Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Penyiaran

Penyiaran atau dalam bahasa Inngris dikenal sebagai broadcasting adalah

keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan materi

produksi,produksi, penyiapan bahasn siaran, kemudian pemancaran sampai

kepada penerimaan tersebut oleh pendengar/pemirsa di suatau tempat. Dari

definisi umum ini, tampak bahwa arti penyiaran berbeda dengan pemancaran.

Pemancaran sendiri berarti proses transmisi siaran, baik melalui media udara

maupun medi kabel koaksial atau slauran fisik yang lain.(Wahyudi, 1994 :6)

Sebagaimana bahasa aslinya, broadcasting , penyiaran bersifat tersebar ke

semua arah (broad) yang dikenal sebagai omnidirectional. Dari definisi sifat

penyiaran ini bisa diketahui bahwa semua sistem penyiaran yang alat penerima

sinyalnya harus dilengkapi dengan satu unit decoder ,adalah kurang dengan

definisi broadcasting. Oleh karena itu pada nama sistemnya diberi penambahan

kata “terbatas”, sehingga menjadi sistem penyiaran terbatas.

Pasal 1 butir 2, Ketentuan Umum Undang-undang No.32/2002 tentang

Penyiaran, memberikan definisi khusus penyiaran sebagai kegiatan

pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau media lainnya untuk

dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat

penerima siaran.

20 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


Definisi khusus yang dimaksudkan di sini adalah berkaitan dengan fungsi

regulasi yang diamanatkan oleh UU tersebut, sehingga definisinya dibatasi mulai

dari kegiatan pemancarluasan siaran yang tentunya telah menggunakan spektrum

frekuensi penyiaran, telah melangsungkan proses komunikasi massa, dan

sebagainya. Sementara proses produksi siaran tersebut, seperti produksi paket

siaran, belum masuk ke wilayah publik atau masih bersifar intern stasiun

penyiaran yang bersangkutan dan karenanya tidak termasuk dalam pengaturan UU

tersebut. Oleh karena itu stasiun penyiaran bebas menentukan apakah paket itu

akan diproduksi sendiri atau dari rumah produksi (production house). Tetapi bila

bahan content tersebut kemudian disiarkan yang berarti masuk ke ruang publik,

dia harus mengikuti aturan tentang content yang disusun oleh KPI (Komisi

Penyiaran Indonesia).

B. Radio sebagai Sistem Komunikasi

Radio menjadi alat komunikasi masyarakat, maka menciptakan radio

sebagai alat komunikasi juga membutuhkan kesadaran dari masyarakat sebagai

pendengar bahwa radio menjadi kebutuhan mereka untuk berkomunikasi. Radio

bukan benda mati yang disetel ketika masyarakat membutuhkan hiburan, radio

juga dibutuhkan ketika masyarakat membutuhkan perubahan. Membangun

kesadaran masyarakat dengan demikian menjadi inti dari pembuatan program

dalam jurnalistik radio. Yang pertama dilakukan adalah bagaimana membuat

program radio yang bisa menjadikannya sebagai sarana komunikasi bagi

pendengarnya. Kesadaran masyarakat dan kemampuan pengelola radio dalam

menjadikan radio sebagai sarana komunikasi ini menumbuhkan apa yang dikenal

sebagai “jurnalisme interaktif”. Jurnalisme interaktif memberikan peluang kepada

21 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


khalayak pendengar terlibat dalam proses siaran informasi. Pendengar bukan lagi

sekedar penikmat informasi yang disajikan, namun juga bagian aktif dari radio

yang dapat memberikan informasi seperti layaknya reporter. Penting untuk

mengetahui apa yang layak disebut informasi/berita dalam radio dengan basis

utama kegiatan jurnalistik atau pemberitaan. Jurnalistik sendiri merupakan segala

hal yang menyangkut proses perencanaan, peliputan, produksi. (Masduki,

2001:21)

Radio sering kali dikatakan sebagai media buta karena hanya memberikan

audio saja tak seperti media televisi yang menawarkan audio visual yang

sepertinya lebih menarik hati masyarakat. Namun, media radio juga dapat

menjalankan perannya sebagai media massa yang dapat memberikan informasi

terpercaya untuk khalayak.

Beberapa karakteristik radio antara lain sebagai berikut:

1. Radio terdapat di mana mana,

2. Radio bersifat memilih

Geografi, demografi, dan keragaman program stasiun radio membantu

pengiklan untuk menetapkan target pendengar. Fleksibilitas semacam ini

berarti bahwa spot dan adlips iklan dapat disiarkan, baik secara lokal,

regional, maupun nasional bahkan internasional, pada jam-jam yang dapat

disesuaikan dan program-program yang ditawarkan radio. Keragaman

seperti ini akan memungkinkan pengiklan atau sponsor mampu menembak

target yang sesuai.

22 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


3. Radio bersifat ekonomis

(Masduki:2001:19) mengungkapkan bahwa dalam satu minggu satu

stasiun radio dapat meraih sembilan dari sepuluh pendengar berusia 12

tahun ke atas. Pendengar berusia 18 tahun ke atas mendengarkan radio

selama hampir tiga setengah jam sehari. Seorang pengiklan biasanya

mempercayakan kombinasi yang efektif atas jangkauan dan frekuensi

dengan biaya yang relatif rendah per ribuan orang. Radio cepat dalam

menyampaikan informasi Jika timbul kebutuhan, maka pengiklan dapat

mengiklankan produk yang langsung diudarakan dalam hitungan beberapa

jam. Hal ini sangat menguntungkan pengiklan yang menghadapi situasi

darurat.

3. Radio cepat dalam menyampaikan informasi

Jika timbul kebutuhan, maka pengiklan dapat mengiklankan produk yang

langsung diudarakan dalam hitungan beberapa jam. Hal ini sangat

menguntungkan pengiklan yang menghadapi situasi darurat.

4. Radio bersifat partisipasif

5. Terdapat hubungan emosional antara pendengar dengan penyiar radio.

Hubungan interaktif antara penyiar dan pendengar pun sangat mudah

dilakukan.

23 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


Karakter Berita Radio

Dari batas tentang berita radio seperti yang telah dijelaskan, berita radio

memiliki beberapa karakter. (Masduki, 2001:32)

1. Segera dan cepat Laporan peristiwa atau opini di radio harus sesegera

mungkin disajikan kepada pendengar sebagai bagian dari keoptimalan sifat

kesegeraan berita radio.

2. Aktual dan Faktual Berita radio adalah hasil liputan peristiwa atau opini

yang segar dan akurat sesuai dengan fakta yang sebelumnya tidak

diketahui oleh pendengar.

3. Penting bagi masyarakat luas. Berita radio memiliki keterkaitan dengan

nilai berita yang berlaku dalam kaidah jurnalistik secara umum, dalam

melayani kebutuhan publik akan informasi.

4. Relevan dan berdampak luas Khalayak secara umum mendapat manfaat

dari penyiaran berita radio sekaligus juga memancing respon dari

khalayak.

Secara umum penerapan kaidah jurnalisme di radio membutuhkan ketaatan

terhadap kemampuan radio dan pemahaman akan karakter radio itu sendiri

sebagai sebuah media. Radio yang memiliki keterbatasan karena hanya dapat

memproduksi suara, tetap dituntut menerapkan kaidah jurnalisme dalam

memproduksi sebuah berita.

24 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


Beberapa persyaratan dalam berita radio antara lain :

1. Lokal emosional Berita menjadi alat komunikasi antar individu pendengar

dengan masyarakat yang menjadi khalayak jangkauan siaran sebuah radio.

Efektifitas berita radio terkadang juga tergantung dengan kedekatan emosional

dengan pendengarnya.

2. Personal Komunikasi berita radio berlangsung seperti seseorang yang sedang

bercerita atau berbicara dengan temannya. Penyiar radio berita dituntut menguasai

bahasa tutur dalam bercerita yang tidak terkesan membacakan sesuatu.

3. Selintas Dengan mobilitas khalayaknya yang tinggi, berita radio cenderung

ditangkap hanya selintas. Diperlukan pengulangan dan lead berita yang menarik

agar pendengar mengetahui berita yang disiarkan.

4. Fokus dan antidetil Dengan hanya memiliki sifat auditif, khalayak radio

memiliki keterbatasan kemam puan untuk mengingat rincian berita. Ringkasan

dan terfokus adalah syarat mutlak berita radio yang layak siar.

5. Imajinatif Kemampuan penyiar berita radio juga harus dapat mengembangkan

imajinasi pendengar agar mereka memahami dan merasakan apa yang di

informasikan dalam berita radio. Hal ini dilakukan untuk menutupi keterbatasan

radio yang hanya memproduksi suara.

Bentuk Berita Radio Beberapa bentuk berita yang umum disiarkan antara lain:

1. Berita tulis (writing news/ ad libs/sport news), yakni berita pendek yang

bersumber pada media lain atau berita yang ditulis ulang. Termasuk liputan

reporter an teksnya diolah kembali.


