Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN 2

MENGGAMBARKAN KONDISI PERMUKAAN LINTASAN DAN FRESNEL ZONE

Disusun untuk Memenuhi Nilai Matakuliah Praktikum


Sistem Komunikasi Radio Pada Semester VI

Dosen Pengajar : Ir. Hudiono, MT

Disusun Oleh :
Nama : Fenny Fitriani
Kelas : 3E JTD
No : 11
NIM : 1941160044

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2022
TANGGAL PERCOBAAN : 31 Maret 2022

PERCOBAAN 2

MENGGAMBARKAN KONDISI PERMUKAAN LINTASAN DAN FRESHNEL ZONE

Kompetensi yang dicapai:


1. Memahami tentang parameter fresnel zone dan pengaruhnya dalam sistem komunikasi radio line of
sight
2. Memahami dan mengaplikasikan peta profil K = 4/3 sebagai tools untuk menggambarkan dan
menganalisa lintasan komunikasi radio line of sight
3. Memahami tentang bagaimana menentukan estimasi tinggi antena yang optimal secara manual di atas
peta profil K = 4/3 tanpa ada obstacle.

1. Tujuan Percobaan :
1.1 Menggunakan Peta profil K=4/3 untuk menggambarkan kondisi lintasan komunikasi di antara dua
titik (point to point) di atas permukaan bumi (terrestrial)
1.2 Menggambarkan fresnel zone pertama secara manual di atas peta profile K=4/3.
1.3 Menentukan nilai estimasi tinggi antena optimal di kedua site secara manual menggunakan peta
profile K=4/3.

2. Alat-alat dan Modul yang Digunakan :


2.1 Laptop dan Koneksi Internet.
2.2 Peta google
2.3 Peta profile K = 4/3

3. Landasan Teori
3.1 Peta Profil
Lintasan propagasi gelombang radio selalu mengalami pembiasan/pembengkokan (curved ) karena pengaruh refraksi
(pembiasan) oleh atmosfir yang paling bawah. Keadaan ini, tergantung pada kondisi atmosfir pada suatu daerah, yang pada
akhirnya bisa diketahui indeks refraksi atmosfir di daerah itu. Karena adanya indeks refraksi yang berbeda-beda ini, maka
bisa diperkirakan kelengkungan lintasan propagasi di atas permukaan bumi. Akibatnya, kalau dipandang bahwa propagasi
gelombang langsung merupakan line of sight, maka radius bumi seakan-akan berbeda dengan radius bumi sesungguhnya
(actual earth radius). Sebagai gantinya, dalam penggambaran radius bumi dibuat radius ekuivalen (equivalent earth radius),
dengan tujuan sekali lagi agar lintasan propagasi gelombang radio dapat digambarkan secara lurus.
Parameter yang menyatakan perbandingan antara radius bumi ekuivalen (equivalent earth radius) dengan bumi
sesungguhnya (actual earth radius), disebut dengan faktor kelengkungan, atau yang sering disebut dengan faktor K, yang
dinyatakan dengan;
Keterangan; ae = radius bumi ekuivalen (equivalent earth radius), dan a = radius bumi
sesungguhnya (actual earth radius).

Pada kondisi atmosfir normal, dalam perhitungan radius bumi ekuivalen biasanya digunakan K = 4/3. Bila kita
menggunakan K = 4/3 dan dengan mengalikan radius bumi yang sesungguhnya dengan harga K tersebut, maka pada waktu
memetakan lintasan propagasi gelombang, kita dapat memodifikasi kurvatur bumi sedemikian rupa , sehingga lintasan radio dapat
digambarkan secara garis lurus (straight line). Gambar 2.6 menunjukkan hasil modifikasi kurvatur bumi untuk radius bumi
ekuivalen untuk nilai faktor K = 4/3, yang disebut dengan Profile Lintasan atau Path Profile K = 4/3.

Profil lintasan adalah representasi grafis dari sebuah lintasan di antara dua lokasi radiolink yang berdekatan dalam dua
dimensi. Profil pada dasarnya memastikan bahwa clearency (tanpa obstacle) lintasan akan bisa tercapai.

Tabel 2.1 Contoh Data Profil Lintasan


Tabel 2.1 tersebut di atas, dibuat setelah dilakukan survey langsung ke lapangan, yang kemudian didasarkan data ini bisa
dilakukan poting profil lintasan komunikasinya dan selanjutnya untuk bahan analisis di dalam menentukan ketinggian antena
pemancar dan penerima.

