Anda di halaman 1dari 102

PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL SANGGAR BATIK CIKADU

TANJUNG LESUNG
(DESIGNING OF VISUAL IDENTITY FOR CIKADU TANJUNG LESUNG
BATIK STUDIO)

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Desain Komunikasi Visual

Disusun Oleh:
Riza Mubaroq
1601164250

Konsentrasi : Desain Grafis

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERITAS TELKOM
BANDUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL SANGGAR BATIK CIKADU
TANJUNG LESUNG

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Desain Komunikasi Visual

Disusun Oleh:
Riza Mubaroq
1601164250
Konsentrasi : Desain Grafis

Disetujui
Tgl. …………………… 2020

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Novian Denny Nugraha, S.Sn., M,Sn Dimas Krisna Aditya, S.IP., M.Sn

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERITAS TELKOM
BANDUNG
2020

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini dengan judul
“Perancangan Identitas Visual Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung” adalah
benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan kecuali melalui
pengutipan sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya bersedia menanggung
risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan pelanggaran terhadap
etika keilmuan salam skripsi saya ini.

Bandung, 27 Maret 2020


Yang Membuat Pernyataan

Riza Mubaroq

ii
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas ridho,
dan karunianya penulis bisa dengan lancer menyelsaikan karya tugas akhir dengan
judul “Perancangan Identitas Visual Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung”.
Penelitian tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelsaikan dan memperoleh gelar sarjana pada program studi S1 Desain
Komunikasi Visual di kampus Telkom University, Fakultas Industri Kreatif tahun
ajaran 2019/2020. Terselsaikannya laporan penelitian ini tidak lepas dari bantuan
seluruh pihak yang telah meluangkan sedikit waktunya untuk memberikan
kontribusinya kepada peneliti. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


2. Kedua Orang Tua dan keluarga atas doa dan semangatnya.
3. Bapak Novian Denny Nugraha, S.Sn., M,Sn selaku dosen pembimbing yang
sudah sangat membantu penulis dalam berproses dalam menyelsaiikan
laporan penelitian tugas akhir.
4. Para dosen dan staff di Telkom University khususnya para dosen Desain
Komunikasi Visual Fakultas Industri Kreatif yang sudah memberikan ilmu
dan pengalamannya kepada penulis.
5. Pengelola Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung yang sudah membantu
dalam memberikan data lapangan.
6. Muhammad Faisal Alim yang sudah memberikan kritik yang membangun
kepada penulis Ketika mengerjakan laporan penelitian tugas akhir.
7. Rekan-rekan seperjuangan Desain Komunikasi Visual Angkatan 2016
Telkom University yang sudah berbagi ilmu dan pengalaman dan berjuang
bersama.
8. Rekan-rekan CIGANIGGA, DASSEIN, IMAGI, dan Pandeglang Dota Club
atas dukungan dan Semangatnya kepada penulis.
9. Muhammad Bustomi dan Muhammad Rizky Ardiansyah atas bantuannya
dalam penyelsaian karya foto produk di Kabupaten Pandeglang.
10. Seluruh rekan yang sudah membantu.

iii
Penulis berharap baik laporan maupun hasil perancangan tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat maupun mahasiswa secara luas, terutama mahasiswa
Desain Komunikasi Visual dan dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis.
Penulis sadar bahwa karya tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penulisan maupun karya akhir. Seperti pepatah menyatakan tak ada gading
yang tak retak,karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk menghasilkan karya yang lebih baik
dikemudian hari. Atas perhatiannya peneliti mengucapkan terima kasih.

Bandung, 27 Maret 2020

Riza Mubaroq

iv
ABSTRAK

Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung merupakan salah satu tempat


edukasi wisata yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung,
Kabupaten Pandeglang. Sanggar ini merupakan bentuk upaya dari
masyarakat lokal untuk melestarikan kebudayaan daerah dan menjadi salah
satu mata pencaharian sebagain besar masyarakat Kampung Cikadu serta
menjadi pelopor sanggar batik di Kabupaten Pandeglang. Namun masih
banyaknya masyarakat daerah maupun luar daerah kabupaten pandeglang
yang belum mengetahui keberadaan Sanggar Batik Cikadu ini yang
menyebabkan banyaknya pengrajin batik cikadu yang gulung tikar akibat
tidak tercapainya target penjualan mereka. Hingga saat ini Sanggar batik
cikadu belum mempunyai sebuah Identitas Visual yang mampu dikenali oleh
masyarakat. Padahal aspek tersebut sangatlah diperlukan untuk menciptakan
citra dari sebuah tempat wisata. Oleh karena itu diperlukanlah sebuah
identitas visual untuk membantu mempermudah masyarakat agar lebih
mengenal dan mengetahui keberadaan sanggar batik cikadu ini baik dari segi
lokasi, produk atau program, maupun tempat penjualannya. Pada penelitian
ini proses pengumpulan data menggunakan metode kualitatif agar
mendapatkan data sesuai fakta dilapangan dan pada proses analis data
menggunakan metode analisis SWOT dan matrix perbandingan untuk
mengembangkan konsep atau ide besar dari perancangan serta dapat
membandingan dengan karya sejenis yang sudah pernah di buat dalam
penelitian lain.

Keyword : Identitas Visual, Branding, Sanggar Batik Cikadu, Pandeglang.

v
ABSTRACT

Cikadu Tanjung Lesung Batik Studio is one of the tourist education sites
located in the Tanjung Lesung Special Economic Zone, Pandeglang Regency. This
studio is a form of effort of the local community to preserve the local culture and
become one of the livelihoods of the majority of the people of Kampung Cikadu and
to become a pioneer of batik studios in Pandeglang Regency. However, there are
still many people from outside and outside the regency area of Pandeglang who do
not yet know the existence of this Cikadu Batik Studio which has caused many
cikadu batik craftsmen to go bankrupt due to not achieving their sales targets. Until
now, Cikadu Batik Studio does not yet have a Visual Identity. Though these aspects
are needed to create the image of a tourist spot. Therefore we need a visual identity
to help make it easier for people to get to know and know the existence of this
Cikadu batik studio both in terms of location, products or programs, and the place
of sale. In this study the process of collecting data uses qualitative methods in order
to obtain data in accordance with the facts in the field and in the process of data
analysis using the SWOT analysis method and comparison matrix to develop
concepts or big ideas from design and can compare with similar works that have
been made in other studies.

Keywords : Visual Identity, Branding, Cikadu Tanjung Lesung Batik Studio,


Pandeglang.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

ABSTRAK .............................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.2. Permasalahan ............................................................................................ 3

1.2.1 Identifikasi Masalah .......................................................................... 3

1.2.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3. Ruang Lingkup ......................................................................................... 3

1.4. Tujuan ....................................................................................................... 4

1.5.1 Cara Pengumpulan Data .................................................................... 4

1.5.2 Metode Analisis Data ........................................................................ 6

1.6. Kerangka Perancangan ............................................................................. 7

1.7. Pembabakan .............................................................................................. 9

BAB II DASAR PEMIKIRAN ............................................................................. 10

2.1. Desain Komunikasi Visual ..................................................................... 10

2.1.1 Unsur-unsur Visual ......................................................................... 11

2.1.2 Prinsip-prinsip Desain ..................................................................... 13

2.2. Identitas Visual ....................................................................................... 14

2.2.1 Brand Identity.................................................................................. 14

2.2.2 Brand Arsitektur .............................................................................. 14

vii
2.2.3 Brand Destination............................................................................ 15

2.3. Branding ................................................................................................. 15

2.3.1 Unsur-unsur Branding ..................................................................... 15

2.4. Tipografi ................................................................................................. 20

2.4.1 Klasifikasi Huruf ............................................................................. 20

2.4.2 Prinsip-prinsip Tipografi ................................................................. 23

2.5. Layout ..................................................................................................... 23

2.4.1 Prinsip-prinsip Layout ..................................................................... 23

2.4.2 Penerapan Layout ............................................................................... 24

2.6. Komunikasi ............................................................................................ 29

2.6.1 Model Komunikasi Laswell ............................................................ 29

2.7. Komunikasi Pariwisata ........................................................................... 30

2.7.1 Bidang-bidang Kajian Komunikasi Pariwisata ............................... 30

BAB III DATA DAN ANALISIS......................................................................... 32

3.1. Data Pemberi Proyek .............................................................................. 32

3.2. Data Program, Produk, dan Motif .......................................................... 33

3.2.1 Program ........................................................................................... 33

3.2.2 Produk ............................................................................................. 35

3.2.3 Motif................................................................................................ 36

3.3. Proses Pembuatan Batik Cikadu............................................................. 39

3.7.1 Alat dan Bahan ................................................................................ 39

3.7.2 Proses Pembuatan Batik Tulis......................................................... 42

3.7.3 Proses Pembuatan Batik Cap .......................................................... 44

3.4. Data Khalayak Sasaran ........................................................................... 46

3.5. Data Observasi Lokasi ............................................................................ 47

3.6. Data Wawancara ..................................................................................... 49

viii
3.6.1 Pengelola Sanggar Batik Cikadu..................................................... 50

3.6.2 Pengelola Tanjung Lesung .............................................................. 53

3.6.3 Dinas Pariwisata .............................................................................. 55

3.6.4 Paguyuban Kaka Teteh Pandeglang ................................................ 56

3.6.5 Kesimpulan ..................................................................................... 57

3.7. Data Kuisisoner ...................................................................................... 58

3.7.1 Kesimpulan ..................................................................................... 64

3.8. Analisis Proyek Sejenis .......................................................................... 65

3.9. Analisis SWOT....................................................................................... 67

BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN ........................................... 69

4.1. Konsep .................................................................................................... 69

4.1.1 Konsep Pesan .................................................................................. 69

4.1.2 Konsep Kreatif ................................................................................ 69

4.1.3 Konsep Media ................................................................................. 70

4.1.4 Konsep Brand .................................................................................. 70

4.1.5 Konsep Visual ................................................................................. 70

4.2. Hasil Perancangan .................................................................................. 74

4.2.1 Logo ................................................................................................ 74

4.2.2 Manual Guide Book ........................................................................ 75

4.2.3 Company Profile ............................................................................. 79

4.2.4 Media Pendukung ........................................................................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 85

5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 85

5.2. Saran ....................................................................................................... 85

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Harga Eduwisata Batik Cikadu ............................................................ 34


Tabel 3. 2 Analisis Proyek Sejenis........................................................................ 66
Tabel 3. 3 Analisis SWOT .................................................................................... 67

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kerangka Perancangan ................................................................................... 8


Gambar 2. 1 Logogram ......................................................................................... 17
Gambar 2. 2 Logotype........................................................................................... 17
Gambar 2. 3 Maskot / Karakter ............................................................................. 20
Gambar 2. 4 Karakteristik huruf Old Style ........................................................... 21
Gambar 2. 5 karakteristik huruf transitional ......................................................... 21
Gambar 2. 6 karakteristik huruf serif modern ....................................................... 22
Gambar 2. 7 karakteristik huruf Egyptian (slab serif) .......................................... 22
Gambar 2. 8 karakteristik huruf sans serif ............................................................ 23
Gambar 2. 9 Kartu Nama ...................................................................................... 25
Gambar 2. 10 Kertas Surat .................................................................................... 25
Gambar 2. 11 Amplop Besar ................................................................................. 26
Gambar 2. 12 Amplop Kecil ................................................................................. 26
Gambar 2. 13 Flyer ............................................................................................... 27
Gambar 2. 14 Brosur ............................................................................................. 27
Gambar 2. 15 Poster .............................................................................................. 28
Gambar 2. 16 Booklet ........................................................................................... 28
Gambar 2. 17 Buku ............................................................................................... 29
Gambar 2. 18 Model Komunikasi Laswell ........................................................... 29
Gambar 3. 1 Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung ........................................... 32
Gambar 3. 2 Eduwisata Batik Cikadu ................................................................... 34
Gambar 3. 3 Kain Batik Cikadu ............................................................................ 35
Gambar 3. 4 Kemeja Pria Batik Cikadu ................................................................ 35
Gambar 3. 5 Kemeja Wanita Batik Cikadu........................................................... 36
Gambar 3. 6 Kemasan Bambu .............................................................................. 36
Gambar 3. 7 Motif Batik Badak ............................................................................ 37
Gambar 3. 8 Motif Batik Gondang Lisung ........................................................... 37
Gambar 3. 9 Motif Kembang Honje ..................................................................... 37
Gambar 3. 10 Motif Batik Debus .......................................................................... 38
Gambar 3. 11 Motif Batik Leuit............................................................................ 38
Gambar 3. 12 Motif Pandeglang Lumapah ........................................................... 38

xi
Gambar 3. 13 Motif Pandeglang Tawadhu ........................................................... 39
Gambar 3. 14 Motif Kacapi Saruntuy ................................................................... 39
Gambar 3. 15 Kain Mori ....................................................................................... 40
Gambar 3. 16 Canting ........................................................................................... 40
Gambar 3. 17 Gawang........................................................................................... 41
Gambar 3. 18 Lilin / Malam .................................................................................. 41
Gambar 3. 19 Kompor dan Wajan ........................................................................ 41
Gambar 3. 20 Canting Cap .................................................................................... 42
Gambar 3. 21 Melukis Kain .................................................................................. 42
Gambar 3. 22 Mewarnai Kain ............................................................................... 43
Gambar 3. 23 Pencucian Kain ............................................................................... 43
Gambar 3. 24 Penjemuran Kain ............................................................................ 44
Gambar 3. 25 Proses Cap ...................................................................................... 45
Gambar 3. 26 Pencucian Kain ............................................................................... 45
Gambar 3. 27 Penjemuran Kain ............................................................................ 46
Gambar 3. 28 Peta Menuju Lokasi........................................................................ 47
Gambar 3. 29 Gerbang Menuju Kampung Cikadu ............................................... 48
Gambar 3. 30 Tugu Lisung ................................................................................... 48
Gambar 3. 31 Halaman Depan Sanggar ................................................................ 49
Gambar 3. 32 Galeri Sanggar Batik Cikadu.......................................................... 49
Gambar 3. 33 Bapak Widi General Manager Tanjung Lesung ............................. 54
Gambar 3. 34 Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang ........................... 56
Gambar 3. 35 Rizky Ardiansyah ........................................................................... 57
Gambar 3. 36 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 1 .................................................... 58
Gambar 3. 37 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 2 .................................................... 59
Gambar 3. 38 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 3 .................................................... 59
Gambar 3. 39 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 4 .................................................... 60
Gambar 3. 40 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 5 .................................................... 60
Gambar 3. 41 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 6 .................................................... 61
Gambar 3. 42 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 7 .................................................... 62
Gambar 3. 43 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 8 .................................................... 62
Gambar 3. 44 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 9 .................................................... 63

xii
Gambar 3. 45 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 10 .................................................. 63
Gambar 3. 46 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 11 .................................................. 64
Gambar 4. 1 Referensi Logo ................................................................................. 71
Gambar 4. 2 Referensi Warna ............................................................................... 71
Gambar 4. 3 Referensi Tipografi .......................................................................... 72
Gambar 4. 4 Referensi Layout .............................................................................. 72
Gambar 4. 5 Collateral .......................................................................................... 73
Gambar 4. 6 Logo Batik Cikadu ........................................................................... 74
Gambar 4. 7 Grid system logogram ...................................................................... 75
Gambar 4. 8 Grid system logotype ....................................................................... 75
Gambar 4. 9 Aturan ruang kosong logo utama ..................................................... 75
Gambar 4. 10 Cover buku pedoman brand & design ............................................ 76
Gambar 4. 11 Halaman daftar isi .......................................................................... 76
Gambar 4. 12 Halaman penjelasan struktur logo .................................................. 76
Gambar 4. 13 Halaman penjelasan penggunaan warna ........................................ 77
Gambar 4. 14 halaman penjelasan jenis logo ........................................................ 77
Gambar 4. 15 Halaman penjelasan variasi logo .................................................... 77
Gambar 4. 16 Halaman penjelasan penerapan identitas visual ............................. 78
Gambar 4. 17 Halaman Penjelasan website .......................................................... 78
Gambar 4. 18 Halaman penjelasan baju karyawan dan tote bag........................... 78
Gambar 4. 19 Halaman penutup............................................................................ 79
Gambar 4. 20 Stationery ....................................................................................... 81
Gambar 4. 21 Business card .................................................................................. 81
Gambar 4. 22 Flyer ............................................................................................... 81
Gambar 4. 23 Website ........................................................................................... 82
Gambar 4. 24 Social Media Post ........................................................................... 82
Gambar 4. 25 Packaging box ................................................................................ 83
Gambar 4. 26 Label Tag........................................................................................ 83
Gambar 4. 27 Pakaiian Karyawan ......................................................................... 83
Gambar 4. 28 Totebag ........................................................................................... 84
Gambar 4. 29 Notebook ........................................................................................ 84
Gambar 4. 30 Stiker .............................................................................................. 84

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu mencuri
perhatiaan masyarakat dunia akibat keanekaragaman wisata pada setiap
daerahnya. Beberapa jenis wisata yang dimiliki oleh Indonesia diantaranya
adalah wisata alam, wisata religi, wisata edukasi, wisata budaya, wisata
kuliner dan lain-lain.
Salah satu destinasi wisata yang ada di Indonesia adalah Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Tanjung Lesung sendiri merupakan salah
satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas pemerintah yang berada di
Kabupaten Pandeglang – Banten, dan menawarkan sejumlah destinasi
menarik didalamnya, seperti Tanjung Lesung beach club, Pulau Panaitan,
Pulau Liwungan, area outbound, dan Sanggar Batik Cikadu,
Sanggar Batik Cikadu ini merupakan salah satu bentuk upaya dari
masyarakat lokal untuk melestarikan kebudayaan daerah dan menjadi salah
satu mata pencaharian sebagain masyarakat Kampung Cikadu serta menjadi
pelopor sanggar batik di Kabupaten Pandeglang. Produk yang dihasilkan
berupa batik dengan motif kearifan dan unsur sejarah dari Kabupaten
Pandeglang sendiri dan masyarakat menyebutnya dengan nama Batik Cikadu.
Tidak hanya menjual olahan batik saja namun, Sanggar Batik Cikadu juga
menawarkan sebuah wisata edukasi budaya berupa belajar membuat batik
mulai dari proses awal hingga siap dijual ke masyarakat umum. Bersamaan
dengan pembangunan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
dibidang pariwisata, Sanggar Batik Cikadu berusaha menjadikan hasil produk
Batik Cikadu Tanjung Lesung sebagai buah tangan bagi wisatawan yang
sudah berkunjung. Mengingat kawasan Tanjung Lesung merupakan
penyumbang pemasukan daerah terbesar dari sektor pariwisata.
Pada periode 2015 – 2017 mulanya produk batik yang dijual
ditempatkan di kawasan Tanjung Lesung dan menjadi tanggung jawab pihak
pengelola Tanjung Lesung. Namun nyatanya produk yang dijual selalu

1
mengendap dan tidak memenuhi target yang ingin dicapai oleh pengrajin
batik hasilnya banyak pengrajin batik cikadu yang gulung tikar dan beralih
profesi menjadi nelayan. Karena alasan tersebut Sanggar Batik Cikadu secara
mandiri mendirikan dan mengembangkan sanggar batik di tempat yang
berbeda dan tidak bergantung kepada pengelola Tanjung Lesung.
Ditengah-tengah keberadaannya Sangar Batik Cikadu pun belum
mempunyai sebuah identitas visual yang dapat menjadi pembeda dengan
tempat wisata lainnya. Akibatnya Sanggar Batik Cikadu ini sangat sulit untuk
dikenali oleh masyarakat luas baik dari masyarakat Kabupaten Pandeglang
sendiri maupun masyrakat luar daerah. Berbagai upaya telah dilakukan
pengelola Sanggar Batik Cikadu agar wisatawan mau berkunjung dan melirik
Sanggar Batik Cikadu sendiri mulai dari publikasi disocial media, bekerja
sama dengan beberapa sekolah, serta mengadakan event yang berikatan
dengan kegiatan dinas pariwisata namun hasilnya masih banyak masyarakat
Kabupaten Pandeglang yang belum mengetahui Sanggar Batik tersebut baik
program, produk, maupun tempat penjualan produknya. Bahkan berdasarkan
hasil survey yang telah dilakukan dari 211 responden menyatakan masyarakat
kabupaten pandegalng sendiri khususunya dikalangan anak muda banyak
yang tidak tahu akan adanya sanggar batik di kabupaten pandeglang dan
hanya tahu keberadaan tempat wisata Tanjung Lesung saja. Padahal sanggar
batik cikadu sendiri mempunyai progam eduwisata berbatik yang sangat
bermanfaat bagi kalangan anak muda.
Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka
dari itu diperlukan sebuah Identitas Visual bagi Sanggar Batik Cikadu untuk
membantu masyarakat agar lebih mengenali keberadaannya sehingga dengan
sendirinya program dan produk yang ditawarkan dapat dikenali juga oleh
masyrakat maupun wisatawan.

2
1.2. Permasalahan
1.2.1 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari pemaparan latar belakang tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Banyaknya pengrajin batik cikadu yang gulung tikar akibat penjualan
yang tidak memenuhi target.
2. Masih banyaknya masyarakat kabupaten pandeglang yang belum
mengetahui keberadaan Sanggar Batik Cikadu baik program, produk,
maupun tempat penjualannya.
3. Belum adanya Identitas Visual yang dimiliki Sanggar Batik Cikadu
Tanjung Lesung yang dapat menjadi pembeda dengan tempat wisata
lainnya.

1.2.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah.
Bagaimana merancang sebuah Identitas Visual yang tepat untuk Sanggar
Batik Cikadu Tanjung Lesung agar mempunyai citra dan identitasnya sendiri
sehingga keberadaannya dapat lebih mudah diketahui oleh masyarakat daerah
maupun wisatawan ?

1.3. Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup yang diberikan oleh peneliti agar menjadi focus
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Apa (What)
Perancangan Identitas Visual untuk Sanggar Batik Cikadu Tanjung
Lesung.
b) Siapa (Who)
Primer : Masyrakat Umum usia 20 – 35 tahun.
Sekunder : Pelajar usia 15 – 19 tahun.
c) Kapan (When)
Penelitian ini akan dimulai sejak Januari 2020

3
d) Dimana (Where)
Proses penelitian ini akan dilaksanakan di Sanggar Batik Cikadu,
kampung Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten
Pandeglang – Provinsi Banten.
e) Mengapa (Why)
Belum adanya identitas visual serta branding yang dimiliki oleh
Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung.
f) Bagaimana (How)
Merancang sebuah Identitas Visual untuk Sanggar Batik Cikadu
Tanjung Lesung.

1.4. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian ini adalah
untuk membantu Sanggar Batik Cikadu mempunyai identitas visual serta
branding agar mempunyai citra dan identitasnya sendiri serta dapat lebih
mudah dikenali oleh masyarakat.

1.5. Cara Pengumpulan Data dan Analisis

1.5.1 Cara Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif sebagai
metode pengumpulan data. Menurut Sugiyono, Metode kualitatif merupakan
proses atau cara menggumpulkan data berdasarkan kondisi objek secara
alamiah dimana manusia merupakan instrument utama atau instrument kunci
dalam penelitian ini. Hasil penelitian kualitatif lebih bersifat makna daripada
generaliasis. Metode kualitatif juga digunakan untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam serta berdasarkan fakta yang sebenar-benarnya. (2014:9),
maka Teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah sebagai berikut :

1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyanto (2017:145)
menyatakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang
cukup rumit, karena objek penelitian tidak selalu berhubungan dengan

4
manusia namun bisa berhubungan dengan objek-objek lainnya. Metode
pengumpulan data dengan cara observasi dilakukan apabila objek
penelitian berkaitan dengan aktifitas manusia, geografis, proses kerja,
maupun gejala-gejala alam lainnya.
2. Studi Literatur
Kajian pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan analisis kembali terhadap daftar bacaan yang terkait. Sesuai
dengan arti tersebut Studi pustaka berfungsi sebagai analisis kembali
(Review) pustaka (Laporan penelitian dan sebagainya) mengenai
masalah yang berkairan, tidak selalu identik dengan bidang
permasalahan yang dihadapi, tetapi termasuk pula yang seiring dan
berkaitan (Pedoman Penulis Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2008:2). Studi
pustaka dilakukan untuk mendapatkan rujukan yang semakin luas dan
mendukung penelitian yang dilakukan secara teori.
3. Wawancara
Koentjaraningrat (1980) dalam Soewardikoen (2013, hlm.13)
menyatakan wawancara merupakan alat pelengkap penelitian.
Kekuatan wawancara adalah pendalaman pemikiran, konsep dan
pengalaman pribadi pendirian atau pandangan dari individu
narasumber. Hal lain dari wawancara ialah mencoba mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari narasumber, dengan cara
berbincang secara langsung. Peneliti menggunakan metode
pengumpulan data ini untuk mengetahui apa saja yang harus
diperhatikan ketika merancangan identitas visual dan mencoba
mendapatkan informasi yang lebih akurat dari narasumber yang tepat.
4. Kuisioner
Kuisioner merupakan cara memperoleh data dengan mengajukan
pertanyaan yang singkat, padat, dan jelas untuk mendapatkan informasi
dari sudut pandang pemirsa. (Soewardikoen, 2013:35). Dalam
penelitian ini peneliti memberikat pertanyaan seputar identitas visual.

5
1.5.2 Metode Analisis Data
1. SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis data
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) yang bertujuan
untuk mengembangkan konsep atau ide besar bagi perancangan.
Analisis SWOT memper hitungkan faktor internal yang terdiri dari
Strengt ,dan Weakness serta faktor luar yang terdiri dari Opportunity
dan Threat (Soewardikoen, 2013:62).
2. Analisis Matriks Perbandingan
Metode analisis Matriks berfungsi untuk membantu peneliti
dalam membuat laporan hasil penelitian. Sebuah matriks terdiri dari
kolom dan baris yang mewakili dua dimensi yang berbeda, dapat berupa
konsep atas kumpulan informasi. Pada prinsipnya analisis matrix
adalah juxtaposition atau membandingkan dengan cara menjajarkan.
Objek visual apalbila dijajarkan dan dinilai menggunakan satu tolak
ukur yang sama maka akan terlihat perbedaanya, sehingga dapat
memunculkan gradasi misalnya membandingkan poster akan terlihat
gaya gambar dan genrenya. (Soewardikoen, 2013:60)
Matriks menjadi salah satu metode analisis yang sangat
bermanfaat dan sering digunakan untuk menyampaikan sejumlah besar
informasi dalam bentuk ruang yang padat. Matriks merupakan alat yang
baik bagi pengelolaan informasi maupun analisis, (Rohidi, 2011: 247).

6
1.6. Kerangka Perancangan
Fenomena

Keberanekaragaman Wisata Budaya Indonesia

Urgensi

Kawasan Ekonomi Kreatif Tanjung Lesung yang didalamnya terdapat Sanggar Batik Cikadu merupakan
salah satu sektor terbesar pemasukan daerah dalam bidang pariwisata serta menjadi mata pencaharian
sebagain besar masyarakat etempat.

Latar Belakang Masalah

• Daerah Pariwisata Tanjung Lesung ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di bidang
pariwisata dan menjadi 1 dari 10 destinasi pariwisata prioritas pemerintah Indonesia.
• Banyaknya pengrajin batik cikadu yang berjualan di kawasan Tanjung Lesung gulung tikar
akibat penjualan tidak memenuhi target.
• Banyaknya Masyarakat Kabupaten Pandeglang yang tidak mengetahui keberadaan Sanggar Batik
Cikadu namun mengetahui dan pernah berkunjung ke kawasan wisata Tanjung Lesung.
• Belum adanya Identitas Visual serta branding yang dimiliki Sanggar Batik Cikadu yang
menyebabkan keberadannya sukar diketahui oleh masyarakat lokal maupun luar daerah.

Identifikasi Masalah

• Banyaknya pengrajin batik cikadu yang gulung tikar akibat penjualan yang tidak memenuhi
target.
• Masih banyaknya masyarakat kabupaten pandeglang yang belum mengetahui keberadaan Sanggar
Batik Cikadu baik program, produk, maupun tempat penjualannya.
• Belum adanya Identitas Visual yang dimiliki Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung yang dapat
menjadi pembeda dengan tempat wisata lainnya.

Fokus Masalah

Tidak adanya identitas visual yang dimiliki Sanggar Batik Cikadu yang menyebabkan keberadaannya
tidak banyak diketahui oleh masyarkat daerah maupun wisatawan.

