Anda di halaman 1dari 47

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

( Untuk Lingkungan Sendiri )

OLEH
Dra. Khairat, M.Si
Dra. Drastinawati, M.Si
Dra.Zultiniar, M.Si

LABORATORIUM DASAR TEKNIK


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNRI
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Praktikum Kimia Dasar merupakan mata kuliah yang termasuk kelompok ilmu
dasar pada program studi S-1 Teknik Kimia dengan beban 1 SKS. Praktikum ini
bertujuan untuk mengasah kemampuan mahasiswa antara lain adalah melakukan
proses-proses dasar teknik pemisah dan pemurnian, menafsirkan karateristk tiap tipe
reaksi kimia, menunjukkan reaksi-reaksi yang dapat berlangsung dua arah, selain
daripada itu juga pengasahan kemampuan dalam penentuan pH larutan, membuat
larutan buffer, pengenceran larutan dan lain-lain.
Penyusunan penuntun praktikum kimia dasar ini disesuaikan dengan kurikulum
2018 program sarjana Teknik Kimia UNRI. Penuntun praktikum kimia dasar ini juga
disusun berpedoman pada beberapa penuntun praktikum kimia dasar dan beberapa
buku kimia dasar yang menjadi acuan perkuliahan kimia dasar. Penuntun ini hanya
digunakan dalam lingkungan sendiri yaitu program studi S1 Teknik Kimia UNRI.
Penulis menyadari penuntun praktikum kimia dasar ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu diharapkan kriktik dan saran demi kesempurnaan
penuntun ini. Mudah-mudahan penuntun praktikum ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti praktikum Kimia Dasar ini.

Pekanbaru, Januari 2019


Wassalam,

Penyusun

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

A.Waktu Praktikum
1. Praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh dosen pembimbing.
2. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum.
3. Mahasiswa tidak dibolehkan masuk ruangan sebelum diizinkan dosen/asisten
4. Apabila berhalangan hadir, mahasiswa harus memberitahu dengan surat, dan
praktikum yang ditinggalkan, harus dilakukan pada hari lain sesuai dengan waktu
yang ditentukan oleh dosen/asisten.
5. Mahasiswa yang tidak hadir berturut-turut sebanyak 2 kali, maka praktikum
dinyatakan gagal terhadap mahasiswa yang bersangkutan dan dianggap tidak
lulus dengan nilai E, jika ketidakhadirannya 2 kali berturut-turut pada permulaan
praktikum, maka mahasiswa tersebut dianggap mengundurkan diri dengan nilai
K (kosong).
6. Keterlambatan maksimal 15 menit dengan alasan yang logis,
7. Mahasiswa tidak diizinkan mengikuti praktikum apabila :
a. tidak mengikuti responsi
b. terlambat lebih dari 15 menit
c. tidak mengumpulkan laporan lengkap objek sebelumnya.

B. Penuntun dan Laporan


1. Mahasiswa harus sudah memiliki penuntun praktikum sebelum melakukan
praktikum
2. Sebelum pelaksaan praktikum, mahasiswa harus mempelajari percobaan yang
akan dilakukan beserta teori-teori yang mendukung percobaan tersebut
3. Mahasiswa harus membuat laporan sementara (per kelompok pada buku tulis
isi 18) dan laporan lengkap (per mahasiswa pada kertas HVS ukuran A4),
ditulis menggunakan tangan.
4. Laporan sementara diperiksa setelah selesai praktikum dan ditanda tangani oleh
asisten praktikum. Laporan lengkap diserahkan sebelum masuk objek lain pada
minggu berikutnya dengan melampirkan laporan sementara yang telah ditanda
tangani asisten setelah di-acc oleh asisten.

iii
C. Alat-alat dan Pereaksi Kimia
1. Sebelum praktikum (setelah selesai responsi), mahasiswa perkelompok
meminjam peralatan yang dibutuhkan, dengan cara menulis daftar pada bon alat
dan menyerahkan kepada teknisi. JANGAN LUPA MEMERIKSA ALAT
SEBELUM DIBAWA, APAKAH UTUH ATAU TIDAK, kemudian alat dibawa
dengan hati-hati ke meja yang telah disediakan
2. Jika ada alat yang pecah atau hilang selama melakukan praktikum, maka
mahasiswa harus mengganti (dengan alat dan merk yang sama) sebelum ujian
praktikum dilaksanakan (yang bertanggung jawab adalah kelompok bukan
mahasiswa yang memecahkan, dan anggota kelompok tidak boleh menyalahkan
mahasiswa yang bersangkutan)
3. Sebelum dan sesudah praktikum, alat-alat harus dalam keadaan bersih (secara
kimia) dan kering. Untuk itu alat-alat gelas harus dicuci dengan deterjen , dibilas
dengan air kran dan terakhir bilas dengan akuades, lalu dilap dengan lap kain
(setiap mahasiswa harus menyediakan lap kain yang bersih dan tidak dibenarkan
saling meminjam untuk menjaga kebersihan secara kimia, lap tidak boleh
diletakkan disembarang tempat tetapi harus selalu digantung pada jas lab).
Akuades untuk pembilas alat harus digunakan dengan hemat !
4. Pereaksi harus diambil sebanyak yang dibutuhkan, dan JANGAN
MENGEMBALIKAN PEREAKSI YANG BERLEBIH KEDALAM BOTOL
PEREAKSI SEMULA, sebab mungkin akan menyebabkan pereaksi semula
rusak seluruhnya
5. Dalam penggunaan asam-asam pekat seperti: HCl, H2SO4 dan H3PO4, harus
berhati-hati, gunakan masker dan sarung tangan, lakukan pengambilan dalam
lemari asam. Untuk pengenceran asam pekat dengan akuades, maka
TUANGKAN ASAM KEDALAM AKUADES, BUKAN SEBALIKNYA
(menuang asam sedikit demi sedikit lewat dinding gelas). Pipet atau gelas bekas
yang digunakan untuk pengambilan asam pekat, harus langsung diguyur dengan
air kran. Membuang zat kimia ke dalam bak cuci harus disertai guyuran air dari
kran dan JANGAN membuang tissue, kertas saring serta sampah padat lainnya
ke bak cuci

iv
D. Kebersihan/Ketenangan Praktikum
1. Semua mahasiswa harus memakai jas praktikum dengan panjang paling kurang
5 cm dari atas lututdengan rapi dengan semua kancing jas terpasang untuk
menjaga kerusakan pakaian dan kulit dan menjaga kemungkinan tidak
tersentuhnya zat dan alat oleh jas yang tidak terkancing. Semua mahasiswa harus
memakai sepatu yang menutup punggung kaki, tidak dibenarkan pakai sandal
selama didalam ruangan laboratorium
2. Sebelum, selama dan sesudah praktikum, meja harus tetap bersih dari tumpahan
air dan zat kimia, jika ada zat kimia tumpah dimeja, langsung dibersihkan dengan
lap/tissue (setiap kelompok harus punya satu lap kain dan satu tissue gulung
untuk membersihkan tumpahan air atau zat di meja)
3. Jangan membuang sampah sembarangan dilantai, buanglah di tempat sampah,
dan selesai praktikum, ruangan harus disapu, meja-meja harus di lap dan lantai di
pel oleh kelompok yang ditunjuk secara bergantian oleh ketua tingkat
4. Tidak dibolehkan merokok, bercanda dan ribut selama melakukan praktikum,
karena bisa mengakibatkan kebakaran, cedera badan , kesalahan pekerjaan dan
sebagainya

v
Format Laporan Sementara Praktikum Kimia Dasar
Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Modul :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.

NO. PROSEDUR PENGAMATAN


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pekanbaru, ............................ 2019


Mengetahui,
Asisten Praktikan,

Nama Asisten Nama Praktikan


NIM

vi
Format Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar
I. Format
1. Ukuran kertas untuk Praktikum adalah A4 (210 x 297 mm) 70 gram;
2. Laporan Praktikum dijilid warna merah dan huruf berwarna hitam/biru;
3. Menggunakan jarak baris 1,5 spasi;
4. Batas tulisan 4 cm tepi atas dan tepi kiri, 3 cm tepi kanan dan tepi bawah.
II. Format Penulisan
1. Halaman Judul (contoh di lampiran) (diketik)
a. Lambang UNRI di atas ukuran 4x4 cm;
b. Tulisan “LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR”, huruf Times New Roman
(TNR) ukuran 16 bold, huruf kapital;
c. Judul huruf Times New Roman (TNR) ukuran 16 normal;
d. Nama mahasiswa huruf TNR 14 bold, NIM huruf TNR normal;
e. “PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU 2004”, huruf TNR 14 bold.
2. Pembagian teks dilakukan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
1.1 Teori
1.2 Tujuan Praktikum
3. Penomoran halaman dimulai dari nomor 1 untuk Bab I Pendahuluan. Pada halaman
pertama setiap bab dicetak dibawah tengah, untuk yang lain dicetak di atas rapat kanan;
4. Penomoran Lampiran dengan huruf besar A, B, C dan seterusnya (Lampiran A, Lampiran
B dan seterusnya);
5. Penomoran Bab dimulai angka romawi I, II, III dan seterusnya;
6. Penomoran gambar dilakukan dengan menyebut nomor bab diikuti nomor urutnya. Contoh
Gambar 2.4 adalah gambar keempat pada Bab II. Judul Gambar diletakkan di bawah
gambar;
7. Penomoran tabel dilakukan dengan menyebut nomor tabel diikuti nomor urutnya. Contoh
Tabel 3.4 adalah tabel keempat pada Bab III. Judul Tabel diletakkan di atas tabel;
8. Lambang atau notasi diberi keterangan di daftar notasi, apabila tidak terlalu banyak bisa
langsung diberi keterangan dimana lambang atau notasi tersebut dipergunakan;
9. Setiap persamaan harus diberi nomor urut, penomoran dilakukan dengan menyebutkan
nomor bab dan nomor urutnya;
10. Huruf dicetak miring untuk istilah-istilah asing atau penting;
11. Bilangan ditulis dengan angka dan bilangan desimal ditandai dengan koma bukan titik;
12. Singkatan satuan seperti kg, cm, cal ditulis tanpa titik;
13. Bilangan, lambang atau rumus kimia yang memulai suatu kalimat harus dieja;
14. Sistem penulisan kutipan suatu naskah atau literatur menggunakan sistem Harvard.
Sumber pustaka yang dituliskan di dalam uraian hanya terdiri dari nama penulis dan tahun
penerbitannya. Contoh :
Usaha-usaha untuk mencari sistem penyimpanan panas yang lebih baik telah banyak
dilakukan, diantaranya adalah menggunakan panas laten peleburan dari PCM (Yanadoro
dan Matsuda, 1986; Ryu dkk, 1991). Menurut Syuhada (1990),..................dst.
15. Daftar Pustaka ditulis sesuai abjad dan diberi nomor seperti berikut :
(1) Pustaka yang berupa makalah/jurnal ilmiah/prosiding :

vii
Garsido, J. dan Al-Dibouni, M.R., (1977), “Velocity-Voidage Relationship for
Fluidization in Solid-Liquid System”, Ind. Eng. Chem. Proccess Des. Dev., 16, hal.
206-214.
(2) Pustaka yang berupa judul buku :
Molerus, O., (1996), “Principles of Flow in Disperse System”, edisi 1, Chapman Hall,
London, Hal. 1-43.
(3) Pustaka yang berupa skripsi/thesis/disertasi :
Setyawan, H., (1996), “Flow Patterns of Coal-Water Mixture In A Agitated Tank”,
Master Thesis, Tokyo Unstitute Technology, Tokyo, Japan.
(4) Pustaka yang berupa patent :
Primarck, H.S., (1983), “Method of Stabilizing Polyvalent Mortar Solutions”, U.S.
Patent No. 4,373,104.
(5) Pustaka yang berupa handbook :
Hovmand, S., (1995), “Fluidized Bed Drying”, in A.S. Mujumder (Ed.) Handbook of
Industrial Drying, 2nd Ed., Marcel Decker, New York, hal. 195-248.
III. Kerangka Laporan Praktikum
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Bahan dan Alat
3.1.1. Bahan-bahan
3.1.2. Alat-alat
3.2. Prosedur Praktikum
3.3. Pengamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM

1. Alat untuk mengekstrak (ekstraktor)


Pemisahan suatu senyawa dari campurannya atau lebih dikenal dengan istilah
pemurnian dapat dilakukan dengan berbagai metoda. Metoda yang dapat ditempuh
adalah metoda ekstraksi, distilasi, atau dengan kromatografi.
Ektraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan senyawa dari sistem
campuran. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan
padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam
campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Prinsip dasar
pemisahan ini adalah pemisahan senyawa yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua
pelarut yang berbeda. Alat yang digunakan adalah corong pisah.
Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam
suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah
ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang
terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap).

Larutan pengekstrak tempatkan


pada labu alas bulat (boiling flask) (a).
Sampel yang telah dibungkus dengan
kertas saring ditempatkan pada tabung
extractor (b). Bagian ujung atas (c)
merupakan pendingin (condensor
Allihn) atau pendingin bola.

Ekstraktor soxhlet ini merupakan ektraktor kontinyu, pelarut pada labu (a)
dipanaskan dan akan menguap, terkondensasi pada pendingin (c), selanjutnya pelarut
akan masuk pada ektraktor (b). Apabila pelarut telah mencapai batas atas kapiler, pelarut
yang telah kontak dengan sampel akan masuk pada labu (a). Begitu seterusnya.

ix
2. Alat untuk distilasi (distiler)
Distilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih dari
komponen-komponen yang terdapat di dalam suatu campuran.

Distilasi biasa dilakukan untuk


pemisahan campuran yang memiliki
perbedaan titik didih yang cukup besar.
Gambar disamping memperlihatkan suatu
rangkaian alat untuk distilasi biasa

Distilasi uap dilakukan untuk pemisahan campuran yang memiliki perbedaan


tekanan uap jenuh yang cukup antara komponen-komponen dalam campuran.
Pada distilasi uap, uap yang
digunakan biasanya berupa uap air. Proses
distilasi uap banyak dilakukan untuk distilasi
minyak atsiri, komponen yang mudah
menguap. Distilasi minyak atsiri juga dapat
dilakukan dengan distilasi air. Peralatan
yang sering digunakan adalah Dean and
Stark Distillation Apparatus
Dean and Stark Distillation

Distilasi juga dapat dilakukan di bawah tekanan atmosfer yang dikenal dengan
distilasi pengurangan tekanan, atau distilasi vacuum.
Distilasi pengurangan tekanan
dilakukan apabila komponen yang
dipisahkan mudah rusak oleh pemanasan
dan akan terdekomposisi pada titik didihnya.
Rangkaian alat distilasi ini dapat
dihubungkan ke pompa vacuum (9),
menggunakan adaptor (10) pada labu
receiver (8)

x
Bila selisih titik didih komponen-
komponen yang ada pada campuran kecil
atau hasil membentuk azeotrop, maka
komponen alat distilasi dapat ditambah
dengan kolom fraksionasi, misal kolom
vigreux, packed column. Kolom fraksinasi
ini biasanya menggunakan bahan pengisi
(packing)

3. Alat untuk reflux


Reaksi kimia kadang dapat
berlangsung sempurna pada suhu di atas
suhu kamar atau pada titik didih pelarut
yang digunakan pada sistem reaksi. Salah
satu alat yang dapat digunakan untuk
reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu
tinggi adalah seperangkat alat refluks. Ada
beberapa tipe alat refluks.
Alat refluks paling sederhana : [1]
dilengkapi dengan labu alas bulat (a) dan
pendingin Liebig (b), [2] seperangkat alat Alat refluks paling sederhana [1]
refluks dilengkapi dengan labu alas bulat
(a), pendingin Liebig (b) dan corong pisah
(c), [3] seperangkat alat refluks dilengkapi
dengan labu alas bulat (a), pendingin
Liebig (b), corong pisah (c), pengaduk atau
termometer (d).

xi
4. Penyaring buchner
Penyaring Buchner digunakan untuk proses penyaringan yang tidak dapat dilakukan dengan
penyaring biasa. Penyaringan biasa dilakukan dengan memanfaatkan gaya grafitasi, sedangkan
pada penyaring buchner, filtrat dipisahkan dari sistem campuran dengan cara disedot atau
divakum.

5. Alat – alat gelas yang biasa ditemukan di laboratorium kimia

Peralatan gelas sederhana untuk praktikum kimia


Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan
memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium
kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan
digunakan pada Praktikum Dasar-Dasar Kimia. Gambar di atas menunjukkan contoh peralatan
gelas laboratorium.
1. Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi
larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
2. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai
skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut
dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala.

xii
3. Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar).
Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk
menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4. Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan
reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam
proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk
mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk
menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti :
botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7. dan 8. Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup
besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan
untuk memanaskan larutan.
9. dan 10. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam
jumlah sedikit.
11. Kuvet
Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai
tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan
dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.
12. dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi
Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.
14. Kaca Preparat
15. Kawat Kasa
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan
alat pemanas/kompor listrik.

xiii
16. dan 22. Penjepit
Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk
membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas.
17. Spatula
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau
kristal.
18. Kertas Lakmus
Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru.
Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl orange
(MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH)
larutan.
19. Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.
20. Cawan Porselein
Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.
21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes)
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
23 dan 24. Sikat
Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
25. Pipet Ukur
Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini. Pipet ini
memiliki skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet
atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.
26. Pipet Gondok
Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume
tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian
tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.
27. Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dan kran. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat
yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui kran. Volume zat terpakai dilihat pada skala.

xiv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Tata Tertib Praktikum iii
Format Laporan Sementara Praktikum Kimia Dasar iv
Format Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar iv
Peralatan Alat Praktikum 9
Daftar Isi xv
Percobaan I. Pemisahan & Pemurnian 1
Percobaan II. Reaksi Kimia & Stoikiometri 6
Percobaan III. Termokimia 10
Percobaan IV. Kesetimbangan 13
Percobaan V. Hasil Kali Kelarutan 19
Percobaan VI. Redoks 22
Percobaan VII. Indikator & Penentuan pH 25
Percobaan VII. Asam Basa 28
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN : Format Halaman Depan Laporan Lengkap Praktikum
Kimia Dasar 32

xv
PERCOBAAN I.
PEMISAHAN & PEMURNIAN

A. Tujuan Percobaan
1. Memperkenalkan pemisahan dan pemurnian campuran berdasarkan sifat-sifat
Kimia dan Fisika dari masing-masing komponen.

B. Teori Percobaan
1. Pemisahan dan pemurnian
a. Kriteria kemurnian
Kemurnian suatu zat ditentukan oleh beberapa sifat fisiknya antara lain, titik leleh,
kelarutan, titik didih, tekanan uap, kerapatan dan sebagainya. Sifat fisik merupakan
karakteristik zat yang bisa diamati dan diukur, tanpa mengubah komposisi kimianya.
Di laboratorium kimia, sifat fisik ini sangat penting karena bisa digunakan sebagai
kriteria kemurnian zat
Kelarutan, merupakan sifat zat padat jika berhadapan dengan pelarut. Pada
temperatur tertentu, jumlah zat yang bisa larut dalam pelarut tertentu adalah spesifik
Titik leleh, adalah sifat zat padat dalam perubahan fasanya menjadi cair, akan
terjadi pada temperatur tertentu, dan terjadi sistem kesetimbangan antara padat–cair
Kerapatan (density) atau rapat massa, adalah sifat fisik suatu zat yang paling
mudah ditentukan di laboratorium. Kerapatan adalah massa dibagi dengan
volumenya. Massa ditentukan dengan cara penimbangan, sedangkan volume dengan
pengukuran

b. Proses pemisahan
Proses pemisahan suatu zat dari campurannya, pada dasarnya adalah pemisahan
berdasarkan sifat fisik dari zat-zat tersebut. Jadi sangat tergantung kepada macam
zat yang bercampur. Beberapa istilah yang umum dalam proses pemisahan antara
lain;
Dekantasi, adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair yang saling tidak larut
(pada temperatur tertentu) dengan cara menuangkan zat cairnya. Dekantasi ini

1
digunakan apabila kedua zat yang tercampur ini sudah terpisah, padat di bawah, cair
di atas.
Penyaringan, adalah proses pemisahan zat padat dari campuran zat cairnya
melalui media kertas dengan pori besar, dimana zat padat tidak bisa melewati pori-
pori kertas sedangkan zat cair dapat lolos
Destilasi, adalah proses pemisahan zat berdasarkan perbedaan titik didih yang
cukup besar.
Ekstraksi, adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan suatu zat
terhadap dua pelarut yang berbeda.
Kromatografi kertas, suatu metoda untuk memisahkan campuran senyawa
berdasarkan perbedaan migrasi atau pergerakan suatu senyawa dari senyawa
lainnya diantara dua fasa yang berbeda, yaitu fasa diam dan fasa bergerak. Fasa
diam dalam kromatografi kertas adalah selulosa penyusun kertas yang bersifat polar
dan hidrofil (dapat mengikat air). Fasa bergerak adalah pelarut yang akan membawa
atau melarutkan bahan yang akan dipisahkan, melalui prinsip kapilaritas kertas.
Syarat pelarut pada metoda ini harus cukup polar
Rf (retardation factor) adalah, perbandingan antara jarak noda dengan jarak
tempuh pelarut pada kromatogram (disini pada kertas) yang merupakan nilai spesifik
bagi suatu senyawa dalam pelarut tertentu
jarak tempuh noda dari batas bawah
Rf = ---------------------------------------------------
jarak tempuh pelarut dari batas bawah

C. Bahan-bahan dan Alat-alat yang digunakan


i. Bahan-bahan
No Bahan No Bahan
1 bubuk kapur 6 CCl4 atau CHCl3
2 Garam dapur 7 H2SO4
3 CuSO4 8 Kertas saring
4 Naftalen 9 Selotip
5 Gula Pasir 10 Spidol

2
ii. Alat-alat
No. Alat No. Alat
1 Gelas piala 7 pemanas
2 alat sentrifugal 8 Kaca arloji
3 tabung reaksi 9 Pipet tetes
4 kertas saring 10 Kayu kecil
5 Corong 11 Gelas plastik
6 cawan penguap

D. Prosedur Percobaan
I.Penyaringan dan penguapan
i. Campuran Kapur -Air
a. Masukkan 2 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia yang berisi
air 25 ml dan aduk
b. Ambil sebanyak 5 ml larutan, masukkan ke dalam tabung
sentrifugal dan sentrifus
c. Pisahkan sentrat (cair) dari endapan (padat) dengan cara
dekantasi ( dengan menuang cairan pelan pelan ke dalam tabung
reaksi lain)
d. Sisa larutan (dalam gelas kimia) saring dengan kertas saring,
filtratnya ditampung (cair).

ii. Garam dapur - Air


a. Larutkan garam dapur yang kotor dengan air sesedikit mungkin
b. Saring dengan menggunakan kertas saring dan corong
c. Uapkan filtratnya (dalam cawan penguap) sampai kering, hentikan pemanasan
jika sudah kering

iii. CuSO4-Air
a. Larutkan 5 g tembaga sulfat, CuSO4 kedalam 25 ml air dalam gelas piala kecil (saring
bila perlu)
b. Tambahkan batu didih dan uapkan hingga volume tinggal kira-kira 10 ml
c. Hentikan pemanasan dan biarkan dingin tanpa digoyang

3
iv. Naftalen
a. Masukkan sedikit naftalen kedalam cawan penguap
b. Tutup cawan penguap dengan kaca arloji yang diisi air.
c. Panaskan cawan penguap dengan hati-hati
d. Apakah hasil percobaan mengalami perubahan sifat ?

v. Gula pasir
a. Masukkan ± 1 sendok makan gula pasir kedalam tabung reaksi
b. Tambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat
c. Apakah hasil percobaan mengalami perubahan sifat ?

ii. Kromatografi Kertas


1. Gunting kertas saring dengan ukuran, 3cm x 15 cm
2. Lipatlah bagian atas kertas saring pada kayu kecil (pensil) dan rekatkan ujungnya
menggunakan selotip
3. Masukkan kertas saring sedemikian rupa ke dalam gelas plastik, sehingga ujung
bawahnya tepat menyentuh dasar gelas dan tidak terlipat
4. Keluarkan kertas saring, kemudian gambarlah garis mendatar (menggunakan
penggaris) sekitar 2 cm dari ujung bawah kertas dengan spidol berwarna merah
atau biru, atau mana yang disukai
5. Sekarang isilah gelas dengan campuran air dan CHCl3 dengan perbandingan 1:1,
banyaknya pelarut sekitar 1 – 1,5 cm dari dasar gelas
6. Masukkan kertas saring dengan hati-hati, jangan sampai tinta pada kertas
menyentuh pelarut
7. Kertas akan mengadsorpsi pelarut yang mengandung air dan gugus hidroksil,
sehingga pelarut akan bergerak ke atas secara kapilaritas
8. Perhatikan naiknya pelarut dan tinta. Tunggu sampai pelarut hampir mencapai
bagian atas kertas ( sekitar 0,5 cm dari ujung atas kertas)
9. Keluarkan kertas, biarkan kering di udara
10. Ukur jarak pelarut dan noda dari ujung batas bawah
+

kayu
kertas saring

4
E. Tugas
1. Tulis pengamatan dan pendapat saudara tentang percobaan 1-i (campuran
kapur-air)
2. Tulis pengamatan dan pendapat saudara tentang percobaan 1-ii (campuran
garam dapur – air)
3. Tuliskan pengamatan dan pendapat saudara untuk percobaan 1-iii (CuSO4 –
H2O)
4. Tuliskan pengamatan dan pendapat saudara untuk percobaan 1-iv (penguapan
naftalen)
5. Tuliskan pengamatan dan pendapat saudara untuk percobaan 1-v (gula pasir
dan asam sulfat)
6. Hitung nilai Rf pada percobaan (ii) atau kromatografi kertas

F. Pertanyaan
1. apa perbedaan perubahan sifat kimia dan fisika dan beri contoh lain masing-
masing 3 contoh ?
2. Apakah perbedaan campuran dan larutan ?

5
PERCOBAAN II.
REAKSI KIMIA & STOIKIOMETRI

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami terjadinya reaksi kimia dengan cara mengamati semua perubahan
yang terjadi dan menemukan karakteristik tipe tiap reaksi
2. Menentukan stoikiometri reaksi kimia berdasarkan pengukuran sifat fisik yang
teramati dalam reaksi kimia

B. Teori Percobaan
1. Reaksi Kimia
Dalam ilmu kimia, reaksi merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat
kimia dari suatu atau berbagai zat. Sifat-sifat kimia kemudian dicatat sebagai data
kualitatif maupun kuantitatif. Dengan mengklasifikasikan reaksi-reaksi kimia, akan
dapat membantu dalam memahami apa yang terjadi dalam reaksi, sehingga dapat
meramalkan produk apa yang dihasilkan dalam reaksi kimia tertentu
Ada 5 jenis reaksi kimia :
a. Reaksi sintesis adalah satu jenis senyawa akan terbentuk dari dua zat
atau lebih, jenis reaksi ini dinamakan juga reaksi penggabungan.
A+Z AZ
b. Reaksi penguraian adalah pecahnya suatu senyawa menjadi dua zat atau
lebih, biasanya dengan memasok kalor.
AZ A+Z
c. Reaksi penggantian tunggal adalah reaksi dimana satu unsur
menggantikan unsur lain dalam senyawa.
A+BZ AZ + B
d. Reaksi penggantian rangkap atau ganda adalah reaksi dimana dua zat
dalam larutan bertukar pasangannya, maksudnya anion dari salah satu
zat bertukar anion dari senyawa lain.
AX + BZ AZ + BX
e. Reaksi netralisasi adalah reaksi dimana asam dan basa bereaksi
membentuk garam dan air.
HX + BOH BX + HOH

6
2. Stoikiometri
Dalam ilmu kimia, stoikiometri merupakan konsep dasar dalam memahami
hukum dasar pembentukan senyawa dan reaksi kimia, melalui perhitungan
perbandingan mol unsur-unsurnya dalam senyawa atau molekul-molekulnya
dalam suatu reaksi. Penentuan ini mudah dilakukan secara praktis di laboratorium
Stoikiometri senyawa, mempelajari perbandingan unsur-unsur yang terdapat
dalam suatu senyawa secara kuantitatif, yang dinyatakan dengan perbandingan
molnya, sehingga akan diperoleh rumus empiris dan rumus molekul senyawa
tersebut
Dalam percobaan ini akan dipelajari salah satu cara untuk mempelajari
stoikiometri beberapa reaksi. Dasar percobaan ialah metoda “variasi kontinyu”.
Dalam metoda ini dilakukan sederetan pengamatan yang kuantitas molar
totalnya sama tetapi masing masing kuantitas molar pereaksinya berubah
ubah (bervariasi). Salah satu sifat fisika tertentu dipilih untuk diperiksa, seperti
misalnya massa, volume, suhu dan daya serap. Oleh karena kuantitas
pereaksinya berlainan, perubahan harga sifat fisika dari sistem ini dapat
digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Bila digambarkan grafik aluran sifat
fisika yang diamati (diukur) terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan diperoleh
suatu titik maksimum atau minimum yang sesuai dengan titik stoikiometri sistem,
yaitu menyatakan perbandingan pereaksi- pereaksi dalam senyawa.

C. Bahan-bahan dan Alat-alat yang digunakan


i. Bahan-bahan
No Bahan-bahan
1 CuSO4.5H2O kristal
2 H2SO4 1 M
3 CuSO4 1M
4 NaOH 2M

ii. Alat-alat
No Alat-alat
1 Gelas ukur

7
2 Batang pengaduk
3 Pemanas
4 Kaca arloji
5 Neraca analitik

D. Prosedur Percobaan
1. Sistem CuSO4 - NaOH
a. Gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M dengan temperatur sama
b. Masukkan 40 ml NaOH ke dalam gelas kimia, catat temperaturnya
c. Sementara diaduk, tambahkan 10 ml larutan CuSO4 yang diketahui temperatur
awalnya
d. Amati temperatur campuran (hal yang perlu diperhatikan, temperatur NaOH
dan CuSO4 sebelum pencampuran harus diatur agar sama)
e. Ulangi percobaan dengan menggunakan 30 ml larutan NaOH dan 20 ml larutan
CuSO4 dan seterusnya seperti tabel
f. Buat larutan CuSO4 & NaOH seperti tabel berikut:
NaOH 2 M CuSO4 1 M TM TA ∆T
ml ml (oC) (oC)
20 5
15 10
10 15
5 20
TM = temperatur mula mula TA = temperatur akhir

2. Sistem Asam-Basa
(A) Sistem HCl - NaOH
a. Ke dalam 5 buah gelas piala masukkan berturut turut 5, 10, 15, 20, 25 ml
larutan NaOH
b. Ke dalam 5 buah gelas piala lainnya masukkan berturut turut 5, 10, 15, 20, 25
ml larutan HCl.
c. Ukur temperatur dari tiap tiap macam larutan, hitung harga rata ratanya. (Ini
adalah harga temperatur mula mula, TM).
d. Campur kedua macam larutan sedemikian rupa, sehingga volume campuran
larutan asam dan basa ini selalu tetap yaitu 30 ml

8
e. Amati perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran ini dan dicatat
sebagai temperatur akhir (TA) TA – TM = ΔT.
f. Dengan demikian diperoleh harga ΔT untuk setiap kali pencampuran larutan
asam dan basa, selanjutnya;

NaOH 1M HCl 1M TM TA ΔT
(ml) (ml)
0 30
5 25
10 20
15 15
20 10
25 5

30 0

(B) Sistem NaOH – H2SO4


Lakukan percobaan yang sama seperti (A) terhadap campuran NaOH dan H 2SO4.

E. Tugas

1. Buatlah grafik aluran kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran CuSO 4


- NaOH dan tentukan stoikiometri reaksi berdasarkan titik perubahan kalor
maksimum
2. Buatlah grafik antara T(sumbu y) dan volume asam basa (sumbu x) untuk
campuran HCl – NaOH, tentukan stoikiometrinya berdasarkan grafik
3. Buatlah grafik antara T(sumbu y) dan volume asam basa (sumbu x) untuk
campuran NaOH – H2SO4 tentukan stoikiometrinya berdasarkan grafik

F. Pertanyaan
1. Tuliskan macam-macam hukum dasar dalam stoikiometri, dan berikan masing
masing contohnya.

9
PERCOBAAN III.
TERMOKIMIA

A. Tujuan Percobaan
1. Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana.
2. Menghitung panas netralisasi untuk reaksi asam kuat dan basa kuat.

B. Teori Percobaan
Reaksi kimia akan selalu disertai dengan perubahan energi, artinya selama
reaksi berlangsung sistem kimia harus disertai oleh pelepasan energi ke
lingkungannya atau penyerapan energi dari lingkungannya. Perpindahan energi
dalam bentuk kalor, diukur dengan menggunakan kalorimeter. Setiap perubahan
kalor dapat diukur atau dipelajari dengan percobaan yang sederhana.
Menurut hukum termodinamika perubahan energy yang menyertai perubahan
wujud, dinyatakan dalam rumus ∆E = Q –W
Dimana Q = kalor yang diserap oleh system
W = kerja yang dilakukan oles system
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap. Kerja dirumuskan
dengan persamaan W = P∆V, dimana P = tekanan gas dan ∆V = perubahan volume
untuk system gas.
Oleh karnanya pada tekanan tetap ∆E = Q - P∆V
Bila ∆V = 0, maka ∆E = Q. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut
entalpi (∆H), untuk reaksi kimia ∆H adalah kalor reaksi.
∆H suatu reaksi kimia dapat ditetapkan dengan mengukur perubahan suhu yang
mengiringi reaksi sejumlah reagen tertentu, lalu dikoreksi dengan kalor yang di serap
oleh kalorimeter ( tetapan kalorimeter ).

C. Bahan-bahan dan Alat-alat yang digunakan


i. Bahan-bahan
No. Bahan
1 HCl 1 M 3 Aquades
2 NaOH 1 M 4 Serbuk gergaji

10
ii. Alat-Alat
No. Alat
1 Gelas piala
2 Gelas ukur
3 Termometer
4 Kalorimeter

D. Prosedur Percobaan
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
a. Ukur 40 ml air suling dengan gelas ukur
b. Tuangkan kedalam kalorimeter
c. Tutuplah kalorimeter yang telah dilengkapi dengan thermometer dan alat
pengaduk , catat suhu ( Td )
d. Ukur lagi 40 ml air suling dengan gelas ukur
e. Tuangkan kedalam gelas piala kering dan panaskan air ini sampai 40° -
50°C
f. Ukur suhu air panas dengan tepat ( Tp ) dengan thermometer yang sama.
g. Dengan hati-hati dan cepat cairan ( f ) kedalam kalorimeter dan tutup
kembali. aduk atau kocok campuran tersebut
h. Suhu larutan akan segera mencapai maksimum, perlahan-lahan turun bila
mulai turun catat suhu setiap 1 menit sampai tidak ada lagi perubahan
suhu.
i. Tentukan tetapan kalorimeternya .

Dengan menganggap bobot 40 ml air suling adalah 40 gram dan kalor jenis
air adalah 4,184 J/g°C, maka tetapan kalorimeter dapat dihitung dari
persamaan:
C Mp ( Tp – Tm ) = C Md ( Tm – Td ) + W ( Tm – Td )
Dimana
C = kalor jenis air 4,184 J/g°C
Mp = bobot air panas
Md = bobot air dingin
Tp = suhu air panas sebelum bercampur
11
Td = suhu air dingin sebelum bercampur
Tm = suhu campuran
W = tetapan kalorimeter, J/°C
2. Penentuan ∆H netralisasi untuk reaksi asam basa
a. Ukur 40 ml larutan NaOH 1M masukkan kedalam kalorimeter
b. Ukur dan catat temperature NaOH ini
c. Ukurlah 40 ml larutan HCl 1M masukkan kedalam gelas piala 150 ml .
d. Ukurlah suhu larutan asam tersebut (usahakan temperature kedua larutan
tersebut sama)
e. Bila suhu sudah sama masukkan larutan asam cepat-cepat kedalam
kalorimeter, aduk dan catat suhu maksimum seperti pada prosedur 1
f. Tentukan ∆H netralisasi reaksi HCl dan NaOH diatas

Kalor netralisasi diperoleh dari :


Q = C M ( Tf – Ti ) + W (Tf – Ti)
Q = ( 4,284 J/g°C ( 80 g ) ( Tf – Ti ) + W ( Tf – Ti )

Dimana :
Tf = suhu campuran
Ti = suhu pereaksi sebelum dicampur
Q = kalor yang diserap oleh sekeliling.

H dinyatakan dalam J/mol, karena tekanannya tetap maka ∆H dicari


dengan membagi Q oleh jumlah mol yang bereaksi ( 0,0401 X 1,0 mol/L )
= 0,010 mol

∆Hreaksi = -Q sekeliling
0,040

12
PERCOBAAN IV.
KESETIMBANGAN

A. Tujuan Percobaan: Mempelajari reaksi-reaksi setimbang


B. Teori
Secara termodinamika reaksi kimia dapat dibagi atas tiga macam yakni :
1. Reaksi spontan
2. Reaksi tak spontan
3. Reaksi kesetimbangan
Ketiga macam reaksi tersebut dikaitkan dengan perubahan energi bebas yang
menyertai reaksi, ∆G negatif menunjukkan reaksi spontan, ΔG positif berlaku bagi
reaksi tak spontan, dan jika tidak terjadi perubahan energi bebas ( ∆G=0), maka
reaksi dalam kesetimbangan.

Pada umumnya reaksi kimia adalah reaksi kesetimbangan. Reaksi


kesetimbangan dapat dikenal dari sifat makroskopik yang konstan dalam suatu
sistem tertutup (atau dapat dianggap sebagai sistem tertutup) pada temperatur
tertentu.
Agar lebih jelas, perhatikan penguraian batu kapur dalam wadah tertutup pada
gambar di atas
Pada keadaan awal (a) belum ada CaCO3 yang terurai, PCO2 = 0. Dibagian (b)
menunjukkan bahwa keadaan pada temperatur konstan 800oC mula mula tekanan
CO2 dari waktu ke waktu naik terus, tetapi setelah mencapai 190 mmHg, tekanan
CO2 tidak berubah lagi. Tekanan yang tidak berubah lagi ini menunjukkan
keadaan kesetimbangan, atau dengan perkataan lain reaksi kesetimbangan
dalam sistem tertutup pada temperatur tertentu ditandai oleh sifat makroskopik
(dalam hal ini tekanan), yang konstan
13
Contoh lain dari keadaan kesetimbangan adalah peristiwa pelarutan kristal iod
dalam air. Kristal I2 mula mula larut membentuk larutan berwarna kuning. Semakin
lama larutan berwarna lebih gelap kecoklatan dan akhirnya coklat tua, sementara
dalam larutan masih terdapat kristal yang jumlahnya juga tetap. Warna larutan
yang coklat tua tersebut tidak berubah lagi, artinya kesetimbangan telah tercapai.
Dari dua contoh diatas dapat diambil kesimpulan yaitu bahwa kesetimbangan
dalam sistem tertutup pada temperatur tertentu mempunyai sifat makroskopik
yang konstan. Tetapi bagaimana menerangkan suatu kesetimbangan itu ? Untuk
menerangkan kesetimbangan perlu diamati gejala molekuler apa saja yang terjadi
dalam molekul pada kesetimbangan.
Kedalam larutan jenuh I2 ditambah kristal I2 yang radioaktif. Beberapa saat
kemudian diamati. Ternyata bukan saja kristal tetapi larutan juga radiaktif. Fakta
ini menunjukkan bahwa ada I2 dari kristal yang larut dan ada I2 dari larutan yang
mengendap dengan kerapatan dan kecepatan yang sama, mengingat bahwa
warna larutan tidak berubah.
Jadi kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dinamik, artinya, proses
melekuler tetap berlangsung tetapi diimbangi dengan tidak terjadinya perubahan
sifat makroskopik.
Perhatikan nyala dari pembakar bunsen. Nyala pembakar mempunyai bentuk
tertentu yang tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa sifat makroskopiknya
konstan. Kemudian, jika di ukur temperatur pada bagian tertentu dari nyala
tersebut diperoleh harga yang tetap. Namun nyala pembakar tersebut bukan
suatu kesetimbangan karena selalu terjadi perubahan kimia, selama proses
pembakaran ada zat baru yang masuk ke pembakar dan ada zat yang keluar
sebagai hasil reaksi. Nyala pembakar yang diamati sehari hari berlangsung
dengan sistem terbuka yang disebut “steady state”
Persoalan yang kemudian timbul adalah bagaimana menentukan kuantitas
sifat makroskopik dalam kesetimbangan. Pada contoh pertama di atas kuantitas
sifat makroskopik yang diukur adalah tekanan. Bagaimana kalau sifat yang
diamati adalah warna larutan seperti dalam keadaan berikut ini ?
Larutan besi (III) nitrat direaksikan dengan larutan ion tiosianat menghasilkan
senyawa yang berwarna merah. Warna ini disebabkan terbentuknya sistem ion
koordinasi.

14
Berdasarkan konsentrasi pereaksi, reaksi ion besi (III) dengan ion tiosianat
dapat menghasilkan sederet senyawa koordinasi salah satu diantaranya adalah
FeSCN2+ yang berwarna merah, sesuai dengan reaksi :
Fe3+ (aq) + SCN- (aq) <==> FeSCN2+ (ag)

Bagaimana menentukan konsentrasi larutan FeSCN2+ yang berwarna merah


ini Konsentrasi larutan berwarna dapat diperkirakan secara visual dengan cara
membandingkan cuplikan dengan sederet larutan yang diketahui konsentrasinya
(larutan standar). Tinggi larutan semuanya = b.

C. Bahan-bahan dan Alat-alat yang digunakan


i. Bahan-bahan
No. Bahan Konsentrasi No. Bahan Konsentrasi
1 KSCN 0,002 M & pekat 9 NiCl2 0,2 M
2 Fe(NO3)3 0,2 M 10 NH4OH 2M
3 Na2HP04 kristal 11 K3Fe(CN)6 0,1 M
4 K2CrO4 0,1 M 12 Dimetil glioksim 1%
5 Pb Asetat 0,1 M 13 NH4 Asetat 0,1 M
6 H2SO4 2 M, pekat 14 MgCl2 0,1 M
7 HCl 2M 15 NH4Cl 0,1 M
8 Alkohol 90 % 16 FeSO4 0,1 M

ii. Alat-alat
No. Alat
1 Erlenmeyer
2 Tabung reaksi
3 Pipet tetes

15
D. Prosedur Percobaan
1. Kesetimbangan Besi(III) tiosianat
a. Masukkan 10 ml KSCN 0,002 M ke dalam erlenmeyer atau gelas kimia
b. Tambahkan dua atau tiga tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M
c. Bagi larutan ini ke dalam 4 tabung reaksi
d. Gunakan tabung reaksi pertama sebagai pembanding
e. Ke dalam tabung reaksi kedua tambahkan 1 tetes KSCN pekat
f. Ke dalam tabung reaksi ketiga tambahkan 3 tetes Fe(NO3) 0,2 M
g. Ke dalam tabung reaksi keempat tambahkan sebutir Na2HP04
h. Catat semua peristiwa yang terjadi

2. Kesetimbangan Tiosianat-Besi (III) yang semakin encer


a. Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan beri nomor 1, 2, 3, 4 dan 5, ke
dalam ke-5 tabung reaksi ini masukkan masing masing 5 ml KSCN 0,002
M
b. Pada tabung reaksi pertama tambahkan 5 ml larutan Fe(NO 3)3 0,2M,
tabung reaksi pertama ini digunakan sebagai standar.
c. Pipet 10 ml Fe(NO3)3 0,2 M, dan tambahkan air sehingga volumenya
menjadi 25 ml. Ambil 5 ml dari larutan ini dan masukkan ke dalam tabung
reaksi kedua. Selebihnya disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
d. 10 ml larutan Fe(NO3)3 dari (c) ditambah air sehingga volume tepat menjadi
25 ml. Pipet 5 ml larutan ini dan masukkan ke dalam tabung reaksi 3.
Lakukan pengerjaan yang sama sampai dengan tabung ke 5
e. Catatan : Sebelum praktikum saudara harus sudah menghitung
konsentrasi Fe3+ dan SCN- sebelum terjadi kesetimbangan dalam masing-
masing tabung reaksi dari tabung 1 sampai dengan nomor 5
f. Bandingkan warna larutan pada tabung ke 2 dengan tabung standar (ke 1)
untuk menghitung konsentrasi FeSCN2+. Jika intensitas warna larutan tidak
sama, keluarkan larutan dari tabung standar setetes demi setetes dengan
pipet tetes, sampai kedua tabung tersebut menunjukkan intensitas warna
yang sama dan ukur tinggi larutan dalam masing masing tabung, satuan

16
mm (larutan yang dikeluarkan tadi dimasukkan ke dalam tempat yang
bersih agar selalu dapat dipergunakan kembali)
g. Selanjutnya dengan cara ini samakan intensitas warna larutan pada tabung
ke 3 dan 1, tabung 4 dan 1, dan akhirnya 5 dan 1

Catatan:
Dalam perhitungan dianggap bahwa :
a. Larutan Fe(NO3)3 dan KSCN dalam keadaan ion
b. Pada tabung pertama dianggap bahwa semua ion tiosianat bereaksi
menjadi FeSCN2+
c. Kerjakan perhitungan tersebut di bawah ini untuk tabung 2 s/d tabung 5

4. Ion dalam kesetimbangan


a. Ke dalam 0,5 ml larutan timbal (II) tambahkan beberapa tetes larutan
K2CrO4, sentrifus endapan
b. Ke dalam 0,5 ml larutan timbal (II), tambahkan beberapa tetes H 2SO4 2 M
dan beberapa tetes alkohol. Sentrifus endapan. Periksa apakah endapan
melarut dalam amonium asetat. Periksa juga dengan H2SO4 pekat dan HCl.
Jika diperlukan panaskan larutan tersebut. Amati juga setelah dingin.
c. Ke dalam 0,5 ml larutan Ni (II), tambahkan 3 tetes NH4OH 2M, kemudian
tambahkan lagi beberapa tetes dimetilglioksim. Catat apa yang terjadi ?
d. Ke dalam larutan Fe (II) tambahkan beberapa tetes K3Fe(CN)6. Catat apa
yang terjadi? Ke dalam larutan Fe (III) tambahkan beberapa tetes
K4Fe(CN)6. Catat apa yang terjadi?
e. Ke dalam 0,5 ml larutan Mg(II), tambahkan larutan NH4OH. Catat apa yang
terjadi?
f. Ke dalam 0,5 ml larutan Mg (II), tambahkan 0,5 ml larutan NH4OH
kemudian 0,5 ml NH4Cl. Catat apa yang terjadi, dan bandingkan hasilnya
dengan percobaan (5)

17
E. Tugas

1. Tuliskan rumus tetapan kesetimbangan untuk reaksi berikut ini :


Zn(s) + CO2 (s) <===> ZnO (s) + CO (g)
MgSO4 (s) <===> MgO (s) + SO3 (g)
NO (g) <===> ½ N2 (g) + ½ O2 (g)

2. Nyatakan hubungan antara K1 dan K2 dari reaksi berikut :


2 H2 (g) + O2 (g) <===> 2 H2O (g)…..K1
H2 (g) + ½ O2 <===> H2O (g)………K2

3. Buktikan K3 = K1 K2 dari reaksi berikut :


2 NO (g) + O2 (g) <===> 2 NO2 (g)……K1
2 NO2 (g) <===> N2O4 (g)…….K2
2 NO (g) + O2 (g) <===> N2O4 ………K3

4. Pembuatan NH3 dari reaksi H2 dan N2 adalah sebagai berikut :


1 3
N2 + H2 <===> NH3 ∆H = -11,0 kkal
2 2
Bagaimana hasil reaksi NH3, jika
a. Campuran reaksi dikecilkan volumenya
b. Temperatur reaksi dinaikkan
c. Penambahan H2

18
PERCOBAAN V.
HASIL KALI KELARUTAN

A. Maksud Percobaan; Mempelajari pengaruh konsentrasi ion pada


pembentukan endapan.

B. Teori
Endapan elektrolit akan terjadi didalam larutan bila hasil kali konsentrasi
ion-ion elektrolit ini Iebih besar dari hasil kali kelarutannya (Ksp). Sebaliknya, bila
hasil kali dari konsentrasi ion-ion lebih kecil dari Ksp maka tidak akan terjadi
endapan. Dalam larutan jenuh, hasil kali dari konsentrasi ion-ion sama dengan
Ksp.

AB ↔ A+ + B-

Ksp = [A+][B-]

C. Bahan-Bahan dan Alat-Alat yang Digunakan


i. Bahan-bahan
No. Zat Konsentrasi No. Zat Konsentrasi
1 NaCl Jenuh 6 AgNO3 0,1 M
2 NaCl 0,1 M 7 K2CrO4 0,1 M
3 HCl Pekat 8 H2SO4 0,1 M
4 NaOH Pekat 9 CuSO4 0,1 M
5 Pb(NO3)2 0,1 M 10 NH4OH 0,1 M

ii. Alat-alat
No. Alat
1 Tabung reaksi
2 Gelas ukur
3 Pipet

19
D. Prosedur Percobaan
1. Penambahan ion sejenis (ion sekutu)
a. Isi dua tabung reaksi masing-masing dengan 1 ml larutan NaCI jenuh
b. Kedalam tabung reaksi pertama tambahkan 1 ml larutan HCl pekat
c. Kedalam tabung reaksi kedua tambahkan 1 ml larutan NaOH pekat
d. Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.

2. Mengendapkan garam-garam yang sukar larut


a. Isi dua tabung reaksi masing-masing dengan 1 ml larutan Pb(N0 3)2
b. Buat tanda A dan B pada kedua tabung reaksi tersebut
c. Kedalam tabung reaksi A tambahkan 1 ml larutan NaCI 1 M
d. Kedalam tabung reaksi B tambahkan 1 ml larutan NaCI 0,1M
e. Selanjutnya kedalam setiap tabung tambahkan 8 ml akuades
f. Kocok kedua tabung dan biarkan beberapa menit sehingga semua zat
padat turun kebawah
g. Bandingkan banyaknya endapan di kedua tabung reaksi
h. Sediakan tiga tabung reaksi lain dan masing-masing isi dengan 1 ml
larutan jernih dari tabung reaksi A
i. Kedalam tabung reaksi pertama tambahkan 2 tetes larutan
AgNO3

j. Kedalam tabung reaksi kedua tambahkan 2 tetes larutan K 2CrO4

k. Kedalam tabung reaksi ketiga tambahkan 2 tetes larutan H 2SO4

l. Amati apa yang terjadi.

3. Melarutkan endapan dengan pembentukan ion kompleks


a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 1 ml larutan CuS0 4
b. Tambahkan 1 tetes larutan NaOH
c. Amati apa yang terjadi
d. Selanjutnya, teteskan kedalam tabung ini 1 ml NH 40H
20
e. Amati perubahan yang terjadi

E. Tugas
1. Tulis pengamatan saudara pada percobaan (5-1),
disertai reaksi lengkap dan berikan komentar saudara
2. Tulis semua pengamatan serta reaksi lengkap dan
komentar saudara pada percobaan (5-2)
3. Hal yang sama untuk percobaan (5-3)

F. Pertanyaan
1. Bagaimana hubungan antara Kelarutan dan Ksp
2. Ceritakan bagaimana terjadinya pengendapan suatu zat
dalam larutannya

21
PERCOBAAN VI.
REDOKS
A. Maksud Percobaan : Memperkenalkan beberapa reaksi redoks

B. Teori
Peristiwa pelepasan elektron disebut peristiwa oksidasi, dan peristiwa
pengikatan elektron disebut peristiwa reduksi. Jika ada zat yang melepaskan
elektron, maka ada pula zat yang menerima elektron tersebut, atau reaksi
oksidasi akan terjadi bersamaan dengan reaksi reduksi. Reaksi reduksi
oksidasi ini disebut reaksi redoks. F, C1, Br dan I adalah unsur-unsur yang
termasuk kelompok halogen. Unsur ini berupa oksidator, dan daya oksidasinya
menurun dari F ke I.

C. Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan


i. Bahan-bahan
No. Zat Konsentrasi No. Zat Konsentrasi
1 KI 0,1 M 7 NaOH 0,1 M
2 KBr 0,1 M 8 H2O2 3%
3 CaOCl2 0,1 M 9 KMnO4 0,05 M
4 Air Brom - 10 H2SO4 2M
5 CCl4 / CHCl3 - 11 H2C2O4 10 %
6 CrCl3 0,1 M

ii. Alat-alat yang digunakan


No. Alat No. Alat
1 Tabung reaksi 6 Rak tabung reaksi
2 Gelas ukur 7 Kawat kasa
3 Pipet tetes 8 Kaki tiga
4 Gelas piala 9 Pemanas
5 Pipet ukur 5 ml

22
D. Prosedur Percobaan
1. Reaksi redoks pada halogen
a. Isi tabung reaksi dengan 2 ml larutan KI
b. Tambahkan 1 ml CCl 4 dan 5 tetes air klor
c. Kocok dan amati perubahan yang terjadi
d. Ulangi percobaan ini dan ganti larutan KI dengan larutan KBr
e. Isi sebuah tabung reaksi lain dengan 2 ml larutan KI
f. Tambahkan 1 ml CCl4 dan 5 tetes air brom
g. Kocok dan amati perubahan yang terjadi
2. Hidrogen Peroksida Sebagai Oksidator dan Reduktor
i. H2O2 sebagai oksidator
a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml larutan CrCl 3
b. Tambahkan 3 ml larutan NaOH
c. Selanjutnya tambahkan 5 ml larutan H2O2
d. Amati perubahan yang terjadi
ii. H2O2 sebagai reduktor
a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml larutan KMn0 4 dan 3 ml larutan
H2SO4
b. Tambahkan 5 ml larutan H2O2
c. Amati perubahan yang terjadi
3. Menentukan Molaritas Asam Oksalat
a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 5 ml larutan H2C204 dan 2 ml larutan
H2SO4
b. Masukkan tabung reaksi ini ke dalam air mendidih selama 2 menit
c. Isi pipet ukur dengan 5 ml larutan KMn0 4
d. Teteskan larutan KMn04 ini kedalam tabung reaksi yang berisi H 2C204 dan
H2SO4 sambil menggoyangkan tabung reaksi hingga warna larutan
berubah menjadi merah muda
e. Catat volume larutan KMn0 4 yang terpakai
f. Ulangi percobaan ini sampai volume larutan KMn0 4 yang terpakai tidak
jauh berubah
0,1 𝑥 𝑉𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑠. 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 =
5

23
E. Tugas
1. Tulis reaksi yang terjadi dan pengamatan saudara pada percobaan (6-1), (6-
2i, 6-2ii)
2. Hitung molaritas asam oksalat pada percobaan (6-3)

24
PERCOBAAN VII.
I N DI K AT O R & P E N E N T U AN pH

A. Maksud Percobaan : Menentukan pH dari berbagai bahan


B. Teori
Indikator adalah asam atau basa organik lemah yang warnanya berubah
pada suatu pH tententu. Misalnya indikator lakmus, rnempunyai daerah perubahan
warna antara pH 5,5 sampai 8,0. Dibawah pH 5.5 warna Iakmus adalah merah, dan
diatas pH 8.0 warnanya biru. Indikator ini dapat dibuat dalam bentuk kertas ataupun
datam bentuk larutan. Beberapa indikator yang dibuat dalam bentuk larutan adalah
:
Metil orange, daerah perubahan warna antara pH 3,1 - 4,4
Brom timol biru, daerah perubahan warna antara pH 6,0 - 7,6
Fenolftalein, daerah perubahan warna antara pH 8,2 - 10.0. Indikator yang dibuat
dalam bentuk kertas antara lain adalah lakmus dan kertas indikator universal (kertas
pH). Indikator universal ini mempunyai warna tertentu pada setiap harga pH.
Dengan memakai indikator dapat diperkirakan harga pH suatu larutan.

C. Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan


i. Bahan-bahan
No. Zat No. Zat
1 Air kapur 6 Kertas saring
2 Air jeruk 7 HCl, 0,1 M
3 Air hujan 8 NaOH, 0,1 M
4 Kertas pH 9 Metil orange
5 Fenolftalein 10 Brom timol biru
ii. Alat-alat yang dipakai
No. Alat
1 Pipet tetes
2 Tabung reaksi
3 Gelas ukur

25
4 Corong
5 Plat tetes

D. Prosedur Percobaan
1. Penentuan warna indikator dalam asam dan basa
a. Sediakan sebuah plat tetes
b. Isi lubang plat tetes masing-masing dengan 10 tetes air suling
c. Kedalam lubang kedua, tambahkan 1 tetes larutan HCl 0,I M
d. Pada lubang ketiga tambahkan 1 tetes larutan NaOH 0,1 M
e. Tambahkan pada masing-masing larutan, 1 tetes indikator metil orange
f. Amati warna masing-masing larutan
g. Ulangi percobaan diatas dengan memakai indikator fenolftalein dan brom
timol biru

2. Penentuan pH Air
a. Teteskan 1 tetes air suling pada sepotong kertas indikator universal
b. Setelah kering bandingkan warnanya dengan warna standar, catatlah
berapa pHnya
c. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan air leding, air sumur, air
kapur, air jeruk dan air hujan

3. Penentuan pH Tanah
a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 1 sendok tanah
b. Tambahkan 10 ml air suling
c. Kocok beberapa menit dan saring
d. Sediakan 2 tabung reaksi
e. Masing-masing tabung tambahkan 1 ml air saringan tadi
f. Pada tabung reaksi pertama tambahkan 2 fetes brom timol biru
g. Perhatikan warna larutan
h. Berdasarkan hasil pengamatan, tentukanlah apakah tanah yang diperiksa
bersifat asam, netral atau basa.
i. Bila tanah yang diperiksa bersifat asam, tambahkan 2 tetes indikator metil
orange kedalam tabung reaksi kedua

26
j. Tetapi bila tanah yang diperiksa bersifat basa, tambahkan 2 fetes indikator
fenolftalein kedalam tabung reaksi kedua

4. Membuat Larutan Buffer


a. Larutkan 1 g NH4Cl dalam 8,5 ml NH4OH pekat
b. Encerkan dengan akuades sampai volume 15 ml dalam gelas ukur
c. Tentukan pH dengan kertas pH universal

E. Tugas
1. Tuliskan pengamatan saudara pada percobaan (7-1)
2. Tuliskan pengamatan saudara dan tentukan berapa pH air pada percobaan (7-
2)
3. Tuliskan pengamatan saudara dan tentukan berapa pH tanah pada percobaan
(7-3)
4. Tuliskan pengamatan saudara dan tentukan berapa pH buffer yang saudara
buat pada percobaan (7-4)

27
PERCOBAAN VIII.
AS AM B AS A
A. Maksud Percobaan :
1. Membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai konsentrasi
2. Menentukan drajat ionisasi asam lemah dan basa lemah
B. Teori Penrcobaan :
konsep asam dan basa didasarkan pada beberapa sifat yang ditunjukkan
oleh sekelompok senyawa dalam larutannya dalam air. Berdasarkan sifat-
sifat yang ditunjukkan tersebut, asam adalah senyawa yang mempunyai rasa
asam, dan memerahkan lakmus biru. Basa adalah senyawa yang mempunyai
rasa pahit, dan membirukan lakmus merah. Dalam larutan air, asam
menghasilkan H+ dan basa menghasilkan OH-, ion H+ dari asam dan ion OH-
dari basa dapat bereaksi membentuk H 2O sehingga larutan yang terjadi
bersifat netral.
Indicator asam basa merupakan senyawa yang warnanya dalam larutan
asam maupun basa berbeda. Tidak semua indicator berubah warnanya pada
pH yang sama. Beberapa indicator berubah warnanya pada pH 7, yang lain
pH 4, 5, atau 6, 8 dan seterusnya. Perubahan warna indicator bergantung
pada konsentrasi H+ dalam larutan, maka indicator asam basa dapat
digunakan untuk memperkirakan keasaman atau kebebasan suatu larutan.

C. Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan


I. Bahan-bahan
No. Zat No. Zat
1 HCl, 0,1 M 6 Metil orange
2 NaOH 0,1M
3 CH3COOH 0,1N
4 NH4OH 0,1N
5 Fenolftalein
II. Alat-alat yang dipakai
No. Alat
1 Gelas Piala

28
2 Tabung reaksi
3 Gelas ukur
4 Batang pengaduk
5 Pipet tetes

D. Prosedur Percobaan
1. Persiapan larutan standar yang mengandung H +
i. Buatlah dengan cara pengenceran larutan :
- 50 ml larutan HCl 10-2 N dari larutan HCl 10 -1 N
- 50 ml larutan HCl 10 -3 N dari larutan HCl 10 -2 N
- 50 ml larutan HCl 10 -4 N dari larutan HCl 10 -3N
- 50 ml larutan HCl 10 -5 N dari larutan HCl 10 -4 N
ii. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering isi masing-masing
tabung reaksi tersebut dengan larutan-larutan HCl (i) beri nomor dari
konsentrasi bear ke yang kecil.
iii. Tambahkan tiap tabung reaksi 2 tetes indikator metil orange (MO) aduk
sempurna , perhatikan dan catat warna tiap tabung reaksi ( larutan ini
sebagai standar percobaan berikutnya).
iv. Buat lagi sederet larutan seperti ii.
v. Tambahkan tiap tabung reaksi 2 tetes indikator metil violet , aduk
sempurna. Perhatikan dan catat warna tiap tabung reaksi.
2. Menentukan derajat ionisasi asam asetat
i. Masukkan 5 ml larutan asam asetat 0,1 M kedalam tabung reaksi
ii. Tambahkan 2 tetes indikator metil orange (MO) aduk sempurna.
iii. Tentukan konsentrasi H+ dalam larutan ini dengan membandingkan
larutan standar (1).
iv. Lakukan juga penentuan ini untuk 5 ml larutan asam asetat 1 N dengan
menggunakan indikator metil orange dan metil violet .
3. Persiapan larutan standar yang mengandung OH -
i. Buatlah 50 ml larutan-larutan yang mengandung OH - 10-2 , 10-3, 10-4, dan
10-5 N dari larutan NaOH 10 -1 N dengan cara yang sama seperti
percobaan 1 .

29
ii. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering, isikan 5 ml larutan diatas
kedalam tiap tabung reaksi seperti percobaan 1.
iii. Tambahkan tiap tabung reaksi 2 tetes indikator fenolftalin (PP) aduk
sempurna, perhatikan dan catat warna tiap tabung reaksi. ( larutan ini
sebagai standar untuk percobaan berikut.
iv. Buat lagi sederet larutan seperti ii.
v. Tambahkan tiap tabung reaksi 2 tetes indikator timolftalin aduk
sempurna. Perhatikan dan catat warna tiap tabung reaksi.

4. Penentuan derajat ionisiasi NH 4OH.


i. Masukkan 5 ml larutan NH4OH 0,1 N kedalam sebuah tabung reaksi.
ii. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalin (PP) aduk sempurna.
iii. Tentukan konsentrasi larutan ini dengan membandingkan warnanya
dengan warna larutan standar (3).
iv. Lakukan juga penentuan ini untuk 5 ml larutan NH4OH 1 N dengan
menggunakan indikator timolftalin.

E. Tugas
1. Jelaskan cara menghitung konsentrasi H + dan OH- dari asam kuat dan
asam lemah.
2. Hitunglah derajat ionisasi asam asetat pada percobaan 2 dan NH 4OH
pada percobaan 4.
F. Pertanyaan
1. Bagaimana konsep asam basa menurut :
 Arkhenius
 Brounsted Lowrey
 Lewis
2. Apakah yang dimaksud dengan :
 Indikator
 Asam konyugasi dan basa konyugasi

30
DAFTAR PUSTAKA

1. ITB, “Petunjuk Praktikum Kimia Dasar KI-1111”, Departemen Kimia


FMIPA ITB, Bandung, 2005
2. UNRI, “ Penuntun Praktikum Kimia Dasar “ , Jurusan KIMIA FMIPA
UNRI, Pekanbaru 2006.
3. Charles W. Keenan and Donald C. Kleinfelter and Jesse H. Wood,
“General College Chemistry”, 5th , Harper & Row, Publishers, Inc,
Knoxville, Tennesse, 1980.
4. J.E.Brady, “General Chemistry: Principle and Structure”, 5th edition,
John Wiley & Sons, New York, 1990.
5. Mohan, “Chemistry University”, 3rd edition, John Wiley & Sons, New
York, 1975.
6. M.K. Snyder, “Chemistry, Structure and Reaction”, Holt Reinhart and
Winston Inc., London, 1966

31
Lampiran : Format Halaman Depan Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR


(Times New Romans 16 Bold)

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN


(Times New Romans 16)

Oleh :
(Times New Romans 14 Bold)

DEDENG HERMOYO
NIM : 1407123075
(Times New Romans 14)

(Times New Romans 14 Bold)


PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019

32

Anda mungkin juga menyukai