum dikelola dan diukur secara penuh
6
risiko ▪ Pengelolaan risiko holistik ▪ Koordinasi antar area risiko yang berbeda terbatas sehingga sulit membentuk
pandangan risiko yang holistik
▪ Akuntansi dan pelaporan ▪ Bergerak menuju standar global; sistem yang jelas bagi Pemerintah pusat. Tidak ada
Akuntansi dan hubungan untuk integrasi dengan pemerintah lokal; konsolidasi dilakukan secara manual
7
pelaporan
▪ Special missions ▪ Unit pengelolaan investasi kecil terfragmentasi menyebar diantara direktorat jenderal
Special yang berbeda; belum ada visi keseluruhan yang jelas
8
Missions
Transformasi ini akan meningkatkan efisiensi, dan membawa fungsi yang lebih
strategis dan analitis yang akan mengelola keseimbangan antara biaya dan risiko
yang lebih baik.
1. Visi DJPb
2. Misi DJPb
Misi DJPb yang telah direvisi mengartikulasikan fungsi yang dijalankan dan
peranannya sebagai perwakilan Kemenkeu di kawasan.
3. Visi DJPU
Visi DJPU telah direvisi agar dapat mengartikulasikan peran DJPU secara
lebih jelas dalam mendukung pembiayaan APBN, secara lebih khusus,
pembiayaan investasi publik. Hal ini menghubungkan pekerjaan DJPU
dengan tujuan pembangunan pemerintah yang lebih luas.
4. Misi DJPU
5. Visi DJKN
6. Misi DJKN
1. Model Operasional
a. 100% dari pembayaran utama sektor publik yang utama (gaji, pensiun
dan pengadaan barang dan modal yang bersifat non-petty cash)
dibayarkan secara elektronik.
b. Terintegrasinya operasi back-office di seluruh K/L dan satker dalam
shared services unit di Kemenkeu, yang didukung oleh sistem informasi
modern dan efisien
c. Wajib bayar dapat membayar kewajibannya melalui berbagai saluran
pembayaran modern, dan terintegrasi dengan data wajib bayar
d. Deviasi minimum dari target saldo cadangan kas
e. Utang pemerintah outstanding sebesar $10 miliar untuk setiap seri
obligasi on-the-run
f. Kerangka kerja dan tata kelola pengelolaan risiko aset – kewajiban yang
komprehensif
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 161 -
2. Inisiatif Transformasi
Anggota dari tiga Direktorat Jenderal telah bekerja bersama secara erat
untuk mengembangkan seperangkat inisiatif yang komprehensif untuk
melakukan transformasi fungsi perbendaharaan di Kemenkeu. 33 (tiga
puluh tiga) inisiatif transformasi telah diidentifikasi di seluruh delapan
tema transformasi.
c. Membangun pasar obligasi dalam negeri yang likuid dan dalam. Dengan
mengembangkan pasar surat berharga negara dalam negeri akan
menciptakan pasar surat berharga negara yang likuid dan dalam di
Indonesia. Hal ini akan membantu pemerintah menjamin permintaan
terhadap surat berharga negara. Hal ini juga akan memberikan dampak
yang kuat pada peningkatan pasar obligasi dalam negeri secara
keseluruhan karena surat berharga negara menjadi tolok ukur bagi
pasar obligasi. Pada tahun 2025, Indonesia akan memiliki pasar surat
berharga negara dalam negeri yang likuid dan dalam.
1) Memfokuskan utang ke beberapa seri benchmark besar
2) Mengimplementasikan platform perdagangan elektronik
3) Menargetkan investor yang diinginkan dengan menggunakan
pendekatan hubungan investor yang proaktif
4) Mendukung OJK dalam pengembangan pasar repo
5) Memperbaiki sistem primary dealer secara berkelanjutan
6) Menstimulasi investasi domestik dari kelompok investor utama
7) Memperbaiki kerangka stabilisasi obligasi secara berkelanjutan
33 (tiga puluh tiga) inisiatif tersebut telah disusun sampai tahun 2025
memprioritaskan inisiatif-inisiatif yang paling penting. Pada saat yang bersamaan,
Kemenkeu akan memastikan dasar pelaksanaan inisiatif untuk jangka panjang
akan ditempatkan saat ini.
Merasionalisasi
▪ Mengembangkan tata kelola, pelaporan dan struktur legal
27
VI fungsi “Special ▪ Memperjelas strategi dari setiap unit special missions dan meningkatkan kinerja mereka
28
Mission”
▪ Meningkatkan proses dalam mengelola unit-unit special missions
29
Bab ini akan menguraikan visi-misi terbaru dari tiap unit Eselon I, perubahan
dalam model operasional dan agenda transformasi, perubahan organisasi, dan
inisiatif transformasi (jika ada).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 170 -
A. Inspektorat Jenderal
Visi dan misi Itjen tidak mengalami perubahan besar. Perbaikan yang
diajukan hanya dalam cara visi dan misi tersebut dikomunikasikan karena
sifat dari pekerjaan Itjen memerlukan penjelasan dengan penggunaan kata-
kata yang kompleks agar perannya dapat digambarkan dengan jelas.
Manajemen Unit
Operasional
akan
Unit Kepatuhan melaksanakan
Internal (UKI) pengendalian
membantu secara
manajemen pada terus-menerus
setiap level
organisasi dengan
melakukan
pemantauan 1. Manajemen Inspektorat Jenderal
Unit
terhadap kepatuhan Operasional
memastikan
penerapan efektivitas
pengendalian intern penerapan
pada unit kerja pengendalian intern
Eselon I melalui kegiatan
bersangkutan audit
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 172 -
Gambar 127 Kondisi Penerapan Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern di Lini
Pertahanan Pertama
• Belum ada bukti bahwa loss event • Loss event database yang terpusat
database sudah lengkap akan menjadi source of truth untuk
semua risiko operasional
Struktur ini perlu diawasi oleh struktur tata kelola yang tepat. Komite
manajemen risiko Kemenkeu ini akan memiliki ukuran kinerja yang jelas dan
berorientasi pada outcome. Komite tersebut merupakan bagian dari arsitektur
tata kelola umum Kemenkeu.
