Cahaya Dari Madinah Syekh Ali
Cahaya Dari Madinah Syekh Ali
Kedua: Mereka senanti asa bertambah imannya ketika mendengar kalam Allah
Berapa kali kita membaca Kitabullah? Berapa hari kita lewatkan tidak melihat Kitabullah?
Sementara dosa mata kita cukup banyak. Oleh karena itu, usahakanlah untuk melihat Al-Qur’an
sebanyak-banyaknya, supaya kita mendapatkan ampunan atas dosa mata kita. Maka, janganlah
melewatkan satu hari pun untuk ti dak membaca Al-Qur’an!
Saya sudah banyak bercerita, tentang bagaimana kepedulian seseorang dan begitu
semangatnya ia untuk mempelajari Al-Qur’an. Padahal ia memiliki banyak kekurangan secara fisik.
Namun, jangan salah! Di antara orang-orang yang mengkhatamkan Al-Qur’an berkali-kali dalam satu
bulan, terdapat orang yang buta matanya, tapi terang hatinya. Sementara pada zaman sekarang,
masih banyak orang yang sehat matanya, tapi buta hatinya.
Kapankah kita bisa merasa bertambah iman saat kita membaca Kitabullah? Kapankah kita
bisa menangis saat mendegar Kita-bullah? Kapan saatnya kita menjauhkan diri dari dosa, maksiat,
hawa nafsu supaya bisa menikmati Kitabullah?
Padahal, Al-Qur’an adalah segalanya bagi umat Islam. Al-Qur’an adalah kunci kebahagiaan.
Al-Qur’an adalah kunci murah rezeki. Al-Qur’an dapat menyehatkan kita. Al-Qur’an adalah makan
pagi, siang, dan malam hari kita. Dan Al-Qur’an adalah untuk dunia dan akhirat kita. Orang-orang
yang senanti asa menghabiskan waktu bersama Al-Qur’an, terjamin akan husnul khatimah. Karena,
doa meminta husnul khatimah tidaklah cukup, kalau kita tidak mampu menghabiskan banyak waktu
kita bersama Al-Qur’an.
Kita seharusnya malu sebagai umat nabi Muhammad saw., yang mana telah diberikan Al-
Qur’an yang menjadi pedoman hidup. Ayat pertama yang diturunkan oleh Allah Swt., berbunyi,
‘iqra’!, “Bacalah!”. Lalu, apa yang kita baca? Yang kita baca adalah Al-Qur’an itu sendiri.
Perintah pertama Allah kepada Nabi Muhammad adalah ‘baca-lah!’. Namun, ternyata umat
Islam sekarang banyak yang buta huruf, sehingga tidak bisa membaca Qur’an, apalagi mengha-
falnya. Padahal pada zaman dahulu, banyak orang-orang yang menghafalkan Al-Qur’an dengan tidak
kenal usia, dan semua itu telah menjadi sebuah kebiasaan masyarakat pada zaman itu.
Namun sekarang? Ketika kita mendengar seorang penghafal Al-Qur’an dengan usia masih
sangat belia, kita menganggapnya sebagai sebuah mukjizat dan keisti mewaan yang luar biasa. Seo-
lah-olah Al-Qur’an hanya untuk orang-orang tertentu, sehingga kita pun menganggap bahwa; kita
tidak bisa menjadi penghafal Al-Qur’an dikarenakan oleh dosa maksiat kita.
Di dalam hati kita, tidak akan bisa bermukim cinta dunia dan cinta Al-Qur’an sekaligus. Cinta
dunia adalah amalan setan, sementara cinta Al-Qur’an adalah untuk Allah, keduanya tidak bisa
bersatu dalam satu hati . Berarti menghafal Al-Qur’an bukanlah karunia, karena salah satu karunia
untuk kita adalah, ”Allah telah memudahkan Al-Qur’an.” Dan yang tersis adalah usaha kita apa?
“Apakah ada yang mau belajar?” Mana? Maaf, Ya Allah tidak ada. Orang-orang terdahulu ada,
namun orang-orang sekarang sudah tidak ada?
Imam Syafii rahimahullah, yang kita ikuti mazhabnya, yang kita harapkan mengikuti
akhlaknya. Dalam bulan Ramadhan dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sampai 60 kali, berarti dalam 1
hari 2 kali beliau mengkhatamkan Al-Qur’an. Sementara kita? Seumur hidup mungkin hanya 1 kali,
itu pun untuk acara syukuran. Lâ haula walâ quwwata illâ billâh.
