Anda di halaman 1dari 31

Kuliah ke-4

2. PAKET GELOMBANG DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN HEISENBERG


❑ PAKET GELOMBANG (TRANSFORMASI FOURIER)
❑ INTERPRETASI MAX BORN (NORMALISASI FUNGSI GELOMBANG)
❑ KETIDAKPASTIAN HEISENBERG
❑ NILAI HARAP
❑ KECEPATAN FASA DAN KECEPATAN GRUP
PAKET GELOMBANG
(TRANSFORMASI FOURIER)

Arif Budiman 2
• Persoalan berikutnya adalah mencari besaran yang mampu
menampung dan mempresentasikan sifat-sifat partikel sekaligus sifat-
sifat gelombang.
• Atau dengan kata lain besaran tersebut bersifat sebagai gelombang
tetapi tidak menyebar melainkan terkurung (terlokalisasi) dalam
ruang (a localized particle).
• Hal tersebut hanya dipenuhi oleh paket gelombang yang merupakan
kumpulan gelombang dan terkurung dalam ruang tertentu.

Arif Budiman 3
• Sebagai pendekatan terhadap konsep paket gelombang, perhatikan
gambar di bawah ini.
• Gambar tersebut merupakan superposisi dari dua gelombang bidang.

Arif Budiman 4
• Bila gelombang tunggalnya diperbanyak, akan terjadi seperti yang
ditunjukkan oleh gambar berikut:

• Tampak bahwa paket gelombang terlokalisasi di daerah sebesar ∆𝑥, dan


lokalisasi ini yang diharapkan sebagai posisi partikel.
Arif Budiman 5
• Paket gelombang merupakan superposisi (penjumlahan) gelombang yang sama.
• Salah satu contoh gelombang yang dapat membentuk paket gelombang adalah
gelombang bidang (plane wave).

• Gelombang bidang ini hanya bergantung 𝑥 dan tidak bergantung pada 𝑦 dan 𝑧,
artinya gelombang mempunyai nilai yang sama (tidak berubah) dalam arah 𝑦 dan
𝑧, sehingga muka gelombangnya membentuk bidang-bidang datar seperti yang
ditunjukkan oleh gambang berikut:

Arif Budiman 6
• Oleh karena itu gelombang bidang ini memiliki kesamaan dengan
gelombang berjalan pada tali (Fisika Dasar I) yang sama-sama
bergantung pada 𝑥.
• Sebelum sampai ke persamaan gelombang bidang, kita tinjau
persamaan gelombang berjalan pada tali, yaitu
𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝐴1 cos(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡) + 𝐴2 sin(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)
atau
𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝐴1 𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡) + 𝐴2 𝑒 −𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
dimana 𝐴1 dan 𝐴2 adalah amplitudo gelombang, 𝑘 adalah bilangan
gelombang dan 𝜔 adalah frekuensi sudut.

Arif Budiman 7
• Bilangan gelombang 𝑘 mempunyai hubungan dengan panjang
gelombang 𝜆, yaitu
𝑘 = 2𝜋/𝜆
dan frekuensi sudut 𝜔 dihubungan dengan perioda 𝑇 yaitu
𝜔 = 2𝜋/𝑇
dan karena frekuensi ν = 1/𝑇, sehingga
𝜔 = 2𝜋ν

Arif Budiman 8
• Secara umum 𝜔 akan dihubungkan dengan 𝑘 dalam beberapa cara.
• Sebagai contoh, dalam kasus penjalaran cahaya dalam hampa, ν =
𝑐/𝜆 dimana 𝑐 adalah laju cahaya, sehingga 𝜔 = 𝑘𝑐.
• Hubungan ini menjadi tidak benar jika cahaya menjalar dalam
medium dispersif, seharusnya ν = 𝑐/𝑛𝜆, dimana 𝑛 adalah indeks bias
medium dan 𝑛 bergantung pada panjang gelombang 𝑛 = 𝑛(𝜆).
• Pada pertemuan berikutnya kita akan menentukan hubungan antara
𝜔 dan 𝑘 untuk gelombang bidang (bagian Kecepatan Fasa & Grup),
tetapi sebelum itu kita akan menentukan bagaimana paket
gelombang terbentuk dari gelombang bidang.