Hipotesa

Diperlukannya sebuah Identitas Visual serta branding untuk Sanggar Batik Cikadu

OPINI ISSUE

“Kehadiran Batik Cikadu sudah memberikan Pemerintah sudah menyiapkan


manfaat besar kepada masyarakat. Semoga ke pengembangan Sanggar Batik Cikadu di
depan semakin maju sehingga semakin Kabupaten Pandeglang dengan membangun
memberikan manfaat yang lebih besar lagi” sarana dan prasarana agar batik cikadu
pandeglang bisa dikenal luas di masyarakat
(Kepala Desa Tanjung Jaya, Astaka) (joss.co.id/2018/04)

7
SOLUSI

Merancang sebuah Identitas Visual serta branding bagi Sanggar Batik Cikadu untuk membantu
masyarakat agar lebih mengenali keberadaannya sehingga dengan sendirinya program dan produk yang
ditawarkan dapat dikenali juga oleh masyrakat maupun wisatawan

Metode Penelitian

Metode Yang digunakan ialah Metode Penelitian Kualitatif

Metode Pengumpulan Data

Studi Literatur Observasi Wawancara Kuisioner

- Teori DKV Melakukan Pemilik atau pengelola Kepada


- Teori Branding kunjungan ke Sanggar Batik Cikadu, Masyarakat
- Teori Brand Sanggar Batik Tanjung Lesung, Dinas Umum, Pelajar
Identity Cikadu. Pariwisata, Paguyuban SMA.
- Teori Pariwisata Kaka Teteh Pandeglang
- Teori Komunikasi
Pariwisata

Metode Analisis Data


SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Analisis Matrix Perbandingan

Konsep Perancangan

Konsep Pesan, Konsep Komunikasi, Konsep Visual, Konsep Media

PERANCANGAN

KESIMPULAN

Gambar 1. 1 Kerangka Perancangan

Sumber : Dokumen Pribadi

8
1.7. Pembabakan

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini peneliti membagi menjadi lima
bab yang secara garis besar sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I, penulis menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian serta pembabakan
mengenai gambaran setiap bab dalam laporan.

2. BAB II DASAR PEMIKIRAN


Berisi mengenai dasar pemikiran dan teori-teori yang dibutuhkan dalam
perancangan ini seperti teori media informasi, teori komunikasi, teori
desain komunikasi visual, teori brand identity.

3. BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH


Uraian data dan hasil perancangan dijelaskan pada bab ini, baik data
hasil survey, observasi, wawancara, hasil dari pengumpulan data ini
dianalisis menggunakan metode yang sudah dijelaskan pada BAB I.

4. BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN


Pada bab ini menjelaskan tentang konsep besar dari perancangan mulai
dai konsep desain hingga hasil akhir dari penelitian.

5. BAB IV PENUTUP
Menjelaskan kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan penulis
dan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan pada penelitian ini.
Terdapat saran dan masukan yang membangun untuk penulis dalam
melakukan penelitian.

9
BAB II
DASAR PEMIKIRAN

2.1. Desain Komunikasi Visual


Menurut Lia dan Kirana (2014:5) Desain Komunikasi Visual
merupakan sebuah bentuk seni berkomunikasi dalam menyampaikan sebuah
pesan atau informasi kepada orang lain melalui media visual. Desain
Komunikasi Visual memiliki tujuan untuk menginformasikan sebuah pesan
yang ingin diwujudkan sehingga dalam prosesnya dapat mempengaruhi dan
mengubah perilaku target audience. Proses desain yang dilakukan tidak hanya
memperhatikan keindahan dan estetika visual belaka. Namun, harus
memperhatikan hasil riset, konsep pesan, target konsumen, dan fungsi dari
desain itu sendiri.

1. Sarana identifikasi (Branding).


Sarana identifikasi merupakan salah satu bentuk wujud
pengenalan terhadap sesuatu yang mencakup identitas seseorang,
bentuk usaha, produk, maupun jasa. Identitas haruslah mencerminkan
jiwa atau citra yang sesuai dengan kepribadian target audience dengan
tujuan agar lebih mudah diingat dan dikenali oleh masyarakat serta
menjadi pembeda dengan sekitarnya.

2. Sarana informasi, pengendali, pengawas, dan pengontrol.


Bertujuan untuk mengkomunikasikan antara suatu hal dengan hal
lainnya. Baik dalam bentuk petunjuk, informasi, diagram, maupun
simbol. Informasi yang ingin dikomunikasikan haruslah disampaikan
kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, serta
menggunakan bentuk yang mudah dipahami secara logis dan konsisten,
agar maksud dan tujuan pesan yang ingin disampaikan lebih berguna
dimata masyarakat.

3. Sarana motivasi.

10
Sarana ini memiliki fungsi meningkatkan motivasi dengan
maksud mempengaruhi baik seseorang, kelompok, maupun masyrakat.

4. Sarana pengutaraan emosi.


Sarana ini memiliki fungsi untuk menggambarkan suatu keadaan
dengan maksud untuk menambah kepekaan terhadap pembaca.

5. Sarana presentasi dan promosi.


Tujuan dari sarana presentasi dan promosi dalam Desain
Komunikasi Visual ialah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan
perhatian (atensi) dari mata (secara visual) sehingga pesan yang ingin
disampaikan lebih mudah untuk dipahami dan diingat oleh masyarakat.
Media yang digunakan biasanya berupa gambar atau tulisan-tulisan
yang memiliki sifat persuasif dan menarik.

2.1.1 Unsur-unsur Visual


Menurut Supriyono (2010:57) sebelum melakukan proses desain, ada
beberapa unsur visual yang harus diperhatikan. Layaknya seperti koki yang
hendak memasak sebuah hidangan, kita perlu mengenal bahan dan bumbu
masakannya terlebih dahulu dan mengolahnya menjadi makanan yang lezat
dan siap dinikmati oleh orang banyak. Sebagai desainer kita perlu paham
materi dasar dan tahu cara mengolah sebuah desain sehingga menghasilkan
komposisi desain yang menarik, harmonis, komunikatif dan menyenangkan
pembaca. Berikut adalah unsur-unsur visual yang harus diperhatikan ketika
melakukan proses desain :

1. Titik
Dalam Purba Dian (Kusrianto Adi, 2009:30) Titik merupakan
sebuah unsur visual yang paling dasar dan memiliki wujud yang relatif
kecil. Dimana panjang dan dimensinya tidak dianggap teralu berarti.
Unsur ini lebih sering ditampilkan dalam bentuk kelompok, variasi,
jumlah, serta dalam kepadatan tertentu.

11
2. Garis
Garis merupakan salah satu elemen visual dasar yang
menghubungkan antara suatu titik dengan objek yang lainnya serta
dapat digunakan dimana saja dengan tujuan untuk memperjelas dan
mempermudah pembaca. Selain itu garis juga memiliki fungsi sebagai
pembatas suatu bidang atau warna. Garis dapat diwujudkan sesuai
dengan kebutuhan dan citra yang ingin disampaikan seperti garis lurus
untuk formal, garis lengkung untuk lembut, garis zigzag untuk kesan
keras dan dinamis, serta garis tak beraturan untuk menunjukan kesan
bebas dan tidak formal.
3. Bidang (Shape)
Bidang merupakan segala unsur visual yang memiliki kedalaman,
dimensi, serta panjang dan lebar. Digunakan untuk menambah kesan
dan kenyamanan pembaca. Dalam desain komunikasi visual, bidang
dikategorikan sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya yaitu, bidang
geometris dan non-geometris. Bidang geometris cenderung digunakan
untuk menunjukan kesan formal dan kaku. Sedangkan bidang non-
geometris digunakan untuk menunjukan kesan santai dan tidak formal.
4. Warna (Color)
Warna merupakan salah satu unsur visual yang sangat penting
dalam desain komunikasi visual karena sifatnya yang mudah untuk
menarik perhatian pembaca serta dapat menunjukan sebuah identitas
atau citra yang ingin disampaikan. Penggunaan warna dalam objek
visual harus memperhatikan kesan apa yang ingin diciptakan kepada
pembaca. maka dari itu, perlu hati-hati ketika menggunakannya.
Berdasarkan dimensinya warna dapat dilihat dalam tiga bagian, yatu :
Hue (spectrum warna), Value (gelap terang), dan Intensity (kejernihan
warna).
5. Gelap Terang (Value)
Merupakan unsur visual yang memiliki nilai berlawanan antara
satu dengan lainnya. Memiliki fungsi untuk memfokuskan atau
menunjukan pesan utama yang ingin disampaikan kepada pembaca

12
dengan cara menyusun unsur-unsur visual lainnya secara gelap dan
terang.
6. Tekstur (Texture)
Merupakan tampilan dari sebuah permukaan semu yang memiliki
nilai halus-kasar yang dapat dirasakan ketika dilihat maupun diraba.
Berfungsi untuk mengatur keseimbangan serta memberi kesan lebih
pada sebuah desain.
7. Ukuran (Size)
Merupakan besar kecilnya sebuah unsur visual yang harus
diperhatikan berdasarkan ururtan (hierarki) ketika digunakan. Dengan
fungsi untuk mempermudah proses penyampaian pesan yang lebih
efektif dan mudah untuk dimengerti oleh pembaca.

2.1.2 Prinsip-prinsip Desain


Menurut Lia dan Kirana (2014:41) pesan visual haruslah disampaikan
dengan cara kreatif, inovatif, asli, komunikatif, serta efisien. Dan
memperhatikan beberapa prinsip yang terdapat dalam sebuah desain seperti,
Keseimbangan (balance), Irama (rhythm), Penekanan (emphasis), dan
Kesatuann (unity).

1. Keseimbangan (balance)
Merupakan sebuah prinsip desain yang menempatkan porsi berat yang
sama terhadap sebuah objek baik secara visual maupun optik. Sebuah
desain dikatan memiliki keseimbangan apabila seluruh bagian objek
terlihat sama berat dan tidak membebani satu bagian saja.
2. Irama (rhythm)
Merupakan pengulanan sebuah bentuk elemen visual yang diikuti
perubahan bentuk, isi, dan posisi secara berulang-ulang (repetisisi) dan
konsisten.
3. Penekanan (emphasis)
Dalam desain komunikasi visual penekanan biasa disebut dengan point
off interst, focal point, dan eye catcher. Merupakan prinsip dasar desain

13
yang bertujuan untuk membangun pusat perhatian yang kuat pada suatu
objek visual sehingga informasi yang dianggap penting dapat
tersampaikan kepada konsumen serta untuk menghilangkan kebosanan
dan untuk memecah keberaturan.
4. Kesatuan (unity)
Kesatuan merupakan prinsip desain yang sangat penting dan paling
utama. Tanpa adanya kesatuan, sebuah desain akan terlihat tidak
beraturan dan berantakan. Prinsip ini merupakan prinsip hubungan
antara elemen yang satu dengan lainnya guna menciptakan kesan
harmonis.

2.2. Identitas Visual


Menurut Andi Suprapto (2015:33) Identitas Visual dapat diartikan
sebagai sebuah simbolisasi yang mengandung faktor pembeda yang dimiliki
perusahaan atau organisasi dengan tujuan agar lebih dikenal dan dapat
dibedakan dengan perusahaan lainnya. Identitas visual dibentuk berdasarkan
sejarah, filosofi, visi misi, serta program yang akhirnya mampu menciptakan
sebuah citra tertentu untuk perusahaan.

2.2.1 Brand Identity


Menurut Alina Wheeler (2009:4) Brand dentity merupakan bagian yang
nyata dan menarik bagi indra manusia. Karena dapat memicu pengakuan,
menciptakan perbedaan, serta mampu membuat ide dan makna yang besar.
Lalu menyatukan mereka semua kedalam sebuah sistem. Brand Identity
bertujuan untuk menyampaikan pesan sehingga konsumen mengenali dan
mengingat identitas dari perusahaan tersebut.

2.2.2 Brand Arsitektur


Menurut Surianto Rustan (2009:69) Brand Arsitektur merupakan
urutan dari beberapa brand yang memiliki hubungan satu dengan lainnya,
seperti perusahaan utama dengan anak perusahaan, divisi, produk, atau jasa

14
yang ditawarkan. Perancangan brand arsitektur sangatlah penting sebab dapat
berdampak terhadap bentuk identitas baik secara verbal, maupun visual.

2.2.3 Brand Destination


Menurut Burhan Bungin (2015:76) menyatakan bahwa brand destinasi
merupakan sebuah cara atau proses memperkenalkan atau mengidentifikasi
sebuah produk atau jasa destinasi kedalam pasar pariwisata. Sebuah brand
destinasi haruslah dikelola secara baik dengan begitu citra sosial yang ingin
dicapai akan tercipta dengan sendirinya.

2.3. Branding
Alina Wheeler (2009:6) menyatakan Branding merupakan proses
disiplin yang digunakan untuk membangun kesadaran dan memperluas
loyalitas pelanggan. Proses itu membutuhkan mandat dan kesiapan
berinvestasi dimasa depan. Branding selalu berkaitan dengan kesempatan
mengekspresikan alasan mengapa seseorang harus memilih salah satu merek
dari pada yang lain.

2.3.1 Unsur-unsur Branding


Menurut Wirania Swasty (2016:32) dalam perancangannya, terdapat
unsur-unsur yang mempengaruhi sebuah brand, yaitu nama, logo, simbol,
tagline, karakter/maskot, jingle, url, packaging, dan signage. Hal tersebut
sangat membantu meningkatkan kesadaran konsumen terhadap merek yang
sedang dirancang, menciptakan citra yang kuat, dan penilaian merek yang
positif.

1. Nama Brand
Nama merupakan kesan pertama yang diciptakan seseorang
terhadap sebuah brand. Nama yang baik dapat memberikan kesan
memorable kepada orang lain. Sebuah nama haruslah bersifat abadi,
mudah diucapkan dan diingat. Menurut Wirania Swasty (2016:37)

15
sebuah nama dapat menjadi alat komunikasi singkat yang efektif.
Berikut merupakan beberapa jenis nama merek :

a. Nama Pendiri
Merupakan pemilihan nama brand berdasarkan pendiri atau pemilik
perusahaan tersebut. Jenis nama merek ini sangat mudah untuk
dilindungi.
b. Deskriptif
Merupakan pemilihan nama yang menjelaskan atau mengidentifikasi
jenis usaha dari sebuah brand tersebut.
c. Metafora
Merupakan pemilihan nama yang berasal dari benda, tempat, orang,
hewan mitos, dan bahasa asing yang menunjukan kualitas suatu
perusahaan.
d. Magic Spell
Merupakan pemilihan nama brand yang berasal dari pengejaan kata
alternalif yang bertujuan untuk menciptakan nama yang berbeda.
e. Fabricated
Merupakan pemilihan nama brand yang tidak memiliki kaitan dengan
jenis usaha atau deskripsi bisnis yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.
f. Akronim
Pemilihan nama brand ini berasal dari singkatan dari nama pendiri atau
jenis usaha dari sebuah perusahaan tersebut.
g. Kombinasi
Merupakan penggabungan kata dari jenis usaha atau karakteristik
perusahaan tersebut.

2. Logo
Menurut Wirania Swasty (2016:41) Logo berasal dari bahasa
Yunani logos yang memiliki arti kata, fikiran, atau akal budi. Logo
adalah identitas dari sebuah merek yang dapat mengkomunikasikan

16
produk, layanan, dan organisasi secara cepat. Logo merupakan
tampilan awal dari sebuah brand bisa diibaratkan seperti wajah manusia

A. Jenis-jenis Logo
Menurut Wirania Swasty (2016:41) Logo terbagi kedalam dua
jenis, yaitu logogram dan logotype. Berikut ini merupakan penjelasan
dari jenis-jenis logo tersebut.

1) Logogram
Logogram merupakan simbol tulisan yang mewakili sebuah kata atau
ide berupa unsur gambar. Yang mampu menjadi alat komunikasi dari
apa yang ingin disampaikan oleh sebuah perusahaan atau usaha
tertentu.

Gambar 2. 1 Logogram
Sumber : Alina Wheeler (2009:35)

2) Logotype
Logotype merupakan simbol yang mewakili sebuah kata atau ide berupa
unsur tulisan. Logotype yang baik terlahir dari sebuah eksplorasi
typography serta mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan
oleh perusahaan.

Gambar 2. 2 Logotype
Sumber : Alina Wheeler (2009:55)
B. Prinsip-prinsip Logo

17
Menurut Andrew Mcnally dalam Wirania Swasty (2016:43).
Pada perancangan sebuah logo terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan yaitu, Balance, Unity, Rhythm, Proportion, Dominance.

1) Balance (Keseimbangan)
Merupakan salah satu kunci dalam sebuah perancangan logo.
Keseimbangan dalam logo dapat diwujudkan dengan cara simestris
secara bentuk horizontal dan vertical ataupun dengan cara asimetris
antara bentuk logogram dan logotype.
2) Unity (Kesatuan)
Merupakan interaksi anatara bagian-bagian dari sebuah logo dan
bagaimana ia berinteraksi dengan seluruh komponen yang ada. Faktor
yang memperngaruhi terjadinya sebuah interaksi ialah kelanjutan,
penutupan, kesamaan, kedekatan dan keselarasan.
3) Rhythm (Irama)
Irama merupakan gerakan dan pola yang diciptakan melalui
pengulangan-pengulangan unsur visual tertentu.
4) Proportion (Proporsi)
Merupakan hubunganan antara dua objek lebih dalam sebuah
desain yang menciptakan kedalaman dan dominasi.
5) Dominance (Dominasi)
Dominasi berfungsi menentukan tatapan pertama terdahap aspek-aspek
visual yang mendominasi dari aspek visual lainnya.

3. Tagline / Slogan
Menurut Wirania Swasty (2016:45) tagline atau slogan
merupakan sepotong kalimat yang mendefinisakan atau memperjelas
produk /jasa sebuah merek baik dari segi posisi, ataupun diferensiasi
dengan merek lainnya. Menurut Alina Wheeler (2009:42) sebuah
tagline dapat mempengaruhi perilaku konsumen dengan cara
membangkitkan respon emosional. Berikut merupakan jenis-jenis
tagline yang dikemukakan oleh Wirania Swasty.

18
a. Deskriptif
Merupakan jenis tagline yang menjelaskan atau mendefinisikan
produk atau jasa yang ditawarkan oleh sebuah merek.
b. Provokatif
Merupakan jenis tagline yang mampu mempengaruhi daya fikir
konsumen.
c. Spesifik
Merupakan jenis tagline yang menjelaskan secara khusus tentang
keunggulan dari produk atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan.
d. Imperlatif
Merupakan jenis tagline yang menjelaskan produk atau jasa
melalui kalimat aktivitas atau kalimat kerja.
e. Superlatif
Merupakan jenis tagline yang memberitahukan sebuah
perusahaan sebagai perusahaan yang terunggul dibidangnya.

4. Maskot / Karakter
Menurut Wirania Swasty (2016:47) menyatakkan bahwa maskot
atau karakter merupakan penggambaran dari sebuah merek dengan
karakteristik seperti manusia atau makhluk hidup lainnya yang
bertujuan untuk mendapatkan perhatian dan kesadaran terhadap merek,
sehingga terbangunlah hubungan anatara konsumen dengan merek.
Maskot juga dapat menambah keuntungan dari perusahaan melalui
penjualan merchandise serta membantu membedakan produk dengan
pesaingnya.

19
Gambar 2. 3 Maskot / Karakter
Sumber : Alina Wheeler (2009:40)

5. Packaging (Desain Kemasan)


Menurut Wirania Swasty (2016:48) menyatakan packaging atau
desain kemasan adalah aktifitas merancang media yang digunakan
sebagai bungkus atau wadah dari sebuah produk yang akan ditawarkan
kepada konsumen. Menurut Alina Wheeler (2009:160) packaging
dalam sebuah industri ibaratkan bagian puzzle yang sedang disusun,
maka packaging merupakan bagian pelengkap dari produk.

2.4. Tipografi
Nikko Permana Lukman (2015:1) menyatakan tipografi merupakan
sebuah seni untuk mempelajari segala ilmu yang berkaitan dengan huruf,
alfabet, aksara, abjad, font atau type yang dapat di implementasikan kedalam
berbagai media yang berhubungan dengan desain grafis baik cetak maupun
digital. Tipografi sangatlah penting dalam ilmu desain grafis karena
karakteristik dari sebuah huruf dapat menciptakan suasana bagi sebuah karya
visual.

2.4.1 Klasifikasi Huruf

Menurut Danton Sihombing (2015:158) Klasifikasi huruf pada saat ini


dirancang berdasarkan momentum-momentum penting dalam perjalanan
sejarah penciptaan dan pengembangan desain huruf latin. Berikut adalah
pengelompokan klasifikasi huruf berdasarkan urutan waktu kemunculannya.

20
1. Old Style
Istilah old style sering disebut dengan tipografi serif Humanis yang
dikembangkan pada abad 15 dan 16. Karakteristik dari huruf-huruf old
style ialah sebagai berikut.
- Serif berukuran kecil dengan sudut lengkung yang besar.
- Sumbu dari huruf ‘O’ memiliki kemiringan
- Kontras stroke yang rendah.

Gambar 2. 4 Karakteristik huruf Old Style


Sumber : Danton Sihombing (2015:161)

2. Transitional
Huruf transitional muncul pada abad ke-17 dan merupakan transisi
antara huruf old style dan serif modern. Karakteristik dari huruf
transitional ialah sebagai berikut.
- Memiliki serif berukuran kecil dengan sudut lengkung yang kecil.
- Sumbu dari huruf ‘O’ tegak vertikal.
- Kontras stroke yang cukup jelas.

Gambar 2. 5 karakteristik huruf transitional


Sumber : Danton Sihombing (2015:161)

3. Modern

21
Tipografi serif modern dikembangkan pada pertengahan abad ke-18
dan merupakan perubahan dari serif tradisional kala itu. Karakteristik
huruf serif modern ialah sebagai berikut.
- Memiliki serif yang berukuran kecil tanpa sudut lengkung
- Sumbu dari huruf ‘O’ tegak vertikal
- Kontras stroke yang ekstrim

Gambar 2. 6 karakteristik huruf serif modern


Sumber : Danton Sihombing (2015:161)

4. Egyptian (slab serif)


Jenis huruf ini biasa disebut juga dengan nama slab serif, muncul pada
pada permulaan abad ke-19 digunakan untuk kebutuhan periklanan.
Karakteristik huruf egyptian ialah sebagai berikut.
- Memiliki serif berbentuk kotak dan besar
- Sumbu dari huruf ‘O’ tegak vertikal
- Kontras stroke yang rendah.

Gambar 2. 7 karakteristik huruf Egyptian (slab serif)


Sumber : Danton Sihombing (2015:161)

5. Sans Serif
Huruf-huruf sans serif banyak bermunculan pada abad ke-19, sesuai
dengan namanya karakteristik utama pada huruf ini ialah tanpa (sans)
serif. Berikut ialah karakteristik lain yang dimiliki oleh huruf sans serif.
- Sumbu dari huruf ‘O’ tegak vertikal
- Kontras stroke rendah atau tidak memiliki kontras stroke sama sekali.

22
Gambar 2. 8 karakteristik huruf sans serif
Sumber : Danton Sihombing (2015:161)

2.4.2 Prinsip-prinsip Tipografi


Menurut Danton Sihombing (2015:164) Dalam sebuah karya desain,
proses perancangan dengan menggunakan huruf adalah tahapan paling
menentukan. Karena huruf memiliki energi yang mampu untuk menggerakan
mata seseorang. Dalam perancangannya tentunya terdapat kaidah-kaidah
yang harus diperhatikan.

1. Legibility
Memiliki arti sebagai kualitas dari sebuah huruf dalam tingkat
kemudahannya untuk dibaca dan dikenali oleh seseorang. Tingkat
keterbacaan ini dapat berupa bentuk fisik huruf, ukuran, maupun
penataannya dalam sebuah rancangan.
2. Readibility
Memiliki arti sebagai kualitias terhadap kenyamanan dan kemudahan
seseorang ketika membaca huruf dalam sebuah rancangan desain
tipografi. Hal ini tidak dapat diukur secara matematika, namun harus
dilihat dan dirasakan.

2.5. Layout
Menurut Lia dan Kirana (2014:74) Layout merupakan penyusunan
elemen desain yang berhubungan dengan tata letak ruang atau sebuah bidang.
Dalam perancangannya terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan.

2.4.1 Prinsip-prinsip Layout

1. Sequence

23
Merupakan urutan perhatian pandangan mata terhadap sebuah
Layout. Layout yang baik dapat mengarahkan mata menuju informasi
yang ditampilkan. Maka dari itu sangatlah penting menyusun informasi
berdasarkan tingkat kepentingannya.
2. Emphasis
Emphasis adalah penekanan pada bagian tertentu dalam sebuah
Layout. Penekanan ini berfungsi agar pembaca dapat lebih fokus
terhadap informasi yang penting.
3. Balance (keseimbangan)
Merupakan teknik mengatur keseimbangan terhadap penempatan
element layout. Terdapat dua jenis prinsip keseimbangan layout, yaitu
keseimbangan simetris dan asimetris.
4. Unity (kesatuan)
Dalam ilmu layout, unity memiliki fungsi untuk menciptakan
kesatuan pada keseluruhan desain. Elemen yang digunakan haruslah
berkesinambungan dan disusun secara tepat.

2.4.2 Penerapan Layout

Menurut Surianto Rustan (2014:87) setiap Media memiliki ukuran dan


bentuk, serta fungsi yang berbeda-beda, maka dari itu membutuhkan cara
penerapan layout yang berbeda juga. Berikut adalah beberapa media yang
dapat digunakan dalam penerapan layout.

1. Kartu Nama
Dalam dunia bisnis kartu nama adalah benda yang penting dalam
berinteraksi dengan orang lain. Bertujuan untuk saling bertukar
informasi. Dalam proses perancangannya informasi penting saja yang
perlu ditampilkan.

24
Gambar 2. 9 Kartu Nama
Sumber : Dokumen Pribadi

2. Kertas Surat
Kertas surat sangat diperlukan untuk kebutuhan sebuah
perusahaan baik digunakan untuk keperluan internal maupun eksternal.
Fungsi penerapan logo pada kop surat ialah sebagai penegas dari
apapun yang dikeluarkan perusahaan.

Gambar 2. 10 Kertas Surat


Sumber : Dokumen Pribadi

3. Amplop (Envelopes)
Berdasarkan ukurannya, amplop terbagi kedalam dua jenis yaitu,
amplop besar dan amplop kecil.

a. Amplop Besar

25
Biasa digunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen yang
menggunakan kertas berukuran besar (perkiraan 22 x 23 cm) seperti
perjanjian jual beli, kontrak kerja, dll.

Gambar 2. 11 Amplop Besar


Sumber : Surianto Rustan (2014:98)

b. Amplop Kecil
Biasa digunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen yang
menggnakan kertas berukuran kecil (perkiraan 11 x 23 cm) seperti
surat.

Gambar 2. 12 Amplop Kecil


Sumber : Dokumen Pribadi

4. Flyer
Merupakan sebuah media yang digunakan untuk kebutuhan
publikasi dengan cara dibagikan langsung ke pengunjung atau
ditempelkan pada dinding. Ciri khas utama dari flyer ialah tidak
memiliki lipatas pada kertas yang digunakan.

26
Gambar 2. 13 Flyer
Sumber : Surianto Rustan (2014:100)

5. Brosur
Hampir sama dengan flyer brosur juga digunakan sebagai media
untuk kebutuhan publikasi namun, hanya dibagikan pada saat event-
event tertentu saja. Ciri utama brosur ialah memiliki informasi pada
bagian depan dan belakang kertas.

Gambar 2. 14 Brosur
Sumber : Surianto Rustan (2014:105)

6. Poster
Merupakan sebuah media yang digunakan untuk menyampaikan
informasi mengenai kebutuhan promosi.

27
Gambar 2. 15 Poster
Sumber : Surianto Rustan (2014:108)

7. Booklet
Booklet biasa disebut dengan buku kecil. Booklet sendiri
merupakan salah satu media publikasi yang hanya memiliki beberapa
halaman atau lembar saja. Biasa digunakan untuk mempromosikan
produk atau menjelaskan informasi perusahaan.

Gambar 2. 16 Booklet
Sumber : Dokumen Pribadi

8. Buku
Merupakan media informasi yang berisi banyak halaman yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi, informasi, laporan, dan lain
sebagainya. karena memiliki halaman yang tebal, maka buku haruslah
dijilid agar lembaran kertas tidak berceceran.

28
Gambar 2. 17 Buku
Sumber : Surianto Rustan (2014:1)

2.6. Komunikasi
Menurut Burhan Bungin (2015:45) mengatakan bahwa komunikasi
merupakan proses perpindahan informasi yang terjadi antara dua orang atau
lebih untuk menciptakan interaksi social. Komunikasi yang baik dapat
memicu terciptanya sebuah brand yang baik pula dimata masyarakat.
Menurut Poppy Ruliana dan Puji Lestari (2019:1) komunikasi merupakan
sesuatu yang dekat dengan manusia, namun sangat sulit untuk dijelaskan
karena memiliki arti yang beragam.

2.6.1 Model Komunikasi Laswell


Menurut Poppy Ruliana dan Puji Lestari (2019:2) model komunikasi
Laswell merupakan sebuah proses penyampaian informasi yang dibuat oleh
pengrim pesan (sender) lalu disampaikan menggunakan sebuah media kepada
penerima (receiver) sehingga menimbulkan efek dari komunikasi tersebut
seperti menginformasikan, menghibur, dan membujuk.

Gambar 2. 18 Model Komunikasi Laswell


Sumber : Ruliana dan Lestari (2019:3)

29
2.7. Komunikasi Pariwisata
Menurut Burhan Bungin (2015:85) komunikasi pariwisata dapat diartikan
sebagai proses pemindahan informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih agar
menciptakan interaksi sosial dalam bidang destinasi pariwisata.

2.7.1 Bidang-bidang Kajian Komunikasi Pariwisata


Menurut Komunikasi pariwisata memiliki beberapa aspek utama yang bisa
dikembangkan menjadi bidang-bidang kajian yang menarik. Dengan seiringnya
waktu bidang-bidang kajian ini akan selalu berkembang mengikuti kajian
komunikasi yang ada. Bidang kajian yang dimaksud adalah komunikasi pariwisata,
brand destinasi, komunikasi visual pariwisata, komunikasi online pariwisata.

1. Komunikasi Pemasaran Pariwisata


Bidang komunikasi pemasaran pariwisata (tourism
communication marketing) mengamati secara keseluruhan pada bagian
komunikasi pemasaran dengan konteks teori dan praktis yang lengkap
tapi tidak mengkerucut dalam konteks spesialis.
2. Brand Destinasi
Brand destinasi merupakan kajian yang mengenai destinasi
dengan konteks brand produk destinasi, yang mana brand destinasi
merupakan media serta bagian dari pesan itu sendiri khususnya pada
pemasaran komunikasi .
3. Komunikasi Visual Pariwisata
Bidang Komunikasi Visual Pariwisata dalam komunikasi
pariwisata ini ialah bidang desain grafis. Desain grafis akan selalu
berkembang dengan seiringnya waktu, karena komunikasi visual
pariwisata akan mengarah kepada industri kreatif yang menghasilkan
souvenir, cendramata, serta oleh-oleh lainnya yang dapat menjadi brand
pariwisata.
4. Komunikasi Online Pariwisata
Media online menjadi kajian tersendiri dalam bidang komunikasi
pariwisata, karena tidak hanya dapat digunakan sebagai media

30
pemasaran saja, melainkan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan
perusahaan. Media online mempunyai lima kemampuan dalam
menyampaikan informasi, yaitu : menyimpan (upload), mengolah
informasi, mengeluarkan informasi (download), menyebarkan
informasi, dan mengkonstruksi informasi

31
BAB III
DATA DAN ANALISIS

3.1. Data Pemberi Proyek

Gambar 3. 1 Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung


Sumber : Dokumen Pribadi

Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung merupakan tempat edukasi


wisata yang berlokasi di Kampung Cikadu Indah, Desa Tanjung Jaya,
Kecamatan Panimbang. Kabupaten Pandeglang. Sangar Batik Cikadu
didirikan seiringan dengan ditetapkannya wilayah Tanjung Lesung sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus dibidang pariwisata pada tahun 2012.
Latar belakang dibentuknya sanggar batik ini berkat andil ibu Umi Adi
Susilo selaku pembina Sanggar Batik Cikadu yang memiliki hobby traveling
serta merupakan pecinta dan penggiat batik di Provinsi Banten. Berawal pada
tahun 2013 ketika beliau berkunjung ke tempat wisata Tanjung Lesung,
namun ketika hendak pulang beliau merasa kebingungan karena tidak adanya
oleh-oleh atau buah tangan yang bisa dibawa pulang kecuali oleh-oleh kuliner
seperti ikan bakar dan ikan laut lainya. Lantas beliau terfikirikan untuk
bergerak dan bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk
membangun dan membuat Sangar Batik Cikadu Tanjung Lesung. Beliau
ingin memperkenalkan batik di daerah Banten, terutama di Kabupaten
Pandeglang karena memiliki potensi dibidang pariwisata serta memang
belum adanya batik yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang sendiri. Hal ini
pun merupakan sebagai wujud untuk memberdayakan masyrakat kampung
Cikadu Indah yang hasil olahannya dapat menjadi buah tangan para

32
wisatawan yang telah berkunjung dari tempat wisata Tanjung Lesung. Dan
pada tanggal 21 April 2015 bertepatan dengan hari kartini, Sanggar Batik
Cikadu Tanjung Lesung diresmikan.
Hingga saat ini Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung terus
berkembang menjadi lebih besar dan memiliki 30 pengrajin yang sudah
terdaftar serta sudah mengembangkan 50 lebih motif batik sendiri. Kekhasan
dari motif batik cikadu ini ialah menggunakan motif yang memiliki unsur-
unsur Kabupaten Pandeglang, seperti Lesung, Badak, Kembang Honje, Dan
lain-lain.

3.2. Data Program, Produk, dan Motif


Produk yang ditawarkan oleh Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung
kepada konsumen masih berupa batik olahan seperti kain, kemeja, kerudung,
selendang fashion, kebaya, ataupun pakaian keluarga untuk acara-acara
formal. Saat ini produk yang dijual dapat diperoleh atau dibeli secara
langsung hanya dibeberapa tempat saja, yaitu : Galeri Sanggar Batik Cikadu,
Pasar Kemasan Cipacung, dan Pasar Kemasan Menes. Tidak hanya menjual
hasil olahan batiknya saja, Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung juga
menawarkan program Eduwisata Batik bagi ikatan pendidikan (pelajar,
sekolah), dinas-dinas, ataupun para pengunjung yang ingin belajar dan
mengetahui proses pembuatan batik dari awal hingga ke tahap siap dijualkan
kepada para konsumen.
Sering perkembangan waktu cara pengolahan, bahan, serta fungsi dari
proses pembuatan batikpun kian berubah. Sanggar Batik Cikadu Tanjung
Lesung saat ini menggunakan bahan-bahan olahan sintesis, menggunakan
kain dari serat bahan alami, serta memproduksi lilinnya sendiri. Berikut
adalah program dan produk yang sudah dihasilkan :

3.2.1 Program

1. Eduwisata Batik

33
Eduwisata Batik merupakan program unggulan yang diberikan oleh
Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung. Melalui program ini para pengunjung
dapat mengetahui proses pembuatan batik dari awal pengolahan hingga siap
dijual kepada konsumen. satu hal yang harus diperhatikan ketika wisatawan
akan melakukan eduwisata batik ialah menghubungi terlebih dahulu
pengelola Sanggar Batik Cikadu untuk memastikan waktu dan tempat
melakukan kegiatan eduwisata. Harga paket yang ditawarkan untuk kegiatan
ini relatif murah namun sesuai dengan ilmu yang diberikan yaitu sebesar
Rp.75.000 untuk kategori perorangan. Tapi, apabila pengunjung datang
secara berkelompok dengan minimal 10 orang akan mendapatkan potongan
harga Rp.10.000 maka harga yang diberikan ialah sebesar Rp.65.000. Untuk
kategori pelajar harga yang diberikan oleh sanggar batik cikadu ialah sebesar
Rp.50.000 per orang.
NO KATEGORI HARGA KETERANGAN

1 Umum Rp.75.000 -

2 Kelompok Rp.65.000 Minimal 10 orang

3 Pelajar Rp.50.000 -

Tabel 3. 1 Harga Eduwisata Batik Cikadu


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3. 2 Eduwisata Batik Cikadu


Sumber : Instagram Batik Cikadu

34
3.2.2 Produk
Harga dari setiap produk relative berbeda-beda tergantung jenis dan
proses pembuatan batik tersebut, mulai dari Rp.75.000 hingga Rp.600.000.
produk yang dijual dapat berupa kain, kemeja, kerudung, kebaya, sarung,
serta terdapat packaging ekslusif yang bisa dipesan secara khusus yag terbuat
dari rotan. berikut merupakan daftar produk dijual oleh Sanggar Batik Cikadu
Tanjung Lesung :

1. Kain
Harga yang dipatok untuk jenis kain ini tergantung dari ukuran dan cara
pembuatannya. Untuk ukuran 2m x 2m dibandrol dengan harga 150.000

Gambar 3. 3 Kain Batik Cikadu


Sumber : Dokumen Pribadi

2. Kemeja Pria
Harga yang dipatok untuk kemeja priaialah Rp.230.000 per pcs.

Gambar 3. 4 Kemeja Pria Batik Cikadu


Sumber : Instagram Batik Cikadu

35
3. Kemeja Wanita
Harga yang dipatok untuk kemeja wanita ialah Rp.250.000 per pcs.

Gambar 3. 5 Kemeja Wanita Batik Cikadu


Sumber : Instagram Batik Cikadu

4. Kemasan Bambu
Pelanggan dapat memesan kemasan khusus yang terbuat dari bamboo
sebagai wadah untuk menyimpan kain batik cikadu yang sudah dibeli,
harga untuk kemasan ini yaitu Rp.30.000.

Gambar 3. 6 Kemasan Bambu


Sumber : Instagram Batik Cikadu

3.2.3 Motif
Motif yang dikembangkan untuk batik cikadu merupakan berasal dari
kebudayaan daerah kabupaten pandeglang sendiri seperti motif badak, motif
lesung, motif gondang lisung, motf rampak beduk, dan motif lainnya. Berikut
adalah motif-motif batik yang dimiliki oleh Sanggar Batik Cikadu.

1. Motif Badak

36
Gambar 3. 7 Motif Batik Badak
Sumber : Dokumen Pribadi

2. Motif Gondang Lisung

Gambar 3. 8 Motif Batik Gondang Lisung


Sumber : Instagram Batik Cikadu

3. Motif Kembang Honje

Gambar 3. 9 Motif Kembang Honje


Sumber : Instagram Batik Cikadu

37
4. Motif Debus

Gambar 3. 10 Motif Batik Debus


Sumber : Instagram Batik Cikadu

5. Motif Leuit

Gambar 3. 11 Motif Batik Leuit


Sumber : Pelitabanten.com

6. Motif Pandeglang Lumapah

Gambar 3. 12 Motif Pandeglang Lumapah


Sumber : Facebook Batik Cikadu

7. Motif Pandeglang Tawadhu

38
Gambar 3. 13 Motif Pandeglang Tawadhu
Sumber : Facebook Batik Cikadu

8. Motif Kacapi Saruntuy

Gambar 3. 14 Motif Kacapi Saruntuy


Sumber : Facebook Batik Cikadu

3.3. Proses Pembuatan Batik Cikadu


Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung saat ini menggunakan dua jenis teknik
pembuatan batik, yaitu teknik cap dan teknik tulis. Tentunya setiap teknik memiliki
cara yang berbeda, baik bahan maupun cara pembuatan. Berikut adalah proses
pembuatan batik yang ada di Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung.

3.7.1 Alat dan Bahan


A. Alat

1. Kain Mori
Kain mori digunakan sebagai bahan dasar kain yang digunakan
untuk pembuatan batik cikadu.

39
Gambar 3. 15 Kain Mori
Sumber : Bahankain.com

2. Canting
Digunakan sebagai alat bantu untuk membuat motif pada kain
yang akan digunakan.

Gambar 3. 16 Canting
Sumber : Bukalapak.com

3. Gawangan
Gawang batik digunakan sebagai alat untuk menghamparkan kain
atau sebagai alat penopang kain ketika proses membatik
dilakukan

40
Gambar 3. 17 Gawang
Sumber : Dokumen Pribadi

4. Lilin / Malam
Digunakan sebagai bahan utama untuk membuat batik.

Gambar 3. 18 Lilin / Malam


Sumber : Docplayer.info

5. Kompor dan Wajan


Digunakan sebagai alat untuk melelehkan malam atau lilin yang
siap ditulis atau di tuangkan kepada kain

Gambar 3. 19 Kompor dan Wajan


Sumber : Dokumen Pribadi

6. Canting Cap

41
Alat yang digunakan untuk membuat motif batik yang dapat
menjadi pattern bagi para pengrajin, agar lebih mudah ketika
proses pembuatan batik.

Gambar 3. 20 Canting Cap


Sumber : Dokumen Pribadi

3.7.2 Proses Pembuatan Batik Tulis

1. Pembuatan Motif
Proses pertama yang dilakukan ialah membuat motif yang
diinginkan, tergantung desain dan permintaan konsumen. pembuatan
motif ini menggunakan pensil agar terlihat motif awal batik.
2. Melukis Kain
Setelah motif yang diinginkan selsai dibuat, maka proses
selanjutnya ialah melukis kain berdasarkan sketsa yang sudah dibuat
sebelumnya. Proses ini menggunakan canting sebagai alat utama
melukis.

Gambar 3. 21 Melukis Kain


Sumber : Dokumen Pribadi

42
3. Mewarnai Kain
Proses ini untuk memberikan warna pada pola yang sudah dibuat,

Gambar 3. 22 Mewarnai Kain


Sumber : Dokumen Pribadi

4. Menghilangkan Lilin
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan seluruh lilin yang
menempel pada kain batik agar tidak terlihat kotor dengan cara mencuci
kain yang dipakai menggunakan air yang sudah dipanaskan.

Gambar 3. 23 Pencucian Kain


Sumber : Dokumen Pribadi

5. Menjemur
Proses terakhir yaitu proses mengkeringkan kain yang sudah
dibersihkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Ketika sudah

43
kering, kain yang sudah melalui berbagai proses siap untuk dijahit lalu
dipasarkan kepada konsumen

Gambar 3. 24 Penjemuran Kain


Sumber : Dokumen Pribadi

3.7.3 Proses Pembuatan Batik Cap

1. Pembuatan Motif
Proses pertama yang dilakukan ialah membuat motif yang
diinginkan, tergantung desain dan permintaan konsumen. pembuatan
motif ini menggunakan pensil agar terlihat motif awal batik.
2. Melelehkan Lilin
Setelah motif sudah dibuat, maka proses selanjutnya ialah
melelehkan lilin yang menjadi bahan utama dengan cara dipanaskan
diatas wajan.
3. Proses Cap
Setelah motif sudah dibuat, maka proses selanjutnya ialah
melelehkan lilin yang menjadi bahan utama dengan cara dipanaskan
diatas wajan.

44
Gambar 3. 25 Proses Cap
Sumber : Sajabchanel

4. Mewarnai Kain
Proses pewarnaan pada pembuatan batik cap ini ialah dengan cara
mencelupkan kain kepada bahan pewarna yang sudah dipanaskan.
5. Menghilangkan Lilin
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan seluruh lilin yang
menempel pada kain batik agar tidak terlihat kotor dengan cara mencuci
kain yang dipakai menggunakan air yang sudah dipanaskan.

Gambar 3. 26 Pencucian Kain


Sumber : Dokumen Pribadi
6. Menjemur
Proses terakhir yaitu proses mengkeringkan kain yang sudah
dibersihkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Ketika sudah

45
kering, kain yang sudah melalui berbagai proses siap untuk dijahit lalu
dipasarkan kepada konsumen

Gambar 3. 27 Penjemuran Kain


Sumber : Dokumen Pribadi

3.4. Data Khalayak Sasaran


Berikut adalah data khalayak sasaran yang akan dituju pada penelitian ini :

1. Demografis
a. Primer : Masyarakat Umum
- Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
- Usia : 20 – 40 Tahun

b. Sekunder : Pelajar
- Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
- Usia : 15 – 19 Tahun

2. Geografis
Target audience yang ingin dicapai ialah 50:50 antara penduduk
Kabupaten Pandeglang dan luar daerah.

3. Psikografis
a. Status Social : Ekonomi menengah Keatas (AB)
b. Gaya Hidup : Konsumtif atau sering melakukan
aktifitas jual beli khususnya pada
aktifitas membeli produk.

46
c. Kepribadian : Gemar membeli barang ketika
berpergian atau ketika berwisata.

4. Perilaku Konsumen
Para masyarakat umum usia 20-40 tahun yang memiliki kegemaran
membeli barang ketika berwisata untuk mengikuti tren yang sedang ada
agar memiliki status social dimasyarakat serta kaum pelajar SMP –
SMA yang berusia 12-17 yang ingin tahu tentang budaya.

3.5. Data Observasi Lokasi


Peneliti sudah melakukan observasi ke tempat secara langsung pada
tanggal 02 Maret 2020. Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung merupakan
tempat edukasi wisata yang berlokasi di Kampung Cikadu Indah, Desa
Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Jarak yang
harus di tempuh ialah sejauh 65 km dari alun-alun kabupaten pandeglang
dengan waktu selama 1 jam 30 menit.

Gambar 3. 28 Peta Menuju Lokasi


Sumber : Dokumen Pribadi

Pada gerbang awal menuju kampung cikadu akan disamput dengan


papan tanda dengan tulisan “Pasar Berbatik Cikadu” yang merupakan
kampung tempat beradanya Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung ini.

47
Gambar 3. 29 Gerbang Menuju Kampung Cikadu
Sumber : Dokumen Pribadi

Ketika memasuki Kampung Cikadu, pengunjung akan menemui monument


Lisung yang besar sebagai ikon dari kampung cikadu.

Gambar 3. 30 Tugu Lisung


Sumber : Dokumen Pribadi

Lalu, pengunjung tinggal mengikuti jalan saja sampai menemui Sangar Batik
Cikadu Tanjung Lesung.

48
Gambar 3. 31 Halaman Depan Sanggar
Sumber : Dokumen Pribadi

Ditempat inilah seluruh produk Batik Cikadu diproduksi, serta terdapat galeri
yang digunakan sebagai tempat menyimpan produk yang sudah diproduksi
serta pengunjung dapat membeli produk yang tersedia di galeri Sanggar Batik
Cikadu.

Gambar 3. 32 Galeri Sanggar Batik Cikadu


Sumber : Dokumen Pribadi

3.6. Data Wawancara


Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terhadap pihak-
pihak yang mendukung dalam proses penelitian, yaitu : pengelola Sanggar

49
Batik Cikadu, pengelola Tanjung Lesung, dinas pariwisata, dan Paguyuban
Kaka Teteh Pandeglang. Wawancara ini dilakukan guna mendapatkan data
yang akurat dan sesuai dengan fakta-fakta yang ada.

3.6.1 Pengelola Sanggar Batik Cikadu


Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber pertama dengan
pihak Pengelola Sanggar Batik Cikadu, yaitu bapak Toto Rusmaya selaku
penanggung jawab Sanggar Batik Cikadu. Beliau menjelaskan latar belakang
berdirinya Sanggar Batik Cikadu masih berkaitan dengan diresmikannya
kawasan Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus dibidang
pariwisata pada tahun 2012.
Latar belakang dibentuknya sanggar batik ini berkat andil ibu Umi Adi
Susilo selaku pembina Sanggar Batik Cikadu yang memiliki hobby traveling
serta merupakan pecinta dan penggiat batik di Provinsi Banten. Berawal pada
tahun 2013 ketika beliau berkunjung ke tempat wisata Tanjung Lesung,
namun ketika hendak pulang beliau merasa kebingungan karena tidak adanya
oleh-oleh atau buah tangan yang bisa dibawa pulang kecuali oleh-oleh kuliner
seperti ikan bakar dan ikan laut lainya. Lantas beliau terfikirikan untuk
bergerak dan bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk
membangun dan membuat Sangar Batik Cikadu Tanjung Lesung. Beliau
ingin memperkenalkan batik di daerah Banten, terutama di Kabupaten
Pandeglang karena memiliki potensi dibidang pariwisata serta memang
belum adanya batik yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang sendiri. Hal ini
pun merupakan sebagai wujud untuk memberdayakan masyrakat kampung
Cikadu Indah yang hasil olahannya dapat menjadi buah tangan para
wisatawan yang telah berkunjung dari tempat wisata Tanjung Lesung. Dan
pada tanggal 21 April 2015 bertepatan dengan hari kartini, Sanggar Batik
Cikadu Tanjung Lesung diresmikan.
Menurut bapak Toto Rusmaya, awal berdirinya Sanggar Batik Cikadu
memang bekerja sama dengan pihak pengelola Tanjung Lesung bentuk kerja
sama yang dimaksud ialah pihak Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung
menyimpan hasil produksian di galeri yang ada di kawasan Tanjung Lesung

50
sebagai buah tangan bagi para wisatawan yang telah berkunjung. Namun
sistim promosi dari pihak Tanjung Lesung untuk kerajian yang ada digaleri
hotel Beach Club Tanjung Lesung dirasa kurang dan jauh dari hasil yang
diharapkan, sehingga produk yang akan dijual lebih banyak mengendap dari
pada keluar. Sehingga banyak pengrajin yang gulung tikar dan beralih
perofesi ke bidang yang lainnya. Hal ini pun dikarenakan para wisatawan
yang berkunjung ke Tanjung Lesung hanya untuk menikmati keindahan
pantai dan lebih ke melakukan aktivitas wisata dari pada membeli barang.
Akibat kejadian tersebut pihak pengelola Sanggar Batik Cikadu merasa
jika terus bergantung kepada pihak Tanjung Lesung maka aktivitas Sanggar
Batikpun akan mati. Kemudian perjanjian kerja sama dengan pihak Tanjung
Lesung diganti, yang mulanya hanya menaruh barang saja melainkan
ditambah dengan program Eduwisata Batik, jadi tamu yang berkunjung ke
hotel Tanjung Lesung dapat dibawa langsung ke Sanggar Batik Cikadu untuk
belajar membuat batik dan belanja di Sanggar. Hal ini dirasa lebih efektif
daripada kerjasama yang sebelumnya. Tujuan dari pengelola Sanggar Batik
ialah untuk mengenalkan tempat baru kepada para wisatawan. Walaupun
pihak Tanjung Lesung selalu menawarkan kepada pihak sanggar untuk
datang ke hotel namun hal tersebut selalu di tolak oleh pihak sanggar karena
dikhawatirkan keberadaan sanggar batik tersebut tidak diketahui oleh para
wisatawan.
Untuk pengrajin Batik Cikadu sendiri mayoritas diisi oleh pihak ibu
rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan karena mayoritas masyarakat
kampung cikadu berprofesi sebagai nelayan dan pegawai di kawasan wisata
Tanjung Lesung. Maka dari itu pihak Sanggar Batik Cikadu memprioritaskan
ibu rumah tangga sebagai pengrajin batik. Pada awal kemunculannya,
Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung memiliki 100 karyawan yang diberi
pelatihan mengenai proses pembuatan batik, namun seiring berjalannya
waktu terdapat sele ksi alam yang menyebabkan berkurangnya para karyawan
tersebut karena dirasa efek dari pelatihan tersebut tidak berdampak apa-apa
bagi mereka. Saat ini pihak Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung memiliki
total 30 karyawan yang terdaftar sebagai pengrajin. Walaupun penghasilan

51
yang diperoleh tidak seberapa namun hal tersebut dirasa sangat membantu
bagi perekonomian para pengrajin.
Bahan baku yang digunakan oleh pihak Sanggar Batik Cikadu ialah
menggunakan bahan-bahan alami sebagai dasar pembuatan batik, seperti
kain, lilin atau malam, dan bahan pewarna. Untuk kain sendiri, tidak
sembarang kain yang dapat digunakan sebagai bahan dasar, yaitu harus
menggunakan bahan yang dapat menyerap lilin panas dan tidak boleh
menggunakan bahan kain yang terbuat dari plastic seperti kain polister. Untuk
pewarna sendiri menggunakan pewarna dari bahan tumbuh-tumbuhan
sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar sanggar batik, sedangkan
seluruh alat pembuatan batik di peroleh dari luar kota yaitu dari pekalongan
karena tidak adanya produksi yang mampu membuat alat pembuatan batik di
kabupaten pandeglang.
Batik Cikadu ini dirasa cukup ekslusif sehingga penjualannya hanya
terbatas di wilayah Kabupaten Pandeglang saja. Aspek penjualan terbesar
untuk batik cikadu ini ialah dari pihak dinas setempat sebesar 50% dan para
wisatawan sebesar 50%. Sedangkan untuk wisatawan yang berkunjung ke
Sanggar Batik Cikadu mayoritas dari kalangan pelajar dan para wisatawan
yang telah berkunjung dari Tanjung Lesung. Omset bulanan yang diperoleh
Sangar Batik Cikadu ialah sebesar 60-80 juta perbulan,
Bapak Toto Rusmaya menjelaskan untuk saat ini kegiatan yang
dilakukan oleh pihak Sanggar Batik Cikadu agar aktivitas sanggar tetap hidup
ialah dengan cara melakukan pendekatan dan kerjasama dengan pihak-pihak
sekolah untuk mengajarkan proses pembuatan batik kepada para pelajar.
Aktivitas seperti ini sangat digemari oleh pihak sekolah terlebih beberapa
sekolah menerapkan ekstrakurikuler membatik pada programnya sebagai
nilai mata pelajaran seni budaya untuk para pelajar. Biasanya kegiatan
tersebut dilakukan menjelang diberlangsungkannya Ujian Tengah Semester
(UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).
Untuk pesaing sendiri, beliau menjelaskan khususnya dikabupaten
pandeglang tidak ada sanggar batik selain Sanggar Batik Cikadu ini namun
terdapat batik baru yang menjual produk serupa dengan batik cikadu yaitu,

52
Batik Kula dan Batik Budaya. Sedangkan di Provinsi Banten sendiri, Sanggar
Batik Cikadu ini dirasa seperti anak bungsu dalam industri batik di provinsi
Banten karena usianya yang paling muda dari sanggar batik lainnya. Di Kota
Serang terdapat Sanggar Batik Banten, di Kabupaten Lebak terdapat Sanggar
Batik Canting Pradana, di Kota Cilegon terdapat Sanggar Batik Krakatoa.
Menurut Bapak Toto saat ini promosi yag dilakukan oleh pihak sanggar
batik cikadu hanya melalui social media saja seperti Instagram dan Facebook.
Namun hal itu dirasa masih terasa kurang dirasakan untuk kalangan anak
muda yang ada di Kabupaten Pandeglang, padahal saat ini Pihak Sanggar
Batik memprioritaskan kalangan anak muda sebagai market dari penjualan
ataupun dari segi program eduwisata batik yang dimiliki sanggar batik. Tidak
adanya sebuah logo atau tanda pengenal yang dimiliki oleh Sanggar Batik
Cikadu pun dirasa sangat berpengaruh terhadap keberadaan Sanggar Batik
dimata masyrakat. Memang hingga saat ini sanggar batik cikadu belum
mempunyai sebuah logo ataupun social media konten yang jelas, karena
hanya bermodalkan foto produk saja. Bapak Toto pun menyatakan memang
ada keinginan menuju kearah sana (modernisasi) agar target pasar dapat
dicakup lebih luas tidak hanya dikalangan dinas dan pelajar saja. Namun tidak
adanya sumber daya masyarakat yang siap untuk melakukan hal tersebut.
Sedangkan dari pihak dinas pariwisata hanya focus terhadap bidang event
yang akan dilaksanakan saja.

3.6.2 Pengelola Tanjung Lesung


Narasumber selanjutnya ialah pengelola tempat wisata Tanjung
Lesung, yaitu bapak Widi selaku General Manager. Menurut bapak Widi
dahulu daerah kampung Cikadu merupakan daerah kosong dan gersang yang
tidak memiliki apa-apa didalamnya. Sehubungan dengan diresmikannya
wilayah Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dibidang
pariwisata pada tahun 2012. Maka setelah itu dibentuklah sarana dan
prasarana di sekitaran kawasan Tanjung Lesung, salah satunya ialah
Kampung Cikadu yang dikhususkan sebagai tempat memperoleh buah tangan
ketika berkunjung dari kawasan Tanjung Lesung.

53
Didalam kampung tersebut disediakan berbagai macam fasilitas seperti
homestay, sekolah, sanggar budaya, dan fasilitas kesehatan. Memang sejak
awal Kampung Cikadu diprioritaskan sebagai wilayah untuk mencari oleh-
oleh atau buah tangan ketika selsai berkunjung dari tempat wisata Tanjung
Lesung. Maka, pengelola Tanjung Lesung dibantu oleh pemerintah setempat
melakukan program pembinaan kepada para masyarakat agar mampu secara
mandiri membuat kerajian yang dapat dijual kembali sebagai mata
pencaharian tambahan. Setelah program pelatihan dilaksanakan, diadakanlah
sebuah festival kerajinan yang bernama “Pasar Berbatik Cikadu” sekaligus
untuk meresmikan kampung cikadu indah. Hal ini memang cukup berdampak
bagi penghasilan masyrakat setempat.
Setelah berbagai upaya dilakukan oleh pihak pengelola Tanjung Lesung
kepada para masyrakat setempat dirasa sudah cukup untuk dilepas dan
mampu secara mandiri mengelola kampung cikadu serta tidak bergantung
kepada pihak Tanjung Lesung lagi. Namun nyatanya para masyarakat
setempat malah tidak mengembangkan upaya yang sudah dilakukan tersebut.
Satu-satunya yang tetap berkembang dan aktif melakukan kegiatan dan
produksi barang ialah Sanggar Batik Cikadu. Maka dari itu diberi nama
kampung berbatik cikadu karena terdapatnya sebuah Sanggar Batik yang ada
diwilayah tersebut. Sanggar Batik tersebut memang sangat terkenal
dibandingkan kerajinan tangan ataupun kegiatan budaya lainnya.
Menurut Bapak Widi memang promosi untuk Sanggar Batik Cikadu
dirasa masih kurang terasa, sebab setalah kejadian Tsunami Selat Sunda fokus
dari Tanjung Lesung sendiri memperbaiki citra dan fisik dari kawasan
Tanjung Lesung sendiri, sehingga mengesampingkan yang lain.

Gambar 3. 33 Bapak Widi General Manager Tanjung Lesung


Sumber : Dokumen Pribadi

54
3.6.3 Dinas Pariwisata
Narasumber selanjutnya ialah dari pihak Dinas Pariwisata bidang
Promosi yaitu Bapak Boim. Beliau menyatakan memang bidang pariwisata
menjadi pemasukan terbesar bagi pemerintah daerah khususnya pada aspek
wisata pantai. Dan Tanjung Lesung merupakan tempat wisata yang paling
besar memperoleh keuntungan pada bidang pariwisata ini. Alasan tersebut
karena wilayah Tanjung Lesung sudah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus dibidang pariwisata. Tak heran apabila Tanjung Lesung menjadi
tempat wisata dengan pemasukan terbesar bagi kas daerah. Setelah ditetapkan
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, pemerintah daerah dengan sigap
langsung memperbaiki sarana dan prasarana serta menetapkan beberapa
daerah agar memanjakan calon wisatawan ketika berkunjung ke Kawasan
Ekonomi Khusus tersebut salah satunya ialah dibangunnya sebuah Kampung
Wisata yang dibantu oleh pihak pengelola Tanjung Lesung yang nantinya
menjadi tempat untuk memperoleh buah tangan atau oleh-oleh yang dapat
dibawa pulang ketika berkunjung dari Tanjung Lesung.
Beliau menyampaikan bahwa memang saat ini program-program dari
dinas pariwisata lebih mempromosikan tempat wisata yang belum popular
serta mengadakan event-event budaya pada hari-hari penting tertentu seperti
hari jadi Kabupaten Pandeglang. Hal ini disebabkan karena adanya sebuah
target dari pemerintah yaitu menjadikan Kabupaten Pandeglang sebagai Kota
Wisata pada tahun 2021. Karena hal ini lah pihak dinas pariwisata gencar
melakukan promosi agar para wisatawan mau berkunjung ke Kabupaten
Pandeglang.
Bentuk upaya promosi yang dilakukan dinas pariwisata untuk Batik
Cikadu yaitu dengan cara memamerkan hasil produk dari Sanggar Batik
Cikadu Tanjung Lesung pada event-event yang diadakan dinas pariwisata
seperti pada ajang pemilihan Kaka Teteh Pandeglang, HUT Kabupaten
Pandeglang, dan pada event Pasar Berbatik Cikadu. Pemerintahpun
menyadari betapa pentingnya budaya batik di Kabupaten Pandeglang
terutama pada pelestariannya. Namun ada beberapa keterbatasan yang
dimiliki oleh pemerintah setempat, yaitu : Sumber Daya Masyarakat (SDM)

55
yang belum siap dan dana yang digunakan tidak hanya dipakai untuk
kebtuhan promosi batik cikadu saja, melainkan ada beberapa wisata yang
masih perlu dipromosikan selain batik cikadu ini.
Bapak Boim juga mengatakan memang warga pandeglang sendiri
sudah banyak yang mengetahui bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki batik
khas sendiri namun yang memakai hasil olahannya hanyalah orang-orang
tertentu saja seperti pegawai dinas, atau anak muda yang mengikuti
perkembangan pariwsata Kabupaten Pandeglang. Hal ini dirasa karena
jauhnya jarak yang harus ditempuh ketika akan membeli produk tersebut
yaitu di kawasan Tanjung Lesung yang jaraknya sejauh 62Km dari alun-alun
kabupaten Pandeglang. sebenarnya Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang
sudah menyediakan fasilitas untuk menaruh seluruh hasil olahan produk asli
daerah sendiri yang ditaruh di ‘Rumah Kemasan’ namun, masih banyak
masyarakat yang belum tahu khususnya anak-anak muda bahwa Rumah
Kemasan menjual hasil olahan produk asli daerah sendiri.

Gambar 3. 34 Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang


Sumber : Dokumen Pribadi

3.6.4 Paguyuban Kaka Teteh Pandeglang


Narasumber selanjutnya ialah dari pihak Paguyuban Kaka Teteh
Pandeglang yaitu Rizky Ardiansyah selaku Kaka Pandeglang tahun 2018

56
menurut Rizky, aktivitas yang dilakukan dari Paguyuban Kaka Teteh
Pandeglang ialah mendampingi Dinas Pariwisata ketika menjalankan
program-program dan membantu mempromosikan potensi pariwisata yang
dimiliki Kabupaten Pandeglang. Paguyuban Kaka Teteh pun merupakan role
model dan pilar utama bagi anak-anak muda di Kabupaten Pandeglang.
Berbicara tentang Batik Cikadu, memang saat ini Batik Cikadu sudah
mulai dikenal oleh masyarakat Kabupaten Pandeglang. Namun hanya orang-
orang tertentu saja yang mengetahui tempat membeli produknya. Hal ini
karena upaya promosi yang dilakukan masih belum sampai kepada
masyarakat. Batik Cikadu sendiri selalu digunakan pada acara grand final
pemilihan Kaka Teteh Pandeglang. hal tersebut merupakan bentuk upaya
yang dilakukan untuk mempromosikan batik cikadu kepada anak-anak muda
Kabupaten Pandeglang.
Pihak Paguyuban Kaka Teteh Pandeglang pun tidak bisa melakukan
banyak hal untuk mempromosikan Batik Cikadu sendiri karena berbagai
keterbatasan yang dimiliki. Hal ini memang sangat disayangkan karena Batik
Cikadu memiliki potensi budaya yang tinggi serta dapat menajdi sebuah
identitas juga bagi Kabupaten Pandeglang.

Gambar 3. 35 Rizky Ardiansyah


Sumber : Dokumen Pribadi

3.6.5 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil data wawancara dengan berbagai sumber adalah
bahwa Sanggar Batik Cikadu didirikan sebagai bentuk wujud untuk

57
melestarikan kebudayaan daerah, serta menjadi mata pencahariaan bagi
warga setempat. Hasil olahan yang telah dibuat ditujukan untuk menjadi buah
tangan atau oleh-oleh yang dapat dibawa pulang bagi para wisatawan yang
sudah berkunjung dari Tanjung Lesung. Namun sayangnya masih banyak
masyarakat Kabupaten Pandeglang yang kurang aware dan tidak mengetahui
keberadaan sanggar batik tersebut khsuusnya dikalangan anak muda. hal ini
ditambah dengan ketidak tahuan masyrakat mengenai dimana tempat
membeli oleh-oleh dan produk dari Sanggar Batik Cikadu. Padahal Dinas
Pariwisata sudah menyediakan fasilitas bernama “Rumah Kemasan” yang
menyimpan dan menjual hasil produk asli buatan masyarakat Kabupaten
Pandeglang, salah satunya ialah produk Batik Cikadu.

3.7. Data Kuisisoner

Total responden : 211responden

1. Usia responden

Gambar 3. 36 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 1


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 71,1% berusia 21-25 tahun, 25,1%


berusia 15-20 tahun, 1,9% berusia 26-30 tahun, dan 1,9% lainnya
berusia 31-30 tahun. Dapat disimpulkan responden paling banyak
mengisi ialah berusia 21-25 tahun dan paling sedikit ialah berusia 26 –
35 tahun.

58
2. Asal daerah responden

Gambar 3. 37 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 2


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 50,7% berasal dari daerah Kabupaten


Pandeglang dan 49.3% berasal dari luar Kabupaten Pandeglang. Dapat
disimpulkan Responden paling banyak ialah berasal dari Kabupaten
Pandeglang.

3. Apakah anda tahu tempat wisata Tanjung Lesung ?

Gambar 3. 38 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 3


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 69,2% tahu tempat wisata Tanjung


Lesung, dan 30,8% tidak tahu dengan tempat wisata Tanjung Lesung.

59
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan tahu
dengan tempat wisata Tanjung Lesung.

4. Apakah anda pernah mengunjungi tempat wisata Tanjung Lesung ?

Gambar 3. 39 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 4


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 53,6% pernah berkunjung ke tempat


wisata Tanjung Lesung, dan 46,4% tidak berkunjung ke tempat wisata
Tanjung Lesung. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
pernah berkunjung ke tempat wisata Tanjung Lesung.

5. Apakah anda tahu tempat membeli oleh-oleh di sekitaran tempat


wisata Tanjung Lesung ?

Gambar 3. 40 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 5


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 72,2% tidak tahu tempat membeli


oleh-oleh di sekitaran tempat wisata tanjung lesung dan 27,8% tahu

60
tempat membeli oleh-oleh di sekitaran tempat wisata tanjung lesung.
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan tidak tahu
tempat membeli oleh-oleh di sekitaran tempat wisata tanjung lesung.

6. Apakah anda tahu jika Kabupaten Pandeglang mempunyai batik


daerah sendiri ?

Gambar 3. 41 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 6


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 55,5% mengetahui Kabupaten


Pandeglang mempunyai batik daerah sendiri dan 44,5% menyatakan
tidak mengetahui bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki batik daerah
sendiri. Peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas responden
mengetahui bahwa Kabupaten Pandeglang mempunyai batik daerah
sendiri.

7. Apakah anda tahu Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung ?

61
Gambar 3. 42 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 7
Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 73% tidak tahu tentang Sanggar


Batik Cikadu Tanjung Lesung dan 27% menyatakan tahu dengan
Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung. Dapat disimpulkan bahwa
masih banyak responden yang belum mengetahui tentang Sanggar
Batik Cikadu Tanjung Lesung.

8. Jika tahu, dari mana anda mengetahui sanggar batik tersebut ?

Gambar 3. 43 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 8


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 70,6% mengetahui Sanggar Batik


Cikadu Tanjung Lesung dari social media, 18,6% mengetahui Sanggar
Batik Cikadu Tanjung Lesung ketika berkunjung secara langsung, dan
10,8% mengetahui Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung dari
pemerintah daerah. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
mengetahui Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung dari social media
dan hanya sedikit yang pernah berkunjung secara langsung.

9. Apakah anda pernah berkunjung ke sanggar batik Tersebut ?

62
Gambar 3. 44 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 9
Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 66,8% belum pernah berkunjung ke


sanggar batik dan 33,2% pernah berkunjung ke sanggar batik. Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan belum pernah
berkunjung ke sanggar batik.

10. Apakah anda tahu bahwa di Sanggar Batik tersebut terdapat


eduwisata berbatik ?

Gambar 3. 45 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 10


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 73,5% menyatakan tidak tahu bahwa


di Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung terdapat eduwisata berbatik,
dan 26,5% menyatakan tahu bahwa di Sanggar Batik Cikadu Tanjung
Lesung terdapat eduwisata berbatik. Dapat disimpulkan bahwa

63
mayoritas responden tidak tahu bahwa di Sanggar Batik Cikadu
Tanjung Lesung terdapat eduwisata berbatik.

11. Apakah perlu sebuah Identitas Visual (Logo, Typography, Ilustrasi,


Photography) bagi sebuah tempat usaha ?

Gambar 3. 46 Hasil Kuisioner pertanyaan ke 11


Sumber : Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil kuisioner 99,7% menyatakan diperlukan


sebuah Identitas Visual bagi sebuah tempat usaha dan 0,5%
menyatakan tidak diperlukannya sebuah Identitas Visual bagi sebuah
tempat wisata. Dapat disimpulkan bahwa perlukan Identitas Visual bagi
sebuah tempah usaha.

3.7.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari data kuisioner yang sudah dilakukan ialah 50,7%
masyarakat Kabupaten Pandeglang dengan usia (71,1%) 21-25 tahun
menyatakan bahwa mereka mengetahui tempat wisata Tanjung Lesung
(69,2%) dan pernah berkunjung ke tempat wisata tersebut (53,6%) namun
mayoritas pengunju ng tidak mengetahui dimana tempat membeli oleh-oleh
atau buah tangan yang dapat dibawa pulang di sekitaran tempat wisata
Tanjung Lesung (72,2%). Mayoritas masyrakat Kabupaten Pandeglang
mengetahui bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki batik daerah sendiri
(55,5) namun masih banyak yang belum tahu tentang Sanggar Batik Cikadu
Tanjung Lesung (73%) dan tidak pernah berkunjung ke sanggar batik (66,8)
adapun masyrakat yang tahu tentang sanggar batik tersebut hanya melalui

64
social media saja (70,6%). Serta mayoritas masyarakat Kabupaten
Pandeglang juga tidak tahu bahwa di sanggar tersebut terdapat program
eduwisata berbatik (73,5%). Dan hampir seluruh responden menyatakan
diperlukannya sebuah Identitas Visual bagi sebuah tempat usaha (99,5%)

3.8. Analisis Proyek Sejenis


Rumah Batik
Kriteria Amaranggana Batik Sanggar Peni
Komar

Logo

Menggunakan jenis Menggunakan jenis Menggunakan jenis


Nama
Nama Pendiri Nama Pendiri Deskripstif

“Color Of Spirit” “House of wooden Batik”

Tagline -
jenis tagline jenis tagline
“Imperlatif” “Deskriptif”

Asal
Bandung Surakarta Yogyakarta
Produk

Batik Tulis, Batik


Produk
Cap, Kain, Kemeja Batik Tulis, Kain Batik Tulis, Batik Kayu,
yang
Pria / Wanita, scraf, Tenun, Scraft, Slendang Aksesoris, Wayang,
dihasilkan
selendang.

Program
yang Eduwisata Batik - Eduwisata Batik
ditawarkan

Toko Online dan Offline Online Online dan Offline

65
Pelajar, Wisatawan Masyarakat ekonomi
Segmentasi Pelajar, Wisatawan Umum
Umum menenagah ke atas

Identitas Logo, Typography, Logo, Typography, Logo, Typography, Warna,


Visual Warna, Fotografi Warna, Fotografi Fotografi

Social Media Social Media


Media (Instagram, (Instagram, Facebook), Social Media (Instagram,
Promosi Facebook), Website, Website, katalog digital, Facebook), Website, Event,
Event, Pameran Event

Analisis kombinasi logogram kombinasi logogram dan


Logotype
Logo dan Logotype Logotype

- Jenis : - Jenis : - Jenis :


Serif pada Serif pada logogram Serif pada logotype
logotype Sans serif pada
logotype

- Legibility - Legibility - Legibility


Mudah untuk Mudah untuk dikenali Mudah untuk dikenali oleh
dikenali oleh orang oleh orang yang orang yang melihat
Tipografi yang melihat melihat

- Readibility - Readibility - Readibility


Sedikit sulit untuk Sulit untuk dibaca, Mudah untuk dibaca karena
dibaca karena karena ukuran logotype ukuran logotype dan
terdapat perbedaan terlalu kecil sedangkan logogram
ukuran yang logogram terlalu besar
menonjol

Tabel 3. 2 Analisis Proyek Sejenis


Sumber : Dokumen Pribadi

66
3.9. Analisis SWOT
Strength (kekuatan) Weakness (Kelemahan)
- Sanggar Batik Cikadu - Tidak memiliki Identitas
merupakan sanggar Visual yang dapat menjadi
batik satu-satunya yang pembeda bagi usaha sejenis.
ada di Kabupaten - Masih banyak masyarakat
Pandeglang. yang belum tahu
- Memiliki motif yang Keberadaan dan program
mengandung unsur eduwisata Sanggar Batik
kebudayaan daerah. Cikadu Tanjung Lesung .
- Memiliki program
eduwisata batik yang
sangat bermanfaat bagi
masyarakat.
Opportunity (Kesempatan) S-O W-O
- Wilayah Tanjung - Melakukan promosi - Merancang sebuah identitas
Lesung ditetapkan untuk Sanggar Batik visual untuk sanggar batik
sebagai Kawasan Cikadu Tanjung Lesung cikadu yang dapat
Ekonomi Khusus sebagai salah satu diterapkan kepada berbagai
bidang Pariwisata. wisata budaya yang ada media agar dapat membantu
- Produk yang dihasilkan di Kabupaten masyrakat untuk mengenali
dapat menjadi buah Pandeglang. sanggar batik tersebut
tangan atau oleh-oleh sehingga dengan sendirinya
bagi masyarakat produk dan program yang
maupun wisatawan ditawarkan akan dapat
- Terdapat ketertarikan dikenali juga oleh masyrakat
masyarakat terhadap maupun wisatawan.
eduwisata batik.
Threat (Ancaman) S-T W-T
- Banyaknya batik-batik - Menginformasikan - Merancang sebuah identitas
yang lebih populer di kepada masyarkat visual sanggar batik cikadu
luar daerah seperti batik tentang potensi sanggar agar dapat menjadi pembeda
pekalongan. batik cikadu tanjung dengan sanggar batik lain
lesung.

Tabel 3. 3 Analisis SWOT


Sumber : Dokumen Pribadi

67
Berdasarkan analisis SWOT tersebut, maka dapat ditemukan alternatif
strategi untuk Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung pada kolom strategi
Weakness – Opportunity. Yaitu berupa Perancangan Identitas Visual untuk
Sanggar Batik Cikadu untuk membantu masyarakat agar lebih mengenali
keberadaannya sehingga dengan sendirinya program dan produk yang
ditawarkan dapat dikenali juga oleh masyrakat maupun wisatawan.

68
BAB IV

KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN

4.1. Konsep

4.1.1 Konsep Pesan

Perancangan konsep pesan yang ingin disampaikan kepada target


audience ialah berdasararkan data yang didapatkan dari lapangan secara
langsung, yaitu untuk mengenalkan dan menarik perhatian kepada
masyarakat maupun wisatawan yang akan berkunjung mengenai edukasi
wisata tentang batik yang ada di Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung.
“Cikadu Boga Urang” atau “Cikadu Milik Kita” dalam bahasa Indonesia
merupakan pesan yang dapat mewakili apa yang ingin disampaikan oleh
Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung kepada masyarakat bahwa Batik
Cikadu merupakan milik kita semua. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi maka ditemukan beberapa kata kunci yaitu: Kesederhanaan
(simplycity), Tradisional (traditional), dan Istimewa (special).

4.1.2 Konsep Kreatif

Konsep kreatif sangat dibutuhkan pada perancangan Identitas Visual


Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung maka sebuah brand atau produk harus
mudah dikenali dan diingat oleh orang lain karena memiliki perbedaan
dengan pesaingnya. Konsep kreatif yang dilakukan oleh peneliti ialah dengan
cara menampilkan sesuatu yang memiliki daya tariktersendiri terhadap suatu
produk yaitu informasi berupa visual fotografi atau ilustrasi, serta
menyederhanakan bahasa yang digunakan untuk mengingat tempat wisata
tersebut. “Batik Cikadu” merupakan judul yang digunakan untuk
memperkenalkan segala aspek yang dimiliki oleh Sanggar Batik Cikadu
Tanjung Lesung serta dapat diimplementasikan kedalam berbagai media
mulai dari produk yang dijual, program yang ditawarkan, akses menuju
lokasi, kemasan, dan lain sebagainya.

69
4.1.3 Konsep Media

Perancangan identitas visual dan media promosi Sanggar Batik Cikadu


Tanjung Lesung dapat diimplementasikan kedalam berbagai media dalam
proses mempromosikan dan mengenalkannya kepada masyarakat maupun
calon wisatawan tentang Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung. Media
utama yang digunakan ialah manual guide book dan company profile lalu
didukung oleh media lain seperti website, flyer, stationary, poster, packaging,
dan merchendise. Aspek yang diperhatikan dalam konsep media dalam
perancangan ini ialah aspek fungsi dan aspek informatif.

4.1.4 Konsep Brand

Sebagai sebuah brand, Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung memiliki


narasi “Cikadu Boga Urang” yang dapat terbangun dengan cara
berkomunikasi, beraksi, dan bereaksi terhadap semua yang bersentuhan
dengannya. Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung memiliki brand core
value atau nilai inti merek yang ingin dibawa yaitu: Kesederhanaan
(simplycity), Tradisional (traditional), dan Istimewa (special).

4.1.5 Konsep Visual

Pada perancangan ini konsep visual yang ingin dibawakan ialah


berdasarkan kata kunci yang terdapat pada konsep brand yang dimiliki yaitu;
Kesederhanaan (simplycity), Tradisional (traditional) dengan , dan Istimewa
(special). Kata kunci tersebut sangat membantu ketika proses penerapan pada
hasil rancangan seperti kata kunci kesederhaan yang mempresentasikan
penggayaan yang akan dibawakan untuk hasil rancangan, kata kunci
tradisional untuk pemilihan asset-aset visual yang akan diterapkan.

1. Konsep logo

Konsep logo yang dipilih ialah jenis logotype yang bersanding dengan
logogram sebagai pelengkap dari logo utama yang ditentukan. Pada
perancangan ini peneliti menggunakan beberapa referensi untuk
membantu ketika proses perancangan.

70
Gambar 4. 1 Referensi Logo
Sumber : Dokumen Pribadi

2. Warna

Pemilihan warna yang digunakan ialah berdasarkan warna-warna alam


yang merupakan bahan-bahan dasar yang digunakan oleh Sanggar
Batik Cikadu dalam memproses hasil olahan batiknya. Warna
merupakan lambang dari sebuah kesempurnaan yang dapat mengilhami
manusia dan segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Berikut adalah
referensi warna yang digunakan :

Gambar 4. 2 Referensi Warna


Sumber : Dokumen Pribadi

3. Tipografi

Jenis huruf yang digunakan dalam perancangan ini ialah jenis huruf
serif untuk diterapkan kepada logotype yang akan dibuat karena
memiliki kesan klasik dan mewah. Berikut adalah beberapa referensi
yang digunakan untuk pemilihan huruf.

71
Gambar 4. 3 Referensi Tipografi
Sumber : Dokumen Pribadi

4. Layout

Perancangan ini menggunakan layout yang didampingi oleh unsur


fotografi, atau visual grafis, layout ini diterapkan pada berbagai media
seperti website, maupun social media. Berikut adalah refrensi layout
yang akan digunakan:

Gambar 4. 4 Referensi Layout


Sumber : Dokumen Pribadi

72
5. Collateral

Dalam proses perancangannya juga terdapat beberapa media tambahan


yang dapat digunakan untuk penerapan visual yang sudah dibuat seperti
packaging, merchandise, business card, label tag, dan lain-lain. Berikut
adalah refrensi yang digunakan pada perancangan collateral ini.

Gambar 4. 5 Collateral
Sumber : Dokumen Pribadi

73
4.2. Hasil Perancangan

4.2.1 Logo

Gambar 4. 6 Logo Batik Cikadu


Sumber : Dokumen Pribadi

Pada perancangan logo Batik Cikadu, terdapat katakunci yang


membantu dalam perancangan logo utama ini yaitu, Kesederhanaan,
Tradisional, dan Istimewa. Sebagai sebuah brand, Sanggar Batik Cikadu
Tanjung Lesung memiliki narasi “Cikadu Boga Urang” yang dapat terbangun
dengan cara berkomunikasi, beraksi, dan bereaksi terhadap semua yang
bersentuhan dengannya.

Perancangan logo ini menggunakan jenis logo kombinasi anatara logogram


dan logotype, serta menggunakan jenis font serif pada logotype. Pada bentuk
logogram peneliti terinspirasi dari bentuk bunga lily. Bunga lily adalah
refleksi dari kesederhanaan dalam kehidupan dan Batik cikadu akan selalu
berinteraksi dan bereaksi dengan elemen yang ada disekitarnya yaitu
masyarakat dan para wisatawan.

Sementara untuk mengatur proporsi logo pada penerapannya kepada media.


Logo Batik Cikadu memiliki grid system pada proses pembuatannya.

74
Gambar 4. 7 Grid system logogram
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 8 Grid system logotype


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 9 Aturan ruang kosong logo utama


Sumber : Dokumen Pribadi

4.2.2 Manual Guide Book

Pada perancangan manual guide book ini peneliti menggunakan dua


bahasa utama yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris guna memudahkan
siapapun yang akan membacanya. Manual guide book ini berisikan tentang
pedoman tentang brand dan desain dari batik cikadu tersebut yang nantinya

75
menjadi acuan bagi pemilik brand atau seseorang yang bersangkutan dengan
asset grafis.

Gambar 4. 10 Cover buku pedoman brand & design


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 11Halaman daftar isi


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 12 Halaman penjelasan struktur logo


Sumber : Dokumen Pribadi

76
Gambar 4. 13 Halaman penjelasan penggunaan warna
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 14 halaman penjelasan jenis logo


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 15 Halaman penjelasan variasi logo


Sumber : Dokumen Pribadi

77
Gambar 4. 16 Halaman penjelasan penerapan identitas visual
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 17 Halaman Penjelasan website


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 18 Halaman penjelasan baju karyawan dan tote bag


Sumber : Dokumen Pribadi

78
Gambar 4. 19 Halaman penutup
Sumber : Dokumen Pribadi

4.2.3 Company Profile

Pada perancangan manual guide book ini peneliti menggunakan dua bahasa utama
yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris guna memudahkan siapapun yang akan
membacanya. Buku ini berisi tentang informasi seputar Batik Cikadu yang meliputi
visi misi, produk maupun program yang dimiliki Batik Cikadu, sehingga menjadi
media bagi wisatawan untuk mendapatkan informasi seputar Batik Cikadu.

Gambar 4. 20 Cover Buku Company Profile


Sumber : Dokumen Pribadi

79
Gambar 4. 21 Konten Utama
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 22 Isi Halaman Buku


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4. 23 Isi Halaman Buku


Sumber : Dokumen Pribadi

80
4.2.4 Media Pendukung

Berikut adalah media pendukung yang digunakan untuk membantu


dalam penerapan identitas visual baru Batik Cikadu, diantaranya sebagai
berikut :

1. Stationery

Gambar 4. 24 Stationery
Sumber : Dokumen Pribadi

2. Business Card

Gambar 4. 25 Business card


Sumber : Dokumen Pribadi

3. Flyer

Gambar 4. 26 Flyer

81
Sumber : Dokumen Pribadi

4. Poster

Gambar 4. 27 Poster
Sumber : Dokumen Pribadi

5. Website

Gambar 4. 28 Website
Sumber : Dokumen Pribadi

6. Social Media

Gambar 4. 29 Social Media Post


Sumber : Dokumen Pribadi

82
7. Packaging

Gambar 4. 30 Packaging box


Sumber : Dokumen Pribadi

8. Label Tag

Gambar 4. 31 Label Tag


Sumber : Dokumen Pribadi

9. Pakaian Karyawan

Gambar 4. 32 Pakaiian Karyawan


Sumber : Dokumen Pribadi

83
10. Tote Bag

Gambar 4. 33 Totebag
Sumber : Dokumen Pribadi

11. Notebook

Gambar 4. 34 Notebook
Sumber : Dokumen Pribadi

12. Stiker

Gambar 4. 35 Stiker
Sumber : Dokumen Pribadi

84
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sebuah identitas visual yang dikemas secara baik dan menarik


merupakan salah satu cara untuk membantu memperkenalkan tempat wisata
seperti Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung agar mampu dikenali oleh
masyarakat daerah serta para wisatawan. Karena sebelumnya Sanggar Batik
Cikadu Tanjung Lesung belum memiliki identitas visual dan media informasi
yang digunakan masih sangat kurang membantu dalam memperkenalkan
tempat wisata tersebut yang masih kalah bersaing dengan tempat wisata
lainnya. Pada perancangan konsep baru mengenai identitas visual Sanggar
Batik Cikadu Tanjung Lesung ini bertujuan untuk membantu
memperkenalkan kepada masyarakat luas baik maryarakat daerah maupun
para calon wisatawan yang berkunjung. Penerapan manual guide book
meruapakan sebagai panduan untuk pengelola Sanggar Batik Cikadu Tanjung
Lesung dalam penerapan identitas visual yang baru serta profile book yang
menjadi sarana bagi para wisatawan agar Sanggar Batik Cikadu Tanjung
Lesung dapat terus dikenal sebagai tempat edukasi wisata yang ada di
Kabupaten Pandeglang. Dibantu dengan beberapa media pendukung seperti
stationery, social media, dan website sebagai sarana penerapan identitas
visual yang baru . Diharapkan dengan adanya Identitas Visual yang baru dan
konsep visual yang baru ini dapat mampu memberikan dampak yang positif
bagi Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung dalam melestarikan budaya batik
yang ada di Kabupaten Pandeglang.

5.2. Saran

Sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung sangat penting sekali bagi


pelestarian budaya di Kabupaten Pandeglang serta berpengaruh kepada
masyrakat yang hidup disekitarnya. Namun masih banyak masyarakat

85
maupun wisatawan yang kurang mengetahui tentang Sanggar Batik Cikadu
Tanjung Lesung ini. Maka saran yang dapat disampaikan ialah sebagai
berikut :

1. Teruntuk masyrakat kampung Cikadu serta pengelola untuk terus


berkembang mengikuti perkembangan zaman, sehingga produk yang
dihasilkan akan mampu menyesuaikan keadaan yang ada namun tidak
lupa untuk selalu menjaga nila-nilai budaya yang ada pada Batik
Cikadu.

2. Perlunya bagi masyrakat kampung Cikadu untuk terus


mengembangkan media informasi yang akan diberikan kepada para
wisatawan

86
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini S, Lia., & Nathalia, Kirana. (2014). Desain Komunikasi Visual ; Dasar-
dasar Panduan untuk Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia.

Bungin, Bungan. (2017). Komunikasi Pariwisata (Tourism Communication):


Pemasaran dan Brand Destinasi. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Lukman, N. P., Bahaduri, B. A., Alwi, M., & Ekarahendy, E. (2015). Kamus Visual
Tipografi. Jakarta: PT Desain Grafis Indonesia.

Poppy Ruliana, Lestari Puji. (2019). Teori Komunikasi. Depok: PT Rajagrafindo


Persada.

Rahadian Bima Saprilla, Hidayat Syarip. (2019). Perancangan Identitas Visual Dan
Media Informasi Kampung Batik Laweyan. eProceedings of Art & Design,
1.

Rustan, Surianto. (2013). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rustan, Surianto. (2014). Font & Tipografi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rustan, Surianto. (2014). Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Sihombing, Danton. (2003). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Sihombing, Danton. (2017). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Soewardikoen, Didit Widiatmoko. (2013). Metodologi Penelitian Visual, Dari


Seminar ke Tugas Akhir. Bandung: CV Dinamika Komunika.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


CV ALFABETA.

Suprapto, Andi. (2015). Ada Mitos dalam DKV (Desain Komunikasi Visual).
Jakarta: PT Lintas Kreasi Imaji.
Supriyono, R. (2010). Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

Swasty, Wirania. (2016). Branding, Memahami dan Merancang Strategi Merek.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wheeler, A. (2009). Designing Brand Identity. Canada: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai