KIMIA DASAR
OLEH
Dra. Khairat, M.Si
Dra. Drastinawati, M.Si
Dra.Zultiniar, M.Si
Praktikum Kimia Dasar merupakan mata kuliah yang termasuk kelompok ilmu
dasar pada program studi S-1 Teknik Kimia dengan beban 1 SKS. Praktikum ini
bertujuan untuk mengasah kemampuan mahasiswa antara lain adalah melakukan
proses-proses dasar teknik pemisah dan pemurnian, menafsirkan karateristk tiap tipe
reaksi kimia, menunjukkan reaksi-reaksi yang dapat berlangsung dua arah, selain
daripada itu juga pengasahan kemampuan dalam penentuan pH larutan, membuat
larutan buffer, pengenceran larutan dan lain-lain.
Penyusunan penuntun praktikum kimia dasar ini disesuaikan dengan kurikulum
2018 program sarjana Teknik Kimia UNRI. Penuntun praktikum kimia dasar ini juga
disusun berpedoman pada beberapa penuntun praktikum kimia dasar dan beberapa
buku kimia dasar yang menjadi acuan perkuliahan kimia dasar. Penuntun ini hanya
digunakan dalam lingkungan sendiri yaitu program studi S1 Teknik Kimia UNRI.
Penulis menyadari penuntun praktikum kimia dasar ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu diharapkan kriktik dan saran demi kesempurnaan
penuntun ini. Mudah-mudahan penuntun praktikum ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti praktikum Kimia Dasar ini.
Penyusun
ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A.Waktu Praktikum
1. Praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh dosen pembimbing.
2. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum.
3. Mahasiswa tidak dibolehkan masuk ruangan sebelum diizinkan dosen/asisten
4. Apabila berhalangan hadir, mahasiswa harus memberitahu dengan surat, dan
praktikum yang ditinggalkan, harus dilakukan pada hari lain sesuai dengan waktu
yang ditentukan oleh dosen/asisten.
5. Mahasiswa yang tidak hadir berturut-turut sebanyak 2 kali, maka praktikum
dinyatakan gagal terhadap mahasiswa yang bersangkutan dan dianggap tidak
lulus dengan nilai E, jika ketidakhadirannya 2 kali berturut-turut pada permulaan
praktikum, maka mahasiswa tersebut dianggap mengundurkan diri dengan nilai
K (kosong).
6. Keterlambatan maksimal 15 menit dengan alasan yang logis,
7. Mahasiswa tidak diizinkan mengikuti praktikum apabila :
a. tidak mengikuti responsi
b. terlambat lebih dari 15 menit
c. tidak mengumpulkan laporan lengkap objek sebelumnya.
iii
C. Alat-alat dan Pereaksi Kimia
1. Sebelum praktikum (setelah selesai responsi), mahasiswa perkelompok
meminjam peralatan yang dibutuhkan, dengan cara menulis daftar pada bon alat
dan menyerahkan kepada teknisi. JANGAN LUPA MEMERIKSA ALAT
SEBELUM DIBAWA, APAKAH UTUH ATAU TIDAK, kemudian alat dibawa
dengan hati-hati ke meja yang telah disediakan
2. Jika ada alat yang pecah atau hilang selama melakukan praktikum, maka
mahasiswa harus mengganti (dengan alat dan merk yang sama) sebelum ujian
praktikum dilaksanakan (yang bertanggung jawab adalah kelompok bukan
mahasiswa yang memecahkan, dan anggota kelompok tidak boleh menyalahkan
mahasiswa yang bersangkutan)
3. Sebelum dan sesudah praktikum, alat-alat harus dalam keadaan bersih (secara
kimia) dan kering. Untuk itu alat-alat gelas harus dicuci dengan deterjen , dibilas
dengan air kran dan terakhir bilas dengan akuades, lalu dilap dengan lap kain
(setiap mahasiswa harus menyediakan lap kain yang bersih dan tidak dibenarkan
saling meminjam untuk menjaga kebersihan secara kimia, lap tidak boleh
diletakkan disembarang tempat tetapi harus selalu digantung pada jas lab).
Akuades untuk pembilas alat harus digunakan dengan hemat !
4. Pereaksi harus diambil sebanyak yang dibutuhkan, dan JANGAN
MENGEMBALIKAN PEREAKSI YANG BERLEBIH KEDALAM BOTOL
PEREAKSI SEMULA, sebab mungkin akan menyebabkan pereaksi semula
rusak seluruhnya
5. Dalam penggunaan asam-asam pekat seperti: HCl, H2SO4 dan H3PO4, harus
berhati-hati, gunakan masker dan sarung tangan, lakukan pengambilan dalam
lemari asam. Untuk pengenceran asam pekat dengan akuades, maka
TUANGKAN ASAM KEDALAM AKUADES, BUKAN SEBALIKNYA
(menuang asam sedikit demi sedikit lewat dinding gelas). Pipet atau gelas bekas
yang digunakan untuk pengambilan asam pekat, harus langsung diguyur dengan
air kran. Membuang zat kimia ke dalam bak cuci harus disertai guyuran air dari
kran dan JANGAN membuang tissue, kertas saring serta sampah padat lainnya
ke bak cuci
iv
D. Kebersihan/Ketenangan Praktikum
1. Semua mahasiswa harus memakai jas praktikum dengan panjang paling kurang
5 cm dari atas lututdengan rapi dengan semua kancing jas terpasang untuk
menjaga kerusakan pakaian dan kulit dan menjaga kemungkinan tidak
tersentuhnya zat dan alat oleh jas yang tidak terkancing. Semua mahasiswa harus
memakai sepatu yang menutup punggung kaki, tidak dibenarkan pakai sandal
selama didalam ruangan laboratorium
2. Sebelum, selama dan sesudah praktikum, meja harus tetap bersih dari tumpahan
air dan zat kimia, jika ada zat kimia tumpah dimeja, langsung dibersihkan dengan
lap/tissue (setiap kelompok harus punya satu lap kain dan satu tissue gulung
untuk membersihkan tumpahan air atau zat di meja)
3. Jangan membuang sampah sembarangan dilantai, buanglah di tempat sampah,
dan selesai praktikum, ruangan harus disapu, meja-meja harus di lap dan lantai di
pel oleh kelompok yang ditunjuk secara bergantian oleh ketua tingkat
4. Tidak dibolehkan merokok, bercanda dan ribut selama melakukan praktikum,
karena bisa mengakibatkan kebakaran, cedera badan , kesalahan pekerjaan dan
sebagainya
v
Format Laporan Sementara Praktikum Kimia Dasar
Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Modul :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.
vi
Format Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar
I. Format
1. Ukuran kertas untuk Praktikum adalah A4 (210 x 297 mm) 70 gram;
2. Laporan Praktikum dijilid warna merah dan huruf berwarna hitam/biru;
3. Menggunakan jarak baris 1,5 spasi;
4. Batas tulisan 4 cm tepi atas dan tepi kiri, 3 cm tepi kanan dan tepi bawah.
II. Format Penulisan
1. Halaman Judul (contoh di lampiran) (diketik)
a. Lambang UNRI di atas ukuran 4x4 cm;
b. Tulisan “LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR”, huruf Times New Roman
(TNR) ukuran 16 bold, huruf kapital;
c. Judul huruf Times New Roman (TNR) ukuran 16 normal;
d. Nama mahasiswa huruf TNR 14 bold, NIM huruf TNR normal;
e. “PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU 2004”, huruf TNR 14 bold.
2. Pembagian teks dilakukan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
1.1 Teori
1.2 Tujuan Praktikum
3. Penomoran halaman dimulai dari nomor 1 untuk Bab I Pendahuluan. Pada halaman
pertama setiap bab dicetak dibawah tengah, untuk yang lain dicetak di atas rapat kanan;
4. Penomoran Lampiran dengan huruf besar A, B, C dan seterusnya (Lampiran A, Lampiran
B dan seterusnya);
5. Penomoran Bab dimulai angka romawi I, II, III dan seterusnya;
6. Penomoran gambar dilakukan dengan menyebut nomor bab diikuti nomor urutnya. Contoh
Gambar 2.4 adalah gambar keempat pada Bab II. Judul Gambar diletakkan di bawah
gambar;
7. Penomoran tabel dilakukan dengan menyebut nomor tabel diikuti nomor urutnya. Contoh
Tabel 3.4 adalah tabel keempat pada Bab III. Judul Tabel diletakkan di atas tabel;
8. Lambang atau notasi diberi keterangan di daftar notasi, apabila tidak terlalu banyak bisa
langsung diberi keterangan dimana lambang atau notasi tersebut dipergunakan;
9. Setiap persamaan harus diberi nomor urut, penomoran dilakukan dengan menyebutkan
nomor bab dan nomor urutnya;
10. Huruf dicetak miring untuk istilah-istilah asing atau penting;
11. Bilangan ditulis dengan angka dan bilangan desimal ditandai dengan koma bukan titik;
12. Singkatan satuan seperti kg, cm, cal ditulis tanpa titik;
13. Bilangan, lambang atau rumus kimia yang memulai suatu kalimat harus dieja;
14. Sistem penulisan kutipan suatu naskah atau literatur menggunakan sistem Harvard.
Sumber pustaka yang dituliskan di dalam uraian hanya terdiri dari nama penulis dan tahun
penerbitannya. Contoh :
Usaha-usaha untuk mencari sistem penyimpanan panas yang lebih baik telah banyak
dilakukan, diantaranya adalah menggunakan panas laten peleburan dari PCM (Yanadoro
dan Matsuda, 1986; Ryu dkk, 1991). Menurut Syuhada (1990),..................dst.
15. Daftar Pustaka ditulis sesuai abjad dan diberi nomor seperti berikut :
(1) Pustaka yang berupa makalah/jurnal ilmiah/prosiding :
vii
Garsido, J. dan Al-Dibouni, M.R., (1977), “Velocity-Voidage Relationship for
Fluidization in Solid-Liquid System”, Ind. Eng. Chem. Proccess Des. Dev., 16, hal.
206-214.
(2) Pustaka yang berupa judul buku :
Molerus, O., (1996), “Principles of Flow in Disperse System”, edisi 1, Chapman Hall,
London, Hal. 1-43.
(3) Pustaka yang berupa skripsi/thesis/disertasi :
Setyawan, H., (1996), “Flow Patterns of Coal-Water Mixture In A Agitated Tank”,
Master Thesis, Tokyo Unstitute Technology, Tokyo, Japan.
(4) Pustaka yang berupa patent :
Primarck, H.S., (1983), “Method of Stabilizing Polyvalent Mortar Solutions”, U.S.
Patent No. 4,373,104.
(5) Pustaka yang berupa handbook :
Hovmand, S., (1995), “Fluidized Bed Drying”, in A.S. Mujumder (Ed.) Handbook of
Industrial Drying, 2nd Ed., Marcel Decker, New York, hal. 195-248.
III. Kerangka Laporan Praktikum
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Bahan dan Alat
3.1.1. Bahan-bahan
3.1.2. Alat-alat
3.2. Prosedur Praktikum
3.3. Pengamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM
Ekstraktor soxhlet ini merupakan ektraktor kontinyu, pelarut pada labu (a)
dipanaskan dan akan menguap, terkondensasi pada pendingin (c), selanjutnya pelarut
akan masuk pada ektraktor (b). Apabila pelarut telah mencapai batas atas kapiler, pelarut
yang telah kontak dengan sampel akan masuk pada labu (a). Begitu seterusnya.
ix
2. Alat untuk distilasi (distiler)
Distilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih dari
komponen-komponen yang terdapat di dalam suatu campuran.
Distilasi juga dapat dilakukan di bawah tekanan atmosfer yang dikenal dengan
distilasi pengurangan tekanan, atau distilasi vacuum.
Distilasi pengurangan tekanan
dilakukan apabila komponen yang
dipisahkan mudah rusak oleh pemanasan
dan akan terdekomposisi pada titik didihnya.
Rangkaian alat distilasi ini dapat
dihubungkan ke pompa vacuum (9),
menggunakan adaptor (10) pada labu
receiver (8)
x
Bila selisih titik didih komponen-
komponen yang ada pada campuran kecil
atau hasil membentuk azeotrop, maka
komponen alat distilasi dapat ditambah
dengan kolom fraksionasi, misal kolom
vigreux, packed column. Kolom fraksinasi
ini biasanya menggunakan bahan pengisi
(packing)
xi
4. Penyaring buchner
Penyaring Buchner digunakan untuk proses penyaringan yang tidak dapat dilakukan dengan
penyaring biasa. Penyaringan biasa dilakukan dengan memanfaatkan gaya grafitasi, sedangkan
pada penyaring buchner, filtrat dipisahkan dari sistem campuran dengan cara disedot atau
divakum.
xii
3. Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar).
Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk
menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4. Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan
reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam
proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk
mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk
menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti :
botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7. dan 8. Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup
besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan
untuk memanaskan larutan.
9. dan 10. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam
jumlah sedikit.
11. Kuvet
Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai
tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan
dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.
12. dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi
Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.
14. Kaca Preparat
15. Kawat Kasa
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan
alat pemanas/kompor listrik.
xiii
16. dan 22. Penjepit
Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk
membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas.
17. Spatula
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau
kristal.
18. Kertas Lakmus
Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru.
Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl orange
(MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH)
larutan.
19. Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.
20. Cawan Porselein
Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.
21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes)
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
23 dan 24. Sikat
Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
25. Pipet Ukur
Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini. Pipet ini
memiliki skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet
atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.
26. Pipet Gondok
Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume
tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian
tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.
27. Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dan kran. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat
yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui kran. Volume zat terpakai dilihat pada skala.
xiv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Tata Tertib Praktikum iii
Format Laporan Sementara Praktikum Kimia Dasar iv
Format Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar iv
Peralatan Alat Praktikum 9
Daftar Isi xv
Percobaan I. Pemisahan & Pemurnian 1
Percobaan II. Reaksi Kimia & Stoikiometri 6
Percobaan III. Termokimia 10
Percobaan IV. Kesetimbangan 13
Percobaan V. Hasil Kali Kelarutan 19
Percobaan VI. Redoks 22
Percobaan VII. Indikator & Penentuan pH 25
Percobaan VII. Asam Basa 28
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN : Format Halaman Depan Laporan Lengkap Praktikum
Kimia Dasar 32
xv
PERCOBAAN I.
PEMISAHAN & PEMURNIAN
A. Tujuan Percobaan
1. Memperkenalkan pemisahan dan pemurnian campuran berdasarkan sifat-sifat
Kimia dan Fisika dari masing-masing komponen.
B. Teori Percobaan
1. Pemisahan dan pemurnian
a. Kriteria kemurnian
Kemurnian suatu zat ditentukan oleh beberapa sifat fisiknya antara lain, titik leleh,
kelarutan, titik didih, tekanan uap, kerapatan dan sebagainya. Sifat fisik merupakan
karakteristik zat yang bisa diamati dan diukur, tanpa mengubah komposisi kimianya.
Di laboratorium kimia, sifat fisik ini sangat penting karena bisa digunakan sebagai
kriteria kemurnian zat
Kelarutan, merupakan sifat zat padat jika berhadapan dengan pelarut. Pada
temperatur tertentu, jumlah zat yang bisa larut dalam pelarut tertentu adalah spesifik
Titik leleh, adalah sifat zat padat dalam perubahan fasanya menjadi cair, akan
terjadi pada temperatur tertentu, dan terjadi sistem kesetimbangan antara padat–cair
Kerapatan (density) atau rapat massa, adalah sifat fisik suatu zat yang paling
mudah ditentukan di laboratorium. Kerapatan adalah massa dibagi dengan
volumenya. Massa ditentukan dengan cara penimbangan, sedangkan volume dengan
pengukuran
b. Proses pemisahan
Proses pemisahan suatu zat dari campurannya, pada dasarnya adalah pemisahan
berdasarkan sifat fisik dari zat-zat tersebut. Jadi sangat tergantung kepada macam
zat yang bercampur. Beberapa istilah yang umum dalam proses pemisahan antara
lain;
Dekantasi, adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair yang saling tidak larut
(pada temperatur tertentu) dengan cara menuangkan zat cairnya. Dekantasi ini
1
digunakan apabila kedua zat yang tercampur ini sudah terpisah, padat di bawah, cair
di atas.
Penyaringan, adalah proses pemisahan zat padat dari campuran zat cairnya
melalui media kertas dengan pori besar, dimana zat padat tidak bisa melewati pori-
pori kertas sedangkan zat cair dapat lolos
Destilasi, adalah proses pemisahan zat berdasarkan perbedaan titik didih yang
cukup besar.
Ekstraksi, adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan suatu zat
terhadap dua pelarut yang berbeda.
Kromatografi kertas, suatu metoda untuk memisahkan campuran senyawa
berdasarkan perbedaan migrasi atau pergerakan suatu senyawa dari senyawa
lainnya diantara dua fasa yang berbeda, yaitu fasa diam dan fasa bergerak. Fasa
diam dalam kromatografi kertas adalah selulosa penyusun kertas yang bersifat polar
dan hidrofil (dapat mengikat air). Fasa bergerak adalah pelarut yang akan membawa
atau melarutkan bahan yang akan dipisahkan, melalui prinsip kapilaritas kertas.
Syarat pelarut pada metoda ini harus cukup polar
Rf (retardation factor) adalah, perbandingan antara jarak noda dengan jarak
tempuh pelarut pada kromatogram (disini pada kertas) yang merupakan nilai spesifik
bagi suatu senyawa dalam pelarut tertentu
jarak tempuh noda dari batas bawah
Rf = ---------------------------------------------------
jarak tempuh pelarut dari batas bawah
2
ii. Alat-alat
No. Alat No. Alat
1 Gelas piala 7 pemanas
2 alat sentrifugal 8 Kaca arloji
3 tabung reaksi 9 Pipet tetes
4 kertas saring 10 Kayu kecil
5 Corong 11 Gelas plastik
6 cawan penguap
D. Prosedur Percobaan
I.Penyaringan dan penguapan
i. Campuran Kapur -Air
a. Masukkan 2 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia yang berisi
air 25 ml dan aduk
b. Ambil sebanyak 5 ml larutan, masukkan ke dalam tabung
sentrifugal dan sentrifus
c. Pisahkan sentrat (cair) dari endapan (padat) dengan cara
dekantasi ( dengan menuang cairan pelan pelan ke dalam tabung
reaksi lain)
d. Sisa larutan (dalam gelas kimia) saring dengan kertas saring,
filtratnya ditampung (cair).
iii. CuSO4-Air
a. Larutkan 5 g tembaga sulfat, CuSO4 kedalam 25 ml air dalam gelas piala kecil (saring
bila perlu)
b. Tambahkan batu didih dan uapkan hingga volume tinggal kira-kira 10 ml
c. Hentikan pemanasan dan biarkan dingin tanpa digoyang
3
iv. Naftalen
a. Masukkan sedikit naftalen kedalam cawan penguap
b. Tutup cawan penguap dengan kaca arloji yang diisi air.
c. Panaskan cawan penguap dengan hati-hati
d. Apakah hasil percobaan mengalami perubahan sifat ?
v. Gula pasir
a. Masukkan ± 1 sendok makan gula pasir kedalam tabung reaksi
b. Tambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat
c. Apakah hasil percobaan mengalami perubahan sifat ?
kayu
kertas saring
4
E. Tugas
1. Tulis pengamatan dan pendapat saudara tentang percobaan 1-i (campuran
kapur-air)
2. Tulis pengamatan dan pendapat saudara tentang percobaan 1-ii (campuran
garam dapur – air)
3. Tuliskan pengamatan dan pendapat saudara untuk percobaan 1-iii (CuSO4 –
H2O)
4. Tuliskan pengamatan dan pendapat saudara untuk percobaan 1-iv (penguapan
naftalen)
5. Tuliskan pengamatan dan pendapat saudara untuk percobaan 1-v (gula pasir
dan asam sulfat)
6. Hitung nilai Rf pada percobaan (ii) atau kromatografi kertas
F. Pertanyaan
1. apa perbedaan perubahan sifat kimia dan fisika dan beri contoh lain masing-
masing 3 contoh ?
2. Apakah perbedaan campuran dan larutan ?
5
PERCOBAAN II.
REAKSI KIMIA & STOIKIOMETRI
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami terjadinya reaksi kimia dengan cara mengamati semua perubahan
yang terjadi dan menemukan karakteristik tipe tiap reaksi
2. Menentukan stoikiometri reaksi kimia berdasarkan pengukuran sifat fisik yang
teramati dalam reaksi kimia
B. Teori Percobaan
1. Reaksi Kimia
Dalam ilmu kimia, reaksi merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat
kimia dari suatu atau berbagai zat. Sifat-sifat kimia kemudian dicatat sebagai data
kualitatif maupun kuantitatif. Dengan mengklasifikasikan reaksi-reaksi kimia, akan
dapat membantu dalam memahami apa yang terjadi dalam reaksi, sehingga dapat
meramalkan produk apa yang dihasilkan dalam reaksi kimia tertentu
Ada 5 jenis reaksi kimia :
a. Reaksi sintesis adalah satu jenis senyawa akan terbentuk dari dua zat
atau lebih, jenis reaksi ini dinamakan juga reaksi penggabungan.
A+Z AZ
b. Reaksi penguraian adalah pecahnya suatu senyawa menjadi dua zat atau
lebih, biasanya dengan memasok kalor.
AZ A+Z
c. Reaksi penggantian tunggal adalah reaksi dimana satu unsur
menggantikan unsur lain dalam senyawa.
A+BZ AZ + B
d. Reaksi penggantian rangkap atau ganda adalah reaksi dimana dua zat
dalam larutan bertukar pasangannya, maksudnya anion dari salah satu
zat bertukar anion dari senyawa lain.
AX + BZ AZ + BX
e. Reaksi netralisasi adalah reaksi dimana asam dan basa bereaksi
membentuk garam dan air.
HX + BOH BX + HOH
6
2. Stoikiometri
Dalam ilmu kimia, stoikiometri merupakan konsep dasar dalam memahami
hukum dasar pembentukan senyawa dan reaksi kimia, melalui perhitungan
perbandingan mol unsur-unsurnya dalam senyawa atau molekul-molekulnya
dalam suatu reaksi. Penentuan ini mudah dilakukan secara praktis di laboratorium
Stoikiometri senyawa, mempelajari perbandingan unsur-unsur yang terdapat
dalam suatu senyawa secara kuantitatif, yang dinyatakan dengan perbandingan
molnya, sehingga akan diperoleh rumus empiris dan rumus molekul senyawa
tersebut
Dalam percobaan ini akan dipelajari salah satu cara untuk mempelajari
stoikiometri beberapa reaksi. Dasar percobaan ialah metoda “variasi kontinyu”.
Dalam metoda ini dilakukan sederetan pengamatan yang kuantitas molar
totalnya sama tetapi masing masing kuantitas molar pereaksinya berubah
ubah (bervariasi). Salah satu sifat fisika tertentu dipilih untuk diperiksa, seperti
misalnya massa, volume, suhu dan daya serap. Oleh karena kuantitas
pereaksinya berlainan, perubahan harga sifat fisika dari sistem ini dapat
digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Bila digambarkan grafik aluran sifat
fisika yang diamati (diukur) terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan diperoleh
suatu titik maksimum atau minimum yang sesuai dengan titik stoikiometri sistem,
yaitu menyatakan perbandingan pereaksi- pereaksi dalam senyawa.
ii. Alat-alat
No Alat-alat
1 Gelas ukur
7
2 Batang pengaduk
3 Pemanas
4 Kaca arloji
5 Neraca analitik
D. Prosedur Percobaan
1. Sistem CuSO4 - NaOH
a. Gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M dengan temperatur sama
b. Masukkan 40 ml NaOH ke dalam gelas kimia, catat temperaturnya
c. Sementara diaduk, tambahkan 10 ml larutan CuSO4 yang diketahui temperatur
awalnya
d. Amati temperatur campuran (hal yang perlu diperhatikan, temperatur NaOH
dan CuSO4 sebelum pencampuran harus diatur agar sama)
e. Ulangi percobaan dengan menggunakan 30 ml larutan NaOH dan 20 ml larutan
CuSO4 dan seterusnya seperti tabel
f. Buat larutan CuSO4 & NaOH seperti tabel berikut:
NaOH 2 M CuSO4 1 M TM TA ∆T
ml ml (oC) (oC)
20 5
15 10
10 15
5 20
TM = temperatur mula mula TA = temperatur akhir
2. Sistem Asam-Basa
(A) Sistem HCl - NaOH
a. Ke dalam 5 buah gelas piala masukkan berturut turut 5, 10, 15, 20, 25 ml
larutan NaOH
b. Ke dalam 5 buah gelas piala lainnya masukkan berturut turut 5, 10, 15, 20, 25
ml larutan HCl.
c. Ukur temperatur dari tiap tiap macam larutan, hitung harga rata ratanya. (Ini
adalah harga temperatur mula mula, TM).
d. Campur kedua macam larutan sedemikian rupa, sehingga volume campuran
larutan asam dan basa ini selalu tetap yaitu 30 ml
8
e. Amati perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran ini dan dicatat
sebagai temperatur akhir (TA) TA – TM = ΔT.
f. Dengan demikian diperoleh harga ΔT untuk setiap kali pencampuran larutan
asam dan basa, selanjutnya;
NaOH 1M HCl 1M TM TA ΔT
(ml) (ml)
0 30
5 25
10 20
15 15
20 10
25 5
30 0
E. Tugas
F. Pertanyaan
1. Tuliskan macam-macam hukum dasar dalam stoikiometri, dan berikan masing
masing contohnya.
9
PERCOBAAN III.
TERMOKIMIA
A. Tujuan Percobaan
1. Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana.
2. Menghitung panas netralisasi untuk reaksi asam kuat dan basa kuat.
B. Teori Percobaan
Reaksi kimia akan selalu disertai dengan perubahan energi, artinya selama
reaksi berlangsung sistem kimia harus disertai oleh pelepasan energi ke
lingkungannya atau penyerapan energi dari lingkungannya. Perpindahan energi
dalam bentuk kalor, diukur dengan menggunakan kalorimeter. Setiap perubahan
kalor dapat diukur atau dipelajari dengan percobaan yang sederhana.
Menurut hukum termodinamika perubahan energy yang menyertai perubahan
wujud, dinyatakan dalam rumus ∆E = Q –W
Dimana Q = kalor yang diserap oleh system
W = kerja yang dilakukan oles system
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap. Kerja dirumuskan
dengan persamaan W = P∆V, dimana P = tekanan gas dan ∆V = perubahan volume
untuk system gas.
Oleh karnanya pada tekanan tetap ∆E = Q - P∆V
Bila ∆V = 0, maka ∆E = Q. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut
entalpi (∆H), untuk reaksi kimia ∆H adalah kalor reaksi.
∆H suatu reaksi kimia dapat ditetapkan dengan mengukur perubahan suhu yang
mengiringi reaksi sejumlah reagen tertentu, lalu dikoreksi dengan kalor yang di serap
oleh kalorimeter ( tetapan kalorimeter ).
10
ii. Alat-Alat
No. Alat
1 Gelas piala
2 Gelas ukur
3 Termometer
4 Kalorimeter
D. Prosedur Percobaan
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
a. Ukur 40 ml air suling dengan gelas ukur
b. Tuangkan kedalam kalorimeter
c. Tutuplah kalorimeter yang telah dilengkapi dengan thermometer dan alat
pengaduk , catat suhu ( Td )
d. Ukur lagi 40 ml air suling dengan gelas ukur
e. Tuangkan kedalam gelas piala kering dan panaskan air ini sampai 40° -
50°C
f. Ukur suhu air panas dengan tepat ( Tp ) dengan thermometer yang sama.
g. Dengan hati-hati dan cepat cairan ( f ) kedalam kalorimeter dan tutup
kembali. aduk atau kocok campuran tersebut
h. Suhu larutan akan segera mencapai maksimum, perlahan-lahan turun bila
mulai turun catat suhu setiap 1 menit sampai tidak ada lagi perubahan
suhu.
i. Tentukan tetapan kalorimeternya .
Dengan menganggap bobot 40 ml air suling adalah 40 gram dan kalor jenis
air adalah 4,184 J/g°C, maka tetapan kalorimeter dapat dihitung dari
persamaan:
C Mp ( Tp – Tm ) = C Md ( Tm – Td ) + W ( Tm – Td )
Dimana
C = kalor jenis air 4,184 J/g°C
Mp = bobot air panas
Md = bobot air dingin
Tp = suhu air panas sebelum bercampur
11
Td = suhu air dingin sebelum bercampur
Tm = suhu campuran
W = tetapan kalorimeter, J/°C
2. Penentuan ∆H netralisasi untuk reaksi asam basa
a. Ukur 40 ml larutan NaOH 1M masukkan kedalam kalorimeter
b. Ukur dan catat temperature NaOH ini
c. Ukurlah 40 ml larutan HCl 1M masukkan kedalam gelas piala 150 ml .
d. Ukurlah suhu larutan asam tersebut (usahakan temperature kedua larutan
tersebut sama)
e. Bila suhu sudah sama masukkan larutan asam cepat-cepat kedalam
kalorimeter, aduk dan catat suhu maksimum seperti pada prosedur 1
f. Tentukan ∆H netralisasi reaksi HCl dan NaOH diatas
Dimana :
Tf = suhu campuran
Ti = suhu pereaksi sebelum dicampur
Q = kalor yang diserap oleh sekeliling.
∆Hreaksi = -Q sekeliling
0,040
12
PERCOBAAN IV.
KESETIMBANGAN
14
Berdasarkan konsentrasi pereaksi, reaksi ion besi (III) dengan ion tiosianat
dapat menghasilkan sederet senyawa koordinasi salah satu diantaranya adalah
FeSCN2+ yang berwarna merah, sesuai dengan reaksi :
Fe3+ (aq) + SCN- (aq) <==> FeSCN2+ (ag)
ii. Alat-alat
No. Alat
1 Erlenmeyer
2 Tabung reaksi
3 Pipet tetes
15
D. Prosedur Percobaan
1. Kesetimbangan Besi(III) tiosianat
a. Masukkan 10 ml KSCN 0,002 M ke dalam erlenmeyer atau gelas kimia
b. Tambahkan dua atau tiga tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M
c. Bagi larutan ini ke dalam 4 tabung reaksi
d. Gunakan tabung reaksi pertama sebagai pembanding
e. Ke dalam tabung reaksi kedua tambahkan 1 tetes KSCN pekat
f. Ke dalam tabung reaksi ketiga tambahkan 3 tetes Fe(NO3) 0,2 M
g. Ke dalam tabung reaksi keempat tambahkan sebutir Na2HP04
h. Catat semua peristiwa yang terjadi
16
mm (larutan yang dikeluarkan tadi dimasukkan ke dalam tempat yang
bersih agar selalu dapat dipergunakan kembali)
g. Selanjutnya dengan cara ini samakan intensitas warna larutan pada tabung
ke 3 dan 1, tabung 4 dan 1, dan akhirnya 5 dan 1
Catatan:
Dalam perhitungan dianggap bahwa :
a. Larutan Fe(NO3)3 dan KSCN dalam keadaan ion
b. Pada tabung pertama dianggap bahwa semua ion tiosianat bereaksi
menjadi FeSCN2+
c. Kerjakan perhitungan tersebut di bawah ini untuk tabung 2 s/d tabung 5
17
E. Tugas
18
PERCOBAAN V.
HASIL KALI KELARUTAN
B. Teori
Endapan elektrolit akan terjadi didalam larutan bila hasil kali konsentrasi
ion-ion elektrolit ini Iebih besar dari hasil kali kelarutannya (Ksp). Sebaliknya, bila
hasil kali dari konsentrasi ion-ion lebih kecil dari Ksp maka tidak akan terjadi
endapan. Dalam larutan jenuh, hasil kali dari konsentrasi ion-ion sama dengan
Ksp.
AB ↔ A+ + B-
Ksp = [A+][B-]
ii. Alat-alat
No. Alat
1 Tabung reaksi
2 Gelas ukur
3 Pipet
19
D. Prosedur Percobaan
1. Penambahan ion sejenis (ion sekutu)
a. Isi dua tabung reaksi masing-masing dengan 1 ml larutan NaCI jenuh
b. Kedalam tabung reaksi pertama tambahkan 1 ml larutan HCl pekat
c. Kedalam tabung reaksi kedua tambahkan 1 ml larutan NaOH pekat
d. Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
E. Tugas
1. Tulis pengamatan saudara pada percobaan (5-1),
disertai reaksi lengkap dan berikan komentar saudara
2. Tulis semua pengamatan serta reaksi lengkap dan
komentar saudara pada percobaan (5-2)
3. Hal yang sama untuk percobaan (5-3)
F. Pertanyaan
1. Bagaimana hubungan antara Kelarutan dan Ksp
2. Ceritakan bagaimana terjadinya pengendapan suatu zat
dalam larutannya
21
PERCOBAAN VI.
REDOKS
A. Maksud Percobaan : Memperkenalkan beberapa reaksi redoks
B. Teori
Peristiwa pelepasan elektron disebut peristiwa oksidasi, dan peristiwa
pengikatan elektron disebut peristiwa reduksi. Jika ada zat yang melepaskan
elektron, maka ada pula zat yang menerima elektron tersebut, atau reaksi
oksidasi akan terjadi bersamaan dengan reaksi reduksi. Reaksi reduksi
oksidasi ini disebut reaksi redoks. F, C1, Br dan I adalah unsur-unsur yang
termasuk kelompok halogen. Unsur ini berupa oksidator, dan daya oksidasinya
menurun dari F ke I.
22
D. Prosedur Percobaan
1. Reaksi redoks pada halogen
a. Isi tabung reaksi dengan 2 ml larutan KI
b. Tambahkan 1 ml CCl 4 dan 5 tetes air klor
c. Kocok dan amati perubahan yang terjadi
d. Ulangi percobaan ini dan ganti larutan KI dengan larutan KBr
e. Isi sebuah tabung reaksi lain dengan 2 ml larutan KI
f. Tambahkan 1 ml CCl4 dan 5 tetes air brom
g. Kocok dan amati perubahan yang terjadi
2. Hidrogen Peroksida Sebagai Oksidator dan Reduktor
i. H2O2 sebagai oksidator
a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml larutan CrCl 3
b. Tambahkan 3 ml larutan NaOH
c. Selanjutnya tambahkan 5 ml larutan H2O2
d. Amati perubahan yang terjadi
ii. H2O2 sebagai reduktor
a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 3 ml larutan KMn0 4 dan 3 ml larutan
H2SO4
b. Tambahkan 5 ml larutan H2O2
c. Amati perubahan yang terjadi
3. Menentukan Molaritas Asam Oksalat
a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 5 ml larutan H2C204 dan 2 ml larutan
H2SO4
b. Masukkan tabung reaksi ini ke dalam air mendidih selama 2 menit
c. Isi pipet ukur dengan 5 ml larutan KMn0 4
d. Teteskan larutan KMn04 ini kedalam tabung reaksi yang berisi H 2C204 dan
H2SO4 sambil menggoyangkan tabung reaksi hingga warna larutan
berubah menjadi merah muda
e. Catat volume larutan KMn0 4 yang terpakai
f. Ulangi percobaan ini sampai volume larutan KMn0 4 yang terpakai tidak
jauh berubah
0,1 𝑥 𝑉𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑠. 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 =
5
23
E. Tugas
1. Tulis reaksi yang terjadi dan pengamatan saudara pada percobaan (6-1), (6-
2i, 6-2ii)
2. Hitung molaritas asam oksalat pada percobaan (6-3)
24
PERCOBAAN VII.
I N DI K AT O R & P E N E N T U AN pH
25
4 Corong
5 Plat tetes
D. Prosedur Percobaan
1. Penentuan warna indikator dalam asam dan basa
a. Sediakan sebuah plat tetes
b. Isi lubang plat tetes masing-masing dengan 10 tetes air suling
c. Kedalam lubang kedua, tambahkan 1 tetes larutan HCl 0,I M
d. Pada lubang ketiga tambahkan 1 tetes larutan NaOH 0,1 M
e. Tambahkan pada masing-masing larutan, 1 tetes indikator metil orange
f. Amati warna masing-masing larutan
g. Ulangi percobaan diatas dengan memakai indikator fenolftalein dan brom
timol biru
2. Penentuan pH Air
a. Teteskan 1 tetes air suling pada sepotong kertas indikator universal
b. Setelah kering bandingkan warnanya dengan warna standar, catatlah
berapa pHnya
c. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan air leding, air sumur, air
kapur, air jeruk dan air hujan
3. Penentuan pH Tanah
a. Isi sebuah tabung reaksi dengan 1 sendok tanah
b. Tambahkan 10 ml air suling
c. Kocok beberapa menit dan saring
d. Sediakan 2 tabung reaksi
e. Masing-masing tabung tambahkan 1 ml air saringan tadi
f. Pada tabung reaksi pertama tambahkan 2 fetes brom timol biru
g. Perhatikan warna larutan
h. Berdasarkan hasil pengamatan, tentukanlah apakah tanah yang diperiksa
bersifat asam, netral atau basa.
i. Bila tanah yang diperiksa bersifat asam, tambahkan 2 tetes indikator metil
orange kedalam tabung reaksi kedua
26
j. Tetapi bila tanah yang diperiksa bersifat basa, tambahkan 2 fetes indikator
fenolftalein kedalam tabung reaksi kedua
E. Tugas
1. Tuliskan pengamatan saudara pada percobaan (7-1)
2. Tuliskan pengamatan saudara dan tentukan berapa pH air pada percobaan (7-
2)
3. Tuliskan pengamatan saudara dan tentukan berapa pH tanah pada percobaan
(7-3)
4. Tuliskan pengamatan saudara dan tentukan berapa pH buffer yang saudara
buat pada percobaan (7-4)
27
PERCOBAAN VIII.
AS AM B AS A
A. Maksud Percobaan :
1. Membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai konsentrasi
2. Menentukan drajat ionisasi asam lemah dan basa lemah
B. Teori Penrcobaan :
konsep asam dan basa didasarkan pada beberapa sifat yang ditunjukkan
oleh sekelompok senyawa dalam larutannya dalam air. Berdasarkan sifat-
sifat yang ditunjukkan tersebut, asam adalah senyawa yang mempunyai rasa
asam, dan memerahkan lakmus biru. Basa adalah senyawa yang mempunyai
rasa pahit, dan membirukan lakmus merah. Dalam larutan air, asam
menghasilkan H+ dan basa menghasilkan OH-, ion H+ dari asam dan ion OH-
dari basa dapat bereaksi membentuk H 2O sehingga larutan yang terjadi
bersifat netral.
Indicator asam basa merupakan senyawa yang warnanya dalam larutan
asam maupun basa berbeda. Tidak semua indicator berubah warnanya pada
pH yang sama. Beberapa indicator berubah warnanya pada pH 7, yang lain
pH 4, 5, atau 6, 8 dan seterusnya. Perubahan warna indicator bergantung
pada konsentrasi H+ dalam larutan, maka indicator asam basa dapat
digunakan untuk memperkirakan keasaman atau kebebasan suatu larutan.
28
2 Tabung reaksi
3 Gelas ukur
4 Batang pengaduk
5 Pipet tetes
D. Prosedur Percobaan
1. Persiapan larutan standar yang mengandung H +
i. Buatlah dengan cara pengenceran larutan :
- 50 ml larutan HCl 10-2 N dari larutan HCl 10 -1 N
- 50 ml larutan HCl 10 -3 N dari larutan HCl 10 -2 N
- 50 ml larutan HCl 10 -4 N dari larutan HCl 10 -3N
- 50 ml larutan HCl 10 -5 N dari larutan HCl 10 -4 N
ii. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering isi masing-masing
tabung reaksi tersebut dengan larutan-larutan HCl (i) beri nomor dari
konsentrasi bear ke yang kecil.
iii. Tambahkan tiap tabung reaksi 2 tetes indikator metil orange (MO) aduk
sempurna , perhatikan dan catat warna tiap tabung reaksi ( larutan ini
sebagai standar percobaan berikutnya).
iv. Buat lagi sederet larutan seperti ii.
v. Tambahkan tiap tabung reaksi 2 tetes indikator metil violet , aduk
sempurna. Perhatikan dan catat warna tiap tabung reaksi.
2. Menentukan derajat ionisasi asam asetat
i. Masukkan 5 ml larutan asam asetat 0,1 M kedalam tabung reaksi
ii. Tambahkan 2 tetes indikator metil orange (MO) aduk sempurna.
iii. Tentukan konsentrasi H+ dalam larutan ini dengan membandingkan
larutan standar (1).
iv. Lakukan juga penentuan ini untuk 5 ml larutan asam asetat 1 N dengan
menggunakan indikator metil orange dan metil violet .
3. Persiapan larutan standar yang mengandung OH -
i. Buatlah 50 ml larutan-larutan yang mengandung OH - 10-2 , 10-3, 10-4, dan
10-5 N dari larutan NaOH 10 -1 N dengan cara yang sama seperti
percobaan 1 .
29
ii. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering, isikan 5 ml larutan diatas
kedalam tiap tabung reaksi seperti percobaan 1.
iii. Tambahkan tiap tabung reaksi 2 tetes indikator fenolftalin (PP) aduk
sempurna, perhatikan dan catat warna tiap tabung reaksi. ( larutan ini
sebagai standar untuk percobaan berikut.
iv. Buat lagi sederet larutan seperti ii.
v. Tambahkan tiap tabung reaksi 2 tetes indikator timolftalin aduk
sempurna. Perhatikan dan catat warna tiap tabung reaksi.
E. Tugas
1. Jelaskan cara menghitung konsentrasi H + dan OH- dari asam kuat dan
asam lemah.
2. Hitunglah derajat ionisasi asam asetat pada percobaan 2 dan NH 4OH
pada percobaan 4.
F. Pertanyaan
1. Bagaimana konsep asam basa menurut :
Arkhenius
Brounsted Lowrey
Lewis
2. Apakah yang dimaksud dengan :
Indikator
Asam konyugasi dan basa konyugasi
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Lampiran : Format Halaman Depan Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar
Oleh :
(Times New Romans 14 Bold)
DEDENG HERMOYO
NIM : 1407123075
(Times New Romans 14)
32