Anda di halaman 1dari 70

Simple Airway Management

in Limited Resources
dedi atila
Pemberian konsentrasi
oksigen yang cukup
Simple
Airway Triple airway maneuver
Management
Menetapkan jalan napas
paten dan jalan napas aman
Konsentrasi
oksigen
Pemberian
konsentrasi
oksigen
yang cukup
Patensi Tekanan
jalan napas atmosfer
Patensi jalan napas

Membuka jalan
nafas
Posisi pasien

Teknik membuka Head-tilt & Chin-lift


maneuver
jalan nafas

Jaw-thrust maneuver

5
Posisi “Sniffing”

• Fleksi spina servikal kira-kira


15 derajat, dan
• Ekstensi sendi atlantooccipital
Posisi pasien
secara maksimal

Posisi Lateral Decubitus


Sniffing position
OPENING
AIRWAY (HEAD
POSITION)
Head Tilt / Ekstensi Kepala
Pasien terlentang & penolong di samping pasien, letakkan di bawah leher &
telapak tangan yg lain di dahi.
Ekstensikan kepala dgn mndorong dahi ke belakang mengangkat leher.
Indikasi : Obstruksi jaringan lunak jalan nafas atas
KI : Fraktur bagian leher
Infant
Komplikasi : Nyeri leher
Syaraf terjepit

Airway management
Chin Lift / Angkat Dagu
Pasien terlentang & penolong meletakkan satu tangan di dahi
dan ibu jari tangan yg lain di bwh dagu.
Dahi didorong & dagu diangkat scr bersamaan.
Indikasi : Alternatif head tilt
KI : sama dg head tilt
Komplikasi : sama dg head tilt

Airway management
HEAD-TILT AND
CHIN-LIFT
HEAD-TILT AND CHIN-LIFT
Jaw Thrust / Dorong Rahang
Dr atas kepala pasien, ibu jari diletakkan di maksila & jari lain di
angulus mandibula (bilateral), angkat & dorong rahang ke depan.
Indikasi : pasien KI atau tdk efektif dg head tilt
KI : fraktur rahang
dislokasi rahang
pasien sadar
Komplikasi : dislokasi rahang

Airway management
Jaw thrust

⚫ Penolong di atas kepala pasien


⚫ Ibu jari diletakkan di maksila & jari lain di
angulus mandibula (bilateral)
⚫ angkat & dorong rahang ke depan
JAW-THRUST
Open mouth

Buka Mulut
menggunakan jari /
ibu jari

Indikasi : obstruksi
ekspiratori setelah
head tilt.
Head tilt/chin lift, jaw thrust & open mouth
dikenal sebagai TRIPLE AIRWAY MANOUVER
HEAD-TILT, JAW
THRUST AND
OPEN MOUTH
KNOWN AS
“TRIPLE AIRWAY
MANOUVER”
Triple Airway Manouver
Triple Airway Manouver
Oropharyngeal Airway
Mencegah oklusi gigi, lbh sering utk memperbaiki jalan nafas.
Ukuran variasi 0-4
Terbuat dr plastik, metal, atau karet.
Dirancang pd bag gigitan keras, dan tepi proksimal bersirip utk
mencegah overinsersi.
Bagian distal berbentuk semisirkuler sesuai bentuk lengkung
mulut, lidah, dan faring posterior.
OROPHARYNGEAL
AIRWAY TYPES
Oropharyngeal
insertion
Oropharyngeal
insertion
Nasopharyngeal airway
Merupakan silinder panjang yg berbentuk lengkungan dan
lentur.
Terbuat dr plastik atau karet lembut.
Panjang & lebar bervariasi.
Sirip proksimal mencegah overinsersi
NASO-PHARYNGEAL
TUBE

• Tidak merangsang muntah


• Hati-hati pada pasien dengan
fraktura basis cranii
• Ukuran u/ dewasa 7 mm atau jari
kelingking kanan
Nasopharyngeal
insertion
Nasopharyngeal
insertion
LARYNGEAL
MASK
AIRWAYS
(LMA)
• Ditemukan oleh Dr. Archie Brain di London
Hospital, Whitechapel pada tahun 1981
• Terdiri dari dua bagian:
– Sungkup/Mask
– Pipa / Tube
LMA telah terbukti sangat efektif dalam
tatalaksana jalan nafas pd keadaan kritikal
LMA Ctrach
LMA Fastrach and has
built-in fiberoptics

LMA with a video screen

TYPES
• Disain LMA :
– Pemasangan “bentuknya
oval akan menempel di
sekitar saluran laring“,
setelah LMA terpasang
dan balon dikembangkan.
– LMA akan terletak di
persimpangan saluran
pencernaan dan
pernapasan.
Sulit pemasangan sungkup muka (BVM,
bag valve mask) yang pas.
Sebagai alternatif jika pemasangan pipa
endotrakeal tidak berhasil
Indikasi Upaya terakhir sebelum tindakan
tatalaksana jalan nafas melalui
pembedahan.
Pemilihan Ukuran
• Verifikasi bahwa ukuran LMA benar untuk pasien
• Panduan Ukuran yang Disarankan:
• Size 1: BB kurang dari 5 kg
• Size 1.5: BB 5 - 10 kg
• Size 2: BB 10 - 20 kg
• Size 2.5: BB 20 - 30 kg
• Size 3: BB 30 – 50 kg
• Size 4: BB 50 – 70 kg
• Size 5: BB lebih dari 70 kg
LMA
Teknik
Pemasangan
Pemasangan LMA

Langkah 1
Pemasangan LMA
Langkah 2
Pemasangan LMA
Langkah 3
Pemasangan LMA
Langkah 4
Pemasangan LMA
Langkah 5
Pemasangan LMA
Langkah 6
Masalah pada
Pemasangan LMA
Masalah pada
Pemasangan LMA
Masalah pada Pemasangan LMA

 Jika ujung sungkup dikempiskan ke depan maka dapat


menekan epiglotis menyebabkan obstruksi
 Jika sungkup deflasi tidak cukup juga.
 menekan epiglottis
 menembus glotis.
Hubungkan LMA ke perangkat Bag-
Valve Mask atau ventilator
bertekanan rendah
Verifikasi
Posisi LMA Berikan ventilasi sambil
memastikan suara napas yang sama
di kedua paru-paru di semua bidang
dan tidak adanya suara ventilasi di
epigastrium
Intubasi
Endotrakeal
Untuk mendukung ventilasi pada pasien dengan beberapa penyakit
patologis.
• Obstruksi jalan nafas atas
• Gagal respiratori
• Penurunan kesadaran

Indikasi Untuk mendukung ventilasi selama anestesi umum.


• Jenis pembedahan
intubasi • Operasi di aderah jalan nafas atas
• Operasi di abodominal dan torak

endotrakeal • Posisi prone dan lateral


• Operasi yang berlangsung lama

Pasien memiliki risiko aspirasi

Sulit dengan menggunakan sungkup


• Scop : Laringoskop dan stetoskop
• Tube : Pipa (tube) endotrakeal
• Airway : Orapharyngeal airway
• Tape : Tape utk fiksasi
Persiapan • Introducer : Alat bantu pengarah
• Connector : Alat yg menghubungkan
antar lumen (pipa)
• Suction : Alat penghisap cairan dan
perlengkapannya
Laryngoscope : handle and blade
LARYNGOSCOPIC BLADE

Macintosh (curved) and Miller (straight) blade


Adult : Macintosh blade, small children : Miller
blade

Miller blade Macintosh blade


Endotracheal tube
Endotracheal tube
Size of endotracheal tube : internal diameter (ID)

Male: ID 8.0 mms . Female : ID 7.5 mms

New born - 3 months : ID 3.0 mms

3-9 months : ID 3.5 mms

9-18 months : ID 4.0 mms

2- 6 yrs : ID = (Age/3) + 3.5

> 6 yrs : ID = (Age/4) + 4.5


Material : Red rubber or PVC

Endotracheal tube cuff

High volume Low volume


Low pressure cuff High pressure cuff
Preoksigenasi

• Selama tahap persiapan, pasien harus diberikan100% O2.


• Menggunakan resuscitator manual (O2 15 L/menit, dengan sistem
reservoir O2 yang berfungsi) dengan sungkup muka yang pas.
• Jika ventilasi spontan pasien dirasakan tidak memadai, diperlukan ventilasi
assisted inspirasi.
• Pada pasien apnea, ventilasi tekanan positif akan dibutuhkan.
• Preoksigenasi adalah langkah yang sangat penting. Jika langkah ini tidak
dilakukan, pasien berisiko mengalami hipoksemia berat selama dilakukan
intubasi.
Cricoid Pressure
Objektif

• Melihat langsung ETT melewati pita suara


• EtCO2

KONFIRMASI Subjektif
LOKASI ETT • Melihat kembangan dada
• Auskultasi dada
• Auskultasi lambung
• Saturasi O2
• Adanya uap di ETT
Trakeostomi
Krikotirotomi
Prehospital Airway Algorithm,
Wiener Neustadt Emergency
Medical Service
Failed intubation and difficult ventilation (other than laryngospasm)

Face mask
Oxygenate and Ventilate patient
Maximum head extension 1
Maximum jaw thrust
Assistance with mask seal

Can’t Oral +/- 6 mm nasal airway


Reduce cricoid force - if necessary

Intubate, failed oxygenation with face mask (e.g. SpO2 with FO2 1,0)
Can’t Call for help 3
Ventilate 2
Succeed Oxygenation satisfactory
LMA Oxygenate and ventilate patient
and stable. Maintain
Maximum 2 attempts at insertion
oxygenation and awaken
Reduce any cricoid force during insertion
patient

Difficult Airway Society Guidelines Flowchart 2004 “can’t intubate, can’t ventilate” situation with increasing hypoxaemia

Plan D: Rescue techniques for “can’t


intubate, can’t ventilate” situation
Cannula cricothyroidotomy Surgical cricothyroidotomy
Equipment: kink-resistant cannula, Equipment: Scapel - short and
e.g. Patil (Cook) or Ravussin (VBM) rounded (no. 20 or Minitech
High pressure ventilation system, scalpel)

Can’t e.g. Manujet III (VBM)


Technique
Small (e.g. 6 or 7mm) cuffed
tracheal or tracheostomy tube

Intubate, 1. Insert cannula through cricothyroid


membrane
4-step technique:
1. Identify cricothyroid membrane

Can’t
2. Maintain position of cannula - 2. Stab incision through skin and
assistant’s hand membrane Enlarge incision
3. Confirm tracheal position by air
Ventilate 4.
aspiration - 20ml syringe
Attach ventilation system to
with blunt dissection (e.g.
scalpel handle, forceps or
cannula dilator)
5. Commence cautious ventilation 3. Caudal traction on cricoid
6. Confirm ventilation of lungs and cartilage with tracheal hook
exhalation through upper airway 4. Insert tube and inflate cuff
7. If ventilation fails, or surgical Ventilate with low pressure source
emphysema or any other
Verify tube position and pulmonary
complication develops - convert
Difficult Airway Society Guidelines Flowchart 2004 ventilation
immediately to surgical
cricothyroidotomy
Trimmel H , Beywinkler C, Hornung S, Kreutziger J and
Voelckel WG. Success rates of pre-hospital difficult
airway management: a quality control study evaluating
an in-hospital training program. International Journal of
Emergency Medicine (2018) 11:19
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai