Anda di halaman 1dari 82

D

epa
rt
em
enMe
SC(
Men
t
or
in
gan
dSt
u
dyC
lu
b)


Hen
dak
la
hdi
antar
akamuadase
gol
on
ganor
angy
angmeny
eruke
pad
akeba
ji
ka
n,
men
yur
uhbe
rbu
atyangmakr
uf,
danmenc
ega
hdar
iyan
gmu ng
kar
,danmer
ek
a
i
tu
lahor
ang-
ora
ngyangb
eru
ntu
ng.
”(Q.
SAl
iI
mran:1
04
)

BUKUPANDUAN
MENTORI
NG
S
pe
ci
alf
orME
NTO
R
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan segala nikmat-Nya kepada kita selaku hamba-Nya yang lemah sehingga dapat
menyelesaikan Buku Pegangan Mentoring ini. Tak lupa sholawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia dari masa
kejahiliyyahan kepada masa yang penuh dengan terang benderangnya sinar Islam. Juga
kepada para sahabatnya, keluarganya, para tabi‟in dan tabi‟ut tabi‟in, sampai kepada kita
selaku ummatnya yang insya Allah setia mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, setelah beberapa lama akhirnya Departemen Mentoring Study Club
(MeSC) dapat menyelesaikan Buku Panduan Mentoring Kerohanian Islam Siliwangi (KISI)
Periode 2021 yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mentoring. Penyusun
berharap ada sebuah kritikan yang membangun demi kesempurnaan Buku Panduan ini.
Selesainya Buku Panduan Mentoring Kader Muda KISI ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu sebagai suatu penghormatan dan penghargaan penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pembina UKM KISI, Bapak Dr. Asep Suryanto, M.Ag.
2. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LP2SDM).
3. Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Priangan Timur.
4. Alumni-alumni Lembaga Dakwah Mahasiswa Kerohanian Islam Siliwangi (KISI)
5. Ketua KISI Periode Jihad 2021, Akh. Alfan Jawahiril Falah beserta jajaran pengurus.
6. Sahabat-sahabat tercinta di Departemen Mentoring and Study Club (MeSC)
7. Seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Penyusun ucapkan Jazakumullahu Khairan Katsiraa, semoga Allah SWT memberikan
pahala dan kasih sayangnya kepada kita semua. Akhirnya kepada Allah SWT-lah semuanya
berserah diri dan memohon perlindungan-Nya. Semoga Buku Panduan Mentoring ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam memperbaiki kondisi umat Islam, bangsa dan negara kita
tercinta.

Tasikmalaya, Juni 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2
MATERI SEMESTER 2
7. Ilmu dan Urgensinya .............................................................................................. 3
8. Ikhlas ...................................................................................................................... 8
9. Ma‟rifatullah (Mengenal Allah SWT) .................................................................. 11
10. Ma‟rifatul Qur‟an (Mengenal Al-Qur‟an) ............................................................ 20
11. Ma‟rifatul Rasul (Mengenal Rasul) ...................................................................... 32
12. Ma‟rifatul Islam (Mengenal Islam) ....................................................................... 49
13. Syahadatain (Dua Kalimat Syahadat) ................................................................... 60
14. Tauhid dan Fenomena kemusyrikan (Bagian 1) ................................................... 68
15. Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan (Bagian 2) ..................................................72
16. Persaudaraan Dalam Islam.................................................................................... 75
17. Hak-Hak Sesama Muslim .................................................................................... 80

2
Materi 7
Ilmu dan Urgensinya
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami perhatian Islam terhadap ilmu.
2. Mengetahui aspek-aspek ilmu dalam pandangan Islam.
3. Memahami keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu.
4. Mengetahui pengaruh ilmu terhadap iman dan tingkah laku.
5. Memahami perintah mencuri ilmu dalam Islam dan hak-hak ilmu atas pemiliknya.

B. Titik Tekan Materi


Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan keilmuan dengan sempurna, sehingga tidak
akan pernah menemukan agama lain yang sangat memperhatikan keilmuan selain Islam. Islam selalu
menyeru dan memotivasi penekunan ilmu pengetahuan, mengajak umatnya untuk menuntut,
mempelajari, mengamalkan, sekaligus mengajarkan ilmu tersebut.

C. Sasaran Materi
1. Mutarabbi mengetahui keutamaan menuntut ilmu dan ayat-ayat yang menunjukan tentang
keutamaannya.
2. Mutarabbi meluruskan niat ketika kuliah di kampus (tidak ada keterpaksaan dari orang tua dan
lainnya serta motivasi yang lainnya).
3. Mutarabbi termotivasi untuk mendapatkan ilmu lebih banyak, tidak hanya cukup di kampus.
4. Mutarabbi termotivasi untuk dapat melanjutkan studi setelah tamat dari jenjang S1.
5. Mutarabbi termotivasi untuk membaca berbagai macam literature sebagai sarana menambah
wawasan keilmuan.

D. Materi Pokok
1. Perhatian Islam terhadap Ilmu
Manusia tidak pernah menemukan agama yang sangat memperhatikan kelimuan dengan
sempurna selain Islam. Islam selalu menyeru dan memotivasi penekunan ilmu pengetahuan,
mengajak umatnya untuk menuntut, mempelajari, mengamalkan, dan sekaligus mengajarkan
ilmu. Islam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu dan etikanya serta menegur orang yang tidak

3
memperdulikannya. Islam juga sangat menghormati dan menghargai ahlul „ilmi dan
menganjurkan umatnya untuk dekat dengan mereka.
Dalam kamus yang memuat kosakata al-Quran, dinyatakan bahwa kata „ilm (ilmu)
disebutkan sebanyak 80 kali, dan kata-kata yang terbentuk dari kata-kata tersebut (seperti
a‟lamu, ya‟lamuna, dan seterusnya) disebutkan berates-ratus kali. Selain itu, jika kita teliti buku-
buku hadits An-Nabawi akan kita temukan di dalamnya judul-judul dan masalah-masalah
tentang ilmu.
2. Aspek-aspek Ilmu dalam Pandangan Islam
Ilmu dalam pandangan Islam mencakup beberapa aspek kehidupan termasuk aspek-
aspek ilmu dalam pengertian barat sekarang.
a. Aspek Wahyu Ilahi
Ilmu yang adatangnya melalui wahyu Allah SWT. Ilmu ini mencakup hakikat
alamiah manusia dan menjawab setiap pertanyaan abadi yang tak pernah hilang pada diri
manusia, yaitu: dari mana, ke mana, dan mengapa? Dengan adanya jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut manusia akan mengetahui asalnya, arah perjalanan yang harus ditempuh,
dan tujuan hidupnya. Ia akan mengetahui dirinya dan Tuhannya serta akan tenang menuju
tujuan hidupnya. Aspek inilah yang pertama kali disebut “ilmu” bahkan disebut ilmu yang
paling tinggi oleh Imam Ibnu Abdil Barr.
b. Aspek Humaniora (manusia) dan Kajian-kajian yang Berkaitan Dengannya
Ilmu yang membahas tentang segi-segi kehidupan manusia yang berhubungan dengan
tempat tinggal dan wktu. Ilmu ini mengkaji manusia sebagai individu ataupun anggota
masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, dan sebagainya.
c. Aspek Material
Yaitu ilmu-ilmu yang mengkaji berbagai materi yang bertebaran di jagat raya ini,
baik di udara, darat, maupun di dalam bumi seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, dan
sebagainya.
Pengertian Islam tentang ilmu tidak terbatas pada aspek terakhir yang menganggap
materi sebagai objek seperti yang dipahami oleh dunia barat pada umumnya sekarang. Selain
itu, Islam menganggap aspek material akan melahirkan keimanan bagi yang mendalaminya
(Q.S. 3:190 – 191).
3. Keutamaan Ilmu dan Orang-orang yang Berilmu
Al-Quran adalah kitab terbesar yang mengangkat derajat ulul „ilmi dan orang-orang yang
berilmu, memuji kedudukan orang-orang yang diberi ilmu. Sebagaimana Alloh SWT

4
menjelaskan bahwa Ia menurunkan kitab-Nya dan merinci ayat-ayat-Nya bagi orang-orang yang
mengetahui.
Dalam al-Quran Q.S. 3:18, Allah memulai pernyataan dari diri-Nya, memuji para
Malaikat-Nya dan orang-orang yang berilmu. Allah meminta kesaksian mereka atas
permasalahan kehidupan yang paling besar, yaitu masalah keesaan.
Allah SWT dalam al-Quran menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang berilmu:
a. 39:9 menjelaskan mengenai peniadaan persamaan antara orang-orang yang mengetahui dan
orang-orang yang tidak mengetahui.
b. 35:19 – 22 menjelaskan mengenai kebodohan sejajar dengan buta, ilmu sejajar dengan
melihat, hingga bodoh adalah kematian dan ilmu adalah kehidupan.
c. 35:28 menjelaskan mengenai ulama (orang yang mengetahui tentang kebesaran dan
kekuasaan Allah) kian berilmu kian takut kepada Allah.
4. Pengaruh Ilmu terhadap Iman dan Tingkah Laku
a. Ilmu Memberi Petunjuk kepada Iman
Ilmu dan iman berjalan beriringan dalam Islam (30:36 dan 58:11), bahkan al-Quran
menyertakan iman kepada ilmu seseorang mengetahui lalu beriman. Dengan kata lain tidak
ada iman sebelum ada ilmu (22:54, 34:6).
b. Ilmu Adalah Penuntun Amal
Ilmulah yang menuntun, menunjuki, dan membimbing seseorang kepada amal
(47:19). Ayat ini dimulai ilmu tentang tauhid lalu disusul dengan permohonan ampun yang
merupakan amal. Ilmu juga merupakan timbangan/penentu dalam penerimaan atau penolakan
amal. Amal yang sesuai dengan ilmu adalah amal yang diterima, sedangkan amal yang
bertentangan dengan ilmu adalah amal yang tertolak (5:27). Maksud ayat ini adalah Allah
hanya menerima amal seseorang yang bertaqwa kepada-Nya. Jadi amal tersebut harus
dilakukan karena keridhaan-Nya dan sesuai dengan perintah-Nya. Hal ini hanya bisa dicapai
dengan ilmu.
Untuk dapat berakhlak baik pun salah satunya harus dicapai dengan ilmu. Imam
Ghazali berkata: “Muqadimah agama dan berakhlak dengan akhlak para Nabi tercapai jika
diramu dengan 3 dimensi yang tersusun rapi, yaitu ilmu, perilaku, dan amal.” (Ilmu
mewariskan perilaku, dan perilaku mendorong amal).
c. Kelebihan Ilmu dari Ibadah
Dalam hadits Huzaifah dan Sa‟ad, Rasulullah SAW bersabda: “Kelebihan ilmu lebih
kusukai dari pada kelebihan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah al-wara‟.” Ilmu
38

5
dilebihkan atas ibadah sebab manfaat ilmu tidak terbatas pada pemiliknya melainkan juga
untuk orang lain. Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah dalam al-Miftah menyebutkan diantaranya:
“Ilmu menunjukkan kepada pemiliknya amal-amal yang utama di sisi Allah.”
5. Perintah Mencari Ilmu
Allah SWT menciptakan manusia dalam keadaan vakum dari ilmu. Lalu Ia memberinya
parangkat ilmu guna menggali ilmu dan belajar (16:78). Banyak hadits-hadits yang menerangkan
keutamaan menuntut ilmu:
“Siapa yang berjalan di jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalannya ke
surge.” (HR. Muslim). Termasuk di dalamnya menghapal, menelaah, mengkaji, berjalan menuju
majelis ilmu, dan mendatangi ahli ilmu. Dalam hadits lain: “Sesungguhnya para malaikat
merunduhkan sayap-sayapnya kepada orang yang mencari ilmu karena ridha terhadap apa yang
diperbuatnya.”
6. Adab-adab dalam Mencari Ilmu
Berikut merupakan beberapa adab penting dalam mencari ilmu (hikmah kisah Nabi Musa
a.s. dalam menuntut ilmu kepada Nabi Khaidir dalam surat al-Kahfi).
a. Semangat dalam mencari ilmu walaupun harus menghadapi kesulitan dan tantangan.
b. Bersikap baik terhadap guru, memuliakan dan menghormatinya (18:66).
c. Sabar terhadap guru (18:67-70).
d. Tidak pernah kenyang mencari ilmu (20:114).
e. Diniatkan karena Allah SWT. Artinya harus dianggap sebagai ibadah dan jihad fisabilillah.
“Janganlah kalian mempelajari ilmu agar kalian bisa saling membanggakan di kalangan
orang berilmu sedang kalian tidak memperdulikan orang-orang yang bodoh dan tidak
membagus-baguskan majelis ilmu itu. Barang siapaberbuat demikian, maka nerakalah
baginya.”
7. Hak-hak Ilmu Atas Pemiliknya
a. Mengerti dan memahami
b. Beramal berdasarkan ilmu yang dimiliki
c. Mengajarkan ilmu dan menyebarkannya kepada orang lain
d. Wajib menjelaskan dan haram untuk menutup-nutupnya
e. Berhenti sebatas kadar ilmu yang dimiliki

6
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Menjelaskan mengenai fenomena yang ada saat ini, yaitu kualitas keilmuan umat Islam yang
saat ini sangat terpuruk dibandingkan dengan non-Islam.
b. Meminta pendapat Mutarabbi mengenai motivasi/niat untuk kuliah di kampus Universitas
Siliwangi.
c. Menjelaskan mengenai materi inti, yaitu Ilmu dan Urgensinya, berdasarkan ayat-ayat al-
Quran dan hadits dari Rasulullah SAW.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada). Penugasan yang dianjurkan
menekankan pada membaca berbagai literature keislaman dan pergerakan.
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber/Referensi
WAMY Indonesia, Adab Pelajar Muslim.
Dr. Yusuf Qardhawi, Menghidupkan Nuansa Rabbaniah dan Ilmiah. Pustaka al-Kautsar.
Dr. Yusuf Qardhawi, Rasulullah dan Ilmu Eksperimen. Penerbit Firdaus.

7
Materi 8
IKHLAS
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami makna ikhlas baik secara bahasa maupun istilah.
2. Memahami pentingnya ikhlas dalam beramal.
3. Mengetahui cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas.
4. Termotivasi untuk mempunyai niat yang ikhlas dalam beramal sehingga bernilai ibadah.

B. Titik Tekan Materi


Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah : Makna ikhlas secara bahasa berasal
dari kata khalasha yang berarti bersih/murni. Adapun secara istilah berarti membersihkan maksud dan
motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Perintah Allah untuk ikhlas dalam beramal terdapat
dalam Q.S. 7:29, 18:110, 98:5.

C. Sasaran Materi
1. Mutarabbi termotivasi untuk berniat ikhlas dalam setiap amal perbuatannya hanya karena Allah
SWT.
2. Mutarabbi mengetahui bahwasannya niat ikhlas merupakan awal dari setiap perbuatan yang akan
dilaksanakan.
3. Mutarabbi dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan setiap perbuatan.
4. Mutarabbi memiliki semangat untuk beraktivitas di KISI, baik ketika dilihat oleh mentor maupun
tidak.
5. Mutarobbi membiasakan niat ibadah dalam setiap amal kesehariannya, termasuk mengikuti
Mentoring KISI.

D. Materi Pokok
1. Makna ikhlasunniyah
Ikhlas secara bahasa berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/murni. Sedangkan
niat berarti al-Qashdu yang berarti maksud/tujuan.

8
Sedangkan secara istilah, ikhlasunniyah berarti membersihkan maksud dan motivasi
kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah Azza wa Jalla sebagai
tujuan dalam berbuat.
2. Pentingnya ikhlasunniyah
a. Merupakan ruhnya amal
b. Salah satu syarat diterimanya amal. Sebagaimana hadits dari Rasulullah SAW, “AllahAzza
wa Jalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari
keridhaan-Nya semata”. (HR. Abu Daud dan Nasa‟i)
Syarat diterimanya amal atau perbuatan:
1) Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya
2) Ikhlas dalam berniat
3) Sesuai dengan syariat Islam (al-Quran dan Sunnah)
c. Penentu nilai/kualitas suatu amal (Q.S. 4:125), dan hadits dari Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasannya bagi tiap-
tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa hijrah menuju (ridha) Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrah karena
dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya,
maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.” (HR. Bukhari Muslim)
d. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah (2:262, 4:145-146).
3. Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas
a. Menyerahkan segala urusan kepada Allah, Rasul, dan akhirat.
b. Memerangi kesenangan hawa nafsu dunia.
c. Menyadari bahwa segala aspek kegiatan seorang Muslim adalah ibadah (2:21, 51:56).

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.

9
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengulas sedikit mengenai fenomena ikhlas yang terjadi di tengah masyarakat (dapat
dikembangkan oleh mentor). Selain itu, dapat mengulas sedikit mengenai film Kiamat Sudah
Dekat, yang di bagian akhirnya menguji seorang tokohnya dengan ujian keihklasan.
b. Menjelaskan mengenai materi inti, yaitu ikhlas dalam berniat, berdasarkan ayat al-Quran dan
hadits dari Rasulullah SAW.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada). Penugasan yang dianjurkan
menekankan pada membaca berbagai literature keislaman dan pergerakan.
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber/Referensi
Salim Bahreisy, Riyadush Shalihin.
Ibnu Taimiyyah, Etika Beramar Ma‟ruf Nahi Munkar.
Imam al-Ghazali, Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Pembersih Jiwa.

10
Materi 9
Ma’Rifatullah (Mengenal Allah SWT)
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami urgensi manusia mengenal Allah SWT dengan baik dan benar sehingga dapat
memberikan 3 alasan, mengapa manusia perlu mengenal Allah SWT.
2. Memahami eksistensi Allah SWT dan dalil-dalilnya lengkap dengan contoh-contohnya, sehingga
dapat menjelaskan minimal 3 dari dalil-dalil yang ada.
3. Memahami cara yang tepat dalam mengenal Allah SWT, dengan menggunakan dua pendekatan
ayat, yaitu Qauliyah dan Kauniyah, sehingga dapat menjelaskan kepada yang lain.
4. Menunjukkan keyakinan akan eksistensi Allah SWT, sehingga ia mau menjadikan seluruh
aktivitasnya ikhlas karena Allah SWT.
5. Membentuk sistem nilai akan manfaat mengenal Allah SWT, sehingga menerima dan tunduk
penuh kepada-Nya dan tidak bertahkim kepada selain hukum Allah SWT.

B. Titik Tekan Materi


Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Perlunya manusia mengenal Allah
SWT, karena Allah SWT adalah Tuhan yang menciptakan, memberikan rezeki, memelihara seluruh
makhluk, dan sebagainya. Karena jika manusia tidak mengenal Allah SWT, pastilah mereka
menyembah Allah SWT dengan salah, yang dengan sendirinya ibadah yang mereka lakukan menjadi
sia-sia.
Adapun dalil-dalil eksistensi Allah SWT. adalah naqli, akal, fitrah, panca indera, dan sejarah.
Kesemua dalil itu terdapat dalam ayat-ayat Allah SWT, baik qauliyah maupun kauniyah, yang menjadi
landasan metode mengenal Allah SWT dengan dua jalan; jalan Islam dan bukan Islam. Di samping itu
dalam materi ini dipaparkan manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari mengenal Allah SWT. Sehingga
seseorang dapat mengikhlaskan semua amalnya hanya kepada Allah SWT dan hanya ingin tunduk
kepada Allah SWT dan hukum-hukumnya saja.

C. Sasaran Materi
1. Mutarobbi menjadikan Allah sebagai satu-satunya Illah dan tujuan yang merupakan konsekuensi
dalam pemaknaan syahadat.
2. Mutarobbi meningkatkan interaksi Allah SWT dengan cara-cara diterangkan ayat qauliyah .

11
3. Mutarobbi mampu mentafakuri ayat kauniyah-Nya dengan mencermati alam .
4. Mutarobbi melaksanakan sholat wajib sebagai salah satu kebutuhannya berinteraksi dengan
Allah: mutarobbiah mulai mengenakan jilbab.
5. Semangat untuk membaca Al Quran dalam amal keseharian, memahami serta mampu melafalkan
hukum tajwid qolqolah.
6. Mutarobbi siap mempelajari marifatullah lebih lanjut pada tahap mentoring halaqoh.
7. Mutarabbi mengimplementasikan Muwashafat Tarbiyah dalam kehidupannya.
8. Mutarabbi bersikap terbuka memperluas dengan ta‟aruf dan tidak malu-malu untuk
membudayakan salam.

D. Materi Pokok

1. PENTINGNYA MENGENAL ALLAH (Ahamiyyatu Ma‟rifatullah)(QS. 47:19, 3:18,


22:73, 39:67)
a. Karena Allah adalah Tuhan semesta alam (QS. 13:16, 6:19, 27:59, 24:35-37, 2:255)
b. Karena akal kita sendiri tidak mungkin menjelaskan secara benar asal kejadian kita (30:30)
c. Karena begitu banyak rahasia alam yang tidak mungkin dijelaskan kecuali oleh yang
menciptakannya (30:54).
d. Karena wujud (eksistensi) Allah didukung oleh dalil-dalil yang kuat :
1) Dalil Naqli (tekstual)  (QS.6:19)
2) Dalil Aqli  (QS. 3:190)

12
3) Dalil Fithrah  (QS. 7:172, 75:14 -15)
4) Dalil Indrawi  (QS. 29:53)
e. Manfaat-manfaat dari mengenal Allah
1) Hurriyah/kemerdekaan (QS. 6: 82)
2) Tuma‟ninah/ketenangan (QS. 13: 28)
3) Barakat/berkah yang banyak (QS. 7: 96)
4) Hayat thayyibah/kehidupan yang baik (QS. 16: 97)
5) Jannah/surga (QS. 10:25-26)
6) Mardhatillah/keridhaan Allah

2. CARA MENUJU MA’RIFATULLAH(Ath Thariiq Ila Ma‟rifatullah)


Allah dapat dikenal melalui 2 jenis ayat-ayat Allah., yaitu :
a. Merenungi dan mentadabburi ayat-ayat Al-Qur‟an (Ayat Qauliyah)  (QS. 95: 1-5)
Kita diperintahkan untuk merenungi dan mentadabburi [QS. 4: 82, 23: 68, 38: 2] Al-Qur‟an
berisi kebenaran yang meliputi semua hal, kebenarannya tidak banyak dibuktikan :
“Kami akan memperlihatkan pada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur‟an adalah benar
[QS. 41: 53]
b. Melihat tanda-tanda kekuasaan Allah (Ayat Kauniyah)  (QS. 41: 53, 3: 190-191, 2: 164)
Semua yang berada di sekeliling kita baik yang kecil hingga yang besar berada dalam diri
kita atau dialam semesta semuanya adalah ayat Allah yang bersatu dalam harmoni yang
begitu indah dan banyak mengandung hikmah.

13
Cara untuk mengenal Allah ada 2 metode :
a. Metode Islam : Ayat-ayat Allah, qauliyah dan kauniyah, didekati dengan akal dan naql (QS.
10: 100-101, 65: 10, 67: 10) yang melahirkan pada diri seseorang pembenaran eksistensi
Allah (QS. 3: 191, 50: 37), yang pada akhirnya menjadi beriman.
b. Metode selain Islam : Ayat-ayat Allah, qauliyah dan kauniyah, didekati dengan prasangka
dan hawa nafsu (QS. 2:55, 10: 36, 6: 115) yang melahirkan pada diri seseorang keragu-
raguan terhadap eksistensi Allah (QS. 22: 55, 24: 50), yang pada akhirnya ia dapat menjadi
kafir.

3. BUKTI KEBERADAAN ALLAH(Al Adillah „Ala Wujudillah)


a. Pada diri manusia terdapat ayat Allah [QS Adz-Dzariyat, 56: 21]. Organ tubuh kita berjalan
tanpa perintah yang menunjukkan ada mekanisme yang menakjubkan dalam tubuh kita,
pencernaan, eksresi, sekresi, hormon, peredaran darah dll.
b. Keteraturan alam tidak mungkin terjadi begitu saja, kecuali ada yang mengaturnya, yaitu dzat
yang menciptakannya [QS 41:53].
c. Manusia memiliki kecenderungan (fithrah) untuk mencari dzat yang memiliki kekuatan
melebihi dirinya.
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengulas singkat mengenai kondisi umat Islam saat ini, yang sering disebut dengan “Islam
KTP”, sehingga Mutarabbi mendapatkan motivasi untuk mengikuti materi ini.
b. Menghubungkan fenomena tadi ke dalam tugas kita selaku manusia, yaitu beribadah ke Allah
SWT, sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa kita harus beribadah kepada Allah. Dari

14
sini akan menimbulkan motivasi untuk lebih mengenal siapa yang wajib diibadahi, yaitu
Allah SWT, dengan pertanyaan “Sudahkah kita mengenal Allah SWT?”
c. Menjelaskan mengenai pentingnya mengenal Allah SWT disertai dengan dalil-dalil. (lihat
materi pokok)
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
b. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
c. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
d. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
e. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman siswa
sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
f. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
g. Memberikan tugas kepada Mutarabbi (bila ada).
h. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber/Referensi
1. Said Hawwa‟, Al Islam Jilid 1 dan 2
2. Abdul Karim Zaidan, Dr. Ushulud Da‟wah
3. Abul A‟la Al Maududi, Pirnsip-prinsip Islam
4. Yusuf Qardhawi, Dr. Karakteristik Islam
5. Abdullah Muslim, Prof, Dr. dan Shalah Assyawi. Prinsip-prinsip Islam untuk Kehidupan. LP2SI
Al Haramain.

H. Hikmah
ALL ABOUT LOVE...

15
Pernahkah Sahabat Muda merasakan jatuh cinta, pada seseorang? Pasti pernah. Bagaimana
rasanya, tak usahlah kita mencari jawabannya, karena tiap orang jawabannya rata-rata sama. Indah dan
berjuta rasanya. Dunia serasa berseri, setiap orang dirasakan ramah, alam di sekelilingnya terasa indah.
Pokoknya apa yang ada di sekeliling kita....wah.... Apalagi kalau orang yang kita cintai itu mencintai
kita....wah (lagi). Katanya orang yang sedang fall in love itu tiap hari harus ketemu, kemana-mana harus
sama-sama kalau sekali tak bertemu rindunya setengah mati, yang pasti dunia serasa milik berdua yang
lain pada ngontrak..:). Mereka nggak peduli dan nggak mempedulikan orang lain, yang penting mereka
senang. Yang diingat hanyalah dia....dia....dan dia.
"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'. Tapi manusia tumbuh dan
besar dalam, Cinta. Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada
yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia
seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih
rendah. Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa
sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa,
besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling
tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku
jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Taj Mahal yang indah di
India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun
karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta. Cinta adalah kaki-kaki yang
melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan
permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan
yang lebih baik. Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam
kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.
Pingin tau ngga‟ tanda-tanda orang yang jatuh cinta, kalo pingin simak aja yang berikut ini :
1. Selalu ingin bertemu.Orang yang jatuh cinta kepada Allah selalu ingin bertemu dengannya. Hal
ini diwujudkan dengan shalat.
2. Malu-malu jika yang dicintai memandangnya. Cinta kepada Allah akan membuat kita merasa
malu bila sampai melakukan kesalahan.
3. Banyak mengingat dan menyebut nama yang dicintainya. Orang yang jatuh cinta, merasa
bangga ketika menyebut yang dicintainya, terutama dikala dalam keadaan bahaya. Inilah yang
diisyaratkan Allah dalam firman-Nya, “... jika kalian bertemu dengan musuh, berteguh hatilah
dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya ,” (QS Al-Anfal : 45).

16
4. Tunduk kepada apa yang diperintahkan yang dicintainya. Imam Syafi‟i pernah berttur dalam
syairnya, “Seandainya cintamu itu benar, tentu engkau akan menaatinya. Karena sang pencinta
pasti akan menuruti yang dicintainya.” Allah juga berfirman ,”Jika kalian mencintai Allah,
ikutilah aku (Myuhammad) niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS
al-maidah : 31).
5. Sabar terhadap ujian dari yang dicintainya. Bahkan, kesabaran itu harus manjadi ketaatan.
6. Mencintai apa yang dicintai sang kekasihnya. Diceritakan bahwa Anas bin Malik menyukai labu
karena Rasulullah saw menyukai buah itu.
7. Cemburu terhadap apa yang dicintainya. Ketika Sa‟ad bin Ubadah menggambarkan, jika ia
menemujkan istrinya bersama lelaki lain, ia akan marah dan membunuhnya lantaran cemburu,
Rasulullah saw bersabda, “Apakah kalian heran terhadap kecmburuan Sa‟ad? Sungguh aku lebih
pencemburu daripada Sa‟ad. Allah lebih pencemburu daripada aku,” (HR Bukhari Muslim).
8. Bersedia berkorban untuk yang dicintainya. Hal ini telah dicontohkan oleh para sahabat. Mereka
bersedia mengorbankan apa saja demi kejayaan Islam yang mereka cintai.
9. Bergetar jika disebut nama atau sesuatu yang berkanaan dengan yang dicintainya, Inilah sifat
orang-orang mukmin yang digambarkan Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang bila disebut nama Allah, bergetarlah hatinya,...” (QS al-
anfal : 2).
Selanjutnya ia akan ikut mencintai apapun yang dicintai sang kekasih. Jika akan mengunjungi
orang yang dicintai jalan yang dilalui terasa pendek meskipun jaraknya jauh sekali. Dan biasanya ia
akan salah tingkah jika sedang mengunjungi atau sedang dikunjungi orang yang dicintai. Lalu ia akan
kaget dan gemetar tatkala berhadapan dengan orang yang dicintai atau tatkala mendengar namanya
disebut. Jika ada orang lain yang membahasnya ia akan merasa cemburu. Menyenangi apapun yang
menyenangkan orang yang dicintai meskipun sebenarnya kita tidak menyukainya. Ini merupakan salah
satu keharusan karena sedikit berkorban untuk mendapatkan keridhaan orang yang dicintai, rasanya
merupakan kewajiban.
Ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta selain yang disebut diatas adalah ia akan mempunyai
kebiasaan baru yaitu suka menyendiri dan helaan nafas panjang yang kerap dilakukan. Dan tentunya ia
akan selalu berusaha untuk menghindari hal-hal yang akan meregangkan hubungan karena yang dicari
pastilah kecocokan antara orang yang mencintai dan orang yang dicintai. Pada akhirnya ia akan tunduk
dan patuh pada orang yang dicintai.
Jika anda merasakan salah satu diantara tanda-tanda diatas bersiap-siaplah untuk merasakan
tanda-tanda yang lain. Karena kalau salah satu tanda sudah datang, pasti akan diikuti oleh tanda yang

17
lainnya. Bersyukurlah kalau anda mengalaminya. Ada satu hal yang kadang-kadang terlupakan atau
dilupakan oleh orang yang sedang jatuh cinta. Apa? Allah, Tuhan yang memiliki cinta. Hanya Dia yang
berhak dicintai. Pernahkan kita jatuh cinta pada-Nya?
Kalau jatuh cinta pada sesama manusia ada keinginan dari kita agar orang lain mengetahuinya.
Ingin rasanya diberitahukan pada semua orang tentang apa yang sedang terjadi pada kita. Biar semua
orang tahu kalau kita sedang jatuh cinta. Akankah sama ceritanya jika sedang jatuh cinta pada Allah.
Rasanya tidak. Jika sedang jatuh cinta pada Allah, rasanya kita akan malu untuk mengakuinya apalagi
sampai orang lain tahu. Kita akan sangat egois untuk tidak berbagi cerita pada yang lain.
Lalu berapa banyakkah dari mereka yang pada saat fall in love selain mengingat si do‟i juga
mengingat Allah? Berapa banyakkah dari mereka yang menyadari bahwa jatuh cinta merupakan
anugerah besar yang harus disyukuri? Jika saja setiap orang yang sedang jatuh cinta pada sesame
manusia dan mengalami tanda-tanda seperti tadi, merasakan dan melakukan hal yang sama pula dengan
ketika ia jatuh cinta pada Allah Rabbul 'Alamin, subhanallah, Mahasuci Allah yang telah memberikan
cintanya pada manusia dengan memberikan anugrah berupa rasa cinta.
Cinta itu laksana pohon didalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yag dicintai,
dahannya adalah mengetahuinya, ranting-ranting adalah ketakutan kepadanya, daun-daun adalah malu
kepadanya, buahnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya.
Jika di dalam cinta ada satu bagian yang kosong, berarti cinta itu kurang. Allah telah mensifati Diri-Nya,
bahwa Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang mukmin dan mereka pun mencintai-Nya.
Sesungguhnya, kecintaan pada Allah pasti bisa menyelamatkan orang yang mencintai-Nya dari
adzab dan semestinya pula seorang hamba tidak mencoba-coba mengganti cinta hakiki itu dengan yang
lainnya.
Sahabat Muda, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk meraih derajat cinta tertinggi,
yaitu cinta Allah SWT.
1. Kenali Allah dan kenali apa yang Allah sukai
Caranya, melalui firman-firman-Nya. Baca, fahami, dan tadaburi Al Qur‟an. Dalam surat
Shaad ayat 29 Allah berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yantg kami turunkan kepadamu, penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran.”
2. Melihat dan merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah
Caranya, kita bisa lihat ciptaan-Nya, semua yang ada disekeliling kita, sampai hal yang
paling kecil sekalipun, termasuk diri kita. Semuanya adlah ayat-ayat Allah yang bisa kita petik
hikamahnya . Buka saja Q.S. Al „Imran: 190-191,”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan

18
bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, yaitu orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau dudukatau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya
Rabb tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa api neraka.”
3. Rajin-rajin berkomunikasi dengan Allah
Caranya, perbanyaklah ibadah dan dzikir kepada Allah. Jika sobat memilki masalah
curhatlah pada Allah, mintalah bantuannya.
Sahabat Muda...bahu-membahulah membangun cinta dengan para pecinta, cinta
kebenaran, cinta Rasulullah, cintasemata-mata karena Allah.....
Arungi dan nikmati jamuan cinta dalam bahtera kehidupan dari Sang Maha
Cinta...Rabbul Izzati…

19
Materi 10
Ma’Rifatul Qur’an (Mengenal al-Qur’an)
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat
1. Murobbi mendeskripsikan fenomena Al Quran yang terlupakan oleh muslim sehingga tidak
mempunyai pedoman dalam kehidupan.
2. Menekankan kedudukan Al Quran sebagai panduan hidup (Al Quran Dusturuna), keutamaan
berinteraksi dengan Al Quran.
3. Mengenalkan keistemewaan atau mukjizat yang dikandung dalam Al Quran, dan bukti-bukti
kebenaran Al Quran lewat tafakur alam.
4. Memotivasi peningkatan ilmu akademis dan amal ibadah mutarobbi.
5. Memotivasi mutarobbi untuk meningkatkan ibadah dengan sholat wajib berjamaah di masjid ;
mengarahkan mutarobbiah untuk tidak berlebih-lebihan (tabarruj) dalam berhias.
6. Memotivasi untuk meningkatkan dan mempertahankan interaksi dengan Al Quran.

B. Titik Tekan Materi


Al-Quran adalah Kalamullah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang disampaikan kepada kita secara mutawattir dan membacanya merupakan
ibadah. Apabila disebut nama al-Quran, ia mengandung beberapa hakikat, seperti Kalaamullah,
mukjizat, diturunkan kepada hati Nabi, disampaikan secara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah.

C. Sasaran Materi
1. Mutarobbi menyadari seberapa besar tingkat interaksinya dengan Al Quran.
2. Mutarobbi merasakan bangga dan indahnya hidup di bawah naungan Al Qur‟an.
3. Mutarobbi menyakini sebenar-benarnya kebenaran Al Quran.
4. Mutarobbi membiasakan diri untuk sholat wajib berjamaah di masjid (min: 1 waktu perhari):
mutarobbiah sederhana dalam berpakaian dan berhias dan sesuai syariat.
5. Kesinambungan dan peningkatan interaksi dengan Al Quran (20 ayat perhari), dan mengenal
tanda-tanda berhenti (waqof) dalam Al Quran.

20
D. Materi Pokok

1. Mengenali Al Quran
Al Qur‟an adalah kalamullah. Ia telah diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad
SAW, sebagaimana kitab Taurat, Injil dan Zabur diturunkan kepada nabi-nabi sebelum baginda SAW.
Al Qur‟an merupakan rujukan asal kepada risalah Islam. Siapa yang tidak berpedoman kepada Al-
Qur‟an berarti dia jauh dari panduan dan rujukan Islam. Al Qur‟an juga merupakan kitab petunjuk dan
pembawa rahmat untuk seluruh alam. Segala panduan terhadap aturan hidup dan kehidupan antara
manusia dengan Tuhan, alam, masyarakat dan diri sendiri termuat di dalam Al Qur‟an. Siapa yang
mendekati sumber hidayah ini insya Allah akan tersentuh dengan petunjukNya dan siapa yang tidak
mendekatiNya akan jauh dari hidayahNya.
Al Qur‟an yang merupakan kalamullah itu adalah mukjizat yang hebat, tetap, dan kekal
walaupun melalui berbagai zaman. Mukjizat ini menantang jin dan juga manusia serta menjadikan
semua pendukung kesesatan dan nafsu tunduk membisu. Karenanya, Allah telah menjadikan Al Qur‟an
sebagai pembasuh hati bagi mereka yang mempunyai penglihatan dan makrifat. Mukjizat ini tidak akan
usang karena perputaran waktu dan penolakan dari golongan yang tidak beriman. Al Qur‟an akan tetap
dijaga oleh Allah seperti yang dijanjikanNya (Q.S 15:9)
Al Qur‟an adalah kitap lengkap sebagai pedoman hidup manusia dalam segala aspek. Ia adalah
kitab yang menerangkan hokum-hukum syariat dari segi halal-haram dan hal lain yang berkaitan dengan
kehidupan manusia. Ia juga membawa kisah-kisah dan berita-berita pengajaran sebagai bahan renungan
terhadap peristiwa-peristiwa di dalam sejarah seperti ashabul kahfi, tentara gajah, Fir‟aun, dan lain-lain.
Al Qur‟an juga merupakan panduan seluruh manusia beriman tentang masalah jihad, aspek, dan
pelaksanaannya. Al Qur‟an memerankan fungsi utama di dalam mendidik dan mentarbiyah jiwa-jiwa
manusia agar menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya.
2. Pengertian Al Qur’an
Qur‟an secara harfiah diartikan “bacaan”, yang berasal dari kata qaraa. Adapun menurut
definisinya, Al Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan atau

21
diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir
serta membacanya adalah ibadah.
3. Al Qur’an disampaikan secara mutawatir sehingga terpelihara asholahnya
Al Qur‟an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah sebagai petunjuk kepada manusia.
Apabila wahyu itu sampai kepada Rasulullah, baginda terus menyampaikan kepada para sahabat
terutama golongan huffaz yang bertugas menghafal wahyu-wahyu dan ditulis oleh para sahabat lain yang
ditugaskan khusus untuk itu.
Al Qur‟an yang diturunkan itu ditulis dengan arahan dari Nabi SAW di atas pelepah-pelepah
kurma, tulang-tulang, kulit-kulit binatang dan sebagainya mengikuti urutan penurunannya. Di kalangan
sahabat ada yang membuat catatan khusus untuk disimpan sendiri oleh Rasulullah SAW. Pada zaman
Abu Bakar, Zaid bin Tsabit telah diberi tanggungjawab untuk mengumpulkan Al Qur‟an ke dalam satu
mushaf setelah bermusyawarah dengan Umar. Pada zaman Utsman, mushaf pertama telah ditulis
berdasarkan naskah yang tersimpan pada Hafsah binti Umar yang telah dikumpulkan oleh Abu Bakar.
Sedangkan Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-„Ash dan Abdul Rahman bin Al-
Harits telah ditugaskan untuk melaksanakan tugas itu dengan menyatukan pendapat dari berbagai
perbedaan yang ada. Utsman menyimpan satu naskah asli. Saat ini mushaf ini dikenal dengan mushaf
Utsmani.
4. Membaca Al Qur’an adalah ibadah
Membaca Al Qur‟an adalah membaca kalamullah yang mengandungi berbagai macam petunjuk
dari Allah SWT untuk kepentingan manusia. Karena itu membaca Al Qur‟an adalah ibadah yang harus
dilakukan manusia. Apabila kita membaca Al Qur‟an, Allah SWT menjanjikan ganjaran yang cukup
besar dan kelebihan-kelebihan yang tiada tandingannya.
Hadits riwayat Abu Musa al-Asya‟ari: Orang mukmin yang membaca Al Qur‟an ibarat buah
sitrun (sejenis limau). Baunya harum dan rasanya lezat. Orang mukmin yang tidak membaca Al Qur‟an
ibarat buah kurma. Ia tidak mempunyai bau tetapi rasanya sedap dan manis. Orang munafiq yang
membaca Al Qur‟an ibarat buah raihanah, baunya sedap tetapi rasanya pahit. Orang munafiq yang tidak
membaca Al Qur‟an ibarat buah petola, ia tidak mempunyai bau dan rasanya pahit. (Riwayat Bukhari
dan Muslim).
Hadits riwayat Abu Umamah al-Bahili:Bacalah Al Qur‟an, sesungguhnya ia akan datang pada
hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada pembacanya. (Riwayat Muslim).
5. Nama-nama Al-Qur’an
Allah SWT telah menurunkan Al Qur‟an kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman dan
rujukan bagi hidup manusia. Di dalam Al Qur‟an Allah SWT telah menyebut Al Qur‟an itu sendiri

22
dengan berbagai nama. Setiap nama-nama itu memberikan tasawwur terhadap sifat dan peranan yang
dimiliki oleh Al Qur‟an itu sendiri sesuai dengan isi kandungan yang dimiliknya. Dengan memahami
nama-nama ini, akan menghapuskan prasangka bahwa Al Qur‟an itu hanya sebagai Kitab biasa seperti
kitab-kitab lain. Karena Al Qur‟an memiliki kemuliaan yang dipelihara oleh Allah dan memiliki fungsi
yang begitu besar dalam mengatur tatacara hidup manusia.
Nama-nama lain bagi Al Qur‟an yang disebut sendiri oleh Allah SWT melebihi sepuluh nama
diantaranya:
a. Al-Kitab (Q.S 2:2)
Perkataan kitab di dalam bahasa Arab dengan baris tanwin di akhirnya (kitabun)
memberikan makna umum yaitu sebuah kita yang tidak tertentu. Apabila ditambah dengan
alif laam di depannya menjadi (al kitab) maka berubah menjadi suatu yang khusus.
b. Al Huda
Allah SWT telah menyatakan bahwa Al Qur‟an itu adalah petunjuk (huda). Dalam
satu ayat Allah menyatakan ia sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dan satu
ayat yang lain, ia sebagai petunjuk untuk manusia seluruhnya. Apabila disebut oleh Allah
sebagai petunjuk, maka ia merupakan sumbur rujukan dan jarum kompas bagi kehidupan
manusia. Tanpa kitab ini manusia akan menyimpang dari tujuan yang sebenarnya. Karena
itulah Al Qur‟an adalah petunjuk yang mesti digunakan.
c. Furqon (Pembeda) (Q.S 25:1)
Al Furqon berarti Al Qur‟an sebagai pembeda antara yang haq dan bathil. Mengenal
Al Qur‟an maka otomatis dapat mengenal Al Haq dan dapat membedakannya dengan
kebathilan.
d. Ar Rahman (Q.S 17:82)
Allah menamakan Al Qur‟an dengan rahmat adalah karena dengan Al Qur‟an ini akan
melahirkan iman dan hikmah. Bagi manusia yang beriman dan berpegang kepada Al Qur‟an
ia akan mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan itu.
e. Ruh (Q.S 42:52)
Allah SWT telah menamakan wahyu yang diturunkan kepada rasulNya SAW sebagai
ruh. Sifat ruh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti jasad manusia yang bila tanpa ruh ia
akan mati, busuk, dan tidak berguna. Bahkan ia akan dipandang seperti binatang yang mati di
tepi jalan. Dalam hubungan ini, menurut ulama, Al Qur‟an mampu menghidupkan hati-hati
yang mati sehingga dekat dengan Penciptanya.

23
f. As Syifa (Obat) (Q.S 10:57)
Allah SWT telah mensifatkan bahwa Al Qur‟an yang diturunkan kepada umat
manusia lewat Nabi Muhammad SAW sebagai penyembuh atau obat. Bila disebut obat, tentu
ada kaitannya dengan penyakit. Dalam tafsir Ibnu Katsir dinyatakan bahwa Al Qur‟an adalah
penyembuh dari penyakit-penyakit yang ada dalam hati-hati manusia seperti syirik, sombong,
congkak, ragu, dan sebagainya.
g. Al Haq (Kebenaran) (Q.S 2:147)
Al Qur‟an dinamakan dengan Al Haq karena dari awal hingga akhirnya, kandungan
Al Qur‟an adalah kebenaran semua. Kebenaran dari Allah yang menciptakan manusia dan
mengatur system untuk manusia hidup di alam ini. Bukanlah kebenaran itu mengikuti ukuran
dan nafsu manusia, karena pandangan dan nafsu manusia terlalu dangkal dan terbatas dalam
menentukan keadilan dan kebenaran hakiki. Karena itulah, ukuran dan pandangan dari Al
Qur‟an adalah sesuatu yang sebenarnya harus diikuti dan dijadikan prioritas dalam mengukur
dan mempertimbangkan sesuatu.
h. Al Mauidhoh (Pengajaran) (Q.S 3:138, 45:17,22)
Al Qur‟an yang diturunkan oleh Allah adalah untuk kegunaan dan keperluan manusia,
karena manusia senantiasa memerlukan peringatan dan pengajaran yang akan membawa
mereka kembali kepada tujuan penciptaan yang sebenarnya. Tanpa bahan-bahan pengajaran
dan peringatan itu, manusia akan terlena dan lalai dari tugasnya karena mereka senantiasa
diikuti oleh syaitan laknatullah yang akan melarikan mereka dari jalan Allah.
i. Adzikru (Pemberi Peringatan) (Q.S 15:9)
Allah SWT menyifatkan Al Qur‟an sebagai adz-dzikru (peringatan) karena sebetulnya
Al Qur‟an itu senantiasa memberikan peringatan kepada manusia karena sifat lupa yang tidak
luput dari manusia. Lupa dalam berbagai hal, baik dalam hubungan dengan Allah, hubungan
sesama manusia maupun lupa terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu kita yang beriman
dengan Al Qur‟an dituntut untuk senantiasa memperingatkan kita dengan tanggungjawab
kita. Di dalam harakah, seorang ikhwah dituntut untuk bersama dengan Al Qur‟an satu juz
setiap hari secara tilawah.
j. Busyro (Berita Gembira) (Q.S 16:89)
Al Qur‟an sering menceritakan kabar gembira bagi mereka yang beriman kepada
Allah SWT dan menjalani hidup mereka menurut kehendak dan jalan yang telah diatur oleh
Al Qur‟an. Kabar-kabar ini menyampaikan akhir yang baik dan balasan yang
menggembirakan bagi orang yang patuh pada jalan Al Qur‟an. Seperti dihadiahkan dengan

24
syurga, dinikahkan dengan bidadari, dan diberikan dengan kemewahan hidup yang tidak
pernah tergambar oleh lintasan pemikiran kita sendiri. Terlalu banyak janji-janji gembira
yang pasti dari Allah untuk mereka yang beriman. Karena itu Allah menyebutkan juga Al
Qur‟an sebagai pembawa berita gembira (busyra).
6. Makanatul Qur’an (Kedudukan Al Qur’an)
Kedudukan Al Qur‟an atau fungsinya meliputi beberapa hal di antaranya adalah:
a. kitab berita dan kabar (Q.S 78:1-2)
b. kitab hukum syariah (Q.S 5:49,50)
c. kitab jihad (Q.S 29:89)
d. kitab tarbiyah (Q.S 3:79)
e. pedoman hidup (Q.S 28:50)
f. kitab ilmu pengetahuan (Q.S 96:1-5)

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengulas mengenai kondisi masa jahiliyah, yang kala itu belum diutusnya Rasul.
b. Menjelaskan mengenai fenomena bangsa Arab setelah diutusnya Rasul dan diturunkannya al-
Quran.
c. Menjelaskan fenomena umat Islam saat ini yang jauh dari interaksi dengan al-Quran,
sehingga buta terhadap sebagian bahkan keseluruhan isi al-Quran.
d. Menjelaskan mengenai materi inti, yaitu Ma‟rifatul Quran.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.

25
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada). Penugasan yang dianjurkan
menekankan pada membaca berbagai literature keislaman dan pergerakan.
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber / Referensi
Dr. Irwan Prayitno, Kepribadian Muslim.

H. Hikmah
PETA KEHIDUPAN
Seorang ibu muda sibuk membuka-buka tumpukan majalah di lemarinya. Satu persatu di
keluarkan. Ah... akhirnya ketemu juga. Ya, wanita itu sedang sibuk mencari-cari Al-Qur‟an dan
terjemahannya. Sebelumnya ia baru saja menelepon ibunya di luar kota untuk mengabari anaknya yang
selalu sakit-sakitan. Lalu sang ibu menyuruhnya untuk memperbanyak membaca Al-Qur‟an terutama
ayat kursyi. Dengan penuh kebingungan, karena buta membaca Al-Qur‟an dan jarang sekali
membukanya, wanita muda itu mencari di daftar isi Al-Qur‟an, siapa tahu ada di tulis ayat kursyi…
sampai beberapa lama di cari tak ia temukan, akhirnya ia menelepon salah seorang tetangganya untuk
menanyakan dimana tulisan ayat kursyi itu dicantumkan. Barulah akhirnya ia tahu bila ayat kursyi itu
adalah salah satu ayat dalam surat Al-Baqarah (QS Al-Baqarah:255) dan bukan di daftar isi!
Saat kita akan memasuki suatu daerah yang asing dan belum pernah ada seorang pun yang
melewatinya, tentu kita perlu peta petunjuk agar tak salah jalan. Bila kita nekad memasukinya tanpa peta
petunjuk, pasti dengan mudah kita tersesat dan mustahil sampai ke tempat yang dituju. Ya... begitulah
pula dengan kehidupan saudaraku, hidup ini sesuatu yang asing dan belum pernah kita mengalaminya

26
sebelumnya. Semua manusia lahir ke dunia, menjalani hidup bersiap untuk menjalani kehidupan di alam
selajutnya. Lalu bagaimana bila kita tidak berpegang pada „Peta Kehidupan‟? Jawabannya pasti,
”Tersesat”.
Rasulullah Saw bersabda, ”Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang jika kalian berpegang
teguh dengan keduanya, niscaya kalian tidak akan tesesat untuk selamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya.” Kemudian dalam Al-Qur‟an, Allah berfirman, ”Kitab ini (Al-Qur‟an) tidak ada keraguan
padanya dan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah:2).
Saudaraku, „Peta Kehidupan‟ itu sudah di berikan pada kita yakni Al-Qur‟an dan Sunnah
Rasulullah Saw. Sekarang tinggal kita yang harus terus berpegang padanya. Al Qur‟an bukanlah
pajangan di ruang tamu dengan tujuan agar jauh dari jin dan setan. Atau hanya sebatas digunakan untuk
mas kawin lalu tidak di buka-buka lagi.
Al Qur‟an adalah navigator kita menjalani hidup. Untuk itu mari kita mulai mempelajarinya,
memahaminya lalu mengamalkannya. Jangan malu dan merasa ketuaan bila kita harus memulainya
dengan belajar “A, Ba, Ta, Tsa”. Jangan gengsi bila kita harus duduk bersama dengan saudara lain yang
jauh lebih muda demi untuk sama-sama mempelajari kitab-Nya.Tanyalah maksud tiap ayat yang kita
baca pada orang yang paham agama. Mari kita bersama belajar untuk mengenal Sang Pencipta dan bantu
saudara kita yang lain untuk memahami apa arti kehidupan di dunia, dan bagaimana menggapai
kebahagiaan hidup di akhirat. Mari kita membaca al-Qur‟an, agar tak perlu kita bersusah-susah kelak
bila menasehatinya, dan agar do‟a-do‟a mereka terus mengalir menerangi kubur kita kelak. Ya, Al-
Qur‟an warisan terbaik dan berharga untuk mereka.
Al-Quran mempunyai sekian banyak fungsi. Di antaranya adalah menjadi bukti kebenaran Nabi
Muhammad SAW. Bukti kebenaran tersebut dikemukakan juga dalam bentuk tantangan yang sifatnya
bertahap.
1. Menantang siapa pun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al- Quran secara
keseluruhan (baca QS 52:34).
2. Menantang mereka untuk menyusun sepuluh surah saja semacam Al-Quran (baca QS 11:13).
Seluruh Al-Quran berisikan 114 surah.
3. Menantang mereka untuk menyusun satu surah saja semacam Al-Quran (baca QS 10:38).
4. Menantang mereka untuk menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan satu surah
dari Al-Quran (baca QS 2:23).
Dalam hal ini, Al-Quran menegaskan: Katakanlah (hai Muhammad) sesungguhnya jika manusia
dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan

27
mampu membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain. (QS 17 :88).
Seorang ahli berkomentar bahwa tantangan yang sedemikian lantang ini tidak dapat
dikemukakan oleh seseorang kecuali jika ia memiliki satu dari dua sifat: gila atau sangat yakin (iman).
Muhammad SAW sangat yakin akan wahyu-wahyu Tuhan, karena "Wahyu adalah informasi yang
diyakini dengan sebenarnya bersumber dari Tuhan."
Walaupun Al-Quran menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad, tapi fungsi utamanya adalah
menjadi "petunjuk untuk seluruh umat manusia." Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama, atau
yang biasa juga disebut sebagai syari'at.
Karena satu sifat egoistis manusia, maka ia tidak begitu saja mempercayai informasi-informasi
dari Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi itu. Mereka bahkan tidak percaya bahwa manusia-
manusia terpilih itu adalah Nabi-nabi yang mendapat tugas khusus dari Tuhan.
Untuk meyakinkan manusia, para Nabi atau Rasul diberi bukti-bukti yang pasti dan terjangkau.
Bukti-bukti tersebut merupakan hal-hal tertentu yang tidak mungkin dapat mereka -sebagai manusia
biasa (bukan pilihan Tuhan)- lakukan. Bukti-bukti tersebut dalam bahasa agama dinamai "mukjizat".
Para Nabi atau Rasul terdahulu (termasuk Nabi Isa) memiliki mukjizat-mukjizat yang bersifat
temporal, lokal, dan material. Ini disebabkan karena misi mereka terbatas pada daerah tertentu dan
waktu tertentu. Ini jelas berbeda dengan misi Nabi Muhammad saw. Beliau diutus untuk seluruh umat
manusia, di mana dan kapan pun hingga akhir zaman.
Pengutusan ini disertai mukjizatnya juga. Dan karena sifat pengutusan yang terakhir dan untuk
semua umat manusia di dunia, maka bukti kebenaran beliau juga tidak mungkin bersifat lokal,
temporal, dan material. Bukti itu harus bersifat universal, kekal, dapat dipikirkan dan dibuktikan
kebenarannya oleh akal manusia. Di sinilah terletak fungsi Al-Quran sebagai mukjizat.
Paling tidak ada 3 aspek dalam Al-Quran yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad
SAW sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah
benar bersumber dari Allah SWT.
Perlu diketahui bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang yang pandai membaca dan menulis.
Ia juga tidak hidup dan bermukim di tengah-tengah masyarakat yang relatif lebih mengenal peradaban,
seperti Mesir, Persia atau Romawi. Beliau dibesarkan dan hidup di tengah-tengah kaum yang oleh
beliau sendiri dilukiskan sebagai "Kami adalah masyarakat yang tidak pandai menulis dan berhitung."
Al-Quran juga menyatakan bahwa seandainya Muhammad dapat membaca atau menulis pastilah akan
ada yang meragukan kenabian beliau (baca QS 29:48).

28
Ketiga aspek yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut:
a. Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya.
b. Aspek pemberitaan-pemberitaan gaib.
c. Aspek isyarat-isyarat ilmiah.
Tidak mudah untuk menguraikan hal ini, khususnya bagi kita yang tidak memahami dan
memiliki "rasa bahasa" Arab - karena keindahan diperoleh melalui "perasaan", bukan melalui nalar.
Namun demikian, ada satu atau dua hal menyangkut redaksi Al-Quran yang dapat membantu
pemahaman aspek pertama ini.
Namun demikian, dari satu sisi setelah Al-Quran rampung diturunkan dan kemudian dilakukan
analisis serta perhitungan tentang redaksi-redaksinya, ditemukanlah hal-hal yang sangat menakjubkan.
Ditemukan adanya yang sangat serasi pada kata-kata yang digunakannya.
Semua itu berproses dan Allah Swt akan memberi imbalan atas setiap tahap proses yang kita
lalui. Cobalah ambil air wudhu, lalu buka kitab-Nya, baca artinya, pahami maksudnya, akan anda
temukan semua jawaban persoalan hidup, kedalaman muara cintaNya, dan keMaha AgunganNya.
Semua diatas segalanya. Saat ini tidak ada kata terlambat, mari kita mulai menyatu dengan Al-Qur‟an.
AYAT SUCI DALAM KROMOSOM MANUSIA
Seorang ilmuwan yang penemuannya sehebat Gallileo, Newton dan Einstein yang berhasil
membuktikan tentang keterkaitan antara Alquran dan rancang struktur tubuh manusia adalah Dr. Ahmad
Khan. Dia adalah lulusan Summa Cumlaude dari Duke University. Walaupun ia ilmuwan muda yang
tengah menanjak, terlihat cintanya hanya untuk Allah dan untuk penelitian genetiknya. Ruang kerjanya
yang dihiasi kaligrafi, kertas-kertas penghargaan, tumpukan buku-buku kumal dan kitab suci yang sering
dibukanya, menunjukkan bahwa ia merupakan kombinasi dari ilmuwan dan pecinta kitab suci.
Salah satu penemuannya yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan adalah ditemukannya
informasi lain selain konstruksi Polipeptida yang dibangun dari kodon DNA. Ayat pertama yang
mendorong penelitiannya adalah Surat "Fussilat" ayat 53 yang juga dikuatkan dengan hasil-hasil
penemuan Profesor Keith Moore ahli embriologi dari Kanada. Penemuannya tersebut diilhami ketika
Khatib pada waktu salat Jumat membacakan salah satu ayat yang ada kaitannya dengan ilmu biologi.
Bunyi ayat tersebut adalah sebagai berikut: "...Sanuriihim ayatinaa filafaaqi wa fi anfusihim hatta
yatabayyana lahum annahu ul-haqq..."Yang artinya; Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda
kekuasaan kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah
kebenaran".

