Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH KOMPETENSI, MORALITAS APARATUR DESA,

DAN SITEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP


PENCEGAHAN FRAUDDALAM PENGOLAAN DANA DESA
(KEC. TANJUNG BERINGIN, KAB.SERDANG BEDAGAI)
PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Disusun oleh:
NAMA :MHD RISKI
NPM :2105170047
PROGRAM STUDI :AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS


UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menghantarkan rahmat serta hidayahNya,
sehingga rasa ingin belajar dan menggali ilmu tidak pernah padam dan dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Kompetensi, Moralitas
AparaturDesa, Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Pencegahaan
Fraud Dalam Pengelolaan Dana Desa(Kec. Tanjung Beringin, Kab. Serdang
Bedagai). Shalawat beserta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan pendidikan program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan bisnis
universitas muhamadiyah sumatera utara. Penulisan skripsi ini tentunya jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu apabila pembaca menemukan kejanggalan-
kejanggalan dalam penulisan skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan penulis,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta dukungan kepada penulis .
Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih:

Medan, 7 Januari 2023

MHD RISKI
NPM. 2105170023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................1
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH..................................................................... 5
1.3 BATASAN MASALAH............................................................................5
1.4 RUMUSAN MASALAH.......................................................................... 5
1.5 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................8


1.1 LANDASAN TEORI.............................................................................. 8
1.2 KERANGKA BERPIKIR KONSEPTUAL.................................................. 31
1.3 HIPOTESIS...........................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 35


3.1 JENIS PENLITIAN................................................................................35
3.2 DEFINISI OPERASIONAL.....................................................................35
3.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN................................................... 38
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN SAMPEL...........................................................
3.5 38
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA..........................................................40
3.7 TEKNIK ANALISIS DATA................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengendalian ini bercerita tentang internal terhadap pencegahan fraud dalam


pengelolaan dana desa pada desa-desa di Kecamatan Tanjung Beringin Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi, moralitas aparatur desa, dan
sistem ingin, Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif, yaitu dengan penyajian hasil penelitian dalam bentuk angka-angka yang
kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian guna menguji
hipotesis.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa kompetensi dan Moralitas


aparatur desa berpengaruh terhadap pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa
di pemerintahan desa Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.
Sedangkan sistem pengendalian internal tida k berpengaruh terhadap pencegahan
fraud dalam pengelolaan dana desa di pemerintahan desa Kecamatan Tanjung
Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

Salah satu masalah yang menarik dikaji yang terkait dengan kualitas laporan
keuangan Kab.seerdang bedagai. Dari hasil opini tersebut BPKAD Kab. Serdang
bedagai selaku penanggung jawab dalam pembuatan LKPD sudah berhasil
mendapatkan opini WTP pada LKPD tahun 2020 yang artinya laporan keuangan
suatu entitas tersebut telah disajikan dengan wajar dan memiliki kualitas. Tetapi
fakta pemko medan mendapatkan empat tahun opini WDP itu sangat buruk.
Menurut penelitian terdahulu (Fitri Handayani, 2020) menyatakan penyebab empat
tahun berturut-turut pemerintahan kota medan mendapatkan opini WDP adalah
terdapat akun yang disajikan tidak sesuai dengan SAP dan tidak didukung dengan
bukti yang cukup diantaranya terdapat pada aset lancar, aset tetap, aset lainnya,
kewajiban jangka pendek, belanja modal dan beban operasi-LO. Opini WDP
3
menggambarkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah masih terdapat
ketidaksesuaian penyusunan yang berdasarkan SAP. Ketidaksesuaian kualitas
laporan keuangan dapat terjadi karena tata kelola keuangan yang tidak tepat. Tata
kelola keuangan pemerintah kota Medan yang tidak dilaksanakan secara transparan
tanpa melampirkan kecukupan bukti untuk menghasilkan laporan keuangan yang
wajar.

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan


pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan
serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran
eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk
menegakkan good governance dan clean government. Namun kondisi saat ini,
masih ada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahannya yang belum siap
dengan sistem pemerintahan yang baru untuk menyelenggarakan pemerintahan
daerah sesuai dengan tatakelola pemerintahan yang baik. Banyak terjadi kasus di
sejumlah daerah yang berkaitan dengan masalah korupsi, ketidak beresan,
penyalahgunaan wewenang dan jabatan, pelanggaran, dan masih banyak lagi kasus
pidana lainnya.

Anggaran yang bersumber dari APBN yang mengalir ke kas desa terbagi
dalam dua mekanisme penyaluran. Pertama, dana transfer ke daerah secara bertahap
yang di kenal sebagai dana desa. Kedua, dana transfer melalui APBD Kabupaten
yang dialokasikan 10% oleh pemerintah untuk disalurkan ke kas desa secara
bertahaap yang dikenal dengan alokasi dana desa (Widiyarta, Herawati, dan
Atmadja, 2017).
Dana desa dan alokasi dana desa merupakan sumber pendapatan desa yang
pertanggungjawabannya termasuk ke dalam akuntabilitas keuangan publik.
Sekarang ini, akuntabilitas keuangan publik rentan terhadap potensi penyelewengan
, maka dalam hal akuntabilitas dana desa dan alokasi dana desa tidak menutup
kemungkinan tercadinya kecurangan/ fraud (Rahimah, Murni, dan Lysandra, 2018).

4
1.2. Identifikasi masalah
1. Pembantu pengelolaan dalam dana dipemerintahan desa mangga dua
2. Partisipasi dari APBN belum maksimal
3. Kerentanan diakuntabilitas keuangan

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas tujuannya dan tidak menyimpang dalam
mengoreksi pendanaan, maka perlu melakukan pembatasan masalah yg ditinjau.

1. Peneliti merencanakan perhitungan struktur blok, kolom, dan rumus


2. Sampel penelitian ini hanya dilakukan di pemerintahan desa di Kecamatan Tanjung
Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Sehingga hasil penelitian ini tidak bisa
digeneralisasikan untuk seluruh pemerintahan desa.
3. (1) Sampel penelitian ini hanya dilakukan di pemerintahan desa di Kecamatan Tanjung
Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Sehingga hasil penelitian ini tidak bisa
digeneralisasikan untuk seluruh pemerintahan desa. (2) Dalam penelitian ini hanya
menggunakan tiga variabel independen yaitu kompetensi, moralitas aparatur desa, dan
sistem pengendalian internal sedangkan masih banyak variabel lain yang mempengaruhi
pencegahan fraud.

1.4. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menghitung pendanaan desa mangga dua?
2. Bagaimana cara melakukan pencegahan froud dalam pengelolaan dana desa?
3. Bagaimana peniliti mendapatkan hasil uji realibilitas?

1.5. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan penelitiannya yaitu:

1. Untuk menganalisis pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai di pemerintahan desa.


2. Untuk mengetahui seperti apa pendanaan dipemerintah desa itu.
3. Untuk mengetahui variabel yg terpengaruh terhadap dana pemerintah.

1.6. Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritisHasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi seperti apa dana
yg diperlukan desa, terutama faktor- faktor yg berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

5
2. Sebagai bahan informasi dan bahan masukan bagi pihak pihak yg terkait didalam
pemerintahan desa
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi atau tambahan informasi yang diperlukan dalam
minat berkarir terutama bagi penelitian berikutnya.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan `Teori

Anggaran yang bersumber dari APBN yang mengalir ke kas desa terbagi
dalam dua mekanisme penyaluran. Pertama, dana transfer ke daerah secara bertahap
yang di kenal sebagai dana desa. Kedua, dana transfer melalui APBD Kabupaten
yang dialokasikan 10% oleh pemerintah untuk disalurkan ke kas desa secara
bertahaap yang dikenal dengan alokasi dana desa (Widiyarta, Herawati, dan
Atmadja, 2017)

Dana desa dan alokasi dana desa merupakan sumber pendapatan desa yang
pertanggungjawabannya termasuk ke dalam akuntabilitas keuangan publik.
Sekarang ini, akuntabilitas keuangan publik rentan terhadap potensi penyelewengan
, maka dalam hal akuntabilitas dana desa dan alokasi dana desa tidak menutup
kemungkinan tercadinya kecurangan/ fraud (Rahimah, Murni, dan Lysandra, 2018).

Pemerintah mengalokasikan dana transfer ke daerah dan dana desa pada


2020 sebesar 34% dari total belanja negara yang mencapai Rp 2.528,8 triliun. Total
transfer ke daerah dan dana desa dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (RAPBN) 2020 sebesar Rp 858,8 triliun. Angka ini meningkat
5,45% dibandingkan APBN 2019 yang sebesar Rp 814,4 triliun. Secara rinci,
alokasi Transfer ke Daerah dalam RAPBN 2020 sebesar Rp 786,8 triliun, naik
3,97% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 756,8 triliun. kenaikan anggaran
tersebut tidak sebesar tahun lalu yang mencapai 7,17% (sumber :
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/27)

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Desa diharapkan dapat menjadi pedoman dalam
pengelolaan keuangan desa karena didalamnya telah mencakup berbagai prosedur

7
pengelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan sampai dengan peranggungjawaban. Disamping itu Permendagri No 113
Tahun 2014 ini mengharuskan agar pengelolaan keuangan desa dilakukan secara
transparan, akuntabel dan partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran.

Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik (good


governance) dalam penyelenggaraan dana desa, pengelolaan keuangan desa
dilakukan berdasarkan prinsip tata kelola yaitu transparan, akuntabel dan
partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran (Agere 2014).

Dalam bukunya introducing public Administration, Shafritz dan Russell,


sejumlah prinsip sistem penganggaran sudah mengacuh pada perkembangan
terakhir dalam masyarakat, yaitu demokrasi, adil, transparan, bermoral tinggi,
berhati – hati dan berakuntabel (Shafritz dan Russell, 1997).

Fenomena kasus pengelolaan keuangan desa sudah banyak terjadi di


Indonesia. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch
(ICW) menyebutkan pada tahun 2015 sampai 2018 kasus tindakan korupsi di desa
semakin meningkat. Terdapat 252 kasus penyalahgunaan anggaran desa yang
terjadi. Penyalahgunaan anggaran desa rata-rata dilakukan oleh Kepala Desa. Kasus
terbanyak muncul pada tahun 2019 data ICW menujukan terdapat 46 kasus korupsi
disektor anggaran desa dari 271 kasus korupsi selama tahun 2019. Korupsi
anggaran desa tercatat memberi kerugian negara hingga 32,3 miliar (Indonesia
Corruption Watch, 2019).

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Komisi Pemberantas


Korupsi (KPK), KPK mengidentifikasi adanya empat aspek yang dapat memicu
terjadinya korupsi dalam pengelolaan keuangan desa yaitu pada aspek regulasi dan
kelembagaan, aspek tata laksana, aspek pengawasan dan aspek sumber daya

8
manusia (Liputan 6, 2019).
Kajian yang dilakukan KPK di tahun 2019 menjelaskan bahwa dalam
pengelolaan keuangan desa terdapat beberapa permasalahan antara lain pada aspek
regulasi dan kelembagaan, aspek tata laksana, aspek pengawasan dan aspek sumber
daya manusia. Hal tersebut terjadi karena adanya tumpang tindih wewenang,
laporan pertanggungjawaban desa yang belum memenuhi standar, dan rawan
manupulasi, potensi fraud oleh tenaga pendamping akibat kelemahan aparat desa,
dan lain-lain (www.kpk.go.id).

Dalam rangka pencegahan fraud yang terjadi dalam pengelolaan dana desa,
diperlukannya kompetensi aparatur yang memadai dalam pengelolaan keuangan
desa. Dengan adanya profesionalisme dan kompetensi aparatur dalam pengelolaan
keuangan desa, maka diharapkan tujuan ekonomi dan sosial pemerintahan desa
dapat tercapai. Kompetensi aparatur harus bersinergi agar dapat melakukan
pencegahan fraud (Atmadja dan Saputra, 2017).

kecurangan (fraud) dari penggunaan atau pengelolaan dana desa,


Kecurangan (fraud) menurut standar the institute of internal auditor (2013) yang
dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang dicarikan dengan pengelabuhan atau
pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, jasa atau mencegah
pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan /manfaat pribadi dan
bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku
terhadap orang lain. Disamping optimalisasi dari partisipasi masyarakat, suatu
bentuk antisipasi untuk mencegah kasus serupa terjadi sangat diperlukan seperti
Kompetensi, Moralitas aparatur Desa, dan Sistem pengendalian Internal.

Dengan adanya Kompetensi, Moralitas aparatur Desa, dan Sistem


pengendalian Internal yang memadai dalam pengelolaan keuangan desa, maka
sangat diharapkan tujuan ekonomi dan sosial pemerintahan desa dapat tercapai.
Oleh karena itu, peran serta pihak-pihak di luar pemerintahan desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) seperti tokoh desa, tokoh agama, kaum petani,
9
pengusaha desa, serta perwakilan masyarakat lainnya harus bersinergi dan
dilibatkan dalam pengelolaan dana desa. Prasetyo dan Muis (2015) menyatakan
bahwa pengawasan terhadap pengelolaan keuangan desa seharusnya dilakukan
secara profesional, ketat, terkontrol dan berintegritas.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 telah


dijelaskanpengertian laporan keuangan, yaitu “laporan keuangan merupakan
laporanyang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi
yangdilakukan oleh suatu entitas pelaporan”.

Berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006,


yangdimaksud laporan keuangan yaitu “laporan keuangan adalah
bentukpertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah selama
satuperiode”.Prasetya menyatakan bahwa laporan keuangan
adalahpertanggungjawaban produk manajemen dalam menggunakan sumber
dayadan sumber dana yang kemudian digunakan sebagai sarana
komunikasimengenai informasi keuangan kepada para pengguna laporan
keuangan.Penyajian laporan keuangan harus dilakukan secara transparan, wajar,
mudahdipahami, dan dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun
denganpemerintah daerah lain.

Moermahadi S. Djanegara mengatakan bahwas laporan


keuanganpemerintah daerah atau LKPD merupakan bentuk pertanggungjawaban
ataspenggunaan dana publik atau APBD dimana didalamnya memaparkanmengenai
keadaan dan kinerja keuangan dalam instansi tesebut.

Jadi dari beberapa pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan


bahwalaporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban suatu entitasdalam
menggunakan dan mengelola keuangan. Dalam hal ini, laporankeuangan
pemerintah daerah atau disebut LKPD berarti bentukpertanggungjawaban dari
pemerintah daerah dalam menggunakan danmengelola anggaran pendapatan dan
belanja daeran (APBD).

10
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Pasal 1,Desa adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebutadalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenanguntuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakatsetempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hal
tradisionalyang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
RepublikIndonesia.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,


desamempunyai sumber pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan
retribusidaerah Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerahyang diterima oleh Kabupaten/Kota alokasi anggaran dari APBN,bantuan
keuangandari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta hibah dan
sumbangan yangtidak mengikat dari pihak ketiga.

Tata kelola keuangan desa ialah sebuah bentuk usaha dalam


mendukungpelaksanaan asifikasi desa, pelaksanaan sebuah pemerintahan desa,
pemberdayaandan pemeliharaan masyarakat desa (Riyanto, 2015). Pemerintah desa
sebagaientitas publik diharapkan dapat mengelola dan mempergunakan anggaran
yangdimiliki sebagai pilihan utama masyarakatnya dalam membantu
perekonomiandan sosialnya. Fanani, et al. (2014) menjelaskan bahwa sejak
ditetapkannya UUNo.6 Tahun 2014 tentang Desa maka dapat diperkirakan akan
menjajaki babakbaru dalam hal pembangunan dan pengelolaan wilayahnya.
Peraturan yangdibuat membawa tumpuan, pijakan, dan harapan-harapan baru
bagikesejahteraan dan kemakmuran kehidupan pemerintahan yang ada di
wilayahdesa (Ismail, et al., 2016).Pemerintah mempunyai anggaran yang cukup
besar guna dialokasikan keseluruh desa yang menjadi pelumas roda pembangunan
ekonomi desa dalam tiaptahunnya (Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
2020). Dana yangdidistribusikan ke desa ialah berasal dari Anggaran Pendapatan
dan BelanjaNegara (APBN) yang ditransmisikan melalui Anggaran Pendapatan dan
BelanjaDaerah (APBD) kabupaten/kota dan selanjutnya ditransmisikan kepada
semuadesa. Pemerintah desa sebagai entitas publik diharapkan dapat mengelola

11
danmempergunakan anggaran yang dimiliki sebagai pilihan utama
masyarakatnyadalam membantu perekonomian dan sosialnya (Riyanto, 2015).

Moralitas dan kapabilitas individu kepala desa dan perangkat desa


yangbaik akan mampu mengatur anggaran dana desa secara efektif,
begitupuladengan adanya dukungan inovasi dalam bekerja. Akan tetapi dalam
praktikpengelolaan keuangan dana desa banyak terjadi praktik kecurangan (Gide,
2019).Disengaja maupun tidak sengaja (disebabkan ketidaktahuan cara
penggunaanmaupun pemberitahuan manajerial`keuangan) oleh aparat desa serta
siapa punyang terlibat dan berhubungan dengan pemanfaatan keuangan desa.
Masihbanyak dana menganggur (iddle fund) yang dimiliki pemerintah daerah
yangkerap kali dijadikan modus korupsi bagi para pemangku daerah (Fathur,
2016).Masih banyak masyarakat desa yang kurang memahami mengenai
kapabilitas,moralitas serta perilaku kerja inovatif yang dimiliki oleh kepala desa.
Masyarakatpada umumnya hanya melihat dari garis besarnya saja dan hanya dari
asumsimasyarakat yang lain (Moonti & Kadir, 2018).

Setiap tahunnya kasus korupsi dana desa di Indonesia terus


mengalamipeningkatan. Rata-rata dalam tiap tahun terjadi kasus korupsi pada
sektor desaialah sebanyak 61 kasus, yang dilakukan oleh 52 kepala desa serta
terjadikerugian keuangan negara mencapai hingga Rp256 miliar. Pada tahun 2015-
2019korupsi sektor desa secara keseluruhan mencapai Rp1,28 triliun. Kasus-
kasusdiatas mencakup penyelewengan anggaran, laporan keuangan,
kecurangan,membengkakkan anggaran, dan sogok atau suap (CNN Indonesia,
2019).Menurut hasil peninjuaan Indonesian Corruption Watch juga menunjukkan
bahwaanggaran desa menjadi sektor paling rawan terjadinya
penyelewengan/korupsiselama tahun 2018, tercatat 96 kasus korupsi dalam
pengelolaan keuangan desa(Alamsyah et al., 2018).

Pengawasan dan penilaian kinerja pada pemerintahan desa perludilakukan


untuk meminimalisir angka kasus penyelewengan dana desa yangterjadi. Kepala
desa mempunyai andil penuh dalam memastikan tugas, hak,kewajiban dan peran
fungsi perangkat desa berjalan secara optimal. Dalammengukur kinerja perangkat

12
desa, kepala desa menggunakan instrumen KPI. KPIialah sekumpulan pengukuran
yang berfokus pada aspek kinerja organisasi yangpaling berpengaruh pada
keberhasilan organisasi saat ini dan di masa depan(Ndruru & Halawa, 2020). KPI
menjadi instrumen penilaian dengan bobotindikator penilaian kinerja perangkat
desa yang dapat mencakup kedisiplinan,kejujuran pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi, inovasi dan/atau inisiatif individu dalam pelaksaan tugas yang bersangkutan
maupun kinerja secaraumum. Dengan adanya KPI sebagai performance indicator
dapat menjadi tolakukur pemerintah desa dalam mempertanggungjawabkan dan
mengevaluasikinerjanya serta mendukung kesadaran individu untuk bekerja sesuai
moral,kecakapan diri yang tinggi, serta inovasi kerja.

Akan tetapi hasil dari penelitian sebelumnya memperoleh hasil


yangberagam, sehingga dibutuhkan pengujian lanjutan.Pada penelitian ini, peneliti
berusaha memberikan hasil analisis dan buktiempiris yang lebih dalam tentang
perilaku-perilaku individu yang berhubungandengan pengaturan dana desa
pemerintahan desa se-Kecamatan disaatpemerintah harus melakukan realokasi dan
refocusing APBN demimenanggulangi dan memulihkan perekonomian nasional.
Dalam riset inidiharapkan juga bisa memberikan referensi serta informasi serta
arahan bagipeneliti lain yang terkait dengan moralitas, kapabilitas individu dan
perilakukerja inovatif oleh aparatur desa terhadap tata kelola keuangan dana desa,
bagiakademisi agar mampu menjadi tumpuan atau pijakan bagi usaha
dalammengembangkan ilmu pemerintahan guna pembangunan pemerintahan
daerahmaupun nasional, serta bagi pemerintah desa supaya dapat menjadi
referensidalam meningkatkan kinerja individu aparatur desa dalam memahami
sertamengimplementasikan moralitas yang baik dalam bekerja,
meningkatkankapabilitas individu dan perilaku kerja yang inovatif sebagai upaya
dalam tatakelola keuangan dana desa.

Peningkatan kasus penyelewengan anggaran desa yang meningkat


sangatdipengaruhi oleh pelaku organisasi desa didalamnya yang mengelola
sertamempertanggungjawabkan terlaksananya pengelolaan keuangan desa.
Perilakuaparatur desa yang bertindak sesuai moral dan bertanggungjawab

13
yangtertananam dalam dirinya akan sangat mempengaruhi terlaksananya tata
kelolakeuangan dana desa dengan baik. Suatu aturan atau kaidah yang
mengontrolperilaku manusia di masyarakat untuk berbuat baik sesuai kaidah dan
aturandisebut moral. Tingkatan moralitas individu yang tinggi akan bisa
meminimalisirdan menghindari adanya kecurangan karena setiap personal yang
bermoral tinggiakan mengikuti segala aturan sesuai atribut etika umum (Ozler &
Gabrinetti, 2017).Level penalaran moral dalam personal seseorang sebagai acuan
guna mengetahuitendensi individu menjalankan perbuatan khusus, terpenting yang
berkorelasidengan dilema moral, sesuai level penalaran moralnya (Alawattage,
et.al., 2022).Apabila level penalaran moral seseorang menunjukkan angka yang
tinggi, akansemakin mungkin untuk melaksanakan hal yang benar (Kerstein, 2002).
Uraiansebelumnya sependapat dengan hasil riset yang dilakukan oleh Yusuf, et al.,
(2018)dan Mutmainah, (2022) menemukan bahwa moralitas berpengaruh positif
sertasignifikan terhadap keakuntabilitasan tata kelola dana desa baik secara
parsialataupun simultan. Moralitas memiliki pengaruh terhadap tata kelola
keuangandesa sebab makin tinggi moralitas pelaku tata kelola (aparatur desa)
dalammengatur dana desa maka makin akuntabel pengelolaan dana desa.

Menurut Suparno (2012) kompetensi merupakan kecakapan yang


memadai untuk melakukan suatu tugas atau dapat diartikan sebagai keterampilan
yang dimiliki dan kecakapan yang diisyaratkan. Menurut Laksmi dan Sujana (2019)
kompetensi SDM adalah kemahiran/keterampilan yang didapati dalam diri manusia
untuk menghadapi situasi atau keadaan saat melakukan tanggungjawab
pekerjaannya. Kompetensi perangkat desa dapat ditingkatkan dengan mencakup
beberapa aspek yaitu kecakapan atas pengetahuan, keterampilan dan wawasan yang
didapatkan melalui belajar, latihan, pengalama serta pendidikan. Oleh karena itu,
aparatur desa adalah faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya (Laksmi dan Sujana, 2019).

