Anda di halaman 1dari 138

PERANCANGAN BARU INTERIOR THE HOTEL ALANA BANDUNG

DENGAN PENDEKATAN LOKALITAS

LAPORAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana dari
Universitas Telkom Bandung

Oleh

NABILA PUTRI
YASMIN
NIM: 1603164157
(Program Studi Desain Interior)

FAKULTAS INDUSTRI KREATIF


UNIVERSITAS TELKOM
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
PERANCANGAN BARU INTERIOR THE HOTEL ALANA BANDUNG
DENGAN PENDEKATAN LOKALITAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu


Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Desain
Pada Program Studi S1 Desain Interior
Fakultas Industri Kreatif
Universitas Telkom

Oleh
Nabila Putri Yasmin
NIM: 1603164157
(Program Studi Desain Interior)

Bandung, 27 November 2020


Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Imtihan Hanum, S.Sn, M.Ds. Ardianto Nugroho S.Sn, M.A.B.


Nik. Nik.

i
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Nabila Putri Yasmin
NIM 1603164157
Program Studi : Desain Interior, Fakultas Industri Kreatif
Institusi : Universitas Telkom
Judul Tugas Akhir : PERANCANGAN BARU INTERIOR THE HOTEL ALANA
BANDUNG DENGAN PENDEKATAN LOKALITAS

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan laporan Tugas Akhir ini
berdasarkan penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli dari saya sendiri.
Penulis tidak melakukan penjiplakan kecuali melalui pengutipan dengan etika
keilmuan yang berlaku. Penulis bersedia menanggung risiko/sanksi apabila ditemukan
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam Laporan Tugas Akhir.

Demikian pernyataan ini dbuat dengan sesungguhnya, dalam keadaan sadar tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Bandung, 27 November 2020

Nabila Putri Yasmin


1603164157

ii
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Telkom Bandung, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Nabila Putri Yasmin
NIM 1603164157
Jurusan/Program Studi : S1 – Desain
Interior Jenis Karya : Tugas Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Telkom Bandung Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PERANCANGAN BARU INTERIOR THE HOTEL ALANA DI BANDUNG


DENGAN PENDEKATAN LOKALITAS

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas


Royalti/Noneksklusif ini Universitas Telkom Bandung berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan
ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandung

Pada Tanggal :

Yang menyatakan

5
(Nabila Putri Yasmin)

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena dengan rahmat, izin,
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Baru
Interior The Alana Hotel di Bandung dengan Pendekatan Lokalitas.

Penyusun berusaha menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik mungkin yang tentunya
berkat dari bantuan dan dorongan beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan hormat penyusun
ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, kakak, saudara, dan keluarga yang telah memberi dukungan dan
bantuan kepada penyusun dalam bentuk moral, material, dan do’a.
2. Ibu Imtihan Hanum, S.Sn., M.Ds. selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ardianto
Nugroho, S.Ds, M.A.B. selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberikan
saran, arahan, dan bimbingannya kepada penyusun dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
3. Bapak Hendi Anwar, S.T, M.T. selaku dosen wali yang telah memberikan arahan
dan masukan selama kurang lebih empat tahun.
4. Teman-teman Prodi Desain Interior 2016, teman-teman kelas DI 40 01 yang telah
berjuang bersama dari mulai PKKMB hingga melaksanakan Tugas Akhir ini khususnya
kepada Putri Utami, Putri Dwi, Devi, Nidya, Adul, Aji, Melva, Friska, Neysa, Andi
Ade, Tresna, dan Zaki yang selalu memberikan dukungan dan saran kepada penyusun.
5. Teman dekat penyusun yang telah menemani dari awal penyusunan Tugas Akhir
ini khususnya kepada Vinna, Yudithia, dan Bang Deo yang selalu mendengarkan
dan memberikan dukungan kepada penyusun.
6. Seluruh pihak yang telah membantu, mendukung, dan senantiasa mendoakan penyusun
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang penyusun tidak dapat sebutkan satu
persatu.

Bandung, 27 November 2020

7
Penyusun

8
ABSTRAK

PERANCANGAN BARU INTERIOR THE ALANA HOTEL DI BANDUNG


DENGAN PENDEKATAN LOKALITAS

Nabila Putri Yasmin

Desain Interior, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom


Jl. Telekomunikasi No.1, Terusan Buah Batu, Sukapura, Bandung, Jawa Barat 40257

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang paling diminati di daerah Jawa Barat
karena banyaknya area tempat wisata yang tersedia. Dengan terus meningkatnya jumlah
wisatawan di Kota Bandung maka kebutuhan akan hotel resort pun semakin meningkat. Bandung
ini memiliki potensi besar mengenai banyaknya wisatawan yang akan dating dan menginap di
hotel dan resort. Ketika situasi pandemi membuat para wisatawan kesulitan mengunjungi tempat
pariwisata disekitar Bandung. Sehingga, karena wisatawan terus meningkat tetapi tempat
wisatawan semakin sedikit maka dibutuhkan hotel dan resort yang menyediakan tempat
beristirahat namun sekaligus menyediakan tempat rekreatif, edukatif, dan informatif sebagai
pengganti tempat wisata dan sebagai wadah untuk memperkenalkan lokalitas Bandung.
The Alana Hotel merupakan salah satu hotel dan resort yang diminati saat ini, konsep
yang diterapkan oleh The Alana Hotel ialah lebih mengenalkan atau menerapkan lokalitas
setempat. Penerapan lokalitas daerah pada interior hotel resort ini dalam bentuk elemen warna,
bentuk, material, ragam hias, sirkulasi, dan pencahayaan. Penerapan lokalitas ini mempunyai
tujuan untuk memperkuat ciri khas konsep The Alana Hotel dan memperkenalkan lokalitas
Bandung kepada wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Metode yang digunakan dalam
penulisan ini yaitu dengan menetapkan objek, pengumpulan data survey, studi literatur dan
preseden ideal mengenai hotel dan resort, menganalisis data, penerapan konsep pada interior.
Tujuan dari perancangan baru ini adalah untuk menciptakan interior The Alana Hotel sesuai
dengan regulasi-regulasi The Alana Hotel, sesuai dengan informatif, edukatif, dan rekreatif yang
dapat dirasakan oleh wisatawan.

Kata Kunci: Hotel dan Resort, Lokalitas.


9
ABSTRACT

NEW INTERIOR DESIGN OF THE ALANA HOTEL IN BANDUNG WITH A


LOCALITY APPROACH

Nabila Putri Yasmin

Interior Design, Faculty of Creative Industries, Telkom University


Telekomunikasi Street No.1., Terusan Buah Batu, Sukapura, Bandung, West Java, 40257

Bandung is one of the most popular cities in West Java because of the many tourist
attractions available. With the increasing number of tourists in Bandung, the need for resort
hotels is also increasing. Bandung has great potential regarding the number of tourists who will
come and stay at hotels and resorts. When a pandemic situation makes it difficult for tourists to
visit tourist spots around Bandung. Thus, because tourists continue to increase but fewer tourist
spots are needed, hotels and resorts are needed that provide a place to rest but at the same time
provide recreational, educational, and informative places as a substitute for tourist attractions
and as a forum to introduce Bandung locality.

The Alana Hotel is one of the hotels and resorts that are currently in demand, the
concept applied by The Alana Hotel is to introduce or implement local areas. The application of
regional locality in the interior of this resort hotel is in the form of elements of color, shape,
material, decoration, circulation, and lighting. The application of this locality aims to strengthen
the distinctive features of the concept of The Alana Hotel and introduce Bandung locality to
domestic and foreign tourists. The method used in this paper is by setting objects, collecting
survey data, studying literature and ideal precedents regarding hotels and resorts, analyzing
data, applying concepts to the interior. The aim of this new design is to create the interior of The
Alana Hotel in accordance with The Alana Hotel regulations, in accordance with the
informative, educational, and recreational experience tourists can experience.

Keywords: Hotel and Resort, Locality.


10
DAFTAR ISI

BAB I...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.........................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................................................2
1.4 Tujuan dan Sasaran Perancangan..................................................................................................3
1.5 Batasan Perancangan.......................................................................................................................3
1.6 Manfaat Perancangan......................................................................................................................4
1.7 Metode Perancangan........................................................................................................................4
1.8 Pembaban..........................................................................................................................................7
1.9 Kerangka Berpikir...........................................................................................................................8
BAB II.........................................................................................................................................................9
KAJIAN LITERATUR DAN STANDARISASI......................................................................................9
2.1 Literatur............................................................................................................................................9
2.2 Klasifikasi..........................................................................................................................................9
2.3 Standarisasi Hotel Resort.........................................................................................................11
2.4 Deskripsi Projek Perancangan......................................................................................................22
2.4 Pendekatan................................................................................................................................26
BAB III......................................................................................................................................................33
ANALISA STUDI BANDING DAN PROYEK......................................................................................33
3.1 Analisis Studi Banding.............................................................................................................33
3.2 Analisis Projek................................................................................................................................53
BAB IV......................................................................................................................................................87
KONSEP PERANCANGAN...................................................................................................................87
4.1 Tema Perancangan.........................................................................................................................87
4.2 Konsep Perancangan................................................................................................................90
BAB V.....................................................................................................................................................118

11
KESIMPULAN.......................................................................................................................................118
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................120

12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Alana....................................................................................................................22


Gambar 2.2 The Alana Hotel, Solo..................................................................................................23
Gambar 2.2 Struktur Organisasi........................................................................................................24
Gambar 2.1 Vila Isola.......................................................................................................................27
Gambar 2.19 Wayang Golek Purwa..................................................................................................28
Gambar 2.20 Wayang Golek Bladewa..............................................................................................29
Gambar 2.21 Wayang Golek Arjuna.................................................................................................30
Gambar 2.22 Wayang Golek Astrajingga.........................................................................................30
Gambar 2.20 Batik motif Jalak Harupat............................................................................................31
Gambar 2.21 Batik motif Ragen Panganten......................................................................................32
Gambar 3.1 Logo Alana Hotel..........................................................................................................33
Gambar 3.2 Kamar Deluxe...............................................................................................................34
Gambar 3.3 Lobby Alana..................................................................................................................34
Gambar 3.4 Pengaplikasian Motif Batik...........................................................................................35
Gambar 3.4 The Alana Hotel............................................................................................................35
Gambar 3.5 Deluxe Room................................................................................................................36
Gambar 3.6 Pengaplikasian Lokalitas di Alana Yogyakarta.............................................................37
Gambar 3.5 The Alana Hotel............................................................................................................38
Gambar 3.6 Deluxe room..................................................................................................................39
Gambar 3.7 Pengaplikasian lokalitas di Alana Surabaya..................................................................39
Gambar 2.31 Area Lobby..................................................................................................................40
Gambar 2.32 Area Restoran..............................................................................................................40
Tabel 3.1 Tabel Komparasi................................................................................................................41
Gambar 3.22 Site Projek...................................................................................................................54
Gambar 3.23 Site Plan......................................................................................................................55
Gambar 3.24 Lokasi View Perancangan............................................................................................56
13
Gambar 3.26 Analisa Matahari.........................................................................................................58
Gambar 3.27 Analisa Angin..............................................................................................................59
Gambar 3.28 Analisa Kebisingan......................................................................................................60
Gambar 3.29 Analisa Vegetasi..........................................................................................................61
Gambar 3.30 Analisa Lokasi.............................................................................................................61
Gambar 3.31 Analisa Akses Bangunan.............................................................................................62
Gambar 3.32 Analisa Bentuk............................................................................................................63
Gambar 3.33 Analisa Bukaan............................................................................................................63
Gambar 3.34 Analisa Potongan.........................................................................................................65
Gambar 3.35 Denah Lantai Dasar.....................................................................................................65
Gambar 3.36 Denah Lantai 1............................................................................................................67
Gambar 3.38 Alur Aktivitas Pengunjung Menginap.........................................................................69
Gambar 3.39 Alur Aktivitas Pengunjung yang Tidak Menginap......................................................70
Gambar 3.40 Alur Aktivitas Staff Front Office.................................................................................70
Gambar 3.41 Alur Aktivitas Staff House Keeping............................................................................71
Gambar 3.42 Alur Aktivitas Staff F&B............................................................................................71
Gambar 3.43 Zoning Lantai Dasar....................................................................................................82
Gambar 3.44 Zoning Lantai 1 dan Lantai Tipikal.............................................................................83
Gambar 3.45 Zoning Lantai 6...........................................................................................................83
Gambar 3.46 Zoning Lantai Basement..............................................................................................84
Gambar 3.47 Blocking Lantai Dasar.................................................................................................84
Gambar 3.48 Blocking Lantai 1 dan Lantai Tipikal..........................................................................85
Gambar 3.49 Blocking Lantai 6........................................................................................................85
Gambar 3.50 Blocking Lantai Basement...........................................................................................86
Gambar 4.1 Kamar Suite...................................................................................................................89
Gambar 4.2 Kamar Deluxe...............................................................................................................89
Gambar 4.3 Lobby............................................................................................................................89
Gambar 4.4 Pola Sirkulasi Radial.....................................................................................................93
Gambar 4.5 Lobby dan Lounge.........................................................................................................94
Gambar 4.6 Kamar Deluxe...............................................................................................................95
..............................................................................................................................................................97
Gambar 4.8 Warna-warna yang digunakan.......................................................................................97
14
Gambar 4.9 Area Restoran................................................................................................................97
Gambar 4.10 Kamar Standar.............................................................................................................98
Gambar 4.11 Kamar Deluxe.............................................................................................................98
Gambar 4.12 Kamar Suite.................................................................................................................99
Gambar 4.13 Standar toilet untuk difabel........................................................................................102
Gambar 4.14 Lobby........................................................................................................................104
Gambar 4.15 Lounge......................................................................................................................105

15
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standarisasi Tingkatan Hotel Resort Berbintang................................................................12


Tabel 2.2 Tabel Standar Pemerintah Tentang....................................................................................13
Standar Usaha Hotel Bintang 4...........................................................................................................13
Tabel 2.3 Tabel Standarisasi Ruang...................................................................................................17
Table 3.3 Tabel Kebutuhan Ruang.....................................................................................................71
Tabel 3.4 Standar dan Luasan Ruang.................................................................................................74

16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Badan Pusat Statistika jumlah wisatawan dari tahun ke tahun terus meningkat,
wisatawan mancanegara tercatat sebanyak 569.052 wisatawan yang mendatangi Jawa Barat
untuk area Bandung sendiri tercatat 246.982 wisatawan sedangkan untuk wisatawan lokal
tercatat 20.366.574 wisatawan yang mendatangi area Jawa Barat dan untuk area Bandung
sendiri tercatat 5.775.660 wisatawan. Total untuk wisatawan yang mendatangi area Bandung
ialah 6.002.642 wisatawan. Bandung merupakan salah satu tempat dengan jumlah wisatawan
tertinggi di Jawa Barat. Kebutuhan Tempat Penghunian Kamar (TPK) pada tahun 2019 di
Jawa Barat meningkat sebesar 0,62% pada bulan Desember 60,92% dari bulan November
yang hanya 60,30%. TPK Hotel tertinggi menurut kelas hotel bintang pada tahun 2019
tercatat pada hotel bintang sebesar 46,03%. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa bisnis
hotel berbintang di kota bandung cukup menjanjikan. Pada tahun 2019 tercatat jumlah
wisatawan yang menginap di area Bandung ialah 537.138 wisatawan dan sekitar 32% dari
jumlah wisatawan memilih untuk menginap di hotel bintang 4. Sedangkan, hotel bintang 4
yang tersedia di Bandung hanya 32 hotel dengan jumlah kamar 32.365 unit kamar yang
tersedia. Dengan peningkatan jumlah wisatawan dan kurangnya jumlah kamar yang tersedia,
maka hotel resort di daerah Bandung menjadi memiliki potensi peningkatan yang diminati
oleh wisatawan. Sehingga, adanya hotel Resort bintang 4 ini sangat dibutuhkan wisatawan.
Hotel bintang 4 yang digemari saat ini ialah salah satunya hotel resort, salah satu hotel
resort yang berkembang dan banyak digemari ialah The Alana Hotel. The Alana Hotel
merupakan hotel yang memiliki konsep hotel yang dipadukan dengan suasana etnik lokal,
dengan menggabungkan sentuhan lokal dengan sentuhan modern. Namun yang terjadi
dilapangan konsep The Alana Hotel belum diterapkan secara baik yang menyebabkan tidak
terlihatnya konsep yang mencirikan hotelnya yang dipadukan dengan konsep lokal dari
daerah setempat. Sehingga tidak dapat mempresentasikan identitas dari hotel tersebut.

1
Berdasarkan fenomena saat ini, Bandung kekurangan fasilitas penginapan hotel resort
karena meningkatnya jumlah wisatawan dan kurangnya penerapan budaya lokalitas pada
interior The Alana hotel.
Setelah melihat fenomena dan fakta yang ada di daerah Bandung, hotel resort yang
tersebar masih relatif sedikit, namun peminat terhadap hotel resort cukup tinggi. Maka,
dengan adanya perancangan ini menjadi potensial di daerah Bandung sekaligus sebagai
wadah mengenalkan lokalitas daerah seperti penggunaan material lokal, penerapan wayang
golek, dan batik lokal Bandung ke masyarakat luar. Dari studi banding yang telah dilakukan,
beberapa aspek interior tidak memadai secara baik dari segi pengenalan lokalitas, sirkulasi,
akustik, pencahayaan, dan penghawaan.
Maka dari itu, dibutuhkan perancangan baru hotel resort di daerah Bandung dengan
pendekatan lokalitas ini dibuat dari fenomena dan fakta yang ada, dengan menerapkan desain
yang mengikuti regulasi dari The Alana Hotel dan dengan sentuhan lokalitas yang
memberikan rasa nyaman dan kesan pengalaman yang berbeda kepada pengunjung dari segi
view alam dan fasilitas dengan menerapkan unsur-unsur lokalitas daerah. Perancangan ini
diharapkan dapat terus menarik wisatawan sehingga meningkatkan tingkat wisatawan yang
datang ke daerah Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dijabarkan identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mendesain hotel resort bintang 4 dengan menerapkan regulasi dari The Alana
Hotel?
2. Perlunya diterapkan karakteristik lokalitas kota Bandung pada perancangan The Alana
Hotel di Bandung.
3. Diterapkannya sarana edukatif, informatif, dan rekreatif mengenai lokalitas daerah yang
belum ada di The Alana Hotel.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

2
1. Bagaimana mendesain hotel resort bintang 4 dengan menerapkan regulasi dari The Alana
Hotel?
2. Bagaimana cara menerapkan desain yang lebih menarik untuk pengunjung dengan
menonjolkan lokalitas sekitar?
3. Bagaimana menerapkan sarana edukatif, informatif, dan rekreatif di The Alana Hotel?

1.4 Tujuan dan Sasaran Perancangan


1.4.1 Tujuan Perancangan
Mengangkat dan memperkenalkan lokalitas Bandung sebagai daya tarik The Alana
Hotel agar dapat meningkatkan tingkat pariwisata di daerah Bandung, serta mengembangkan
dan memperkenalkan lokalitas Bandung.

1.4.2 Sasaran

1. Menerapkan desain sesuai dengan standarisasi Hotel Resort

2. Memberikan pengalaman berbeda di Hotel Resort yang mengangkat lokalitas Bandung

3. Mengutamakan fungsi utama pada Hotel Resort

4. Menerapkan desain lokalitas Bandung dengan menerapkan regulasi-regulasi dari The


Alana Hotel.

1.5 Batasan Perancangan


Adapun batasan-batasan perancangan yang harus dipenuhi:
Luasan Perancanga : 3010m2
Area Perancangan : Lobby, Restoran, Kamar Hotel, Function
Room, Spa, Kantor, Dapur Restoran, Gym.
Hotel berbintang : **** (empat)
Tipe Hotel : Mountain Hotel Resort
Pendekatan Desain : Lokalitas Bandung
Lokalitas yang diangkat : Identitas Bandung sebagai kota Art Deco,
Wayang, Batik Ragen Panganten.

3
Standarisasi : Data Arsitek, Standar Pemerintah, regulasi The
Alana Hotel
Pengguna : Anak laki-laki dan perempuan, Dewasa laki-laki
dan perempuan, Keluarga, Staff, dan Pengelola
Hotel.
Peraturan : Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia Nomor
PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang standar usaha
hotel bintang 4.

1.6 Manfaat Perancangan


1.6.1 Masyarakat
Manfaat yang diberikan kepada masyarakat adalah fasilitas penginapan hotel bintang
4 yang sesuai dengan standarisasi, pengenalan dan pengembangan mengenai lokalitas
Bandung sehingga lokalitas Bandung dapat dikenal dan dipahami oleh masyarakat.

1.6.2 Institusi

Manfaat untuk institusi ialah untuk menambah pustaka dan melengkapi data
perpustakaan.

1.6.3 Bidang Ilmu Interior

Manfaat yang diberikan kepada bidang keilmuan dapat sebagai bahan pertimbangan
dan referensi tambahan mengenai proyek mountain hotel Resort.

1.7 Metode Perancangan


a. Pencarian Data berdasarkan Proyek yang diambil
 Survey Site
Survey lapangan untuk mengumpulkan data mengenai lokasi yang akan dibangun.
Menganalisis dari orientasi tempat baik eksternal maupun internal bangunan,
aksesibilitas, arah mata angin, arah matahari, dan view.
 Studi Literatur

4
Suatu bentuk pengumpulan data yang berkaitan dengan Hotel dan Resort dan lokalitas
Bandung yang dapat membantu untuk perancangan Hotel dan Resort.
 Survey
Survey lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi lain mengenai Hotel dan
Resort. Data tersebut mencakup aktivitas apa saja yang dilakukan di Hotel dan Resort
baik oleh pengunjung maupun pegawai, fasilitas apa saja yang diperlukan di Hotel dan
Resort, dan ruang penunjang apa saja yang dibutuhkan di Hotel dan Resort.
 Wawancara
Wawancara merupakan suatu bentuk pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
lain mengenai Hotel dan Resort yang sedang di survey. Wawancara ini dilakukan
kepada pihak Dinas Pariwisata Bandung untuk mendapatkan data mengenai berapa
jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah Bandung.
b. Masalah
Menemukan masalah di sekitar baik terhadap pengguna maupun lingkungan sekitar.
c. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah berdasarkan desain.
d. Analisis
Menganalisis masalah-masalah serta pemecahan masalah di sekitar cakupan desain.
Menganalisis kebutuhan ruang apa saja yang dibutuhkan.
e. Programming
Membuat data kebutuhan ruang, zoning blocking, dan tabel kedekatan ruang.
f. Pendekatan Desain
Pada tahap ini, menentukan pendekatan desain yang cocok dan berfungsi sebagai sarana
untuk memecahkan permasalahan dalam desain. Sebagai solusi untuk menciptakan suatu
desain yang lebih baik.
g. Konsep
Setelah menentukan pendekatan desain, tahap selanjutnya adalah menentukan konsep
desain yang berhubungan dengan pendekatan yang diterapkan.
h. Desain Awal

Pada tahap ini, menentukan bentukan secara kasar ide perancangan yang akan dibuat.
5
i. Desain Alternatif

Pada tahap ini, desain telah diciptakan dan diterapkan pada perancangan.

j. Pengembangan desain

Pada tahap ini, merupakan pelengkap dari komponen desain yang kurang dan masih perlu
dikembangkan agar lebih baik lagi.
k. Desain Akhir

Jika seluruh tahap telah terlaksanakan, maka pada tahap ini, berupa sketsa 3D
menggunakan software sketchup, gambar teknik menggunakan software autocad dan
maket (presentasi hasil perancangan).

6
1.8 Pembaban
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang yang menjelaskan secara ringkas mengenai proyek Hotel
Resort, mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah pada Hotel Resort, menjelaskan
tujuan dan sasaran akhir pada perancangan, manfaat perancangan, batasan perancangan,
metoda perancangan, pembaban, dan diagram berpikir.
BAB II : KAJIAN LITERATUR STANDAR DAN PENDEKATAN DESAIN
Berisi teori-teori pendukung dari berbagai sumber dengan berbagai kajian literatur,
standarisasi yang diambil untuk menjadi sebuah acuan dalam perancangan dan penjelasan
mengenai pendekatan yang akan digunakan dalam perancangan.
BAB III : ANALISA STUDI BANDING DAN PROYEK
Berisi mengenai studi banding proyek sejenis, studi preseden, tapak, kebutuhan, pendekatan
dan konsep pada perancangan.
BAB IV : TEMA, KONSEP PERANCANGAN, DAN APLIKASI PERANCANGAN
Berisi mengenai konsep perancangan yang akan digunakan sebagai pemecahan masalah dan
bagaimana cara mengaplikasikannya pada perancangan.
BAB V : KESIMPULAN
Pada bab ini merupakan bagian akhir pada laporan yang berisi penjabaran tentang simpulan
mengenai perancangan Hotel Resort di Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

7
1.9 Kerangka Berpikir

THE ALANA HOTEL BANDUNG

LATAR BELAKANG

FENOMENA: Kunjungan wisata terus meningkat dan termasuk


tertinggi di Jawa Barat.

LOKASI PROYEK: Jl. Pada


Betah, Ledeng. FAKTA: Kunjungan wisatawan meningkat 21,59% dan tingkat
TERKAIT KEBUTUHAN KLIEN: kebutuhan kamar meningkat 6,15%

Experience TERKAIT INTERIOR:


Kebutuhan ruang LINGKUP PERANCANGAN
Bentuk
Material
Fasilitas
Psikologi
LITERATUR REVIEW
Warna
PRESEDEN: BUKU DAN JURNAL:

Pullman Ciawi Vimala Hills Resort Spa & Convention Data Arsitek

Decorative Art in Architecture as a Part of Bandung History, Dibyo Hartono

DATA PRIMER, SEKUNDER, DAN WAWANCARA: SURVEY STUDI BANDING:

Data pengunjung dan peminat pengunjung pada daerah sekitar lokasi tersebut dari dinas pariwisata dan
The budaya
Alana Bandung.
Hotel, Solo
Wawancara dari wisatawan dan dinas pariwisata dan budaya Bandung. The Alana Hotel, Yogyakarta
The Alana Hotel, Surabaya

Merancang hotel resort dengan menerapkan


regulasi-regulasi dari The Alana Hotel.
MASALAH Diterapkannya sarana edukatif, informatif, dan rekreatif mengenai lokalitas daerah yang
di The Alana Hotel.

PROGRAMMING
Aktivitas Pengguna Bagaimana mendesain hotel resort bintang 4 dengan menerapkan regulasi dari The Alana H
Data Kebutuhan Ruang Bagaimanamenerapkansaranaedukatif,
Zoning-Blocking informatif, dan rekreatif di The Alana Hotel?
Tabel Kedekatan Ruang PROBLEM STATEMENT

PENDEKATAN DESAIN: KONSEP DESAIN UMUM: Menciptakan ruang yang nyaman, efektif, efisien dan penerapan suasana ruang ses
KHUSUS: Pengaplikasian pada organisasi ruang, sirkulasi, bentuk, material, warna,
Lokalitas Bandung

PROSES DESAIN

FINAL DESAIN
8
BAB II

KAJIAN LITERATUR DAN STANDARISASI

2.1 Literatur
2.1.1 Definisi

Hotel berasal dari kata hostel yang diambil dari Bahasa Perancis kuno. Makna dari kata
hostel adalah “tempat penampungan buat pendatang” atau bisa juga “bangunan penyedia
pondokan dan makanan untuk umum”.
Menurut beberapa pengertian, Hotel didefinisikan sebagai berikut :
1. Menurut Dirjen Pariwisata
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan, untuk menyediakan jasa penginapan makan dan minum serta jasa lainnya bagi
umum yang dikelola secara komersial.
2. Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I 10/PW 1100//PPWW 10/PW –
301/Phb.77, tanggal 12 Desember 1977
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi
setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.
Sehingga, dapat disimpulkan hotel merupakan salah satu tempat yang menyediakan jasa
penginapan secara sementara yang didalamnya terdapat pelayanan seperti makan, minum, dan
tempat beristirahat.

2.2 Klasifikasi
a. Klasifikasi Lokasi

Berdasarkan letak lokasi hotel yang terletak didaerah pegunungan dan diperuntukkan
untuk masyarakat yang ingin mempunyai pengalaman liburan yang berbeda atau berekreasi,
maka hotel ini termasuk dalam klasifikasi Hotel Resort.

2.2.1 Klasifikasi Hotel Resort

9
Hotel resort dibagi kembali menjadi beberapa klasifikasi, namun diliat dari letak hotel
resort ini berada di pegunungan dengan nuansa tatanan lereng gunung dan terdapat di sebuah
kota dengan fasilitas yang menunjang pada aspek kepariwisataannya, maka hotel resort ini
termasuk ke dalam klasifikasi Mountain Resort Hotel Resort.

2.2.2 Mountain Resort Hotel

Mountain Resort Hotel memiliki 4 (empat) karakteristik yang membedakan


dengan jenis hotel lainnya. Karakteristik yangdimiliki adalah sebagai berikut :
 Lokasi

Lokasi Mountain Resort Hotel biasanya berada di suatu kawasan wisata


biasanya terletak di area lereng atau pegunungan. Alam panorama serta budaya
sehingga memiliki peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan yang terletak
di pegunungan.
 Fasilitas

Adanya fasilitas pokok maupun fasilitas penunjang, seperti fasilitas rekreasi


indoor dan outdoor, dapat meningkatkan kepuasan pengunjung. Fasilitas pokok
adalah ruang tidur sebagai area privasi. Fasilitas rekreasi indoor dapat berupa ruang
public seperti restoran, lounge, dan ballroom. Sedangkan, fasilitas rekreasi outdoor
meliputi kolam renang, dan penataan landscape. (Manuel dan Fred, 1977).

 Fungsi
1. Sebagai fasilitas penginapan, peristirahatan dan rekreasi bagi
wisatawan domestik maupun mancanegara yang menyuguhkan view
pegunungan sebagai salah satu daya tarik.

2. Sebagai sarana yang memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi


para pengguna disibukkan oleh berbagai aktivitas perkotaan yang
padat.

10
2.2.3 Klasifikasi berdasarkan jumlah kamar

Jumlah kamar yang akan dirancang ialah 54 kamar, maka menurut Tarmoezi
hotel resort ini termasuk ke dalam klasifikasi Medium Hotel.

2.2.4 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Atau Tipe Tamu

Pada perancangan ini termasuk ke dalam klasifikasi Family Hotel, karena


sebagian besar tamu yang menginap di hotel ini terdiri dari keluarga.

2.2.5 Klasifikasi Berdasarkan Lama Tamu Menginap

Dari lama tamu menginap perancangan hotel resort ini termasuk ke dalam
klasifikasi Semi Residential Hotel, karena rata-rata tamu yang menginap di hotel ini
untuk dua atau tiga hari bahkan sampai satu minggu.

2.2.6 Klasifikasi Berdasarkan Desain Dan Struktur Hotel

Berdasarkan struktur hotel, perancangan ini termasuk ke dalam klasifikasi


Conventional Hotel karena bentuk bangunan yang tinggi bertingkat menjulang ke
langit.

2.3 Standarisasi Hotel Resort


a. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Indonesia Terdapat pada BAB II pasal 4 yang berisikan
sebagai berikut,
(1) Setiap Usaha Hotel wajib memiliki Sertifikat dan memenuhi persyaratan Standar
Usaha Hotel.
(2) Usaha Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. Hotel Bintang; dan
b. Hotel Nonbintang.
(3) Hotel Bintang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, memiliki penggolongan
kelas hotel terdiri atas: a. hotel bintang satu; b. hotel bintang dua; c. hotel bintang
tiga; d. hotel bintang empat; dan e. hotel bintang lima.
(4) Hotel Nonbintang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, tidak memiliki
penggolongan kelas hotel dan dapat disebut sebagai hotel melati.

11
b. Berdasarkan kutipan dalam Direktorat Jendral Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

12
No-22/U/VI/1978 menyatakan bahwa hotel Resort berdasarkan tingkatannya dibedakan
menjadi:

Tabel 2.1 Standarisasi Tingkatan Hotel Resort Berbintang


Kelas Hotel Resort Persyaratan Hotel Resort

Hotel Bintang Empat (****) 1. Jumlah kamar standar


minimal 50 kamar.
2. Kamar mandi berada di
dalam kamar.
3. Luas kamar standar
minimal 24 m².
4. Memiliki kamar suite
minimal tiga kamar.
5. Luas kamar suiteminimal 48
m².

Sumber : Direktorat Jendral Pariwisata Pos, dan Telekomunikasi No-22/U/VI/1978

Berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM 3/HK


001/MKP/02 untuk jumlah kamar tidak harus sesuai dengan golongan kelas hotel
asalkan seimbang dengan fasilitas penunjang serta seimbang antara pendapatan dan
pengeluaran dari hotel tersebut.
Kesimpulan, untuk pada perancangan ini tetap mengikuti standarisasi dari
pemerintah dengan luas kamar tipe standard 24 m2, kamar tipe suite 48 m2, kamar
mandi dalam, serta dilengkapi fasilitas penunjang seperti area relaksasi dan rekreasi

13
b. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomer
PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel Bintang 4
Tabel 2.2 Tabel Standar Pemerintah Tentang
Standar Usaha Hotel Bintang 4

No. UNSUR SUB. UNSUR STANDAR HOTEL


BINTANG 4
1. Kamar Tidur Tamu Kamar Standar Luas minimal 24 m2
termasuk kamar mandi.
Kamar Suite Luas minimal 2x kamar
standar, dilengkapi area
living room terpisah dari
kamar tidur. Parabot lebih
baik dan lengkap dibanding
kamar standar.
Pintu kamar Pintu dan kusen dari bahan
yang kuat, dilengkapi kunci
mekanikal / elektrikal dengan
lubang pengintai (peep hole)
dan rantai pengaman (safety-
chain)
Sistem penghemat Sumber energi di kamar
energi dengan kunci kamar dan
seperti keran,tanki, kloset
hemat air dan sebagainya.
Jendela Dilengkapi kunci dan alat
pengaman. Material yang
aman : tempered glass untuk
jendela kaca.
Keamanan Kamar dilengkapismoke
detector dan sprinkler.
Penempatan tidak

14
mengganggu interior dan
tingkat kepekaan dapat
diatur.
Pencahayaan dan Intensitas cahaya minimum 7
sirkulasi udara watt per m² atau 150 lux dan
sirkulasi dan ventilasi udara
yang baik
Petunjuk arah di Arah kiblat di ceiling kamar
ceiling tidur, peletakan serasi dengan
interior kamar
Furnitur Tersedia pilihan dengan satu
tempat tidur (king bed-room)
atau dua tempat tidur (twin-
bedded) dengan meja di
samping tempat tidur dan
lampu baca. Dilengkapi
tempat gantung baju, rak
koper, sofa, kursi duduk,
kaca rias (full length mirror)
dan pesawat TV. Meja dan
kusi kerja dilengkapi lampu
meja dan laci. Meja dan kursi
duduk di lengkapi dengan
lampu baca dan material
yang sangat baik.
Tingkat kebisingan Kenyamanan suara antara
30-35 Db
2. Kamar Mandi Lantai Material tidak licin dan cepat
kering, mudah dibersihkan
dan aman digunakan.
Kelengkapan Minimal westafel, kloset dan
shower/bathtub/bak air.
Kondisi terawat dan
berfungsi sangat baik serta
hemat air

15
Pencahayaan dan 200 lux serta ventilasi udara
sirkulasi udara yang aman dan sehat
3. Lobi Pencahayaan dan Dapat di akses langsung dari
sirkulasi udara pintu utama hotel. Sirkulasi
udara 30ltr/detik/orang dan
pencahayaan 350 lux
Penjelasan fasilitas Papan atau media penunjuk
hotel letak area terbuat dari
material yang baik dengan
desain yang menarik dan
tertulis dengan jelas
Lounge Kenyamanan suata 45-55 Db
atau di bawahnya
4. Front Office Front desk sebagai Kondisi bersih dan terawat
penerimaan tamu
Gerai pelayanan Dilengkapi, luggage trolley,
tamu payung, sarana komunikasi
dan ada petugas berjaga
5. Toilet Umum Kelengkapan Urinoir beserta washletnya
(untuk toilet pria), kloset
duduk dengan hand
shower/washlet, pengharum
ruangan dan toilet paper.
Dilengkapi pengering tangan
otomatik dengan sistem timer
tersedia cermin ukuran besar,
bersih dan terawat, dan
tempat sampah.
6. Koridor Kelengkapan Material lantai dapat
meredam suara ribut, dinding
dan plafon kualitas cukup
baik, lebar minimum 1,8 m
diberi pengaman dinding,
rambu nomer kamar dan
rambu exit dengan huruf

16
jelas, tinggi rambu minimal
10cm, tersedia APAR dalam
jumlah cukup dan cara
penggunaan yang mudah
dimengerti
Pencahayaan Minimal 5 watt atau 100
lux/m², penggunaan bola
lampu dan armatur yang baik
7. Restoran Ruang Makan Ruang cukup luas atau
jumlah kursi yang sesuai atau
lebih dari 50% jumlah kamar
tamu. Terdapat buffet untuk
pelayanan prasmanan.
Sirkulasi udara yang baik
(4,8 liter/ detik/orang) dan
pencahayaan (9 watt atau 250
lux/m²)
Bar Ruangan luas dengan interior
yang dapat menciptakan
ambiance yang
menyenangkan, tersedia bar
counter cukup luas.
Dapur Luas dapur sesuai kapasitas
restoran dan function room di
hotel yang dilayani dapur
tersebut. Dinding : kedap air,
lantai : tidak licin dan ceiling
: tinggi minimum 280cm,
material tahan api dan
akustik. Sistem drainase
dilengkapi dengan perangkap
lemak (grease trap) dan
selokan yang semi tertutup.
Setiap sink dilengkapi grease
trap yang portable.

17
Pencahayaan : 300 lux atau
10 watt/m² Sirkulasi udara :
10 liter / detik / m²
Temperatur ruang : maksimal
25 ºC
Sumber : Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomer
PM.53/HM.001/MPEK/2013

2.3.1 Standarisasi Ruang


Standarisasi ruang menurut Pemerintah dan The Alana Hotel:

Tabel 2.3 Tabel Standarisasi Ruang


No. Nama Ruang Standar Ruang
1. Kamar Deluxe Kamar Deluxe memiliki standar luasan ruang sebesar 24m2.
Didalamnya meliputi area beristirahat, kamar mandi, dan
area kerja.
Fasilitas:
- Kasur berukuran 120x200cm
- Meja Kerja
- TV
- Single Sofa
- Coffee Table
- Kamar Mandi

Gambar 2.1 Standar kamar deluxe 24 m2


18
2. Kamar Suite Kamar Suite memiliki standar luasan ruang sebesar 48m2.
Didalamnya meliputi area beristirahat, living room, mini
kitchen, area kerja, dan kamar mandi.
Fasilitas:
- Kasur 200cmx200xm
- Mini pantry
- Kamar mandi
- Meja makan
- TV
- Sofa
- Single Sofa
- Coffee Table
- Lemari

Gambar 2.2 Standar kamar suite luasan 48 m2.

3. Resepsionis Resepsionis memiliki standar luasan ruang sebesar 40m2.

19
Gambr 2.3 Standar recepsionist luasan 40 m2.

4. Lobi dan Lounge Lobi dan Lounge memiliki standar luasan ruang sebesar
270m2. Didalamnya meliputi area tunggu dan resepsionis.

Gambar 2.4 Standar lobby dan lounge luasan 270 m2.

5. Restoran dan cafe Restoran dan cafe memiliki standar luasan ruang sebesar 254
m2. Meliputi area tunggu, kasir, dan area makan.

Gambar 2.5 Standar restaurant dan cafe luasan 254 m2.

6. Ruang Meeting Ruang meeting memiliki standar luasan ruang sebesar 406 m2.
Ruang meeting ini dibagi menjadi 3:
1. Area meeting untuk kapasitas <30 orang
2. Area meeting untuk kapasitas 30 orang
3. Area meeting untuk kapasitas >30 orang

20
1 2

2 3

Gambar 2.6 Standar ruang meeting luasan 406 m2.

7. Hotel Kitchen Hotel Kitchen memiliki standar luasan ruang sebesar 168 m2.
Didalamnya meliputi area preparation, area memasak, dan
area penyimpanan.

Gambar 2.7 Hotel Kitchen luasan 168 m2.

8. Area Back of House Administrative Office memiliki standar luasan ruang sebesar
(BOH), 6.75 m2 – 9 m2.
Administrative
Office

Gambar 2.8 Standar ruang administrative office luasan 6.75-


9m2.

9. Gym Gym memiliki standar luasan ruang sebesar 75m2.

21
Gambar 2.9 Standar gym luasan 75 m2.

10. Spa Spa memiliki standar luasan ruang dengan ukuran 8.5 x 5.5
m2. Meliputi area spa, kamar mandi, sauna, dan berganti
pakaian.

Gambar 2.10 Spa luasan 8.5 x 5.5 m2.

Sumber : Pribadi.

22
2.4 Deskripsi Projek Perancangan
a. The Alana Hotel

Gambar 2.1 Logo Alana.

(sumber: alanahotels.com)

Nama Hotel : The Alana Hotel

Klasifikasi Hotel : Hotel bintang 4 (****)

The Alana Hotel merupakan salah satu hotel bintang 4 yang tersebar di pulau Jawa yaitu,
Solo, Surabaya, Bogor, dan Yogyakarta. The Alana Hotel ini merupakan bagian dari
Archipelago International. Archipelago International merupakan operator hotel terbesar
dibidang hotel, kondotel, resort, serviced suite, dan branded residences dengan lebih dari
15.000 unit kamar dan juga apartemen di Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Selain The Alana
Hotel, brand yang juga dikelola oleh Archipelago International adalah Grand Aston, Aston,
Kamuela, Harper, Quest, Neo+, Neo, dan Fave.

b. Visi dan Misi


Visi:

Diakui secara universal sebagai perusahaan perhotelan pilihan di Asia untuk tamu,
pemilik, dan karyawan.

Misi:

Memberi harapan lebih para tamu di semua hotel kami, membantu staf kami
mengembangkan karier mereka sambil mendukung pemilik dalam merancang, menciptakan,
dan berhasil mengoperasikan hotel "terbaik di kelas" yang dapat dibanggakan.

Seperti pada umumnya setiap hotel memiliki ciri khas masing-masing, untuk The Alana
sendiri memiliki ciri khas konsep hotel yang dipadukan dengan suasana etnik lokal dengan
23
dekorasi modern, memadukan kecanggihan klasik dengan gaya kontemporer.

24
Gambar 2.2 The Alana Hotel, Solo.

25
c. Organisasi The Alana Hotel

Gambar 2.2 Struktur Organisasi.

24
Hotel terbagi menjadi beberapa departemen sebagai penunjang kelancaran dalam sebuah
perusahaan berikut ini merupakan beberapa fungsi dan peranan dalam department hotel:

1. Kantor depan Hotel (Front Office)


Front Office adalah departemen yang berperan penting untuk menjual kamar kepada
para tamu, juga sebagai administrator dan sebagai pelayan yang ada di hotel. Berikut adalah
beberapa seksi yang ada di Front office:
a. Reception Bagian dari Front Office, melayani tamu saat proses check in maupun check
out, bertugas melayani tamu secara langsung.
b. Reservation, petugas reservasi bertanggung jawab untuk menangani permintaan
pemesanan kamar, kegiatan ini biasanya dilakukan sebelum tamu datang.
c. Information, bertugas untuk memberikan informasi yang ada di hotel seperti kamar dan
fasilitas hotel lainnya.
2. Tata Graha Hotel (Housekeeping)
Housekeeping adalah memelihara, merawat atau menjaga, yang berarti Housekeeping
bertugas untuk merawat segala keindahan yang berada di dalam hotel.
3. Makanan dan Minuman (Food and Beverage)
Bagian makan dan minuman (Food and Beverage Departmen) adalah salah satu bagian
yang terdapat di hotel, yang berfungsi melaksanakan penjualan makanan dan minuman.
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan usaha pengembangan produk makanan dan
minuman, melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi daya tarik bagi tamu untuk
makan dan minum direstoran hotel.
4. Marketing dan Sales
Bagian ini berfungsi dalam memasarkan produk hotel, serta kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pemasaran hotel dengan berbagai cara. Bagian ini berusaha untuk dapat
menarik minat tamu sebanyak mungkin ke dalam hotel, agar dapat menentukan banyaknya
peningkatan pendapatan yang diperoleh melalui tamutamu yang menginap dan menggunakan
fasilitas-fasilitas hotel.
5. Security
25
Bagian ini bertugas dalam hal yang berhubungan dengan masalah yang ada kaitannya
dengan keamanan di dalam hotel maupun di luar hotel serta memelihara ketertiban di
wilayah kerjanya. Untuk keperluan tamu maupun untuk keperluan karyawan hotel.

2.4 Pendekatan
Bandung merupakan salah satu kota yang terkenal mempunyai banyak bangunan
art deco. Gaya art deco ini cukup dikenal di Hindia-Belanda, khususnya kota Bandung.
Karena, bandung terdapat banyak bangunan bertemakan art deco, UNESCO menobatkan
Bandung sebagai kota yang memiliki bangunan bergaya art deco paling banyak dan
lengkap di dunia.
Art Deco mulai masuk dan berkembang di kota Bandung sejak tahun 1920. Art
Deco di kota Bandung dikombinasikan juga dengan iklim tropis di Indonesia, untuk
dekorasi banyak menggunakan ukuran dan hiasan yang terdapat pada candi-camdi dan
rumah tradisional di Indonesia.
1. Landmark Bandung
a. Vila Isola
Vila Isola mulai dibangun pada bulan Oktober 1932 dan selesai bulan Maret 1933,
dirancang oleh arsitek ternama Charles Prosper Wolff Schoemaker, salah seorang arsitek
yang banyak menghiasi kota Bandung dengan karyanya. Untuk bangunannya sendiri
memadukan gaya arsitektur modern dan konsep tradisional Jawa dengan poros kosmik
utara-selatan seperti halnya Gedung Sate dan gedung utama ITB.
Vila Isola memiliki bentuk simetris, berkesan formal dan berwibawa. Bentuk
bangunannya sendiri melengkung-lengkung membentuk seperempat lingkaran. Secara
keseluruhan bangunan ini bagaikan air bergelombang. Sehingga, gedung ini merupakan
penyesuaian arsitektural antara bangunan terhadap lingkungan.

26
Gambar 2.1 Vila Isola

2. Karakteristik Art Deco

Karakteristik Art Deco yang diterapkan dalam perancangan ialah:

a. Lengkungan
Art deco ini mempunyai salah satu karakteristik yang khas yaitu dengan
adanya lengkungan dibeberapa area, lengkungan ini dapat diterapkan pada
penggunaan furniture.

Gambar 2.2 Bentuk Lengkungan

27
b. Motif
Untuk motif art deco sendiri lebih geometris. Namun, dalam motif ini akan
diterapkan dibentuk ragam hias, menjadi sebuah bentuk baru perpaduan antara
bentuk art deco dengan motif lokal atau batik.

Gambar 2.3 Motif


2.4.1 Wayang Golek Purwa

Gambar 2.19 Wayang Golek Purwa

Wayang golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang yang terbuat
dari bahan kayu yang merupakan hasil perkembangan wayang kulit dari keterbatasan
waktu supaya dapat ditampilkan pada siang atau malam hari. Wayang Golek ini pada
awalnya merupakan salah satu cara penyebaran Islam, lalu semakin berkembang dengan
mulai menceritakan cerita Ramayana dan Mahabrata, dan semakin kesini lebih
menceritakan mengenai kehidupan sehari-hari. Wayang golek sunda ini memiliki
beberapa jenis, salah satunya ialah wayang golek purwa yang merupakan salah satu
kesenian khas Bandung.

 Tokoh Wayang:
1. Baladewa
28
Baladewa sendiri merupakan salah satu tokoh wayang didalam cerita
Mahabrata, identik dengan warna putih, biru, dan merah tua pada kain yang
dikenakannya. Baladewa memiliki watak mudah naik darah tapi pemaaf, arif
bijaksana dan terburu-buru dalam hal memutuskan suatu hal serta mengakui
kesalahannya.

Gambar 2.20 Wayang Golek Bladewa

2. Arjuna
Arjuna merupakan salah satu tokoh wayang didalam cerita Mahabrata,
identik dengan warna putih dan emas. Arjuna memiliki watak cerdik, jujur,
sopan, dan beretika.

29
Gambar 2.21 Wayang Golek Arjuna

3. Astrajingga
Astrajingga atau Cepot ini merupakan salah satu tokoh wayang Sunda di
Mahabrata, identik dengan muka berwarna merah, memakai sarung berwarna
merah dan biru, dan blangkon batik. Untuk wataknya sendiri Astrajingga ini
memiliki watak mudah marah sehingga di identikan dengan muka yang
berwarna merah, humoris, dan bijak.

Gambar 2.22 Wayang Golek Astrajingga.

Untuk setiap karakter wayang akan diterapkan di setiap tipe kamar, seperti
Baladewa diterapkan di area kamar suite, Arjuna diterapkan di area kamar deluxe, dan
Astrajingga di area kamar standar.

Untuk penggunaan wayang golek disarankan tidak ditempatkan di elemen interior


lantai, karena beberapa wayang golek memiliki arti yang agung dan menyerupai bentuk
manusia. Penempatan wayang golek ini dapat ditempatkan di lobby sebagai partisi yang
berisi alur cerita wayang ini atau sebagai pengenalan karakter dari wayang-wayang
purwa tersebut. Dan dapat ditempatkan di area pendopo di hotel dan resort ini.

30
2.4.2 Batik

Batik khas Bandung ini berkaitan erat dengan kerajaan Pajajaran. Untuk bentuk-
bentuk Batik di daerah Sunda biasanya menerapkan bentuk dari keseimbangan alam dan
manusia (Salayanti et al., 2015). Batik ini biasanya lebih dominan memakai bentuk
tumbuhan dan adapun simbol hewan memakai burung berparuh panjang dengan sayap
mengembang. Sebagai tanda kebesaran dan keagungan pemakainya, motif ini juga
memakai lambang mahkota, trisula, serta kujang sebagai senjata tradisional masyarakat
Sunda. Untuk warna sendiri mencerminkan kalangan masyarakat Sunda yaitu hitam,
biru, merah tua, dan coklat. Batik-batik yang digunakan sekarang ialah batik yang di
reka ulang dari masa kerajaan Pajajaran.

Gambar 2.20 Batik motif Jalak Harupat.

31
Gambar 2.21 Batik motif Ragen Panganten.

Untuk penggunaan motif batik, disarankan digunakan pada ceiling. Karena, batik
ini sendiri memiliki filosofi agung dan perlu dihormati dari Kerajaan Pajajaran itu
sendiri.

32
BAB III

ANALISA STUDI BANDING DAN PROYEK

3.1 Analisis Studi Banding


3.1.1 Analisis Studi Banding 1

The Alana Hotel, Solo.

The Alana Hotel mengambil konsep dari lokalitas daerah Solo.

Gambar 3.1 Logo Alana Hotel.


(sumber: alanahotels.com)

Lokasi : Jl. Adi Sucipto, Blukukan, Blulukan, Kec. Colomadu, Kabupaten


Karanganyar, Jawa Tengah 57174
Klasifikasi: Hotel bintang 4

Fasilitas:

1. Kamar dengan 6 tipe kamar:


a. Kamar Superior
b. Superior Family
c. Kamar Deluxe
d. Kamar Deluxe Family
e. Kamar Junior Suite
f. Kamar President Suite
2. Aquamarine Pool & Bar
3. Cinnamon Restaurant
4. Rosemary Spa
5. Fitness Centre
6. Kids Club
33
7. Function Room

Gambar 3.2 Kamar Deluxe


(sumber: alanahotels.com)

The Alana Hotel di Solo ini merupakan salah satu hotel bintang 4 yang diminati
oleh wisatawan yang datang ke daerah Solo. Penerapan lokalitas pada hotel ini dilihat
pada pengaplikasian batik di daerah kaca di kamar tidur dan pada plafon di area lobby.

Gambar 3.3 Lobby Alana


(sumber: alanahotels.com)

Selain pada lobby hotel, penerapan lokalitas terlihat pada area restoran
yang mengaplikasikan motif batik-batik lokal khas Solo dan pada area kamar yang
diaplikasikan pada bagian kaca.

34
Gambar 3.4 Pengaplikasian Motif Batik
(sumber: alanahotels.com)

3.1.2 Analisis Studi Banding 2

The Alana Hotel, Yogyakarta.

The Alana Hotel mengambil konsep dari lokalitas daerah Yogyakarta.

Gambar 3.4 The Alana Hotel


(sumber: alanahotels.com)

Lokasi: Jl. Palagan Tentara Pelajar KM.7, Mudal, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581
Klasifikasi: Hotel bintang 4
Failitas:
1. Kamar dengan 3 tipe kamar:
a. Deluxe Room
b. Executive Club Room
c. Executive Suite Room
2. Swimming Pool
3. Andrawina Restaurant
4. Numero Uno Pizza Bar
5. Executive Lounge

35
6. Axura Spa
7. Axura Gym
8. Kids Club
9. Function Room
10. Pawon Semar

Gambar 3.5 Deluxe Room


(sumber: alanahotels.com)

Penerapan lokalitas di hotel ini terlihat dari penggunaan material lokalitas,


pengaplikasian motif batik di partisi, dan sangat terlihat di area pawon semar karena
menerapkan rumah adat daerah Jawa.

36
Gambar 3.6 Pengaplikasian Lokalitas di Alana Yogyakarta
(sumber: alanahotels.com)

Suasana Yogya dan lokalitas terasa di hoetl ini terutama di area Pawon Semar
yang tempatnya didesain mirip dengan rumah adat Jawa, selain itu pengaplikasian
material lokalitasnya pun terlihat di area ini. Cara pelayanan di Pawon Semar pun
terkesan hangat, pelayanannya lebih terasa kekeluargaan karena terasa seperti dirumah.

37
3.1.3 Analisis Studi Banding 3

The Alana Hotel, Yogyakarta.

The Alana Hotel mengambil konsep dari lokalitas daerah Surabaya.

Gambar 3.5 The Alana Hotel


(sumber: alanahotels.com)

Lokasi: Jl. Palagan Tentara Pelajar KM.7, Mudal, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581
Klasifikasi: Hotel bintang 4
Fasilitas:
1. Kamar dengan 4 tipe kamar:
a. Superior Room
b. Deluxe Room
c. Club Room
d. Suite Room
2. Pusat Kesehatan Bodhi dan Spa
3. Phoenix Lounge
4. Swimming Pool
5. Indoor swimming pool
6. Restoran
7. Function Room

38
Gambar 3.6 Deluxe room.

(sumber: alanahotels.com)

Penerapan lokalitas di hotel ini tidak terlalu terlihat seperti hotel-hotel Alana
sebelumnya, pada hotel ini pengaplikasian lokalitas berupa batik yang ditempel di area
kamar tidur, penggunaan material lokalitas di beberapa area, dan pengaplikasian motif
batik di ceiling restoran. Suasana yang didapatkan pun lebih terasa megah dan mewah
dibanding hotel Alana yang lain.

Gambar 3.7 Pengaplikasian lokalitas di Alana Surabaya.

(sumber: alanahotels.com)

39
3.2 Studi Presedence
a. Pullman Ciawi Vimala Hills Resort Spa & Convention, Bogor.

Gambar 2.31 Area Lobby.


(sumber: google)
Pullman Ciawi Vimala Hills ini merupakan salah satu resort yang mengangkat
lokalitas daerah Bogor, lebih tepatnya mengangkat lokalitas budaya Sunda. Lokalitas
tersebut terlihat dari beberapa pengaplikasian motif batik, wayang, material lokal, serta
satu area yang dinamakan tepas yang dikhususkan sebagai tempat untuk
memperkenalkan budaya Sunda seperti permainan angklung, pengenalan batik Sunda,
dan wayang golek.
Suasa interior yang diberikan ialah nuansa budaya sunda yang dipadukan dengan
modernisasi sehingga tetap meninggalkan kesan menarik. Nuansa yang dapat terlihat
jelas ialah pada lobby menempatkan beberapa tokoh wayang di dalam partisi kayu, dan
partisi membentuk motif-motif batik yang ditempatkan disisi jendela sehingga ketika
terkena sinar matahari motif dan karakter wayang itu akan memunculkan bayangannya
pada lantai.
Penggunaan elemen-elemen rumah adat sunda pada area restoran pun digunakan
pada jendela khas rumah adat sunda yang digunakan pada elemen interiornya.

Gambar 2.32 Area Restoran.


(sumber: google)
40
3.1.4 Tabel Komparasi Studi Banding

Tabel 3.1 Tabel Komparasi


No. Objek The Alana Hotel, Solo. The Alana Hotel. The Alana Hotel, Surabaya. Pullman Ciawi Vimala Hills
Yogyakarta Resort Spa & Convention, Bogor.
1. Klasifikasi (****) (****) (****) (*****)
2. Konsep Memenuhi konsep Memenuhi konsep penerapan Kurang memenuhi karena lokalitas Memenuhi konsep penerapan
penerapan lokalitas di lokalitas di beberapa area, Surabaya kurang menonjol, karena lokalitas dengan menonjolkan batik,
beberapa area, dengan dengan menonjolkan motif minim menonjolkan motif batik dan wayang di beberapa area.
menonjolkan batik lokal batik lokal seperti batik lokal atau penggunaan material
seperti batik Parang, dan Kawung. lokal.
penggunaan material lokal
seperti kayu jati.
3. Lobby

Penerapan Lokalitas

41
Penerapan lokalitas pada Penerapan lokalitas pada Tidak ada penerapan lokalitas pada Penerapan lokalitas pada area jendela
area Lobby terlihat di area Lobby terlihat di area Lobby. yang diterapkannya wayang,
penggunaan material dan penggunaan material dan sehingga ketika ada cahaya yang
pengaplikasian motif batik pengaplikasian motif batik masuk maka menjadi memantulkan
Parang di area plafon dan Kawung di area ceiling dan motif wayang tersebut ke lantai. Dan
backdrop resepsionis. backdrop penerapan batik pada partisi.
resepsionis.
Kesimpulan: Penerapan lokalitas mayoritas terlihat dengan penerapan batik lokal pada beberapa area seperti ceiling,dan backdrop
resepsionis.
Pencahayaan
Pencahayaan yang Pencahayaan yang digunakan Pencahayaan yang digunakan Pencahayaan yang digunakan pada
digunakan pada area Lobby pada area Lobby ini lebih pada area Lobby ini lebih area Lobby ini lebih didominasi oleh
ini lebih didominasi oleh didominasi oleh pencahayaan didominasi oleh pencahayaan pencahayaan buatan dengan
pencahayaan buatan buatan dengan menggunakan buatan dengan menggunakan menggunakan lampu jenis downlight
dengan menggunakan lampu jenis downlight dan lampu jenis accent light. dan accent light.
lampu jenis accent light. accent light. Untuk pencahayaan alami Untuk pencahayaan alami didapatkan
Untuk pencahayaan alami Untuk pencahayaan alami didapatkan dari beberapa dari beberapa bukaan. Karena, di
didapatkan dari beberapa didapatkan dari beberapa bukaan. lobby ini di dominasi dengan warm
bukaan. Sehingga, bukaan. Karena, di lobby ini Untuk pencahayaan alami light sehingga menimbulkan kesan
menimbulkan kesan terang di dominasi dengan warm didapatkan dari beberapa hangat dan nuansa Sunda lebih
dan megah. light sehingga menimbulkan bukaan. Sehingga, menimbulkan kental.
kesan hangat. kesan terang dan megah.

42
Kesimpulan: Menggunakan pencahayaan yang didominasi dengan warm light menimbulkan kesan lokalitas lebih terasa dan lebih hangat.
Penghawaan
Karena, ruangan sangat Karena, ruangan sangat Karena, ruangan sangat tertutup Karena, ruangan sangat tertutup
tertutup sehingga tertutup sehingga sehingga penghawaan yang sehingga penghawaan yang dominan
penghawaan yang dominan penghawaan yang dominan dominan dan digunakan ialah dan digunakan ialah penghawaan
dan digunakan ialah dan digunakan ialah penghawaan buatan berupa AC. buatan berupa AC.
penghawaan buatan berupa penghawaan buatan berupa
AC. AC.
Kesimpulan: Penghawaan yang digunakan lebih memaksimalkan penghawaan buatan karena bukaan yang kurang pada area tersebut.
Treatment Lantai dan Material
Pada area lobby material Pada area lobby material Pada area lobby material lokal Pada area lobby tidak menggunakan
lokal tidak digunakan pada lokal tidak digunakan pada tidak digunakan pada treatment material lokal, namun menggunakan
treatment lantai karena treatment lantai karena lantai karena menggunakan material vinyl finishing glossy.
menggunakan material menggunakan material material marmer.
marmer. marmer.
Kesimpulan: Pada treatment lantai mayoritas tidak menggunakan material lokal seperti bambu, atau kayu jati. Menggunakan marmer
untuk menimbulkan kesan megah pada area lobby.
Treatment Dinding dan Material
Penggunaan material kayu Penggunaan material kayu Penggunaan material kayu sangat Penggunaan material kayu sangat
sangat dominan terutama sangat dominan terutama dominan terutama pada bagian dominan menimbulkan rasa lokal
pada bagian backdrop pada bagian backdrop backdrop resepsionis dilengkapi yang lebih terasa.

43
resepsionis dilengkapi resepsionis menimbulkan dengan penggunaan accent
dengan penggunaan accent rasa lokal yang lebih terasa. lighting menimbulkan kesan
lighting menimbulkan megah namun tetap ada rasa
kesan megah namun tetap hangat.
ada rasa hangat.
Kesimpulan: Penggunaan material lokal seperti kayu banyak digunakan pada treatment dinding.
Treatment Ceiling dan Material
Pada area ceiling terdapat Pada ceiling menggunakan Pada ceiling menggunakan Pada area ceiling menggunakan
satu area yang material gypsum dengan material gypsum dengan warna material lokal kayu seperti pada
menggunakan material warna putih senada dengan putih senada dengan warna rumah adat Sunda dilengkapi dengan
kayu dan diaplikasikan warna dinding. Dilengkapi dinding. Dilengkapi dengan accent accent led lamp pada up ceiling.
motif batik, dilengkapi dengan accent led lamp pada led lamp pada up ceiling.
dengan accent led lamp. up ceiling.
Kesimpulan: Penerapan up ceiling menimbulkan kesan megah pada area lobby, untuk penerapan lokalitas diaplikasikan pada material
lokal seperti kayu menyesuaikan dengan rumah adat daerah sekitar, seperti pada Pullman hotel resort.
4. Deluxe
Room

44
Penerapan Lokalitas
Penerapan lokalitas terlihat Penerapan lokalitas pada Penerapan lokalitas daerah di area Penerapan lokalitas pada area ini
pada penerapan motif batik area ini terlihat pada ini tidak terlihat. terlihat pada penerapan material
di area kaca. Namun, penerapan material lokalitas lokalitasyaitu kayu jati pada
dengan penerapan ini tidak yang digunakan yaitu kayu backdrop dan penerapan motif batik
terlalu terlihat oleh jati. pada area backdrop.
penginap. Dengan penerapan lokalitas
yang hanya berupa
penerapan material kayu jati
sehingga tidak terlalu
menonjol.
Kesimpulan: Penerapan lokalitas terlihat diterapkan pada penerapan motif batik dan penggunaan material lokal.
Pencahayaan
Pencahayaan Pencahayaan Pencahayaan memaksimalkan Pencahayaan memaksimalkan
memaksimalkan memaksimalkan menggunakan pencahayaan buatan menggunakan pencahayaan buatan
menggunakan pencahayaan menggunakan pencahayaan seperti downlight dan accent light seperti downlight dan accent light
buatan seperti downlight buatan seperti downlight dan dengan tone warm light. Namun, dengan tone warm light. Namun,
dan accent light dengan accent light dengan tone pada siang hari penggunaan pada siang hari pencahayaan alami
tone warm light. Namun, warm light. Namun, pada pencahayaan alami terpakai digunakan dengan maksimal.
pada siang hari siang hari penggunaan dengan maksimal tetapi di malam Dengan penggunaan warm tone lebih
penggunaan pencahayaan pencahayaan alami terpakai hari masih terlalu gelap. terasa hangat dan cocok untuk
alami terpakai dengan maksimal. keluarga.
dengan maksimal.

45
Kesimpulan: Menggunakan pencahayaan yang didominasi dengan warm light menimbulkan kesan lokalitas lebih terasa dan lebih hangat.
Penghawaan
Penghawaan Penghawaan dimaksimalkan Penghawaan dimaksimalkan dari Penghawaan dimaksimalkan dari
dimaksimalkan dari dari penghawaan buatan penghawaan buatan yaitu AC penghawaan buatan yaitu AC Split.
penghawaan buatan yaitu yaitu AC Split. Split.
AC Split.
Kesimpulan: Penghawaan yang digunakan lebih memaksimalkan penghawaan buatan.
Treatment Lantai dan Material
Pada area ini tidak Pada area ini tidak Pada area ini tidak menggunakan Pada area ini tidak menggunakan
menggunakan material menggunakan material lokal, material lokal, namun material lokal, material yang
lokal, namun menggunakan namun menggunakan menggunakan material vinyl digunakan ialah parquet kayu.
material vinyl finishing material vinyl finishing finishing glossy.
glossy. glossy.
Kesimpulan: Penerapan lokalitas pada treatment lantai tidak terlihat, karena pada area kamar tidur lebih banyak menggunakan material
vinyl dan parquet.
Treatment Dinding dan Material
Dinding yang diterapkan Dinding yang diterapkan Dinding yang diterapkan ialah cat Dinding yang diterapkan ialah cat
ialah menggunakan cat ialah cat berwarna abu-abu, berwarna abu-abu, dan tidak berwarna lebih krem dan pada satu
berwarna abu-abu dan di namun dipermanis dengan diterapkan lokalitas baik berupa sisi dinding diaplikasikan material
area belakang kasur penggunaan material lokal motif batik atau material lokalitas lokal yaitu kayu jati dan diterapkan
terdapat kaca yang terdapat yaitu kayu jati. pada treatment dinding. motif batik.

46
penerapan motif batik lokal.
Kesimpulan: Penerapan lokalitas pada dinding biasanya terlihat pada penerapan material lokalitas dan dipadukan dengan motif batik
lokal.
Treatment Ceiling dan Material
Ceiling yang digunakan Ceiling yang digunakan ialah Ceiling yang digunakan ialah flat Ceiling yang digunakan ialah flat
ialah up ceiling dengan up ceiling dengan material dengan material gypsum dan cat dengan material gypsum dan cat
material gypsum dan cat gypsum dan cat warna putih. warna putih. warna putih.
warna putih.
Kesimpulan: Tidak terlihat penerapan lokalitas pada treatment ceiling,
5. Restoran

Penerapan Lokalitas
Penerapan lokalitas terlihat Penerapan lokalitas tidak Penerapan lokalitas terlihat pada Penerapan lokalitas diterapkan pada
pada penggunaan material terlalu terlihat. ceiling yang membentuk motif penggunaan material lokal yaitu
kayu dan pengaplikasian batik Surabaya. Penerapan ini kayu jati dan diterapkan pada bentuk
motif batik di backdrop. hanya dilakukan di ceiling jendela dari rumah adat sunda

47
sehingga tidak begitu menonjol
karena tidak terlalu terlihat oleh
pengunjung.
Kesimpulan: Penerapan lokalitas diterapkan pada penerapan material lokal seperti kayu jati dan motif batik lokal di area dinding atau
ceiling.
Pencahayaan
Pencahayaan Pencahayaan Pencahayaan memaksimalkan Pencahayaan memaksimalkan
memaksimalkan memaksimalkan menggunakan pencahayaan buatan pencahayaan seperti downlight dan
menggunakan pencahayaan menggunakan pencahayaan seperti downlight dan accent light accent light. Dengan pencahayaan
buatan seperti downlight buatan seperti downlight dan dengan tone light. Namun, di siang seperti ini pada ruang ini menjadi
dan accent light dengan accent light dengan tone hari masih terasa gelap. menimbulkan suasana hangat pada
tone light. light. Pada ruangan ini terasa area ini.
lebih megah.
Kesimpulan: Menggunakan pencahayaan yang didominasi dengan warm light menimbulkan kesan lokalitas lebih terasa dan lebih hangat.
Penghawaan
Penghawaan Penghawaan dimaksimalkan Penghawaan dimaksimalkan dari Penghawaan dimaksimalkan dari
dimaksimalkan dari dari penghawaan buatan penghawaan buatan yaitu AC penghawaan buatan yaitu AC Split.
penghawaan buatan yaitu yaitu AC Split. Split.
AC Split.
Kesimpulan: Penghawaan yang digunakan lebih memaksimalkan penghawaan buatan.
Treatment Lantai dan Material

48
Pada area restoran material Pada area restoran material Pada area restoran material lokal Pada area ini tidak menggunakan
lokal tidak digunakan pada lokal tidak digunakan pada tidak digunakan pada treatment material lokal, material yang
treatment lantai karena treatment lantai karena lantai karena menggunakan digunakan ialah parquet.
menggunakan material menggunakan material material marmer..
marmer. marmer.
Kesimpulan: Pada area restoran tidak menggunakan material lokalitas pada lantai, lebih menggunakan marmer atau parquet.
Treatment Dinding dan Material
Dinding yang diterapkan Dinding yang diterapkan Dinding yang diterapkan ialah Dinding yang diterapkan didominasi
ialah menggunakan cat ialah menggunakan cat didominasi warna putih. dengan kaca dan pengaplikasian
berwarna putih namun berwarna putih namun kayu.
dipadukan dengan kayu. dipadukan dengan kayu.
Kesimpulan: penerapan lokalitas pada area ini lebih ditonjolkan dengan pengaplikasian material lokal seperti kayu jati.
Treatment Ceiling dan Material
Ceiling yang digunakan Ceiling yang digunakan ialah Ceiling yang digunakan ialah up- Ceiling pada area ini lebih flat,
ialah up ceiling dengan down ceiling dengan warna ceiling dengan membentuk motif namun memadukan penggunaan
material gypsum dan cat cat putih dan terdapat satu batik khas Surabaya. material lokal seperti kayu jati pada
warna putih. area yang mengaplikasikan area ceiling.
memakai kayu.
Kesimpulan: Lokalitas diterapkan pada penggunaan material lokal dan penerapan motif batik.

49
6. Function
Room

Penerapan Lokalitas
Penerapan lokalitas tidak Penerapan lokalitas terlihat Penerapan lokalitas tidak terlihat Penerapan lokalitas pada area ini
terlihat di area ini. pada area ceiling membentuk pada area ini. terlihat pada area ceiling yang
motif batik. Penerapan ini membentuk seperti kerangka rumah
hanya dilakukan di ceiling adat Sunda.
sehingga tidak begitu
menonjol karena tidak terlalu
terlihat oleh pengunjung.
Kesimpulan: Penerapan lokalitas pada ruangan ini lebih terlihat dari penerapan motif batik lokal dan penggunaan material lokal.
Pencahayaan
Pencahayaan Pencahayaan Pencahayaan memaksimalkan Pencahayaan memaksimalkan
memaksimalkan memaksimalkan menggunakan pencahayaan buatan menggunakan pencahayaan buatan
menggunakan pencahayaan menggunakan pencahayaan seperti downlight dan accent light. seperti downlight dan accent light.
buatan seperti downlight buatan seperti downlight dan Pada ruangan ini terkesan lebih

50
dan accent light. Pada accent light. Pada ruangan megah dan luas dengan pencahayaan
ruangan ini terkesan lebih ini terkesan lebih megah dan yang digunakan.
megah dan luas dengan luas dengan pencahayaan
pencahayaan yang yang digunakan.
digunakan.
Kesimpulan: Dengan pencahayaan yang digunakan lebih terasa megah dan luas.
Penghawaan
Penghawaan Penghawaan dimaksimalkan Penghawaan dimaksimalkan Penghawaan dimaksimalkan dari
dimaksimalkan dari dari penghawaan buatan dari penghawaan buatan yaitu penghawaan buatan yaitu AC Split.
penghawaan buatan yaitu yaitu AC Split. AC Split.
AC Split.
Kesimpulan: Penghawaan yang digunakan lebih memaksimalkan penghawaan buatan.
Treatment Lantai dan Material
Material lantai Material lantai menggunakan Material lantai menggunakan Material lantai menggunakan karpet
menggunakan karpet yang karpet yang ukurannya karpet yang ukurannya yang ukurannya menyesuaikan
ukurannya menyesuaikan menyesuaikan ukuran menyesuaikan ukuran ukuran ruangan.
ukuran ruangan. ruangan. ruangan.
Kesimpulan: Pada treatment lantai tidak menggunakan material lokal.
Treatment Dinding dan Material
Dinding yang diterapkan Dinding yang diterapkan Dinding yang diterapkan ialah Dinding yang diterapkan ialah
ialah menggunakan cat ialah menggunakan cat menggunakan cat berwarna putih menggunakan cat berwarna putih

51
berwarna putih namun berwarna putih namun namun dipadukan dengan kayu namun dipadukan dengan kayu
dipadukan dengan kayu dipadukan dengan kayu dibeberapa area. dibeberapa area.
dibeberapa area. dibeberapa area.
Kesimpulan: Pengaplikasian lokalitas terlihat pada penggunaan material lokal dan pengaplikasian motif batik.
Treatment Ceiling dan Material
Ceiling yang digunakan Ceiling menggunakan Ceiling yang digunakan lebih up Ceiling dibuat mengikuti kerangka
lebih up ceiling dengan material gypsum dan di ceiling dengan menggunakan pada rumah adat Sunda dengan
menggunakan material aplikasikan motif batik. material gypsum. menggunakan material lokal.
gypsum dan beberapa area
menggunakan material
kayu.
Kesimpulan: Pengaplikasian lokalitas terlihat pada penggunaan material lokal dengan dibentuk seperti kerangka rumah adat Sunda dan
pengaplikasian motif batik.
(sumber: Pribadi)

52
3.2 Analisis Projek
3.3.1 Analisis Site

1. Deskripsi Lokasi
- Lokasi : Jalan Pada Betah, Ledeng, Bandung, Jawa Barat.
- Luas Lahan : ± 8.014 m².

2. Latar Belakang Pemilihan Tapak

Ledeng merupakan salah satu daerah yang sering dilewati ketika akan
menuju tempat wisata, melihat hal tersebut maka dibutuhkan ketersediaan
penginapan yang dapat mengakomodasi kegiatan wisatawan.

Jika melihat dari lokasi tapak perencanaan, Ledeng sedang berkembang


menjadi lokasi yang strategis yang dapat dijadikan wisatawan yang datang dari
kota untuk mencari rekreasi berupa penginapan.

3. Deskripsi Proyek

Proyek perancangan interior Hotel dan Resort ini merupakan sebuah


perancangan dengan fasilitas yang menyediakan sarana akomodasi dengan
menghadirkan suasana yang sangat bersahabat dengan keluarga. Berikut deskripsi
singkat dari proyek perancangan:

- Jenis Proyek : Rekreasi dan Komersil

- Judul Proyek : Perancangan Hotel dan Resort di Ledeng, Bandung

- Klasifikasi : Hotel dan Resort (bintang 4)

- Status Proyek : Fiktif (New Design)

- Brand Hotel : The Alana Hotel

- Skala Proyek : Provinsi - Nasional

- Pemilik Proyek: Pihak Swasta

- Lokasi Tapak : Jl. Pada Betah, Ledeng, Bandung, Jawa Barat.

- Pengguna : Pria, Wanita, dan Keluarga.

53
Untuk klasifikasi Hotel dan Resort di bagi menjadi dua area utama. Yang
pertama adalah area utama hotel yang terdiri dari kamar hotel dengan berbagai
jenis kamar serta ruang pendukung area hotel itu sendiri, seperti lobby, restaurant,
office dan area service. Yang kedua adalah area resort yang berarti terdapat
fasilitas rekreasi dan relaksasi yang melengkapi jenis hotel ini.

4. Analisa Lokasi

Gambar 3.22 Site Projek.

(sumber: Pribadi)

Lokasi perancangan berada di Jalan Pada Betah, Ledeng, Bandung, Jawa


Barat dengan luasan lahan sebesar ± 8.014 m².

54
H

G G

D E F

B
A C

- Site Plan
Gambar 3.23 Site Plan.
(sumber: Pribadi)

KETERANGAN

A Kantor Pengelola Hotel dan Resort

B Lobby utama

C Fasilitas Penunjang

D Lounge and Bar

E Elevator Hall

F Restoran

G Area Utama Hotel dan Resort

H Fasilitas Penunjang

55
5. Analisa View Kawasan

B
C
D
Gambar 3.24 Lokasi View Perancangan
(sumber: Pribadi)

A B

C D

56
Pada bagian utara terdapat pemandangan daerah Bandung dan sekitarnya.
Pada bagian barat dan timur terdapat rumah makan dan tempat oleh-oleh. Pada
bagian selatan terdapat lahan kosong dan perkebunan warga dan perumahan.
Kesimpulannya, view utara dan selatan dapat dijadikan media relaksasi.

Gambar 3.25 Lokasi View Perancangan

(sumber: Pribadi)

KETERANGAN
Pemandangan Bandung dan
sekitar.
Tempat makan dan oleh-oleh.

Perumahan.

Kebun.

57
6. Analisa Matahari
Pagi

Sore

Gambar 3.26 Analisa Matahari


(sumber: Pribadi)

Potensi Sinar matahari langsung dan cahaya matahari


pada iklim tropis yang ada sepanjang tahun dapat
dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami. Bagian
timur site, beberapa area kamar mendapatkan
matahari pagi.

Kendala Pada bagian barat, beberapa area kamar


mendapat sorotan cahaya matahari sore yang
akan mengakibatkan panas.

Solusi Pencahayaaan alami di buat tidak langsung atau


indirect.

58
7. Analisa Angin

Gambar 3.27 Analisa Angin

(sumber: Pribadi)

Potensi Karena, site yang berkontur dan bangunan berbentuk seperti


tangga maka pergerakan angin lebih baik. Dengan pergerakan
angini ini dapat di manfaatkan untuk pengkondisian
penghawaan alami di dalam ruangan.

Angin dari barat laut ketika musim hujan.

Angin dari tenggara ketika musim panas/kemarau.

59
8. Analisa Kebisingan

Kebisingan tinggi

Cukup bising

Gambar 3.28 Analisa Kebisingan


(sumber: Pribadi)

Potensi Untuk area utama seperti kamar tidur, lokasi cukup jauh dari
akses masuk utama sehingga berpotensi untuk mereduksi dari
sumber kebisingan yang timbul dari akses masuk.

Kendala Dikarenakan lokasi ialah salah satu area yang selalu dilalui oleh
wisatawan untuk ke area wisata sehingga kebisingan tinggi
terjadi terutama di area depan akses masuk dan lobby, sehingga
dapat mengganggu kenyamanan pengguna.

Solusi Menggunakan material elemen interior yang dapat meredam


suara, dan penataan ruang sesuai fungsi yang membutuhkan
kenyamanan lebih sunyi diletakkan lebih jauh dari akses utama.

60
9. Analisa Vegetasi

Gambar 3.29 Analisa


Vegetasi
Vegetasi

(sumber: Pribadi)

Potensi Terlihat banyak vegetasi di area eksisting sehingga dapat


dimanfaatkan untuk menurunkan suhu pada ruangan.

Kendala Udara di malam hari cenderung lebih dingin.

Solusi Penggunaan material yang dapat menimbulkan kesan


hangat.

3.3.2 Analisa Bangunan Existing/Perancangan

1) Analisa Aksesbilitas

a. Akses untuk mencapai tapak

Gambar 3.30 Analisa Lokasi


(sumber: Pribadi)

 Utara, melewati jalan Dr. Setiabudi kemudian belok kiri memasuki Jl.
Padabetah, lokasi berada di sebelah kiri jalan.
 Selatan, melewati jalan Dr. Setiabudi kemudian melewati jalan raya
61
Ledeng kemudian belok kanan memasuki Jl. Padabetah, lokasi berada di
sebelah kanan jalan.
 Timur, melewati jalan raya Ledeng kemudian melewati jalan Dr.
Setiabudi lalu masuk ke arah Jl.Padabetah, lokasi berada di sebelah kanan
jalan.
 Dari arah barat, melewati Jl.Padabetah, lokasi berada di sebelah kanan
jalan.

b. Akses Bangunan

Gambar 3.31 Analisa Akses Bangunan


(sumber: Pribadi)

Pada gambar jalur berwarna merah akses dilalui Jalan Pada Betah
merupakan jalur masuk utama tamu menuju tempat parkir dan lobby utama.
Sedangkan, jalur berwarna biru merupakan jalur masuk area service.

62
2) Analisa Bentuk Bangunan

Gambar 3.32 Analisa Bentuk


(sumber: Pribadi)

Bentuk bangunan dari hotel dan resort ini ialah radial dengan memiliki dua
masa bangunan. Tujuan dari bangunan ini dibuat radial ialah agar view yang terlihat
dari dalam dapat ke segala arah.

Bangunan ini memiliki pola sirkulasi ialah radial dengan memiliki


komposisi yang sama dan stabil yang terdiri dari beberapa ruang sekunder yang
dikelompokkan. Keuntungan dengan pola sirkulasi seperi ini ialah dapat memisahkan
kebutuhan akan fungsi ruang yang dapat terpisah walau terdapat pada satu lantai.
3) Analisa Alur Sirkulasi

B F
G E

ADC

Gambar 3.33 Analisa Bukaan


(sumber: Pribadi)

63
KETERANGAN

A Masuk kendaraan

B Droff Off (Main Entrance)

C Keluar kendaraan

D Jalan masuk pejalan kaki

E Masuk kendaraan area servis

F Masuk area servis

G Masuk basemen

H Jendela

Untuk bukaan di hotel dan resort ini harus memiliki minimal 2 bukaan. Hal
tersebut untuk memisahkan antara bukaan untuk pengunjung dan area servis. Pada
tapak ini memiliki 3 bukaan, yaitu bukaan utama yang berada di depan tapak sebelah
utama yang diperuntukan untuk memudahkan pengunjung baik yang membawa
kendaraan atau berjalan kaki. Bukaan kedua yang berada di barat tapak yaitu
diperuntukan untuk area servis yang bersifat ringan dan tidak terlalu mengganggu
pengunjung. Dan bukaan ketiga ialah yang berada di timur tapak yaitu untuk jalur
memasuki basement untuk area servis yang bersifat berat dan dapat mengganggu
aktivitas pengunjung sehingga area tersebut diletakkan di basement.

64
4) Analisa Potongan

Gambar 3.34 Analisa Potongan


(sumber: Pribadi)

 Jumlah lantai 7 dan 3 basement.

 Setiap lantai memiliki ketinggian 3,78 m.

5) Analisa Utilitas

CC

G
F

E D
C

A A B
A

Gambar 3.35 Denah Lantai Dasar


(sumber: Pribadi)
 Pada area A, terdapat tangga yang menghubungkan dengan area servis.
Dilengkapi dengan sistem keamanan berupa smoke detector.
 Pada area B, terdapat toilet yang menggunakan satu pipa yang tersambung
dengan pipa toilet lainnya.
65
 Pada area C, terdapat lift yang menghubungkan dengan area servis.
 Pada area D, terdapat ruang panel yang berfungsi sebagai tempat distribusi
listrik untuk mengalirkan energi di area koridor, lobby, kantor, ruang
tunggu, bar dan restoran.
 Pada area E, merupakan elevator khusus makanan yang mendistribusikan
makanan yang sudah siap dihidangkan kepada pelanggan dan terhubung
dengan dapur. Penggunaan sistem elevator makanan ini mempermudah bagi
para pegawai sehingga tidak perlu ke area dapur dahulu ketika mengambil
makanan pesanan. Dan untuk sistem piring kotor pun sama di distribusikan
melalui elevator ini.
 Pada area F, terdapat ruang operator CCTV untuk memantau situasi di
sekitar hotel dan resort ini.
 Pada area G, terdapat area bar yang dipasangi dengan exhaust untuk
menghisap asap dari berbagai aktivitas di area tersebut.
 Pada area H, terdapat void dan tangga yang menghubungkan lantai dasar
sampai lantai 6.
 Pada area I, terdapat lift yang berfungsi sebagai akses dari lantai dasar
hingga lantai 6.
 Penggunaan AC yang dilakukan ialah menggunakan jenis split yang
diletkkan di area publik.
 Penggunaan sistem keamanan yaitu sprinkler dan smoke detector diletakkan
di area publik.

66
C
H

B B
G

D
A E F

Gambar 3.36 Denah Lantai 1


(sumber: Pribadi)

 Pada area A, terdapat lift yang khusus digunakan untuk pegawai agar tidak
mengganggu aktivitas pengunjung dan sebagai jalur linen.

 Pada area B, terdapat lift yang digunakan oleh pengunjung sebagai akses
dari lantai dasar hingga lantai 6.

 Pada area C, terdapat tangga dan void yang menghubungkan dari lantai
dasar hingga lantai 6.

 Pada area D, terdapat ruang panel yang berfungsi sebagai tempat distribusi
listrik untuk mengalirkan energi di area koridor dan kamar tidur.

 Pada area E, terdapat elevator khusus makanan yang berfungsi untuk


mendistribusikan makanan dan terhubung dengan area dapur.

 Pada area F, terdapat toilet. Penempatan kamar mandi di area jalur pegawai
ini menggunakan satu pipa yang tersambung dengan lainnya dari lantai 1
hingga lantai 6.

 Pada area G, terdapat kamar mandi. Penempatan kamar mandi di setiap


kamar tidur ini menggunakan satu pipa yang tersambung dengan lainnya
dari lantai 1 hingga lantai 6.

67
 Pada area H, terdapat tangga darurat. Area ini terdapat di setiap sisi kanan
dan kiri bangunan. Dilengkapi dengan sistem keamanan, berupa smoke
detector jika terjadi keadaan darurat. Terdapat dilantai 1 hingga lantai 6.

 Pada area I, terdapat area mini kitchen yang dipasangi dengan exhaust untuk
menghisap asap dari berbagai aktivitas di area tersebut.

 Pada penggunaan AC, menggunakan jenis split yang diletakkan pada area
koridor dan kamar tidur.
 Penggunaan sistem keamanan yaitu sprinkler dan smoke detector diletakkan
di koridor dan kamar tidur.

 Penggunaan sistem water heater untuk di area kamar ialah menggunakan


sistem central.

D C

E A
B B

Gambar 3.37 Denah Basemen

(sumber: Pribadi)

 Pada area A, terdapat area dapur yang dipasangi exhaust untuk


menghisap asap dari berbagai aktivitas dapur.

 Pada area B, terdapat tangga yang menghubungkan dengan lobby dan


kantor. Dilengkapi dengan sistem keamanan berupa smoke detector.

68
 Pada area C, terdapat elevator khusus makanan yang terhubung dengan
area restoran dan bar. Untuk mendistribusikan hidangan yang sudah siap
dihidangkan untuk para tamu.

 Pada area D, terdapat elevator khusus untuk piring kotor yang terhubung
dari lantai dasar hingga lantai 6.

 Pada area E, terdapat toilet yang brdekatan satu sama lain dan memiliki
aliran pipa yang sama serta terdapat musholla disekitarnya sehingga
memudahkan sistem plumbing.

 Penggunaan air bersih pada hotel dan resort ini didapat dari deepwell
(pengeboran sumur dalam) dan PDAM. Sistem yang digunakan ialah
sistem tangki tekan.

 Sistem pembuangan limbah di hotel dan resort ini memiliki berbagai


macam limbah, seperti limbah basah, limbah kering, limbah pecah, dan
limbah berbahaya. Dalam perdistribusian limbah ke tempat
penyimpanan di basement menggunakan lift servis untuk mempermudah
proses perdistribusian.

3.3.3 Analisa Alur Aktivitas Setiap Pengguna

 Pengunjung yang Menginap

Gambar 3.38 Alur Aktivitas Pengunjung Menginap


(sumber: Pribadi)

69
 Pengunjung yang Tidak Meningap

Gambar 3.39 Alur Aktivitas Pengunjung yang Tidak Menginap


(sumber: Pribadi)

 Alur Aktivitas Staff Front Office

Gambar 3.40 Alur Aktivitas Staff Front Office


(sumber: Pribadi)

 Alur Aktivitas Staff House Keeping

70
Gambar 3.41 Alur Aktivitas Staff House Keeping
(sumber: Pribadi)

 Alur Aktivitas Staff Food and Beverages

Gambar 3.42 Alur Aktivitas Staff F&B


(sumber: Pribadi)

3.3.4 Analisa Kebutuhan Ruang


Table 3.3 Tabel Kebutuhan Ruang
No. Pengguna Aktivitas Isi Ruang Kebutuhan Ruang
- Datang
1. Pengguna Hotel - Menyanyakan
informasi hotel - Meja - Receptionist
- Memesan kamar Receptionist
dan membayar
- Easy chair
- Check-in
Check-out
- Duduk - Sofa
menunggu - Easy Chair
- Menikmati - Coffee Table
suasana - Stool
- Berfoto - Side table - Lobby
- Mengobrol - Standing lamp - Lounge
- Membaca - Storage majalah
- Charge - Storage charger
gadget gadget
Television
- Menikmati - Meja makan
- Restaurant
Suasana - Kursi makan
- Coffee shop
- Mengambil - Sofa 3 seater
makanan - Sofa 2 Seater - Bar
- Makan
- Minum kopi - Stool
- Minum
- Cuci tangan
- Berfoto
- Mengobrol

71
-
- Easy chair
- Coffee Table
- Buffet table
- Olahraga atau - Bar table
Gym - Coffee maker
- Ganti pakaian
- Menyimpan - Storage minuman
barang
- Berenang
- Tidur - Queen bed
- Menyimpan - Single bed
barang - Side table
- Melakukan - Easy chair - Standard
pekerjaan - Sofa 2 seater Bedroom
- Membuat - Coffee table - Deluxe bedroom
minuman - Wardrobe - Suite bedroom
- Berpakaian - Meja kerja - Balkon
- Menikmati - TV cabinet - Bathroom
suasana - Televisi
- Mandi - Storage
- Buang air - Shower box
- Menonton TV - Westafel
- Ruang Kantor
2. - Datang - Workstasion Manager
- Mengolah data - Office Chair - Ruang Arsip
- Menyimpan - Storage - Area photocopy
dokumen / - Sofa - Ruang Meeting
berkas - Coffee table
Staff - Menyalin - Mesin Photocopy - Area Kantor Staff
(Management) dokumen - Meeting Table - Musholla
- Meeting - Easy Chair - Tempat wudhu
- Istirahat - Storage alat - Pantry
- Sholat Sholat
- Makan - Kitchen Set - Toilet
- Buang air - Kloset
- Pulang - Westafel
- Meja
3. - Datang
Receptionist - Area
Staff - Melayani
- Easy chair
pemesanan Receptionist
(Reception) - kamar dan - Storage
informasi
- Menyimpan
kunci kamar
- Melayani
pembayaran
- Pulang
4, - Mengangkut - Luggage room
barang tamu - Luggage
- Menyimpan Bellman Trolley - Ruang Loker
barang tamu - Loker - Ruang staff
Staff (Caddy)
- Menyimpan - Meja - Pantry
barang - Easy chair / Sofa
- Istirahat - Kitchen Set - Toilet
- Makan - Kloset
- Buang air

72
- Pulang - Westafel
- Sofa - Ruang Staff
5. - Datang - Coffee Table - Ruang Loker
- Briefing - Loker - Cafetaria Staff
- Menyimpan - Meja makan - Musholla
Staff Barang - Kursi makan - Area Wudhu
(All - Istirahat - Buffet table - Pantry
Service / - Makan - Sajadah
Toilet
- Sholat - Storage alat
BOH) sholat
- Buang air
- Kitchen set
Pulang - Kloset
Westafel
- Area
6. - Membersihkan penyimpanan
Kamar - Storage / alat kebersihan
Staff - Membersihkan Keranjang Linen - Area
area publik - Bench Penyimpanan
(
- Menyimpan alat Linen kotor
- Dispenser
Housekeeping) kebersihan - Staff
- Istirahat housekeeping station
- Washing - Area mencuci
7. - Mencuci linen
machine - Area
- Mengeringkan
- Washer mengeringkan
linen
Extractor - Area menyetrika
Staff (Laundry) - Menyetrika linen
Laundry - Area melipat
- Menlipat linen
- Dry cleaning - Ruang Linen
- Menyimpan linen bersih machine kotor
dan kotor - Dry cleaning press - Ruang Linen bersih
unit
- Ruang penjaga
8. Staff (Food and - Menerima stok - Meja dan kursi
- Ruang
barang - Timbangan
Beverage) penerimaan
- Menimbang bahan makanan
barang
barang/ bahan - Storage cabinet
- Ruang
makanan - Chiller
penyimpanan
- Menyimpan - Freezer
daging
bahan makanan - Stainless steel
work table - Ruang
- Memasak makanan
- Tabletop with Sink penyimpanan sayur

73
3.5 Standar dan Luasan Ruang
Tabel 3.4 Standar dan Luasan Ruang
No. Ruang Furnitur Unit Dimensi Luas Total Kapasitas Standar Sirkulasi Luas Unit Total Luas Standarisasi
Furnitur Luasan Gerak Ruang Ruang
Furnitur /m2
P L (LF) Total (LF) KP (KP X SG)
1. Lobby and Meja 1 2,5 0,6 1,5 14,31 75 4 75x4 314,31 1 314,31 m2 - Luas : 270 M²
Lounge informasi =300 - Kapasitas : 56 Orang
Sofa 2 seater 4 1,2 0,6 2,88 - Sumber : Standar Standar
Easy chair 6 0,6 0,6 2,16 Room ; Graduate Degree
Coffee table 4 1 0,6 2,4 Project Studio
Storage 1 0,6 0,3 0,18 Northeastern University,
majalah 2008
Side table 3 0,5 0,5 0,75
Storage 2 0,6 0,6 0,72
Charger
Stool 4 0,3 0,3 0,36
Standing lamp 4 0,3 0,3 0,36
Bench 2 1 1 2

2. Restaurant Meja makan 20 1,2 0,8 19,2 45,84 75 4 75x4 345,84 1 345,84 m2 Kapasitas : 40-60 seats
Easy chair 50 0,6 0,6 18 Luas : 100 m2
=300
Sofa 2 seater 4 1,2 0,6 2,88 Sumber : Standar Neufert Architects’
Buffet table 3 3 0,6 5,4 Data Fourth Edition, 2012
stool 4 0,3 0,3 0,36

3. Lounge and Bar Meja bar 1 3 0,5 1,5 19,2 32 3 32x3 115,2 1 115,2 m2 Kapasitas : 40-60 seats
Stool 6 0,3 0,3 0,54 =96 Luas : 100 m2
Sofa 2 seater 2 1,2 0,6 1,44 Sumber : Standar Neufert Architects’
Sofa 3 seater 4 1,8 0,6 4,32 Data Fourth Edition, 2012
Easy chair 10 0,6 0,6 3,6
Meja 10 1 0,6 6
Workstation 1 3 0,6 1,8
4. Resepsionis Meja 2 1 0,6 1,2 2,7 2 4 2x4 10,7 1 10,7 m2 - Luas : ± 4M²
Resepsionis =8 - Kapasitas : 2 Orang
Kursi kerja 2 0,5 0,5 0,5 - Sumber : Time saver Standart
Easy chair 4 0,5 0,5 1

74
5. Luggage Room Bellman 4 1,1 0,6 2,64 2,64 2 4 2x4 10,64 1 10,64 m2
Trolley =8
6. Toilet Kloset 3 0,7 0,6 1,26 1,93 3 3 3x3 10,93 2 21,86 m2 0,9m2xjumlah kamar
Pengunjung Lavatory 2 0,5 0,4 0,4 =9 = 0,9 x 51 = 45,9m²
Urinoir 3 0,3 0,3 0,27 Sumber : time saver standard
7. Travel agent Meja kerja 1 1,7 0,6 1,02 1,74 2 3 2x3 7,74 1 7,74 m2
Easy chair 2 0,6 0,6 0,72 =6
8. Ruang Kantor Meja kerja 1 1,7 0,6 1,02 3,57 2 4 2x4 11,57 1 11,57 m2 - Luas : 6.75 – 9 M²
Manager Utama Kursi kerja 1 0,5 0,5 0,25 =8 - Kapasitas : 1 Orang
Easy chair 2 0,5 0,5 0,5 - Sumber : : Standar Standar
Storage 1 1,2 0,4 0,48 Room ; Graduate Degree
Sofa 2 seater 1 1,2 0,6 0,72 Project Studio Northeastern
Coffee table 1 1 0,6 0,6 University, 2008

9. Ruang Kantor Meja kerja 4 1,7 0,6 4,08 9 4 4 4x4 25 3 75 m2 - Luas : 6.75 – 9 M²
Kursi kerja 4 0,5 0,5 1 =16 - Kapasitas : 1 Orang
Storage 4 1,2 0,4 1,92 - Sumber : : Standar Standar
Easy chair 8 0,5 0,5 2 Room ; Graduate Degree
Project Studio
Northeastern University,
2008

10. Ruang Arsip storage 2 1,2 0,4 0,96 0,96 2 3 2x3 6,96 1 6,96 m2
=6
11. Ruang Staff Loker 2 1 0,4 0,8 4,77 4 4 4x4 20,77 1 20,77 m2
Caddy Sofa 2 seater 2 1,2 0,6 1,44 =16
Coffee table 2 1 0,6 1,2
Dispenser 1 0,3 0,3 0,09
Kloset 2 0,7 0,6 0,84
75
Lavatory 2 0,5 0,4 0,4
12. Ruang Staff Sofa 2 seater 2 1,2 0,6 1,44 5,84 4 4 4x4 21,84 1 21,84 m2
BOH Coffee table 2 1 0,6 1,2 =16
Loker 4 2 0,4 3,2
13. Ruang Storage 1 2 0,6 1,2 2,51 2 4 2x4 10,51 4 42,04 m2
Housekeeping Keranjang 2 0,6 0,6 0,72 =8
Bench 1 1 0,5 0,5
Dispenser 1 0,3 0,3 0,09
14. Ruang Laundry Washing 2 0,8 0,8 1,28 11,2 3 4 3x4 23,2 1 23,2 m2 0.6m2x jumlah kamar
machine =12 = 0,6 x 51 = 30,6 m²
Washer 1 1 1 1 - Sumber : Surat Surat keputusan
extractor Dinas Pariwisata No:14/U/II/1988
Dry cleaning 2 1 1 2 tentang pelaksanaan ketentuan
machine usaha
Storage 4 1 0,6 2,4
Keranjang 4 0,6 0,6 1,44
Workstation 2 1,2 0,7 1,68
Dry cleansing 2 1 0,7 1,4
press
15. Area photocopy Mesin 2 0,8 0,4 0,64 1,24 2 3 2x3 7,24 1 7,24 m2
photocopy =6
Meja 1 1 0,6 0,6
16. Area meeting Meja meeting 1 2,8 0,85 2,38 4,48 8 4 8x4 28,48 1 24,48 m2
Easy chair 8 0,5 0,5 2 =24
17. Area kerja staff Meja 2 1,7 0,5 1,7 2,7 4 4 4x4 18,7 1 18,7 m2
Kursi kerja 4 0,5 0,5 1 =16
18. Musholla staff Sajadah 3 0,7 1 2,1 2,5 3 4 3x4 14,5 1 14,5
Storage 1 0,8 0,5 0,4 =12
19. Toilet staff Kloset 2 0,7 0,6 0,84 1,24 2 3 2x3 7,24 2 14,48 m2
Lavatory 2 0,5 0,4 0,4 =6
20. Pantry Kitchen set 1 2 0,6 1,2 1,2 2 4 2x4 9,2 1 9,2 m2
=8
21. Area penerima Meja 1 0,8 0,6 0,48 3,23 2 4 2x4 11,23 1 11,23 m2
bahan makanan Kursi 1 0,5 0,5 0,25 =8
Storage 1 1 0,5 0,5
Bench Scale 2 1 1 2
22. Ruang Chiller 2 1 0,7 1,4 6,28 1 4 1x4 10,28 2 20,56 m2
Penyimpanan Freezer 2 0,8 0,8 1,28 =4
F&B Storage 4 1,5 0,6 3,6
23. Ruang Chef Workstation 1 1,2 0,7 0,84 1,37 1 4 1x4 5,37 1 5,37 m2 - Luas : 6.75 – 9 M²
Kursi kerja 1 0,5 0,5 0,25 =4 - Kapasitas : 1 Orang
Kabinet 1 0,7 0,4 0,28 Sumber : : Standar Standar Room ;
Graduate Degree Project Studio
Northeastern University, 2008
24. Dapur Cooking table 3 3 0,6 5,4 24,05 5 4 5x4 44,05 1 44,05 m2 - luas : 168m2
Preparation 6 2 0,6 7,2 =20 - kapasitas : - orang
table - standar standar room ;
Sink 5 0,5 0,5 1,25 Graduate Degree
Storage 3 1 0,4 1,2 Project

76
Bakery table 2 2 0,6 2,4 Studio Northeastern
Workstation 3 3 0,6 5,4 University 2008
Equipment 2 1 0,6 1,2
cabinet

25. Standar room Queen bed 1 2 1,6 3,2 14,78 2 4 2x4 22,78 25 569,5 m2 Luas : 23,8 M²
Nakas 2 0,5 0,5 0,5 =8 Kapasitas : 2
Wardrobe 1 1,2 0,6 0,72 Orang
Storage koper 1 1 0,6 0,6
Meja kerja 1 1 0,6 0,6
Easy chair 1 0,7 0,7 0,49
Kursi kerja 1 0,5 0,5 0,25
Kloset 1 0,7 0,6 0,42
Lavatory 1 0,5 0,4 0,2
Shower box 1 1 1 1
Balkon 1 4 1,7 6,8
Standar Standar Room ; Graduate
Degree Project Studio Northeastern
26. Deluxe room Queen bed 1 2 1,6 3,2 15,61 2 4 4x2 23,61 10 236,1 m2 - luas : 24m2
Nakas 2 0,5 0,5 0,5 =8 - kapasitas : 2 orang
Wardrobe 1 1,2 0,6 0,72 - sumber : data arsitek
Storage koper 1 1 0,6 0,6
Meja kerja 1 1 0,6 0,6
Coffee table 1 1 0,6 0,6
Sofa 2 seater 1 1,2 0,6 0,72
Kursi kerja 1 0,5 0,5 0,25
Kloset 1 0,7 0,6 0,42
Lavatory 1 0,5 0,4 0,2
Shower box 1 1 1 1
Balkon 1 4 1,7 6,8
27. Suite room King bed 1 2 1,8 3.6 23,93 2 4 2x4 31,93 4 127,72 m2 minimal : 2
Nakas 2 0,5 0,5 0,5 =8 kamar luas :
Wardrobe 1 1,2 0,6 0,72 48m2
Storage koper 2 1 0,6 1,2 sumber : data arsitek
Meja kerja 1 1 0,6 0,6
Side table 2 0,6 0,6 0,72 Luas : 47,6 M²
Easy chair 1 0,6 0,6 0,36 Kapasitas : 2 Orang
Mini kitchen 1 1,85 0,6 1,11 Sumber : Standar Standar Room ;
set Graduate Degree Project Studio
Meja makan 1 1,5 0,5 0,75 Northeastern University, 2008
Stool 4 0,4 0,4 0,64
Sofa 2 seater 2 1,2 0,6 1,44
Coffee table 1 1 1 1
TV cabinet 2 1,5 0,6 1.28

77
Kursi kerja 1 0,5 0,5 0,25
Kloset 2 0,7 0,6 0,84
Lavatory 2 0,5 0,4 0,4
Bathtub 1 1,5 0,8 1,2
Balkon 1 4 1,7 6,8
28. Spa room Spa bed 2 2 0,8 3,2 7,75 4 4 4x4 23,75 2 47,5 m2 Kapasitas : -
Nathtub 1 1 1 1 Luas Minimal : 8.5m x 5.5m
=16
Sofa 1 1,2 0,6 0,72 Sumber : Standar Standar Room ;
Shower box 1 0,9 0,9 0,81 Graduate Degree Project Studio
Dressing table 1 1 0,6 0,6 Northeastern
Kloset 1 0,7 0,6 0,42
Cabinet 1 1 0,6 0,6
storage
Console table 1 1 0,4 0,4
29. Fitness center Towel station 1 3 1 3 32,925 15 4 15x4 92,925 1 92,925 m2 Luas : 30 M²
Treadmill 4 1,3 0,5 2,6 =60 Kapasitas : 10
Woman 1 2 0,4 0,8 0rang
locker Sumber : Studi Banding Santika
Man locker 1 2 0,4 0,8 Premiere, gubeng
Woman 4 1 1 4
changing Luas : 74,25 M²
room Kapasitas : ± 26
Man changing 3 1 1 3 Orang
room Sumber : Standar Standar Room ;
Rowing 3 1,3 1,2 4,68 Graduate Degree Project Studio
machine Northeastern
Bicycle 4 0,9 0,6 2,16
ergometer
Pulling 3 1 1 3
machine
Press bench 2 2 1,2 4,8
Stomach 2 0,95 2,15 4,085 -
muscle
30. Ballroom Banquet chair 50 0,4 0,45 9 14,4 100 4 100x4 414,4 1 414,4 m2 -Luas : 320 - 480 M²
-Kapasitas : 120 - 700 0rang
Meja 15 0,6 0,6 5,4 =400
Sumber :Studi banding santika
premiere gubeng
31. Meeting room Meeting table 1 1,5 0,7 1,05 4,3 10 4 10x4 44,3 2 88,6 m2  Luas : 2,5 M² x total kamar
 = 2,5 x 51 = 127,5 m²
Meeting chair 10 0,5 0,5 2,5 =40
 Sumber :
Cabinet 1 1,5 0,5 0,75
Data
Arsitek
Luas : 60 -
108 M²
 Kapasitas : 20 - 70 0rang
 Sumber : studi banding
santika premiere gubeng
32. Cafetaria Staff Meja makan 5 1,3 0,7 4,55 8,47 20 4 20x4 88,47 1 88,47 m2
Kursi makan 20 0,4 0,4 3,2 =80
Display 1 1,2 0,6 0,72

78
33. Cafe Meja bar 1 2 0,5 1 16,29 28 4 28x4 128,29 1 128,29m2
Coffe table 7 0,6 0,6 2,52 =112
Kursi 20 0,6 0,6 7,2
Sofa 4 1,8 0,6 4,32
Stool 5 0,5 0,5 1,25
34. Ruang CCTV Meja 2 1,7 0,6 2,04 3,04 4 4 4x4 19,04 1 19,04m2
Kursi 4 0,5 0,5 1 =16
Total 3010,025m2

79
3.3.6 Bubble Diagram

80
81
3.3.7 Zoning dan Blocking
 Zoning

a. Zoning Lantai Dasar

Gambar 3.43 Zoning Lantai Dasar


(sumber: Pribadi)

82
b. Zoning Lantai 1 dan Lantai Tipikal

Gambar 3.44 Zoning Lantai 1 dan Lantai Tipikal


(sumber: Pribadi)

c. Zoning Lantai 6

Gambar 3.45 Zoning Lantai 6


(sumber: Pribadi)

83
d. Zoning Basement

Gambar 3.46 Zoning Lantai Basement


(sumber: Pribadi)
 Blocking

a. Blocking Lantai Dasar

Gambar 3.47 Blocking Lantai Dasar


(sumber: Pribadi)

84
b. Blocking Lantai 1 dan Lantai Tipikal

Gambar 3.48 Blocking Lantai 1 dan Lantai Tipikal


(sumber: Pribadi)

c. Blocking Lantai 6

Gambar 3.49 Blocking Lantai 6


(sumber: Pribadi)

85
d. Blocking Basement

Gambar 3.50 Blocking Lantai Basement


(sumber: Pribadi)

86
BAB IV

KONSEP PERANCANGAN

4.1 Tema Perancangan

Tema yang akan di terapkan pada perancangan hotel dan resort ini adalah
Beautiful Artdeco. Untuk beautiful artdeco ini dimaksudkan dengan untuk beautiful
sendiri dapat diartikan sebagai cantik, indah, elok, atau bagus. Sedangkan untuk art
deco sendiri merupakan sebuah gaya yang lebih terkesan modern dengan ciri khas dari
motif yang digunakan. Art Deco ini merupakan salah satu ciri khas dari bangunan
yang ada di Bandung, sehingga beautiful art deco ini dapat diartikan sebagai
menonjolkan sisi terbaik dari art deco. Sedangkan, untuk konsep yang akan di
terapkan dalam interior hotel dan resort ini adalah Dynamic of Locality dengan
menggunakan penggayaan Art Deco. Dynamic of Locality ini dapat diartikan sebagai
bentuk-bentuk dinamis dari lokal. Bentuk-bentuk dinamis ini dapat diambil dari art
deco itu sendiri, sedangkan lokalitas merupakan sesuatu yang kita perlu angkat dari
daerah Bandung itu sendiri. Dengan olahan standar menurut pemerintah dan karakter
dari brand The Alana Hotel. Penggunaan konsep interior tersebut, dapat dijadikan
solusi atas permasalahan untuk memperkenalkan ciri khas Bandung dalam kemasan
yang lebih kekinian dan desain dapat di terima oleh masyarakat umum.

87
Berikut kerangka berpikir tema perancangan:

Hotel dan Resort

Bandung

The Alana Hotel Permasalahan

Fasilitas
Menerapkan desain sesuai dengan Ciri Khas Bandung
lokalitas khas Bandung dengan sentuhan lebih modern. Kenyamanan

Pendekatan Desain: Pemerintah dan pihak Alana Hotel


setempat menginginkan tempat yang dapat menjadi penginapan sekaligus temp
Lokalitas Bandung

Tema:

Beautiful Artdeco

Memperkenalkan ciri khas Bandung


dengan disajikan lebih modern.

4.1.1 Pencapaian Suasana


Suasana yang diharapkan dari pengaplikasian tema beautiful artdeco dan
konsep dynamic of locality adalah suasana yang nyaman, hangat, dan memberikan
pengalaman yang berbeda dengan tetap menampilkan ciri khas dari kota Bandung
yang dikemas secara lebih modern. Sehingga diharapkan melalui penerapan tema ini
para pengunjung mendapatkan pengalaman yang berbeda dari sisi penginapan dan
lokalitasnya.

88
Gambar 4.1 Kamar Suite
(sumber: Pribadi)

Gambar 4.2 Kamar Deluxe


(sumber: Pribadi)

Gambar 4.3 Lobby


(sumber: Pribadi)

89
4.2 Konsep Perancangan

4.2.1 Konsep Alur Aktivitas

 Pengunjung yang Menginap

Gambar 3.38 Alur Aktivitas Pengunjung Menginap

(sumber: Pribadi)

 Pengunjung yang Tidak Meningap

Gambar 3.39 Alur Aktivitas Pengunjung yang Tidak Menginap

(sumber: Pribadi)

90
 Alur Aktivitas Staff Front Office

Gambar 3.40 Alur Aktivitas Staff Front Office

(sumber: Pribadi)

 Alur Aktivitas Staff House Keeping

Gambar 3.41 Alur Aktivitas Staff House Keeping

(sumber: Pribadi)

91
 Alur Aktivitas Staff Food and Beverages

Gambar 3.42 Alur Aktivitas Staff F&B

(sumber: Pribadi)

4.2.2 Konsep Organisasi Ruang


Untuk organisasi ruang pada perancangan ini menerapkan sesuai dengan
kedekatan ruang dan aktivitas yang ada di hotel dan resort, agar tidak membuat
bingung dan menghambat aktivitas pengguna hotel dan resort.
Organisasi ruang yang digunakan ialah organisasi radial dan untuk sirkulasi
berbentuk linear. Organisasi radial ini adalah terdapat ruang pusat yang menjadi acuan
dari organisasi linear yang menyebar. Ciri-ciri dari organisasi ruang ini adalah
kombinasi dari terpusat dan linear untuk mempermudah pengguna dalam menjalankan
aktivitasnya.

92
Gambar 4.4 Pola Sirkulasi Radial.
(sumber: Pribadi)

4.2.3 Konsep Bentuk Ruang/Mebel


Konsep bentuk yang akan digunakan pada elemen interior dan juga pengisi
ruangnya seperti furnitur memiliki bentuk geometris dan dinamis. Untuk bentuk
geometris yang memiliki sudut dapat dimanfaatkan untung ruang agar efektif dan
efisien. Sedangkan, bentukan dinamis atau lengkung dapat diaplikasikan pada bentuk
furniture dan plafon untuk tetap menonjolkan ciri khas dari art deco itu sendiri.
Pengaplikasian pertama untuk dinamis terlihat pada ruangan lobby dan lounge,
dengan penerapan ini dapat menimbulkan kesan santai dan relaks. Selain itu bentuk
lengkungan dinamis diterapkan pada partisi pemisah antar ruang dan plafon.

93
Gambar 4.5 Furniture dinamis
(sumber: Pribadi)

Gambar 4.6 Lobby dan Lounge


(sumber: Pribadi)

94
Contoh lain penerapan dinamis ialah pada area koridor menuju hall dari arah
resepsionis dengan diterapkannya partisi berbentuk melengkung, sehingga dapat
membuat kesan menarik dan nyaman bagi pengunjung.
Selain itu, art deco sendiri identik dengan penerapan motif yang dinamis. Motif
yang dinamis ini diterapkan pada elemen dinding di area kamar. Motif ini perpaduan
antara motif batik dan motif dinamis khas dari art deco itu sendiri.

Gambar 4.7 Kamar Deluxe


(sumber: Pribadi)

95
4.2.4 Konsep Material Ruang/Mebel
Berikut material yang mendominasi pada perancangan ini:
Tabel 4.1 Material yang digunakan
No. Material Kesan Penjelasan
1. Kayu Jati Hangat, alami. Menggunakan jenis kayu
jati yang banyak
digunakan di daerah
Bandung. Penerapan
material ini dapat
diterapkan di beberapa
elemen interior sepertti
flooring, furnitur, dinding,
dan kusen.
2. Marmer Kuat, mewah, Menggunakan jenis
agung. material ini dapat
memberikan kesan hotel
bintang 4 yang mewah dan
agung pada interiornya.

3. Plywood Hangat, Kuat. Menggunakan jenis


material ini dapat
diterapkan partisi pada
area lobby.

4. Alumunium/Metal Mewah Penggunaan material ini


mendapatkan kesan
mewah, luxury pada area
hotel. Material ini dapat
diterapkan sebagai
ornament pada hotel.

96
4.2.5 Konsep Warna

Penggunaan warna yang dipakai diambil dari palet warna ciri khas wayang, batik,
dan regulasi dari The Alana Hotel.

Gambar 4.8 Warna-warna yang digunakan


(sumber: Pribadi)

Untuk dari regulasi Alana Hotel sendiri tetap menerapkan warna coklat dan putih.
Warna ini dapat memberikan kesan alami, hangat, dan nyaman. Selain itu warna cokelat
ini dapat dihadirkan dari penerapan material alami yaitu kayu. Sedangkan untuk warna
emas, merah, dan biru diambil dari warna ciri khas wayang Astrajingga, Arjuna, dan
Baladewa.

Gambar 4.9 Area Restoran


(sumber: Pribadi)

97
Untuk penerapan warna ciri khas dari wayang sendiri dibedakan di setiap kamar. Seperti pada
kamar tipe standar, lebih menerapkan kesan warna merah yang merupakan ciri khas dari
wayang Cepot. Warna merah ini diterapkan pada furniture pada kamar. Kesan warna merah
ini memberikan kesan kuat dan melambangkan kegembiraan.

Gambar 4.10 Kamar Standar


(sumber: Pribadi)

Untuk kamar tipe deluxe ini lebih menonjolkan ciri khas dari wayang Arjuna,
yaitu putih dan emas. Dengan penerapan warna ini lebih terkesan hangat dan nyaman.

Gambar 4.11 Kamar Deluxe


(sumber: Pribadi)

98
Sedangkan, untuk tipe kamar suite terdapat perpaduan warna merah tua dan biru.
Penerapannya dapat terlihat di penggunaan warna pada furniture dan partisi.

Gambar 4.12 Kamar Suite


(sumber: Pribadi)
4.2.6 Konsep Pencahayaan
Pencahayaan yang didapatkan melalui pencahayaan alami yang didapatkan pada
pagi hingga sore hari dengan cahaya matahari masuk melalui area balkon dan jendela-
jendela. Pencahayaan buatan menggunakan LED downlight dan LED strip dengan tone
warm white untuk memunculkan suasana hangat dan nyaman. Nuansa hangat dan
nyaman ini identik dengan masyarakat Bandung yang gotong royong dan kekeluargaan.
Namun, tidak lupa dengan tetap memunculkan kesan luxury agar tidak terkesan
menyeramkan.

Tabel 4.2 Jenis Lampu yang digunakan.


No. Jenis Deskripsi Pengaplikasian
1. Led Downlight Lampu ini memberikan Di aplikasikan pada general lighting.
efek pencahayaan optimal, Diletakkan di area lobby, koridor, dan
memancarkan cahaya lewat kamar.
aliran listrik yang relatif
tidak banyak menghasilkan
panas. Karena itu lampu ini
merupakan lampu paling
hemat energi dibanding
jenis lampu lain.

99
2. Led Strip Menampilkan kesan Untuk memberikan kesan lebih maka
mewah, menimbulkan jenis ini biasanya diletakkan pada drop
perasaan menenangkan dan ceiling dan disembunyikan (hidden).
hangat serta relaksasi

3. Fluorescent Banyak mengubah energi Untuk jenis ini biasanya diletakkan di


listrik menjadi cahaya. area dapur atau area service sebagai
Lampu jenis ini hemat general lighting.
listrik, karena kalor yang
ditimbulkan kecil dan tidak
terlalu panas bagi ruang
disekitarnya.

(sumber: Dokumen Pribadi)

4.2.7 Konsep Penghawaan


a. Penghawaan Alami
Penghawaan alami dapat didapatkan dengan adanya balkon yang menjadi
ruang transisi antara bagian luar dengan bagian dalam, serta dari bukaan
bukaan yang terdapat pada bangunan.

b. Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan yang dipakai ialah AC Split Duct yang perindustrian hawa
dinginnya menggunakan sistem ducting, yaitu AC ini tidak memiliki pengatur
suhu sendiri-sendiri melainkan dikontrol pada satu titik. Sedangkan untuk area
publik menggunakan AC tipe Central.

100
4.2.8 Konsep Keamanan
Konsep keamanan yang dimiliki hotel dan resort ini, adalah:
No. Jenis Deskripsi Pengaplikasian
1. Sebuah sistem keamanan yang  Kamar tidur
ada di setiap kamar hotel untuk
menyimpan barang berharga
yang menginap.

Brankas
2. Sistem keamanan kamar yang  Pintu Kamar
digunakan ialah kard, sistem
keamanan itu terus berkembang
dan berinovasi guna
meningkatkan keamanan dan
kenyamanan pengunjung tamu
Kard
hotel.
3. Smoke detector bereaksi  Setiap area di
terhadap gas yang keluar saat ada hotel and
kebakaran. resort.

Smoke Detector
4. Signage merupakan sistem  Diatas pintu
keamanan apabila dalam keadaan darurat di
bahaya baik tamu dan pengelola setiap koridor
hotel dapat melalui jalur hotel and
Emergency Exit Sign evakuasi yang aman dari bahaya. resort
5. Alarm kebakaran di dalam hotel  Setiap area di
resort untuk memberi peringatan hotel and
ketika terjadinya kebakaran di resort
dalam gedung.

Alarm Pemadam
Kebakaran

101
6. Kamera pemantau atau cctv  Setiap area di
digunakan untuk dapat hotel and
memantau aktivitas di segala resort
ruangan dalam waktu yang
bersamaan.

Kamera CCTV
7. Alat yang digunakan untuk  Area hotel and
memadamkan api kebakaran resort yang
kecil yang berpentuk tabung mudah di
berisi bahan pemadam api yang jangkau atau
memiliki tekanan tinggi diakses.

Fire Extinguisher

4.2.9 Konsep Disabilitas


Hotel dan resort memfasilitasi pengguna yang memperlukan kebutuhan khusus
atau disabilitas. Konsep itu diterapkan pada:
 Terdapat ramp untuk pengunjung yang berkenutuhan khusus.
 Tersedia toilet untuk difabel dengan desain mengikuti standar toilet untuk pengguna
berkebutuhan khusus.

Gambar 4.13 Standar toilet untuk difabel


(sumber: Pribadi)

Pada area lobby dimudahkan untuk para pengguna disabilitas untuk menjangkau
area lift karena jarak antara resepsionis dan area lift disesuaikan dengan kebutuhan para
pengguna sehingga masih berdekatan. Selain itu, jika pengguna kursi roda ingin
menaiki tangga dan menikmati keindahan hotel maka disediakan ramp pada area tangga

102
untuk mempermudah para pengguna kursi roda.

Gambar 4.14 Ramp pada area tangga


Lobby. (sumber: Pribadi)

Untuk meja resepsionis disesuaikan untuk segala pengguna dengan didesain


setinggi 100cm, sehingga untuk pengguna kursi roda ataupun disabilitas dapat
berkomunikasi dengan resepsionis ketika check in atau check out dengan mudah. Selain
itu, untuk material hpl marmer ini memberikan tekstur berbeda sehingga para pengguna
disabilitas dapat membedakan keberadaan mereka dari sentuhan tekstur pada furnitur.

Gambar 4.15 Meja Resepsionis.


(sumber: Pribadi)

103
4.2.10 Denah Khusus Lobby

Gambar 4.16 Denah Lobby


(sumber: Pribadi)

Pada area lobby ini dirancang sebagai salah satu daya tarik untuk pengunjung
dengan pengaplikasian bentuk dinamis khas dari art deco itu sendiri dan penerapan
material lokal, sehingga ketika pengunjung memasuki area ini sudah merasakan kesan
nyaman, hangat, dan modern karena dengan penerapan material marmer, alumunium,
dan pengaplikasian bentuk dinamis pada furnitur dan partisi. Ketika memasuki area ini
pengunjung disambut dengan area resepsionis yang berada di sebelah kiri untuk proses
check in atau check out. Lalu, untuk area tunggu diterapkan bentuk-bentuk dinamis pada
partisi pemisah antar ruang dan bentuk furnitur yang digunakan. Agar tidak
menghilangkan kesan luxury pada The Alana Hotel maka diterapkan alumunium dengan
finishing powder coating berwarna emas dan penggunaan material marmer pada elemen
lantainya.

104
Penerapan
alumunium
Bentuk dinamis pada partisi pada area
plafon

Penerapan
furniture
dinamis

Gambar 4.17 Lounge


(sumber: Pribadi)

a. Sistem Pencahayaan
Untuk pencahayaan pada area lobby memiliki 2 sistem pencahayaan yaitu
pencahayaan alami dan buatan. Untuk pencahayaan alami didapatkan dari pintu dari
arah resepsionis dan jendela kaca pada siang hingga sore hari yang dapat membantu
menerangi ruangan. Untuk pencahayaan buatan berasal dari lampu tipe LED dan
downlight.
b. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan didapatkan dari penghawaan alami dan buatan. Untuk buatan
dengan diterapkannya AC tipe Central.
c. Sistem Keamanan
Sistem keamanan dengan diterapkannya CCTV dibeberapa area untuk mengawasi
kegiatan pada area tersebut, smoke detector untuk mendeteksi adanya api atau asap
yang timbul pada area tersebut, dan sprinkler untuk mengeluarkan air ketika adanya
asap pada area tersebut. Untuk memudahkan jalur evakuasi maka diterapkan pula
simbol exit pada area plafon yang dapat menyala ketika seluruh ruangan terjadi suatu
masalah tertentu.

105
Gambar 4.18 Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Keamanan Lobby.
(sumber: Pribadi)

d. Elemen Interior
 Lantai
1. Marmer
Diterapkan pada seluruh area lobby dan lounge. Untuk menimbulkan kesan
mewah, agung, dan kuat.
 Dinding
1. Plywood
Penerapan plywood ini diterapkan pada partisi yang ada di area lobby dan lounge.
2. Plester
Diaplikasikan pada dinding di area lobby dengan finishing cat berwarna putih.
 Plafon
1. Gypsum
Diaplikasikan pada seluruh area lobby karena mudah dibentuk dan ringan.
Dengan finishing cat berwarna putih
2. Alumunium/Metal
Diaplikasikan sebagai ornamen pada plafon lobby dengan finishing powder coat
berwarna emas.

106
Gypsum
Alumunium,
finishing
powder coating.

Polywood

Marmer

Gambar 4.19 Elemen Interior di Lobby.


(sumber: Pribadi)

107
4.2.11 Denah Khusus Kamar Tipe Standar (Astrajingga/Cepot)

Gambar 4.20 Denah Kamar Standar.


(sumber: Pribadi)

Pada area kamar standar ini lebih mengimpresentasikan dari wayang Astrajingga
atau Cepot dengan menerapkan warna merah sebagai ciri khas dari warna Cepot itu
sendiri. Lebih terkesan sederhana dan menimbulkan kesan semangat, kuat, dan humoris
seperti karakter dari Cepot ini sendiri. Untuk penerapan batik lokal diterapkan pada
backdrop belakang kasur, batik yang digunakan ialah motif Jalak Harupat. Untuk tetap
menimbulkan kesan luxury maka digunakan material marmer pada area lantai, namun
tetap dikombinasikan dengan material lokal seperti kayu. Selain itu, untuk area kamar
mandi menggunakan motif tegel custom sebagai kesan pembeda dari kamar mandi di
area publik.

Motif Jalak
Harupat

Warna Merah, sebagai ciri khas dari Cepot.

Gambar 4.10 Kamar Standar


(sumber: Pribadi)
108
a. Sistem Pencahayaan
Untuk pencahayaan pada area kamar standar 2 sistem pencahayaan yaitu
pencahayaan alami dan buatan. Untuk pencahayaan alami didapatkan dari pintu dan
jendela kaca pada area balkon di siang hingga sore hari yang dapat membantu
menerangi ruangan. Untuk pencahayaan buatan berasal dari lampu tipe downlight.
b. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan didapatkan dari penghawaan alami dan buatan. Untuk buatan
dengan diterapkannya AC tipe Split Duct.
c. Sistem Keamanan
Sistem keamanan dengan diterapkannya CCTV yang ditempatkan ketika pintu
masuk untuk mengawasi kegiatan pada area tersebut, smoke detector untuk mendeteksi
adanya api atau asap yang timbul pada area tersebut, dan sprinkler untuk mengeluarkan
air ketika adanya asap pada area tersebut. Untuk area pintu terdapat kard untuk
menambah sisi keamanan bagi penginap sehingga tidak sembarang orang bisa masuk
area ke area kamar, dan terdapat brankas di kabinet TV untuk menyimpan dokumen
atau hal-hal penting.

Gambar 4.21 Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Keamanan Kamar Standar.


(sumber: Pribadi)

109
d. Elemen Interior
 Lantai
2. Marmer
Diterapkan pada seluruh area kamar standar. Untuk menimbulkan kesan mewah,
agung, dan kuat.
 Dinding
e. Plywood
Penerapan plywood ini diterapkan pada backdrop kasur dan TV serta pada ragam
hias yang ada di kamar.
 Plester
Diaplikasikan pada dinding di area kamar standar dengan finishing cat berwarna
putih.

 Plafon
1. Gypsum
Diaplikasikan pada seluruh area kamar standar karena mudah dibentuk dan ringan.
Dengan finishing cat berwarna putih.
2. Polywood
Diaplikasikan pada area plafon sebagai menambah kesan hangat dan alami.

Gypsum
Polywood
Backdrop
Polywood

Marmer
Gambar 4.10 Kamar Standar
(sumber: Pribadi)

110
4.2.12 Denah Khusus Kamar Deluxe (Arjuna)

Gambar 4.22 Denah Kamar Deluxe.


(sumber: Pribadi)

Pada area kamar deluxe ini lebih mengimpresentasikan dari wayang Arjuna
dengan menerapkan warna putih dan emas sebagai ciri khas dari warna Arjuna itu
sendiri. Lebih terkesan luxury, bersih, dan hangat dan menampilkan karakter dari
Arjuna yang cerdik dan sopan. Untuk penerapan batik lokal diterapkan pada backdrop
belakang kasur dan menerapkan motif perpaduan dari art deco dan batik dengan
menggunakan material alumunium yang diaplikasikan di area dinding. Untuk tetap
menimbulkan kesan luxury maka digunakan material marmer pada area lantai, namun
tetap dikombinasikan dengan material lokal seperti kayu di area plafon. Selain itu,
untuk area kamar mandi menggunakan motif tegel custom sebagai kesan pembeda dari
kamar mandi di area publik. Di kamar deluxe ini disediakan sarana rekreatif yaitu
berupa sofa yang diubah menjadi ayunan yang menghadap ke arah balkon. Untuk
informatif dengan menggunakan warna karakteristik dari wayang Arjuna yaitu emas dan
putih.

111
Motif Batik

Warna putih
dan emas
mempresentasi
kan dari wayang
Arjuna.

Gambar 4.11 Kamar Deluxe.


(sumber: Pribadi)
a. Sistem Pencahayaan
Untuk pencahayaan pada area kamar standar 2 sistem pencahayaan yaitu
pencahayaan alami dan buatan. Untuk pencahayaan alami didapatkan dari pintu dan
jendela kaca pada area balkon di siang hingga sore hari yang dapat membantu
menerangi ruangan. Untuk pencahayaan buatan berasal dari lampu tipe downlight.
b. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan didapatkan dari penghawaan alami dan buatan. Untuk buatan
dengan diterapkannya AC tipe Split Duct.
c. Sistem Keamanan
Sistem keamanan dengan diterapkannya CCTV yang ditempatkan ketika pintu
masuk untuk mengawasi kegiatan pada area tersebut, smoke detector untuk mendeteksi
adanya api atau asap yang timbul pada area tersebut, dan sprinkler untuk mengeluarkan
air ketika adanya asap pada area tersebut. Untuk area pintu terdapat kard untuk
menambah sisi keamanan bagi penginap sehingga tidak sembarang orang bisa masuk
area ke area kamar, dan terdapat brankas di kabinet TV untuk menyimpan dokumen
atau hal-hal penting.

112
Gambar 4.23 Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Keamanan Kamar Deluxe.
(sumber: Pribadi)

d. Elemen Interior
 Lantai
3. Marmer
Diterapkan pada seluruh area kamar deluxe. Untuk menimbulkan kesan mewah,
agung, dan kuat.
 Dinding
1. Plywood
Penerapan plywood ini diterapkan pada backdrop kasur di area kamar.
2. Plester
Diaplikasikan pada dinding di area kamar standar dengan finishing cat berwarna
putih.
3. Alumunium

Diaplikasikan pada ragam hias di area dinding dengan finishing powder coat
warna emas.

 Plafon
1. Gypsum
Diaplikasikan pada seluruh area kamar standar karena mudah dibentuk dan ringan.
Dengan finishing cat berwarna putih.
2. Kayu Lokal
Diaplikasikan pada area plafon sebagai menambah kesan hangat dan alami.

Gambar 4.11 Kamar Deluxe.

113
Kay u Lokal

Alumunium
Polywood

(sumber: Pribadi)

4.2.13 Denah Khusus Kamar Suite

Gambar 4.24 Denah Kamar Suite.


(sumber: Pribadi)

Pada area kamar suite ini lebih mengimpresentasikan dari wayang Baladewa
dengan menerapkan warna biru, putih, dan merah tua sebagai ciri khas dari warna
Baladewa itu sendiri. Lebih terkesan luxury dan hangat dan menampilkan karakter dari
Baladewa yang bijaksana namun tetap hangat. Untuk penerapan batik lokal diterapkan
pada backdrop belakang kasur dan partisi antara area kamar tidur dan living room dan
penerapan motif batik di area plafon. Untuk tetap menimbulkan kesan luxury maka
digunakan material marmer pada area lantai, namun tetap dikombinasikan dengan
material lokal seperti kayu di area plafon. Selain itu, untuk area kamar mandi
menggunakan motif tegel custom sebagai kesan pembeda dari kamar mandi di area

114
publik. Di area kamar suite ini terdapat area sarana edukatif dan informatif karena
disediakan papan informatif yang berisikan mengenai sejarah bandung, wayang, dan
batik lokal. Lalu, informatif dari sisi pengenalan karakteristik wayang dengan
mengaplikasikan warna ciri khas Baladewa. Untuk rekreatif disediakannya area duduk
lesehan di dekat kamar tidur. Lesehan ini sangat identik dengan karakteristik warga
Bandung atau Sunda.

Motif Batik di
Plafon

Partisi Batik

Kayu Lokal

Gambar 4.12 Kamar Suite


(sumber: Pribadi)
a. Sistem Pencahayaan
Untuk pencahayaan pada area kamar standar 2 sistem pencahayaan yaitu
pencahayaan alami dan buatan. Untuk pencahayaan alami didapatkan dari pintu dan
jendela kaca pada area balkon di siang hingga sore hari yang dapat membantu
menerangi ruangan. Untuk pencahayaan buatan berasal dari lampu tipe downlight.
b. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan didapatkan dari penghawaan alami dan buatan. Untuk buatan
dengan diterapkannya AC tipe Split Duct.
c. Sistem Keamanan
Sistem keamanan dengan diterapkannya CCTV yang ditempatkan ketika pintu
masuk untuk mengawasi kegiatan pada area tersebut, smoke detector untuk mendeteksi
adanya api atau asap yang timbul pada area tersebut, dan sprinkler untuk mengeluarkan
air ketika adanya asap pada area tersebut. Untuk area pintu terdapat kard untuk
menambah sisi keamanan bagi penginap sehingga tidak sembarang orang bisa masuk
area ke area kamar, dan terdapat brankas di kabinet TV untuk menyimpan dokumen
atau hal-hal penting.

115
Gambar 4.25 Sistem Pencahayaan, Penghawaan, dan Keamanan Kamar Suite.
(sumber: Pribadi)
d. Elemen Interior
 Lantai
1. Marmer
Diterapkan pada seluruh area kamar suite. Untuk menimbulkan kesan mewah,
agung, dan kuat.
 Dinding
1. Plywood
Penerapan plywood ini diterapkan pada backdrop kasur dan partisi di area kamar.
2. Plester
Diaplikasikan pada dinding di area kamar standar dengan finishing cat berwarna
putih.

 Plafon
1. Gypsum
Diaplikasikan pada seluruh area kamar standar karena mudah dibentuk dan ringan.
Dengan finishing cat berwarna putih.
2. Kayu Lokal
Diaplikasikan pada area plafon sebagai menambah kesan hangat dan alami.

116
Kayu lokal

Polywood

Kayu lokal

Gambar 4.26 Kamar Suite.


(sumber: Pribadi)

117
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Perancangan


Berdasarkan hasil dari pengerjaan Tugas Akhir Perancangan Baru Interior The
Alana Hotel di Bandung dengan menggunakan pendekatan lokalitas dan penerapan
konsep Dynamic of Locality ini, hasil yang telah diterapkan dari suatu permasalahan
pada perancangan interior melalui penerapan konsep-konsep perancangan, kesimpulan
yang didapat adalah:

1. Perancangan The Alana Hotel ini dibuat sesuai dengan regulasi-regulasi dari
The Alana Hotel yang dimana dalam contoh penerapannya ialah menerapkan batik
lokal daerah, mengenalkan lokalitas, dan menerapkan warna coklat dan putih di setiap
ruangan.
2. Penerapan konsep Dynamic of Locality pada setiap ruang dilakukan dengan
memperhatikan setiap aspek, yaitu dari segi edukatif, informatif, dan rekreatif. Sarana
edukatif diterapkan pada pengaplikasian karakter wayang di area private, pengenalan
motif batik diterapkan pada ragam hias, disediakannya meja interaktif untuk
memperkenalkan mengenai wayang golek di area private. Untuk sarana informatif di
area private dengan adanya meja interaktif. Dan sarana rekreatif yang biasanya hanya
tersedia di area bermain anak dalam perancangan ini diterapkan dengan adanya tenda
kecil dan sofa berbentuk ayunan di area private.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran untuk perancangan hotel dan
resort, yaitu:

1. Dalam perancangan hotel dan resort sebaiknya tidak hanya memperhatikan lokasi
hotel dan resort tersebut saja, tapi alangkah lebih baik jika diperhatikan dari segi
kebutuhan rekreatif, informatif, dan edukatif agar wisatawan tidak hanya dapat
beristirahat saja namun dapat mendapatkan pengalaman yang lebih ketika di hotel
dan resort.

118
2. Dalam penerapan konsep Dynamic of Locality yang perlu diperhatikan ialah
pengaplikasian sarana yang dapat dengan mudah dipahami dan digunakan oleh
pengunjung.

5.3 Kontribusi Perancangan

5.3.1 Kontribusi bagi Ilmu Pengetahuan dan Desain Interior

Dapat menjadi pembelajaran terkait ilmu interior pada perancangan hotel dan resort
dengan aspek pendekatan lokalitas yang dikemas dalam suatu desain yang sesuai dengan
regulasi-regulasi dari The Alana Hotel dan memperhatikan kebutuhan serta kenyamanan
pengunjung.

5.3.2 Kontribusi bagi Institusi dan Masyarakat

a. Dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai perancangan hotel dan resort


bintang 4.
b. Dapat dijadikan sebagai sumber pemberdayaan masyarakat.

5.4 Keterbatasan dan Wacana Pengembangan Desain Lebih Lanjut

Keterbatasan dari desain yang dirancang ini terletak pada bentuk bangunan yang
berumpak-umpak mengikuti kontur tanah. Bentuk dari bangunan ini memiliki dua masa
bangunan dan sirkulasi membentuk radial, pada bentuk radial ini cukup sulit untuk
mengolah bentuk ruang yang akan di desain, karena harus memperhatikan akses dan
keefisienan ruang hotel dan resort tersebut. Dengan begitu, maka harus disesuaikan dengan
kedekatan ruang, zonasi antar ruang, akses, serta sirkulasi pengguna agar hal-hal tersebut
dapat mempermudah pengguna hotel dan resort. Untuk wacana pengembangan desain lebih
lanjut, hotel dan resort ini dapat menambahkan fungsi ruang seperti area meeting, dan
penambahan jumlah kamar dikarenakan luasan yang cukup luas ±8.014 m2. Karena, lokasi
hotel dan resort ini sangat strategis berada di daerah jalan utama menuju tempat pariwisata
sehingga semakin tahun peminatnya akan semakin meningkat.

119
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, Surat Keputusan Menteri (1977). Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I
10/PW 1100//PPWW 10/PW – 301/Phb.77. Pemerintah Republik Indonesia.

Indonesia, Standarisasi Hotel Bintang Empat (1978). Direktorat Jendral Pariwisata Pos,
dan Telekomunikasi No-22/U/VI/1978. Pemerintah Republik Indonesia.
Maria Retnaningrum (2011). Resort Hotel, Pengertian Resort Hotel.
Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human Dimension and Interior Space: A Source of
Design Reference Standards, Watson-Guptill.
Ersnt, N. (2002) Data Arsitek (f. Chaidir (ed.); 3rd ed.). Erlangga.)
James (2014). Bandung Moderne: Indonesia Art Deco. Jurnal of Art Deco.
Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2019.
Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM53/HM.001/MPEK/2013
tentang Penggolongan Hotel.
Suryana, Jajang. 2002. Wayang Golek Sunda, Kajian Estetika Rupa Tokoh Golek,
Bandung.
Indonesia, Peraturan Pemerintah (2013). Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Republik Indonesia Nomer PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar
Usaha Hotel Bintang 4. Pemerintah Republik Indonesia.
Salayanti, S., Palupi, F. R., & Hanum, I. (2015). Structural Analysis of Primordial
Cultural Pattern ( Pattern of Three ) At Sajian Sunda Sunda Restaurant Sambara
And Nasi Bancakan In Bandung. September, 61–71.

120

Anda mungkin juga menyukai