Arif Budiman 9
• Analog dengan gelombang tali, gelombang bidang mempunyai persamaan

𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝑎(𝑘)𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡) + 𝑏(𝑘)𝑒 −𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)

dimana 𝑎(𝑘) dan 𝑏(𝑘) adalah amplitudo gelombang yang bergantung


pada 𝑘.
• Kita tinjau sebuah gelombang bidang dengan bilangan gelombang 𝑘
tertentu adalah
𝜓𝑘 𝑥, 𝑡 = 𝑎(𝑘)𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
• Secara matematis superposisi gelombang (paket gelombang) dapat ditulis

1
𝜓 𝑥, 𝑡 = න 𝑑𝑘 𝑎(𝑘)𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
2𝜋 −∞

Arif Budiman 10
• Kita mulai membahas paket gelombang saat 𝑡 = 0 𝑥0 = 0 ,
∞ ∞
1 1
𝜓 𝑥, 0 = න 𝑑𝑘 𝑎 𝑘 𝑒 𝑖 𝑘𝑥−𝜔𝑡 = න 𝑑𝑘 𝑎(𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥
2𝜋 −∞ 2𝜋 −∞

• Kita ambil 𝑎(𝑘) dalam bentuk khusus, yang disebut bentuk gaussian
−𝛼𝑘 2 /2
𝑎 𝑘 =𝑒

−𝛼𝑘 2 /2
Fungsi 𝑎 𝑘 = 𝑒 terpusat
di 𝑘0 = 0 dan nilainya berkurang
dengan cepat jika semakin jauh
dari pusatnya.

Arif Budiman 11
• Kuadrat nilai 𝑎 𝑘 , 𝑎 𝑘 2,

2 −𝛼𝑘 2 /2 −𝛼𝑘 2 /2 −𝛼𝑘 2 −𝛼 ∆𝑘 2


𝑎 𝑘 =𝑒 ∙𝑒 =𝑒 =𝑒

dimana ∆𝑘 = 𝑘 − 𝑘0 disebut dengan lebar kuadrat amplitudo.

• Karena 𝑘0 = 0 maka ∆𝑘 = 𝑘, jika 𝑘 = 0, maka amplitudo kuadrat


adalah
𝑎 𝑘 2 = 𝑒0 = 1

• Jika 𝛼𝑘 2 = 𝛼 ∆𝑘 2 = 1, maka 𝑘 = ∆𝑘 = 1Τ 𝛼, maka


2 −1
1
𝑎 𝑘 =𝑒 ≈ 0,37 ≈
3

Arif Budiman 12
• Karena nilai 𝑘 berada di sebelah kiri dan kanan dari 𝑘0 (lihat gambar
sebelumnya), maka saat 𝛼 ∆𝑘 2 = 1, maka lebar kuadrat ampiltudo
∆𝑘 menjadi dua kali, yaitu
∆𝑘 = 2 ∙ 1Τ 𝛼 = 2Τ 𝛼 .

Arif Budiman 13
• Kembali ke persamaan

1
𝜓 𝑥, 0 = න 𝑑𝑘 𝑎 𝑘 𝑒 𝑖𝑘𝑥
2𝜋 −∞

−𝛼𝑘 2 /2
dengan 𝑎 𝑘 = 𝑒 , sehingga
∞ ∞
1 −𝛼𝑘 2 /2
1 𝛼𝑘 2
𝜓 𝑥, 0 = න 𝑑𝑘 𝑒 𝑒 𝑖𝑘𝑥 = න 𝑑𝑘 exp − − 𝑖𝑘𝑥
2𝜋 −∞ 2𝜋 −∞ 2

• Integral di atas dapat ditentukan melalui rumus



−𝑧 2
න 𝑒 𝑑𝑧 = 𝜋
−∞

Arif Budiman 14
• Gunakan
𝑎2 1
(𝑎 − 𝑏)2 = 𝑎2 − 2𝑎𝑏 + 𝑏 2 → − 𝑎𝑏 = 𝑎−𝑏 2 − 𝑏2
2 2
maka
𝛼𝑘 2 𝑎2
− 𝑖𝑘𝑥 = − 𝑎𝑏,
2 2
diperoleh
𝑎2 𝛼𝑘 2
= →𝑎=𝑘 𝛼
2 2
𝑎𝑏 = 𝑖𝑘𝑥 → 𝑘 𝛼 𝑏 = 𝑖𝑘𝑥 → 𝑏 = 𝑖𝑥/ 𝛼
sehingga
2 2
𝛼𝑘 2 1 𝑖𝑥 𝑖𝑥
− 𝑖𝑘𝑥 = 𝑘 𝛼− −
2 2 𝛼 𝛼

Arif Budiman 15
Kita lanjutkan
∞ 2 2
1 1 𝑖𝑥 𝑖𝑥
𝜓 𝑥, 0 = න 𝑑𝑘 exp − 𝑘 𝛼− −
2𝜋 −∞ 2 𝛼 𝛼
∞ 2
1 −𝑥 2 /2𝛼 1 𝑖𝑥
= 𝑒 න 𝑑𝑘 exp − 𝑘 𝛼 −
2𝜋 −∞ 2 𝛼

(Ingat 𝑖 = −1, sehingga 𝑖 2 = −1).


2
2
1 𝑖𝑥 1 𝑖𝑥 𝛼
Misalkan 𝑧 = 𝑘 𝛼− →𝑧= 𝑘 𝛼− → 𝑑𝑧 = 𝑑𝑘
2 𝛼 2 𝛼 2

2 −𝑥 2 /2𝛼 ∞ −𝑧 2
1 1 2 −𝑥 2 /2𝛼 1 −𝑥 2 /2𝛼
𝜓 𝑥, 0 = 𝑒 න 𝑒 𝑑𝑧 = 𝑒 𝜋= 𝑒
2𝜋 𝛼 −∞ 2𝜋 𝛼 𝛼

Arif Budiman 16
2
• Kuadrat nilai 𝜓 𝑥 , 𝜓 𝑥 ,

2
1 −𝑥 2 /2𝛼 1 −𝑥 2 /2𝛼 1 −𝑥 2 /𝛼 1 − ∆𝑥 2 /𝛼
𝜓 𝑥 = 𝑒 ∙ 𝑒 = 𝑒 = 𝑒
𝛼 𝛼 𝛼 𝛼

Ingat ∆𝑥 = 𝑥 − 𝑥0 , karena 𝑥0 = 0, maka ∆𝑥 = 𝑥 yang merupakan lebar kuadrat paket


gelombang
• Saat 𝑥 = 𝑥0 = 0 atau ∆𝑥 = 0, sehingga amplitudo kuadrat adalah

2
1 0 1
𝜓 𝑥 = 𝑒 =
𝛼 𝛼
• Jika 𝑥 2 /𝛼 = ∆𝑥 2 /𝛼 = 1, maka 𝑥 = ∆𝑥 = 𝛼, maka

2
1 −1 1 1 1
𝜓 𝑥 = 𝑒 ≈ 0,37 ≈
𝛼 𝛼 3 𝛼

Arif Budiman 17
• Sama dengan nilai 𝑘, nilai 𝑥 juga berada di
sebelah kiri dan kanan dari 𝑥0 = 0, maka
saat 𝑥 2 /𝛼 = 1, lebar kuadrat paket
gelombang menjadi dua kali, yaitu

∆𝑥 = 2 ∙ 𝛼 = 2 𝛼

• Jika dihitung hasil kali lebar kuadrat paket gelombang dan lebar
kuadrat amplitudo saat kuadrat paket gelombang dan kuadrat
amplitudo menjadi 1/3 kali semula, maka diperoleh
∆𝑥∆𝑘 = 2 𝛼 2Τ 𝛼 = 4.

Arif Budiman 18
• Dalam ilmu matematis, paket gelombang 𝜓(𝑥) dan amplitudo 𝑎(𝑘),
merupakan pasangan transformasi Fourier.
• Untuk 𝑡 = 0, 𝑥0 = 0, 𝑘0 = 0, hubungan 𝜓(𝑥) dan 𝑎(𝑘), yaitu

+∞
1
𝜓 𝑥 = න 𝑑𝑘 𝑎(𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥
2𝜋 −∞
dan

+∞
1
𝑎 𝑘 = න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥 𝑒 −𝑖𝑘𝑥
2𝜋 −∞

Arif Budiman 19
• Ingat
ℎ ℎ 2𝜋
𝑝= = = ℏ𝑘,
𝜆 2𝜋 𝜆
• Pasangan transformasi Fourier 𝑡 = 0, 𝑥0 = 0, 𝑝0 = 0 , 𝜓(𝑥) dan
𝑎(𝑝), yaitu
+∞
1
𝜓 𝑥 = න 𝑑𝑝 𝑎(𝑝)𝑒 𝑖𝑝𝑥/ℏ
2𝜋ℏ −∞

• dan
+∞
1
𝑎 𝑝 = න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥 𝑒 −𝑖𝑝𝑥/ℏ
2𝜋ℏ −∞

Arif Budiman 20
INTERPRETASI MAX BORN
(NORMALISASI FUNGSI GELOMBANG)

Arif Budiman 21
• Dalam tahun 1926 itu juga Max Born mempostulatkan hubungan
rapat kebolehjadian 𝑃 𝑥, 𝑡 dan fungsi gelombang 𝜓 𝑥, 𝑡 , sebagai
berikut:
apabila pada saat 𝒕 dibuat suatu pengukuran mengenai kedudukan
suatu partikel yang berkaitan dengan fungsi gelombang 𝝍 𝒙, 𝒕 ,
maka besarnya kebolehjadian 𝑷 𝒙, 𝒕 bahwa partikel akan
ditemukan antara 𝒙 dan 𝒙 + 𝒅𝒙 adalah 𝝍∗ 𝒙, 𝒕 𝝍 𝒙, 𝒕 .

• Jadi 𝑃 𝑥, 𝑡 = 𝜓 ∗ 𝑥, 𝑡 𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝜓 𝑥, 𝑡 2.

Arif Budiman 22
• Statistik menuntut bahwa kebolehjadian menemukan partikel
tersebut pada suatu saat tertentu dalam seluruh ruang adalah 1, jadi
∞ ∞ ∞
න 𝑃 𝑥, 𝑡 𝑑𝑥 = න 𝑑𝑥 𝜓 ∗ 𝑥, 𝑡 𝜓 𝑥, 𝑡 = න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥, 𝑡 2
= 1.
−∞ −∞ −∞

• Syarat ini dinamakan syarat normalisasi.

• 𝑃 𝑥, 𝑡 disebut rapat kebolehjadian (probability density).

• 𝜓 ∗ 𝑥, 𝑡 adalah complex conjugate dari 𝜓 𝑥, 𝑡 .

Arif Budiman 23
• Bagaimana dengan 𝜓 𝑥, 𝑡 = 0 atau 𝜓 𝑥 ?
∞ ∞ ∞
න 𝑃 𝑥, 0 𝑑𝑥 = න 𝑑𝑥 𝜓 ∗ 𝑥 𝜓 𝑥 = න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥 2 = 1???
−∞ −∞ −∞

• Kita ambil contok sebuah paket gelombang 𝜓 𝑥, 𝑡 , misalkan


− 𝑎𝑥 2 /2 +𝑖𝑏𝑡 −𝑎𝑥 2 /2 𝑖𝑏𝑡
𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝐴𝑒 = 𝐴𝑒 𝑒
2 2 /2 −𝑖𝑏𝑡 2 /2 𝑖𝑏𝑡
𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝜓∗ 𝑥, 𝑡 𝜓 𝑥, 𝑡 = ∗
𝐴𝑒 −𝑎𝑥 𝑒 𝐴𝑒 −𝑎𝑥 𝑒
∗ −𝑎𝑥 2 0 2 −𝑎𝑥 2
= 𝐴 𝐴𝑒 𝑒 = 𝐴 𝑒

Arif Budiman 24
• Selanjutnya kita tinjau saat paket gelombang tersebut saat 𝑡 = 0,
yaitu
−𝑎𝑥 2 /2
𝜓 𝑥 = 𝐴𝑒
2 2 /2 2 /2 2
𝜓 𝑥 = 𝜓∗ 𝑥 𝜓 𝑥 = ∗
𝐴𝑒 −𝑎𝑥 𝐴𝑒 −𝑎𝑥 = ∗
𝐴 𝐴𝑒 −𝑎𝑥

= 𝐴 2 𝑒 −𝑎𝑥 2

• Jadi kita dapatkan 𝜓 𝑥, 𝑡 2 = 𝜓 𝑥 2, sehingga


∞ ∞ ∞
න 𝑃 𝑥, 𝑡 𝑑𝑥 = න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥, 𝑡 2 = න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥 2 =1
−∞ −∞ −∞

Arif Budiman 25
• Selanjutnya kita akan menormalisasi fungsi paket gelombang yang
kita peroleh sebelumnya
1 −𝑥 2 /2𝛼
𝜓 𝑥 = 𝑒
𝛼

• Sebelumnya dinormalisasi kita tambahkan konstanta normalisasi,


misalkan 𝑁 ke dalam 𝜓 𝑥 , sehingga
1 −𝑥 2 /2𝛼
𝜓 𝑥 =𝑁 𝑒
𝛼

Arif Budiman 26
∞ ∞

1 −𝑥 2 /2𝛼

1 −𝑥 2 /2𝛼
1 = න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥 𝜓 𝑥 = න 𝑑𝑥 𝑁 𝑒 𝜓 𝑁 𝑒
−∞ −∞ 𝛼 𝛼
∞ 2 ∞
1 ∗ 2
−𝑥 /𝛼
𝑁 −𝑥 2 /𝛼
= 𝑁 𝑁න 𝑒 𝑑𝑥 = න 𝑒 𝑑𝑥
𝛼 −∞ 𝛼 −∞

−𝑧 2
Misalkan 𝑧 = 𝑥/ 𝛼 → 𝑑𝑧 = 𝑑𝑥/ 𝛼 → න 𝑒 𝑑𝑧 = 𝜋
−∞

𝑁2 2 𝑁 2
𝜋 1/2
𝛼 න 𝑒 −𝑧 𝑑𝑧 = 𝜋= 𝑁2 =1
𝛼 −∞ 𝛼 𝛼
𝛼 1/4
𝑁=
𝜋
1/4
1 𝛼 1/4 −𝑥 2 /2𝛼 1 −𝑥 2 /2𝛼 −1/4 −𝑥 2 /2𝛼
𝜓 𝑥 = 𝑒 = 𝑒 = 𝜋𝛼 𝑒
𝛼 𝜋 𝜋𝛼

Arif Budiman 27
• Bagaimana menormalisasi 𝑎 𝑘, 𝑘0 ?
∞ ∞
• Apakah ‫׬‬−∞ 𝑑𝑘 𝑎 ∗ 𝑘, 𝑘0 𝑎 𝑘, 𝑘0 = ‫׬‬−∞ 𝑑𝑘 𝑎 𝑘, 𝑘0 2
= 1?
• Maka

න 𝑑𝑘 𝑎 ∗ 𝑘, 𝑘0 𝑎 𝑘, 𝑘0
−∞ ∞ +∞
1
= න 𝑑𝑘 𝑎 ∗ 𝑘, 𝑘0 න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥, 𝑥0 , 0 𝑒 −𝑖𝑘(𝑥−𝑥0 )
−∞ 2𝜋 −∞
∞ ∞
1
= න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥, 𝑥0 , 0 න 𝑑𝑘𝑎 ∗ 𝑘, 𝑘0 𝑒 −𝑖𝑘(𝑥−𝑥0 )
−∞ 2𝜋 −∞

= න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥, 𝑥0 , 0 𝜓 ∗ 𝑥, 𝑥0 , 0 = 1
−∞

Arif Budiman 28
• Dengan cara yang sama kita dapatkan 𝑡 = 0, 𝑥0 = 𝑝0 = 0

∞ ∞ ∞
1 −
𝑖𝑝𝑥
න 𝑑𝑝 𝑎 ∗ 𝑝 𝑎 𝑝 = න 𝑑𝑝 𝑎 ∗ 𝑝 න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥 𝑒 ℏ
−∞ −∞ 2𝜋ℏ −∞
∞ ∞
1
= න 𝑑𝑥𝜓(𝑥) න 𝑑𝑝 𝑎 ∗ 𝑝 𝑒 −𝑖𝑝𝑥/ℏ
−∞ 2𝜋ℏ −∞

= න 𝑑𝑥 𝜓 𝑥 𝜓 ∗ 𝑥 = 1
−∞
• Jika 𝜓(𝑥) ternormalisasi, maka 𝑎 𝑘 atau 𝑎 𝑝 yang diperoleh pasti
ternormalisasi.

Arif Budiman 29
2 /2
• Normalisasikan 𝑎 𝑘 = 𝑒 −𝛼𝑘 !!!
2 /2
• Kita tuliskan terlebih dahulu 𝑎 𝑘 = 𝑁𝑒 −𝛼𝑘
∞ ∞
2
1 = න 𝑑𝑘 𝑎 ∗ 𝑘 𝑎 𝑘 = 𝑁 2 න 𝑒 −𝛼𝑘 𝑑𝑘
−∞ −∞

Misalkan 𝑧 = 𝛼𝑘 → 𝑑𝑧 = 𝛼𝑑𝑘
𝑁 2 ∞ −𝑧 2 2
𝜋 𝛼 1/4
1= න 𝑒 𝑑𝑧 = 𝑁 →𝑁=
𝛼 −∞ 𝛼 𝜋

sehingga fungsi amplitudo yang telah ternormalisasi adalah


𝛼 1/4
−𝛼𝑘 2 /2
𝑎 𝑘 = 𝑒
𝜋

• Baik 𝜓 𝑥 dan 𝑎 𝑘 mempunyai konstanta normalisasi yang sama !!!

Arif Budiman 30
DAFTAR BACAAN
• A. Goswami, Quantum Mechanics 2nd Ed., Wm. C. Brown Publishers, 1997
• S. Gasiorowicz, Quantum Physics 2nd Ed., John Wiley & Sons, Inc., 1996.
• A. Purwanto, Fisika Kuantum Edisi Pertama., Gava Media, 2006
• H. P. Soepangkat, Fisika Kuantum, Catatan Kuliah.

Arif Budiman 31

Anda mungkin juga menyukai