BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pembuatan Ammonium Nitrate Prill
Pada prinsipnya, pembuatan amonium nitrat menggunakan bahan baku gas
amonia dan asam nitrat cair merupakan reaksi neutralisasi yang terjadi pada
sebuah reaktor pipa. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :
NH3 (g) + HNO3 (l) NH4NO3 (aq) ΔH = - 6290 kJ/kg NH3
Reaksi antara amonia dan asam nitrat ini dilakukan pada suhu 90 – 110 0C ,
menghasilkan larutan amonium nitrat 88 % dan panas reaksi (bersifat eksotermis).
Panas dari reaksi ini dimanfaatkan kembali sebagai pemanas pada proses
penguapan amonia.
Larutan amonium nitrat yang dihasilkan dari reaksi kemudian dipompakan ke
Evaporator (222KE) untuk proses pemekatan. Proses pemekatan dengan
menggunakan evaporator bertekanan vakum, pada suhu 160 oC sudah tercapai
amonium nitrat dengan konsentrasi 97,5 %, dimana pada konsentrasi tersebut
amonium nitrat bisa dikirim ke menara pembutir (prilling tower).
6
Bab II Tinjauan Pustaka 7
Pada menara pembutir, terbentuk butiran-butiran amonium nitrat dimana
larutan amonium nitrat yang disemburkan melalui nozzle berkontakkan dengan
udara secara counter-current. Prill-prill ini kemudian mengalami perlakuan
lanjutan
untuk dihasilkan prill amonium nitrat sesuai dengan standar yang
ditentukan. Perlakuan yang dilakukan pada prill amonium nitrat yang dilakukan
antara lain pengeringan awal, pengeringan lanjutan, screening dan sizing,
pendinginan, pelapisan, pengemasan dan kemudian disimpan pada gudang
penyimpanan.
Prill atau butiran merupakan agregat kecil dari sebuah bahan atau material
yang berbentuk seperti bola kering dan dihasilkan dari cairan meleleh (melt). Prill
ini terbentuk dengan membiarkan tetes melt menggumpal atau membeku di udara
setelah melt menetes dari bagian atas menara pembutir (Wikipedia, 2012).
Amonium nitrat yang diproduksi di PT. Multi Nitrotama Kimia dengan
teknologi Kaltenbach Thuring ditujukan sebagai bahan peledak dalam bentuk
prill. Larutan amonium nitrat yang telah dipekatkan pada proses evaporasi
menjadi melt dengan konsentrasi 96 – 98 % dibutirkan di menara pembutir untuk
menghasilkan amonium nitrat dengan bentuk butiran. Mekanisme yang terjadi
pada proses pembutiran adalah melt amonium nitrat akan diteteskan dari bagian
atas menara pembutir melalui sebuah nozzle distributor. Tetesan melt amonium
nitrat kemudian dikontakkan dengan udara atmosfer yang ditarik oleh dua buah
blower di bagian atas menara pembutir. Sepanjang menara akan terjadi penurunan
suhu yang mengakibatkan perubahan fasa amonium nitrat dari liquid menjadi
kristal/padat
karena suhu mencapai titik kristal (crystal point) dari amonium
nitrat.
Prill amonium nitrat tersusun atas kumpulan kristal yang tidak beraturan
kristal ini terbentuk saat melt amonium nitrat mencapai titik kristalnya dan kristal
ini akan berubah bentuk saat proses pengeringan. Pada saat terbentuk prill, bagian
dalam
dari prill masih dalam bentuk hollow yaitu perubahan dari melt/solution
menjadi
bentuk solid. Pembentukan prill amonium nitrat ini juga dipengaruhi oleh
internal additive yang ditambahkan pada melt amonium nitrat. Internal additive
yang ditambahkan akan membentuk kristal prill tidak menempel satu sama lain,
ukuran kristal yang kecil dan merata, membantu perpindahan air dari dalam prill
menuju ke permukaan, mendispersikan bentuk prill menjadi porous dan
memberikan ketahanan terhadap thermal cycle pada prill.
Sebagai bahan peledak, prill amonium nitrat memiliki parameter tertentu
yang menunjukkan kualitas prill tersebut. Parameter kualitas yang penting dalam
membuat LDAN (Low Density Ammonium Nitrate) ini antara lain oil absorption,
bulk density, crushing strength, friability, thermal cycling, hardness dan
sensitivity. Parameter-parameter ini bergantung pada bentuk, ukuran dan
banyaknya kristal yang menyusun prill, banyaknya hollow di dalam prill dimana
dapat diatur sedemikian rupa dengan bergantung pada konsentrasi amonium nitrat,
jumlah internal additive, dan juga proses pengeringan. Prill amonium nitrat yang
dihasilkan dengan menggunakan teknologi Kaltenbach Thuring merupakan prill
dengan high oil absorption tetapi bukan berarti memiliki low crushing strength.
Selain itu, kualitas prill juga dipengaruhi oleh kandungan air (moisture) yang
terkandung di dalamnya. Diharapkan moisture prill yang dihasilkan sekecil
mungkin, sehingga dilakukan dua tahapan pengeringan yaitu pengeringan awal
(predrying) dan pengeringan lanjutan (drying). Predrying dilakukan untuk
menghindari terjadinya capsulation pada prill yang selanjutnya dilakukan drying
untuk menguapkan air dan membentuk rongga-rongga pada prill. Proses
pengeringan ini dilakukan pada dua buah alat pengering dengan bentuk rotary
dryer untuk menghasilkan prill amonium nitrat dengan moisture 0,1 % w.
2.3 Prinsip Pengeringan
Secara umum, pengeringan berarti menghilangkan sejumlah air yang relatif
kecil dari suatu bahan. Biasanya uap air dihilangkan dengan menggunakan udara
(Geankoplis, 559). Pengeringan merupakan proses akhir yang dilakukan sebelum
tahap pengemasan dengan tujuan untuk memudahkan penanganan bahan tersebut.
Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara
yang berbeda. Proses pengeringan dapat diklasifikasikan menjadi batch, dimana
material dimasukkan ke dalam alat pengering dan proses pengeringan berlangsung
dalam waktu tertentu atau secara kontinyu, dimana material dimasukkan ke alat
pengering secara kontinyu, begitu juga dengan material yang telah dikeringkan
akan dikeluarkan secara kontinyu.
Proses pengeringan juga dapat dikategorikan berdasarkan kondisi fisika yang
digunakan untuk menghilangkan kandungan air, antara lain :
1. Panas ditambahkan dengan cara kontak langsung dengan udara yang
dipanaskan pada tekanan atmosferik, dan uap air yang terbentuk diambil oleh
udara.
2. Pada pengeringan vakum, proses evaporasi air terjadi lebih cepat pada tekanan
rendah dan panas ditambahkan secara tidak langsung yang dikontakkan dengan
dinding logam atau dengan radiasi (temperatur rendah dapat digunakan dalam
keadaan vakum untuk beberapa material yang mungkin mengalami
dekomposisi pada temperatur yang lebih tinggi).
3. Pada freeze drying, air tersublimasi dari material yang beku.
atau gaya gravitasi. Contohnya, pengeringan padatan pada rotary dryer
(Gambar 2.3.b).
3. Fluidisasi, kondisi ini terjadi dimana partikel padatan dikenakan gaya akibat
pergerakan
gas yang melewati antarpadatan dengan kecepatan tertentu.
Contohnya, pengeringan pada fluidized bed dryer (Gambar 2.3.c).
4. Dilute, kondisi di mana partikel-partikel padatan dipisahkan begitu jauh
sehingga mereka tidak mempengaruhi satu sama lain. Secara khusus, fase
padatan tersebar sepenuhnya dalam gas yang kepadatan suspensinya adalah
dari
fase gas saja (Gambar 2.3.d).
Gambar 2.3 Kondisi Proses Pengeringan, (a) Statik, (b) Dinamis, (c) Fluidisasi, (d) Dilute
Pada pengeringan padatan oleh gas, terdapat beberapa metode kontak antara
gas dan tumpukan padatan, antara lain :
1. Parallel flow (aliran paralel). Arah aliran gas paralel terhadap permukaan fase
padat dan biasanya padatan dalam kondisi statis.
2. Perpendicular flow (aliran tegak lurus). Aliran gas bergerak secara tegak lurus
mengenai permukaan padatan yang berada dalam kondisi statis.
3. Through circulation. Gas pengering mengalir melalui celah di antara padatan
dan gas bersirkulasi di antara partikel padatan. Aliran jenis ini dapat digunakan
pada kondisi statik, bergerak, fluidisasi ataupun dilute.
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 2.4 Jenis Aliran Gas Pengering, (a) Parallel flow, (b) Perpendicular flow, (c) Through
circulation, (d) Cocurrent flow, (e) Cross-flow
Karena pada operasi kontak antara gas dan padatan terjadi perpindahan panas
dan perpindahan massa pada permukaan padatan, efisiensi maksimum dari proses
dapat diharapkan dengan eksposur maksimum permukaan padatan terhadap fasa
gas, bersamaan dengan pencampuran menyeluruh gas dan padatan. Dalam setiap
susunan partikel, gas berada di antara rongga padatan dan berkontakkan dengan
seluruh permukaan padatan kecuali pada titik kontak partikel. Ketika tumpukan
padatan dalam kondisi statis atau bergerak, gas di dalam rongga padatan terpisah
dari bagian utama fase gas. Beberapa transfer energi dan massa dapat terjadi
dengan difusi, tetapi biasanya tidak signifikan. (Perry, 1178)
2. Karakteristik pengeringan material seperti kandungan air, kadar air sebelum
dan sesudah pengeringan, kadar air maksimum, temperatur yang diizinkan, dan
waktu pengeringan yang dibutuhkan.
3. Aliran
material, yaitu banyaknya material yang dikeringkan tiap jam, batch
atau kontinyu pada sebelum dan sesudah proses pengeringan.
4. Kualitas produk yang diinginkan seperti penyusutan, kontaminasi,
dekomposisi, overdrying, temperatur dan bulk density.
5. Permasalahan recovery seperti debu dan solvent.
6. Fasilitas
yang ada untuk instalasi seperti ruang, keadaan udara, bahan bakar,
listrik,
sumber umpan, gas buangan, dan peraturan terkait (kebisingan, getaran,
jumlah debu, dan panas yang hilang.
Berdasarkan operasinya, pengering ada yang bekerja secara batch atau
kontinyu dan menggunakan pengaduk atau tidak. Operasi dalam keadaan vakum
dilakukan untuk menurunkan temperatur pengering. Klasifikasi pengering
berdasarkan kontak antara media pengering dengan umpan adalah sebagai berikut:
1. Direct dryers (adiabatik) adalah pengering yang langsug mengontakkan media
pengering dengan umpannya.
2. Indirect dryers (non adiabatik) dimana pengering menggunakan media
pengontak lain.
3. Direct-indirect dryers adalah gabungan keduanya.
Beberapa macam alat pengering yang umum digunakan dalam industri adalah
sebagai berikut :
a. Tray Dryers
Tray dryers merupakan jenis alat pengering yang biasanya digunakan untuk
pengeringan kapasitas kecil. Pengering ini dapat mengeringkan hampir semua tipe
bahan, tetapi biaya produksi akan besar karena dibutuhkan pekerja untuk
memasukkan dan mengeluarkan bahan yang dikeringkan pada tray dryers
sehingga umumnya digunakan pada produk yang nilai jualnya tinggi seperti
farmasi. Pengeringan dengan mensirkulasikan udara melalui layer berlangsung
sangat lambat. Berikut adalah contoh tray dryers yang ditunjukkan pada gambar
2.5.
Gambar 2.5 Alat Pengering Jenis Tray Dryers
b. Conveyor Dryers
Bahan yang akan dikeringkan disimpan dalam suatu belt conveyor yang
bergerak secara kontinyu melalui suatu tunel dan dialirkan udara panas pada
permukaannya. Aliran udara tersebut dapat mengalir secara co-current, counter
current, atau kombinasi keduanya. Sebagian besar industri makanan
menggunakan alat pengering tipe ini.
Beberapa tipe pengering ini juga mengalirkan udara secara tegak lurus dengan
arah aliran bahan yang akan dikeringkan. Udara panas masuk melalui conveyor,
baik ke arah atas ataupun bawah. Pengering ini dilengkapi juga dengan kipas dan
coil pemanas. Contoh pengering tipe conveyor dryer dapat dilihat pada gambar
2.6.
c. Tower Dryers
Pada pengering tipe ini, cairan atau slurry disemprotkan ke dalam aliran udara
pemanas dalam bentuk tetesan. Air terevaporasi dari tetesan-tetesan tersebut dan
meninggalkan padatan kering yang terpisah dari aliran udara pemanas. Aliran
udara tersebut dapat mengalir co-current, counter current atau kombinasi
keduanya. Tetesan-tetesan tersebut terbentuk akibat melewati suatu nosel atau
rotating spray disk yang berkecepatan tinggi. Hal yang perlu diperhatikan adalah
cairan akan disemprotkan tidak boleh membentuk padatan sebelum disemprotkan.
Produk
kering dikumpulkan di bagian bawah menara. Gas buangan biasanya
dilewatkan terlebih dahulu ke separator siklon untuk memisahkan pengotor.
Contoh alat pengering tower dryers dapat dilihat pada gambar 2.7. produk yang
dihasilkan biasanya ringan dan berpori. Salah satu contohnya adalah produksi
susu bubuk dari susu cair.
d. Rotary Dryers
Pengering jenis ini merupakan suatu silinder horizontal berbentuk drum.
Umpan material basah masuk pada salah satu ujung silinder dan produk kering
keluar dari ujung lainnya. Saat drum berputar, flight di dalam drum mengangkat
padatan dan dijatuhkan kembali menurut gaya gravitasi.
Contoh adiabatic counter current air-heated rotary dryer dapat dilihat pada
gambar 2.8. Udara pemanas dialirkan ke dalam drum oleh kipas yang terlebih
dahulu melewatkan udara ke alat pemanas dan menjaga agar sistem tetap vakum.
Pengering tipe ini umumnya digunakan untuk mengeringkan garam, gula dan
berbagai macam material berbentuk granula dan kristal yang harus tetap bersih
dan tidak dapat dikontakkan langsung dengan udara yang sangat panas. Produk
samping yang sangat mungkin dihasilkan adalah debu.
panas laten penguapan. Dengan memasok panas pada pengering, gas dapat
dipertahankan pada suhu yang konstan.
Pada operasi counter current adiabatik, gas paling panas berkontakkan
dengan
padatan yang paling kering dan padatan pada bagian keluaran dipanaskan
hingga mendekati temperatur gas masuk. Operasi dengan cara ini merupakan
pengeringan yang paling cepat mengingat kandungan air terikat pada material
sulit untuk dihilangkan dan dapat dihilangkan lebih cepat pada temperatur tinggi.
Di sisi lain, padatan kering dapat mengalami kerusakan bila dipanaskan hingga
suhu tinggi apabila menggunakan cara ini. Di samping itu, padatan kering panas
keluaran
dari alat pengering akan membawa panas sensible yang cukup besar
sehingga menurunkan efisiensi termal dari operasi pengeringan tersebut.
Pada operasi paralel adiabatik, padatan basah dikontakkan dengan gas
paling panas. Selama terdapat kandungan air tak terikat pada permukaan, padatan
akan dipanaskan hanya sampai temperatur bola basah dari gas. Dan untuk alasan
tersebut, padatan yang peka terhadap panas pun dapat dikeringkan dengan
menggunakan gas panas secara paralel. Pada keluaran alat pengering, gas akan
didinginkan dan tidak akan menghasilkan kerusakan pada padatan kering. Aliran
secara paralel juga memungkinkan kontrol yang lebih besar dari kadar air pada
keluaran ketika padatan tidak benar-benar kering melalui banyaknya gas yang
melewati pengering juga temperatur dan kelembaban pada bagian keluaran. Aliran
secara paralel juga digunakan untuk menghindari terjadinya pengerasan
permukaan material dan masalah lainnya yang berhubungan dengan pengeringan
secara batch.
2.5.2 Rotary Dryer
Pengering jenis putar atau rotary dryer terdiri dari silinder, diputar pada
bantalan yang cocok dan biasanya sedikit miring terhadap horizontal. Panjang dari
silinder bisa mencapai 4 atau lebih dari 10 kali diameternya. Jenis pengering ini
cocok untuk mengeringkan material berbentuk granular yang dapat mengalir
bebas dan jatuh tanpa khawatir mengalami kerusakan bentuk. Padatan yang
dikeringkan tidak boleh material yang lengket atau bergetah karena dapat
menempel pada sisi pengering.
Umpan padatan dimasukkan ke salah satu ujung silinder, bergerak perlahan
melewati alat pengering dan menjadi produk akhir di ujung lainnya. Di dalam
pengering sirip pada dinding silinder akan mengangkat padatan dan menjatuhkan
padatan
dalam gerakan yang melewati udara, sehingga pengeringan padatan
terjadi secara menyeluruh. Pengangkatan padatan dengan sirip ini juga membantu
padatan untuk bergerak maju hingga ujung silinder. Gas yang mengalir melalui
silinder dapat menghambat atau meningkatkan laju alir padatan tergantung pada
arah gas yaitu counter current atau co-current.
Alat pengering rotary dryers dapat menggunakan gas buang panas alih-alih
udara.
Biasanya sebuah exhaust fan digunakan untuk menarik/menghisap gas
melewati pengering, walaupun tersedia kontrol aliran gas yang lebih lengkap pada
alat ini. Selain itu, pengumpul debu, cyclone biasanya dipasang diantara fan dan
saluran keluar gas. Sebuah blower juga dapat digunakan pada saluran masuk gas
untuk mempertahankan tekanan di dalam pengering mendekati tekanan
atmosferik.
Rotary dryers diklasifikasikan sebagai direct, direct-indirect, indirect dan
special types. Klasifikasi ini ditentukan berdasarkan metode perpindahan
panasnya yaitu “direct” ketika panas ditambahkan atau dihilangkan dari padatan
dengan pertukaran langsung antara gas dan padatan. Sedangkan “indirect” ketika
media pengering dan material padatan tidak berkontakkan langsung dimana
perpindahan panasnya melalui dinding logam atau tube. Klasifikasi rotary dryers
berdasarkan metode perpindahan panasnya antara lain :
1. Direct heat, counter current flow. Rotary dryer dengan metode ini digunakan
untuk material yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi seperti mineral, pasir,
dan lain-lain.
2. Direct heat, co-current flow. Metode ini digunakan untuk material yang rentan
terhadap suhu tinggi. Operasi pengeringan ini dapat mengontakkan gas secara
langsung dengan material padatan tanpa khawatir terkontaminasi dan tidak
perlu dipanaskan sampai suhu tinggi.
3. Indirect heat, counter current flow. Metode ini digunakan untuk material yang
dapat dipanaskan sampai suhu tinggi namun tidak boleh berkontakkan
langsung dengan gas pengering.
4. Direct-indirect. Pengering ini lebih ekonomis untuk dioperasikan bila
dibandingkan dengan pengering direct. Dapat digunakan untuk padatan yang
bisa dikeringkan pada suhu tinggi terutama ketika harga bahan bakar tinggi dan
persen
moisture yang harus dihilangkan cukup tinggi.
Sedangkan untuk rotary dryers dengan special types dapat dibagi menjadi :
a. Direct rotary dryer (cooler)
b. Direct rotary kiln
c. Indirect steam-tube dryer
d. Indirect rotary calciner
e. Direct Roto-Louvre dryer
flights yang biasa digunakan pada rotary dryer yang ditunjukkan pada gambar
2.10.
Gambar 2.10. Sirip-Sirip/Flights pada Rotary Dryer
𝑄𝑡 = 𝑈𝑎 𝑉(∆𝑡)𝑚
dimana,
Qt = panas total yang dipindahkan (J/s)
Ua = koefisien perpindahan panas volumetrik (J/s.m3.K)
V = volume pengering (m2)
(Δt)m = perbedaan suhu rata-rata sebenarnya antara gas panas dan material
dimana,
Ss/ρs = laju alir umpan volumetrik / luas penampang pengering
Ss = kecepatan massa padatan kering, massa/(luas)(waktu)
ρs = massa jenis padatan, massa padatan kering/volume
Z = panjang alat pengering
TD = diameter alat pengering
Walaupun pengaruh karakter dari padatan cukup besar, Friedman dan Marshall
menemukan bahwa hold up dari sejumlah besar padatan pada suatu kondisi dapat
dinyatakan secara sederhana sebagai,
∅𝐷 = ∅𝐷0 ± 𝐾𝐺
dimana,
∅𝐷0 = hold up tanpa aliran gas
± KG = faktor koreksi untuk pengaruh laju alir gas, G, massa/(luas)(waktu)
+ untuk counter current, - untuk co-current
Hold up pada kondisi tidak ada aliran gas bergantung pada batas tertentu desain
flight dan sifat padatan, yaitu :
0.3344𝑆𝑠
∅𝐷0 =
𝜌𝑠 𝑠𝑁0.9 𝑇𝐷
dimana,
s = slope (kemiringan) alat pengering, m/m
N = kecepatan putaran, r/s
TD = diameter alat pengering, m
Konstanta K tergantung pada sifat padatan dan untuk perkiraan secara kasar dapat
dinyatakan sebagai berikut :
0.6085
𝐾= 1/2
𝜌𝑠 𝑑𝑝
dimana,
dp = diameter rata-rata partikel
2.6 Dasar-Dasar Perhitungan dalam Direct-Heat Drying
2.6.1 Tolak Ukur Kadar Air Dalam Bahan Padat
a. Basis basah, menyatakan jumlah kandungan air padatan dalam persen
(%) berat padatan basah.
Kadar air basis basah = 𝓍
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻2 𝑂
𝓍=
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎
𝑚𝐻2 𝑂
= × 100%
𝑚𝐻2 𝑂 + 𝑚. 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
b. Basis kering, menyatakan jumlah kandungan air padatan dalam kg
H2O/kg padatan kering.
Kadar air basis kering = 𝒳
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻2 𝑂 𝑘𝑔. 𝐻2 𝑂
𝒳= =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑔. 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Konversi :
𝑃𝐻2 𝑂
RH = 𝑃𝐻 × 100%
2 𝑂,𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑
e. Entalpi Udara Lembab (Enthalpy of Humid Air)
𝑘𝐽
H = 𝐶𝑠 . ∆𝑇 + 𝜆. 𝑌 = 1,005 + 1,88𝑌 ∆𝑇 + 𝜆𝑜 𝑌 (𝑘𝑔.𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 )
Dimana :
∆𝑇 = 𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖
𝜆𝑜 = 2502 kJ/kg
Dimana :
S = Laju alir padatan, kg/jam
G= Laju alir udara, kg/jam
x1= kandungan air dalam padatan masukan, kg.H2O/kg udara kering
x2= kandungan air dalam padatan keluaran, kg.H2O/kg udara kering
y1= kandungan air dalam udara masukan, kg.H2O/kg udara kering
y2= kandungan air dalam udara keluaran, kg.H2O/kg udara kering
b. Neraca Panas
Perpindahan panas di dalam pengering dari udara ke aliran proses
merupakan net heat (panas bersih). Panas juga berpindah dari udara ke
lingkungan (panas terbuang). Entalpi dari aliran proses berubah akibat
adanya perpindahan panas ini. Entalpi ini berubah dalam tiga bagian, yaitu
penguapan air dan pemanasan uap air, pemanasan padatan, dan pemanasan
air yang tersisa di dalam padatan. Secara kuantitatif, dinyatakan sebagai :
𝑄2 = 𝑆. 𝑐𝑠 𝑇𝐴𝑜𝑢𝑡 − 𝑐 − 𝑇𝑓
𝑄3 = 𝑊𝑜𝑢𝑡 . 4,2(𝑇𝐴𝑜𝑢𝑡 − 𝑐 − 𝑇𝑓 )
Dimana :
Q1 = panas air terevaporasi, kJ/h
Q2 = panas padatan kering, kJ/h
Q3 = panas air tersisa, kJ/h
Evap = beban penguapan air, kg/h
TAout = temperatur gas keluar, 0C
Tf = temperatur umpan, 0C
S = laju padatan kering, kg/h
Wout = laju air keluar pengering, kg/h
Cs = panas spesifik padatan, J/kg.K