Menurut Junia (2016) moralitas merupakan sikap baik dan buruk yang
dimiliki oleh seseorang atau individu. Budi aningsih dalam Udayani dan Sari
(2017) menyatakan bahwa moralitas timbul ketika seseorang melakukan kebaikan

14
atas dasar kesadaran atas kewajiban dan tanggungjawabnya, dan bukan karena
ingin memperoleh keuntungan dari sesuatu yang dilakukannya. Pernyataan ini bisa
didefinisikan bahwa moralitas setiap orang merupakan perilaku atau sikap baik,
dimana orang tersebut bertindak tanpa pamrih atau tidak meminta balasan.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mendefinisikan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mendefinisikan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mendefinisikan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

15
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Kompetensi merupakan kemampuan/ keahlian yang dimiliki oleh setiap


individu untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan
pekerjaan yang ditekuninya. Karena semakin seseorang memiliki
kewenangan/jabatan yang tinggi di dalam organisasi, tetapi kompetensi yang
dimiliki tidak memadai maka tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan
terjadinya kecuragan (fraud). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Wonar et al., (2018), Atmadja dan Saputra (2017) yang
membuktikan bahwa kompetensi aparatur berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa, dimana semakin tinggi kompetensi
yang dimiliki oleh aparatur desa maka akan semakin tinggi juga tingkat pencegahan
fraud dalam pengelolaan dana desa. Tetapi hasil penelitian tersebut tidak selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Anisykurillah dan Wardianti (2018) yang
menyatakan bahwa kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
akuntansi.

Moralitas merupakan tindakan atau perilaku baik/buruk yang


bersumber dari dalam diri manusia yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga dan organisasi. Rahimah et al., (2018) menyatakan bahwa seseorang yang
menjunjung tinggi moralitas dapat menghindari terjadinya fraud karena seseorang
yang mementigkan moral akan cenderung taat terhadap norma-norma yang berlaku
sesuai dengan prinsip etika. Sedangkan, seseorang yang tidak menjunjung tinggi
moralitas akan mengambil keputusan atas keinginannya sendiri dan mengabaikan
kewajiban dan peraturan yang seharusnya dipenuhi. Dengan menanamkan moralitas
kepada setiap individu, diharapkan dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraud).
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Laksmi dan
Sujana (2019), serta Rahimah et al., (2018) bahwa moralitas berpengaruh terhadap
pencegahan fraud Tetapi hasil penelitian tersebut tidak selaras dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ade (2017) yang menyatakan bahwa moralitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

16
Hery (2013) menyatakan bahwa pengendalian intern merupakan
rangkaian kebijakan guna melindungi aset organisasi atau perusahaan dari tindakan
kecurangan atau penyalahgunaan, jaminan kesediaan informasi akuntansi yang
tepat akurat, dan memastikan jika segala peraturan hukum/undang-undang telah
dijalankan dan ditaati oleh seluruh pegawai organisasi atau perusahaan. Karena jika
semakin baiknya sistem pengendalian internal dalam sebuah organisasi maka akan
mencegah kecurangan karena tidak adanya peluang, namun begitu juga sebaliknya
jika sistem pengendalian dalam suatu organisasi itu tidak bagus maka akan menjadi
peluang bagi para kerah putih untuk melakukan kecurangan. Pernyataan tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Laksmi dan Sujana (2019), Atmadja
dan Saputra (2017) menyatakan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh
positif terhadap pencegahan fraud. Tetapi hasil penelitian tersebut tidak selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wonar et al., (2018) yang menyatakan
bahwa sistem pengendalian internal tidak berpengaruh pencegahan fraud.

Dana desa diartikan sebagai anggaran dana yang dikucurkan oleh


pemerintah kepada desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Dana desa merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh
pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerataan
pembangunan desa, dan pengembangan perekonomian desa. Hal ini sudah sesuai
dengan isi Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 tentang Desa, yang berisi
pemberian otonomi yang lebih besar kepada desa agar dapat menjadi desa yang
mandiri. (wartaekonomi.co.id, 2019).

17
2.2. Kerangka Berpikir Konseptual

Kompentesi
(X1)

Moralitas Pencegahan Fraud


(X2) (Y)

Sistem Pengendalian
Intern

2.3. Hipotesis
Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
desa adalah kompetensi aparatur. Faktor kompetensi aparatur berkaian dengan
kemampuan individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan (UU No. 13 tahun 2003 pasal 1
(10). Pengertian dan arti kompetensi oleh spencer (2014) dapat didefinisikan
sebagai karekteristik yang mendasari seseorang berkaitan denga efektivitas kinerja
individu dalam pekerjaannya atau karekteristik dasar individu yang memiliki
hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,
efektif, atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja atau situasi tertentu.
Menurut Spencer (2014), kompetensi terletak pada bagian dalam setiap manusia
dan selamanya ada pada kepribadian seseorang yang dapat memprediksikan tingkah
laku dan performansi secara luas pada semua situasi dan tugas pekerjaan atau job
tasks. Dengan kata lain kompetensi adalah sesuatu yang ditunjukkan seseorang
dalam kerja setiap hari. Ketika aparatur sudah dibekali dengan kompetensi yang
baik, maka kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi akan dapat dicegah.

18
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama yang dibangun adalah:
H1: Kompetensi Aparatur berpengaruh terhadap pencegahan fraud dalam pengelolaan
dana desa.
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
desa adalah Moralitas aparatur. mengambil suatu keputusan etis (Umam, 2010).
Moralitas atau moral merupakan baik buruknya sikap atau perilaku yang dimiliki
oleh seseorang (Junia, 2016). Menurut hasil penelitian Putu Santi Putri Laksmi1,
Ketut Sujana (2019), Rahimah, Murni dan Lysandra (2018) dan Wijayanti dan
Hanafi (2018) menujukan bahwa moralitas berpengaruh positif terhadap
pencegahan fraud dalam pengelolaan keuangan desa. Bahwa semakin tinggi level
penalaran moral seseorang maka akan semakin tinggi tingkat kebenaran yang
dilakukan. Sebaliknya semakin rendah level penalaran moral seseorang maka akan
semakin besar kemungkinan melakukan kecurangan. Tingkat penalaran moral yang
tinggi dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam suatu organisasi..

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua yang dibangun adalah:


H2: Moralitas aparatur desa berpengaruh terhadap pencegahan fraud dalam
pengelolaan dana desa.
Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
desa adalah Sistem Pengendalian Intern. Sistem pengendalian internal menurut
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan.

Sistem pengendalian internal pada penelitian yang dilakukan oleh Kadek


Widiyarta, Nyoman Trisna Herawati, Anantawikrama Tungga Atmadja (2017)
mengatakan bahwa sistem pengendalian internal pengaruh positif dan signifikan
antara sistem pengendalian internal terhadap pencegahaan fraud dalam pengelolaan
dana desa pada pemerintah desa di Kabupaten Buleleng.

19
Hal ini berarti semakin tinggi tingkat sistem pengendalian internal maka semakin
tinggi tingkat pencegahaan fraud dalam pengelolaan dana desa.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis ketiga yang dibangun adalah: H3: Sistem
Pengendalian Internal berpengaruh terhadap pencegahan fraud dalam pengelolaan
dana desa.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (sugiyono 2017)

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan di Pemerintahan Desa yang berada di Kecamatan
Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan pada bulan
febuari 2020 sampai dengan selesai.

3.3.Definisi Operasional

3.3.1.Kompetensi Aparatur
Kompetensi adalah kemampuan yang berkenaan dengan mental,
berpikir, serta sumber perubahan yang berkaitan dengan pemecahan
masalah (Aprilia & Yuniasih, 2021).
3.3.2.Moralitas
Moralitas individu yaitu sifat moral yang ada pada setiap orang
mengenai baik buruknya perbuatan atau tingkah laku yang
dikerjakannya (Lestari & Ayu, 2021).
3.2.3.Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal yaitu sebuah teknik membimbing,
memantau, serta menilai sumber daya pada sebuah instansi dan
mempunyai posisi penting pada penghindaran dan deteksi terhadap
terdapatnya perbuatan kecurangan (Eldayanti et al., 2020).

21
3.4.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 24 responden terdiri dari aparat desa
yaitu Kepala Desa, Sekertaris Desa, dan Bendahara Desa dipemerintahan desa di
Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam penelitian ini,
sampel yang digunakan adalah aparat desa yang ada di lingkungan setiap desa di
Kecamatan Tanjung Beringin yang terdiri dari Kepala Desa, Sekertaris Desa dan
Bendahara Desa dengan jumlah 24 responden.

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer, yang berupa persepsi para

responden terhadap variabel – variabel yang digunakan. Modus komunikasi untuk

memperoleh data dari responden dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kueisioner yang diberikan berisi sejumlah pernyataan yang akan dibagikan kepada

responden. Setiap kuesioner yang didistribusikan kepada para responden disertai

surat permohonan pengisian kuesioner.

Adapun kueisioner dalam penelitian ini mendefinisikan operasional variabel

ke dalam indikatornya, selanjutnya indikator tersebut dijabarkan ke dalam bentuk

pernyataan, dan kemudian pemberian skor atas jawaban dari responden atas

pernyataan-pernyataan yang ada. Untuk menentukan skor pada penelitian ini

peneliti menggunakan skala likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009). 36

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden jawaban harus

menggambarkan, mendukung pernyataan atau tidak mendukung pernyataan.

22
Pemberian skor atas pilihan jawaban untuk kueisioner yang diajukan adalah sebagai

berikut:

No Jenis Jawaban Skor


1 Sangat Setuju 4
2 Setuju 3
3 Tidak Setuju 2
4 Sangat Tidak Setuju 1

3.6. Teknik Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik dengan menggunakan SPSS 22.0. Metode analisis data yang

digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana (simple linear

Regression Analysis). Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan pengaruh

antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Pengertian analisis regresi

linier sederhana menurut Sugiyono (2010), adalah sebagai berikut: “Analisis yang

digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik

turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen

sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)”.

Persamaan analisis regresi linier secara umum untuk menguji hipotesis-hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

23
Y=a+bX

Keterangan:

a = Konstanta

bX = Koefisien regresi multiple variabel bebas X terhadap variabel terikat Y,bila

variabel bebas lainnya dianggap konstan

Komitmen pengukuran dan pengujian suatu kueisioner atau hipotesis sangat

bergantung pada kualitas data yang yang dipakai dalam pengujian tersebut. Data

penelitian tidak akan berguna dengan baik jika instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data tidak memiliki tingkat keandalan (Reliability) dan tingkat

keabsahan (Validity) yang tinggi. Oleh karena itu, terlebih dahulu kueisioner harus

diuji keandalan dan keabsahannya.

1.Uji Validitas

Menurut Yusuf (2014), validitas menunjukkan tingkat sejauh mana suatu

alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur. Teknik yang digunakan untuk

mengukur validitas butir item instrumen penelitian ini yaitu teknik product moment

dari Karl Pearson (validitas isi atau content validity). Teknik product moment

correlation yaitu setiap skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. Skor total

adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka

data dapat dikatakan valid.

2.Uji Reabilitas

Menurut Yusuf (2014:), reliabilitas adalah suatu ukuran konsistensi atau kestabilan

skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan

24
diberikan dalam waktu yang berbeda (Ghozali, 2006). Pengujian reliabilitas

menggunakan cronbach alpha. Suatu alat dikatakan handal jika nilai cronbach alpha >

0,60. Perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan

bantuan program SPSS 22.0.

25
DAFTAR PUSTAKA
Widiyarta, K., Herawati, N. T., Atmadja A. T. (2017) Pengaruh Kompetensi Aparatur,
Budaya Organisasi, Whistleblowing Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap
Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Dana Desa. e-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2)
Amrizal. (2004). Pencegahan dan Pendeteksian kecurangan oleh internal auditor.
Jakarta: Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi Bidang Investigasi.
Bastian, I. (2015) Akuntansi Kecamatan & Desa. Jakarta: Erlangga,.
. Amalia, S. W. R., & Bhilawa,L. (2023). Moralitas,Kapabilitas, dan PerilakuKerja
Inovatif Aparatur DesaTerhadap Pengelolaan DanaDesa. E-Jurnal Akuntansi,33(4),
935-954
JURNAL RISET MAHASISWA AKUNTANSI (JRMA) Volume 8, No. 1, Tahun 2020
e-ISSN : 2715 - 7016

Dewi, L. A. M,. Damayanthi, I. G. A. D. (2019) Pemoderasi Pengaruh Kompetensi


Aparatur Desa Dan Sistem Pengendalian Internal Pada Pencegahan Fraud. ISSN:
2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.26.3.PP: 2375 -2395
Latan, Hengky, dan Selva Temalagi. (2012). Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program IBM SPSS 20.0. Bandung: Alfabeta.
Mulyani, Sri. (2017). Buku pintar dana desa. http://www.djpk.kemenkeu.com.
Diakses tanggal 20 Desember 2019.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian pemerintahan.
Saputra, K. A. K., Pradnyanitasari, P. D., Priliandani, I. M. I., Putra (2019) Praktek
Akuntabilitas Dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Untuk Pencegahan Fraud
Dalam Pengelolaan Dana Desa Jurnal KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi; Vol.
10, No. ISSN: 2301-8879 E-ISSN: 2599-180, PP: 168-176.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/27beberapa-realisasi-dana-desa
diakses pada tanggal (1febuari).
Sari, M. E., Arza, F. I., Taqwa, S. (2019) Pengaruh Akuntanbilitas, Kesesuaian
Kompensasi Dan Pengendalian Intern Terhadap Potensi Kecurangan Dana Desa.
Jurnal Eksplorasi Akuntansi Vol. 1, No 3, Seri E, Hal 1443-1457

26
Sagala, S. (2013) Etika & Moralitas Pendidikan peluang dan tantangan. Jakarta:
Kencana.
Rahimah, Laila, Yetty dan Shanti. (2018). Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan,
Lingkungan Pengendalian, dan Moralitas Individu terhadap Pencegahan Fraud
Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi, Vol. 6. No.
12, 139-154.
Njonjie, P., Nangoi, G., Hendrik. (2017) pengaruh kompetensi,sistem pengendalian
internal, dan moralitas aparatur terhadap kecurangan laporan keuangan dalam
pengelolaan dana desa. Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sam Ratulangi.

Karyo (2013) Forensic Fraud. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Laksmi, P. S. P., Sujana, I. K. (2019) Pengaruh Kompetensi SDM, Moralitas dan Sistem
Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan
Desa. ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.26.3.PP:
2155 -2182
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/27
https://litigasi.co.id
https://www.medanbisnisdaily.com
Peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan
Kinerja Instansi Pemerintah
Gede Edy Prasetya, Penyusunan dan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah,
(Yogyakarta: ANDI, 2005), hal. 5
Moermahadi S. Djanegara, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah..., hal. 1
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Angka 1 Paragraf 1

27

Anda mungkin juga menyukai