3.2 Fresnel zone pertama


Daerah Fresnel pertama merupakan hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan desain lintasan gelombang radio line
of sight (LOS). Daerah ini sedapat mungkin harus bebas dari halangan (obstacle), karena apabila tidak, akan menambah redaman
lintasan.

Gambar 2.2 Daerah Fresnel Pertama Di sekitar Lintasan Lurus

Gambar 2.2 menunjukkan 2 (dua) jalur lintasan propagasi gelombang radio dari pemancar (Tx) menuju penerima (Rx),
yaitu jalur lintasan langsung/ lurus dan jalur lintasan pantulan (reflected), yang memiliki radius F1 yang diukur dari garis lintasan
lurus. Jika lintasan pantulan mempunyai panjang setengah kali lebih panjang dari jalur lintasan langsung, dan dianggap bumi
merupakan pemantul yang sempurna (koefisien pantul =-1, artinya gelombang datang dan gelombang pantul berbeda fasa 180
derajat), maka pada saat tiba di penerima akan mempunyai fasa yang sama dengan gelombang langsung. Akibatnya akan terjadi
intensitas kedua gelombang pada saat mencapai antena penerima akan saling menguatkan.
Berdasarkan Gambar 2.2 dan keterangan di atas, F1 disebut sebagai jari-jari daerah Fresnel pertama (jari-jari first fresnel
zone), yang dirumuskan dengan;

(meter)
Keterangan;
F1 = radius daerah Fresnel pertama (m) f = frekuensi kerja (GHz) d1 =
jarak antara Tx dengan halangan (km) d2 = jarak antara Rx dengan
halangan (km) d = d1+d2 = jarak antara Tx dan Rx (km)

Untuk daerah Fresnel pertama di tengah lintasan d = d1+d2, dan d1 = d2 =1/2 d, sehingga;

; meter
Sedangkan untuk radius daerah Fresnel kedua , daerah Fresnel ketiga, dan seterusnya adalah seperti diilustrasikan pada Gambar
2.9, yang dinyatakan dengan rumusan seperti berikut ini;

; meter
Atau secara singkat dinyatakan;

; meter

F1 adalah radius daerah Fresnel pertama (m)

Gambar 2.3 Pemetaan Daerah Fresnel

3.3 Contoh Menentukan estimasi tinggi antena secara manual


Profil lintasan (path profile) seperti pada Gambar 2.5. Jarak antara Tx (pada titik A) dan Rx (pada titik B) adalah 50 Km.
Pada jarak 20 Km dari A, terdapat bukit dengan ketinggian tertentu. Rancanglah ketinggian antena pada Tx dan Rx, agar lintasan
tersebut bisa digunakan untuk mentransmisikan gelombang pada frekuensi 3 GHz secara line of sight.

Gambar 2.4 Contoh gambar Profil Lintasan


Dengan mengevaluasi profil lintasan yang terdapat pada Gambar 2.4, menunjukkan bahwa obstacle pandangan atau (sight
obstruction) yang harus diantisipasi adalah bukit yang berjarak 20 Km dari titik pemancar A atau 30 Km dari titik penerima B.
Titik tersebut perlu ditentukan nilai radius Fresnel pertama, yaitu dengan menggunakan persamaan berikut ini; d1 = 20 Km d2 =
50 – 20 = 30 Km, maka;

F1 = 34,5 meter

Nilai F1 adalah merupakan jari-jari daerah Fresnel pertama, sebagai dasar untuk menentukan seberapa tinggi kedua
antena pada titik pemancar dan penerima, yaitu cara menentukannya adalah bahwa; dari titik bukit tertinggi tersebut dibuat titik
tepat lurus di atasnya yang jaraknya sebesar F1, dari titik ini kemudian dikembangkan untuk membuat garis ke arah kiri dan ke
kanan sampai memotong masing-masing garis tegak (vertikal) dari titik pemancar A dan penerima B. Spasi yang dihasilkan dari
titik potong garis tegak dari titik pemancar terhadap elevasi permukaan bumi di titik pemancar tersebut adalah merupakan
kebutuhan tinggi antena pemancar dan dengan cara sama untuk kebutuhan tinggi antena penerima B (lihat Gambar 2.4).

Dari profil lintasan Gambar 2.4 tersebut, ketinggian antena yang dibutuhkan; di titik A hA = ± 75 m, dan di
titik B hB = ± 90 m.

Gambar 2.5 Contoh menentukan estimasi tinggi antena secara manual


4. Langkah Percobaan
1. Buka software aplikasi google map atau google earth atau software aplikasi sejenis lainnya
2. Arahkan peta google dan sejenis lainnya untuk dapat menampilkan hasil ploting lintasan
komunikasi yang telah anda buat (pada percobaan 1)
3. Pilih salah satu link komunikasi yang menurut anda layak untuk dianalisa lebih lanjut dan bisa
diimplementasikan
4. Hapus lintasan komunikasi lainnya yang tidak diperlukan untuk dianalisa lebih lanjut (dan jangan
lupa melakukan penyimpanan setelah perubahan)
5. Gambar garis lintasan komunikasi radio LOS di antara dua site near dan far end
6. Buatlah titik-titik pada garis lintasan komunikasi LOS sebanyak 30 buah titik dengan spasi sama
(kira-kira s = jarak lintasan/30 meter)
7. Catat koordinat (latitude dan longitude) di setiap titik yang telah anda buat dan isikan hasilnya di
bagian hasil percobaan di bawah ini,
8. Catat nilai altitude (ASL) yang dihasilkan di setiap titik yang anda buat dan isikan pada tabel di
bagian hasil percobaan
9. Lakukan penyimpanan data lintasan komunikasi yang telah anda buat dan telah anda lakukan
perubahan.
10. Gambarkan titik-titik tinggi permukaan bumi (ASL) secara manual di atas peta profile K=4/3
yang telah disediakan berdasarkan nilai altitude hasil poin 8 (peta profil terlampir), dan
hubungkan titik-titik tersebut secara “smooth” sehingga tampak tergambar tinggi permukaan di
bawah lintasan komunikasi LOS.
11. Tentukan 3 buah titik pada profile lintasan yang diduga menjadi obstacle (yang memiliki nilai
altitude tertinggi) dan hitung nilai fresnel-nya, dan isikan pada tabel di bagian hasil percobaan
12. Plot titik-titik nilai fresnel dari tiga buah titik hasil poin 11
13. Gambarkan perkiraan garis fresnel zone pertama menggunakan peta profil K = 4/3 yang sama
dengan gambar profil lintasan yang telah anda buat (pada poin 8)
[catatan: garis fresnel ini dibuat di atas permukaan tertinggi, minimal menyinggung titik
permukaan bumi tertinggi yang diduga menjadi obstacle]
14. Tentukan estimasi tinggi antena secara manual di atas peta profil K=4/3
15. Lakukan analisa hasil percobaan dan buatlah kesimpulannya

5. Hasil Percobaan
5.1 Hasil Percobaan Sementara
A. Site Near End : Sigura-gura Merjosari
Koordinat
Longitude : 112°36'8.09"BT
Latitude : 7°57'5.74"LS
Altitude : 497 meter (ASL)
B. Site Far End : Perum GPA Karangploso
Koordinat
Longitude : 112°36'33.00"BT
Latitude : 7°53'51.95"LS
Altitude : 514 meter (ASL)

3
2 2
1

Gambar 2.6 Garis lintasan di antara site Near dan Far End

Gambar Hasil Percobaan Garis Lintasan di Kota Malang


Jarak d1 Jarak d2 Altitude Jarak d1 Jarak d2 Altitude
Titik Titik
(km) (km) (meter) (km) (km) (meter)
1 0 6 497 17 3,2 2,8 541
2 0,2 5,8 501 18 3,4 2,6 546
3 0,4 5,6 502 19 3,6 2,4 544
4 0,6 5,4 511 20 3,8 2,2 540
5 0,8 5,2 512 21 4 2 561
6 1 5 517 22 4,2 1,8 558
7 1,2 4,8 520 23 4,4 1,6 538
8 1,4 4,6 521 24 4,6 1,4 547
9 1,6 4,4 526 25 4,8 1,2 551
10 1,8 4,2 526 26 5 1 545
11 2 4 555 27 5,2 0,8 548
12 2,2 3,8 531 28 5,4 0,6 545
13 2,4 3,6 530 29 5,6 0,4 534
14 2,6 3,4 525 30 5,8 0,2 526
15 2,8 3,2 537 31 6 0 514
16 3 3 539

5.2 Nilai Fresnel pertama pada 3 titik yang diduga menjadi obstacle

Jarak d1 Jarak d2 Altitude Nilai Fresnel


Titik
(km) (km) (meter) (meter)
X 4 2 561 5,54
Y 4,2 1,8 558 5,38

Z 2 4 555 5,54
6. Analisa Hasil percobaan
7. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai