Anda di halaman 1dari 11

Semarang, 18 Juli 2021

Kepada Yang Terhormat


Bapak Ketua Pengadilan
Hal : Cerai Gugat dan Hak Agama Semarang
Asuh Anak (Hak Hadlanah) di-
SEMARANG

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :

MICHAEL VELANDO S.H., M.H selaku Advokat-Konsultan


Hukum pada Kantor Hukum MICHAEL VELANDO & PARTNERS,
beralamat di Jln. Perum Palebon Baru, Blok A, No. 2, Semarang,
Jawa-Tengah berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 20 Oktober
2021 (terlampir) dengan ini hendak menandatangani dan
mengajukan Cerai Gugat dan Hak Asuh Anak, bertindak untuk dan
atas nama demi kepentingan dari :

DWI INDAH Septiningrum, Lahir di Grobogan, pada tanggal 12


September 1989, Agama Islam, Jenis
Kelamin Perempuan, Pekerjaan
Karyawan Swasta, Warga Negara
Indonesia (WNI), Beralamat dan
Bertempat tinggal di JL perum palebon
baru blok a no 4, Kota Semarang.
Untuk selanjutnya disebut sebagai
PENGGUGAT ;

Dengan ini Penggugat hendak mengajukan Cerai Gugat dan


Hak Asuh Anak terhadap (melawan) :
ARI PRASETYO, Lahir di Semarang, pada tanggal 18 Januari
1986, Agama Islam, Jenis Kelamin Laki-laki, Pekerjaan Konsultan,
Warga Negara Indonesia (WNI), awalnya bertempat tinggal JL
perum palebon baru blok a no 4 sekarang berdomisili di Jln
gurami rt 05 rw 08 kel kuningan kec semarang utara, Kota
Semarang. Untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ;

Adapun yang menjadi duduk persoalannya dalam perkara


ini dapat di uraikan adalah sebagai berikut:

1. Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat merupakan


pasangan suami isteri yang sah dan telah melangsungkan
perkawinan pada hari Selasa, tanggal 03 September 2013
yang dilangsungkan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang sebagaimana Buku Kutipan Akta Nikah Nomor :
0668/11/XI/2013 ;

2. Bahwa setelah menikah antara Penggugat dengan


Tergugat kontrak di Jl. Tarupolo RT 08 Kec Semarang Barat,
Kota Semarang;

3. Bahwa sebagai pasangan suami-isteri antara Penggugat


dengan Tergugat pada awal mulanya hidup rukun, bahagia
dan hormonis layaknya seperti pasangan suami-isteri pada
umumnya (ba’da dhukul) dengan telah dikarunia 1 (satu)
orang anak (keturunan) yang bernama :

- KEANU SEAN ALGHAZALI, Lahir di Semarang pada


tanggal 02 Juni 2014, Jenis Kelamin LAKI-LAKI.
Sebagaimana tercatat dalam kutipan Akta Kelahiran
Nomor 3374-LU-14082014-0018 yang diketahui oleh
Drs. MARDIYANTO selaku pembina utama muda di
Dinas Kependudukan dan catatan Sipil Kota Semarang
;
4. Bahwa pada awal mulanya kehidupan rumah tangga
antara Penggugat dengan Tergugat berjalan dengan rukun,
bahagia dan harmonis, dan mulai dilanda kegoyahan sejak 18
April 2020 sampai dengan sekarang, dimana kehidupan
rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat selalu
diwarnai pertengkaran dan percekcokan secara terus
menerus yang disebabkan :

- ketika itu hari Sabtu dan saya masih bekerja, Suami


libur dan ibu momong Keanu keanu jatuh di teras
tetangga depan (Ibu Umi) waktu sedang bermain, saya
tidak tau kejadiannya seperti apa. Tiba2 saya ditelpon
suami saya dan dimaki2, diumpat dengan kata2 kotor,
di WA dengan kata2 binatang seketika itu saya
langsung pulang sambil menangis disepanjang jalan;
- tgl 19 April 2020 pagi, saya ditanya kembali oleh
suami saya “ mudeng rak awakmu sing tak WA wingi?
Nek ora mudeng berarti goblok”. Dan saya jawab
seketika itu juga “saya mudeng, saya bukan orang
goblok, tapi apakah pantas jika suami memaki
binatang seperti itu dan tega mengirim WA kpd
istrimu? Apakah jika Keanu jatuh disekolah, gurunya
juga akan sampeyan maki2 dengan kata binatang
juga?” dan dia menjawab “Iya, kenapa? Kalau gurunya
tidak ngomong sama saya, sy akan katain dia “ASU”,
apa km ngk terima?! Hah!! Kalau kamu tidak terima
dan kalau kamu mau pergi dr rumah ini silahkan
pergi!! Dan seketika itu saya langsung jawab “iya, saya
akan pergi dari rumah ini (sambil menangis dan
dipeluk Keanu, karena pada saat itu dia berbicara
keras seperti itu didepan Keanu”. Dan itu adalah hal
yang tidak bisa saya terima dan maafkan;
- Tanggal 06 juni 2020 saya sampaikan ke suami,
“bulan april lalu ketika kamu marah kepada saya dan
mengumpat saya didepan Keanu dan suami bilang
“jika kamu nggak terima dengan omongan saya dan
mau pergi, silahkan sana perhi saja dari rumah!!”, dan
sekarang saya akan memutuskan keluar rumah, saya
sudah tidak bisa hidup bersamamu karena trauma
dan sakit hatiku sampai sekarang masih membekas,
saya akan hidup bersama Keanu sendiri”. Tetapi
suami menjawab “saya tidak boleh keluar rumah,
tetapi suami sy yg akan keluar rumah, agar saya dan
Keanu tetap tinggal dirumah”, dan saya tidak
menjawab apapun, saya hanya diam dan tidak
mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya tgl 06 juni
2020 suami saya mengambil barang2nya dan
diangkut kerumah orangtuanya;
- Tergugat sering berkata kasar dengan nada (intonasi)
yang tinggi bahkan hal ini tidak sungkan-sungkan
dilakukan di depan umum ;

5. Bahwa puncak dari keretakan hubungan rumah tangga


antara Penggugat dengan Tergugat terjadi pada bulan Juli
2020, dimana Penggugat sebagai seorang isteri selalu
bersikap sabar dan mengalah, dengan menuruti segala
kemauan Tergugat sesuai dengan kewajiban Penggugat
sebagai seorang isteri serta berusaha untuk berbicara dari
hati ke hati dengan Tergugat dengan melihat sikap dan
perilaku Tergugat yang sangat tempramental serta tidak ada
keinginan untuk berubah menjadi lebih baik oleh karena itu
apabila kehidupan rumah tangga antara Penggugat dengan
Tergugat tetap dipertahankan yang ada akan menimbulkan
kemudaratan bukannya manfaat ;

6. Bahwa dari pertengkaran dan percekcokan yang terjadi


sebagaimana posita point 04 dan 05 di atas kehidupan rumah
tangga antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak
bahagia dan harmonis seperti sediakala. Bahkan dari sejak
tanggal Juli 2020 sampai dengan Gugatan in Casu diajukan
antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak satu rumah
lagi dan sudah tidak pernah melakukan hubungan suami
isteri. Oleh karena itu hal ini sudah memfaktakan apabila
kehidupan rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat
sebenarnya sudah retak dari sendi-sendinya (Broken
Marriage) sebab antara Penggugat dengan Tergugat sudah
saling tak acuh bahkan tidak pernah lagi melakukan
hubungan badan. Maka dengan demikian hal ini pun telah
bersesuaian pula dengan beberapa Kaedah Hukum yang
tetap antara lain :
- Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor : 534/K/Pdt.G/1996 tanggal 18
Juni 1996, yang berbunyi :
“Bahwa dalam hal perceraian tidak perlu dilihat dari
siapa penyebab percekcokan, akan tetapi yang perlu
dilihat adalah perkawinan itu sendiri masih dapat
dipertahankan atau tidak. Sebab jika hati kedua belah
pihak telah pecah, maka perkawinan tersebut sudah
pecah dan tidak mungkin dapat dipersatukan lagi
meskipun salah satu pihak menginginkan
perkawinannya tetap utuh. Bila perkawinan
dipertahankan, maka pihak yang menginginkan
perkawinan pecah akan berbuat apa saja agar
perkawinannya pecah”;

- Yuriprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik


Indonesia Nomor : 237 K/AG/1998 tanggal 17
Maret 1999 yang berbunyi :

“bahwa cekcok, hidup berpisah tidak dalam satu


tempat kediaman bersama, salah satu pihak tidak
berniat meneruskan kehidupan bersama dengan pihak
lain, merupakan fakta yang cukup untuk dijadikan
alasan perceraian”;

7. Bahwa sebagaimana dalil-dalil yang telah Penggugat


uraikan tersebut di atas maka sangatlah beralasan menurut
hukum apabila kehidupan rumah tangga antara Penggugat
dengan Tergugat sudah tidak dapat dibina dengan sebaik-
baiknya seperti sedia kala dan oleh karena itu tujuan
perkawinan untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa atau dalam
ajaran Agama Islam dikenal pula dengan keluarga yang
sakinah, mawaddah dan warahmah, sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan Juncto Pasal 3 Kompilasi
Hukum Islam, sudah tidak mungkin lagi terwujud maka
dengan demikian Penggugat dalam hal ini tetap bersikukuh
untuk berpisah dengan Tergugat. Maka dari itu Penggugat
dengan ini memohon kepada Ketua Pengadilan Agama
Semarang Cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk menjatuhkan talak satu ba’in shughra
antara Tergugat terhadap Penggugat hal ini sesuai pula
dengan Pasal 39 Ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan Juncto Pasal 19 huruf f
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan Juncto Pasal 116 huruf f Kompilasi
Hukum Islam Juncto Pasal 119 Ayat (1) dan Ayat (2)
Kompilasi Hukum Islam, serta sudah menjadi kaedah
hukum yang tetap pula berdasarkan Yurisprudensi Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 38
K/AG/1991 Tanggal 22 Agustus 1991 yang berbunyi :
“ Pengadilan telah yakin (dengan alasan-alasan yang
diperoleh dalam proses perkara) bahwa pernikahan
tersebut telah pecah tidak mungkin dapat diperbaiki
kembali untuk terwujudnya rumah tangga yang sakinah
mawadah warahmah, itu berarti bahwa hati kedua belah
pihak telah pecah pula” ;

8. Bahwa untuk satu orang anak yang bernama KEANU


SEAN ALGHAZALI, Lahir di Semarang pada tanggal 02 Juni
2014, Jenis Kelamin laki-laki, yang merupakan dari hasil
perkawinan/pernikahan antara Penggugat dengan Tergugat
masih dibawah umur (belum mumayyiz) dan tentu sangat
bergantung kepada bantuan dan pertolongan Penggugat
selaku ibu kandungnya, selain itu pula secara psikologis anak
tersebut lebih dekat dengan Penggugat selaku ibu
kandungnya dan lebih sering tinggal bersama dengan
Penggugat. Hal ini sebagaimana doktrin-doktrin dan teori-
teori hasil penelitian yang dapat disimpulkan Ibu adalah
lebih utama untuk diberikan Hak Pengasuhan terhadap anak-
anaknya yang masih dibawah umur, sebagaimana pendapat
antara lain :
- Menurut SIGMUND FREUD, (Pendiri Aliran Psikoanalisis
Dalam Bidang Ilmu Psikologi - Feist J. dan G. J. Feist, 2006,
Theories of Personality 6 th ed, Singapore: McGraw-Hill
International Edition), yang berbunyi :

“ hubungan sang anak dengan ibunya sangat


berpengaruh dalam pembentukan pribadi dan sikap-
sikap sosial si anak di kemudian hari. Dalam soal ini
seorang ibu memang mudah dilihat berperan penting
bagi seorang anak yang dapat memperoleh kepuasan
apabila dorongan rasa lapar dan haus itu diatasi dan
ibulah yang punya andil yang besar dalam kondisi
demikian.”;

- Menurut BOWLBY dalam The Nature Of Childs Tie To His


Mother (1990), yang berbunyi :
“ sikap ketergantungan anak-anak pada ibu terbentuk
karena ibu peka menanggapi setiap aktivitas bayi
seperti menangis, senyum, menyusu dan manja. Ibu
adalah orang yang pertama dan utama yang menjalin
ikatan batin dan emosional dengan anak. Hanya ibulah
yang bisa dengan cepat mengerti dan mampu
menanggapi setiap gerak-gerik bayi. Ibu segera tahu
kalau anaknya hendak menangis, senyum atau lapar.”;

- Menurut Masdar F Mas’udi (1997:151), yang berbunyi :

“ alasan anak yang belum dewasa, yang berhak


memelihara anak tersebut adalah pihak istri. Pertama,
ibu sebagai perekat ikatan batin dan kasih sayang
dengan anak yang cenderung selalu melebihi kasih
sayang sang ayah. Kedua, derita keterpisahan seorang
anak dengan seorang ibu dengan anaknya akan terasa
lebih berat dibanding dengan seorang ayah. Ketiga,
sentuhan tangan keibuan lazimnya dimiliki oleh ibu
akan lebih menjamin pertumbuhan dan mentalitas
anak secara lebih sehat.” ;

Oleh karena itu, Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan


Agama Semarang Cq. Majelis Hakim Pengadilan Agama
Semarang agar menetapkan dikarunia 1 (Satu) orang anak
yang bernama KEANU SEAN ALGHAZALI, Lahir di Semarang
pada tanggal 02 Juni 2014, Jenis Kelamin laki-laki, berada di
bawah asuhan dan pemeliharaan (hak hadlanah) Penggugat
dengan tidak mengurangi hak dari Tergugat untuk bertemu,
berkunjung dan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya
tanpa mengganggu kepentingan anak tersebut dan seizin dari
Penggugat, sehingga dengan pengasuhan yang demikian tentu
akan lebih baik bagi perkembangan mental anak tersebut,
dibandingkan apabila harus ditetapkan hari-hari atau waktu
tertentu bagi seorang Ayah untuk dapat memberikan dan
mencurahkan kasih sayangnya kepada anak semata
wayangnya tersebut ;

Bahkan sudah menjadi kaedah hukum yang tetap antara lain :

- Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik


Indonesia Nomor 102 K/Sip/1973 tanggal 24 April
1975 yang berbunyi :
" Patokan perwalian anak adalah ibu kandung yang
diutamakan khususnya bagi anak-anak yang masih
kecil, karena kepentingan anak yang menjadi kriteria,
kecuali kalau terbukti bahwa ibu tersebut tidak wajar
untuk memelihara" ;
- Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 423 K/Sip/1980 tanggal 23
September 1980 yang berbunyi :
“ Dalam hal terjadi perceraian, maka anak-anak
dibawah umur berada dibawah perwalian Ibu
kandungnya” ;
- Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 126 K/Pdt/2001 tanggal 28
Agustus 2003 yang berbunyi :
“ Bila terjadi perceraian, anak yang masih di bawah
umur pemeliharaannya seyogyanya diserahkan
kepada orang terdekat dan akrab dengan si anak
yaitu Ibu” ;
9. Bahwa untuk tertibnya administrasi dalam perkara ini
maka Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan Agama
Semarang Cq. Majelis Hakim Pengadilan Agama Semarang
agar memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Semarang
untuk mengirimkan salinan putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang
mewilayahi tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat
DAN juga kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang
mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat supaya
dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu ;

10. Bahwa oleh karena perkara in casu merupakan bagian dari


bidang perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 ayat (1)
Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama Juncto Undang-undang Nomor 3 tahun 2006
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama Juncto Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, Penggugat sanggup membayar seluruh biaya perkara
yang timbul akibat perkara ini ;

Maka berdasarkan alasan-alasan sebagaimana terurai


tersebut di atas, dimohon dengan hormat kepada Ketua
Pengadilan Agama Semarang Cq. Majelis Hakim Pengadilan Agama
Semarang yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan
untuk dapat menjatuhkan amar putusan sebagai berikut :
DALAM POKOK PERKARA:

DALAM PRIMAIR:
1. Mengabulkan Gugatan
Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Menjatuhkan talak satu ba’in


shughra antara Tergugat (ARI PRASETYO) terhadap
Penggugat (DWI INDAH SEPTININGRUM) ;

3. Menetapkan Hak Asuh Anak


yang bernama KEANU SEAN ALGHAZALI, Lahir di
Semarang pada tanggal 02 Juni 2014, Jenis Kelamin laki-
laki berada di bawah pengasuhan dan pemeliharaan
anak (hak hadlanah) Penggugat dengan tidak
mengurangi hak dari Tergugat untuk bertemu,
berkunjung dan mencurahkan kasih sayang kepada
anaknya tersebut tanpa mengganggu kepentingan anak
tersebut dan seizin dari Penggugat ;

4. Memerintahkan kepada Panitera


Pengadilan Agama Semarang untuk mengirimkan
salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap
kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang
mewilayahi tempat perkawinan Penggugat dan
Tergugat DAN juga kepada Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang yang mewilayahi tempat tinggal
Penggugat dan Tergugat supaya dicatat dalam daftar
yang disediakan untuk itu ;

5. Membebankan biaya perkara


menurut hukum kepada Tergugat ;
DALAM SUBSIDIAIR:

Apabila Ketua Pengadilan Agama Semarang Cq. Mejelis Hakim


Pengadilan Agama Semarang yang memeriksa dan mengadili
perkara ini berpendapat lain mohon untuk memberikan putusan
yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Demikian Cerai Gugat dan Hak Asuh Anak dalam perkara ini di
sampaikan, atas perhatian dan kebijaksanaannya kami ucapkan
terimakasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

HORMAT KUASA PENGGUGAT

MICHAEL VELANDO S.H., M.H

Anda mungkin juga menyukai