1 Drama TUCUXI
Mobil balap yang dinamakan Tucuxi yang bisa melaju hingga kecepatan
193 km/jam ini sempat diuji coba dari rumah dinas Dahlan di Widya Candra ke
Bandara Soekarno- Hatta. Saat uji coba ini Dahlan sempat mengemukakan
sejumlah kekurangan.Namun, Danet yang pernah 11 tahun tinggal di negeri
Paman Sam tak menyangka, hari itu menjadi hari terakhirnya menyaksikan mobil
sport listrik yang disebut-sebut tak kalah dengan Ferrari ini. Karena mulai
keesokan harinya, Danet putus hubungan dengan Dahlan. Danet tak lagi memiliki
akses untuk melakukan pemeliharaan apalagi melakukan servis terhadap mobil
yang dibanderol Rp 1,5 miliar itu.
Mobil yang mulai masuk inkubasi sejak 2004 ini, oleh Dahlan kemudian
dipamerkan ke publik di Senayan pada 23 Desember. Namun tak lama kemudian
mobil yang riset produksinya memakan biaya Rp 3 miliar itu, diketahui sudah
berada di Yogyakarta. Setelah menjalani uji coba di Kawasan Kaliurang, Tucuxi
ini kembali dikandangkan di bengkel Kupu-Kupu Malam, di Jalan Magelang,
Sleman, untuk menjalani penyempurnaan. Namun dalam penyempurnaan kali ini,
Dahlan tidak melibatkan Danet. Ia malah mempercayakannya ke pemilik Kupu-
Kupu Malam, Rudy Purnomo serta Kunto Wibisono. Dahlan juga mengutus
Ricky Elson untuk ‘mengawasi’ penyempurnaan ini.
Di kalangan pencinta mobil, nama Kupu-Kupu Malam sudah diakui.
Bengkel yang berdiri sejak 2005 ini banyak melakukan pekerjaan modifikasi
mobil-mobil mahal. Pelanggannya, tak hanya dari Yogyakarta dan sekitarnya, tapi
hingga ke mancanegara. Namun ini justru membuat Danet gusar. Ia merasa
ditinggalkan serta menuduh Kupu-Kupu Malam dan Dahlan tak sekadar
menyempurnakan mobil yang dibidaninya. Mereka akan menyontek teknologi
yang digunakan. Padahal sebelumnya sudah ada kesepakatan antara Danet,
Dahlan dan Kupu-Kupu Malam untuk tidak saling membuka rahasia, serta
menjaga hak cipta desain dan desain engineering mobil.
Danet juga menuduh Dahlan sengaja mengundang dosen dari Universitas
Gadjah Mada (UGM), Jayan Sentanuhady dan Eka Firmansyah, untuk
mempelajari desain mobil yang konon sudah dipatenkan di Amerika Serikat (AS)
itu. Atas dasar inilah, pada 2 Januari 2013 atau tiga hari sebelum kecelakaan,
Danet menyatakan keluar dari perjanjian kerja sama dengan Kupu-Kupu Malam.
Sehingga ia menolak bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa Dahlan.
Pada 5 Januari, Dahlan menabrakkan Tucuxi ke tebing di Desa Dadi Kecamatan
Plaosan, Magetan, setelah rem mobil itu blong.
Danet malah menuduh kecelakaan itu terjadi karena ada pembongkaran
dan penggantian komponen,mobil yang katanya sudah dipesan juga oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. Rem yang tidak berfungsi baik saat
kecelakaan menurutnya disebabkan oleh penggantian electric vacuum pump.
Padahal komponen ini sangat penting bagi mobil elektrik untuk menghasilkan
tenaga pengisap bagi rem booster. “Alat ini apabila diganti dengan produk lain
yang tidak reliable akan mengakibatkan kehilangan daya rem,” tambah Danet.
Dari semua perubahan yang dilakukan, pembongkaran electric vacuum
pump memang yang paling dikhawatirkan Danet. Pasalnya, Tucuxi bakal
kehilangan performa. Semua feature safety yang telah dipasang juga bakal tak
berfungsi. Apalagi, menurut Danet pembongkaran dilakukan oleh orang yang
tidak qualified. Namun tuduhan ini dibantah. Dahlan menegaskan sebagai pembeli
ia berhak melakukan perubahan apa pun terhadap mobil yang dibelinya, tanpa
harus melaporkan kepada produsennya. Terkait sistem pengereman, menurut
Dahlan itu bukan modifikasi tetapi reparasi. Teknologi dia adalah teknologi mobil
listrik yang tidak menggunakan gearbox.
Dahlan mengaku saat menguji coba Tucuxi akhir Desember lalu, ia
memberikan sejumlah masukan kepada Danet, termasuk empat kekurangan yang
menurut Dahlan cukup vital. Namun ia menolak memaparkan apa saja kelemahan
Tucuxi. Setelah kejadian ini, Dahlan menyadari ‘kelemahan’ Tucuxi karena tidak
menggunakan gearbox. Tanpa menggunakan gearbox, Tucuxi memang lebih irit
energi, tetapi teknologi ini tak sesuai untuk jalanan menurun tajam. Rem seperti
apa pun tanpa bantuan gearbox, bebannya akan terlalu berat.
Bantahan juga datang dari Jayan Sentanuhady. Dosen Teknik Mesin,
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada itu mengaku, belum lama ini memang
pernah dimintai masukan terkait Tucuxi.
Sebagai sesama ‘klien’ Kupu-Kupu Malam, Jayan mengaku sering
bertemu Danet. “Tapi kita say hello saja, sesama customer,” ujarnya. menyebut
sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa dari Tucuxi, kecuali bodinya yang
menggunakan aramid-carbon fiber composite. Di Indonesia sudah banyak yang
bisa membuat mobil listrik, karena menurutnya secara sederhana, mobil listrik itu
terdiri dari motor, controller pedal.
Danet adalah satu dari Pandawa Putra Petir yang direkrut Dahlan untuk
mengembangkan mobil listrik. Selain Danet, Dahlan juga merekrut Dasep
Ahmadi, Ravi Desai, Mario Rivaldi dan Ricky Elson. Kelima orang ini bekerja
terpisah. Masing-masing mengerjakan prototipe versinya sendiri. Dasep yang
lulusan ITB, berhasil melahirkan mobil listrik Evina. Sedangkan Ravi Desai
melahirkan mobil listrik yang menggunakan sasis aluminium dan prototype
sepeda motor listrik. Setelah kecelakaan ini, entah bagaimana masa depan Tucuxi.
Namun Dahlan mengisyaratkan masih mungkin bekerja sama dengan Danet