Bapak Ketua Pengadilan Hal : Cerai Gugat dan Hak Agama Semarang Asuh Anak (Hak Hadlanah) di- SEMARANG
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan Hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini :
MICHAEL VELANDO S.H., M.H selaku Advokat-Konsultan
Hukum pada Kantor Hukum MICHAEL VELANDO & PARTNERS, beralamat di Jln. Perum Palebon Baru, Blok A, No. 2, Semarang, Jawa-Tengah berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 20 Oktober 2021 (terlampir) dengan ini hendak menandatangani dan mengajukan Cerai Gugat dan Hak Asuh Anak, bertindak untuk dan atas nama demi kepentingan dari :
DWI INDAH Septiningrum, Lahir di Grobogan, pada tanggal 12
September 1989, Agama Islam, Jenis Kelamin Perempuan, Pekerjaan Karyawan Swasta, Warga Negara Indonesia (WNI), Beralamat dan Bertempat tinggal di JL perum palebon baru blok a no 4, Kota Semarang. Untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT ;
Dengan ini Penggugat hendak mengajukan Cerai Gugat dan
Hak Asuh Anak terhadap (melawan) : ARI PRASETYO, Lahir di Semarang, pada tanggal 18 Januari 1986, Agama Islam, Jenis Kelamin Laki-laki, Pekerjaan Konsultan, Warga Negara Indonesia (WNI), awalnya bertempat tinggal JL perum palebon baru blok a no 4 sekarang berdomisili di Jln gurami rt 05 rw 08 kel kuningan kec semarang utara, Kota Semarang. Untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ;
Adapun yang menjadi duduk persoalannya dalam perkara
ini dapat di uraikan adalah sebagai berikut:
1. Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat merupakan
pasangan suami isteri yang sah dan telah melangsungkan perkawinan pada hari Selasa, tanggal 03 September 2013 yang dilangsungkan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tembalang, Kota Semarang sebagaimana Buku Kutipan Akta Nikah Nomor : 0668/11/XI/2013 ;
2. Bahwa setelah menikah antara Penggugat dengan
Tergugat kontrak di Jl. Tarupolo RT 08 Kec Semarang Barat, Kota Semarang;
3. Bahwa sebagai pasangan suami-isteri antara Penggugat
dengan Tergugat pada awal mulanya hidup rukun, bahagia dan hormonis layaknya seperti pasangan suami-isteri pada umumnya (ba’da dhukul) dengan telah dikarunia 1 (satu) orang anak (keturunan) yang bernama :
- KEANU SEAN ALGHAZALI, Lahir di Semarang pada
tanggal 02 Juni 2014, Jenis Kelamin LAKI-LAKI. Sebagaimana tercatat dalam kutipan Akta Kelahiran Nomor 3374-LU-14082014-0018 yang diketahui oleh Drs. MARDIYANTO selaku pembina utama muda di Dinas Kependudukan dan catatan Sipil Kota Semarang ; 4. Bahwa pada awal mulanya kehidupan rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat berjalan dengan rukun, bahagia dan harmonis, dan mulai dilanda kegoyahan sejak 18 April 2020 sampai dengan sekarang, dimana kehidupan rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat selalu diwarnai pertengkaran dan percekcokan secara terus menerus yang disebabkan :
- ketika itu hari Sabtu dan saya masih bekerja, Suami
libur dan ibu momong Keanu keanu jatuh di teras tetangga depan (Ibu Umi) waktu sedang bermain, saya tidak tau kejadiannya seperti apa. Tiba2 saya ditelpon suami saya dan dimaki2, diumpat dengan kata2 kotor, di WA dengan kata2 binatang seketika itu saya langsung pulang sambil menangis disepanjang jalan; - tgl 19 April 2020 pagi, saya ditanya kembali oleh suami saya “ mudeng rak awakmu sing tak WA wingi? Nek ora mudeng berarti goblok”. Dan saya jawab seketika itu juga “saya mudeng, saya bukan orang goblok, tapi apakah pantas jika suami memaki binatang seperti itu dan tega mengirim WA kpd istrimu? Apakah jika Keanu jatuh disekolah, gurunya juga akan sampeyan maki2 dengan kata binatang juga?” dan dia menjawab “Iya, kenapa? Kalau gurunya tidak ngomong sama saya, sy akan katain dia “ASU”, apa km ngk terima?! Hah!! Kalau kamu tidak terima dan kalau kamu mau pergi dr rumah ini silahkan pergi!! Dan seketika itu saya langsung jawab “iya, saya akan pergi dari rumah ini (sambil menangis dan dipeluk Keanu, karena pada saat itu dia berbicara keras seperti itu didepan Keanu”. Dan itu adalah hal yang tidak bisa saya terima dan maafkan; - Tanggal 06 juni 2020 saya sampaikan ke suami, “bulan april lalu ketika kamu marah kepada saya dan mengumpat saya didepan Keanu dan suami bilang “jika kamu nggak terima dengan omongan saya dan mau pergi, silahkan sana perhi saja dari rumah!!”, dan sekarang saya akan memutuskan keluar rumah, saya sudah tidak bisa hidup bersamamu karena trauma dan sakit hatiku sampai sekarang masih membekas, saya akan hidup bersama Keanu sendiri”. Tetapi suami menjawab “saya tidak boleh keluar rumah, tetapi suami sy yg akan keluar rumah, agar saya dan Keanu tetap tinggal dirumah”, dan saya tidak menjawab apapun, saya hanya diam dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya tgl 06 juni 2020 suami saya mengambil barang2nya dan diangkut kerumah orangtuanya; - Tergugat sering berkata kasar dengan nada (intonasi) yang tinggi bahkan hal ini tidak sungkan-sungkan dilakukan di depan umum ;
5. Bahwa puncak dari keretakan hubungan rumah tangga
antara Penggugat dengan Tergugat terjadi pada bulan Juli 2020, dimana Penggugat sebagai seorang isteri selalu bersikap sabar dan mengalah, dengan menuruti segala kemauan Tergugat sesuai dengan kewajiban Penggugat sebagai seorang isteri serta berusaha untuk berbicara dari hati ke hati dengan Tergugat dengan melihat sikap dan perilaku Tergugat yang sangat tempramental serta tidak ada keinginan untuk berubah menjadi lebih baik oleh karena itu apabila kehidupan rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat tetap dipertahankan yang ada akan menimbulkan kemudaratan bukannya manfaat ;
6. Bahwa dari pertengkaran dan percekcokan yang terjadi
sebagaimana posita point 04 dan 05 di atas kehidupan rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak bahagia dan harmonis seperti sediakala. Bahkan dari sejak tanggal Juli 2020 sampai dengan Gugatan in Casu diajukan antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak satu rumah lagi dan sudah tidak pernah melakukan hubungan suami isteri. Oleh karena itu hal ini sudah memfaktakan apabila kehidupan rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat sebenarnya sudah retak dari sendi-sendinya (Broken Marriage) sebab antara Penggugat dengan Tergugat sudah saling tak acuh bahkan tidak pernah lagi melakukan hubungan badan. Maka dengan demikian hal ini pun telah bersesuaian pula dengan beberapa Kaedah Hukum yang tetap antara lain : - Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 534/K/Pdt.G/1996 tanggal 18 Juni 1996, yang berbunyi : “Bahwa dalam hal perceraian tidak perlu dilihat dari siapa penyebab percekcokan, akan tetapi yang perlu dilihat adalah perkawinan itu sendiri masih dapat dipertahankan atau tidak. Sebab jika hati kedua belah pihak telah pecah, maka perkawinan tersebut sudah pecah dan tidak mungkin dapat dipersatukan lagi meskipun salah satu pihak menginginkan perkawinannya tetap utuh. Bila perkawinan dipertahankan, maka pihak yang menginginkan perkawinan pecah akan berbuat apa saja agar perkawinannya pecah”;
- Yuriprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor : 237 K/AG/1998 tanggal 17 Maret 1999 yang berbunyi :
“bahwa cekcok, hidup berpisah tidak dalam satu
tempat kediaman bersama, salah satu pihak tidak berniat meneruskan kehidupan bersama dengan pihak lain, merupakan fakta yang cukup untuk dijadikan alasan perceraian”;
7. Bahwa sebagaimana dalil-dalil yang telah Penggugat
uraikan tersebut di atas maka sangatlah beralasan menurut hukum apabila kehidupan rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak dapat dibina dengan sebaik- baiknya seperti sedia kala dan oleh karena itu tujuan perkawinan untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa atau dalam ajaran Agama Islam dikenal pula dengan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Juncto Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, sudah tidak mungkin lagi terwujud maka dengan demikian Penggugat dalam hal ini tetap bersikukuh untuk berpisah dengan Tergugat. Maka dari itu Penggugat dengan ini memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Semarang Cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menjatuhkan talak satu ba’in shughra antara Tergugat terhadap Penggugat hal ini sesuai pula dengan Pasal 39 Ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Juncto Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Juncto Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam Juncto Pasal 119 Ayat (1) dan Ayat (2) Kompilasi Hukum Islam, serta sudah menjadi kaedah hukum yang tetap pula berdasarkan Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 38 K/AG/1991 Tanggal 22 Agustus 1991 yang berbunyi : “ Pengadilan telah yakin (dengan alasan-alasan yang diperoleh dalam proses perkara) bahwa pernikahan tersebut telah pecah tidak mungkin dapat diperbaiki kembali untuk terwujudnya rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah, itu berarti bahwa hati kedua belah pihak telah pecah pula” ;
8. Bahwa untuk satu orang anak yang bernama KEANU
SEAN ALGHAZALI, Lahir di Semarang pada tanggal 02 Juni 2014, Jenis Kelamin laki-laki, yang merupakan dari hasil perkawinan/pernikahan antara Penggugat dengan Tergugat masih dibawah umur (belum mumayyiz) dan tentu sangat bergantung kepada bantuan dan pertolongan Penggugat selaku ibu kandungnya, selain itu pula secara psikologis anak tersebut lebih dekat dengan Penggugat selaku ibu kandungnya dan lebih sering tinggal bersama dengan Penggugat. Hal ini sebagaimana doktrin-doktrin dan teori- teori hasil penelitian yang dapat disimpulkan Ibu adalah lebih utama untuk diberikan Hak Pengasuhan terhadap anak- anaknya yang masih dibawah umur, sebagaimana pendapat antara lain : - Menurut SIGMUND FREUD, (Pendiri Aliran Psikoanalisis Dalam Bidang Ilmu Psikologi - Feist J. dan G. J. Feist, 2006, Theories of Personality 6 th ed, Singapore: McGraw-Hill International Edition), yang berbunyi :
“ hubungan sang anak dengan ibunya sangat
berpengaruh dalam pembentukan pribadi dan sikap- sikap sosial si anak di kemudian hari. Dalam soal ini seorang ibu memang mudah dilihat berperan penting bagi seorang anak yang dapat memperoleh kepuasan apabila dorongan rasa lapar dan haus itu diatasi dan ibulah yang punya andil yang besar dalam kondisi demikian.”;
- Menurut BOWLBY dalam The Nature Of Childs Tie To His
Mother (1990), yang berbunyi : “ sikap ketergantungan anak-anak pada ibu terbentuk karena ibu peka menanggapi setiap aktivitas bayi seperti menangis, senyum, menyusu dan manja. Ibu adalah orang yang pertama dan utama yang menjalin ikatan batin dan emosional dengan anak. Hanya ibulah yang bisa dengan cepat mengerti dan mampu menanggapi setiap gerak-gerik bayi. Ibu segera tahu kalau anaknya hendak menangis, senyum atau lapar.”;
- Menurut Masdar F Mas’udi (1997:151), yang berbunyi :
“ alasan anak yang belum dewasa, yang berhak
memelihara anak tersebut adalah pihak istri. Pertama, ibu sebagai perekat ikatan batin dan kasih sayang dengan anak yang cenderung selalu melebihi kasih sayang sang ayah. Kedua, derita keterpisahan seorang anak dengan seorang ibu dengan anaknya akan terasa lebih berat dibanding dengan seorang ayah. Ketiga, sentuhan tangan keibuan lazimnya dimiliki oleh ibu akan lebih menjamin pertumbuhan dan mentalitas anak secara lebih sehat.” ;
Oleh karena itu, Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan
Agama Semarang Cq. Majelis Hakim Pengadilan Agama Semarang agar menetapkan dikarunia 1 (Satu) orang anak yang bernama KEANU SEAN ALGHAZALI, Lahir di Semarang pada tanggal 02 Juni 2014, Jenis Kelamin laki-laki, berada di bawah asuhan dan pemeliharaan (hak hadlanah) Penggugat dengan tidak mengurangi hak dari Tergugat untuk bertemu, berkunjung dan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya tanpa mengganggu kepentingan anak tersebut dan seizin dari Penggugat, sehingga dengan pengasuhan yang demikian tentu akan lebih baik bagi perkembangan mental anak tersebut, dibandingkan apabila harus ditetapkan hari-hari atau waktu tertentu bagi seorang Ayah untuk dapat memberikan dan mencurahkan kasih sayangnya kepada anak semata wayangnya tersebut ;
Bahkan sudah menjadi kaedah hukum yang tetap antara lain :
- Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 102 K/Sip/1973 tanggal 24 April 1975 yang berbunyi : " Patokan perwalian anak adalah ibu kandung yang diutamakan khususnya bagi anak-anak yang masih kecil, karena kepentingan anak yang menjadi kriteria, kecuali kalau terbukti bahwa ibu tersebut tidak wajar untuk memelihara" ; - Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 423 K/Sip/1980 tanggal 23 September 1980 yang berbunyi : “ Dalam hal terjadi perceraian, maka anak-anak dibawah umur berada dibawah perwalian Ibu kandungnya” ; - Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 126 K/Pdt/2001 tanggal 28 Agustus 2003 yang berbunyi : “ Bila terjadi perceraian, anak yang masih di bawah umur pemeliharaannya seyogyanya diserahkan kepada orang terdekat dan akrab dengan si anak yaitu Ibu” ; 9. Bahwa untuk tertibnya administrasi dalam perkara ini maka Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Semarang Cq. Majelis Hakim Pengadilan Agama Semarang agar memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Semarang untuk mengirimkan salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang mewilayahi tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat DAN juga kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat supaya dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu ;
10. Bahwa oleh karena perkara in casu merupakan bagian dari
bidang perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Juncto Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Juncto Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Penggugat sanggup membayar seluruh biaya perkara yang timbul akibat perkara ini ;
Maka berdasarkan alasan-alasan sebagaimana terurai
tersebut di atas, dimohon dengan hormat kepada Ketua Pengadilan Agama Semarang Cq. Majelis Hakim Pengadilan Agama Semarang yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan untuk dapat menjatuhkan amar putusan sebagai berikut : DALAM POKOK PERKARA:
DALAM PRIMAIR: 1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menjatuhkan talak satu ba’in
shughra antara Tergugat (ARI PRASETYO) terhadap Penggugat (DWI INDAH SEPTININGRUM) ;
3. Menetapkan Hak Asuh Anak
yang bernama KEANU SEAN ALGHAZALI, Lahir di Semarang pada tanggal 02 Juni 2014, Jenis Kelamin laki- laki berada di bawah pengasuhan dan pemeliharaan anak (hak hadlanah) Penggugat dengan tidak mengurangi hak dari Tergugat untuk bertemu, berkunjung dan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya tersebut tanpa mengganggu kepentingan anak tersebut dan seizin dari Penggugat ;
4. Memerintahkan kepada Panitera
Pengadilan Agama Semarang untuk mengirimkan salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang mewilayahi tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat DAN juga kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat supaya dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu ;
5. Membebankan biaya perkara
menurut hukum kepada Tergugat ; DALAM SUBSIDIAIR:
Apabila Ketua Pengadilan Agama Semarang Cq. Mejelis Hakim
Pengadilan Agama Semarang yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain mohon untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Demikian Cerai Gugat dan Hak Asuh Anak dalam perkara ini di sampaikan, atas perhatian dan kebijaksanaannya kami ucapkan terimakasih.