KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan..................................................................................................2
BAB II ISI...............................................................................................................3
2.1 Teratologi..............................................................................................................3
2.2 Teratogenesis........................................................................................................3
2.3 Proses Kerja Teratogen.......................................................................................5
2.4 Faktor Teratogen..................................................................................................6
2.5 Tahap Perkembangan Janin Dalam Kandungan...............................................6
2.6 Penyakit Karena Teratogen.................................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................37
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................37
3.2 Saran....................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teratogen adalah suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan
janin yang abnormal. Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘teratos’,
yang berarti monster, dan ‘genesis’ yang berarti asal. Jadi teratogenesis
didefinisikan sebagai asal terjadinya monster atau proses gangguan proses
pertumbuhan yang menghasilkan monster. Yang termasuk teratogen adalah
malnutrisi, penyakit infeksi, alkohol, dan tembakau (Arnett, 2012). Ahli lain
menambahkan yang termasuk teratogen adalah tipe darah yang kurang cocok,
polusi lingkungan, stres ibu, dan usia ayah-ibu pada saat janin dikandung
(Santrock, 2004).
Banyak kejadian yang dikehendaki untuk perkembangan dari organisme
baru yang memiliki kesempatan besar dalam tindakan tersebut untuk menjadi
suatu kesalahan. Pada kenyataannya, kira-kira satu dari tiga kali keguguran
embrio pada manusia, sering tanpa diketahui oleh si Ibu bahwa dia sedang
hamil. Perkembangan abnormal yang lain tidak mencelakakan embrio tetapi
kelainan tersebut akan berakibat pada anak.
Kelainanan perkembangan ada dua macam, yaitu : kelainan genetik dan
kelainan sejak lahir. Kelainan genetik dikarenakan titik mutasi atau
penyimpangan kromosom dan akibat dari tidak ada atau tidak tepatnya produk
genetik selama meiosis atau tahap perkembangan. Down syndrome hanyalah
salah satu dari banyak kelainan genetik. Kelainan sejak lahir tidak diwariskan
melainkan akibat dari faktor eksternal, disebut teratogen, yang mengganggu
proses perkembangan yang normal. Pada manusia, sebenarnya banyak zat yang
dapat dipindahkan dari sang ibu kepada keturunannya melalui plasenta, yaitu
teratogen potensial.
Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan. Kelainan ini sudah
diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama
morbiditas serta mortilitas pada bayi yang baru lahir. Setelah pembuahan, sel
telur mengalami proliferasi sel, diferensiasi sel, dan organogenesis. Embrio
kemudian melewati suatu metamorfosis dan periode perkembangan janin
sebelum dilahirkan. Daftar dari teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi
virus, termasuk tipe yang menyebabkan kasus penyakit campak Jerman,
alkohol, dan beberapa obat, termasuk aspirin. Oleh karena itu hendaknya kita
tahu apa saja yang bisa mengakibatkan teratogensis itu karena hal itu akan
sangat berbahaya bagi anak yang akan dilahirkan.
2.1. Teratologi
Teratologi merupakan ilmu yang berhubungan dengan penyebab,
mekanisme, dan gejala penyimpangan perkembangan struktural atau
fungsional selama perkembangan janin (O‟Rahily, 1992). Teratogen
merupakan bahan-bahan yang memiliki efek merugikan pada embrio atau janin
antara tahap fertilisasi dan kelahiran. Walaupun gen dan kromosom yang
abnormal dapat menyebabkan kecacatan, istilah teratogen biasanya dibatasi
pada zat-zat dari lingkungan seperti obat-obatan dan virus. Teratogen dapat
beraksi pada induk, pada plasenta, atau pada embrio/janin (Wilson, 1977).
2.2. Teratogenesis
Banyak kejadian yang dikehendaki untuk perkembangan dari organisme
baru yang memiliki kesempatan besar dalam tindakan tersebut untuk menjadi
suatu kesalahan. Pada kenyataannya, kira-kira satu dari tiga kali keguguran
embrio pada manusia, sering tanpa diketahui oleh si Ibu bahwa dia sedang
hamil. Perkembangan abnormal yang lain tidak mencelakakan embrio tetapi
kelainan tersebut akan berakibat pada anak. Kelainanan perkembangan ada dua
macam, yaitu: kelainan genetik dan kelainan sejak lahir. Kelainan genetik
dikarenakan titik mutasi atau penyimpangan kromosom dan akibat dari tidak
ada atau tidak tepatnya produk genetik selama meiosis atau tahap
perkembangan. Down syndrome hanyalah salah satu dari banyak kelainan
genetik. Kelainan sejak lahir tidak diwariskan melainkan akibat dari faktor
eksternal, disebut teratogen, yang mengganggu proses perkembangan yang
normal. Pada manusia, sebenarnya banyak zat yang dapat dipindahkan dari sang
ibu kepada keturunannya melalui plasenta, yaitu teratogen potensial. Daftar dari
teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi virus, termasuk tipe yang
menyebabkan kasus penyakit campak Jerman, alkohol, dan beberapa obat,
termasuk aspirin (Harris, 1992).
Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan. Kelainan ini sudah
diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama
morbiditas serta mortilitas pada bayi yang baru lahir. Setelah pembuahan, sel
telur mengalami proliferasi sel, diferensiasi sel, dan organogenesis. Embrio
kemudian melewati suatu metamorfosis dan periode perkembangan janin
sebelum dilahirkan (Lu, 1995).
Teratologi merupakan cabang embrio yang khusus mengenai pertumbuhan
struktural yang abnormal luar biasa. Oleh pertumbuhan yang abnormal luar
biasa itu lahir bayi atau janin yang cacat. Bayi yang cacat hebat disebut
monster. Pada orang setiap 50 kelahiran hidup rata-rata 1 yang cacat.
Sedangkan dari yang digugurkan perbandingan itu jauh lebih tinggi.
Perbandingan bervariasi sesuai dengan jenis cacat. Contoh daftar berikut :
Jenis cacat Frekuensi
Albino 1 : 20.000
Hemophilia 1 : 50.000
(Yatim, 1994).
Prosentase bagian tubuh yang sering terkena cacat adalah :
SSP (susunan saraf pusat) 60%
Saluran pencernaan 15%
Kardiovaskuler 10%
Otot dan kulit 10%
Alat lain 5%
Cacat yang sering juga ditemukan adalah sirenomelus (anggota seperti ikan
duyung), phocomelia, jari buntung, ada ekor, cretinisme, dan gigantisme
(Yatim, 1994).
b. Faktor resiko
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya NTD yaitu infeksi
(toksoplasmosis, rickettsia); toksin; multiparitas; usia ibu (Satyanegara,
2010); kelainan metabolik seperti gangguan keseimbangan hormon,
diabetes, defisiensi mineral dan vitamin (terutama folat) (Boyles et al,
2006); obat-obatan (golongan aminopterin, analgesik, klomifen, anti
kejang, sulfonamid, asam valproat) (Meethal et al, 2013); kelainan genetik
(Zhang et al, 2013); riwayat kehamilan sebelumnya dengan defek tabung
saraf (Arth et al, 2015); status gizi ibu overweight/obes (Leddy et al, 2008;
Rasmussen et al, 2008; Stothardet al, 2009); demam tinggi pada awal
kehamilan (hipertermia) (Copp & Greene, 2014; Sudiwala et al, 2016).
c. Patogenesis
Terhentinya proses penutupan tabung saraf embrio merupakan salah
satu mekanisme terjadinya NTD maka disebut juga dengan istilah disrafia
(teori developmental arrest). Ada teori lain yang menjelaskan bahwa NTD
disebabkan oleh peningkatan tekanan intraventrikular karena produksi
cairan serebrospinal yang berlebihan yang mungkin menimbulkan celah
atau defek pada tabung saraf (teori hidro dinamik). Sebagian besar NTD
sering dilaporkan akibat dari kegagalan utama dari penutupan tabung saraf
embrio, namun ada beberapa bukti klinis dan eksperimental yang kuat
dalam mendukung kemungkinan tabung saraf yang telah tertutup dapat
membuka kembali (teori neuroskisis). Pada teori herniasi sekunder juga
menjelaskan NTD terbentuk pada stadium perkembangan bayi yang sudah
lanjut (Satyanegara, 2010).
Pada studi eksperimental menjelaskan bahwa cacat pasca penutupan
relatif terjadi dalam onset yang lambat dan mungkin terjadi selama jangka
waktu selama perkembangan. Sebagian besar sumber menggambarkan
NTD sebagai kelainan perkembangan tunggal dan mekanisme
patogenetiknya merupakan akibat langsung dari penutupan kegagalan
tabung saraf.
Namun harus diketahui bahwa NTD sebagai bagian dari kesalahan
perkembangan yang mempengaruhi tidak hanya tabung saraf tetapi juga
meninges, struktur kerangka aksial dan beberapa organ non-neural.
Mielomeningokel hampir selalu dikaitkan dengan malformasi Chiari II.
Dalam sebuah studi yang membandingkan frekuensi dan pola NTD
terisolasi dengan yang terkait dengan kelainan lainnya, mencatat bahwa
adanya pengelompokan yang signifikan dari cacat perkembangan yang
terkait dengan jumlah kraniokiskisis dan upper thoracic spina bifida, lebih
jarang dengan anensefalus dan lumbosakral spina bifida dan tidak pernah
dengan sakral spina bifida. Pola definitif ini mungkin menyiratkan adanya
hubungan antara mekanisme NTD dengan anomali perkembangan yang
terkait. Mereka berpostulat bahwa kelainan tambahan timbul sebagai akibat
induksi mekanik oleh gangguan spesifik dari tabung saraf dan jaringan
sekitarnya (Padmanabhan, 2006).
e. Diagnosis
Neural Tube Defects secara klinis tampak sebagai benjolan di daerah
kepala ataupun daerah tulang belakang dan telah ada sejak lahir.
Pemeriksaan penunjang alfa feto protein (AFP) pada cairan amnion atau
pada darah ibu dapat dilakukan khususnya pada minggu ke-15 sampai
minggu ke-20. Kadar AFP serum normal pada ibu hamil adalah <500 ng/ml
dan mencapai puncaknya pada usia gestasi 12-15 minggu. Pemeriksaan
penunjang sederhana seperti transluminasi dengan penyorotan lampu pada
benjolan maka akan tampak bayang-bayang isi sefalokel. Pemeriksaan foto
polos kepala ditujukan untuk mencari defek pada tengkorak serta mendeteksi
keadaan patologis penyerta. pemeriksaan lainnya yaitu dengan CT scan dan
USG (Satyanegara, 2010).
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
NTD selama kehamilan yaitu biopsi histopatologi. Selama neurulasi normal,
invaginasi lempeng saraf di sepanjang garis tengah untuk membentuk alur
saraf dan lipatan saraf terbentuk pada kedua sisi alur saraf. Sel-sel
neuroepitel mengalami proliferasi cepat dan elevasi, sehingga tepi lateral
lipatan saraf menekuk ke dalam untuk bertemu. Pada embrio dengan open
neural tube (eksensefalus), lipatan saraf gagal terangkat, dan sel terus
berproliferasi di sepanjang tepi tabung saraf terbuka mengakibatkan eversi
dari lipatan saraf. (Pickett et al, 2008; Waes et al, 2005).
f. Penatalaksanaan
Tindakan operasi dapat dilakukan sedini mungkin bila penderita
layak menjalaninya. Pada penderita dengan tanda-tanda infeksi (terutama
pada open NTD) maka perlu dilakukan perawatan lokal dan pemberian
antibiotik dosis tinggi (Satyanegara, 2010).
c. Etiologi
Alkohol keduanya bersifat fisik dan perilaku teratogen. Ini adalah salah
satu penyebab utama kekurangan mental di dunia. Autopsy dan magnetic
resonance imaging study telah menunjukkan microcephaly, dengan bukti
kehilangan jaringan, disgenesis serebral, dan kelainan migrasi glial dan
neuronal. Holoprosencephaly adalah karakteristik FAS. Ini adalah kondisi
yang diasosiasikan dengan kegagalan otak untuk terbagi menjadi dua bola
hemi, dan biasanya berhubungan dengan neurodevelop kelainan mental dan
wajah. Mungkin juga ada kelainan pada korpus callosum (misalnya,
agenesis, hipoplasia), batang otak dan lumum serebel, terutama bagian
anterior vermis.
Temuan lain mungkin termasuk lobus olfaktori absen, hypopla sia dari
hippocampus dan ganglia basal abnormal atau tidak ada; Biasanya
hypoplastic atau absen caudate nu clei. Pemindaian tomografi emisi Positron
telah menunjukkan kelainan pada metabolisme glukosa, terutama di inti
kaudatus anterior dan ver mis dari otak kecil, bahkan dengan tidak adanya
kelainan struktural yang mencolok. Studi sedang dilakukan untuk mengatasi
kelainan otak akhir dengan neurobehavioural out.Variabilitas lesi otak
diperkirakan berasal dari perbedaan jumlah alkohol yang tertelan, tepian dan
waktu minum, atau kemampuan genetik ibu untuk memetabolisme alkohol.
d. Faktor resiko
Usia ibu dan jumlah alkohol yang dikonsumsi berhubungan langsung
dengan cacat kognitif pada sekelompok bayi yang terpapar alkohol. Tidak
ada hubungan antara minum ibu dan perkembangan saraf datang dengan
asupan ambang kurang dari 15 mL (0,5 ons) alkohol per hari, namun di atas
tingkat ini, bayi dari ibu yang berusia lebih dari 30 tahun berusia dua sampai
lima kali lebih banyak.
Cenderung cacat fungsional daripada ibu muda. Cacat fungsional yang
signifikan terlihat terutama pada bayi yang ibunya minum lebih dari lima
gelas per kesempatan rata-rata setidaknya seminggu sekali. Namun, bahkan
di kalangan ibu yang menggunakan alkohol, FAS pada bayi baru lahir terus
tidak dikenali.Penanda biokimia pada ibu dapat membantu mengukur jumlah
alkohol yang dikonsumsi.
Stoler dkk mengukur empat penanda darah selama kehamilan: transferin
bohidrate-kekurangan transferrin, gamma-glutamil transpeptidase, volume
sel darah merah rata-rata dan asetaldehida terkait darah. Semua ibu yang
mengkonsumsi alkohol sedikitnya 29,6 mL per hari memiliki setidaknya satu
penanda. Semua ibu dengan dua atau lebih penanda memiliki bayi yang
ketinggian, bobot dan lingkar kepala kurang dari bayi normal.
e. Manifestasi klinis
Efek dari paparan alkohol prenatal berkisar dari kematian atau FAS di
salah satu ujung spektrum, ke normalitas relatif di ujung yang lain.
Diagnosis FAS didasarkan pada tiga serangkai fitur pada individu yang
terpapar alkohol dalam kandungan: defisiensi pertumbuhan sebelum dan
sesudah melahirkan, pola karakteristik kelainan wajah dan disfungsi sistem
saraf pusat.
Ciri-ciri wajah yang tidak normal termasuk kencing palpebral pendek,
jarak intercanthal yang meningkat, wajah yang rata dengan filamen pendek,
tidak ada atau hipoplastik, dan mulut berbentuk busur dengan bibir atas yang
tipis. Standar untuk fitur ini telah ditetapkan.Sekuele paling parah dari
kandungan alkohol janin pasti bersifat neurobehavioural, terkait dengan efek
alkohol pada sistem saraf pusat. Sebagai tambahannya Microcephaly,
disfungsi sistem saraf pusat dapat mempengaruhi kecerdasan, aktivitas dan
perhatian, pembelajaran dan ingatan, kemampuan bahasa dan motor, dan
perilaku.
Selain itu juga terdapat manifestasi dari fetal alkohol syndrome ini
adalah keterbelakangan mental, kelainan bentuk kerangka dan system organ
besar (terutama jantung dan otak), gangguan pertumbuhan, masalah sistem
saraf pusat, miskin keterampilan motorik, kematian, masalah belajar,
memori, interaksi sosial, gangguan perhatian,gangguanbicara dan atau
gangguan peendengaran. Ada juga fitur wajah yang merupakan ciri khas dari
bayi dengan FAS. Fitur-fitur ini meliputi: mata kecil, hidung pendek atau
terbalik , pipi datar, dan bibir tipis. Fitur-fitur ini memudar ketika anak
tumbuh, tapi tetap mengalami kesulitan seumur hidup.
Ada juga istilah akibat alkohol yang lain dari FAS yaitu Fetal Alcohol
Effects (FAE) yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu Alcohol-Related
Neurodevelopmental Disorder (ARND) dan Alkohol-Related Birth Defect
(ARBD).
ARND menggambarkan gangguan mental dan perilaku seperti
ketidakmampuan belajar, prestasi sekolah yang buruk, kesulitan
mengendalikan dorongan hati, dan masalah dengan ingatan, perhatian dan /
atau penilaian.ARBD menggambarkan kelainan bentuk dari sistem kerangka
dan sistem organ utama seperti cacat jantung, ginjal, tulang, dan / atau sistem
pendengaran.Perbedaan antara FAS dengan FAE adalah FAS adalah hasil
dari dosis tinggi konsumsi alkohol selama kehamilan, seperti pesta minum
dan / atau minum secara teratur.Sedangkan FAE adalah hasil dari minum
alkohol secara moderat selama kehamilan.Namun demikian tetap saja efek
FAE bersifat ireversibel dan seumur hidup.
Tidak ada jumlah alkohol yang aman untuk dikonsumsi selama
kehamilan, semakin banyak alkohol yang dikonsumsi, maka semakin besar
risiko pada bayi. Alkohol bersifat teratogen .Teratogen adalah suatu
zat/bahan yang dapat merusak perkembangan bayi.Alkohol dapat melintasi
plasenta dan masuk ke bayi.Bila ibu minum alkohol, maka bayinya juga ikut
"minum". Oleh karena itu, alkohol bisa berbahaya bagi perkembangan
bayi .FAS dan FAE 100% bisa dicegah dengan cara abstain dari alkohol
selama kehamilannya. Oleh karena itu, jika sedang hamil, atau sedang
berusaha untuk hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi alkohol sama sekali.
j. Pencegahan
1. Program Multimedia Untuk Mencegah FAS
Salah satu bentuk kegiatan yang dapat mencegah terjadinya FAS
adalah melakukan program multimedia. Program ini bertujuan untuk
memberikan informasi menyeluruh kepada masyarakat meliputi seperti
apa gambaran sejarah dari terjadinya FAS dan semua hal yang
menyangkut FAS (Lachausse, 2008).
Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan tayangan persentasi
menggunakan slide pada program power point yang terdiri dari 30-35
slide tergantung informasi atau kebutuhan yang ingin disampaikan oleh
terapis.Studi yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukan bahwa
program ini sangat efektif untuk memberikan intervensi awal dalam
mencegah terjadinya FAS. Dengan menggunakan metode quasi-
eksperimen longitudinal, yang kemudian diukur dengan berbagai skala
FAS, seperti The Knowledge Regarding Fetal Alcohol Syndrome (FAS)
yang diadaptasi dari the FAS Knowledge, Attitudes, Beliefs, and
Behaviors (KABB) Survey. Studi ini memberikan hasil yang efektif
dalam meningkatkan pengetahuan subyek tentang FAS, tetapi secara
signifikan tidak terlalu efektif dalam meningkatkan sikap dan
kepercayaan mereka terhadap bahaya yang bisa terjadi pada masa
kehamilan dikarenakan alkohol (Lachausse, 2008).
2. Pencegahan dengan Community-Based Narrowcasting Campaign
Kegiatan lain yang juga efektif dalam melakukan pencegahan terjadinya
FAS adalah melakukan aksi komunitas yang bertujuan meningkatkan
kesadaran lingkungan sekitar tentang pentingnya menjauhi alkohol (Glik,
Prelip, Myerson, & Eilers, 2008). Kegiatan ini dilakukan dengan cara
melakukan aksi promosi dan sharing antar kelompok mengenai dampak
terburuk dari penggunaan alkohol. Sebuah norma sosial diterapkan sebagai
model yang baik yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok. Setiap
kelompok akan berbagi strategi dan penyampain promosi terbaiknya, juga
melakukan monitoring efektif terhadap perkembangan anggota kelompoknya.
2.6.3. Anencephaly
a. Definisi
Anencephaly adalah cacat lahir serius yang menyebabkan bayi terlahir
tanpa sebagian otak dan tengkoraknya. Anencephaly adalah jenis cacat
tabung saraf. Tabung saraf adalah struktur embrio yang akhirnya
berkembang menjadi otak dan tengkorak bayi, juga sumsum tulang belakang
dan jaringan lain yang menyertainya. Tabung saraf biasanya terbentuk pada
awal kehamilan dan menutup pada hari ke-28 setelah pembuahan.
Anencephaly terjadi ketika bagian atas tabung saraf gagal menutup dengan
sempurna. Akibatnya, otak dan sumsum tulang belakang bayi yang sedang
berkembang jadi terpapar oleh cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam
rahim. Paparan cairan ketuban ini kemudian menyebabkan jaringan sistem
saraf terurai dan hancur.
c. Diagnosis
Anencephaly dapat didiagnosis selama kehamilan atau setelah bayi
lahir. Selama kehamilan, ada tes skrining prenatal untuk memeriksa cacat
lahir dan kondisi lainnya. Anencephaly akan mengakibatkan hasil abnormal
pada tes skrining darah atau serum AFP (alpha fetoprotein), atau mungkin
terlihat saat USG (yang akan memperlihatkan gambar tubuh bayi). Jika
kehamilan Anda berisiko tinggi untuk anencephaly, skrining harus dilakukan
antara minggu ke 15 dan 20, dengan waktu terbaiknya adalah di minggu ke-
16. Dalam beberapa kasus, anencephaly hanya terlihat saat bayi lahir.
d. Pencegahan
Mendapatkan cukup asam folat sebelum dan selama awal kehamilan
dapat membantu mencegah cacat tabung saraf, seperti anencephaly.
Perempuan usia subur dianjurkan untuk mengonsumsi 0,4 mg asam folat
setiap hari, baik melalui asupan makanan maupun suplemen. Pemenuhan
asam folat pun tetap penting bahkan jika Anda tidak berniat untuk hamil. Ini
untuk berjaga-jaga, karena cacat tabung saraf terbentuk sangat dini di usia
kehamilan, seringkali sebelum wanita menyadari bahwa mereka sedang
hamil.
Wanita yang pernah mengalami kehamilan sebelumnya yang
terpengaruh cacat tabung saraf disarankan untuk mengonsumsi 4 mg asam
folat yang dimulai 30 hari sebelum pembuahan hingga trimester pertama di
bawah perawatan dokter mereka.
Namun jangan mengonsumsi asam folat lebih dari 1 mg, kecuali jika
disarankan oleh dokter demikian. Dosis asam folat tinggi dapat menutupi
diagnosis anemia pernisiosa yang disebabkan oleh defisiensi B12.
e. Pengobatan
Tidak ada obat atau pengobatan standar untuk bayi anencephaly.
Hampir semua bayi yang lahir dengan anencephaly akan meninggal tak lama
setelah kelahiran. Namun begitu, bayi yang selamat akan diberikan
perawatan suportif. Bayi akan dijaga tetap hangat dalam inkubator, dan area
otaknya yang rentan akan dilindungi. Terkadang botol khusus digunakan
untuk membantu memberi makan bayi yang mungkin mengalami kesulitan
menelan ASI.
2.6.5. Autisme
a. Definisi
Kata autisme diambil dari kata Yunani “autos” yang berarti aku
(Suharmini, 2002) dalam (Purwanta 2012:115). Autisme merupakan
gangguan perkembangan yang memiliki ciri-ciri bahwa anak seolah-olah
hidup dalam dunianya sendiri atau memiliki dunia sendiri dan tidak ada
kontak dengan orang lain. Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh
Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Autistic Disturbance of
Affective Contact) pada tahun 1943.
Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan
dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat,
adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat
dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam
lingkungannya.
Gangguan tersebut ditandai dengan ketidakmampuan melakukan
interaksi sosial dan seperti hidup dalam dunianya sendiri, pada umumnya
perkembangan ini terjadi pada masa anak-anak atau yang disebut dengan
gejala autis infantil. Banyak juga di antara mereka suka menyakiti dirinya
sendiri dan berperilaku sangat ekstrim, misalnya suka melakukan kegiatan
gerak yang sama selama berjam-jam setiap waktu atau stereotype Alloy, L.
B. (2005 : 93) dalam (Delphie 2009 : 4-5). Berdasarkan beberapa pandangan
mengenai pengertian anak autis, dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
anak yang mengalami gangguan perkembangan pada fungsi otak yang
mengakibatkan anak kesulitan melakukan interaksi sosial dan tidak mampu
menggunakan bahasa verbal maupun non verbal yang sesuai dengan kondisi
lingkungan dan sekitarnya.
3.1. Kesimpulan
1. Teratogen adalah suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang
abnormal.
2. Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan.
3. Faktor yang menyebabkan cacat ada 2, yaitu:
Faktor genetis
Dan faktor lingkungan
4. Tahap perkembangan janin dalam kandungan, yaitu:
Tahap Pradiferensiasi
Tahap Embrio
Tahap Janin
5. Penyakit karena teratogen, yaitu:
Neural Tubes Defect (NTD)
Fetal Alcohol Syndrome (FAS)
Anencephaly
Bayi Cacat
Autisme
3.2. Saran
Diharapkan dengan adanya sumber tentang zat teratogen yang menyebabkan penyakit
pada janin sehingga pembaca lebih dapat memahami dan mengetahui informasi
tersebut.