25 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta
2. Berita bersisipan (news with insert), yaitu berita yang dilengkapi dengan

sisipan nara sumber.

3. News features, berita atau laporan jurnalistik panjang yang lebih bersifat human

interests.

4. Live reports, berita langsung dari reporter di lapangan, dengan menggunakan

media telepon.

5. Buletin berita yaitu gabungan beberapa berita dalam satu blok waktu.

6. Berita interaktif, atau nara sumber, biasa dilakukan dengan wawancara melalui

telepon.

Dari kekuatan materi berita, berita radio terbagi menjadi tiga: hard news, atau

berita aktual yang baru saja terjadi di lapangan; soft news atau berita lanjutan

yang lebih berupa laporan tanpa terikat waktu dan menekankan aspek human

inters, pelaku serta tempat-tempat yang mempengaruhi orang banyak; dan ketiga

adalah in-depth news atau berita mendalam, biasa disajikan dalam format features.

C. Struktur Berita Radio

Sebagaimana berita pada media lainnya, berita radio juga terutama

menggunakan kaidah Piramida Terbalik. Struktur seperti ini bertujuan agar sebuah

berita menarik perhatian sejak awal penyiarannya, bisa membuat informasi yang

rangka dan penting tanpa mengesampingkan aspek 5W + 1H. Dalam struktur

piramida terbalik ini bangunan paling atas ditepati oleh lead berita. Lead berita

adalah bagian klimaks atau inti berita. Unsur paling penting yang ingin ditekankan

pada pendengar ada pada alinea pertama sebuah berita. Dengan demikian sudah

sedari awal pendengar akan tahu apa isi berita yang sedang disiarkan. Berikutnya
26 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta
adalah atmosfer berita atau suasana dari berita yang disiarkan. Pada bagian ini

setting sebuah berita dimunculkan. Pada prinsipnya, bagian ini menjabarkan apa

yang ada dalam lead berita. Setting ini merupakan penjelasan unsur lead sebagai

kelengkapan berita. Setelah setting berita atau penggambaran atmosfernya,

struktur berikutnya adalah background berita. Unsur background biasanya berupa

latar belakang dari sebuah berita. Sebuah jawaban atas pertanyaan “mengapa” dan

“bagaimana”. Terakhir adalah fakta pendukung sebuah berita. Pada bagian ini

diuraikan fakta-fakta yang melengkapi sebuah berita. Pada ini biasanya

merupakan bagian yang detail yang lengkap, bagaimana ini sebenarnya tidak

terlalu penting.

D. Sumber-sumber Berita

Radio Secara umum sumber berita radio dapat dibagi menjadi dua: ß

Sumber primer/langsung, didapatkan dengan menerjunkan langsung reporter

untuk melakukan liputan lapangan. Sumber primer ini juga didapatkan dari studio

atau redaksi dengan melakukan wawancara langsung melalui telpon atau nara

sumber datang langsung ke studio. ß Sumber sekunder/tidak langsung, didapatkan

antara lain dari media cetak. Elektronik, siaran pers, jaringan kantor berita, hingga

info dari pendengar. Mengelola sumber berita menjadi bagian penting dari proses

pembuatan sebuah program berita. Data nara sumber seperti alamat, nomor telpon

dan berbagai kelengkapan data pustaka menjadi sangat penting dalam pengelolaan

sumber berita. Untuk radio, daftar nomor telpon nara sumber menjadi

kelengkapan yang ada pada redaksi dan studio. Kelayakan atau Nilai Berita

Reporter harus bisa memahami apa yang diinginkan pendengar. Untuk bisa

memahami pendengar, seorang reporter dalam melakukan liputan khusus harus

27 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


bisa menempatkan dirinya sebagai pendengar. Dengan demikian ia akan tahu apa

yang sedang diinginkan diketahui oleh pendengar radio tersebut. Dalam jurnalistik

sebenarnya ada beberapa kaidah umum, namun dapat terasa sangat relatif ketika

dioperasionalkan. ((Fred Wibowo, 2012:45-47)

Kaidah-kaidah jurnalistik tentang kelayakan sebuah berita antara lain:

1. Aktualitas Untuk radio, aktualitas sebuah berita menjadi nilai tersendiri

karena radio dianggap sebagai media yang paling unggul dalam kecepatan

waktu penayangan.

2. Kedekatan atau proximity Kedekatan secara emosi dan fisik akan membuat

berita menarik perhatian pendengar. Kedekatan khalayak pendengar

dengan sebuah kejadian yang menjadi berita selalu dianggap berarti.

Nilainya terutama pada kepedulian, kepentingan dan keakraban.

3. Tokoh Publik/prominence Man makes news, ungkapan ini dapat

menggambarkan bahwa segala peristiwa seputar tokoh-tokoh publik selalu

menarik untuk didengar.

4. Konflik Konflik, persengketaan individu atau kelompok, perang,

bentrokan, kerusuhan dan peristiwa-peristiwa yang dapat mengambarkan

terjadinya sebuah konflik selalu menjadi berita yang menarik perhatian.

5. Kriminalitas Kondisi keamanan yang semakin rawan membuat berita

kriminal semakin dibutuhkan khalayak, setidaknya untuk sekedar

mengetahui daerah-daerah atau tempat-tempat yang rawan tindak

kejahatan.

28 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


6. Kemanusiaan atau human interest Berita yang diangkat dari peristiwa yang

menyentuh rasa kemanusiaan dan menggugah empati(membangun

perasaan simpatik pendengar)

7. Sensational Sesuatu yang luar biasa dan jauh dari ukuran normal, biasanya

akan selalu menarik perhatian pendengar.

8. Besaran Kasus/Magnitude Jumlah korban kecelakaan, bencana alam,

perang, kerugian negara arena korupsi selalu menjadi perhatian pendengar.

D.1 . Wawancara

Wawancara dalam jurnalistik berarti proses bertanya yang dilakukan

reporter untuk mendapatkan jawaban dari nara sumber. Reporter radio dalam

melakukan wawancara sedang mewakili khalayak pendengar. Wawancara

merupakan bangunan keseluruhan dari kegiatan peliputan. Setiap proses

pembuatan berita bahkan dapat dikatakan hampir selalu membutuhkan

wawancara. Bahkan wawancara menjadi bentuk berita tersendiri yang biasa

disebut News interview. Secara teknis operasional, tujuan wawancara meliputi

dua hal pokok yakni; apa yang ingin diketahui pendengar dan apa yang harus

diketahui pendengar. Penting bagi reporter dalam melakukan wawancara untuk

menempatkan dirinya seolah-olah sebagai pendengar radio. Kebutuhan dari

wawancara dalam berita radio termasuk sesuatu yang sangat mutlak. Karena dari

wawancara, berita radio dapat memberikan sisipan yang memang berfungsi selain

memperjelas isi berita juga memberikan efek auditif. Terdapat berbagai bentuk

wawancara radio, namun dalam tulisan ini akan disinggung secara umum jenis

wawancara berita. Wawancara berita adalah wawancara yang dilakukan untuk

menggali berbagai hal seputar peristiwa aktual. Bagian terpenting dari wawancara
29 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta
berita adalah bentuk pertanyaan yang harus pendek, jelas dan fokus. Untuk dapat

menguasai pelaksanaan wawancara seorang reporter setidaknya harus melakukan

riset atau mengetahui latar belakangmasalah yang akan dicari jawabannya melalui

wawancara. Pengetahuan tentang background masalah menjadi penting karena

penguasaan materi menjadi inti dalam membuat berita berdasarkan hasil

wawancara. Mengetahui background berarti mengetahui tujuan wawancara

D.2 Vox Pops

Vox Pops merupakan istilah lain dari media polling. Vox Pops di radio

dilakukan dengan banyak cara, selain menggunakan teknologi seperti SMS,

Internet bisa juga dilaksanakan langsung di lapangan. Cara melakukan wawancara

vox pops oleh reporter di lapangan. Reporter radio dengan menggunakan

mikrofon dan peralatan rekamnya berdiri di tempat dimana masyarakat biasa

berkumpul atau lalu lalang (pusat perbelanjaan, stasiun, terminal dll). Reporter

kemudian mencegah masyarakat yang lewat sambil menanyakan topik yang

sedang dibahas.

Tata cara yang umum dalam melakukan vox pops di lapangan adalah:

1. “… saya reporter radio x ingin mengetahui pendapat anda tentang …?”

2. Pertanyaan yang diajukan ke semua orang harus sama persis. Wawancara

dilakukan secara beruntung dalam satu kesempatan.

3. Biasanya sudah direncanakan berapa nara sumber yang akan

diwawancarai.

Etika Jurnalistik Radio Membuat dan menyajikan berita adalah kegiatan

jurnalistik yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.


30 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta
Profesionalisme kerja reporter dan stasiun radio itu sendiri dengan demikian harus

selalu berpegangan pada etika d an kode etik yang secara profesional bisa

terlayani dengan baik, tanpa mengabaikan profesionalisme kerja itu sendiri. Etika

jurnalistik radio se cara umum antara lain:

1. Menggali berita dengan cara etis. Cara etis harus ditempuh dalam

memperoleh berita. Hal-hal seperti kesepakatan antara reporter dengan

nara sumber, bagian mana yang layak dimuat dan bagian mana yang

dihilangkan, sebaiknya diketahui oleh nara sumber.

2. Tidak menerima sogokan, wartawan bodrek atau wartawan amplop

merupakan penyakit bagi independence yang seharusnya dijunjung tinggi

oleh jurnalis. Obyektivitas berita dapat terjaga dengan tidak menerima

sogokan atau pemberian dalam bentuk apapun.

3. Konsisten pada prinsip keberimbangan dan obyektivitas, dalam jurnalisme

pernyataan sepihak atau pernyataan secara sepotong dapat dikenai delik

pidana. Apalagi jika dimaksudkan untuk menguntungkan salah satu pihak.

(Masduki, 201:26-28)

E. Pengertian Reporter

Reporter merupakan faktor terpenting dalam semua kegiatan pembuatan

berita. Apakah dia bekerja didaerah ataupun meliputi jalannya perkembangan

dunia – tugasnya sama. Dia harus mengunjungi suatu peristiwa dan mencari

informasi yang dapat dijadikan berita. Kadang-kadang caranya tidak lebih

daripada tanya jawab biasa; kadang-kadang berperan seperti intelejen, keras hati

dan cerdik dalam penyelidikannya. Dalam kehidupan sehari-harinya ia mirip

31 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


pahlawan dalam film roman, atau petugas yang rajin. Keistimewaannya, ia

adalah petugas yang ulet, memiliki kecakapan pribadi yang lebih sempurna

ketimbang rasa sekedar ingin tahu.

Semua reporter bekerja langsung di bawah penguasaan redaktur tertentu

(kriminal, kota, olahraga dan lain sebagainya). Mereka tergabung dalam jajaran

redaksi yang disebut desk. Dalam timnya para reporter dikenal sebagai beatmen.

dan rekannya yang lain disebut legman. Dalam dunia jurnalistik kedua sebutan itu

dibedakan oleh cara pelaporannya. Beatmen ditandai dengan tugas rutinnya

meliput keadaan kota, pengadilan, markas besar kepolisian dan hotel-hotel. Hari-

hari tugasnya dijalani untuk melakukan pencarian bahan berita, dan secara rutin

mengadakan pendekatan pada para pejabat terkait. Melalui hubungan-hubungan

demikian dia menjadi mahir dalam upayanya memperoleh informasi yang kadang-

kadang bersifat rahasia dari relasinya yang ia bina itu. Leg man adalah reporter

khusus yang ditugaskan meliput peristiwa-peristiwa tertentu oleh desk-nya.

Mungkin seharian ia menangani wawancara , selanjutnya melaporkan suatu

pidato, mengadakan suatu penyelidikan atau mengamati sidang-sidang di DPR.

Untuk memperoleh berita sebanyak mungkin, ia memerlukan sepasang “kaki”

yang baik dan inisiatif tinggi. Biasanya ia menulis sendiri naskah beritanya, dan

dalam beberapa hal ditambahkannya beberapa fakta, serta kemudian menghubungi

para penyusun ulang (re-writer). berita di desknya untuk meminta bantuan mereka

dalam menyempurnakan bentuk beritanya.

32 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


E.1 Tugas dan Tanggung Jawab Reporter

Jurnalis-reporter bertugas melakukan liputan sesuai hasil rapat redaksi

(inline). Pelaksanaan liputan mengacu pada peran editor, yakni berupa penugasan

(term of reference, TOR/outline), pengusulan tunggal, dan isu hangat. Kecuali

reporter media cetak yang melengkapi liputannya dengan foto, reporter media

elektronik (radio) melengkapi liputannya dengan moment record (rekaman

peristiwa) dalam bentuk audio. Sedang reporter media elektronik (televisi)

melengkapi liputannya dengan moment record (rekaman peristiwa) dalam bentuk

video.

Setiap reporter bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan pada saat rapat

redaksi. Setiap keterlambatan dari waktu deadline yang diberikan merupakan

tanggungjawab langsung editor yang memberikan TOR.

Berita artikel, narasi audio, narasi dan rekaman video diberikan dua jam

sebelum deadline. Semua material ini harus diserahkan ke editor di bawah yang

direferensikan ke komputer database yang akan di-file dalam bentuk copy

file dan hard copy.

Laporan atau artikel yang ditulis tak perlu memiliki analisis dan kesimpulan yang

sama dengan pandangan editor. Namun syarat utama yang tak bisa ditawar adalah

laporan/artikel itu harus benar. Kebenaran disini bukan dalam pengertian filosofis,

tapi kebenaran fungsional, seperti keakuratan laporan, semua informasi yang

disuguhkan tak kurang, tak berlebihan, sumber-sumber yang jelas, nama lengkap,

angka, waktu, jarak, ukuran, tempat.

33 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


Untuk mencapai kebenaran fungsional itu reportert harus bisa melakukan

pengumpulan informasi dengan baik. Verifikasi adalah esensi dari jurnalisme

dengan standar akurasi, proporsional, komprehensif, relevansif, fairness,

berimbang.

Seorang jurnalis-reporter harus menerapkan konsep kontekstual (laporan

proporsional). Sebab, mungkin suatu fakta benar tapi secara kontekstual salah.

Contoh, “banyak organisasi Islam militan di Indonesia”. Ini tak berarti Islam di

Indonesia adalah Islam yang militan dan fundamentalis.

Jika melakukan liputan atau wawancara, reporter harus memperkenalkan diri

sejelas-jelasnya. Kantor media seharusnya tidak mentolerir jika ada reporter

mengambil keuntungan dari wawancara atas nama media dimana dia bekerja.

Aturan ini berlaku pula terhadap semua pihak yang terlibat dalam bisnis

penerbitan dan penyiaran.

Tidak boleh mengutip pernyataan atau mengambil foto seseorang tanpa izin.

Misalnya, saat ngobrol bebas pun harus minta izin jika ada kalimat yang menarik

dari narasumber atau untuk mengambil foto harus seizin narasumber. Ingat, kode

etik menjelaskan narasumber memiliki hak embargo terhadap informasi dan foto

yang dapat diberikannya.

Dokumen-dokumen pun harus diperoleh secara legal, kecuali untuk dokumen-

dokumen tertentu seperti bocoran atau dokumen yang sengaja disembunyikan dari

masyarakat harus didiskusikan lebih dulu pada redaktur atau rapat redaksi.

Reporter tidak berupaya menjadi antek golongan manapun, parpol tertentu,

pejabat tertentu, yang tercermin dalam berita-berita yang dibuatnya.

34 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


Reporter tidak menggunakan kedudukannya untuk mencari keuntungan pribadi

dan merusak citra media dimana dia bekerja. Pelanggaran terhadap panduan ini

dapat dikenakan sanksi berat.

Reporter tidak melaksanakan pekerjaan yang bukan tugasnya. Seorang jurnalis-

reporter harus berupaya menjadi media yang sehat dan bekerja dengan cara

professional. Bagian periklanan dapat menolak materi iklan yang diperoleh

reporter, yang dapat merusak citra reporter dan media dimana dia bekerja. Kecuali

iklan yang diperoleh reporter atau bagain lain, yang tak beresiko merusak citra

reporter dan media, dapat didiskusikan dengan bagian periklanan dengan sharing

fee yang jelas.

F. Gaya Radio

Suatu gaya radio yang diproduksi akan menjadi konsumsi bagi pendengar

untuk didengarkan mereka melalui indra pendengarnya. Oleh sebab itu apa yang

dikatakan oleh seorang penyiar belum tentu mampu untuk menggambarkan pesan

yang ingin disampaikan penyiar tersebut.

Sifat Radio Siaran

Dalam memproduksi siaran, seorang penyiar perlu memperhatikan hal-hal berikut

ini;

1. Auditori

Audio atau suara menjadi yang terpenting dalam radio, sebab itu yang akan

didengarkan oleh para pendengarnya. Bila saja ada pendengar yang tidak

memahami pesan yang disampaikan oleh penyiar tentu saja radio tidak akan

mampu untuk mengulangnya. Oleh sebab itu pendengar harus bisa mengikuti
35 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta
pesan yang disampaikan penyiar dengan penuh tanpa ada yang tertinggal. Terlebih

lagi pendengar belum tentu bisa mengingat apa yang disampaikan oleh penyiar

sehingga penyiar sebagai komunikator harus menyampaikan pesan yang ingin

disampaikan secara terus menerus tanpa peduli apakah pendengar mengerti atau

tidak.

2. Mengandung Gangguan

Menurut Helena Olii (10:2007) Faktor penyebab gangguan alam penyampaian

komunikasi melalui radio adalah:

a. Semantic Noise Factor : telinga salah menangkap atau menerima

pengucapan kata – kata yang terdengar asing atau kata – kata tidak

lazim.

b. Channel Noise Factor atau Mechanic Noise Factor : telinga salah

menangkap bahkan tidak dapat mendengar isi siaran akibat

gangguan saluran siaran atau gangguan teknik.

3. Akrab

Sebagai komunikator seorang penyiar harus mampu untuk bersikap akrab dengan

komunikan yaitu pendengar. Keakraban tersebut terlihat seperti penyiar sedang

bercakap-cakap dengan seseorang yang berada didepannya agar tercipta

keakraban antara penyiar dan pendengar. Pendengar berada dimana dimana, baik

secara posisi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan serta kebiasaannya. Pendegar

radio bisa saja didesa atau dikota. Jenis kelamin pendengar yang berbeda baik

pendengar laki-laki maupun perempuan. Usia pendengar, anak-anak, remaja dan

36 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


dewasa. Tingkat pendidikan yang berbeda-beda mulai dari SD, SMP, SMA

sampai universitas. Serta kebiasaan-kebiasaan pendengar yang berbeda-beda.

Tentu dalam hal ini penyar harus mampu untuk memperhatikan hal ini sebab

dengan ini penyiar akan mudah untuk memilih cara penyampaian gaya bahasa

yang sesuai. Pesan yang disampaikan oleh penyiar akan diterima dan dimengerti

secara pribadi oleh pendengar sesuai dengan situasinya. Walaupun pendengar bisa

dimana saja, biasanya pendengar berada dirumah untuk mendengarkan radio

sehingga penyiar akan dengan akrab menyampaikan pesan atau berbicara kepada

pendengar agar pesan yang ingin disampaikan lebih efektif. Radio bukan hanya

sebagai media penyimpan pesan tetapi juga merangsang agar pendengar untuk

aktif. Biasanya pendengar radio aktif akan mendengarkan sesuatu yang menarik

dari apa yang dia dengar serta membuatnya aktif berfikir apakah yang dikatakan

oleh penyiar tersebut benar atau tidak. Sebagai seorang pendengar tentu saja akan

selektif dalam memilih apa yang akan dia dengar, sebab apa yang dia dengar

adalah yang dia sukai. Seseorang tidak akan mungkin mau mendengar dalam

waktu yang lama bila tak menyukainya. Oleh sebab itu sekarang banyak radio-

radio berlomba-lomba membuat program yang menarik untuk pendengarnya.

G. Kode Etik Jurnalistik

Kode etik berasal dari dua kata,yakni kode yang berarti adalah sistem

pengaturan-pengaturan.Dan etik yang berarti adalah norma perilaku,suatu

perbuatan dikategorikan etis apabila sesuai dengan aturan yang menuntun perilaku

baik manusia.Sedangkan jurnalistik sendiri memiliki arti adalah sebuah profesi

dalam kegiatan tulis menulis berita atau kewartawanan.Kode etik ialah norma

yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai pedoman dalam tingkah laku.Kode

37 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


etik jurnalistik merupakan himpunan etika para profesi kewartawanan dan

ditetapkan oleh dewan pers.Dewan pers merupakan sebuah badan atau lembaga

yang mengawasi dan mengontrol kegiatan jurnalistik atau segala sesuatu yang

berkaitan dengan pers.Etika pers adalah etika semua orang yang terlibat dalam

kegiatan pers,yang terdiri dari kewajiban pers,baik dan buruknya,pers yang benar

dan pers yang mengatur tingkah laku pers.Sumber etika pers adalah keadaan

moral pers mengenai pengetahuan baik dan buruk,benar dan salah,serta tepat dan

tidak tepat bagi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers.Kode etik memiliki

beberapa ciri-ciri,antara lain yaitu sebagai berikut:

1) Kode etik dibuat dan disusun oleh organisasi profesi yang bersangkutan.Dan

sesuai dengan aturan organisasi dan bukan dari pihak luar.

2) Sanksi bagi siapa saja yang melanggar kode etik bukan pidana,melainkan

bersifat moral atau mengikat secara moral pada anggota kelompok tersebut.

3) Daya jangkau suatu kode etik hanya berlaku pada anggota organisasi yang

memiliki kode etik tersebut bukan pada organisasi lain.

Menurut UU No. 40/1999 tentang Pers, kode etik jurnalistik adalah himpunan

etikaprofesiwartawan.

Dalam buku Kamus Jurnalistik (Simbiosa Bandung 2009) saya mengartikan Kode

Etik Jurnalistik (KEJ) atau Kannos of Journalism sebagai pedoman wartawan

dalam melaksanakan tugasnya sebagai landasan moral atau etika profesi yang bisa

menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas

wartawan.

Untuk wartawan Indonesia, kode etik jurnalistik pertama kali dikeluarkan

38 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai organisasi tunggal

wartawan seluruh Indonesia pasa masa Orde Baru.

G.1 Landasan Kode Etik Jurnalistik

Kode etik jurnalistik adalah sejumlah aturan-aturan dasar yang mengikat seluruh

profesi kewartawanan dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai

wartawan.Kode etik jurnalistik merupakan sebuah hal yang digunakan sebagai

landasan pers dalam menjalankan kegiatannya.Hal ini dapat kita lihat karena

sudah tercantum dalam rules of the game untuk pers,antara lain yaitu sebagai

berikut:

1. Landasan Idiil : Pancasila

2. Landasan Konstitusi : Undang-Undang Dasar 1945 ( UUD 1945)

3. Landasan Yuridis : Undang-Undang Pokok Pers

4. Landasan Strategis : Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

5. Landasan Profesional : Kode Etik Jurnalistik

6. Landasan Etis : Tata Nilai Yang Berlaku Dalam Masyarakat

G.2 Kode Etik Jurnalistik PWI

Kode Etik Jurenalistik pertama kali dikeluarkan organisasi PWI (Persatuan

Wartawan Indonesia). Isi Kode Etik Jurnalistik tersebut antara lain menetapkan.

1. Berita diperoleh dengan cara yang jujur.

2. Meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkan

(check and recheck).

3. Sebisanya membedakan antara kejadian (fact) dan pendapat (opinion).

39 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


4. Menghargai dan melindungi kedudukan sumber berita yang tidak mau

disebut namanya. Dalam hal ini, seorang wartawan tidak boleh memberi

tahu di mana ia mendapat beritanya jika orang yang memberikannya

memintanya untuk merahasiakannya.

5. Tidak memberitakan keterangan yang diberikan secara off the record (for

your eyes only).

6. Dengan jujur menyebut sumbernya dalam mengutip berita atau tulisan

dari suatu suratkabar atau penerbitan, untuk kesetiakawanan profesi.

G. Kode Etik Wartawan Indonesia

Dewan Pers dalam rapat koordinasi yang diadakan dengan 26 organisasi

wartawan di Bandung (5-7 Agustus 1999) dalam salah satu bahasannya telah

berhasil menyepakati 7 butir Kode Etik Wartawan Indonesia.Adapun 7 butir isi

Kode Etik tersebut sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 40 Tahun

1999 tentang Pers melalui SK Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000 tanggal 20 Juni

2000,antara lain adalah sebagai berikut:

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar.

2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan

menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber

informasi.

3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah,tidak

mencampurkan fakta dengan opini,berimbang dan selalu meneliti

kebenaran informasi,serta tidak melakukan plagiat.

40 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta


4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat

dusta,fitnah,sadis,serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan

asusila.

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan

profesi.

6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak,menghargai ketentuan

embargo,informasi latar belakang,dan off the record sesuai kesepakatan.

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam

pemberitaan serta melayani hak jawab.

G.4 Fungsi Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik menempati posisi yang sangat vital bagi wartawan, bahkan

dibandingkan dengan perundang-undangan lainnya yang memiliki sanksi fisik

sekalipun,Kode Etik Jurnalistik memiliki kedudukan yang sangat istimewa

bagi wartawan. M.Alwi Dahlan sangat menekankan betapa pentingnya Kode Etik

Jurnalistik bagi wartawan.Menurutnya,Kode Etik setidak-tidaknya memiliki lima

fungsi, yaitu:

1. Melindungi keberadaan seseorang profesional dalam berkiprah di

bidangnya;

2. Melindungi masyarakat dari malapraktik oleh praktisi yang kurang

profesional;.

3. Mendorong persaingan sehat antarpraktisi;

4. Mencegah kecurangan antar rekan profesi;

5. Mencegah manipulasi informasi oleh narasumber.

41 | Univeritas Mercu Buana Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai