Anda di halaman 1dari 43

Penuntun Praktikum

Fisika Dasar 2

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIKA DASAR

1. Praktikan telah berada di dalam ruangan praktikum 15 menit sebelum praktikum


dimulai.
2. Praktikan yang diperkenankan mengikuti praktikum adalah praktikan yang dinyatakan
telah lulus responsi dan dapat dibuktikan dengan terteranya nilai responsi dan tanda
tangan asisten pada kartu kontrol serta telah mengumpulkan tugas pendahuluan.
3. Praktikan diwajibkan memakai jas praktikum.
4. Praktikan tidak diperkenankan memakai sandal/sepatu sandal, baju kaos/kaos oblong,
celana/rok jeans, celana/rok ketat sebagaimana pada saat perkuliahan.
5. Praktikan dilarang makan, minum dan merokok pada saat praktikum berlangsung.
6. Kebersihan ruangan menjadi tanggung jawab praktikan sesuai piket yang berlaku pada
hari dilaksanakannya praktikum.
7. Kehilangan atau kerusakan alat praktikum menjadi tanggung jawab praktikan, yaitu
berupa penggantian alat dengan spesifikasi yang sama.
8. Siap melakukan praktikum dengan penuh tanggung jawab.

“PELANGGARAN ATAS PERATURAN DI ATAS, DIANGGAP


TIDAK BERSEDIA MENGIKUTI PRAKTIKUM”

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Alloh Pencipta Semesta Alam yang tak terbatas, atas segala rahmat
dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk, sehingga pada kesempatan ini pula kami dapat
merampungkan buku penuntun praktikum Fisika Dasar pada semester ini.
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar ini terdiri dari 5 unit percobaan. Teori yang
diberikan merupakan ringkasan, sehingga diharapkan bagi para pengguna penuntun ini agar
lebih mengkaji dari referensi-referensi yang ada dan yang berhubungan dengan unit-unit
percobaan.
Penuntun ini merupakan panduan pelaksanaaan praktikum dari mata kuliah
Praktikum Fisika Dasar 2, sebagai pedoman dalam melakukan praktikum bagi mahasiswa
yang memprogramkan mata kuliah tersebut dalam ruang lingkup FKIP Universitas
Mulawarman.
Akhirnya, kepada para asisten praktikum yang tergabung dalam Tim Fisika Dasar
kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

TATA TERTIB PRAKTIKUM .............................................................................................1


KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................................3
FORMAT PENULISAN LAPORAN ....................................................................................4
PERCOBAAN
1. Pembiasan Cahaya .................................................................................................7
2. Sistem Lensa ........................................................................................................11
3. Interferensi Cahaya ..............................................................................................15
4. Pengukuran Dasar Listrik .....................................................................................20
5. Jembatan Wheatstone.........................................................................................23

3
FORMAT PENULISAN LAPORAN

I. PETUNJUK UMUM PENULISAN LAPORAN


1. Laporan resmi ditulis tangan dengan pulpen tinta biru pada kertas A4 menggunakan
sampul laporan yang telah disediakan.
2. Bahasa yang digunakan harus Bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar sesuai Ejaan
Yang Disempurnakan.
3. Pemenggalan kata harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
4. Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau sudah di-Indonesiakan. Bila terpaksa
boleh menggunakan istilah asing dengan menambahkan garis bawah atau huruf miring.
5. Batas margin kertas bagian kiri dan atas adalah 4 cm, sedangkan margin kertas bagian
kanan dan bawah adalah 3 cm. Dengan toleransi 1 cm.
6. Kata hubung seperti sehingga, dan, sedangkan, tidak boleh dipakai untuk memulai
suatu kalimat.
7. Tanda baca harus dipergunakan dengan tepat.
8. Laporan diberi halaman berupa angka arab (1,2,3,dst) ditulis di sebelah pojok kanan
bawah dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi bawah.
9. Laporan sementara dilampirkan pada bagian akhir laporan resmi.
II. BAGIAN-BAGIAN LAPORAN
1. JUDUL PERCOBAAN
Judul sama dengan yang terdapat pada buku penuntun, dicantumkan pada bagian
atas halaman pertama laporan dengan cara centering dan tidak perlu digarisbawahi.
2. TUJUAN PERCOBAAN
Sama dengan yang ada di buku petunjuk atau sesuai dengan anjuran asisten.
3. DASAR TEORI
Mencakup tentang teori alat-alat yang digunakan dalam percobaan serta teori
dasar yang berhubungan dengan percobaan yang dilakukan minimal 3 halaman atau
sesuai petunjuk asisten, dengan menggunakan sumber buku-buku Fisika untuk
universitas atau sumber dari internet. Tidak diperkenankan menggunakan sumber
buku SMP maupun SMA.