Transformation
Tax ManCo Budget ManCo (Risiko perubahan)
Audit Stakeholders
(Risiko operasional) (Risiko reputasi)
Ruang lingkup: Keputusan strategis dan operasional utama Ruang lingkup: Berfokus pada para area tertentu berdasarkan
Unit Eselon 1 risiko atau keahlian utama
Keanggotaan: Unit Eselon 1, Sesditjen, dan pejabat Eselon 2 Keanggotaan: Terbatas pada pejabat Eselon 1 dan 2 terpilih
terpilih Frekuensi: Bervariasi tergantung pada komite
Frekuensi: Bulanan
219
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 174 -
Gambar 129 Contoh Matriks Eskalasi yang Akan Digunakan untuk Mengelola
Risiko Utama
Keterangan: Peta topik-topik agenda utama per komite; bermanfaat untuk mengidentifikasi batasan lingkup antara komite yang satu dengan yang lainnya
Aset & a. Hanya mengkaji isu-isu utama a. Mengkaji isu-isu ALCo dan a. Memberi input-input khusus a. ALCo – owner dan pengkaji
Liabilitas Komite Aset & Kewajiban (ALCo) menyetujui respon-respon yang seputar Ditjen ke ALCo, cth. seluruh risiko
serta menyetujui respon sifatnya minor penurunan pendapatan,
keterlambatan pencairan
Risiko & Audit a. Mengkaji risiko-risiko mayor yang a. Mengkaji risiko-risiko minor yang a. Memberi input-input khusus a. AuditCo – owner matriks
diprioritaskan dan menyetujui diprioritaskan dan menyetujui seputar Ditjen ke AuditCo pemrioritasan risiko
respon terhadap risiko mayor respon-respon minor
b. Mengkaji kekurangan dalam b. Mengkaji kekurangan dalam b. Mengelola proses kontrol internal b. AuditCo – mengelola proses
proses kontrol internal mayor proses kontrol internal minor dan self-assessment Ditjen kontrol internal
Kebijakan & a. Menyetujui perubahan-perubahan a. Menyetujui perubahan-perubahan a. Menyetujui perubahan-perubahan a. AuditCo – mengkaji semua
Hukum kebijakan mayor kebijakan minor minor Ditjen perubahan
b. Menyetujui tanggapan atas isu- b. Menyetujui tanggapan atas isu-isu b. Menyetujui tanggapan atas isu-isu b. AuditCo – mengkoordinasikan
isu hukum yang sifatnya mayor hukum yang sifatnya minor minor khusus terkait Ditjen tanggapan-tanggapan Kemenkeu
terhadap isu hukum yang ada
SDM a. Menyetujui promosi dan rotasi Es a. Menyetujui promosi dan rotasi Es a. Menyetujui promosi Es 3/4 a. TalentCo – mengelola talent pool
1 2 Kemenkeu
b. Menyetujui permohonan b. Menyetujui laporan-laporan b. Menyampaikan perencanaan b. TalentCo – menyatukan
perencanaan pegawai Kemenkeu analisis beban kerja (ABK) pegawai dan ABK permohonan perencanaan
c. Menyetujui berbagai urusan tata c. Menyetujui berbagai urusan tata c. Menyetujui berbagai urusan tata pegawai
tertib/disipliner pegawai Es 1 tertib/disipliner pegawai Es 2 tertib/disipliner pegawai Es 3/4 c. TalentCo - menyetujui berbagai
d. Menyetujui kriteria kinerja dan d. Menentukan kriteria kalibrasi lintas d. Menentukan kriteria penilaian urusan tata tertib/disipliner Es 2
kalibrasi Kemenkeu Ditjen kinerja di tingkat Ditjen d. TalentCo - menentukan kriteria
penilaian kinerja Kemenkeu
Pengelolaan a. Owner hubungan dengan a. Berhubungan dengan ERCo untuk a. Berhubungan dengan ERCo a. ERCo – mengelola hubungan
Stakeholder Presiden / DPR komunikasi eksternal lintas Ditjen terkait stakeholder eksternal Ditjen stakeholder eksternal
b. Menyetujui program komunikasi b. Berhubungan dengan ERCo untuk b. Berhubungan dengan ERCo untuk b. ERCo – mengawasi komunikasi
publik yang sifatnya mayor urusan komunikasi eksternal urusan komunikasi eksternal eksternal
Kemenkeu Ditjen
Pengelolaan a. Mengkaji dan menyetujui program a. Mengimplementasikan inisiatif- a. Mengimplementasikan inisiatif- a. Mengawasi upaya-upaya TK
Perubahan Transformasi inisiatif Transformasi Kemenkeu- inisiatif Transformasi khusus Ditjen
wide
b. Mengkaji best practice strategi b. Mengkaji best practice operasional b. Mencari tahu best practice untuk b. Mencari tahu best practice global
Ditjen
Sebagai tambahan khusus untuk TI, Itjen perlu memastikan adanya tim
auditor TI berkualifikasi (dengan sertifikasi ISACA) yang siap melakukan
pengujian kendali.
2. Inisiatif transformasi
Gambar 131 Proses Bisnis Utama yang Dipengaruhi oleh Inisiatif Transformasi
Inisiatif F
Misi BKF telah diperbaiki untuk lebih spesifik dan terfokus, serta
menginspirasi dan mudah dipahami.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 180 -
Gambar 132 Transformasi Skala Besar Kerap Diterpa Kegagalan Karena Tantangan
Terkait SDM dan Kepemimpinan
Dari seluruh program transformasi skala Empat tantangan utama yang menyebabkan
besar, hanya 30% yang berhasil kegagalan transformasi
Persen Persen
Sumber daya
yang tidak memadai 14
atau anggaran
Hambatan lainnya (mis.
tekanan politik) 14
Perilaku manajemen
70% usaha
30% yang gagal
tidak mendukung 33
mampu dalam perubahan
meraih mencapai hasil
hasil yang
ditargetkan
Resistensi pegawai
39
pada perubahan
Di dalam fase diagnosis, khususnya pada tahap penyusunan cetak biru, isu
dan kesenjangan utama yang perlu dihadapi sudah dapat diidentifikasi di
seluruh unit Eselon I serta area fungsional terkait (TI dan SDM). Solusi
untuk isu-isu tersebut dikembangkan di dalam tim lintas-fungsi atau lintas-
unit Eselon I dengan menggunakan metodologi Delivery Labs (dalam tingkat
Kementerian, mini-labs). Mini-labs terbukti sangat efektif sebagai cara untuk
melibatkan seluruh stakeholder di dalam satu ruangan dan bahu membahu
untuk mengatasi sebuah masalah bersama. Sebanyak 87 (delapan puluh
tujuh) inisiatif transformasi sudah dijabarkan dan disusun secara rinci
selama pelaksanaan mini-labs – semuanya didokumentasikan ke dalam
Manual Implementasi serta seperangkat dokumen pendukung final yang
menjadi pendamping dari cetak biru ini.
3. Delivery di Kemenkeu
Demi memastikan efektivitas pelaksanaan 87 (delapan puluh tujuh) inisiatif
transformasi yang diidentifikasi di Cetak Biru Tranformasi Kelembagaan
untuk Kementerian Keuangan, Central Transformasi Office (CTO) akan
dibentuk dan memiliki garis pelaporan langsung kepada Menteri. CTO akan
bertanggung jawab dalam mendukung dan mengoordinasikan implementasi
inisiatif Transformasi keseluruhan di seluruh unit Eselon I dan II prioritas
(Setjen, TI, SDM, DJP, DJBC, DJA, unit-unit yang memiliki fungsi
Perbendaharaan). Dalam konteks Kemenkeu, Transformation Office akan
memiliki peran dan tujuan yang berbeda dari Tim Counterpart (pendamping)
Transformasi Kelembagaan dan Reformasi Birokrasi yang telah dibentuk di
dalam masing-masing unit Eselon I.
Implementasi inisiatif harian masih berada di bawah kendali pimpinan
individu lini untuk tiap unit Eselon I dan II prioritas. Mereka akan didukung
oleh Program Management Offices (PMO) yang berada di tingkat unit dan
memiliki garis pelaporan langsung ke Direktur Jenderal masing-masing.
PMO juga akan memiliki garis pelaporan tidak langsung (putus-putus dalam
bagan organisasi) ke CTO untuk memastikan koordinasi dan pengelolaan
kinerja yang efektif, terutama dalam mengidentifikasi dan mengeskalasi isu
yang berisiko menghambat implementasi. Hal ini digambarkan dalam
gambar di bawah ini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 185 -
Menteri
Wakil Menteri I
Wakil Menteri II
P P P P P P P P P
Central
M M M M M M M M M
Trans-
O O O O O O O O O
formation
Office (CTO)
Setjen TI SDM DJP DJBC DJA DJPB DJPU DJKN
Unit CTO baru
mendukung
implementasi
di seluruh Unit
PMO di dalam Unit Eselon 1 akan mendorong pembentukan Dikelompokkan ke
Eselon 1,
inisiatif dan implementasi & memiliki garis laporan putus- dalam fungsi
SDM dan TI
putus dengan CTO perbendaharaan
1. Mandat CTO
CTO akan dibentuk dengan garis pelaporan langsung ke Menteri Keuangan
dan akan memberi dukungan implementasi langsung secara ringan (light
touch), dalam arti CTO utamanya akan memainkan fungsi pendukung dan
pemberi kemudahan (enabler). Namun demikian, kesuksesan CTO akan
ditentukan oleh keberhasilan implementasi inisiatif transformasi di seluruh
jajaran Kementerian Keuangan dan pencapaian dampak yang diharapkan di
setiap unit Eselon I dan II prioritas. Oleh karena itu, kegiatan utama dalam
CTO meliputi:
a. Complexity Management atau pengelolaan kompleksitas yang meliputi
tidak hanya pemantauan dan monitoring hasil, namun juga
memastikan isu yang tepat mendapatkan perhatian dan arahan para
pimpinan tertinggi dengan menyelenggarakan rapat Steering Committee
(SteerCo) Transformasi dan di saat lainnya menjaga keterlibatan dan
memberikan perkembangan terakhir secara berkala atas hasil-hasil
transformasi kepada para pimpinan tertinggi serta mengeskalasi isu-isu
yang memerlukan intervensi mereka
Serupa dengan unit Eselon I di dalam Kementerian, CTO juga akan memiliki
seperangkat IKU yang bersifat holistik serta akan diukur pencapaiannya.
IKU untuk CTO akan didefinisikan oleh Kepala CTO baru dan disepakati
bersama oleh Menteri dan SteerCo. Berdasarkan perbandingan global
dengan unit kerja lain, IKU yang disarankan sebaiknya memasukkan unsur-
unsur sebagai berikut:
a. Tingkat kepuasan dari Menteri, para Dirjen dan Sponsor dan Pemimpin
Inisiatif yang memberi dukungan pada CTO. KPI ini dapat dinilai
secara kualitatif berbasis sebuah survei atau hasil peringkat atas
bagaimana CTO mampu memecahkan masalah, mengeskalasi ke
pimpinan untuk pembuatan keputusan saat diperlukan, serta memberi
suntikan content expertise tepat waktu.
IKU untuk CTO akan diberi pembobotan berdasarkan tingkat kepuasan para
stakeholder utama dan keterlibatan pegawai Kemenkeu karena CTO tidak
memiliki tanggung jawab dan akuntabilitas langsung terhadap pelaksanaan
inisiatif apapun selain dari pengecualian yang tercantum di atas. Terakhir,
IKU untuk CTO harus dipantau setiap bulan atau triwulan, namun harus
menjalani tinjauan kinerja tiap 6 (enam) bulan untuk mengidentifikasi isu-
isu sejak dini agar segera dapat diambil tindakan korektif.
Gambar 134 CTO Akan Melapor Langsung ke Menteri Keuangan dan Memiliki 4
(Empat) Bawahan Langsung
Executive Officer
inisiatif
inisiatif
terpilih
DJP Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi
Delivery Office adalah unit yang berdiri sendiri untuk memastikan independensi
Gambar 135 Template Pemecahan Masalah Akan Digunakan pada Rapat CTO
Nama inisiatif: <masukan nama inisiatif> Sponsor inisiatif: <nama>
Pimpinan inisiatif: <nama>
▪ Buat daftar milestone penting yang akan datang dan ketergantungan utama dengan departemen lain
Usulan/keputusan
Pilihan 1
▪ Berikan deskripsi dari pilihan ▪ Pro dan kontra dari pilihan ini
Pilihan 2
▪ Berikan deskripsi dari pilihan ▪ Pro dan kontra dari pilihan ini
Pilihan 3
▪ Berikan deskripsi dari pilihan ▪ Pro dan kontra dari pilihan ini
Gambar 136 Keputusan yang Diambil Menteri atau Pimpinan Unit Eselon I Perlu
Langsung Dicatat Dalam Notulensi
Dukungan yang dibutuhkan dari Menteri Persetujuan Menteri/
Permasalahan atau Pimpinan Eselon 1 Pimpinan Eselon 1:
▪ xx ▪ xx
▪ xx ▪ xx
Setiap minggu, PMO dan CTO akan diminta untuk mengirimkan laporan
pengelolaan kinerja atau dashboard atas status inisiatif utama serta
kemajuannya terhadap IKU dan milestone. Sebuah format laporan standar
akan digunakan guna memastikan konsistensi pelaporan dan untuk
memfasilitasi diskusi pemecahan masalah mingguan antara CTO dan PMO
Unit Eselon I. Laporan standar tersebut akan memudahkan CTO untuk
memantau dan memonitor kemajuan inisiatif, mengukur dampak,
mengeskalasi isu untuk dibahas, dan mendorong akuntabilitas untuk
dijadikan resolusi.
Data utama yang perlu dilaporkan untuk tiap inisiatif termasuk metrik dan
target IKU, kemajuan atau pencapaian terhadap target, status saat ini
(lampu merah, kuning, atau hijau). Milestone yang telah dicapai, dan yang
paling penting, isu dan aksi utama yang perlu ditangani.
Perhitungan
Status terkini (hijau, kuning, 1: On track (>90%)
Metriks dan target target aktual
atau merah) seperti % dari
akan diisi terlebih versus 2: Bermasalah (50-90%)
milestone yang telah ditentukan
dahulu dari kontrak dengan
didapat berdasarkan rencana 3: Kritis (>50%)
dan dikunci target tahun
kerja
2013
(<Aspirasi
inisiatif>)
Usulan tindakan yang diambil
Lampirkan daftar Perbaharui
oleh pimpinan inisiatif atau
milestone yang daftar isu yang
orang lain yang bertanggung
sudah didapat ada dan
jawab, keputusan diperlukan
sampai sekarang potensinya
dari pimpinan
Laporan akan digulirkan dari
tingkat unit Eselon 1
1. Mandat PMO
PMO akan dibentuk dan akan melaporkan langsung kepada masing-masing
Dirjen di unit terkait, serta akan melengkapi pendekatan "light touch" CTO
dengan memainkan peran yang lebih aktif atas implementasi inisiatif dan
pelibatan pegawai di lini depan. Mirip dengan CTO, meski peran PMO
utamanya untuk mendukung dan memudahkan proses transformasi,
sukses akan ditentukan oleh keberhasilan implementasi inisiatif
transformasi di masing-masing unit Eselon I dan hasil akhir yang dicapai.
PMO diharapkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan di bawah ini:
a. Complexity Management atau manajemen kompleksitas dalam
mengimplementasikan inisiatif transformasi. Tim PMO akan menjadi
pusat pengumpulan data dan melakukan pemantauan dan monitoring
terhadap status dan dampak seluruh inisiatif di dalam masing-masing
unit Eselon I. PMO juga akan memberi dukungan untuk memecahkan
masalah yang berat di dalam unit Eselon I dan II dan menyelenggarakan
rapat Board of Directors (BoD) yang dipimpin Dirjen untuk meninjau
kemajuan serta mendapatkan arahan atas isu-isu utama
b. Change Management – fungsi ini akan menjadi poin kontak utama untuk
menyediakan pengetahuan dan pesan bagi unit Eselon I dan
mengoordinasikan komunikasi yang lebih kaya kepada pegawai di unit
Eselon I dan II serta stakeholder eksternal terpilih yang paling relevan
untuk kesuksesan inisiatif mereka (koordinasi aktif dengan CTO dan
Biro KLI)
Gambar 138 Tiap PMO di Tingkat Unit Eselon I akan Disesuaikan dengan
g j
Kebutuhan Masing-Masing Unit
Contoh PMO DJP Kepala PMO adalah
DIRJEN Hubungan utama
bagian dari BOD
Direktur/
Sponsor Inisiatif
Performance Change
Koordinator Proyek
Management Management
▪ Membantu memecahkan, memonitor, ▪ Manajemen ▪ Koordinasi
memantau, dan mengeskalasi isu stakeholder, komunikasi hasil
menyiapkan transformasi,
Ketua Insiatif
Ketua Insiatif
Gambar 139 Initiative Charters yang Dikembangkan untuk Tiap Proyek Beachhead
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 199 -
Transformasi berskala besar adalah suatu kegiatan yang rumit; kerap kali
meliputi sejumlah besar ragam inisiatif di seluruh tingkatan yang terdapat di
dalam suatu organisasi. Sulit untuk melakukannya dengan tepat.
Para pemimpin harus memiliki keyakinan bahwa inisiatif yang diusulkan akan
berhasil, dan bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi di jangka pendek akan
membawa kesuksesan pada jangka panjang. Manajer lini dan para pegawai
akan butuh dikuatkan terus menerus agar kepercayaan diri mereka terus
terbangun selama upaya transformasi tersebut, serta untuk menyemangati
mereka agar gigih melaksanakan inisiatif yang mungkin terasa sulit bagi
mereka. Hal ini akan memunculkan suatu keharusan untuk mengembangkan
rencana change management, suatu rencana yang dikomunikasikan secara jelas
dan efektif. Oleh karena itu, penyusunan dan pemantauan strategi komunikasi
secara internal dan eksternal harus menjadi bagian dari inti transformasi itu
sendiri, dimulai dari tahap-tahap paling awal dan terus berevolusi sejalan
dengan semakin matangnya transformasi.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 202 -
Gambar 140 Pelibatan dan Komunikasi Stakeholder Secara Efektif Sebagai Bagian
Integral Change Management Dalam Transformasi Skala Besar
Bagaimana ini dilakukan dalam
10 Kunci Sukses Manajemen Perubahan Transformasi Kemenkeu
1 Lakukan pendekatan yang terstruktur Inisiatif transformasi strategis dan
model operasional
2 Ciptakan kosa kata dan metode pengukuran yang sama Survei OHI, Survei Kepuasan Pegawai
9 Tautkan dampak perubahan ke dalam sistem akuntabilitas Penyelarasan IKU dan Manajemen
dan sistem anggaran secara formal Kinerja
Terapkan tata kelola program transformasi untuk
10 mempercepat perubahan
Transformation Office / PMO
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 203 -
1 2 3
▪ Daftar stakeholder
prioritas
▪ Tujuan, pesan, dan
permintaan yang jelas
Definisi tujuan, Selaraskan ‘cerita Kembangkan untuk setiap stakeholder
identifikasi dan perubahan’ dan strategi dan isi ▪ Media yang tepat untuk
prioritisasi pesan-pesan dari setiap jalur melibatkan dan
pemangku utama informasi berkomunikasi dengan
kepentingan utama (channel) setiap segmen
stakeholder
4
▪ “Penanggung jawab”
Dukung tim Komunikasi dengan sumber daya perorangan yang jelas
yang cukup, dukungan kepemimpinan, dan untuk manajemen relasi
tata kelola yang jelas dengan setiap stakeholder
utama
Agar lebih efektif, kisah perubahan harus membantu orang memahami, dan
terlibat dalam, perubahan yang diminta untuk mereka buat. Ini berarti hal
itu harus menjadi sesuatu yang bersifat personal – tidak hanya
mencerminkan organisasi, tetapi juga komitmen sepenuh hati dari orang
yang menceritakannya. Selain itu, kisah tersebut haruslah fleksibel
sehingga dapat memotivasi para stakeholder dengan dan karakteristik serta
prioritas yang berbeda – pertanyaan kuncinya adalah, "Apa makna
transformasi tersebut bagi Anda secara pribadi?". Sebagai contoh, dampak
transformasi bagi masyarakat umum di Indonesia adalah bahwa keuangan
negara dikelola lebih baik, serta memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi Indonesia. Dampak pada pegawai dapat berupa
jenjang karir yang lebih jelas karena pengelolaan kinerja, keahlian dan
pelatihan, dan pengembangan profesi holistik yang lebih baik.
Pesan inti dari kisah perubahan, bagaimana pun juga, akan tetap konsisten
di seluruh stakeholder:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 205 -
Kami akan terus beradaptasi dan mengubah cara kami bekerja sejalan
dengan pembangunan Indonesia secara keseluruhan. Kami memiliki titik
tolakyang kuat dariupaya transformasidi masa lalu–kami telahmemimpin
reformasisektor publik di Indonesia. Tapi kami masih perlu melakukan lebih
dari pada itu.Tata kelola dan tata usaha kami harus diubah dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang kami layani dan menjamin
pengelolaan fiskal yang pruden. Pertumbuhan yang inklusif merupakan
sebuah prioritas, dan Kemenkeu akan memperkuat pemberian layanan di
berbagai bidang termasuk alokasi anggaran yang lebih efektif demi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong kementerian untuk
melakukan yang lebih baik.
Kemenkeu akan melayani "pengguna jasa" kami dengan lebih baik melalui
sumber daya manusia yang berkinerja tinggi serta termotivasi dengan
memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan talent terbaik.
Penagihan pajak akan diperkuat untuk menambah ketersediaan dana
pemerintah untuk mendukung pembangunan. Logistik juga akan
ditingkatkan untuk meningkatkan perdagangan dan mendukung
pengembangan sektor manufaktur dan jasa.
Gambar 142 Saluran Komunikasi untuk Membentuk Perilaku dan Budaya Baru
yang Perlu Dipilih Berdasarkan Tujuan-Tujuan yang Ingin Dicapai
Tahap 4: Membangun kemampuan
Kesempatan kepada semua orang
untuk dapat terlibat secara aktif, dan
Tahap 3: Bangun semangat membangun kemampuan dan
Targetkan segmen audiensi kapabilitas yang dibutuhkan untuk
utama tentang transformasi transformasi
Tahap 2: Dukungan dan bangun ketertarikan untuk
Tujuan Tahap 1: Informasi Bangun dukungan untuk terlibat transformasi
Membangun pengetahuan transformasi dan
awal tentang transformasi implementasi inisiatif Tertulis
secara luas di antara ▪ Manual / Panduan
semua pegawai Tertulis Online/Telepon
▪ Penggambaran masa ▪ Forum online untuk
Tertulis depan transformasi bertukar pikiran tentang
▪ Ringkasan dan booklet ▪ Ilustrasi kartun solusi terhadap
tanya jawab ▪ Booklet/brosur permasalahan
Tertulis
Online/Telepon ▪ Kompetisi, misalnya implementasi; atau
Contoh jalur ▪ Surat kabar/
komunikasi majalah/intranet
▪ Video pembahasan oleh poster, slogan, maskot untuk mencari ide untuk
pimpinan dan manajer Online/Telepon implementasi
▪ Surat/email/bulletin dari ▪ Video pemimpin Tatap muka
Tatap muka
pimpinan
▪ ‘Berbagi cerita’ dari tim ▪ Pemecahan masalah ▪ Mini-lab
Online/Telepon
pimpinan dan agen- secara live untuk isu-isu ▪ Seminar
▪ Video pidato pemimpin utama ▪ Sesi-sesi pelatihan
agen perubahan
▪ Kampanye SMS massal ▪ Kampanye viral untuk ▪ Kunjungan lapangan
▪ Tele/video-conferences ▪ Pertemuan level unit
atau interaksi informal membangun minat
Tatap muka
▪ Pertemuan skala besar ▪ Gallery Walks atau sesi secara massal
pengarahan di dalam Tatap muka
▪ Presentasi ‘Roadshow’ ▪ Wawancara dengan
unit kerja
para pemimpin pengguna jasa
▪ Mini-lab atau sesi kerja
▪ Sesi pelatihan oleh
pimpinan lini atau agen
perubahan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 207 -
Adalah penting bagi tim komunikasi internal maupun eksternal untuk diisi
dengan orang-orang yang memiliki keahlian relevan untuk menjalankan
program change management. Tim Change Management di dalam organisasi
CTO akan ditugaskan untuk melibatkan dan berkomunikasi dengan
stakeholder internal, dengan didukung oleh tim serupa di dalam PMO di
tingkat Unit Eselon I.
C. Komunikasi Internal
Gambar 143 Tiap Kelompok Stakeholder Memiliki Peran Kunci Dalam Transformasi
4 segmen stakeholder Mengapa mereka penting
Middle Management Mata rantai antara pimpinan tertinggi dan pegawai garis depan
Pada saat yang sama, inovasi-inovasi kreatif (out-of-the-box) yang baru juga
akan digunakan untuk meningkatkan jangkauan. Townhall dan roadshow,
misalnya, di kantor-kantor wilayah menunjukkan adanya dukungan dari
pimpinan senior. Roadshow bagi Wakil Menteri untuk mengunjungi semua
kantor wilayah dan menyampaikan kisah perubahan yang secara khusus
dapat sangat berdampak ketika pesan utama ditekankan dan disesuaikan
untuk unit kerja dan pegawai lini tertentu (misal Dirjen Pajak dan Dirjen
Bea dan Cukai mengunjungi dan mendukung semua kantor wilayah di tiap-
tiap kabupaten). Sebuah kompetisi poster atau video untuk tiap kelompok
stakeholder tentang apa makna transformasi bagi mereka dapat menjadi
media yang sangat efektif untuk menarik pegawai. Intranet Kemenkeu-wide
juga dapat digunakan sebagai alat utama komunikasi internal dengan
menyediakan update rutin seputar transformasi; hal ini juga dapat
mencakup wawancara dengan para pimpinan senior dan agen-agen
perubahan, dan sebuah portal tanya jawab untuk feedback. Pada akhirnya,
suatu kampanye viral akan dapat menjadi sangat efektif untuk menarik
atensi pegawai di mana Menteri dan unit Eselon I akan menegaskan pesan
utama aspirasi. Dengan platform media sosial, Kementerian akan bertindak
hati-hati seperti yang dijelaskan di atas.
Pimpinan tertinggi
▪ Pertemuan Steering Committee
▪ Semi-annual Top Leadership Offsite
Pimpinan
▪ Forum Transformasi Semi-Annual
Middle Management
▪ Pertemuan skala besar semi-
annual
▪ E-mail update 3 bulanan dari
Menteri/pimpinan tertinggi, dengan
kesempatan untuk menyatakan
pertanyaan/ keraguan sebelumnya
Agen Perubahan juga akan ditentukan dari antara para pegawai Kemenkeu,
yang terdiri dari:
Tim Change Management internal akan dibentuk sebagai unit di dalam CTO.
Unit akan terdiri dari 7-10 (tujuh-sepuluh) orang yang akan bekerja sama
dengan tim komunikasi eksternal Kemenkeu (Biro KLI), serta tim
Komunikasi dan Change Management level unit Eselon I. Fungsi utama
akan berupa perencanaan dan pengembangan konten, dan bekerja dengan
Biro KLI dan unit Eselon I untuk melaksanakan strategi komunikasi
internal. Unit ini juga akan ditugaskan untuk mengidentifikasi, membina
dan melatih agen perubahan.
D. Komunikasi Eksternal
Berbagai jalur dan format komunikasi dan diskusi akan digunakan untuk
memastikan komunikasi yang efektif dan teratur. Untuk instansi
Pemerintah dan Bisnis individu, interaksi yang lebih kecil dan tertutup
umumnya lebih baik untuk memudahkan komunikasi yang jujur dan
transparan. Pertemuan tatap muka, diskusi meja bundar, catatan formal
dan sesi kerja sama untuk pemecahan masalah akan menjadi saluran khas
untuk pelibatan para stakeholder tersebut. Untuk khalayak yang lebih luas,
komunikasi massa akan lebih praktis, termasuk wawancara media dan fitur
artikel, pengarahan yang dijadwalkan - tatap muka atau melalui telepon /
video conference, catatan pengarahan atau pernyataan.
1. Risiko-risiko utama
2. Aksi-aksi Mitigasi
F. Kesimpulan
Tentunya halangan akan selalu ada. Cetak biru yang telah kami hasilkan,
meskipun sudah memberikan arahan yang benar, masih memerlukan semangat
juang dan keberanian untuk diterapkan serta penyempurnaan yang tepat di masa
depan.
GIARTO
NIP 195904201984021001
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36/KMK.01/2014
TENTANG CETAK BIRU PROGRAM TRANSFORMASI
KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN 2014-2025
ELEMEN PENJELASAN
Charter • Charter penjelasan merangkum setiap inisiatif.
Inisiatif • Terdiri dari tujuan, pendukung kesuksesan, prinsip-prinsip
desain kunci, tindakan yang diusulkan, hasil kunci,
dampak, indikator kinerja utama dan struktur tata kelola.
• Berfungsi sebagai acuan utama untuk setiap inisiatif
selama pelaksanaan.
Perubahan • Perubahan Model operasional memberikan pandangan
Model perubahan utama yang perlu dilakukan sebagai bagian
Operasional dari setiap inisiatif.
Rencana • Rencana kerja memaparkan tindakan yang perlu dilakukan
kerja di tahun-tahun awal dari setiap inisiatif.
• Termasuk kegiatan utama, jadwal, dan anggota tim yang
bertanggung jawab.
Potensi • Potensi risiko regulasi dan hukum menyoroti risiko hukum
risiko dan regulasi yang akan dihadapi oleh Kemenkeu saat
regulasi dan mengimplementasikan setiap inisiatif.
hukum • Mengidentifikasi tindakan untuk memitigasi risiko
tersebut.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
- 11 -
- 12 -
1.1. Memperbaiki Segmentasi dan Model Penjangkauan Wajib Pajak – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
1.2. Memperbaiki Segmentasi dan Model Penjangkauan Wajib Pajak – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
1.3. Memperbaiki Segmentasi dan Model Penjangkauan Wajib Pajak – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
- 16 -
2.1. Menjangkau Ekonomi Informal Melalui Pendekatan End-To-End – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -
- 18 -
2.3. Menjangkau Ekonomi Informal Melalui Pendekatan End-To-End – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
- 20 -
- 21 -
- 22 -
3.3. Membenahi Sistem Administrasi PPN – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
4. Mengembangkan Model Kepatuhan yang Prediktif berbasis Risiko terkait dengan Proses Bisnis.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
4.1. Mengembangkan Model Kepatuhan yang Prediktif berbasis Risiko terkait dengan Proses Bisnis – Perubahan Pada Model
Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
4.2. Mengembangkan Model Kepatuhan yang Prediktif berbasis Risiko terkait dengan Proses Bisnis – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
4.3. Mengembangkan Model Kepatuhan yang Prediktif berbasis Risiko terkait dengan Proses Bisnis – Potensi Risiko Peraturan
dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
- 28 -
5.1. Meningkatkan Efektivitas Pemeriksaan dan Penagihan (Hingga CRM Terimplementasi Penuh) – Perubahan Pada Model
Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
5.2. Meningkatkan Efektivitas Pemeriksaan dan Penagihan (Hingga CRM Terimplementasi Penuh) – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
5.3. Meningkatkan Efektivitas Pemeriksaan dan Penagihan (Hingga CRM Terimplementasi Penuh) – Potensi Risiko Peraturan dan
Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
- 32 -
6.1. Memastikan Kualitas dan Konsistensi Penegakan Hukum – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -
- 34 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -
6.3. Memastikan Kualitas dan Konsistensi Penegakan Hukum – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
- 38 -
- 39 -
- 40 -
7.3. Meluncurkan Strategi Komunikasi Terintegrasi – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -
8. Secara Sistematis Melibatkan Pihak Ketiga Untuk Data, Penegakan dan Penjangkauan Wajib Pajak.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 42 -
8.1. Secara Sistematis Melibatkan Pihak Ketiga Untuk Data, Penegakan dan Penjangkauan Wajib Pajak – Perubahan Pada Model
Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 44 -
8.2. Secara Sistematis Melibatkan Pihak Ketiga Untuk Data, Penegakan dan Penjangkauan Wajib Pajak –Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 46 -
8.3. Secara Sistematis Melibatkan Pihak Ketiga Untuk Data, Penegakan dan Penjangkauan Wajib Pajak –Potensi Risiko
Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 47 -
9. Menyempurnakan KPP.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -
- 49 -
- 50 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -
- 52 -
10. Secara Selektif Memperluas Jangkauan DPC dan Meningkatkan Kapabilitas Perolehan Data.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 -
10.1. Secara Selektif Memperluas Jangkauan DPC dan Meningkatkan Kapabilitas Perolehan Data – Perubahan Pada Model
Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 54 -
10.2. Secara Selektif Memperluas Jangkauan DPC dan Meningkatkan Kapabilitas Perolehan Data – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 55 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 56 -
10.3. Secara Selektif Memperluas Jangkauan DPC dan Meningkatkan Kapabilitas Perolehan Data – Potensi Risiko Peraturan
dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 57 -
- 58 -
- 59 -
- 60 -
11.3. Migrasi Wajib Pajak ke E-Filing – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -
- 62 -
12.1. Secara Drastis Meningkatkan Kapasitas Call Centers –Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 63 -
- 64 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 -
12.3. Secara Drastis Meningkatkan Kapasitas Call Centers –Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 66 -
- 67 -
- 68 -
- 69 -
- 70 -
14. Menyelaraskan Kembali Staf Fungsional dan Secara Selektif Meningkatkan Kapasitas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 71 -
14.1. Menyelaraskan Kembali Staf Fungsional dan Secara Selektif Meningkatkan Kapasitas – Perubahan Pada Model
Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 72 -
14.2. Menyelaraskan Kembali Staf Fungsional dan secara Selektif Meningkatkan Kapasitas – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 73 -
14.3. Menyelaraskan Kembali Staf Fungsional dan secara Selektif Meningkatkan Kapasitas – Potensi Risiko Peraturan dan
Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 74 -
- 75 -
- 76 -
- 77 -
- 78 -
- 79 -
16.1. Menjamin Adanya Otonomi yang Diperlukan Untuk Transformasi – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 80 -
16.2. Menjamin Adanya Otonomi yang Diperlukan Untuk Transformasi – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 81 -
16.3. Menjamin Adanya Otonomi yang Diperlukan Untuk Transformasi – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 82 -
- 84 -
- 85 -
- 86 -
- 87 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 88 -
1.3. Memperbaiki sistem manajemen kinerja – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 89 -
- 90 -
2.1. Pilot kantor pelayanan modern 2.0 untuk mengurangi dwelling time – Perubahan pada model operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 91 -
2.2. Pilot kantor pelayanan modern 2.0 untuk mengurangi dwelling time – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 92 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 93 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 94 -
2.3. Pilot kantor pelayanan modern 2.0 untuk mengurangi dwelling time – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 95 -
- 96 -
- 97 -
- 98 -
3.3. Meluncurkan Customs call center – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 99 -
- 100 -
4.1. Memulai lab stakeholder external untuk mengurangi waktu impor – Perubahan pada model operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 101 -
4.2. Memulai lab stakeholder external untuk mengurangi waktu impor – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 102 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 103 -
4.3. Memulai lab stakeholder external untuk mengurangi waktu impor – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 104 -
- 105 -
- 106 -
- 107 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 108 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 109 -
5.3. Future proofing kawasan berikat – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 110 -
- 111 -
6.1. Memperbaiki layanan dan mengoptimalkan pengawasan impor melalui kantor pos – Perubahan pada model operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 112 -
6.2. Memperbaiki layanan dan mengoptimalkan pengawasan impor melalui kantor pos – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 113 -
6.3. Memperbaiki layanan dan mengoptimalkan pengawasan impor melalui kantor pos – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 114 -
- 115 -
7.1. Otomasi proses pelayanan dan pengawasan – Perubahan pada model operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 116 -
- 117 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 118 -
7.3. Otomasi proses pelayanan dan pengawasan – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 119 -
- 120 -
8.1. Meningkatkan citra dengan mengoptimalkan kegiatan kehumasan – Perubahan pada model operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 121 -
- 122 -
8.3. Meningkatkan citra dengan mengoptimalkan kegiatan kehumasan – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 123 -
- 124 -
- 125 -
- 126 -
9.3. Mengintegrasikan sistem manajemen risiko – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 127 -
- 128 -
- 129 -
- 130 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 131 -
10.3. Menyelaraskan fondasi dengan mandat – Potensi risiko peraturan dan hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 132 -
• Menerapkan 1 putaran
dalam pengajuan
inisiatif baru.
• Memperkuat proses
penilaian RKA-K/L.
• Mengurangi jumlah
satker dan dokumen
DIPA.
• Hanya memperbolehkan
revisi pada level output
selama APBN-P.
Menerapkan dan
mengembangkan
proses dan model
interaksi yang baru
melalui percobaan
interaksi antara
KemenKeu dengan
Komisi DPR.
- 135 -
- 136 -
1.1. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 137 -
1.2. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 138 -
1.3. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 139 -
- 140 -
2.1. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 141 -
2.2. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 142 -
2.3. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 143 -
- 144 -
3.1. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 145 -
3.2. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 146 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 147 -
3.3. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 148 -
- 149 -
4.1. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 150 -
4.2. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 151 -
4.3. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 152 -
- 153 -
5.1. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 154 -
5.2. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 155 -
5.3. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 156 -
- 157 -
6.1. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 158 -
6.2. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 159 -
6.3. Menerapkan Arsitektur Anggaran yang terfokus pada Outcome – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 160 -
• Memastikan Platform
terhubung secara
otomotis dengan sistem
pelaporan.
• Memfinalisasi
perjanjian dengan
operator ETP (misal
Bursa Efek Indonesia).
• Melakukan konsultasi
pasar untuk
mendapatkan feedback.
• Mengkaji kewajiban
bantuan sosial.
• Penyusunan Kerangka
Kerja Kesinambungan
Utang.
• Memulai komunikasi
mengenai komposisi
cadangan
devisa/portofolio utang
antara Kemenkeu/Bank
Indonesia.
Aset eks-BPPN
• Mengidentifikasi dan
memetakan aset BPPN
untuk periode 2004-
2009.
• Mengumpulkan
dokumen untuk
mendukung pemetaan
• Menilai properti (aset
tetap) PT PPA (Persero).
• Bekerja bersama
dengan bagian
akuntansi untuk
mengikuti standar dan
panduan akuntansi
untuk aset BPPN.
• Melaksanakan
penyaringan portofolio
real estate untuk
mengidentifikasi
permasalahan-
permasalahan utama.
• Mengimplementasikan
pilot solusi dengan K/L
terkait tanah dan
bangunan.
• Memulai pengelolaan
aktif untuk kelompok
aset lain.
Melakukan outsource
pengelolaan aset ke
lembaga lain
• Mengkaji perlunya
membentuk lembaga
pengelolaan tanah dan
bangunan milik negara.
• Membentuk lembaga
pengelolaan tanah dan
bangunan milik negara.
• Membuat undang-
undang dan peraturan
yang dapat memberikan
hak pengelolaan tanah
dan bangunan kepada
lembaga pengelolaan
real estate.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 176 -
Piutang negara
• Mengevaluasi
keseluruhan portofolio
piutang negara dan
mengidentifikasi area
perbaikan utama untuk
meningkatkan
keuntungan dari
agunan dan untuk
memaksimalkan
hasil/perolehan.
• Membuat peraturan
(Peraturan Pemerintah)
untuk K/L agar dapat
mengelola piutang
mereka secara lebih
baik.
• Memulai melakukan
evaluasi tahunan
struktur portofolio
secara keseluruhan.
Menyertakan
penilaian portofolio
struktur risiko
dengan tim risiko di
Kemenkeu.
Menyertakan
rencana strategis
pembangunan
negara dengan
bekerja bersama
dengan DJA, DJPU,
dan BAPPENAS
(RPJP dan RPJM).
• Mengubah struktur
portofolio jika
diperlukan dengan
menambah atau
melakukan divestasi
aset.
- 184 -
1. Sistem Pembayaran, Pengumpulan yang Terpusat, dan Verisifikasi yang bersifat Elektronik serta dengan Saluran Pembayaran
yang Modern.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 185 -
1.1. Sistem Pembayaran, Pengumpulan yang Terpusat, dan Verisifikasi yang bersifat Elektronik serta dengan Saluran
Pembayaran yang Modern – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 186 -
1.2. Sistem Pembayaran, Pengumpulan yang Terpusat, dan Verisifikasi yang bersifat Elektronik serta dengan Saluran
Pembayaran yang Modern – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 187 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 188 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 189 -
1.3. Sistem Pembayaran, Pengumpulan yang Terpusat, dan Verisifikasi yang bersifat Elektronik serta dengan Saluran
Pembayaran yang Modern – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 190 -
- 191 -
2.1. Basis Data Penerimaan yang terintegrasi dengan saluran Pengumpulan Modern – Perubahan pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 192 -
2.2. Basis Data Penerimaan yang Terintegrasi dengan saluran Pengumpulan Modern – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 193 -
2.3. Basis Data Penerimaan yang Terintegrasi dengan saluran Pengumpulan Modern – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 194 -
3. Fungsi Back Office “Shared Service” untuk Seluruh K/L, dipusatkan di Kemenkeu.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 195 -
3.1. Fungsi Back Office “Shared Service” untuk Seluruh K/L, dipusatkan di Kemenkeu – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 196 -
3.2. Sistem Pembayaran, Pengumpulan yang Terpusat, dan Verisifikasi yang bersifat Elektronik serta dengan Saluran
Pembayaran yang Modern – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 197 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 198 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 199 -
3.3. Fungsi Back Office “Shared Service” untuk Seluruh K/L, dipusatkan di Kemenkeu – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 200 -
- 201 -
4.1. Meningkatkan Proses Pengelolaan Likuiditas yang bersifat End-To-End – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 202 -
4.2. Meningkatkan Proses Pengelolaan Likuiditas yang bersifat End-To-End – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 203 -
4.3. Meningkatkan Proses Pengelolaan Likuiditas yang bersifat End-To-End – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 204 -
- 205 -
5.1. Meninjau Kapabilitas TDR dan Memastikan Prudensi dalam Operasional TDR – Perubahan pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 206 -
5.2. Meninjau Kapabilitas TDR dan Memastikan Prudensi Dalam Operasional TDR – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 207 -
5.3. Meninjau Kapabilitas TDR dan Memastikan Prudensi dalam Operasional TDR – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 208 -
- 209 -
6.1. Panduan Perencanaan Kas dengan target Saldo Cadangan Terdefinisi – Perubahan pada model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 210 -
6.2. Panduan Perencanaan Kas dengan Target Saldo Cadangan Terdefinisi – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 211 -
6.3. Panduan Perencanaan Kas dengan Target Saldo Cadangan Terdefinisi – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 212 -
- 213 -
7.1. Memperbaiki Prakiraan Belanja dari Para Satker – Perubahan pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 214 -
- 215 -
7.3. Memperbaiki Prakiraan Belanja dari Para Satker – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 216 -
- 217 -
8.1. Pererat Koordinasi Pengelolaan Likuiditas dengan Bank Indonesia – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 218 -
8.2. Pererat Koordinasi Pengelolaan Likuiditas dengan Bank Indonesia – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 219 -
8.3. Pererat Koordinasi Pengelolaan Likuiditas dengan Bank Indonesia –Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 220 -
- 221 -
- 222 -
- 223 -
- 224 -
10. Menetapkan Strategi dan Pedoman Pengelolaan Valuta Asing Jangka Pendek untuk Pengelolaan Likuiditas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 225 -
10.1. Menetapkan Strategi dan Pedoman Pengelolaan Valuta Asing Jangka Pendek untuk Pengelolaan Likuiditas – Perubahan
Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 226 -
10.2. Menetapkan Strategi dan Pedoman Pengelolaan Valuta Asing Jangka Pendek untuk Pengelolaan Likuiditas – Rencana
Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 227 -
10.3. Menetapkan Strategi dan Pedoman Pengelolaan Valuta Asing Jangka Pendek untuk Pengelolaan Likuiditas – Potensi Risiko
Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 228 -
- 229 -
- 230 -
- 231 -
11.3. Pengenalan Platform Perdagangan Elektronik – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 232 -
- 233 -
12.1. Meluncurkan Sistem Baru Primary Dealer – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 234 -
- 235 -
12.3. Meluncurkan Sistem Baru Primary Dealer – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 236 -
- 237 -
13.1. Meningkatkan Kerangka Kerja Stabilisasi Obligasi secara Berkelanjutan – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 238 -
13.2. Meningkatkan Kerangka Kerja Stabilisasi Obligasi secara Berkelanjutan – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 239 -
13.3. Meningkatkan Kerangka Kerja Stabilisasi Obligasi secara Berkelanjutan –Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 240 -
- 241 -
14.1. Pengelolaan Utang: Konsolidasi Benchmark Surat Berharga Negara Domestik – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 242 -
14.2. Pengelolaan Utang: Konsolidasi Benchmark Surat Berharga Negara Domestik – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 243 -
14.3. Pengelolaan Utang: Konsolidasi Benchmark Surat Berharga Negara Domestik – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 244 -
- 245 -
- 246 -
- 247 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 248 -
15.3. Memperkuat Hubungan Investor (IR) – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 249 -
16. Mendukung OJK dalam Mengembangkan Pasar Repo yang Likuid dan Dalam.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 250 -
16.1. Mendukung OJK dalam Mengembangkan Pasar Repo yang Likuid dan Dalam – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 251 -
16.2. Mendukung OJK dalam Mengembangkan Pasar Repo yang Likuid dan Dalam – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 252 -
16.3. Mendukung OJK dalam Mengembangkan Pasar Repo yang Likuid dan Dalam – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 253 -
- 254 -
17.1. Meningkatkan Partisipasi Domestik dari Investor-Investor Utama - Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 255 -
- 256 -
17.3. Meningkatkan Partisipasi Domestik dari Investor-Investor Utama – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 257 -
- 258 -
18.1. Tata Kelola Risiko untuk Keseluruhan Sovereign Risk – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 259 -
18.2. Tata Kelola Risiko untuk Keseluruhan Sovereign Risk – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 260 -
18.3. Tata Kelola Risiko untuk Keseluruhan Sovereign Risk – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 261 -
- 262 -
19.1. Kerangka Kerja Risiko yang Bersifat Holistik – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 263 -
- 264 -
19.3. Kerangka Kerja Risiko yang Bersifat Holistik – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 265 -
- 266 -
20.1. Mengaktifkan Pengelolaan Risiko pada Area-Area Risiko Utama – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 267 -
20.2. Mengaktifkan Pengelolaan Risiko Pada Area-Area Risiko Utama – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 268 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 269 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 270 -
20.3. Mengaktifkan Pengelolaan Risiko pada Area-Area Risiko Utama – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 271 -
- 272 -
21.1. Membuat Kebijakan terkait Inventarisasi dan Penilaian – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 273 -
- 274 -
21.3. Membuat Kebijakan terkait Inventarisasi dan Penilaian – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 275 -
22. Membuat Pengelolaan Aset dan Pengelolaan Portofolio Dalam Bentuk Digital.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 276 -
22.1. Membuat Pengelolaan Aset dan Pengelolaan Portofolio Dalam Bentuk Digital – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 277 -
22.2. Membuat Pengelolaan Aset dan Pengelolaan Portofolio Dalam Bentuk Digital – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 278 -
22.3. Membuat Pengelolaan Aset dan Pengelolaan Portofolio Dalam Bentuk Digital – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 279 -
23. Menegakkan Regulasi, Panduan dan Proses untuk memastikan Aset Teroptimalkan Secara Penuh Oleh K/L.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 280 -
23.1. Menegakkan Regulasi, Panduan dan Proses untuk memastikan Aset Teroptimalkan Secara Penuh Oleh K/L – Perubahan
Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 281 -
23.2. Menegakkan Regulasi, Panduan dan Proses untuk memastikan Aset Teroptimalkan Secara Penuh Oleh K/L – Rencana
Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 282 -
23.3. Menegakkan Regulasi, Panduan dan Proses untuk memastikan Aset Teroptimalkan Secara Penuh Oleh K/L – Potensi
Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 283 -
24. Mengoptimalkan Jenis Aset Tertentu yang Berada di Bawah Tanggung Jawab Kemenkeu Langsung.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 284 -
24.1. Mengoptimalkan Jenis Aset Tertentu yang Berada di Bawah Tanggung Jawab Kemenkeu Langsung – Perubahan Pada
Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 285 -
24.2. Mengoptimalkan Jenis Aset Tertentu yang Berada di Bawah Tanggung Jawab Kemenkeu Langsung – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 286 -
24.3. Mengoptimalkan Jenis Aset Tertentu yang Berada di Bawah Tanggung Jawab Kemenkeu Langsung – Potensi Risiko
Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 287 -
- 288 -
25.1. Memaksimalkan Pemanfaatan Aset dan Return on Asset – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 289 -
- 290 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 291 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 292 -
25.3. Memaksimalkan Pemanfaatan Aset dan Return on Asset – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 293 -
- 294 -
26.1. Melaksanakan Kajian Portofolio Aset Setiap Tahun – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 295 -
- 296 -
26.3. Melaksanakan Kajian Portofolio Aset Setiap Tahun – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 297 -
27. Memperjelas Mandat dan Strategi Dari Setiap Unit Special Missions dan Meningkatkan Kinerja Mereka.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 298 -
27.1. Memperjelas Mandat dan Strategi Dari Setiap Unit Special Missions dan Meningkatkan Kinerja Mereka – Perubahan Pada
Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 299 -
27.2. Memperjelas Mandat dan Strategi Dari Setiap Unit Special Missions dan Meningkatkan Kinerja Mereka – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 300 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 301 -
27.3. Memperjelas Mandat dan Strategi Dari Setiap Unit Special Missions dan Meningkatkan Kinerja Mereka – Potensi Risiko
Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 302 -
28. Menerapkan Tata Kelola, Pelaporan, dan Struktur Hukum yang Jelas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 303 -
28.1. Menerapkan Tata Kelola, Pelaporan, dan Struktur Hukum yang Jelas – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 304 -
28.2. Menerapkan Tata Kelola, Pelaporan, dan Struktur Hukum yang Jelas – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 305 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 306 -
28.3. Menerapkan Tata Kelola, Pelaporan, dan Struktur Hukum yang Jelas – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 307 -
- 308 -
- 309 -
- 310 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 311 -
29.3. Menempatkan Proses-Proses yang Tepat – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 312 -
- 313 -
30.1. Pengimplementasian Road Map Strategi Akuntansi Akrual – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 314 -
- 315 -
30.3. Pengimplementasian Road Map Strategi Akuntansi Akrual – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 316 -
- 317 -
31.1. Pengintegrasian Sistem Akuntansi Antara Pemerintah Pusat dan Daerah – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 318 -
31.2. Pengintegrasian Sistem Akuntansi Antara Pemerintah Pusat dan Daerah – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 319 -
31.3. Pengintegrasian Sistem Akuntansi Antara Pemerintah Pusat dan Daerah – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 320 -
- 321 -
32.1. Meningkatkan Pengelolaan Keuangan K/L dan BUN – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 322 -
- 323 -
32.3. Meningkatkan Pengelolaan Keuangan K/L dan BUN – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 324 -
- 325 -
- 326 -
- 327 -
33.3. Meningkatkan Sistem Pengendalian Internal – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 328 -
- 330 -
1. Menstandardisasi dan Melembagakan Mekanisme Perencanaan Pegawai yang dikendalikan oleh Unit Eselon I [metode penerapan
percontohan].
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 331 -
1.1. Menstandardisasi dan Melembagakan Mekanisme Perencanaan Pegawai yang dikendalikan oleh Unit Eselon I [Metode
Penerapan Percontohan] – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 332 -
1.2. Menstandardisasi dan Melembagakan Mekanisme Perencanaan Pegawai yang dikendalikan oleh Unit Eselon I [Metode
Penerapan Percontohan] – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 333 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 334 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 335 -
1.3. Menstandardisasi dan Melembagakan Mekanisme Perencanaan Pegawai yang Dikendalikan oleh Unit Eselon I [Metode
Penerapan Percontohan] – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 336 -
2. Rekrutmen Eksternal Untuk Jabatan Strategis [Pimpinan Fungsional, Jabatan Operasional Khusus].
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 337 -
2.1. Rekrutmen Eksternal Untuk Jabatan Strategis [Pimpinan Fungsional, Jabatan Operasional Khusus] – Perubahan Pada
Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 338 -
2.2. Rekrutmen Eksternal Untuk Jabatan Strategis [Pimpinan Fungsional, Jabatan Operasional Khusus] – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 339 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 340 -
2.3. Rekrutmen Eksternal Untuk Jabatan Strategis [Pimpinan Fungsional, Jabatan Operasional Khusus] – Potensi Risiko
Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 341 -
3. Melembagakan Mekanisme End-To-End Appraisal yang menyertakan Manajemen Rewards dan Konsekuensi.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 342 -
3.1. Melembagakan Mekanisme End-To-End Appraisal yang menyertakan Manajemen Rewards dan Konsekuensi – Perubahan
Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 343 -
3.2. Melembagakan Mekanisme End-To-End Appraisal yang menyertakan Manajemen Rewards dan Konsekuensi – Rencana
Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 344 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 345 -
3.3. Melembagakan Mekanisme End-To-End Appraisal yang menyertakan Manajemen Rewards dan Konsekuensi – Potensi Risiko
Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 346 -
- 347 -
4.1. Mendesain dan Melembagakan Program Pengembangan End-To-End Talent Pool - Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 348 -
4.2. Mendesain dan Melembagakan Program Pengembangan End-To-End Talent Pool – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 349 -
4.3. Mendesain dan Melembagakan Program Pengembangan End-To-End Talent Pool – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 350 -
5. Rencana Transisi Menuju Organisasi SDM Terintegrasi, Dengan Pemberdayaan Unit Eselon I.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 351 -
5.1. Rencana Transisi Menuju Organisasi SDM Terintegrasi, Dengan Pemberdayaan Unit Eselon I – Perubahan Pada Model
Operasional (Umum).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 352 -
5.2. Rencana Transisi Menuju Organisasi SDM Terintegrasi, Dengan Pemberdayaan Unit Eselon I – Perubahan Pada Model
Operasional (Rincian Per Proses).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 353 -
5.3. Rencana Transisi Menuju Organisasi SDM Terintegrasi, Dengan Pemberdayaan Unit Eselon I – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 354 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 355 -
5.4. Rencana Transisi Menuju Organisasi SDM Terintegrasi, Dengan Pemberdayaan Unit Eselon I – Potensi Risiko Peraturan dan
Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 356 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 357 -
- 359 -
- 360 -
1.1. Memperkuat Organisasi dan Tata Kelola Kemenkeu – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 361 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 362 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 363 -
- 364 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 365 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 366 -
1.3. Memperkuat Organisasi dan Tata Kelola Kemenkeu – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 367 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 368 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 369 -
- 370 -
- 371 -
2.3. Memfokuskan Ulang Organisasi Setjen – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 372 -
- 373 -
- 374 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 375 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 376 -
- 377 -
- 378 -
- 379 -
4.1. Menyelaraskan Strategi, Perencanaan dan Kinerja Melalui Penganggaran Berbasis Kinerja – Perubahan Pada Model
Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 380 -
4.2. Menyelaraskan Strategi, Perencanaan dan Kinerja Melalui Penganggaran Berbasis Kinerja – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 381 -
4.3. Menyelaraskan Strategi, Perencanaan dan Kinerja Melalui Penganggaran Berbasis Kinerja – Potensi Risiko Peraturan dan
Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 382 -
- 383 -
a.2. Secara Sistematis Menjelaskan Ownership atas Item Pengadaan– Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 384 -
a.3. Secara Sistematis Menjelaskan Ownership atas Item Pengadaan – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 385 -
a.4. Secara Sistematis Menjelaskan Ownership atas Item Pengadaan – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 386 -
- 387 -
b.2. Menciptakan e-Catalogue untuk seluruh Produk Standar – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 388 -
- 389 -
b.4. Menciptakan e-Catalogue untuk seluruh Produk Standar – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 390 -
c.1. Menerapkan Model TCO (Total Cost Ownership) untuk 5 (lima) Kategori Pengeluaran Utama – Kumpulan Inisiatif yang
Dibahas Dalam Cetak Biru ICT.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 391 -
c.2. Menerapkan Model TCO (Total Cost Ownership) untuk 5 (lima) Kategori Pengeluaran Utama – Perubahan Pada Model
Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 392 -
c.3. Menerapkan Model TCO (Total Cost Ownership) untuk 5 (lima) Kategori Pengeluaran Utama – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 393 -
c.4. Menerapkan Model TCO (Total Cost Ownership) untuk 5 (lima) Kategori Pengeluaran Utama – Potensi Risiko Peraturan dan
Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 394 -
- 395 -
- 396 -
- 397 -
- 398 -
- 399 -
- 400 -
- 401 -
- 405 -
- 406 -
1.1. Meluncurkan Arsitektur End-State untuk Data dan Aplikasi – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 407 -
1.2. Meluncurkan Arsitektur End-State untuk Data dan Aplikasi – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 408 -
1.3. Meluncurkan Arsitektur End-State untuk Data dan Aplikasi – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 409 -
- 410 -
2.1. Membentuk Struktur Organisasi TI dan Proses Tata Kelola – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 411 -
2.2. Membentuk Struktur Organisasi TI dan Proses Tata Kelola – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 412 -
2.3. Membentuk Struktur Organisasi TI dan Proses Tata Kelola – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 413 -
- 414 -
3.1. Menetapkan Proses Penganggaran TI dengan Tanggung Jawab yang Jelas – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 415 -
3.2. Menetapkan Proses Penganggaran TI dengan Tanggung Jawab yang Jelas – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 416 -
3.3. Menetapkan Proses Penganggaran TI dengan Tanggung Jawab yang Jelas – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 417 -
4. Membuat Arsitektur Keamanan End-State dan Mengembangkan Langkah-Langkah Penanganan Ancaman Utama.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 418 -
4.1. Membuat Arsitektur Keamanan End-State dan Mengembangkan Langkah-Langkah Penanganan Ancaman Utama
– Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 419 -
4.2. Membuat Arsitektur Keamanan End-State dan Mengembangkan Langkah-Langkah Penanganan Ancaman Utama – Rencana
Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 420 -
4.3. Membuat Arsitektur Keamanan End-State dan Mengembangkan Langkah-Langkah Penanganan Ancaman Utama – Potensi
Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 421 -
- 422 -
5.1. Menetapkan Organisasi Disaster Recovery dan Prosedur Pengoperasiannya – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 423 -
5.2. Menetapkan Organisasi Disaster Recovery dan Prosedur Pengoperasiannya – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 424 -
5.3. Menetapkan Organisasi Disaster Recovery dan Prosedur Pengoperasiannya – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 425 -
- 426 -
6.1. Membuat e-Catalogue untuk Semua Produk TI Standar – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 427 -
- 428 -
6.3. Membuat e-Catalogue untuk Semua Produk TI Standar – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 429 -
- 430 -
7.1. Mengonsolidasikan Semua Kontrak Pemeliharaan di Bawah Pusintek – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 431 -
- 432 -
7.3. Mengonsolidasikan Semua Kontrak Pemeliharaan di Bawah Pusintek – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 433 -
- 434 -
8.1. Memperkenalkan Program Pelatihan Bertarget Guna Memenuhi Kebutuhan TI Kemenkeu – Perubahan Pada Model
Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 435 -
8.2. Memperkenalkan Program Pelatihan Bertarget Guna Memenuhi Kebutuhan TI Kemenkeu – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 436 -
8.3. Memperkenalkan Program Pelatihan Bertarget Guna Memenuhi Kebutuhan TI Kemenkeu – Potensi Risiko Peraturan dan
Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 437 -
J. Inisiatif-Inisiatif Organisasi.
Secara garis besar inisiatif strategis organisasi yang dilakukan adalah Memperkuat Organisasi dan Tata Kelola Kemenkeu yang
dijabarkan dalam manual implementasi sebagai berikut:
1. Memperkuat Organisasi dan Tata Kelola Kemenkeu.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 438 -
2. Memperkuat Organisasi dan Tata Kelola Kemenkeu – Perubahan Pada Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 439 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 440 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 441 -
- 442 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 443 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 444 -
4. Memperkuat Organisasi dan Tata Kelola Kemenkeu – Potensi Risiko Peraturan dan Hukum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 445 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 446 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 447 -
- 448 -
- 449 -
- 450 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 451 -
- 452 -
- 453 -
2. Mengembangkan dan Mengimplementasikan Rencana Change Management Untuk Transformasi Kemenkeu – Perubahan Pada
Model Operasional.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 454 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 455 -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 456 -
3. Mengembangkan dan Mengimplementasikan Rencana Change Management untuk Transformasi Kemenkeu – Rencana Kerja.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 457 -
ttd.
GIARTO
NIP 195904201984021001