Dibuat Oleh
Nama Mahasiswa : Toar Enjel Tangkere
NIM : D10119607
A. Pendahuluan
Tumbuhnya konsepsi kekayaan atas karya-karya intelektual pada
akhirnya digunakan untuk melindungi dan mempertahankan kekayaan
intelektual tersebut. Pada akhirnya, kebutuhan ini melahirkan konsepsi
perlindungan hokum atas kekayaan intelektual tadi, termasuk pengakuan
hak atas karya tersebut. Sesuai dengan hakikatnya pula, HaKI
dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang bersifat intangible(tidak
berwujud). Jika dilihat dari latar belakang sejarah mengenai HaKI terlihat
bahwa di Negara-negara barat penghargaan atas hasil pikiran individu sudah
sangat lama diterapkan dalam budaya mereka yang kemudian diterjemahkan
kedalam undang-undang. HaKI di Negara-negara barat bukan hanya sekedar
perangkat hukum yang digunakan untuk perlindungan terhadap hasil karya
intelektual seseorang, akan tetapi juga dipakai sebagai alat strategi usaha
dimana suatu penemuan dapat dikomersialkan sebagai kekayaan intelektual,
ini memungkinkan pencipta tersebut dapat mengeksploitasi ciptaannya
secara ekonomi. Hasil dari komersialisasi penemuan tersebut dapat
menyebabkan pencipta karya intelektual itu untuk terus berkarya dan
meningkatkan mutu karyanya dan menjadi contoh bagi yang lainnya.
Sehingga akan timbul keinginan pihak lain untuk dapat berkarya dengan
lebih baik sehingga timbu kompetisi di dalamnya.
Di Indonesia penerapan HaKI baru dapat dilakukan akhir-akhir ini, ini
dikarenakan sudah mulai banyaknya kasus-kasus yang melibatkan kekayaan
intelektual didalamnya, oleh karena itu maka pada tahun 2002 disahkanlah
undang-undang tentang HaKI, yang mengatur tata cara, pelaksanaan, dan
penerapan HaKI di Indonesia. Dengan adanya UU HaKI,diharapkan dapat
lebih mengatur tentang hak-hak seseorang terhadap karyanya, dan juga
dapat menjerat pelaku kejahatan HaKI.
B. Pembahasan
a) Pengertian HAKI
b) Sejarah HaKI
c) Jenis-Jenis HaKI
Hak cipta adalah hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaanya dan
salinannya. Pembuat sebuah ciptaan memiliki hak penuh terhadap
ciptaaannya tersebut. Hak-hak tersebut misalnya adalah hak-hak untuk
menyerahkan hak-hak tersebut ke pihak lain. Hak cipta berlaku seketika
setelah ciptaan tersebut dibuat. Hak cipta tidak perlu didaftarkan terlebih
dahulu. Sebagai contoh, Microsoft membuat sebuah perangkat lunak
Windows. Yang berhak untuk membuat salinan dari Windows adalah
Microsoft sendiri. Kepemilikan hak cipta dapat diserahakan secara
sepenuhnya atau sebagian ke pihak lain.
Contoh lain yang dapat kita pelajari adalah, musisi pop pada umumnya
menyerahkan seluruh kepemilikan dari ciptaannya kepada perusahan label
dengan imbalan-imbalan tertentu. Misalnya Peterpan membuat sebuah
album, kemudian menyerahkan hak ciptanya secara penuh ke perusahaan
label Sony BMG. Setelah itu yang memiliki hak cipta atasa album tersebut
bukan lagi Peterpan, melainkan Sony BMG. Serah terima hak cipta tidak
harus pembelian ataupun penjualan, sebagai contoh adalah lisensi GPL yang
umum digunakan pada perangkat lunak opensource. GPL memberikan hak
kepada orang lain untuk menggunakan ciptaannya asalkan memodifikasi
ciptaan tersebut, hal ini akan mendapatkan lisensi yang sama.
Kasus Pertama :
Pertanyaan :
Jawaban :
Analisa
Tapi dari kedua pendapat tersebut menimbulkan celah hukum bagi pihak-
pihak untuk melakukan interpretasi hukum demi kepentingannya sendiri.
Pengacara dari Pihak PT A akan dengan mudah memberikan alasan hukum
bahwa kliennya dalam posisi dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan.Tapi pihak PT. B akan merasa dirugikan dengan apa yg dilakukan
oleh PT. A, karena secara material sangat merugikan oleh apa yg dilakukan
oleh PT. A. dan ini bisa dilihat dari apa yang dilakukan oleh PT. A untuk
kepentingan produk-produk unggulan mereka yang ujung-ujungnya adalah
kepentingan komersialisasi, kepentingan pendidikan yg berkedok
kepentingan penelitian dan keilmuan. bisa dlihat dalam pasal 72 UU No.19
tahun 2002.
Kasus Kedua
PT. Hikayat Indah (PT.HI) menerbitkan buku kumpulan cerita rakyat untuk
anak-anak dalam bahasa Indonesia. Buku itu dijual secara luas di
masyarakat. Setahun kemudian, PT. Dongeng Abadi (PT.DA) juga
menerbitkan buku kumpulan serupa. Judul buku dan perwajahan PT.DA
mirip dengan buku PT.HI, susunan cerita keduanya tidak sama, dan dalam
buku PT.DA terdapat ilustrasi gambar sementara di buku terbitan PT .HI
tidak ada. PT. HI tidak mendaftarkan ciptaannya ke Direktorat jenderal
HKI. PT. HI berniat menggugat PT. DA dengan alasan PT. DA melanggar
hak ciptanya.
Pertanyaan :
a. Menurut Anda apakah terjadi pelanggaran hak cipta dalam kasus di atas
dan apa yang harus Anda perhatikan untuk menentukan ada atau tidaknya
pelanggaran hak cipta dalam kasus di atas? Berikan analisis Anda.
Jawaban :
a. Kasus diatas telah terjadi pelanggaran hak cipta. Hal ini dikarenakan
adanya kemiripan hak cipta berupa judul buku dan perwajahan yang
diterbitkan oleh PT. DA dengan yang diterbitkan oleh PT. HI dan sudah
menimbulkan ketidak nyamanan oleh PT. HI sebagai penerbit buku lebih
awal dengan judul dan perwajahan yg sama oleh oleh PT. DA.
2. Adanya kesamaan Judul buku dan perwajahan buku yang diterbitkan oleh
PT.DA dengan yg diterbitkan oleh PT.HI.
3. Pelanggaran hak cipta tidak harus terjadi secara keseluruhan tetapi juga
terjadi apabila ada kesamaan sebagian.
4. Pelanggaran hak cipta berupa kesamaan Judul buku dan perwajahan buku
yang diterbitkan oleh PT.DA dengan yg diterbitkan oleh PT.HI. adalah
kesamaan inti dari sebuah hak cipta.
5. Adanya kesamaan Judul buku dan perwajahan buku yang diterbitkan oleh
PT.DA dengan yg diterbitkan oleh PT.HI. tanpa adanya komunikasi dan
kontrak oleh pihak PT. DA kepada pihak PT. HI sebagai pemegang hak
cipta buku yang Judul buku dan perwajahan buku yang sama tersebut.
2. Paten (Patent)
Berbeda dengan hak cipta yang melindungi sebuah karya, paten melindungi
sebuah ide, bukan ekspresi dari ide tersebut. Pada hak cipta, seseorang yang
lain berhak membuat karya lain yang memilki hak cipta. Sedangkan pada
paten, seseorang tidak berhak untuk membuat sebuah karya yang cara
bekerjanya sama dengan sebuah ide yang dipatenkan. Contoh dari paten
misalnya adalah algoritma pagerank yang dipatenkan oleh google. Pagerank
dipatenkan pada kantor paten Amerika Serikat. Artinya pihak lain di
Amerika Serikat tidak dapat membuat sebuah karya berdasarkan algoritma
pagerank, kecuali jika ada perjanjian dengan Google.
Sebuah ide yang dipatenkan haruslah ide yang orisinil dan belum pernah ad
aide yang sam sebelumnya. Jika suatu saat ditemukan bahwa sudah ada
yang menemukan ide tersebut sebelumnya, maka hak paten tersebut dapat
dibatalkan. Sama seperti hak cipta, kepemilikan hak cipta dapat ditransfer ke
pihak lain, baik sepenuhnya maupun sebagian. Pada industri perangkat
lunak, sangat umum perusahaan besar memiliki portfolio paten yang
berjumlah ratusan, bahkan ribuan. Sebagian besar perusahaan-perusahaan
ini memiliki perjanjian cross-licensing, artinya “Saya izinkan anda
menggunakan paten saya asalkan saya boleh menggunakan paten anda”.
Akibatnya hukum paten pada industri perangkat lunak sangat merugikan
perusahaan-perusahaan kecil yang cenderung tidak memiliki paten.
Tetapi ada juga perusahaan kecil yang menyalahgunakan hal ini. Misalnya
Eolas yang mematenkan treknologi plug-in pada web browser. Untuk kasus
ini, Microsoft tidak dapat ‘menyerang’ balik Eolas, karena Eolas sama
sekali tidak membutuhkan paten yang dimiliki oleh Microsoft. Eolas bahkan
sama sekali tidak memiliki produk atau layanan, satu-satunya hal yang
dimiliki Eolas hanyalah paten tersebut. Oleh karena itu, banyak pihak tidak
setuju terhadap paten perangkat lunak karena sangat merugikan industri
perangkat lunak. Sebuah paten berlaku di sebuah negara. Jika sebuah
perusahaan ingin patennya berlaku di negara lain, maka perusahaan tersebut
harus mendaftarkan patennya di negara l;ain tersebut. Tidak seperti hak
cipta, paten harus didaftarkan terlebih dahulu sebelum berlaku.
Berbeda dari jenis haki lainnya, rahasia dagang tidak dapat dipublikasikan
ke public. Sesuai namanya, rahasia dagang bersifat rahasia. Rahasia dagang
dilindungi selama informasi itu tidak “dibocorkan” oleh pemilik rahasia
dagang. Contoh dari rahasia dagang adalah resep minuman caca cola, untuk
beberapa tahun, hanya coca cola yang memiliki resep tersebut. Perusahaan
lain tidak berhak mendapatkan resep tersebut, misalnya dengan membayar
pegawai coca cola. Cara yang legal untuk mendapatkan resep tersebut
adalah dengan cara rekayasa balik (reverse engineering). Sebagai contoh,
hal ini dilakukan oleh competitor coca cola dengan menganalisis kandungan
dari minuman coca cola.
Hal ini masih legal dan dibenarkan oleh hukum. Oleh karena itu saat ini ada
minuman yang rasanya mirip dengan coca cola, misal pepsi, RC cola, atau
Diet coke. Contoh lain adalah kode sumber (source code) dari Microsoft.
Microsoft memiliki banyak competitor yang coba meniru windows. Dan
terdapat suatu proyek wine yang bertujuan menjalankan aplikasi windows di
linux. Pada suatu saat, kode sumber windows tersebar di internet dengan
tanpa sengaja. Karena kode sumber windows adalah rahasia dagang, maka
proyek wine tidak diperkenan melihat atau mempergunakan kode sumber
yang telah bocor tersebut. Sebagai catatan kode sumber windows
merupakan rahasi dagang, karena Microsoft tidak mempublikasikan kode
sumber tersebut. Pada kasus lain, produsen prangkat lunak memilih untuk
mempublikasikan kode sumbernya (misalnya pada perangkat lunak
OpenSource). Pada kasus ini, kode sumber termasuk dalam hak cipta, bukan
rahasia dagang.
C. Penutup