Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN RESIKO OPERASIONAL PADA UNIT TELLER PT.

BANK
PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT

DOSEN PENGAMPU:
DR. AFRIYENI , SE ,MM

Di Susun Oleh kelompok 7:


Foni Detyena (207998)
Yohana putri (208003)
Yuda sepriyenti ( 208004)

PRODI KEUANGAN DAN PERBANKAN


AKBP KBP PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan sektor di perbankan merupakan subsistem dalam meningkatkan
perekonomian suatu negara, yang mempunyai perananya cukup penting bagi kehidupan
masyarakat modern saat ini, sehari hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan
dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan terus meningkatkan ditandai
adanya peningkatan dana masyarakat ke sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang
menghimpun kekayaan masyarakat dalam bentuk asset keuangan yang bersifat profit dan
juga social, dalam hal ini bank tidak mencari keuntungan saja .
Dalam bidang pembangunan, pemerintah pada tanggal 25 mei 1960 mendirikan bank
pembangunan daerah (BPD) yang ketentuan diatur oleh UU No.13/1962. Bank ini didirikan
dengan tujuan untuk membantu melaksanakan pembangunan daerah yang merata keseluruh
daerah Indonesia. Bank pembanguana daerah memiliki fungsi dan peranan dalam
pembangunan ekonomi regional, karena bank pembangunan daerah memiliki pembukaan
jaringan pelayanan di daerah-daerah, dimana secara ekonomis tidak mungkin dilakukan bank
swasta. Sampai saat iniada 26 BPD di Indonesia. Rata-rata setiap provinsi mempunyai satu
BPD dan salah satunya adalah di provinsi sumatera barat dengan sebutan PT,Bank nagari
sumbar, yang bertujuan khusus untuk melakukan pembantuan dan pendorongan pada
pertumbuhan perekonomian dari berbagai bidang serta sebagai salah satu sumber pokok pada
pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Melihat perkembangan yang begitu sangat pesat pada PT. Bank Pembangunan Daerah
dan ekonomi yang semakin global, maka akan berbandinglurus dengan semkin besar
kompleksnya permasalahan risiko pada PT. Bank pembangunan daerah. Hal ini
menyebabkan peningkatan tata kelola yang sehat ( good governance ) serta fungsi
identifikasi, pemantauan dan pengendalian risiko yang mutlak diperlukan, maka dari itu Pt.
bank pembangunan daerah perlu melakukan penerapan manajemen resiko diadalam aktivitas
kegiatannya secara sistematis dan bersinergi.
Manajemen risiko adalah metode lurus dan sistematik dan idenfikasi, kuantifikasi,
membentuk sikap, dan menetapakan sebuah solusi serta melakukan pemantauan dan
pelaporan risiko yang berlansung dalam setiap aktifitas.
Risiko operasional yang harus menjadi perhatian memiliki pengaruh langsung ialah sumber
daya manusia yang berhubungan dengan karyawan yang berkerja di suatu bank, salah
satunya adalah teller. Teller ialah bertugas bank yang membantu memberikan solusi pada
nasabah yang ingin melakukan transaksi dan pelayanan setor tunai maupun non tunai.
Berdasarkan keterampilan prestasi kerja, senioritas masing-masing petugas dan penjabat
dilingkungan unit kerja kas dilimpahi tugas dan wewenang yang berbeda-beda.
Ada beberapa kelalaian yang dilakukan oleh seorang teller diantaranya yaitukelalaian
dalam memasukan nomor rekening nasabah, kelalaian dalam memasukan nomor jumlah
nominal uang yang akan didebet, kelalaian dalam memasukan nomor rekening tujuan
transaksi pemindahan bukuan, kelalaian dalam memasukan jumlah biaya pengiriman uang,
kelalaian dalam memasukkan jumlah nominal pajak yang dibayarkan dan kelalaian dalam
memasukan nomor rekening tujuan kliring. Oleh sebab itu bank pembangunan daerah sumbar
harus menerapan manajemen risiko yang lebih baik lagi terutama pada manajemen teller
dikarenakan teller merupakan sebagai dasar utama sektor keuangan dalam melakukan
pelaksanaan fungsi intermediasi dan pelayanan jasa keuangan, sektor perbankan sangat jelas
perlu adanya distribusi risiko yang efisien, tingat efisien dalam distribusi risiko akan dapat
nantinya menentukan alokasi sumber daya dana perekonomian. Oleh karena itu pelaku sektor
perbankan, dan PT. Bank pembangunan daerah sumetera barat khusunya dituntut untuk
mampu secara efektif mengelola risiko yang dihadapinya.

B. Rumusan masalah

1. Apa definis manajemen risiko operasional?


2. Bagaimana penerapan manajemen risko operasional pada unit teller?
3. Sebutkan kasus dan penyelesaian kasus risiko operasional?

C. Tujuan

Untuk mengetahui seberapa pentingnya operasional pada perusahaan sehingga perlunya


manajemen risiko operasional agar suatu perusahaan dalam berjalan dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Risiko Operasional


Risiko operasional merupakan risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal
yang kurang memadai, kesalahan manusia, kegagalan sistem maupun adanya kejadian
eksternal yang memengaruhi operasional bank. Dan dalam pengendaliannya harus
menyediakan keyakinan yang memadai dan sehat dlam operasi dan menghasilkan
pelaporan yang dapat dipercaya.
Risiko operasional juga seiring disebut tipe risiko yang paling tua tetapi paling sediit
dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya, missal risko pasar. Risiko operasional
merupakan risiko yang inheren dalam proses aktivitas operasiona. Risiko inheren
merupakan risiko yang melekat pada kegiatan bisnis perushaan/ bank, baik yang dapat
dikuantifikasikan maupun yang tidak berpotensi memengaruhi posisi keuangan bank.
Jenis- jenis risiko operasional dapat digolongkan menjadi beberapa tipe kejadian
seperti internal frau, eksternal fraud, praktik ketenaga kerjaan ,keselamatan lingukngan
kerja, nasabah, produk, serta Pratik bisnis, kerusakan asset fisik, gangguan aktivitas bisni,
dan kegagalan sisitem, dan kesalahan proses serta eksekusi.
Dalam risiko operasional hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah dalam
pemgelolaannya. Dengan pengelolaan yang baik maka akan mendapatkan hasil yang
telah direncanakan sejak awal dan risiko operasional adalah sesuatu yangsangat srategis
dalam manajemen perusahaan dan bank.
Kategori risiko operasional:
a. Risiko kegagalan proses internal
Risiko kegagalan proses internal adalah risiko yang terjadi dalam internal
organisasi yang disebabkan salah prosedur dalam pengelolaanya. Contoh:
1) Dokumentasi tidak memadai, tidak lengkap
2) Kesalahan transaksi
3) Kesalahan pemasaran produk
4) Pengendalian atau pengawan yang tidak memeadai.
5) Pelaporan yang kurang memadai sehimgga kepatuhan terhadap peraturan
internal dan eksternal tidak terpunuhi.
b. Risiko kegagalan mengelola SDM
Sumber daya manusia merupakan asset penting bagi perusahaan , namun juga
merupakan sumber risiko operasional bagi perusahaan. Risiko tersebut isa saja
terjadi kelalaian yang disengaja maupun tidak sengaja.
1) Pelatihan karyawan tidak berkualitas.
2) Tingginya pergantian karyawan
3) Pengelolaan manajemen yang buruk
4) Kecelakaan kerja.
5) Terlalu bergantung pada karyawan tertentu
6) Integritas karyawan yang kurang .
c. Risiko system
Sistem tekhnologi memang memberikan kontribusi yang signifikan bagi sebuah
oraganisasi, disisi lain sistim tersebut juga akan memeunculkan risko baru bagi
oraganisasi. Seperti halnya kergantungan perusahaan pada sistem computer maka
risiko yang berkaitan dengan kerusakan computer akan semakin tinggi. Contoh:
1) Kerusakan data.
2) Sistem keamanan yang kurang baik.
3) Penggunaan tekhnologi yang belum teruji.
4) Terlalu mengandalkan model tertemtu untuk keputusan bisnis.
d. Risiko eksternal
Risiko eksternal adalah risiko yang terjadi diluar kendali organisasi, kejadian
tersebut memang jarang terjadi tetapi sekalipun itu terjadi akan mempunyai
dampak yang begitu besar bagi organisasi. Contoh:
1) Listrik PLN mati.
2) Perampokan.
3) Kebakaran.
4) Bencana alam
5) Serangan terorisme.
2. Penerapan Manajemen Resiko Operasional Pada Unit Teller
Pada prakteknya penerapan manajemen risko operasional pada unit teller dapat dilhat
pada aktivitas harian yang dilakukan dengan berpedoman pada sistem dan prosedur yang
telah ditetapkan, namun PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat menggunakan
prosedur manajemen resiko operasional pada unit teller dilakukan dengan mengikuti
sistem dan prosedur yang telah ditetapakan oleh pihak manajemen, prosedur manajemen
resiko operasional ini dilakukan untuk menghindari terjadinya resiko selisih kas.
Dimulai ppada pagi hari dimana manajer teller yang mendapat wewenang untuk
melakukan serah terima casbox kepada masing-masing teller yang bertnggung jawab
sepenuhnya atas isi masing-masing cashbox. Isi cashbox tersebut adalah uang tunai
pecahan kecil yang tidak dapat disetorkan kepada head teller pada akhirnya sebelumnya
Selanjutnya teller akan siap memulai aktivitas hariannya yaitu:
1) Menerima setoran tunai
Langkah-langkah yang dilakukan oleh teller, yaitu:
a) Menerima uang tunai dan slip setoran dari nasabah, lalu menghitung
jumlah uang dan mencocokkan jumlah fisik uang tersebut dengan angka
yang tertera pada slip setoran.
b) Kemudian teller menghitung uang dengan menggunkana mesin hitung
uang demaupun secara menual lalu memeriksa keaslian uang tersebut
dengan mneggunakan lampu UV
c) Setelah itu teller mencocokkan penulisan angka terbilang pada slip
setoran, serta memperivikasi tanda tanggan nasabah memastikan nomor
rekening yang tertera pada slip setoran cocock dengan nama nasabah
2) Menerima penerikan tunai
Langkah-langkah yang dilakukan oleh teller, yaitu:
a) Memperivikasi tanda tanggan pada slip penerikan untuk memastikan tanda
tanggan tersebut sama dengan yang tertera pada setoran specimen buku
tabungan untuk memastikan yang melakukan penerarikan uang adalah
sepimilik rekening
b) Memeriksa penulisan angka yang terbilang
c) Memposting dan memastikan bahwa nasabah tersebut mempunyai saldo
diatas saldo minimum
d) Membayarkan uang yang ditarik dan melakukan perhitungan didepan
nasabah tersebut untuk menghindari kecurangan baik oleh teller maupun
pihak nasabah
3) Melakukan transfer uang
Langkah- langkah yang dilakukan oleh teller yaitu:
a) Menerima slip transfer dari nasabah, memeriksa nominal yang terbilang.
b) Meperivikasi tanda tanggan nasabah apabila penarikan dilakukan secara
debet rekening
4) Menerima penukaran mata uang asing
Terhadap penukaran mata uang asing, teller akan memeriksa tahun dan seri
penerbitan uang tersebut, memeriksa keaslinya dengan menggunakan lampu UV,
dan mempostingnya kedalam sistem computer. Pada sore hari masing-masing
teller akan melakukan “ balancing”, jika klop masing-masing teller akan
menyektorkan uang tunainya kepada head teller. Tidak semua uang tunai dapat
disetorkan ke head teller hanya dapat menyetorkan setiap pecahan mata uang
dengan jumlah minimum 100 lembar dan kelipatannya atau 1 ikat tiap pecahan.
Kemudian ia harus memastikan bawha saldo kas yang tersisa secara fisik dalam
cashbox adalah dengan saldo kas secara sistem.
Penerapan manajemen risiko operasional pada unit teller dilakukan dengan
sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak manjemen. Penerapan
manajemen risiko operasional dilakukan untuk menghindari terjadinya resiko
selisih kas.

3. Kasus dan penyelesaian kasus risiko operasional


Contoh kasus yang berkaitan tentang pengendalian risiko operasional unit teller pada
PT. Bank pembanguna daerah sumetera barat cabang siteba adalah kasus salah pencatatan
pembukuan pada sistem yang tidak memiliki kesamaan dengan kas, yang disebabkan
karena kelalaian teller PT. Bank pembangunan daerah cabang siteba yang menginput
setoran tunai nasabah, yang mengakibatkan perbedaan uang yang masuk dengan
pebukuan pada sistem, yang diketahui pada hari berikutnya maka akan dibutuhkan jurnal
slop yang ada pada customer service
Penyelesaian selisih kas teller adalah :
Apabila terjadi kasus perselisihan kas baik kurang ataupun berlebih, teller wajib
menginformasikannya kepada bagian operasional atau supervisor. Jika terjadi selisih
kurang yang disebabkan oleh kelalaian seorang teller ketika saat penerikan atau saat
penyetoran dari nasabah yang tidak bisa ditagih kembali kepada nasabah, maka teller
tersebut harus mengganti selisih kurang kas tersebut pada hari yang sama. Jika terjadi
selisih kas berlebih maka teller harus dimasukan kedalam rekening penampung kelebihan
kas teller pada hari yang sama dan membuat berita acara kas berlebih. Selisih kas yang
disebabkan oleh adanya pembulatan pembayran seperti pembayaran listrik,air atau yang
sebgaiannya maka teller akan menyektorkan ke pendapatan non operasional bank atau
( laba atau rugi). Jika selisih kas berlebih atau kas kurang dari pembukuan dan diketahui
pada keesokan harinya maka akan dibutuhkan jurnal slip dari bagian customer service,
bila penyebab selisih kas lebih tidak ditemukan penyebabnya sampai dengan waktu yang
telah ditentukan yaitu ( satu bulan) maka dapat dihapuskan kasus tersebut dan uangnya
dipindahakan kedalam rekening penampung kas berlebihan teller setelah dapat
persetujuan sari direktur utama.
Kasus ini dapat diselesaikan oleh Teller dengan cara Teller melaporkan kasus tersebut
kepada supervisor, sehingga supervisor dapat memberikan solusi kepada Teller
mengganti dengan uang pribadi Teller yang salah atau lalai dalam menginput data setoran
tunai nasabah pada sistem, dan sistem tadak bisa lagi diubah jika telah diinput, sehingga
Teller tersebut harus mengganti uang tersebut dengan uang pribadinya. Oleh karena itu
supervisor Teller harus memastikan kebijakan dan prosedur pengendalian resiko
operasional pada Pt. Bank pembangunan daerah sumatera barat cabang siteba telah
dipatuhi dan dilaksanakan oleh teller, supaya tidak terjadi kasus seperti yang diatas.
Hal- hal yang harus dilakukan oleh PT. Bank pembangunan daerah sumatera barat
cabang siteba agar tidak terjadi kasus yang berkaitan risiko operasional unit teller.
1) PT. Bank Pembanguna Daerah Sumatera Barat Cabang Siteba telah memiliki
prosedur kebijakan tentang pengendalian dan mitigasi risiko operasional pada
unit teller, sesuai dengan ketentuan operasional bank.
2) Penerapan pengendalian risiko operasinal pada PT. Bank Pembangunan
Daerah Sumaera Barat Cabang Siteba mengembangkan program operasional
dengan pengamanan proses tekhnologi informasi, asuransi sebagai kegiatan
operasional bank.
3) PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat memiliki support system,
yang mencakup :
a) Mengidentifikasi error secara dini
b) Menyelesaikan seuruh proses transaksi secara akurat, tepat waktu dan
efisien.
c) Merahasiakan seluruh kebenaran untuk keamanan transaksi
4) PT. Bank pembanguna daerah sumatera barat melakukan kajian terhadap
proseedur, dokumentasi, power processing data, dan praktek operasional
lainnya yang berguna untuk mengurangi kemungkinan kesalahan pada teller
dan mengurangi risiko operasional.
BAB III

KESIMPULAN

1. Kegiatan operasional merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan, karena tanpa
kegiatan operasional bank tidak bisa melaksanakan aktivitasnya, sehingga peranan
manjemen operasional sangat dibutuhkan apalagi pada manajemen risiko operasional
karena pada risikooperasional terjadi karena kesalahan pada bagian internal perusahaan,
dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem control manajemen yang
menyebebkan kerugian pada perusahaan, oleh sebab itu manajemen risiko operasional di
bentuk agar mengurangi risiko yang akan terjadi dan mengurangi angka kerugian pada
perusahaan
2. Pada operasional unit teller memiliki risiko yang sangat tinggi karena berhubungan
langsung dengan uang tunai. Jka terjadi kesalahan maka akan berakibat sangat fatal
terhadap khasnah dan juga neraca
3. PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat Cabang SIteba memiliki kebujakan
terhadap kasus salah pencatatan pembukuan pada sistem yang tidakmemiliki kesaman
dengan kas, yang disebabkan oleh kelalaian teller pada saat kesalahan menginput setoran
tunai nasabah,yang mengakibatkan perbedaan uang yang masuk dengan pembukuan pada
sistem , yang diketahui pada saat penutupan bukuan sutu sore harinya, maka
permasalahan tersebut harus diselesaikan pada hari yang sama dan jika permasalahan
tersebut diketahui pada hari berikutnya maka akan dibutuhkan jurnal slopyang ada pada
customer service.apabila terjadi kasus perselisihan kas kurang atau pun lebih teller
diwajibkan menginformasikan kepada bagian operasional atau supervisor. Jika terjadi
kekurangan maka teller diharuskan mengganti kekurangan tersebut, tetapi jika kelebihan
kas uang tersebut harus dimasukan kepada rekening penampung.

Anda mungkin juga menyukai