Perlu sama-sama kita perbaiki. Kalau kita ingin kehidupan kita lebih bahagia dan Allah
mengaruniakan rahmat kepada kita. Mari kita kembali kepada Al-Qur’an! Itulah kebahagiaan dan
keselamatan kita di dunia dan di akhirat. Kalau kita selalu bersama Al-Qur’an, berarti Allah akan
selalu bersama kita. Kalau Allah selalu bersama kita, semuanya pasti beres, baik dunia dan akhirat.
Anda ingin mendapatkan ridha Allah? Cobalah perhati kan Al-Qur’an, di situlah biodata Allah
Swt. Silakan berikan waktu, berikan perhatian, dan berikan rasa dalam mengamalkannya! Jadikanlah
Al-Qur’an yang utama dalam hari-hari kita, barulah Allah akan menjadikan kita yang utama sebagai
hamba-hamba-Nya.
“...Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad (azzam), maka bertawa-kallah kepada
Allah.”(QS. Ali Imran [3]: 159)
Dalam segala sesuatu itu haruslah ada ikhtiar. Tidak boleh kita bertawakal kepada Allah
menggantungkan diri pada Allah tapi tidak ada usaha sama sekali. Ingat, Allah ti dak menurunkan
hujan emas dari langit! Oleh karena itu, saat kita berikhtiar, beribadah, berdoa, menghafal Al-Qur’an,
yakinkan hari kita ini dengan tawakal. Para ulama berkata, “Tawakal kalbu itu adalah salah satu
yang perlu kita perbaiki, dan bukan hanya memper-baiki tawakal lahir saja.”
Pada saat kita berikhti ar dan berusaha, yakinkan di dalam kalbu kita, “Tidak ada daya dan
upaya kecuali dengan pertolongan Allah.Semua atas izin Allah dan semua berada di tangan Allah.”
Itulah hakikat dari kalimat, “Hanyalah kepada-Mu kami menyembah, ‘tapi kami tidak bisa
menyempurnakan ibadah tanpa pertolonganmu’. Oleh karena itu, hanya kepadaMu lah kami
memohon pertolongan.”
Pertama, setiap Anda shalat di masjid mana pun, serahkan sedekahnya. Dalam satu hari Anda bisa
bersedekah lima kali berapa pun nilainya, itu terserah Anda, yang terpenting adalah niat ikhlas kita.
Kedua, kita bersedekah di dalam sebuah kotak di dalam rumah kita di setiap selesai shalat, dan
selama satu bulan. Tanamkan cinta sedekah kepada istri, anak, dan cucu kita. Sehingga seluruh isi
rumah terbiasa mengikatkan shalat dengan sedekah. Setelah terkumpul satu bulan, kita serahkan
uang sedekah tersebut ke orang yang tepercaya dalam menyalurkan sedekah bagi kemaslahatan
umat.
Insya Allah dalam hal ini, rahasia rezeki dan karunia Allah ada di situ. Silakan Anda coba! Keinginan
kita akan terkabul karenanya. Dan hal tersebut, tidak saya dapatkan hanya dari Al-Qur’an, namun
saya pun mempraktikkannya sendiri. Alhamdulillah, saya mendapatkan banyak rahasia, apalagi
masalah yang menyangkut penyakit batin kita, baik itu masalah kalbu, ketenangan, dan lain
sebagainya.
Mudah-mudahan kita senanti asa mampu mengamalkan semua itu, agar kita senanti asa
mendapatkan amalan-amalan yang bisa membawa kita kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dan kita pun mampu menjadi orang yang berguna. Tidak hanya berguna bagi diri kita sendiri, namun
juga bisa berguna bagi orang lain, baik dalam hal ilmu, dakwah, dan lain-lain.
KELUARGA
Istri : Umi Nadia
Anak : Hasan
PENDIDIKAN
Madrasah Ibtidaiyyah, Madinah, Lulus 1989
Madrasah Tsanawiyyah, Madinah, Lulus 1992
Madrasah Aliyyah, Madinah, Lulus 1995
Mulazamah (melazimi) pelajaran-pelajaran Al Qur’an, Masjid Nabawi, Madinah, 1997
KARIER
Penceramah dan Imam masjid di Madinah
Guru Tahfidz Al-Qur’an di Islamic Centre, Masjid Agung Al-Muttaqin,Cakranegara Lombok
NTB
Imam Besar dan Khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara, Lombok NTB
Imam Salat Tarawih, Imam Sholat Idul Fitri, Masjid Agung, Jakarta
Pengajar di Pesantren Tahfidz Al- Qur’an Al- Asykar Puncak Jawa Barat
Muballigh Majelis Taklim di Jakarta dan sekitarnya
Menjadi Juri di acara Hafiz, RCTI
Pengisi Acara Damai Indonesiaku,TvOne