4
4. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. Jika terdapat perbedaan antara
buku penuntun dan praktikum, maka yang ditulis adalah yang sesuai dengan
praktikum. Alat dan bahan harus lengkap dengan spesifikasinya, misal: piknometer 50
ml, mistar 30 cm.
5. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja ditulis sesuai dengan urutan percobaan yang dilakukan. Jika
terdapat perbedaan antara buku penuntun dan praktikum, maka yang ditulis adalah
yang sesuai dengan praktikum. Penulisan dengan menggunakan kalimat pasif.
Contoh : 1. Timbang ... menjadi, 1. Ditimbang ...
6. DATA DAN PERHITUNGAN
Data percobaan dibuat dalam bentuk tabel seperti pada buku penuntun dan tidak
boleh terputus. Gunakan satuan yang sesuai dengan petunjuk asisten atau buku
penuntun. Khusus untuk percobaan yang menggunakan rumus, harus mencantumkan
nomor urutan rumus sesuai pada buku penuntun. Jika rumus yang digunakan tidak
terdapat pada buku penuntun, maka harus dibuatkan penurunan rumusnya, termasuk
perambatan ralat untuk mencari ketidakpastian.
7. PEMBAHASAN
Berisi pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dan hubungannya dengan teori-teori
yang ada.
8. KESIMPULAN
Berisi resume percobaan, hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai dari suatu
percobaan. Buat dengan kalimat singkat dan diberi nomor.
9. DAFTAR PUSTAKA
a. Nama pengarang ditulis berurutan menurut huruf abjad.
b. Baris kedua dan seterusnya ditulis masuk 6 karakter dibanding baris pertama.
c. Edisi pertama tidak perlu ditulis edisi terbitnya (yang ditulis edisi 2, dst)
d. Untuk pustaka berbahasa Indonesia halaman disingkat “hal.” (tanpa tanda petik),
sedangkan yang berbahasa asing disingkat “p.”.
e. Khusus untuk sumber pustaka dari internet, dilarang menuliskan situs searching
engine seperti google.com, yahoo.com, dll.

5
f. Untuk lebih jelasnya, lihat pada pedoman menulis daftar pustaka pada buku Bahasa
Indonesia.
Contoh penulisan:
Brown, R. C., 1950, “Mechanics and Properties of Matter”, 2nd ed., p. 188-190, 195,
Longmans, Green and Co., London.
10. LEMBAR PENGESAHAN
Lembar Pengesahan berisikan tempat dan tanggal pengumpulan laporan, tanda
tangan Praktikan dan Asisten Praktikum lengkap dengan NIM-nya. Nama asisten
berada pada kiri bawah sedangkan praktikan pada kanan bawah seperti pada laporan
sementara.

6
PEMBIASAN CAHAYA

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep pembiasan.
2. Memahami pergeseran lintasan cahaya jika melewati medium.
3. Menentukan indeks bias lensa semi silinder dan prisma.
4. Mengamati pergeseran sinar dan deviasi pada pembiasan oleh prisma.

B. Teori Singkat
Jika seberkas cahaya datang pada medium yang berbeda maka sinar akan mengalami
pembiasan/pembelokan arah lintasan. Berdasarkan hukum Snellius berlaku:
n1 sin 1 = n2 sin 2 (1.1)
dengan n1 dan n2 masing-masing indeks bias medium pertama (medium dimana sinar
berasal) dan kedua (medium dimana sinar ditransmisikan) serta 1 dan 2 masing-
masing sudut datang sinar dan sudut bias sinar.

Gambar 1.1 : pembiasan cahaya ketika melewati medium yang memiliki kerapatan yang
berbeda
Prisma
Sinar datang pada sebuah prisma akan mengalami deviasi dengan besar sudut
deviasi yang bergantung kepada indeks bias prisma, indeks bias medium di sekitar
prisma, besar sudut datang dan sudut pembias pada prisma.

7
β

Gambar 1.2 : Pembiasan pada prisma


Pembiasan pada bidang muka pembias pertama memenuhi persamaan
sin (1.2)
=
sin
Sedangkan pembiasan pada bidang muka pembias kedua memenuhi persamaan
sin (1.3)
=
sin
Kedua pembiasan itu menyebabkan sinar datang mengalami deviasi atau
penyimpangan sehingga arahnya menyimpang dari arah semula dengan sebuah sudut
(1.4)
deviasi δ. Secara matematis ditunjukkan bahwa indeks bias prisma dapat dirumuskan:
1
sin 2 ( + )
=
1
sin 2

dengan β sebagai sudut pembias prisma, dan δ adalah sudut deviasi.

C. Alat dan Bahan


1. Lensa semi silinder
2. Prisma
3. Mistar
4. Busur derajat transparan
5. Meja landasan/meja optik
6. Sumber cahaya (baterai bawa sendiri)
7. Kolimator/celah tunggal

8
D. Prosedur Kerja
Pembiasan Lensa Semi Silinder
1. Siapkan alat dan susun seperti gambar

2. Nyalakan lampu/sumber sinar, aturlah kolimator/celah tunggal agar lubangnya tepat
di tengah meja landasan.
3. Aturlah posisi busur agar garis sumbu 00 tepat lurus menuju lubang kolimator/celah
tunggal dan yakinkan lurusnya jalannya sinar tersebut
4. Letakkan lensa semi silinder di atas busur agar tepat tegak lurus dengan sumbu 0o
dan garis batas permukaan datar lensa menghadap ke kolimator/celah tunggal.
5. Putar busur (garis sumbu 0o) sebesar 30o ke arah kanan atau kiri sebagai sudut sinar
datang lalu carilah sinar bias yang keluar dari permukaan lengkung lensa semi
silinder hingga diperoleh sinar yang tampak paling terang terlihat Catatlah besar
sudut bias sinar tersebut.
6. Ulangi langkah 3 – 6 dengan besar sudut sinar datang bervariasi.
7. Ulangi langkah 3 – 7 dengan posisi lensa semi silinder dengan permukaan lengkung
menghadap kolimator.

Pembiasan Prisma
1. Letakkan prisma di atas kertas gambar , lalu buat garis batas bidang-bidang
pembiasnya.
2. Gambar sebuah garis normal yang tegak lurus dengan bidang bias, lalu tentukan
sudut datang sinar pada bidang pembias dengan menggunkan busur derajat.
3. Letakkan sumber cahaya yang memiliki celah tunggal menghadap prisma sesuai
dengan arah garis sinar datang yang telah dibuat.
4. Perhatikan arah sinar bias yang terbentuk pada prisma dan tandai jalannya sinar
yang terbentuk
5. Ulangi langkah 1 – 4 untuk beberapa sudut yang berbeda.

9
E. Data dan Perhitungan
Pembiasan Lensa Semi Silinder
Percobaan 1. Posisi bidang datar lensa semi silinder menghadap kolimator, jadi sinar
datang dari medium renggang ke medium rapat (gambar a)
No. 1 2 n1 n2 Sifat sinar
1
2
3
4
5

Percobaan 2. Posisi bidang lengkung lensa semi silinder menghadap kolimator, jadi sinar
datang dari medium rapat ke medium renggang (gambar b)
No. 1 2 n1 n2 Sifat sinar
1
2
3
4
5
Tentukan nilai indeks bias lensa semi silinder dengan menggunakan persamaan (1.1)!
Gunakan indeks bias udara = 1!

Pembiasan Prisma
Tabel Pengamatan
No. i1 δ β n
1
2
3
4
5
Tentukan nilai indeks bias prisma dengan menggunakan persamaan (1.4)!

10
SISTEM LENSA

A. Tujuan Percobaan
Setelah percobaan ini diharapkan mahasiswa peserta praktikum dapat:
1. Menjelaskan dasar-dasar lensa.
2. Memahami jalannya sinar dan proses pembentukan bayangan pada lensa.
3. Menentukan jarak titik fokus lensa.

B. Teori Singkat
Lensa adalah benda bening yang dibatasi dua bidang permukaan bias minimal satu
permukaan merupakan bidang lengkung. Beberapa bentuk standar dari lensa dapat
dilihat pada gambar 1.
Dalam pembahasan tentang lensa, dikenal apa yang disebut tititk fokus pertama (F1)
dan titik fokus kedua (F2). Titik fokus pertama merupakan titik benda pada sumbu utama
yang bayangannya di tempat jauh tak berhingga. Sedangkan titik fokus kedua adalah
titik bayangan pada sumbu utama dari benda yang terletak di jauh tak berhingga.

a b c d e f
Gambar 2.1. Lensa-lensa konvergen a) biconvex, b) plan convex, c) meniskus convex.
dan lensa-lensa divergen d) biconcaf, e) plan concaf, f) meniskus concaf.

F1 F2

Gambar 2.2. Titik fokus pertama dan kedua sebuah lensa konvergen tipis.

11
Lensa Tipis
Lensa yang paling sederhana mempunyai dua permukaan bola yang cukup dekat
satu sama lain sehingga kita dapat mengabaikan jarak diantara kedua permukaan itu
(tebalnya lensa tersebut); kita menamakan ini sebagai lensa tipis
Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa divergen selalu maya. Oleh karena itu untuk
menentukan jarak fokus lensa divergen dilakukan dengan cara menggunakan lensa
konvergen. Bayangan yang dibentuk oleh lensa konvergen I1 dijadikan sebagai benda
oleh lensa divergen sehingga bayangan akhir I2 yang dibentuk bersifat nyata.

I1
O I2

Gambar 3.3. Skema percobaan menentukan jarak fokus lensa divergen

Hubungan benda-bayangan dan fokus lensa tipis adalah:


1 1 1
  (2.1)
f p q
Perbesaran lateral lensa tipis adalah
q
m (2.2)
p
dimana f : jarak fokus lensa,

p : jarak benda ke lensa

q : jarak bayangan ke lensa

C. Alat dan Bahan


1. Benda berupa anak panah
2. Dua buah lensa konveks
3. Layar
4. Sumber Cahaya

12
5. Meja optik dan perlengkapannya
6. Lensa konkaf
D. Prosedur Kerja
Lensa Konvergen
1. Susunlah sistem optik yang berurutan sebagai berikut:

Sumber cahaya lensa konvergen layar

2. Letakkan benda berupa anak panah pada sumber cahaya dan nyalakan sumber
cahaya kemudian arahkan dengan tepat pada lensa konvergen yang telah diletakkan
pada jarak tertentu (sesuai petunjuk asisten).
3. Carilah posisi bayangan dengan menggunakan layar hingga didapatkan bayangan yang
paling jelas.
4. Ukur dan catatlah jarak benda ke lensa sebagai p dan jarak bayangan ke lensa sebagai
q.
5. Ulangi langkah 2–4 dengan posisi lensa yang berbeda hingga diperoleh 3 data.

Lensa Divergen
1. Jarak titik fokus lensa divergen dapat dicari dengan pertolongan lensa konvergen.
Gunakan lensa konvergen dari percobaan sebelumnya.
2. Pasanglah lensa konvergen dan geser-geserkan sehingga didapat bayangan yang jelas
pada layar.
3. Letakkan lensa divergen antara lensa konvergen dan layar. Ukur jarak lensa divergen
ke layar (p)
4. Geser-geserkan layar hingga diperoleh bayangan yang jelas. Ukur jarak lensa divergen
ke layar (q)
5. Ulangi percobaan untuk posisi lensa konvergen yang berbeda hingga diperoleh 3
data.

13
E. Data dan Perhitungan
1. Lensa Konvergen
Tabel Pengamatan
No. p (cm) q (cm) f (cm) m Sifat bayangan
1
2
3

Tentukan jarak titik fokus lensa dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
perbesaran lateral bayangan dengan menggunakan persamaan (2.2)!

2. Lensa Divergen
Tabel Pengamatan
No. p (cm) q (cm) f (cm) m Sifat bayangan
1
2
3

Tentukan jarak titik fokus lensa dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
perbesaran lateral bayangan dengan menggunakan persamaan (2.2)!

14
DIFRAKSI DAN INTERFERENSI CAHAYA

A. Tujuan
1. Memahami konsep difraksi dan interferensi cahaya
2. Menentukan lebar celah sempit dalam konsep difraksi dan interferensi cahaya
B. Dasar Teori
1. Difraksi
Difraksi adalah penyebaran gelombang, contohnya cahaya, karena adanya halangan.
Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Menurut

Pada peristiwa difraksi celah tunggal yang diamati hanyalah pita gelap saja yang
menuju titik terang pusat (bayangan yang terjadi pada layar), dikarenakan bayangan
terjadi pada layar yang berupa pita gelap dan pita terang, hanya pita gelap sajalah yg
memiliki lebar yang relatif sama. Berikut persamaan yang diberikan untuk menentukan
letak pita gelap dari titik gelap dari titik terang pusat (interferensi minimum)
= , = , , ,… (3.1)
Dengan θ adalah sudut simpangan (deviasi) dan n = 1 menyatakan garis gelap ke-1, n =
2 menyatakan garis gelap ke 2 dan seterusnya.

15
2. Interferensi
Interferensi merupakan suatu interaksi antar gelombang dalam suatu daerah.
Namun untuk mengamati pola interferensi cahaya tidaklah semudah mengamati pola
interferensi seperti pada halnya pola gelombang air dan bunyi. Oleh karena itu
diperlakukan suatu perlakuan tertentu untuk mengamati pola interferensi cahaya, yaitu
dengan menggunakan konsep interferensi Young. Dari gambar a dapat diamati pola
interferensi yang terjadi membentuk pola pita terang (maksimum) dan pita gelap

(minimum).

b
Interferensi maksimum (pita terang) terjadi jika kedua gelombang yang berpadu
memiliki fase yang sama, fase sama yang terjadi antar dua gelombang terjadi jika
lintasan antara keduanya ΔS, sama dengan 0, λ, 2 λ, 3 λ, … Secara matematis dapat kita
tulis :
ΔS = d sin θ = nλ; dengan n = 0, 1, 2, 3, … (3.2)
Dengan n = 0 untuk pita terang pusat, n = 1 untuk pita terang pertama, n = 2 untuk pita
terang kedua dan seterusnya
Interferensi minimum (pita gelap) terjadi jika kedua gelombang berlawanan fase
atau memiliki lintasan yang beda, ΔS, sama dengan ½ λ, 1 ½ λ, 2 ½ λ, … Secara matematis
dapat dituliskan :
ΔS = d sin θ = (n + ½ )λ; dengan n = 0, 1, 2, 3, … (3.3)
Dari gambar b, kita dapat melakukan pendekatan untuk persamaan sin θ, perhatikan
ΔPOQ siku-siku. Karena jarak antara celah dan layar saangat jauh dibandingkan dengan

16
jarak antara kedua celah (L >> d), maka sudut θ bernilai sangat kecil. Jadi dapat
digunakan pendekatan sin θ ≈ tan θ.
#
≈ ! =
$
C. Alat dan Bahan
1. Celah Ganda/Tunggal
2. Sumber Cahaya / Laser He-ne (baterai bawa sendiri)
3. Layar
4. Mistar/Meteran roll
5. Pemegang laser dan statif
D. Prosedur kerja
1. Susun sistem alat sebagai berikut:

layar
laser/sumber celah ganda

cahaya

2. Atur sedemikian hingga agar celah ganda berada tepat pada jalannya sinar
laser/sumber cahaya.
3. Nyalakan sumber cahaya hingga terbentuk pola interferensi yang jelas pada layar.
4. Amati hasil percobaan yang Anda lakukan untuk pola interferensi maksimum dan
minimum.

17
E. Data Percobaan
Difraksi
Pita gelap (minimum)
L = ………………………………. M
n y (m) d (m)

Interferensi
Pita gelap (minimum)
L = ………………………………. M
n y (m) d (m)
1
2
3

Pita terang (maksimum)


L = ………………………………. M
n y (m) d (m)
1
2
3

18
PENGUKURAN DASAR LISTRIK

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan hambatan suatu resistor dengan metode:
a. mengukur langsung dengan multimeter,
b. menggunakan rumus.
2. Membuktikan hukum Ohm secara kuantitatif.
3. Memahami sifat-sifat hubungan resistor yang dirangkaikan secara seri dan paralel.

B. Teori Singkat
Hukum Ohm
Jika memberikan suatu sumber tegangan pada kawat yang berbeda, maka diperoleh
hasil arus yang berbeda pula. Karakteristik dari kawat konduktor tersebut dikaitkan
dengan pengertian resistansi kawat.
Kita definisikan resistansi suatu kawat yang diberi beda potensial pada kedua
ujungnya dan menghasilkan arus listrik I sebagai berikut:
R = V/I (4.1)
R I

+ -
V
Kawat yang diberi sumber tegangan V jika V dalam volt, I dalam ampere, maka R
dinyatakan dalam ohm (volt/ampere)
Rangkaian Seri Paralel
Sejumlah resistor yang dirangkaikan secara seri dapat digantikan dengan sebuah resistor
yang nilainya setara dengan rangkaian tersebut.
A R1 R2 R3 Rn B

RAB = R1 + R2 +R3 +.....+ Rn (4.2)

19
Sejumlah resistor yang dirangkaikan secara paralel dapat digantikan dengan sebuah
resistor yang nilainya setara dengan rangkaian tersebut.

R1

R2

R3

1 1 1 1
   ... 
R AB R1 R2 Rn (4.3)

C. Alat dan Bahan


Hukum Ohm
1. Power Supply 4. Voltmeter
2. Multimeter 5. Resistor batu
3. Amperemeter 6. Kabel penghubung

Rangkaian Seri Paralel


1. Multimeter
2. Resistor karbon dengan resistansi bervariasi
3. Sebuah papan soket

D. Prosedur Kerja
Hukum Ohm
1. Ambil sebuah resistor, lalu baca nilai hambatan yang tertera pada resistor tersebut
menggunakan multimeter.
2. Buatlah rangkaian seperti di bawah ini dan jangan nyalakan power supply sebelum
diperiksa oleh asisten (gambar rangkaian 1 terlampir).

20
3. Nyalakan power supply dengan tegangan rendah dan catat besar kuat arus dan
tegangan yang terbaca pada amperemeter dan voltmeter.
4. Ulangi percobaan dengan mengubah tegangan pada power supply sampai diperoleh
3 data.
Rangkaian Seri Paralel
1. Ambil beberapa buah resistor dan bacalah nilai resistor tersebut menggunakan
multimeter, lalu buatlah rangkaian seperti di bawah ini dan jangan nyalakan power
supply sebelum diperiksa oleh asisten (gambar terlampir).
2. Nyalakan power supply dengan tegangan rendah dan catat besar kuat arus dan
tegangan yang terbaca pada amperemeter dan voltmeter.
3. Ulangi percobaan dengan mengubah tegangan pada power supply sampai diperoleh
3 data untuk rangkain 2 dan 3 (terlampir).
4. Bandingkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan dari data yang anda peroleh.
Catatan penting:
1. Perhatikan keselamatan Anda dalam melakukan percobaan, tanyakan pada asisten
cara menggunakan setiap peralatan dengan baik dan benar.
2. Perhatikan semua alat yang hendak dipakai dalam kondisi baik.
3. Jangan menyalakan power supply terlalu lama, hal tersebut dapat menyebabkan
panasnya komponen dan membahayakan Anda. Matikan power supply jika tidak
digunakan.

E. Data dan Perhitungan


1. Hukum Ohm
R yang tertera = ….
R multimeter = .....
No. V (volt) I (A) R (Ω)
1.
2.
3.

21
Tentukan nilai hambatan R dari resistor batu dengan menggunakan persamaan (4.1)
lalu bandingkan hasil yang Anda peroleh dengan nilai yang tertera pada resistor
tersebut!
2. Rangkaian Seri Paralel
Rangkaian 1
R yang tertera = ….
No. V (volt) I (A) R (Ω)
1.
2.
3.

Tentukan nilai hambatan R dari resistor batu dengan menggunakan persamaan (4.1)
lalu bandingkan hasil yang Anda peroleh dengan nilai yang tertera pada resistor
tersebut!

Rangkaian 2
R yang tertera = ….
No. V (volt) I (A) R (Ω)
1.
2.
3.

Tentukan nilai hambatan R dari resistor batu dengan menggunakan persamaan (4.1)
lalu bandingkan hasil yang Anda peroleh dengan nilai yang tertera pada resistor
tersebut!

22
JEMBATAN WHEATSTONE

A. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan nilai hambatan dengan menggunakan rangkaian Jembatan
Wheatstone.

B. Teori Singkat
Metode Jembatan Wheatstone merupakan salah satu metode pengukuran
hambatan listrik metode pengukuran hambatan dengan metode jembatan wheatstone
ini didasari oleh hukum ohm dan prinsip arus nol.
Untuk mencari besarnya hambatan Rx saklar S ditutup sehingga arus listrik mengalir
dalam rangkaian (lihat gambar 5.1).
C

Rx Rs Rx

B
A G

R1 R2

Gambar Gambar
5.1 1

Keterangan:
E : Sumber Tegangan arus searah
Rs : Hambatan Standar
S : Saklar
Rx : Harnbatan yang dicari nilainya.
G : Galvanometer
R1,R2 : Hambatan Variabel
Jika jarum galvanometer menyimpang berarti arus mengalir melalui galvanometer,
yang berarti terdapat beda potensial antara titik C dan titik D.
Dengan mengubah-ubah Rs, R1 dan R2 dan arus galvanometer dapat dibuat nol.
Sehingga potensial dititik C sama dengan potensial dititik D. Dengan demikian arus yang

23
melalui R1 dan R2 sama (misalnya i1) dengan arus yang melalui Rs dan Rx juga sama
(misalnya i2). Dengan menggunakan hukum Ohm dapat dihitung nilai hambatan yang
dicari :
R2
R X  RS ...........................................................................................(5.1)
R1

Untuk menyederhanakan rangkaian dan mempermudah pengukuran hambatan R1


dan R2 dapat diganti dengan seutas kawat lurus yang homogen dan berdiameter sama
dengan panjang L , dari hubungan :
L
R .................................................................................................(5.2)
A
Karena kawat homogen dan berdiameter sama, R sebanding dengan L sehingga
persamaan (6.1) dapat dituliskan menjadi :
L2
R X  RS ...........................................................................................(5.3)
L1

Rangkaian jembatan Wheatstone dengan kawat homogen ditunjukkan gambar


berikut:

Rx Rs Rx

L1 L2

Gambar 6.2 Ga mbar 2

Keterangan :
K : Kontak Geser
L1 dan L2 : Panjang kawat homogen yang dapat diatur

C. Alat dan Bahan


1. Power Supply. 4. Papan Jembatan Wheatstone.
2. Galvanometer. 5. Kabel Penghubung
3. Resistor

24
D. Prosedur Kerja
1. Susunlah rangkaian seperti gambar berikut (gambar 4 terlampir) dengan
menggunakan hambatan yang akan ditentukan nilainya dan hambatan standar.
Perhatian: jangan menghubungkan rangkaian dengan power supply sebelum
diperiksa oleh asisten.
2. Gesekkan kontak K pada kawat sampai jarum galvanometer menunjukkan angka nol.
Apabila kontak K sudah sampai di ujung kawat sedangkan jarum belum menunjukan
angka nol, ubahlah nilai hambatan standar dan ulangi langkah diatas.
3. Catat harga Rs, L1 dan L2.

E. Data dan Perhitungan


RX =.........

No RS() L1 (cm) L2 (cm) RX

1.
2.
3.

Berdasarkan data di atas tentukan nilai RX dengan menggunakan persamaan (5.3),

25
1.
V A

+ - + -

Power Supply

On/Of AC DC

2.
V A
+ - + -

Power Supply

On/Of AC DC

26
3
V A

+ - + -

Power Supply

On/Of AC DC

4.

Rs Rx

+ -

L1 L2

27
LAPORAN SEMENTARA

Kelas :
Kelompok :
Nama :
1 NIM :
2 NIM :
3 NIM :
4 NIM :
5 NIM :
6 NIM :
7 NIM :
8 NIM :

PEMBIASAN CAHAYA

A. Tujuan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
B. Alat dan Bahan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Prosedur Percobaan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

28
D. Tabel Pengamatan
Pembiasan Lensa Semi Silinder
Percobaan 1. Posisi bidang datar lensa semi silinder menghadap kolimator, jadi sinar
datang dari medium renggang ke medium rapat (gambar a)
No. 1 2 n1 n2 Sifat sinar
1
2
3
4
5

Percobaan 2. Posisi bidang lengkung lensa semi silinder menghadap kolimator, jadi sinar
datang dari medium rapat ke medium renggang (gambar b)
No. 1 2 n1 n2 Sifat sinar
1
2
3
4
5
Tentukan nilai indeks bias lensa semi silinder dengan menggunakan persamaan (1.1)!
Gunakan indeks bias udara = 1!

Pembiasan Prisma
Tabel Pengamatan
No. i1 δ β n
1
2
3
4
5
Tentukan nilai indeks bias prisma dengan menggunakan persamaan (1.4)!

29
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, ………………………………………….
Asisten Praktikum, Ketua Kelompok,

…………………………………………………… ……………………………………………….....
NIM NIM

30
LAPORAN SEMENTARA

Kelas :
Kelompok :
Nama :
1 NIM :
2 NIM :
3 NIM :
4 NIM :
5 NIM :
6 NIM :
7 NIM :
8 NIM :

SISTEM LENSA

A. Tujuan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
B. Alat dan Bahan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Prosedur Percobaan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

31
D. Tabel Pengamatan
1. Lensa Konvergen
Tabel Pengamatan
No. p (cm) q (cm) f (cm) m Sifat bayangan
1
2
3
4
5

Tentukan jarak titik fokus lensa dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
perbesaran lateral bayangan dengan menggunakan persamaan (2.2)!

2. Lensa Divergen
Tabel Pengamatan
No. p (cm) q (cm) f (cm) m Sifat bayangan
1
2
3
4
5

Tentukan jarak titik fokus lensa dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
perbesaran lateral bayangan dengan menggunakan persamaan (2.2)!

32
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, ………………………………………….
Asisten Praktikum, Ketua Kelompok,

…………………………………………………… ……………………………………………….....
NIM NIM

33
LAPORAN SEMENTARA

Kelas :
Kelompok :
Nama :
1 NIM :
2 NIM :
3 NIM :
4 NIM :
5 NIM :
6 NIM :
7 NIM :
8 NIM :

DIFRAKSI DAN INTERFERENSI CAHAYA

A. Tujuan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
B. Alat dan Bahan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Prosedur Percobaan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

34
D. Tabel Pengamatan
Difraksi
Pita gelap (minimum)
L = ………………………………. M
n y (m) d (m)

Interferensi
Pita gelap (minimum)
L = ………………………………. M
n y (m) d (m)
1
2
3
4
5

Pita terang (maksimum)


L = ………………………………. M
n y (m) d (m)
1
2
3
4
5

35
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, ………………………………………….
Asisten Praktikum, Ketua Kelompok,

…………………………………………………… ……………………………………………….....
NIM NIM

36
LAPORAN SEMENTARA

Kelas :
Kelompok :
Nama :
1 NIM :
2 NIM :
3 NIM :
4 NIM :
5 NIM :
6 NIM :
7 NIM :
8 NIM :

PENGUKURAN DASAR LISTRIK

A. Tujuan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
B. Alat dan Bahan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Prosedur Percobaan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

37
D. Tabel Pengamatan
Hukum Ohm
R yang tertera = …. R multimeter = .....
No. V (volt) I (A) R (Ω)
1.
2.
3.
4
5
Tentukan nilai hambatan R dari resistor batu dengan menggunakan persamaan (4.1) lalu
bandingkan hasil yang Anda peroleh dengan nilai yang tertera pada resistor tersebut!

Rangkaian Seri Paralel


Rangkaian 1 R yang tertera = ….
No. V (volt) I (A) R (Ω)
1.
2.
3.
4
5
Tentukan nilai hambatan R dari resistor batu dengan menggunakan persamaan (4.1) lalu
bandingkan hasil yang Anda peroleh dengan nilai yang tertera pada resistor tersebut!
Rangkaian 2 R yang tertera = ….
No. V (volt) I (A) R (Ω)
1.
2.
3.
4
5
Tentukan nilai hambatan R dari resistor batu dengan menggunakan persamaan (4.1) lalu
bandingkan hasil yang Anda peroleh dengan nilai yang tertera pada resistor tersebut!

38
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, ………………………………………….
Asisten Praktikum, Ketua Kelompok,

…………………………………………………… ……………………………………………….....
NIM NIM

39
LAPORAN SEMENTARA

Kelas :
Kelompok :
Nama :
1 NIM :
2 NIM :
3 NIM :
4 NIM :
5 NIM :
6 NIM :
7 NIM :
8 NIM :

JEMBATAN WHEATSTONE

A. Tujuan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
B. Alat dan Bahan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
C. Prosedur Percobaan
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

40
D. Tabel Pengamatan
RX =.........

No RS() L1 (cm) L2 (cm) RX

1.
2.
3.
4.
5.

RX =.........

No RS() L1 (cm) L2 (cm) RX

1.
2.
3.
4.
5.

RX =.........

No RS() L1 (cm) L2 (cm) RX

1.
2.
3.
4.
5.

Berdasarkan data di atas tentukan nilai RX dengan menggunakan persamaan (5.3),

41
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, ………………………………………….
Asisten Praktikum, Ketua Kelompok,

…………………………………………………… ……………………………………………….....
NIM NIM

42

Anda mungkin juga menyukai