29
Hipotesis awal yang diajukan Dr. Ahmad Khan adalah kata "ayatinaa" yang memiliki makna
"Ayat Allah", dijelaskan oleh Allah bahwa tanda-tanda kekuasaanNya ada juga dalam diri manusia.
Menurut Ahmad Khan ayat-ayat Allah ada juga dalam DNA (Deoxy Nucleotida Acid) manusia.
Selanjutnya ia beranggapan bahwa ada kemungkinan ayat Alquran merupakan bagian dari gen manusia.
Dalam dunia biologi dan genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi protein sama
sekali. Area tanpa produksi ini disebut Junk DNA atau DNA sampah. Kenyataannya DNA tersebut
menurut Ahmad Khan jauh sekali dari makna sampah. Menurut hasil hasil risetnya, Junk DNA tersebut
merupakan untaian firman-firman Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda kebesaran Allah bagi kaum
yang berpikir. Sebagaimana disindir oleh Allah; Afala tafakaruun (apakah kalian tidak mau bertafakur
atau menggunakan akal pikiran?).
Setelah bekerjasama dengan adiknya yang bernama Imran, seorang yang ahli dalam analisis
sistem, laboratorium genetiknya mendapatkan proyek dari pemerintah. Proyek tersebut awalnya
ditujukan untuk meneliti gen kecerdasan pada manusia. Dengan kerja kerasnya Ahmad Khan berupaya
untuk menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari rantai Kodon pada cromosome manusia.
Sampai kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat Alquran. Akhirnya pada tanggal 2 Januari tahun
1999 pukul 2 pagi, ia menemukan ayat yang pertama "Bismillahir Rahman ir Rahiim. Iqra bismirrabbika
ladzi Khalq"; "bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Ayat tersebut adalah awal dari surat
Al-A'laq yang merupakan surat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Hira.
Anehnya setelah penemuan ayat pertama tersebut ayat lain muncul satu persatu secara cepat. Sampai
sekarang ia telah berhasil menemukan 1/10 ayat Alquran.
Dalam wawancaranya dalam media cetak, Ahmad Khan menyatakan: "Saya yakin penemuan ini
luar biasa, dan saya mempertaruhkan karier saya untuk ini. Saya membicarakan penemuan saya dengan
dua rekan saya; Clive dan Martin seorang ahli genetika yang selama ini sinis terhadap Islam. Saya
menyurati dua ilmuwan lain yang selama ini selalu alergi terhadap Islam yaitu Dan Larhammar dari
Uppsala University Swedia dan Aris Dreisman dari Universitas Berlin.
Ahmad Khan kemudian menghimpun penemuan-penemuannya dalam beberapa lembar kertas
yang banyak memuat kode-kode genetika rantai kodon pada cromosome manusia yaitu; T, C, G, dan A
masing-masing kode Nucleotida akan menghasilkan huruf Arab yang apabila dirangkai akan menjadi
firman Allah yang sangat mengagumkan.
Di akhir wawancaranya Dr. Ahmad Khan berpesan "Semoga penemuan ini, penemuan sinergitas
Al-Qur‟an dan Genetik semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang
lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga non
muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga

30
dengan ilmu-ilmu keperawatan. Kita hanya berharap semoga akan datang suatu generasi yang
mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari
niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan
atau pada level pemerintah. Memfasilitasi serta memberi dukungan secara moral dan finansial.

31
Materi 11
Ma’Rifatul Rasul (Mengenal Rasul)
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami bahwa fithrah manusia memerlukan keyakinan tentag eksistensi Pencipta, beribadah
kepada-Nya dan memiliki kehidupan yang teratur.
2. Memahami bahwa petunjuk Rasul adalah satu-satunya jalan untuk mencapai hal itu.
3. Memahami definisi Rasul dan dapat menjelaskan funsinya secara umum.
4. Mengenal tanda-tanda kerasulan dan dapat menyebutkan contoh-contohnya secara tepat dan
mengimaninya.
5. Memahami kedudukan Rasulullah SAW sebagai hamba Allah dan sebagai pembawa risalah
terakhir.
6. Termotivasi untuk membaca dan mengkaji sunnah atau hadits-hadits Nabi serta mempelajari
perjalanan-perjalanan hidup dan dakwah Rasulullah.
7. Menyadari bahwa memahami fikih sirah dan fikih dakwah adalah kewajiban setiap muslim.
8. Memahami sifat dasar yang mesti dimiliki setiao Rasul dan dapat menunjukkan cotoh masing-
masing sifat tersebut pada pribadi Muhammad SAW.
9. Memahami keagungan pekerti Muhammad SAW sebagai pribadi Qur‟ani dan hasil tarbiyah
rabbaniyah.
10. Menyadari bahwa Rasulullah adalah uswah hasanah bagi dirinya.

B. Sasaran Materi
1. Mutarobbi menjadikan Muhammad SAW sebagai figur teladan dalam setiap aktivitas dan setiap
sisi kehidupan
2. Mutarobbi mempunyai semangat untuk memperdalam cara-cara mengenal rasul melalui fiqh
siroh, dll
3. Mutarobbi terbiasa sholat wajib berjamaah: mutarobbiah mengenakan pakaian muslimah dengan
benar
4. Semangat untuk kontinyu membaca Al Quran dalam amal keseharian, memahami serta mampu
melafalkan hukum tajwid qolqolah
5. Mutarobbi siap mempelajari marifaturrasul lebih lanjut pada tahap mentoring halaqoh

32
6. Mutarobbi melaksanakan sholat wajib sebagai salah satu kebutuhannya berinteraksi dengan
Allah: mutarobbiah mulai mengenakan jilbab
7. Mutarabbi mengimplementasikan Muwashafat Tarbiyah dalam kehidupannya
8. Mutarabbi bersikap terbuka memperluas dengan ta‟aruf dan tidak malu-malu untuk
membudayakan salam

C. Titik Tekan Materi


1. Setiap manusia diciptakan oleh Allah dengan fithrah, dimana manusia bersih, suci dan
mempunyai kecenderungan yang baik dan kearah positif yaitu ke arah Islam. Fithrah manusia di
antaranya adalah mengakui wujud Allah sebagai pencipta, keinginan untuk beribadah dan
menghendaki kehidupan yang teratur. Fithrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari melalui petunjuk Al Qur‟an dan panduan Sunnah.
2. Semua panduan ini memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta dan
sebagai panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan Rasul kita akan mendapati
ibadah yang shalih.

D. Materi Pokok
Pengantar
1. Jelaskan mengapa harus beriman kepada Rasul. Jelaskan bahwa keimanan kepada Allah dan
Rasul tidak bisa dipisahkan (QS. 65:8-9; 4:150-152).
2. Berikan penjelasan tentang beberapa hal yang berkait dengan keimanan kepada Rasul.
a. Syarat didatangkannya rasul kepada suatu kaum : belum pernah kedatangan seorang rasul,
pernah kedatangan nabi namun kemudian bermunculan penyelewengan, atau adanya
ketidaklengkapan ajaran Nabi sebelumnya.
b. Nabi Muhammad Rasul terakhir (QS.33:40)
c. Wajib beriman kepada seluruh Rasul tanpa membeda-bedakannya (QS. 2:136, 285)
d. Di antara Rasul-Rasul itu ada yang diceritakan kepada kita, ada yang tidak (QS. 4:146) 
yang diceritakan ada 25.
e. Setiap umat didatangi oleh Rasul (QS. 16:63; 35:24; 10:47)
f. Rasul adalah manusia dan laki-laki (QS. 25:20; 13:28; 21:83-84)
g. Keuniversalan Nubuwwah Nabi Muhammad (QS. 21:107; 34:28)

33
Titik Tekan Materi
- Setiap manusia diciptakan oleh Allah dengan fithrah, dimana manusia bersih, suci dan mempunyai
kecenderungan yang baik dan kearah positif yaitu ke arah Islam. Fithrah manusia di antaranya
adalah mengakui wujud Allah sebagai pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki
kehidupan yang teratur. Fithrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari
melalui petunjuk Al Qur‟an dan panduan Sunnah.
- Semua panduan ini memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta dan
sebagai panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan Rasul kita akan mendapati
ibadah yang shalih.

1. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL (Hajatul Insan Ila Rasul)


a. Fithrah Manusia (QS. 75: 14, 27: 14
1) Membutuhkan keberadaan Sang Pencipta (QS. 23: 83-90)
2) Mengabdi pada Sang Pencipta (QS. 2: 21)
3) Hidup yang memiliki aturan (QS. 28: 50)

b. Petunjuk Rasul (QS. 36: 1-2, 42: 53, 3: 31) :


1) Mengenali Pencipta yang sebenarnya (QS. 31: 10, 3: 191)
2) Memberikan aturan (pedoman kehidupan)  (QS. 3: 19, 3: 85, 33: 21)
3) Cara beribadah yang benar (QS. 21: 25)

34
Titik Tekan Materi
Rasul adalah seorang laki-laki yang terpilih dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada
manusia.
Definisi Rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang terbaik di
antara manusia lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan dilakukan adalah sesuatu yang
terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lainnya. Rasul sebagai pembawa risalah yang Allah
berikan kepadanya dan juga Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi Islam di dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk lebih jelasnya bagaimana mengenal Rasul yang menjalankan peranan pembawa
risalah dan sebagai model, maka kita perlu mengenal apakah ciri-ciri dari Rasul tersebut. Ciri-ciri Rasul
adalah pembawa sifat-sifat yang asas, mempunyai mukjizat, sebagai pembawa berita gembira. Ada
berita kenabian dan memiliki ciri kenabian, dan juga nampak hasil perbuatannya.

2. PENGERTIAN TENTANG RASUL (Ta‟rifur Rasul)


a. Fungsi Rasul :
1) Definisi Rasul : laki-laki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada
manusia/pembawa risalah (QS. 5: 67, 33: 39)
2) Teladan dalam melaksanakan risalah (QS. 33: 21, 33: 56, 60: 4)
b. Tanda-tanda Kerasulan :
1) Sifat mendasar (QS. 68: 4)
2) Mukjizat (QS. 54: 1, 15: 9)
3) Berita kedatangannya (QS. 61;6)
4) Berita Kenabian (QS. 25: 30, 22: 26-27)
5) Hasil-hasil perbuatannya (QS. 6: 122, 48: 29)

Titik Tekan Materi


Muhammad Rasulullah adalah hamba di antara hamba-hamba Allah yang lainnya. Sebagai
hamba, maka Rasul mempunyai ciri yang sama dengan manuisia lainnya, mempiunyai nasab dan jasad.

35
Sebagai hamba, beliau adalah manusia biasa yang Allah berikan kemuliaan berupa wahyu dari
Allah. Untuk mengetahui Nabi sebagai hamba dapat kita ketahui secara pasti dari perjalanan sirah Nabi,
khususnya di dalam fiqih sirah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga sebagai Rasul di antara para
Rasul. Sebagai Rasul, beliau bertugas menyampaikan risalah, menjalankan amanah Allah dan sebagai
pemimpin umat. Perjalanan Nabi sebagai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi dapat dilihat
dari dakwah beliau seperti dalam fiqih dakwah.
Selain itu Nabi Muhammad SAW juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fiqih ahkam.
Kedudukan Rasul dapat digambarkan dalam sirah Nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari
kedudukan ini banyak yang kita ambil sebagai fiqih sirah, fiqih ahkam dan fiqih dakwah.
3. KEDUDUKAN RASUL (Makanatur Rasul)
a. Kedudukan Muhammad SAW sebagai hamba di antara hamba-hamba Allah:
1) Keadaannya sebagai manusia (QS. 25: 7, 13: 38)
2) Nasab dan jasadiyah (Sirah & Hadits)
3) Perjalanan kehidupan kenabiaanya - fiqih sirah (QS. 12: 112)
b. Kedudukan Muhammad SAW sebagai Rasul di antara para Rasul Allah :
1) Penyampai Risalah (QS. 72: 28, 33: 3)
2) Pelaksana amanah (QS. 5: 3, 33: 39, 5: 67)
3) Pemimpin umat (QS. 4: 41, 17: 71)
4) Perjalanan dakwah kenabiannya – fiqih dakwah (QS. 9: 40)
5) Kebiasaan/adab-adab Rasulullah – fiqih hukum (QS. 4: 65)

Titik Tekan Materi


Mengenal Rasul perlu mengenal sifat-sifatnya. Bagian tingkah laku, personaliti dan penampilan
diwarnai oleh sifat seseorang. Begitu pun Nabi Muhammad SAW dapat digambarkan melalui sifat-
sifatnya.

36
Mengetahui sifat-sifat ini diharapkan kita menyadari siapa sebenarnya Rasul dan kemudian kita
dapat mengikutinya. Sifat Nabi seperti manusia biasa yang sempurna dapat diikuti oleh kita, karena
tingkah laku dan perbuatannya seperti yang dilaksanakan manusia, maka kita pun mesti dapat
mengikutinya.
Kemudian kita semakin percaya kepada apa-apa yang dibicarakan atau yang disampaikan Rasul
adalah yang benar karena sifat beliau terpelihara dari kesalahan („ishmah), selain itu beliau adalah orang
yang cerdas berarti apa yang dibawanya adalah hasil dari pemikiran dan analisa yang mendalam, tepat
dan baik. Sifat amanah adalah juga sifat asas setiap manusia mesti menyenangi berkawan dengan
mereka yang amanah, kita sebagai muslim perlu mengikuti sifat ini dengan sempurna begitu pun dengan
sifat lainnya seperti tabligh dan iltizam.
Karakteristik Rasulullah merupakan representasi terlengkap sebuah pribadi agung yang pernah
lahir di muka bumi ini. Keagungan kepribadian beliau mencakup segala aspek kehidupan. Beliau
sebagai ayah dan tidak semua rasul menjadi ayah. Beliau sebagai suami, tidak semua rasul menjadi
suami. Setidaknya ada empat hal inti yang secara ringkas menyangkut kehidupan beliau antara lain :
mempunyai akhlaq yang utama, figur keluarga yang utama, guru dan pembimbing yang utama,
pemimpin negara, politikus dan komandan tentara yang utama.
Sifat-sifat ini menggambarkan akhlak mulia yang diwarnai oleh akhlak Al-Qur‟an dan sangatlah
sesuai dijadikan contoh yang baik bagi kita (uswatun hasanah)

4. SIFAT-SIFAT RASUL (Sifatur Rasul)


a. Sifat – sifat Rasul :
1) Manusia sempurna (QS. 25: 8, 14: 11)
2) Terpelihara dari kesalahan (QS. 5: 67, 80: 1, 66: 1)
3) Benar (QS. 39: 33, 53: 3-4)
4) Cerdas (QS. 48: 27)
5) Amanah (QS. 4: 58, 69: 44-46)
6) Menyampaikan (QS. 5: 67, 81: 24, 80: 1-2)
7) Komitmen yang sempurna (QS. 17: 73, 68: 6)
b. Akhlak yang agung yaitu akhlak Qur‟ani (QS. 68: 4)
c. Sebagai suri tauladan (QS. 33: 21)
d. Beberapa hal yang harus ditiru dari Rasulullah SAW.
1) Akhlaq Muhammad

37
Dia memiiki berbagai sifat kebaikan ciri kesempurnaan, kebersihan, hikmah, rendah hati,
berbudi, hubungan kekeluargaan yang baik, pemurah, adil, hidup sederhana, takwa,
pemberani, fasih dalam berbicara, dll.
2) Pergaulannya
Senantiasa bermuka cerah, senyum tak pernah lepas dari bibir beliau, bergaul akrab
dengan para sahabatnya, sayang pada anak-anaknya, mengunjungi sahabatnya yang sakit,
pemaaf, berbuat baik pada yang pernah berbuat buruk padanya.
3) Kerendahan hatinya
Pada suatu hari seorang sahabat beliau melihat beliau sedang tidur diatas tikar lalu ia
menangis terharu atas apa yang ia lihat. Beliau bertanya, ”Kenapa kau menangis?” Maka
jawab sahabatnya itu, ”Engkau memyebut-nyebut kaisar Rum dan Kisra Parsi serta
kerajaan keduanya sedang aku melihatmu tidur beralaskan tikar sedang engkau Rasul
Allah kepada mahluk-Nya dan khalifah-Nya si muka bumi-Nya.” Maka jawabannya
menenangkan, ”Biarkanlah untuk mereka dunia dan untuk kami akhirat,” Lalu membaca
firman-Nya : “Negeri akhirat itu kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi kesudahan yang aik itu adalah
bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al Qashash 83).
Salah satu kerendahan hati berliau juga selalu mengulurkan tangan dan mengucapkan
salam lebih dahulu pada setiap orang yang beliau temui.
4) Kemurahannya
Nabi Muhammad SAW terkenal sebagai seorang yang sangat pemurah dan pengasih.
Dirham dan dinar yang berada di tangan beliau tidak pernah bertahan lama selain
diinfakkan kepada orang miskin. Ahmad meriwayatkan dari Anas bahwa Nabi
Muhammad SAW tidak pernah menolak suatu permintaan atas dasar Islam. Ia berkata:
”Ada seorang laki-laki datang kepada beliau lalu meminta untuk memberikan
sekumpulan domba yang sangat banyak jumlahnya yang memenuhi bukit dari domba-
domba sodaqah. Orang itu kembali kepada kaumnya lalu berkata kepada mereka, ”Wahai
kaumku masuklah ke Islam. Sesungguhnya Muhammad jika memberi suatu pemberian
tidak takut miskin”
 Berikan motivasi kepada peserta untuk terus mendalami perjalanan hidup Rasulullah SAW dan
mengambil pelajaran darinya.

38
E. Kegiatan Pembelajaran

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL (Hajatul Insan Ila Rasul)


1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengulas sedikit mengenai kondisi umat manusia pada zaman dahulu, yang hidup beberapa
lama tanpa hadirnya seorang Rasul.
b. Dari kondisi tersebut, maka umat manusia hidup dalam keadaan tidak mengenal Tuhan, yang
berakibat pada penyimpangan ibadah-ibadah yang mereka lakukan.
c. Menghubungkan fenomena tersebut dengan materi yang akan dibahas, yaitu Kebutuhan
Manusia Terhadap Rasul.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada).
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

PENGERTIAN TENTANG RASUL (Ta‟rifur Rasul)


1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.

39
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengulas sedikit mengenai materi yang lalu, yaitu Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul. Hal
ini dapat disampaikan oleh Mutarabbi maupun mentor. Namun, ada baiknya bila materi
ulasannya disampaikan oleh Mutarabbi.
b. Mengulas materi mengenai Pengertian Rasul.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada).
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

KEDUDUKAN RASUL (Makanatur Rasul)


1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.

40
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengulas sedikit mengenai materi yang lalu, yaitu Pengertian Rasul. Hal ini dapat
disampaikan oleh Mutarabbi maupun mentor. Namun, ada baiknya bila materi ulasannya
disampaikan oleh Mutarabbi.
b. Mentor dapat langsung memulai materi baru, yaitu Kedudukan Rasul, baik dengan cara
flashback (mengulas ke belakang mengenai sejarah Rasul), atau langsung ke pembahasan
inti. Namun, ada baiknya untuk melakukan flashback terlebih dahulu.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada).
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

SIFAT-SIFAT RASUL (Sifatur Rasul)


1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.

41
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengulas sedikit mengenai materi yang lalu, yaitu Kedudukan Rasul. Hal ini dapat
disampaikan oleh Mutarabbi maupun mentor. Namun, ada baiknya bila materi ulasannya
disampaikan oleh Mutarabbi.
b. Mentor dapat langsung memulai materi baru, yaitu Sifat-sifat Rasul, baik dengan cara
flashback (mengulas ke belakang mengenai sejarah Rasul), atau langsung ke pembahasan
inti. Namun, ada baiknya untuk melakukan flashback terlebih dahulu.
c. Jika waktu mencukupi, ada baiknya untuk “nonton bareng” film mengenai sejarah Rasul.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada).
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber/Referensi
1. Sa‟id Hawwa, Ar Rasul.
2. Safiyurrahman al Mabarakfuri, Sirah Nabawiyah.
3. Dr. Muhammad Sa‟id Ramadhan al Buthi, Sirah Nabawiyah.
4. Munir Muhammad al Ghadban, Manhaj Haraki.
5. Muhammad bin Shalih al Utsaimin, Syarak Tsalatsatul Ushul Ma‟rifatur Rasul.
6. Dr. Irwan Prayitno, Kepribadian Muslim.

42
H. Hikmah
e-MAIL ... from RASUL
Malam sudah cukup larut, namun mata ini masih tak bisa terpejam. Semua tugas-tugas kuliah
sudah selesai, tak lupa kusediakan setengah jam sebelum pukul 23.00 untuk membalas beberapa email
yang baru sempat terbaca malam ini. Nyaris saja kupilih menu „shut down‟ setelah sebelumnya menutup
semua jendela di layar komputer, tiba-tiba muncul alert yahoo masuknya email baru. “You have 1 new
message(s)...”. Seperti biasanya, aku selalu tersenyum setiap kali alert itu muncul, karena sudah bisa
diduga, email itu datang dari orang-orang, sahabat, saudara, kerabat, intinya, aku selalu senang
menunggu kabar melalui email dari mereka. Tapi yang ini ... Ooopss ... ini pasti main-main ... disitu
tertulis “From: Muhammad Rasulullah”
Walaupun sudah seringkali menerima junkmail atau beraneka spam, namun kali ini aku tidak
menganggapnya sebagai email sampah atau orang sedang main-main denganku. Maklum, meski selama
ini sering sekali teman-teman yang „ngerjain‟, tapi kali ini, sekonyol-konyolnya teman-teman sudah
pasti tidak ada yang berani mengatasnamakan Rasulullah SAW. Maka dengan hati-hati, kuraih mouse-
ku dan ... klik ... “ Saudaraku, bagaimana kabar Imanmu hari ini ... Kebaikan apa yang sudah kau
perbuat hari ini, sebanyak apa perbuatan dosamu hari ini ...”
Aku tersentak ... degub didada semakin keras, sedetik kemudian, ritmenya terus meningkat cepat.
Kuhela nafas dalam-dalam untuk melegakan rongga dada yang serasa ditohok teramat keras hingga
menyesakkan. Tiga pertanyaan awal dari “Rasulullah” itu membuatku menahan nafas sementara otakku
berputar mencari dan memilih kata untuk siap-siap me-reply email tersebut. Barisan kalimat
“Rasulullah” belum selesai, tapi rasanya terlalu berat untuk melanjutkannya. Antara takut dan penasaran
bergelut hingga akhirnya kuputuskan untuk membacanya lagi.
“Cinta seorang ummat kepada Rasulnya, harus tercermin dalam setiap perilakunya. Tidak
memilih tempat, waktu dan keadaan. Karena aku, akan selalu mencintai ummatku, tak kenal lelah.
Masihkah kau mencintaiku hari ini?”
Air menetes membasahi pipiku, semakin kuteruskan membaca kalimat-kalimatnya, semakin
deras air yang keluar dari sudut mataku.
“Pengorbanan seorang ummat terhadap agamanya, jangan pernah berhenti sebelum Allah
menghendaki untuk berhenti. Dan kau tahu, kehendak untuk berhenti memberikan pengorbanan itu,
biasanya seiring dengan perintah yang diberikan-Nya kepada Izrail untuk menghentikan semua aktifitas
manusia. Sampai detik ini, pernahkah kau berkorban untuk Allah?”.
Kusorot ketengah halaman ....

43
“Sebagai Ayah, aku contohkan kepada ummatku untuk menyayangi anak-anak mereka dengan
penuh kasih. Kuajari juga bagaimana mencintai istri-istri tanpa sedikit melukai perasaannya, sehingga
kudapati istri-istriku teramat mencintaiku atas nama Allah. Aku tidak pernah merasakan memiliki
orangtua seperti kebanyakan ummatku, tapi kepada orang-orang yang lebih tua, aku sangat
menghormati, kepada yang muda, aku mencintai mereka. Sudahkah hari ini kau mencium mesra dan
membelai lembut anak-anakmu seperti yang kulakukan terhadap Fatimah? Masihkah panggilan sayang
dan hangat menghiasi hari-harimu bersama istrimu? Sudahkah juga kau menjadi pemimpin yang baik
untuk keluargamu, seperti aku mencontohkannya langsung terhadap keluargaku?.
“Sebagai Anak, sudahkah kau berbakti kepada oran tua? Sudahkan hari ini kau mendoakannya
dengan penuh harap dan keikhlasan, karena pengorbanannyatak biasa terbalaskan olehmu ? Sudahkah
hari ini kau mencium mesra tangannya ?”
Satu hentakkan pagedown lagi ...
“Aku telah memberi contoh bagaimana berkasih sayang kepada sesama mukmin, bersikap arif
dan bijak namun tegas kepada manusia dari golongan lainnya, termasuk menghormati keberadaan
makhluk lain dimuka bumi. Saudaraku ...”
Cukup sudah. Aku tak lagi sanggup meneruskan rentetan kalimatnya hingga habis. Masih tersisa
panjang isi email dari Rasulullah, namun baru yang sedikit ini saja, aku merasa tidak kuat. Aku tidak
sanggup meneruskan semuanya karena sepertinya Rasulullah sangat tahu semua kesalahan dan
kekuranganku, dan jika kulanjutkan hingga habis, yang pasti semuanya tentang aku, tentang semua
kesalahan dan dosa-dosaku.Kuhela nafas panjang berkali-kali, tapi justru semain sesak. Tiba-tiba
pandanganku menjadi gelap, entah apa yang terjadi. Sudah tibakah waktuku? Padahal aku belum sempat
me-reply email Rasulullah itu untuk memberitahukan kepada beliau bahwa aku tidak akan menjawab
semua emailku dengan kata-kata. Karena aku yakin, Rasul lebih senang aku memperbaiki semua
kesalahanku hari ini dan hari-hari sebelumnya, daripada harus bermanis-manis mengumbar kata
memikat hati, yang biasanya tak berketerusan dengan amal yang nyata.
Pandanganku kini benar-benar gelap, pekat sampai tak ada lagi yang bisa terlihat. Hingga ... nit...
nit... alarm jam tanganku berbunyi. 00.00 WIB. Ah, kulirik komputerku, kosong, kucari-cari email dari
Rasulullah di inbox-ku. Tidak ada. Astaghfirullaah, mungkinkah Rasulullah manusia mulia itu mau
mengirimi ummatnya yang belum benar-benar mencintainya ini sebuah email? Ternyata aku hanya
bermimpi, mungkin mimpi yang berangkat dari kerinduanku akan bertemu Rasul Allah. Mimpi ini
mengingatkanku akan tumpukkan dosa yang telah kuperbuat. Tinggal kini, kumohon ampunan kepada
Allah atas kelancangan mimpiku. (www.eramuslim.com)

44
MENGUAK KETELADANAN RASULULLAH
“Sesunguhnya telah ada pada diri Rasullulah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(QS. Al Ahzab : 21)
Empat belas abad yang silam Nabi Muhammad SAW wafat. Tapi, namanya tetap semerbak,
terukir abadi di dalam kitab suci al quran dan tulisan para ilmuwan yang memfokuskan penelitiannya
pada sejarah dan peradaban manusia, sejarah kehidupannya yang jernih tak henti mengalir, memberkan
kesejukan, mengobati dahaga sekaligus cermin bagi manusia sepanjang masa.
Apa rahasia besar di balik pesona keagungan perilaku Rasulullah saw tersebut? Ketika Ummul
Mukminin, Aisyah r.a ditanya tentang akhlaq nabi, ia menjawab, “Akhlaq beliau adalah Al-Quran.”
Jawaban yang begitu simple, tapi memiliki kandungan makna yang dalam. Al quran merupakan sumber
nilai akhlaq yang masih bersifat normative, sedangkan aplikasi konkritnya dapat dilihat dari perilaku
(sunnah) nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi perilaku nabi, selain sebagai suri teladan
(uswah hasanah) bagi umatnya, juga untuk memeperjelas (bayan) isi kandungan al quran sehingga dapat
disosialisasikan dengan baik dan mudah.
Ada sejumlah alaan mengapa perilaku rasulullah saw harus dijadikan sebagai uswah hasanah
oleh umatnya. Pertama, beliau adalah seorang rasul yang risalahnya merupakan rahmat bagi alam
semesta, kedudukannya sangat berbeda dengan para nabi dan rasul sebelumnya uang diutus allah secara
khusus kepada sebuah bangsa/kaum, diwilayah dalam kurun yang sangat terbatas, sedangkan risalah
yang dibawa rasulullah saw bersifat universal untuk seluruh manusia diseluruh penjuru bumi hingga
kehidupan di ala mini berakhir. Allah swt berfirman, “dan tiadalah kami mengutus engkau (Muhammad)
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiyaa : 107)
Kedua, beliau memiliki akhlaq yang agung. Setiap ucap dan langkahnya mengandungh kearifan
karena selalu mendapat bimbingan wahyu. Tak heran, kalau beliau terjaga dari kesalahan yang
menjatuhkan martabatnya sebagai seorang utusan allah swt. Allah berfirman, “dan sesungguhnya
engkau (muhammad) benar-benar memiliki budi pekerti yang agung.”(QS. Al An‟am:4)
Kedua alasan ini dapat dijadikan dasar untuk mensuru teladani segala perilakunya. Allah
berfirman, “sesunguhnya telah ada pad adiri Rasullulah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(QS. Al Ahzab : 21). Ayat tersebut secara tersurat menunjukkan bahwa rahmat allah dan kebahagiaan di
akhirat dapat diperoleh melalui uswah hasanah perilaku nabi. Dalam berbagai tafsir, uswah diartikan
dengan qudwah (model), sedangkan hasanah berarti baik. Jadi, uswah hasanah adalah suatu model

45
terbaik yang dapat dijadikan sebagai suri teladan. Seluruh perilaku kehidupan nabi dapat menjadi uswah
hasanah bagi ummatnya.
Secara garis besar, paling tidak ada tiga aspek keteladanan rasulullah saw yang dapat
diungkapkan dalam tulisan ini. Pertama, aspek kehidupan keluarga. Para penulis sejarah dari berbagai
kalangan mencatat, Muhammad Saw bukan hanya kepala negara yang gemilang tapi juga kepala
keluarga yang menganggumkan.
Ini sangat luar biasa. Bukanlah begitu banyak konglomerat, birokrat, politisi dan penguasa yang
sukses menorehkan nama besarnya, namun tak mampu membentuk suasana sakinah dalam rumah
tangganya fenomena ini berbeda dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi. Meskipun beliau seorang
pemimpin ummat yang mendunia, namun perilakunya mampu memberi cinta kasih, ketenangan, dan
keadilan kepada istri-istri dan anak-anaknya. Tak satupun riwayat yang menunjukkan kelalaian beliau
terhadap keluarganya. Kedua, aspek dakwah-dakwah Nabi saw berupa ajakan atau himbauan untuk
berperilaku yang ma‟ruf sesuai dengan ajaran Allah dan larangan untuk membuat yang munkar dan
maksiat. Isi dakwahnya selain sesuai dengan fitrah manusia (human nature) yang dapat melahirkan
ketertiban dan kedamaian ummat. Teknik dakwah pada mulanya dilakukan dengan pendekatan
persuasif, yaitu dengan sembunyi-sembunyi. Prioritas pertama diberikan kepada keluarganya. Allah swt
berfirman, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatnya. Dan rendahkan dirimu terhadap orang-
orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu, maka
katakanlah, seungguhnya aku tak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.” (QS. Asy
Syu‟ara : 216)
Setelah kondisi memungkinkan beliau melakukan dakwah secara terang-terangan. Cara ini
ditempuh melaluui ajakan secara terbuka, lawatan (hijrah) ke berbagai daerah, melakukan hubungan
diplomatik melalui pengutusan delegasi atau pengiriman surat ke sejumlah raja. Baru jika terpaksa
beliau menempuh kebijakan perang. Perang merupakan jalan terakhir dari serangkaian dakwah.
Didalamnya, beliau menetapkan kode etik. Misalnya, tidak boleh membunuh wanita, anak-anak, manula
dan musuh yang menyerah. Bagi beliau perang sama sekali bukan penjajahan, melainkan lebih
bermakna futuhat (pembebasan/pembukaan).
Ketiga, aspek politik dan ketatanegaraan pengangkatan Nabi sebagai kepala negara di Madinah
tidak semata-mata ketepatan atau dari hasil kampenye, melainkan karena perilaku beliau yang sejak
kecil patut menjadi pemimpin. Hal itu dibuktikan ketika terjadi perebutan peletakan Hajar Aswad di
Ka‟bah. Beliau mendapatkan predikat Al Amin (terpercaya). Kharisma kejujuran dan kepemimpinannya
itu disegani kawan maupun lawan. Ketika negara Madinah telah berdaulat, beliau segera membuat
piagam Madinah, yaitu suatu undang-undang tata negara yang pertama kali dalam sejarah dunia. Isinya

46
berkenaan dengan perstuan dan pembebasan ummat dari kedzaliman, pengakuan hak asasi manusia,
menentang kebatilan, melindungi yang lemah, setia kawan, teguh terhadap ajaran yang benar, dan segala
perselisihan dikembalikan kepada hukum Allah dan Rasul-Nya, adanya toleransi beragama dan
menghargai perbedaan dan menunjung tinggiu nilai perdamaian.
Keseluruhan perilaku politik dan kenegarawanan Nabi diatas dapat dijadikan dasar untuk
menepis segala tuduhan bahwa Islam mengajarkan terorisme. Banyak musuh Islam memandang sebelah
mata dalam menilai keagungan perilaku politik beliau sehingga yang muncul dalam benak mereka
hanyalah hukum Qishash yang konon tidak manusiawi dan kepemimpinan yang militanisme. Padahal,
jika dilihat secara integral, perilaku politik beliau sangat anggun dan mejunjung tinggi nilai-nilai hak
asai manusia.
Meskipun menjadi pimpinan tertinggi, gaya hidup Rasulullah tetap bersahaja. Menurut penuturan
istrinya, Rasulullah biasa menjahit atau lebih tepatnya menambal bajunya sendiri, menjahit tali
sandalnya yang hampir putus, dan membawa barang-barang bawaannya sendiri. Suatu hari beliau
terlihat pulang dari pasar. Kali ini bawaannya cukup berat. Salah seorang sahabat berusaha
menghampirinya sembari menawarkan bantuan. Ternyata Rasulullah tidak berkenan. Beliau berkata,
"Barang ini milikku dan akulah yang paling pantas membawanya." Rasulullah tak segan keluar masuk
pasar. Selain untuk memenuhi hajat hidupnya, beliau juga melakukan inspeksi. Rasulullah merasa
kurang jika hanya mengetahui ummatnya ketika di masjid atau di majlis-majlis lainnya. Beliau ingin
tahu secara riil kehidupan mereka yang sebenarnya. Pasar adalah representasi dari kehidupan riil
tersebut.
Pasar merupakan muara dari segala persoalan kemasyarakatan. Di sana berhimpun orang yang
membutuhkan barang dan orang yang membutuhkan uang. Ada penjual dan pembeli. Dalam melakukan
transaksi tidak jarang terjadi praktek pemalsuan dan penipuan. Ada janji palsu, sumpah palsu, kata-kata
palsu, dan barang palsu. Pasar merupakan tempat pembagian rezeki dan peredaran uang. Ada yang halal
dan tidak sedikit yang haram. Sebagai pemimpin, Rasulullah merasa mendapatkan banyak hikmah dari
perjalanannya di pasar.
Suatu hari beliau bermaksud belanja. Dengan bekal uang 8 dirham, beliau hendak membeli
pakaian dan peralatan rumah tangga untuk istri-istrinya. Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati
seorang wanita yang sedang menangis. Beliau sempatkan bertanya kenapa menangis. Apakah sedang
ditimpa musibah? Perempuan itu menyampaikan bahwa ia adalah seorang budak yang sedang
kehilangan uang sebesar 2 dirham. Ia menangis karena sangat takut didera oleh majikannya. Dua dirham
dikeluarkan dari saku Rasulullah untuk menghibur perempuan malang tersebut.

47
Kini tinggal 6 dirham. Beliau bergegas membeli gamis, pakaian kesukaannya. Akan tetapi baru
beberapa langkah dari pasar, seorang tua lagi miskin setengah teriak berkata, "Barangsiapa yang
memberiku pakaian, Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah memeriksa lelaki tersebut.
Pakaiannya lusuh, tak pantas lagi dipakai. Gamis yang baru dibelinya dilepas dan diberikan dengan
sukarela kepadanya. Beliau tak jadi pakai baju baru.
Dengan langkah ringan beliau hendak segera pulang. Akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar.
Kali ini beliau menjumpai perempuan yang diberi dua dirham tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia
takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu
nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima.
Rasulullah diutus di dunia untuk mengadakan pembelaan terhadap rakyat jelata. Dengan senang
hati beliau antarkan perempuan tersebut ke rumah majikannya. Sesampai di rumah, beliau ucapkan
salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah.
Nampaknya semua penghuni rumah tersebut adalah perempuan. Ketika ditanya kenapa salam beliau
tidak dijawab, pemilik rumah itu mengatakan sengaja melakukannya dengan maksud didoakan
Rasulullah dengan salam tiga kali.
Selanjutnya Rasulullah menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengantar perempuan
yang menjadi budak tersebut karena takut mendapat hukuman. Rasulullah kemudian menyampaikan,
"Jika perempuan budak ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya."
Mendengar ucapan Rasulullah ini penghuni rumah terkesima. Mereka merasa mendapat
pelajaran yang sangat berharga dari baginda Rasulullah. Karenanya secara refleks mereka
menyampaikan, "Budak belian ini merdeka karena Allah."
Betapa bahagianya Rasulullah mendengar pernyataan itu. Beliau sangat bersyukur dengan modal
8 dirham mendapatkan keuntungan ribuan dirham, yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata,
"Tiadalah aku melihat delapan dirham demikian besar berkatnya daripada delapan dirham yang ini.
Allah telah memberi ketenteraman kepada orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang
telanjang, dan membebaskan seorang budak belian."
Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan
mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi, "Bahwasanya
Allah menolong hamba-Nya, selama ia menolong saudaranya."

48
Materi 12
Ma’Rifatul Islam (Mengenal Islam)
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami definisi Islam, secara bahasa dan istilah dengan baik, agar mampu menyebutkan 5
kata bahasa Arab dan artinya, yang ada kaitannya dengan sumber pengambilan kata Islam.
2. Memahami konsep kesempurnaan Islam pada sisi waktu, ruang dan aktivitas kehidupan manusia,
agar ia mampu melakukan perbandingan dengan agama lain pada 3 sisi tersebut.
3. Menunjukkan keyakinan bahwa Islam adalah pedoman hidup yang bersumber dari Allah dan
sempurna, sehingga ia mampu menjelaskan 3 sisi kesempurnaan Islam.
4. Menunjukkan penerimaan dan ketundukan sepenuhnya kepada Islam, sehingga tidak
menjalankan pedoman hidup dalam kehidupannya kecuali Islam.
5. Memahami dengan benar bahwa Islam adalah solusi kehidupan (Islam is Solution)

B. Titik Tekan Materi


Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah : Definisi Islam secara bahasa dan
istilah, serta meyakinkan kepada mutarabbi bahwa Islam bersumber dari Allah, dan ia adalah pedoman
hidup yang sempurna, meliputi semua waktu, ruang dan sisi kehidupan manusia, serta komparasi dengan
agama-agama lain dalam hal kesempurnaan. Selanjutnya, karena Islam adalah bersumber dari Allah dan
sempurna, maka tidak ada yang pantas kita jalankan dalam kehidupan kita kecuali Islam.

C. Sasaran Materi
1. Mutarobbi peduli kondisi nyata dunia Islam , selektif terhadap segala sesuatu (contoh informasi)
yang mendeskritkan Islam , persepsi yang benar tentang Islam
2. Kesadaran kembali akan izzah dan kebanggaan sebagai seorang muslim (isyhadu bianna
muslim), dan konsekuensinya
3. Mutarobbi termotivasi untuk mengembangkan potensi akalnya dengan belajar dan mampu
menggunakan potensi akal dengan niat ibadah
4. Mutarobbi membiasakan niat ibadah dalam setiap amal kesehariannya, termasuk mengikuti
Mentoring KISI
5. Semangat untuk membaca Al Quran dalam amal keseharian, memahami serta mampu melafalkan
hukum tajwid idzhar dan iqlab

49
6. Mutarabbi mengimplementasikan Muwashafat Tarbiyah dalam kehidupannya

D. Materi Pokok

 Titik Tekan Materi


Berikan penjelasan tentang makna Dienul Islam :
a. Makna Dien
Di dalam bahasa Arab kata yang berakar kata dal-ya-nun ini memiliki beberapa
pengertian, yaitu:
 Kekuasaan dan pemaksaan (QS. 56 : 86 – 87)
 Aturan (QS. 12:76; 42:21; 26:2)
 Ketundukan (QS. 40 : 64 – 65 ; 16 : 52)
 Pembalasan/pertanggungjawaban (QS. 51:5- 6)
Dengan demikian, kata Dien mencakup makna yang luas yang mencakup seluruh
aspek kehidupan. Kata agama saja, tidaklah memadai untuk menerjemahkan kata Dien ini.
b. Makna Islam
Islam mengandung makna keselamatan (salima-yaslamu) dan kepatuhan (istislam).
Penamaan ini langsung dari Allah SWT dan penamaannya didasarkan atas esensi ajaran
agama ini, bukan pada orang yang menyampaikannya (seperti Budha) atau pada tempat
permulaan perkembangannya (seperti Nasrani atau Hindu).
1. MAKNA ISLAM (Ma‟na Al Islam)
a. Definisi Islam secara bahasa :
1) Menundukkan wajah (Islamul wajh)  QS. 4: 125
2) Berserah diri (Al Istislam)  QS. 3: 83, 2:131
3) Suci bersih (As Salamah) QS. 26: 89
4) Selamat dan sejahtera (As Salam) QS. 6: 54
5) Perdamaian (As Silmu)  QS. 47: 35
6) Sullam : tangga, yang bermakna tadarruj/bertahap

50
b. Kalimat Islam sebagai Ad Diin (QS. 33:19, 3:85)
Islam adalah ketundukan (khudhu‟) kepada wahyu Ilahi (QS. 53:4, 21:7) yang
diturunkan kepada para Nabi dan Rasul (QS. 2:136, 3:84) khususnya Muhammad SAW,
sebagai hukum Allah (QS. 5:48-50) yang membimbing umat manusia ke jalan yang lurus
(QS. 6:153) menuju kebahagiaan dunia dan akhirat (QS. 16:97, 2:200, 28:77).
c. Islam tinggi dan tiada kerendahan padanya

2. KESEMPUNAAN ISLAM (Syumuliyatul Islam)


a. Kesempurnaan Islam (QS. 2:208)
1) Dienullah
Penisbahan Dien ini kepada Allah menegaskan bahwa dien ini langsung
bersumber dari Allah SWT, bukan seperti ajaran / ideologi lain yang merupakan hasil
karya manusia (110:2). Oleh karena sejak manusia yang pertama Allah menurunkan
ajaran-Nya, maka seluruh Nabi dan Rasul membawakan Islam (2:212 ; 3:67 ; 12:101;
27:29-31).
2) Dienul Haq, Dienul Qayyim, Dienul Khalish
Dengan sendirinya, tidak seperti pada ajaran / ideologi lain, dien ini seluruhnya
benar, akan terbebas dari kesalahan dan penyimpangan, sehingga misinya adalah dapat
berdiri tegak di atas semua dien yang lain (61:9; 30:30; 39:3).
b. Sempurna dalam waktu :
1) Risalah yang satu (QS. 21: 90, 34:28, 21:107)
2) Penutup para Nabi (QS. 33:42)

51
c. Kesempurnaan minhaj :
1) asas : Aqidah (Syahadat dan Rukun Iman)
2) bangunan Islam : Ibadah  Rukun Islam , Akhlaq
3) penyokong/penguat : Jihad (QS. 29:6, 29:69, 47:31) atau amar ma‟ruf nahi munkar (QS.
3:104, 7:99, 9:112), dakwah (QS. 16:125, 41:33)
d. Sempurna dalam tempat (QS. 22:40):
1) satunya pencipta (QS. 2: 163-164)
2) satunya alam (QS. 2:29, 67:15)
e. Karakteristik Islam
1) Rabbaniyah, yaitu bahwa Islam menjadikan tujuan akhirnya adalah ridha Allah (86:6),
dan bahwa sumber konsep Islam adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia (10:57).
2) Insaniyah, yaitu sesuai dengan fitrah manusia (34:28).
3) Syamil, yaitu menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia (16:89).
4) Wasathaniyah, yaitu bahwa aturan-aturan Islam selalu berada di pertengahan dalam
segala hal.
Tidak meninggalkan dunia seperti orang Timur dan tidak meninggalkan akhirat
seperti orang Barat (28:77). Tidak kapitalis tidak juga sosialis. Bukan sistem demokrasi
murni bukan juga sistem kerajaan. Tidak mengharamkan pernikahan seperti rahib
Nasrani tapi tidak juga membebaskannya tanpa batas (4:3).
5) Memiliki prinsip yang teguh (tsabat) (5:49) tapi juga memiliki fleksibilitas (murunah).
Dalam menjelaskan setiap poin di atas, berikan penjelasan bahwa sistem selain Islam
tidak memiliki karakteristik di atas. Lebih baik apabila diberikan contoh-contoh nyata
perbandingan sistem Islam dengan sistem selainnya.

52
3. PEDOMAN HIDUP (Minhajul Hayah)
 Islam sebagai pedoman hidup yang sempurna
a. Konsep keyakinan (Aqidah)  (QS. 2:255)
Aqidah Islam menjelaskan dan memberikan petunjuk kepada manusia tentang
keimanan kepada Allah SWT berupa pencarian eksistensi Allah, mengaku akan keesaan
Allah dan kesempurnaan- Nya, iman kepada para malaikat, kitab-kitab suci, para nabi
serta hari akhir.
b. Moral (QS. 7:99)
c. Tingkah laku/Akhlaq (QS. 2:138)
Allah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai model manusia terbaik. Allah
SWT menyebutnya manusia yang memiliki kepribadian yang agung :”Dan sesungguhnya
engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur”. (Al-Qolam : 4).
d. Perasaan (QS. 30:30)
e. Pendidikan (QS. 2:151, 3:164, 62:2)
f. Sosial (QS. 24:7)
g. Politik (QS. 3:85,-86, 12:40)
h. Ekonomi (QS. 9:60, 9:103, 59:7)
i. Militer (QS. 8:60, 9:5-8)
j. Hukum/perundang-undangan (QS. 4:65)
Allah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia meliputi ekonomi, politik, sosial,
budaya, ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
 Berikan beberapa contoh bagaimana Islam mengatur kehidupan manusia (seperti ekonomi, politik,
dll). Yakinkan peserta bahwa aturan tersebut adalah yang terbaik yang Allah berikan bagi
manusia.

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.

53
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Menjelaskan mengenai fenomena umat Islam saat ini, yaitu ketidakpercayadirian terhadap
Islam tersebut.
b. Meminta pendapat Mutarabbi, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Apa yang
menyebabkannya demikian? Sudahkah kita mengenal Islam secara lebih dalam?
c. Menjelaskan mengenai materi inti, yaitu Ma‟rifatul Islam. (apabila materi tidak cukup
disampaikan dalam waktu 1 pertemuan, dapat dijadikan 2 sampai 3 pertemuan)
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada). Penugasan yang dianjurkan
menekankan pada membaca berbagai literature keislaman dan pergerakan.
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber/Referensi
Pustaka Tarbiyatunna, Kepribadian Muslim „Ma‟rifatur Islam‟, Bab 4, Dr. Irwan Prayitno.
Media Insani, Ma‟rifatul Islam, Ummu Yasmin.
Said Hawa, Al Islam
Abul A‟la Al Maududi, Prinsip-prisip Islam
Prof.DR.Abdulaah Al-Mushlih dan DR. Shalah As-Shawi, Prinsip-prinsip Islam untuk Kehidupan,
Jakarta: LP2SI Al-Haramain, 1998
Dr. Yusuf Qardhawi, Pengantar Kajian Islam
Drs. Nasrudin Razaq, Dienul Islam

54
H. Hikmah
ISLAMKU...... OK DECH.... !!!
Ada nggak sih ajaran yang se-OK ajaran Islam? Sehingganya, kalau kita sudah paham tentang
ajaran ini, kita tidak perlu lagi malu-malu untuk mengusungnya dalam kehidupan sehari-hari.
Bayangkan, sebuah ajaran yang begitu lengkap, mengatur seluruh sektor kehidupan dengan adil.
Dari ibadah sampai ekonomi. Dari tata cara pernikahan, sampai aturan masuk ke kamar kecil. Tuh...khan
lengkap...kap...kap...kaaap. Ada nggak sih yang lebih lengkap?
Begitulah, sahabat muda. Islam memberi kepuasan rohani bagi pemeluknya. Siapa yang
menjalaninya dengan sungguh-sungguh, maka hidupnya akan tenang. Ketawakkalan kepada Ilahi
mendominasi kehidupannya.
Tapi tidak hanya sampai di situ. Bahkan Islam juga memberi the best solution untuk seluruh
permasalahan kehidupan pemeluknya. Ketika umat berdagang, maka Islam mengajarkan kejujuran dan
cara-cara bermuamalah yang adil (QS 2 : 282, dan banyak ayat lainnya). Ketika umatnya
menyelenggarakan pemerintahan, Islam mengajarkan keadilan dan cara-cara memerintah yang adil (QS.
5 : 8, 4 : 59, dan banyak ayat lainnya ). Dan banyak lagi solusi-solusi jitu yang diberikan Islam dalam
kehidupan kita sehari-hari. Memang luaaaaaaaaaaar biasa. Islam is solution.
Dalam pergaulan, akhlak Islami OK punya untuk dibawa. Gimana nggak, siapa sih yang nggak
pengen temen-temennya jujur semua. Siapa sih yang nggak suka kalau teman-temannya berlaku ramah
dan tidak mencacinya. Nah, kalau ingin nyaman dalam pergaulan kita, maka nggak ada cara lain, adopsi
nilai Islam secara sempurna....otreee.....!
Contoh aja akhlak Rasulullah, niscaya kita disukain temen-temen. Siapa sih yang nggak suka
kalau kita nggak pernah bo‟ong. Siapa sih yang nggak suka kalau kita bisa nahan emosi, nggak gampang
marah. Siapa sih yang nggak suka kalau kita pemaaf ? Siapa sih yang nggak suka kalau kita sabar.
Begitulah Islam. Ajaran yang mulia.
Lihatlah, pergaulan anak muda sekarang. Tawuran, narkoba, seks bebas, dan lainnya lagi jadi
kebiasaan dalam keseharian. Kalau dipikir oleh orang waras, tentu saja didapat kesimpulan bahwa hal-
hal tersebut adalah pemusnah generasi muda sekarang. Tapi anak muda sekarang pikirannya lain. Segala
yang berbau ke-Islaman mereka cela, dan hal-hal yang di atas dipujanya. Nah lhoo??

55
Tinggal kitanya, sahabat muda sekalian, kita nggak boleh sedikit pun malu mengusung nilai-
nilai kebaikan Islam dalam pergaulan kita. Kita harus menukar kepribadian yang dipakai oleh generasi
tersebut dengan kepribadian Islam. Setuju khan ?
Kita harus menjadi manusia yang pribadinya merupakan terjemahan dari Al-Qur‟an dan As-
Sunnah dengan tanpa takut dicela oleh manusia-manusia pencela (QS. 5 : 54).
Dengan tidak malunya kita mengusung nilai-nilai Islam ke dalam pergaulan kita, maka dengan
sendirinya kita menjadi qudwah (tauladan) bagi mereka. Bukankah remaja kini sudah kehilangan
qudwah? Mereka tak menemukan suri tauladan yang baik dalam jiwa pemimpin-pemimpinnya. Mereka
pun berpaling dari qudwatun hasanah, Rasulullah SAW, dan kemudian mulai mencontoh gaya hidup
orang barat. Karena itulah sahabat muda sekalian, marilah kita yang menjadi contoh di tengah-tengah
mereka, dengan mengusung panji-panji kebenaran. Marilah kita yang pertama memulai mentransfer
akhlaq Rasulullah ke dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, kalau sudah dari kita yang mulai (istilah arabnya ibda‟ bi nafsi), Insya Allah mereka ikut
meniru-niru kita. Iya dong, fitrah manusia kan untuk condong kepada kebaikan. Dan kalau mereka
sudah ikut-ikutan kita, insya Allah, yang namanya generasi qur‟ani yang unik (ngambil istilah Sayyid
Quthb nih ceritanya) akan terwujud deh di Indonesia ini.
Begitulah sahabat muda sekalian. Memang, pada awalnya kita akan diejek dan dicela karena
membawa atribut ke-Islaman di dalam pergaulan. Tapi, kalau kita saja sudah takut terhadap hal itu dan
tidak mau menjadi pelopor, bagaimana mungkin yang namanya generasi Islami terwujud. Dan siapa lagi
yang akan menjadi pelopor kalau bukan kita-kita. Atau mau kalau kita digantikan oleh generasi
berikutnya untuk mengambil kesempatan ini?
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka
bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qashash :
77)
Sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu, seorang muslim harus
menjalankan ajaran Islam secara kaffah (total, menyeluruh), bukan hanya mementingkan satu aspek dari
ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang lainnya. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap ajaran
Islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu keharusan. Disinilah letak
pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam dengan baik.
Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya „Khasaais Al-Ammah Lil Islam‟ menyebutkan bahwa
karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain, dan ini

56
pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik
kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula yang menjadi sebab,
mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak "takut" dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karena itu, ketujuh karakteristik ajaran Islam sangat penting untuk kita pahami.
1. Robbaniyyah
Allah Swt merupakan Robbul „Alamin (Tuhan semesta alam), disebut juga dengan Rabbun nas
(Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah, itu
artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia, sedangkan
Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini, tapi beliau hanya menyampaikannya. Karenanya,
dalam kapasitasnya sebagai Nabi, beliau berbicara berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya,
Allah berfirman dalam Surah An-Najm : 3-4 yang artinya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu
menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)."
Karena itu, ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin
kemurnian Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surah Al-Hijr : 9 yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."
Disamping itu, seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai Rabb (Tuhan)
dengan segala konsekuensinya, yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yang
rabbani dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang datang dari Allah Swt, Allah berfirman
dalam Surah Al-Imran : 79 yang artinya: "Tidak wajar bagi manusia yang Allah berikan kepadanya Al
kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku, bukan penyembah Allah', tapi dia berkata, 'hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya."
2. Insaniyyah
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan satu-
satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang
bertentangan dengan jiwa manusia. Seks misalnya, merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk
dilampiaskan, karenanya Islam tidak melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya
selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Prinsipnya, manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta, tahta, wanita dan
segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak dilarang di dalam Islam, namun harus diatur
keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi, Allah berfirman dalam Surah Al-Qashash : 77 yang
artinya:"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri

57
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka
bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan ."
3. Syumuliyah
Islam merupakan agama yang lengkap, tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan
aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang
kehidupan, mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa
dan bernegara.
Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah diamalkan, tapi
juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami. Karena itu, di dalam Islam
kita dapati konsep tentang dakwah, jihad dan sebagainya. Dengan demikian, segala persoalan ada
petunjuknya di dalam Islam, Allah berfirman dalam Surah An-Nahl : 89 yang artinya: "Dan Kami
turunkan kepadamu al kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."
4. Al Waqi’iyyah
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi‟iyyah (realistis), ini menunjukkan bahwa
Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam
kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang,
kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah,
bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan sebagainya.
Disamping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan
Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari
kemajuan zaman. Ini berarti, Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman.
5. Al Wasathiyah
Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu, ada yang
lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih
menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa
umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat yang seimbang dalam beramal,
baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan
rohani.
Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang, hal ini karena tawazun
(kesimbangan) merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam, gelap dan terang,
hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal

58
aqidah misalnya, banyak agama yang menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga
penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama yang menganggap tuhan
sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah ketuhanan merupakan kihayalan belaka, bahkan
cenderung ada yang tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme. Islam mempunyai
konsep bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang ada, namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala
kita, keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang konkrit, maka ini merupakan
konsep ketuhanan yang seimbang. Begitu pula dalam masalah lainnya seperti peribadatan, akhlak,
hukum dan sebagainya.
6. Al Wudhuh
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas (Al Wudhuh).
Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran
Islam, bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau
pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla itu sendiri.
Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap, seorang
muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari'ah atau hukumnya
juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu membedakan
antara yang haq dengan yang bathil, begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yang serba jelas, apalagi
pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
7. Al Jam’u Baina Ats Tsabat Wa Al Murunnah
Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel (al jam'u baina ats
tsabat wa al muruunah). Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu
gugat, dia mesti begitu, misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan, tapi dalam melaksanakannya
ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dengan duduk atau
berbaring, kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama' dan diqashar dan bila tidak ada air atau dengan
sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti dengan tayamum.
Ini berarti, secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami perubahan, namun dalam
pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dengan situasi dan konsidinya, ini bukan berarti kebenaran Islam
tidak mutlak, tapi yang fleksibel adalah teknis pelaksanaannya.
Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa, Islam merupakan satu-satunya agama yang
sempurna dan kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang setia
Ok sobat muda. Mulai deh kenalin Islam kepada diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Kasih tau tuh, kalo Islam nggak aja akhlaqnya yang cute. Tapi juga dustur (undang-undang)nya. Gimana
nggak, kan yang nurunin Al-Qur‟an itu kan Allah, yang telah menciptakan kita. Jelas undang-undang itu
sesuai untuk manusia. Karena Allah-lah yang lebih paham tentang keadaan manusia.

