Disusun Oleh :
Nama : Fenny Fitriani
Kelas : 3E JTD
No : 11
NIM : 1941160044
PERCOBAAN 2
1. Tujuan Percobaan :
1.1 Menggunakan Peta profil K=4/3 untuk menggambarkan kondisi lintasan komunikasi di antara dua
titik (point to point) di atas permukaan bumi (terrestrial)
1.2 Menggambarkan fresnel zone pertama secara manual di atas peta profile K=4/3.
1.3 Menentukan nilai estimasi tinggi antena optimal di kedua site secara manual menggunakan peta
profile K=4/3.
3. Landasan Teori
3.1 Peta Profil
Lintasan propagasi gelombang radio selalu mengalami pembiasan/pembengkokan (curved ) karena pengaruh refraksi
(pembiasan) oleh atmosfir yang paling bawah. Keadaan ini, tergantung pada kondisi atmosfir pada suatu daerah, yang pada
akhirnya bisa diketahui indeks refraksi atmosfir di daerah itu. Karena adanya indeks refraksi yang berbeda-beda ini, maka
bisa diperkirakan kelengkungan lintasan propagasi di atas permukaan bumi. Akibatnya, kalau dipandang bahwa propagasi
gelombang langsung merupakan line of sight, maka radius bumi seakan-akan berbeda dengan radius bumi sesungguhnya
(actual earth radius). Sebagai gantinya, dalam penggambaran radius bumi dibuat radius ekuivalen (equivalent earth radius),
dengan tujuan sekali lagi agar lintasan propagasi gelombang radio dapat digambarkan secara lurus.
Parameter yang menyatakan perbandingan antara radius bumi ekuivalen (equivalent earth radius) dengan bumi
sesungguhnya (actual earth radius), disebut dengan faktor kelengkungan, atau yang sering disebut dengan faktor K, yang
dinyatakan dengan;
Keterangan; ae = radius bumi ekuivalen (equivalent earth radius), dan a = radius bumi
sesungguhnya (actual earth radius).
Pada kondisi atmosfir normal, dalam perhitungan radius bumi ekuivalen biasanya digunakan K = 4/3. Bila kita
menggunakan K = 4/3 dan dengan mengalikan radius bumi yang sesungguhnya dengan harga K tersebut, maka pada waktu
memetakan lintasan propagasi gelombang, kita dapat memodifikasi kurvatur bumi sedemikian rupa , sehingga lintasan radio dapat
digambarkan secara garis lurus (straight line). Gambar 2.6 menunjukkan hasil modifikasi kurvatur bumi untuk radius bumi
ekuivalen untuk nilai faktor K = 4/3, yang disebut dengan Profile Lintasan atau Path Profile K = 4/3.
Profil lintasan adalah representasi grafis dari sebuah lintasan di antara dua lokasi radiolink yang berdekatan dalam dua
dimensi. Profil pada dasarnya memastikan bahwa clearency (tanpa obstacle) lintasan akan bisa tercapai.
Gambar 2.2 menunjukkan 2 (dua) jalur lintasan propagasi gelombang radio dari pemancar (Tx) menuju penerima (Rx),
yaitu jalur lintasan langsung/ lurus dan jalur lintasan pantulan (reflected), yang memiliki radius F1 yang diukur dari garis lintasan
lurus. Jika lintasan pantulan mempunyai panjang setengah kali lebih panjang dari jalur lintasan langsung, dan dianggap bumi
merupakan pemantul yang sempurna (koefisien pantul =-1, artinya gelombang datang dan gelombang pantul berbeda fasa 180
derajat), maka pada saat tiba di penerima akan mempunyai fasa yang sama dengan gelombang langsung. Akibatnya akan terjadi
intensitas kedua gelombang pada saat mencapai antena penerima akan saling menguatkan.
Berdasarkan Gambar 2.2 dan keterangan di atas, F1 disebut sebagai jari-jari daerah Fresnel pertama (jari-jari first fresnel
zone), yang dirumuskan dengan;
(meter)
Keterangan;
F1 = radius daerah Fresnel pertama (m) f = frekuensi kerja (GHz) d1 =
jarak antara Tx dengan halangan (km) d2 = jarak antara Rx dengan
halangan (km) d = d1+d2 = jarak antara Tx dan Rx (km)
Untuk daerah Fresnel pertama di tengah lintasan d = d1+d2, dan d1 = d2 =1/2 d, sehingga;
; meter
Sedangkan untuk radius daerah Fresnel kedua , daerah Fresnel ketiga, dan seterusnya adalah seperti diilustrasikan pada Gambar
2.9, yang dinyatakan dengan rumusan seperti berikut ini;
; meter
Atau secara singkat dinyatakan;
; meter
F1 = 34,5 meter
Nilai F1 adalah merupakan jari-jari daerah Fresnel pertama, sebagai dasar untuk menentukan seberapa tinggi kedua
antena pada titik pemancar dan penerima, yaitu cara menentukannya adalah bahwa; dari titik bukit tertinggi tersebut dibuat titik
tepat lurus di atasnya yang jaraknya sebesar F1, dari titik ini kemudian dikembangkan untuk membuat garis ke arah kiri dan ke
kanan sampai memotong masing-masing garis tegak (vertikal) dari titik pemancar A dan penerima B. Spasi yang dihasilkan dari
titik potong garis tegak dari titik pemancar terhadap elevasi permukaan bumi di titik pemancar tersebut adalah merupakan
kebutuhan tinggi antena pemancar dan dengan cara sama untuk kebutuhan tinggi antena penerima B (lihat Gambar 2.4).
Dari profil lintasan Gambar 2.4 tersebut, ketinggian antena yang dibutuhkan; di titik A hA = ± 75 m, dan di
titik B hB = ± 90 m.
5. Hasil Percobaan
5.1 Hasil Percobaan Sementara
A. Site Near End : Sigura-gura Merjosari
Koordinat
Longitude : 112°36'8.09"BT
Latitude : 7°57'5.74"LS
Altitude : 497 meter (ASL)
B. Site Far End : Perum GPA Karangploso
Koordinat
Longitude : 112°36'33.00"BT
Latitude : 7°53'51.95"LS
Altitude : 514 meter (ASL)
3
2 2
1
Gambar 2.6 Garis lintasan di antara site Near dan Far End
5.2 Nilai Fresnel pertama pada 3 titik yang diduga menjadi obstacle
Z 2 4 555 5,54
6. Analisa Hasil percobaan
7. Kesimpulan