59
Materi 13
Syahadatain (Dua Kalimat Syahadat)
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami urgensi arti dua kallimat syahadat dalam kehidupan Muslim dan bisa menerangkan
kepada orang lain minimal 4 urgensi makna syahadat
2. Menunjukkan kepercayaan diri akan keyakinan terhadap Islam dan mengamalkan konsekuensi
kandungan arti syahid (pernyataan, sumpah dan perjanjian)
3. Membentuk sistem nilai dan mampu menghayati kebenaran Allah sebagai Ilah dan Muhammad
sebagai Rasul, yang menyatukan antara pernyataan, sumpah dan perjanjian dalam aktivitas
keseharian sehingga setiap aktivitas, pendapat, produktivitas dan sebagainya adalah Islami
4. Menyadari bahwa hanya dengan jalan istiqomah di dalam bersyahadat yang dapat mengantarkan
manusia menuju kebahagiaan
B. Titik Tekan Materi
1. Butir-butir urgensi memahami arti dua kalimat syahadat. Dengan harapan setelah terpahami arti
dua kalimat syahadat bagi seorang muslim dapat beristiqomah dalam keislamannya.
2. Arti kata „Syahadah‟ adalah menyatakan, bersumpah dan berjanji. Dengan harapan orang-orang
yang telah bersyhadat dapat beristiqomah, sehingga ia menjadi berani, tenang dan senantiasa
optimis dalam menghadapi kenyataan hidup dan penantian akhirat. Yang dengan sendirinya akan
memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
C. Sasaran Materi
1. Mutarobbi menyadari kembali akan bentuk syahadah yang selalu diikrarkan setiap muslim dalam
sholat (syahadah uluhiyah)
2. Mutarobbi mampunyai keyakinan persaksian tauhid yang kuat dan jelas , Isyhadu biannaa
muslim (saksikan saya adalah muslim)
3. Mutarobbi mengenal dan waspada terhadap segala bentuk Kristenisasi dan pemurtadan
4. Mutarobbi melaksanakan sholat wajib sebagai salah satu bentuk konsekuensi syahadahnya:
mutarobbiah mulai memperhatikan batasan penampilan fisik
5. Semangat untuk membaca Al Quran dalam amal keseharian, memahami serta mampu melafalkan
hukum tajwid ikhfa
6. Mutarabbi mengimplementasikan Muwashafat Tarbiyah dalam kehidupannya

60
7. Mutarabbi bersikap terbuka memperluas dengan ta‟aruf dan tidak malu-malu untuk
membudayakan salam

D. Materi Pokok

1. PENTINGNYA DUA KALIMAT SYAHADAT (Ahammmiyatu Syahadatain)


 Urgensi Syahadatain (QS. 4:41, 2:143, 70:33)
a. Pintu gerbang masuk ke dalam Islam (Madkhal Ilaa Al Islaam)  (QS. 7:172, 47:19)
Seseorang non Muslim yang ingin masuk Islam, maka langkah pertama yang harus ia
lakukan adalah mengucapkan”Dua kalimat syahadat”karena syahadatain merupakan suatu
pernyataan dirinya terbebas dari segala penghambaan selain penghambaan kepada Allah
SWT. Dan sekaligus pernyatan penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Inilah kalimat yang
akan membawa seseorang kepada keselamatan (Islam) dan juga kepada kenikmatan abadi.
b. Intisari ajaran Islam: Ikhlas dan Ittiba‟ (Khulaashah Ta‟aaliim Al Islaam)  (QS.21:25,
45:18)
Segala macam ibadah, akhlaq, dan syari`at Islam mengacu kepada kalimat ini. Ketika
seorang muslim melaksanakan ibadah kepada Allah, pada hakikatnya ia sedang
merealisasikan jamji dan sumpahnya kepada Allah yang tertuang dalam kalimat ini.
c. Konsep dasar perubahan total (Asaas Al Inqilaab)  (QS. 6:128, 13:11)
Kalimat syahadat memberikan pemahaman kepada kita tentang bagaimana melakukan
sebuah perubahan yang menyeluruh dalam hidup kita. Yaitu, bahwa kita harus meniadakan
segala bentuk ilah dalam diri kita, baru kemudian kita munculkan Allah sebagai satu-satunya
ilah yang patut disembah. Minhaj ini berlaku untuk mengadakan perubahan pada hati,
pikiran, dan amal perbuatan.
d.Hakikat dakwah para Rasul (Haqiiqah Da‟wah Ar Rasul)  (QS. 21:15, 7:59, 3:81, 6:19,
16:36, 3:31)

61
Para nabi dan rasul sejak Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW pada hakikatnya
menyampaikan satu aqidah La ilaha illa Allah, walaupun dengan syari‟at yang berbeda-beda.
e. Merupakan pembeda seorang muslim dan kafir
Kalimat syahadat membedakan seorang muslim dengan seorang non muslim dalam status
maupun balasan yang akan diterimanya dari sisi Allah SWT. Allah akan membalas setiap
amal seorang muslim dengan kenikmatan di dunia dan di akhirat, sedangkan orang – orang
kafir mendapat kesmpitan hidup di dunia dan akhirat.
f. Keutamaan yang besar (Fadhaail „Azhiimah)  (Hadits : Man qala Lailaha illallah, dakhalal
jannah)

2. KANDUNGAN KALIMAT SYAHADAH(Madlulu Syahadatain)


Secara bahasa Asyhadu berarti saya bersyahadah. Dalam bahasa Arab kata ini berbentuk
fi'il mudhari' atau setara dengan Present Continous Tense dalam bahasa Inggris. Hal ini
menunjukkan suatu aktivitas yang sedang berlangsung dan belum selesai.
Kata asyhadu memiliki tiga makna :
a. Al Iqrar (pernyataan/pengakuan)  (QS. 3:18, 3:81)
b. Al Qasam (sumpah)  (QS. 63:2, 24:6, 24:8)
c. Al Miitsaaq (Perjanjian)  (QS. 3:18, 5:7, 2:26-27, 7:172)
 Makna Syahadatain
Syahadatain berarti dua kalimah syahadah. Dua kalimah syahadah yang dimaksud adalah
syahadah uluhiyah dan syahadah risalah.
- Syahadah Uluhiyah
Pengakuan loyalitas terhadap Allah sebagai satu-satunya supremasi yang boleh disembah
dan ditaati (QS 76:30)
- Syahadah Risalah

62
Pengakuan terhadap Muhammad SAW sebagai hamba dan utusannya serta menjadikan
beliau sebagai uswah dalam setiap aspek kehidupan (QS 21:107, 33:21, 68:4)
 Bersatunya pernyataan, sumpah dan perjanjian pada syahadat, sebagai syarat Iman (QS.
2:285) dan Hadits:‟Al Imanu, Tasdiiqun bi qalbi...‟. karena Iman harus :
 dinyatakan dengan lisan (Qaul)  QS. 3:64
 diyakini dengan hati (Tasdiiq)  QS. 49:15
 diamalkan dengan anggota tubuh (Al Amal)  QS. 9:105
 Konsekuensi dari keimanan adalah istiqomah (QS. 41:30). Dan bagi orang beriman yang
istiqomah akan mendapatkan dalam dirinya :
- Asy Syaja‟ah (Keberanian)  (QS. 41:30, 5:52)
- Al Ithmi‟naan (Ketenangan)  (QS. 41:30, 13:28)
- At Tafaa‟ul (Optimis)  (QS. 41:30, 24:55)
 Dengan istiqomah seseorang akan bahagia di dunia dan akhirat (Assa‟aadah fiddunyaa wal
akhiraa)  (QS. 3:185)

PENGANTAR
Ilah, sebagaimana tercantum dalam kalimat tauhid “La ilaha illa Allah”, adalah sesuatu yang harus
dihilangkan secara total untuk kemudian dimunculkan Allah saja sebagai satu-satunya ilah. Karena
itu, penting sekali untuk memahami apa yang dimaksud sebagai ilah agar kita dapat
menghilangkan semua ilah selain Allah.

3. MAKNA KATA TUHAN (Ma’na Ilah)


a. Kandungan makna aliha – ya‟lahu - ilaahan
1) (sakana ilaihi) merasa tenang dengannya (QS. 10: 7)
2) (istijaara bihi) tempat meminta pertolongan (QS. 76: 6)

63
3) (isytaaqa ilaihi) kecenderungan kepada sesuatu dengan amat sangat/selalu merindukannya
(QS. 7:138)
4) (wuli‟a bihi) sesuatu yang diidolakan sekali/mencintainya (QS. 2:165)
b. Konsekuensi 4 point dari aliha membawa arti „abadahu (QS. 2:165)
1) kecintaan yang sempurna
2) menghinakan diri di hadapannya dengan sempurna
3) menundukkan diri dengan sempurna
c. Kandungan kata Al Ilah (QS. 2: 186, 21: 90-91, 8: 2)
1) yang diharapkan (QS. 33: 21)
2) yang ditakuti
3) yang diikuti
4) yang dicintai (QS. 3: 125, 9: 24)
d. Adanya Al-Ilah berarti Al Ma‟bud (QS. 109: 1-6, 2: 21, 7: 196)
1) yang layak diberikan wala‟ (loyalitas)
2) yang wajib ditaati
3) yang harus diberikan otoritas kepadanya

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Mengulas mengenai fenomena kondisi umat Islam saat ini yang seolah-olah jauh dari Islam
itu sendiri. Dapat diambil dari berbagai fakta, seperti hampir kebanyakan kasus korupsi
didominasi oleh pejabat yang beragama Islam, dan fakta-fakta lainnya.
b. Meminta pendapat dari Mutarabbi, mengapa hal tersebut bisa menimpa umat Islam? Apa
yang yang menjadi penyebabnya?
c. Menjelaskan mengenai materi inti, yaitu Syahadatain.

64
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada). Penugasan yang dianjurkan
menekankan pada membaca berbagai literature keislaman dan pergerakan.
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber / Referensi
Pustaka Tarbiyatunna , Kepribadian Muslim „Ma‟na Asy Syahaadatain‟, Bab1, Dr. Irwan Prayitno.
Halaman 3- 40.
Media Insani, Makna Syahadatain, Ummu Yasmin. Halaman 26-31.
Prof.DR.Abdulaah Al-Mushlih dan DR. Shalah As-Shawi, Prinsip-prinsip Islam untuk Kehidupan,
Jakarta: LP2SI Al-Haramain, 1998.
Said Hawa, Al Islam: Jilid 1.
Sayid Sabiq. 1995. Aqidah Islam.
H. Hikmah
SEPOHON KAYU...MATA UANG...’N.......
Pernahkah Sahabat Muda melihat jasad seorang mayat ? Coba perhatikan anggota tubuhnya,
masih lengkap khan?, matanya masih ada, telinganya masih melekat, kaki dan tangannya masih
menempel. Tapi itu semua tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya,kira-kira kenapa ya ? Pasti dech
Sahabat Muda akan menjawab nyawanya udah ga‟ ada.
Nah lho...apa hubungannya lihat mayat dengan syahadat ? He...3x belum tau ya...:) Ternyata kalo
dianalogikan begitulah kira-kira fungsi dan kedudukan dari kalimat syahadatain dalam kehidupan kita.
Syahadatain adalah nyawa sekaligus ruh setiap aspek ajaran dan amal Islam. Amal dan ibadah apapun
yang kita lakukan, sebanyak dan sebagus apapun kalo‟ bukan karena Allah ibarat menanam benih yang
mati. Percuma !!! Karena memang ngga‟ ada nyawanya lagi.
Coba cermatin deh firman Allah SWT ketika mengomentari amalan orang kafir : “Dan kami
hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang
beterbangan.” (QS. 25 : 23)

65
Begitu juga bagi seorang muslim bila amal kebajikannya tidak dilandasi ruh syahadatain maka
sia-sia, sebagaimana sabda Rasulullah : “Sesungguhnya pekerjaan itu tergantung pada niatnya dan
sesuatu pekerjaan seseorang terletak niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-
Nya, maka ia berhijrah kepada Alah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena ingin
mendapat bagian dunia, atau karena wanita, maka ia akan dapat apa yang ia hijrahkan itu. ” (HR.
Bukhari-Muslim)
Itu yang pertama. Perumpamaan syahadatain yang kedua, pernahkah Sahabat Muda mengagumi
pohon yang berdiri kokoh ? yang dahannya menjulang ke langit dan menghasilkan buah yang
menggiurkan.Tahukah Sahabat Muda barang yang kokoh itu pasti ditunjang oleh akar yang kuat
menghujam ke tanah ? Allah SWT, Rabb semesta alam mengabarkan kepada kita : “Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. 14 : 24-25)
Itulah akar syahadatain bila ia terpatri dan bersemayam kokoh di hati seseorang hamba, maka ia
akan menjadi muslim yang kuat, tegar, teguh, dan istiqomah dalam menjalankan Islamnya. Sehingga
menghasilkan pengaruh dan buah yang baik dalam hidupnya.
Yang ketiga, Sahabat Muda tentu punya uang logam bukan ? Terserah mau 50 an, 100 an tapi
yang jelas ia mempunyai dua sisi yang harus ada. Bukan uang namanya kalo cuman satu sisi aja yang
jelas sedang satu sisi lagi polos, apaan tuh namanya ? Nah begitu juga bahwa kalimat syahadatain tidak
bisa dipisahkan antara Laa Ilaahailallah dan Muhammadur Rasulullah. Karena itu kita tidak akan
mampu untuk mengabdikan pada Allah semurni mungkin kalo‟ ngga‟ sesuai dengan tatacara yang Allah
kehendaki melalui contoh Muhammad SAW. Pahamin nich, firman Allah SWT : “Barangsiapa yang
mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (QS. 4 : 80)
OK, berarti Sahabat Muda sekarang sudah memiliki bayangan tentang begitu sakralnya kalimat
syahadatain tersebut. Sekarang timbul ngga‟ pertanyaan dibenak Sahabat Muda apa sich makna,
pengertian, and konsekuensi dari syahadatain ???
Nah, jadi kalo‟ seorang muslim telah mengucapkan Laa Ilaahailallah maka seungguhnya ia telah
mengatakan : Tidak ada tempat menggantungkan ketenangan, kasih sayang, ganjaran dan pujian, tidak
ada kekuasaan dan tempat untuk mencurahkan segala ketaatan, segala kebesaran dan kesucian, tidak ada
Yang Maha Agung dan Maha Hakim melainkan hanya Allah semata. Sehingga dengan demikian kita
mampu menempatkan loyalitas dan penolakan dengan tepat, yaitu :
1. Bertawakkal kepada-Nya wajib dan bergantung pada selain-Nya bathil
2. Cinta hanya semata kepada-Nya dan tidak boleh cinta kepada yang lain kecuali dalam rangka
cinta kepada-Nya.
3. Segala ibadah dan penyembahan hanya untuk-Nya dan selain itu tertolak

66
4. Taat hanya padanya dan tidak boleh taat pada yang lain kecuali atas izin-Nya. Sedangkan
Muhammad SAW adalah utusan Allah yang menjelaskan cara menghambakan diri yang benar
kepada Allah SWT.
Selanjutnya adakah pertanyaan ini mucul dibenak Sahabat Muda : Mengapa kalimat syahadatain
diawali dengan Asyhadu kenapa ngga‟ cukup aja dengan Laa Ilaahailallah Muhammadur Rasulullah ???
Ternyata pengertian yang cukup esensi terkandung dalam Asyahadu yang itu semua maknanya
dijelaskan oleh Al Qur‟an yaitu :
1. Melihat Kebesaran Dzat yang Maha Tinggi (QS. 83 : 21)
2. Mengakui menjadi saksi terhadap KeTuhanan Allah seperti makna yang terkandung dalam QS.
65 : 2 pada pertengahan ayatnya.
3. Sumpah, sebagaimana makna yang diterangkan dalam QS. 63 : 1
Sehingga dengan 3 makna di atas kita bener-bener memaknai Laa Ilaahailallah Muhammadur
Rasulullah dengan seyakin-yakinnya dan sekuat-kuatnya. Dengan demikian Sahabat Muda akan bisa
menyimpulkan bahwa kekuatan Islam kita sangat tergantung kepahaman kita atas dua kalimat Syahadat
yang mana ia mencakup Rukun Iman dan Rukun Islam karena percaya pada Malaikat, Kitab, Rasul, Hari
Kiamat, dan Qadha-Qadar, itu adalah bagian dari percaya kepada Allah, dan ketaatan menjalankan
Shalat, Zakat, Shaum, dan Haji, itu tidak terlepas dari ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, pembawa
risalah.
Oleh karena itu gunakan kesucian fitrah Sahabat Muda, kebersihan hati Sahabat Muda, kehanifan dan
kelurusan sifat Sahabat Muda untuk menggunakan dua kalimat Syahadat sebagai landasan dan akar
dalam menjalani hidup. Insya Allah kita akan menemukan kekuatan. Tetapi bila kita lalai
akan hal itu tentulah Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
“Katakanlah, Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” (QS. 39 : 53)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.” (QS : 2 : 22)

67
Materi 14
Tauhid Dan Fenomena Kemusyrikan (Bagian I)
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami 3 macam tauhid, yaitu tauhid rububiyah, mulkiyah, dan uluhiyah Allah SWT.
2. Menunjukkan kepercayaan diri akan kebenaran tauhid rububiyah, mulkiyah, dan uluhiyah agar
terhindar dari perbuatan-perbuatan kemusyrikan, diantaranya:
a. Berhubungan dengan jin dan meminta tolong kepada orang yang berhubungan dengan jin.
b. Meramal dengan telapak tangan atau datang hadir dalam majelis-majelis dukun dan peramal.
3. Menunjukkan keyakinan akan kebenaran tauhid rububiyah, sehingga bersyukur atas segala
nikmat Allah SWT, dan tidak menjadi kufur nikmat.
4. Menunjukkan keyakinan akan tauhid mulkiyah, agar seluruh aktivitasnya sejalan dengan hukum-
hukum Allah SWT.
5. Menunjukkan keyakinan akan tauhid uluhiyah agar setiap amal ditunjukkan kepada Allah SWT,
dan agar hidup tidak sia-sia.
6. Mengetahui ragam fenomena kemusyrikan yang terjadi di tengah masyarakat dan termotivasi
untuk merubahnya.

B. Titik Tekan Materi


Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Pertama :3 fungsi tauhid rububiyah Allah SWT dan alasan dijadikannya sebagai landasan
bersyukur.
Kedua :Tauhid uluhiyah dan yang meliputinya, serta alasan dijadikannya sebagai
landasan operasional.
Ketiga :Tauhid uluhiyah dan alasan dijadikannya landasan tujuan setiap amal.
Dengan demikian, seseorang akan terhindar dari berbagai bentuk kemusyrikan, yang dapat
membuat amal menjadi sia-sia di sisi Allah SWT dan mendapatkan ganjaran Neraka di hari kemudian.
C. Sasaran Materi
1. Mutarabbi memahami makna tauhid dan macam-macamnya.
2. Mutarabbi memahami akan kebenaran tauhid uluhiyah, mulkiyah, rububiyah, dan asma wa sifat
3. Mutarabbi dapat menghindari berbagai macam bentuk kemusyrikan.

68
4. Mutarabbi mampu mengubah sedikit demi sedikit fenomena kemusyrikan yang terdapat di
tengah masyarakat.

D. Materi Pokok
Pembagian tauhid dalam surat An-Nas (rububiyah, mulkiyah, dan uluhiyah).
1. Pengertian tauhid rububiyah: Rububiyah berasal dari kata rabba – yarubbu yang artinya sesuai
dengan fungsinya pada poin ketiga. Sedang definisinya adalah mengesakan Allah SWT dalam
penciptaan, pemeliharaan, pemilikan, dan seterusnya.
Tauhid rububiyah Allah SWT (1:2, 7:54) terbagi atas 3, menurut fungsinya:
1. Khaliqan (pencipta) (25:2, 2:21 – 22)
2. Raziqan (pemberi rezeki) (51: 57 – 58)
3. Malikan (pemilik) (2:284, 1:4, 114:2, 62:2). Tauhid rububiyah sebagai landasan bersyukur,
sebab Allah SWT yang menciptakan, menjamin rezeki, dan memiliki kita.

2. Tauhid mulkiyah
Tauhid mulkiyah adalah berasal dari kata (malika – yamliku), artinya memiliki, berkuasa penuh
atas yang dimiliki. Sedangkan definisinya adalah mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya
pemimpin, satu-satunya pembuat hukum dan pemerintah.
Tauhid Mulkiyah Allah SWt (3:2 dan 189) meliputi:
a. Waliyyan (pemimpin) (7:196)
b. Hakiman (pembuat hukum) (12:140)
c. Amiran (pemerintah) (3:54)
Tauhid mulkiyah menjadi landasan operasional. Karena ketika Allah SWT menciptakan
manusia, Allah SWt telah menentukan blue print bagi mereka, yaitu al-Quran dan Sunnah
sebagai pegangan hidup di dunia.

3. Tauhid uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah berasal dari kata (Aliha – ya‟lahu), artinya: menyembah. Sedangkan
definisinya adalah mengesakan Allah SWT dalam penyembahan.
a. Tujuan (6:162) dari kedua tauhid sebelumnya adalah tauhid uluhiyah, atau menjadikan Allah
SWT sebagai Ilahan Ma‟budan (Tuhan Yang Disembah) (114:3, 109:1 – 6).
b. Tauhid uluhiyah sebagai landasan tujuan setiap amal kita, karena Allah SWT-lah yang kita
sembah.

69
c. Contoh-contoh kemusyrikan yang timbul karena pengingkaran atau ketidakfahaman terhadap
tauhid rububiyah, mulkiyah, dan uluhiyah.

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (120 menit) (2 pertemuan)
a. Mengulas singkat mengenai kondisi umat Islam saat ini yang berada dalam keterpurukan
dalam berbagai hal. Hal ini karena Umat Islam secara umumnya meninggalkan kewajibannya
terhadap Allah SWT. Selain itu, umat Islam sebagian besarnya masih percaya terhadap hal-
hal mistik atau yang berhubungan dengan jin.
b. Mentor bertanya kepada Mutarabbi, mengapa sebagian besar umat Islam di Indonesia masih
mempercayai hal-hal yang berbau mistis atau yang berhubungan dengan jin? Mengapa
peribadahannya masih dicampurkan dengan tradisi-tradisi yang bukan berasal dari Islam
(Islam kejawen)?
c. Menghubungkan fenomena kondisi tersebut dengan materi yang akan dibahas, yaitu Tauhid
dan fenomena kemusyrikan.

3. Kegiatan Penutup (10 menit)


a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman siswa
sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan tugas kepada Mutarabbi (bila ada)

70
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber / Referensi
1. Dr. Ibrahim Muhammad bin Abdullah al Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam.
2. Dr. Muhammad Nu‟aim Yasin, Iman, Rukun, Hakikat, dan yang Membatalkannya.
3. Sa‟id Hawwa, Syahadatain dan Fenomena Kekufuran.
4. Dr. Yusuf Qardhawi, Tauhidullah dan Fenomena Kemusyrikan.
5. Dr. Abdullah Azzam, Aqidah, Landasan Membangun Ummat.
6. Dr. Irwan Prayitno, Kepribadian Muslim.

71
Materi 15
Tauhid Dan Fenomena Kemusyrikan (Bagian II)
(Tauhid Asma wa Sifat)
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami kaidah-kaidah ahlussunah tentang tauhid asma‟ wassifat.
2. Menjelaskan minimal 4 kaidah dan contoh-contohnya.
3. Menunjukkan penghayatan dan keyakinan bahwa Allah SWT memiliki nama-nama baik dan
sifat-sifat, yang tidak diserupakan dengan makhluk, disucikan dari segala kekurangan, dan tidak
dinafikan walaupun hanya satu dari nama dan sifat-sifat itu, tidak disimpangkan pengertiannya
dan tidak boleh ditentukan sosoknya.
4. Membentuk sistem nilai dan mampu menghayati akan kemahabesaran Allah SWT. melalui asma
wa sifat nya, sehingga tidak menggunakan mantera kecuali menggunakan asma wa sifat atau
yang telah dicontohkan Rasulullah.
5. Menunjukkan kesadaran akan kebenaran makna asma wa sifat, agar setiap kali berdoa ia
bertawasul dengan menggunakan asma wa sifat Allah SWT, dan mnggunakan al-asma‟ul husna
dalam memberi nama dengan cara yang benar.
6. Meneladani akhlaq Rabbaniyah dalam kehidupannya.

B. Titik Tekan Materi


Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Kaidah-kaidah ahlussunah wal
jama‟ah tentang tauhi asma‟ wassifat, beserta contoh aplikasi dari kaidah-kaidah tersebut. Dan cara
menggunakan asma‟ wassifat dalam tawassul/doa, serta menggunakan asma‟ Allag SWT dalam
memberi nama seseorang.

C. Sasaran Materi
1. Mutarabbi memahami makna tauhid dan macam-macamnya.
2. Mutarabbi memahami akan kebenaran tauhid uluhiyah, mulkiyah, rububiyah, dan asma wa sifat
3. Mutarabbi dapat menghindari berbagai macam bentuk kemusyrikan.
4. Mutarabbi mampu mengubah sedikit demi sedikit fenomena kemusyrikan yang terdapat di
tengah masyarakat.

72
D. Materi Pokok
Kaidah-kaidah ahlussunah wal jamaah dalam tauhid asma‟ wassifat:
1. Nama-nama Allah SWT dan sifat-sifat-Nya bersifat tauqifiyyah. Contoh: menggunakan asma‟
wassifat dalam doa dan tawassul.
2. Bahwa apa yang telah Allah SWT sifatkan tentang diri-Nya adalah benar (haq).
3. Menetapkan sifat-sifat Allah SWT apa adanya tidak membuat padanan.
4. Sesungguhnya Allah SWT suci dari segala kekurangan.
5. Setiap nama atau sifat Allah SWT yang tidak terdapat dalam al-Quran dan Sunnah tidak boleh
dinisbatkan kepada Allah SWT. Tapi juga tidak boleh dihilangkan, melainkan dilihat
maksudnya. Jika nama dan sifat itu hak/benar sesuai dengan keagungan Allah SWT, nama dan
sifat itu dipertahankan maksudnya, bukan lafadnya. Contoh: mewujudkan bagian-bagian yang
dapat diambil oleh hamba dari sifat-sifat Allah SWT.
6. Tidak membatasi jumlah nama-nama Allah SWT, tapi itu bukan jumlah keseluruhannya, tetapi
bagian yang bisa diambil oleh hamba dari sifat-sifat Allah SWT. Contoh menggunakan nama
Allah SWT dalam memberi nama seseorang.

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.

2. Kegiatan Inti (60 menit)


a. Mengulas singkat mengenai kondisi umat Islam saat ini yang berada dalam keterpurukan
dalam berbagai hal. Hal ini karena Umat Islam secara umumnya meninggalkan kewajibannya
terhadap Allah SWT. Selain itu, umat Islam sebagian besarnya masih percaya terhadap hal-
hal mistik atau yang berhubungan dengan jin.

73
b. Mentor bertanya kepada Mutarabbi, mengapa sebagian besar umat Islam di Indonesia masih
mempercayai hal-hal yang berbau mistis atau yang berhubungan dengan jin? Mengapa
peribadahannya masih dicampurkan dengan tradisi-tradisi yang bukan berasal dari Islam
(Islam kejawen)?
c. Menghubungkan fenomena kondisi tersebut dengan materi yang akan dibahas, yaitu Tauhid
dan fenomena kemusyrikan.

3. Kegiatan Penutup (10 menit)


a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman siswa
sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Mmberikan tugas kepada Mutarabbi (bila ada).
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber/Referensi
1. Dr. Ibrahim Muhammad bin Abdullah al Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam.
2. Dr. Muhammad Nu‟aim Yasin, Iman, Rukun, Hakikat, dan yang Membatalkannya.
3. Sa‟id Hawwa, Syahadatain dan Fenomena Kekufuran.
4. Dr. Yusuf Qardhawi, Tauhidullah dan Fenomena Kemusyrikan.
5. Dr. Abdullah Azzam, Aqidah, Landasan Membangun Ummat.
6. Dr. Irwan Prayitno, Kepribadian Muslim.

74
Materi 16
Persaudaraan dalam Islam
A. Tujuan
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Peserta saling mengenal dengan teman sekelompok dan dengan mentor pendampingnya
2. Peserta memahami akan pentingnya persaudaraan
3. Peserta menyadari pentingnya membangun persaudaraan Islam dengan siapa pun.

B. Materi Pokok
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara." (Q.S. Al-Hujuraat: 10). Persaudaraan
Islam, persaudaraan yang agung, melewati sekat-sekat negara atau wilayah, melibas perbedaan suku
maupun ras. Persaudaraan ini memiliki tahapan yakni saling mengenal, saling memahami, saling tolong
menolong dan saling menanggung beban.
Secara fitrahnya, sehebat apapun manusia, tetap memerlukan ruang kebersamaan, tak mampu
hidup sendiri. Namun demikian tak semua orang bepandangan sama terhadap arti sebuah persaudaraan.
Ada yang betul-betul tulus, ada yang mementingkan egonya, ada yang mencari sandaran saja, atau
bahkan hanya untuk kepentingan dirinya dan sebagainya. Padahal Islam meminta kita untuk dalam
saling bersaudara dengan setiap muslim lainnya. Tanpa memperhatikan perbedaan antara si kaya dan
miskin, pintar dan bodoh serta hal materi lainnya. Persaudaraan tidak tumbuh begitu saja tapi harus
ditumbuhkan oleh setiap muslim. Karena dapat kita perhatikan dalam fenomena kehidupan sekarang
bagaimana setiap orang mendahulukan kepentingan dirinya dengan mendahulukan hak diatas
kewajibannya. Padahal Islam memerintahkan kita untuk mencintai saudara kita seperti kita mencintai
diri kita sendiri.
Untuk mencapai persaudaraan dengan setiap muslim terdapat sejumlah tahapan yang harus
dicapai secara bersama-sama, yakni
a. Saling mengenal
Mengenal seseorang tidak hanya sebatas nama, tetapi kita pun mengenal orang tersebut sampai
karakter serta kepribadian, keadaan keluarga, status sosial, dll (games ta‟aruf)
Tak kenal maka tak sayang
Tak sayang maka tak cinta
Seperti itulah pepatah yang sering terdengar. Saling mengenal adalah langkah pertama dan utama
untuk menjalin persaudaraan. Ia merupakan kunci pembuka hati dan penarik simpati.

75
Bahkan Umar bin Khattab salah seorang sahabat Rasulullah menyatakan bahwa jika kita
mengenal seseorang setidaknya kita pernah berinteraksi dengan orang tersebut minimal sehari semalam.
Karena kita akan dapat mengenal dirinya dalam keadaan baik atau buruknya. Selain itu kita pernah
berurusan uang dengannya. Seperti kita ketahui bersama uang merupakan yang sensitif sehingga kita
dapat mengenal orang tersebut dari berbagai sisinya.

b. Saling memahami
Setelah kita mengenal saling mengenal sis baik dan buruknya saudara kita maka selanjutnya kita
saling memahami dengan saudara kita, tidak hanya menuntut ingin dipahami. Tapi ketika kita ingin
dipahami mulailah dengan memahami orang lain terlebih dahulu. Sehingga akan terwujud keterikatan
hati diantara kita semua. Jika setiap orang hanya menuntut haknya untuk dimengerti sangat sulit untuk
menumbuhkan indahnya bersaudara dalam Islam. Jika seorang muslim sudah memahami saudaranya
dengan baik tentunya ia dapat bersikap tepat sesuai yang dibutuhkan ketika berhadapan dengan
saudaranya tersebut. Sehingga membuat siapa pun merasa nyaman berada di dekatnya. Bahkan orang
yang sudah saling memamahami dengan baik dapat mengetahui kondisi saudaranya hanya dengan
melihatnya tanpa mengeluarkan kata sepatah pun.

c. Saling membantu
Setelah kita dapat memahami saudara kita maka akan timbul ringan tangan yang membuat kita
selalu ingin membantu meringankan kesusahan saudara kita. Karena jika kita meringankan dan
memudahkan urusan orang lain maka Allah akan membalasnya dengan pertolongan yang lebih baik.
Saling membantu dapat juga berupa bermacam hal di antaranya saling menasihati, saling mendo‟akan,
dll. Namun hati-hati kawan, jangan saling membantu dalam hal maksiat dan keburukan ya..

d. Saling memikul beban dan saling menyayangi.


Ketika saudara kita tengah ditimpa kesusahan karena beban yang ditanggungnya, alangkah
bahagianya dia jika kita sebagai saudaranya berusaha mendekati dan memahami permasalahannya.
Sebisa mungkin kita berusaha menenangkan hatinya, memikul bebannya, memberikan dukungan
padanya dan selalu mendo‟akannya.
Jika seluruh tahapan diatas dicapai dengan maksimal maka akan melahirkan tingkatan
persaudaraan dalam Islam yang tertinggi yaitu itsar (mendahulukan kepentingan orang lain diatas
kepentingan pribadi). Tapi itsar tak berlaku dalam ibadah karena dalam hal ibadah kita harus berlomba-
lomba dalam kebaikan. Dan tahukah sahabat bahwa tingkapan terendah dalam persaudaraan Islam

76
adalah bersihnya hati dari prasangka buruk kepada saudara kita. Bila tingkatan terendah saja tak bisa
kita capai tentunya persatuan umat Islam akan mudah untuk dihancurkan dan diadu domba oleh orang-
orang yang membenci Islam.

Nah, ada juga Tips menjaga persaudaraan:


1. Nyatakan rasa cintamu
Seperti dalam Hadist Rasulullah: "Apabila seseorang mencintai saudaranya, maka hendaklah ia
mengatakan rasa cintanya kepadanya" (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Tapi hati-hati ya karena hadits diatas hanya berlaku untuk laki-laki ke laki-laki lagi dan begitu pun
perempuan.

2. Saling mendoakan
Pernah ngerasa sahabat atau saudara kita nyebelin banget?? Bisa jadi karena kita jarang
mendoakan mereka untuk tetap menjadi sahabat yang terbaik. Makanya selalu doakan mereka agar tetap
menjadi orang yang sholeh dan dapat menjadi sahabat terbaik di mata Allah.

3. Saling memberi hadiah


Jangan terlalu dipikir susah. Pemberian hadiah tidak harus menunggu momen-momen tertentu.
Juga tidak perlu sesuatu yang bernilai finansial tinggi. Yang diukur adalah bukan nilai finansialnya, tapi
makna dari pemberian hadiah itu sendiri.
Pemberian hadiah seperti ini akan menumbuhkan perasaan cinta antara pemberi dan yang diberi.

4. Melepas kesusahan saudaranya


Rasulullah bersabda: "Barang siapa melepaskan salah satu kesusahan dunia dari seorang
mukmin, maka Allah akan melepaskan salah satu kesusahan hari kiamat darinya. Barang siapa
memudahkan orang yang dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya didunia dan akhirat" (HR
Muslim)

5. Memenuhi hak sesama muslim


Yang ini dibagi menjadi 2, hak umum dan hak khusus.
 Hak umum:
Hak muslim atas muslim lainnya ada 6: menjawab salam, menghadiri undangan, memberi
nasehat, mendoakannya bila bersin, menjenguknya bila sakit, dan mengantarkan jenazahnya"

77
 Hak khusus:
a) berinteraksi dalam segala hal.
Harusnya, saudara sesama muslim kita jadikan teman dalam meniti kehidupan beragama kita.
Teman dalam suka dan duka, ada rasa saling memiliki dan memahami. Bahkan berusaha untuk
mementingkan urusan saudaranya dari urusannya sendiri sebagai wujud perngorbanan tulus untuk
membahagiakan saudaranya.
b) menutup aib
Aib saudara sesama muslim wajib disimpan demi menjaga kehormatannya. Ini akan terwujud
jika ada kesadaran bahwa aib saudaranya seakan-akan aibnya sendiri.

C. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Peserta untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Peserta dan menanyakan alasan apabila ada Peserta yang tidak hadir.

2. Kegiatan Inti
a. Melakukan games. Games ini menuntut peserta belajar bekerjasama dan mengerti perasaan
serta pikiran orang lain.
- Peserta dibagi menjadi kelompok kecil dengan 5 anggota. Setiap kelompok mendapat
satu botol kosong satu kotak korek api. Secara bergantian, peserta menaruh satu batang
korek api di atas leher botol untuk menciptakan satu sarang burung. Peserta tidak boleh
berbicara. Mereka harus saling menolong, misalnya dengan menunjukkan dimana korek
api lain dapat diletakkan. Kalau ada batang korek api yang jatuh, batang korek api
tersebut harus ditaruh kembali sampai sarang burung selesai dibuat.
- Apakah setiap orang memiliki pikiran yang berbeda?Mengapa?
- Apakah pikiran yang berbeda menjadi penyebab sikap kita untuk tidak menolong orang
lain?
- Mengapa kita harus saling menolong?
b. Mentor dapat meminta pendapat dari Peserta tentang hikmah dari games tadi

78
c. Setelah bertanya dan meminta tanggapan Peserta terkait pentingnya mengenal saudara, mentor
dapat memunculkan motivasi Peserta, untuk lebih mengenal dan memahami saudara mereka
d. Setelah diskusi, mentor dapat langsung memulai materi Persaudaraan dalam Islam dan
dijelaskan secara bertahap.
3. Kegiatan Penutup
a. Mempersilahkan Peserta untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Peserta.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Peserta untuk menilai pemahaman Peserta
sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa.

79
Materi 17
Hak-Hak Sesama Muslim
A. Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Mampu memahami dan menerapkan hak-hak sesama muslim.

B. Titik Tekan Materi


Materi hak-hak sesama muslim disampaikan dengan tujuan agar peserta mentoring dapat
mengetahui, memahami, dan melaksanakan apa yang telah disampaikan. Dalam materi ini, ada enam
hak yang harus ditunaikan antarsesama muslim. Pertama, apabila berjumpa maka berikanlah salam
kepadanya. Kedua, apabila diundang maka hendaklah memperkenankannya. Ketiga, apabila meminta
nasihat maka berikanlah nasihat. Keempat, apabila bersin lalu memuji Allah SWT maka doakanlah.
Kelima, apabila sakit hendaklah melawatnya. Keenam, apabila meninggal dunia maka iringkanlah.
Selain menyampaikan materi tersebut, Mutarabbi pun diharuskan untuk menghapal hadist ini.

C. Sasaran Materi
1. Mutarabbi memiliki motivasi untuk mengamalkan hadits Rasulullah SAW.
2. Mutarabbi dapat mengaplikasikan isi dari hadits Rasulullah SAW berkaitan dengan hak
antarsesama muslim.
3. Mutarabbi mengimplementasikan Muwashafat Tarbiyah dalam kehidupannya.
4. Mutarabbi bersikap terbuka memperluas silaturrahmi dengan ta‟aruf dan tidak malu-malu untuk
membudayakan salam dan lainnya.
D. Materi Pokok
Hak-hak Sesama Muslim
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Hak orang Islam kepada orang
Islam lainnya itu ada enam: Apabila engkau berjumpa maka berikanlah salam kepadanya. Dan apabila ia
mengundangmu hendaklah engkau perkenankan ia. Dan apabila ia meminta nasihat maka nasihatilah
dia. Dan apabila ia bersin lalu memuji Allah SWT maka doakanlah ia olehmu. Dan apabila ia sakit
hendaklah engkau melawatnya. Dan apabila ia meninggal dunia maka iringkanlah ia.” Diriwayatkan
oleh Muslim.

E. Kegiatan Pembelajaran

80
1. Kegiatan Awal (20 menit)
a. Pementor mengondisikan terlebih dahulu Mutarabbi untuk mentoring.
b. Membuka mentoring dengan basmalah dan dilanjutkan dengan tilawah quran, sehingga
semua mendapatkan giliran.
c. Mendata kehadiran Mutarabbi dan menanyakan alasan apabila ada Mutarabbi yang tidak
hadir.
d. Memandu infak majelis.
e. Evaluasi amalan pekanan (mutaba‟ah) oleh pementor dari masing-masing Mutarabbi.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Menjelaskan mengenai hak-hak dasar sesama manusia. Ini dapat dikembangkan oleh mentor
masing-masing.
b. Menjelaskan mengenai materi inti, yaitu hak-hak sesama muslim, berdasarkan hadits dari
Rasulullah SAW.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Mempersilahkan Mutarabbi untuk bertanya hal yang belum dipahami.
b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh satu orang Mutarabbi.
c. Pementor memberikan informasi mengenai materi yang dibahas pada pertemuan yang akan
datang.
d. Mentor memberikan evaluasi secara lisan kepada Mutarabbi untuk menilai pemahaman
Mutarabbi sebagai bentuk aplikasi dari materi yang telah diajarkan.
e. Penilaian dilakukan mentor selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan penugasan kepada Mutarabbi (bila ada). Penugasan yang dianjurkan
menekankan pada membaca berbagai literature keislaman dan pergerakan.
g. Menutup mentoring dengan hamdalah dan doa-doa (kifaratul majelis dan rabithah)

F. Sumber / Referensi
Bulughul Maram, Kitabul Jami‟, Bab Adab

81

Anda mungkin juga menyukai