Anda di halaman 1dari 31

i

PENERAPAN AKUNTANSI KEUANGAN DANA DESA DALAM


MEWUJUDKAN DESA ANTI KORUPSI Studi Kasus Desa Malangrapat

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat seminar usulan penelitian dan
penyusunan skripsi

Nama : Yuliyani

Nim : 20622049

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN (STIE)

TANJUNGPINANG

2023
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN
AKUNTANSI KEUANGAN DANA DESA DALAM MEWUJUDKAN DESA
ANTI KORUPSI” dalam hal ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam penyusunan proposal ini, oleh kerena itu penulis sangat mengharapkan
kritikan-kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini. Dalam
penyusunan proposal ini banyak pihak-pihak yang turut serta membantu, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi semua pembaca, khususnya mahasiswa dan mahasiswi jurusan akuntansi
Sekolah Tinggi Ekonomi Pembangunan Tanjungpinang.

Tanjungpinang, 9 Maret 2023

Penulis

YULIYANI

Nim. 20622049
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................................6
1.3 Tujuan penelitian............................................................................................................6
1.4 Kegunaan penelitian.......................................................................................................6
1.5 Sistematika penulisan.....................................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................8
2.1 Tinjauan teori.................................................................................................................8
2.1.1 Grand Theory (Legitimacy Theory)........................................................................8
2.1.2 Keuangan dana desa..............................................................................................11
2.1.3 Resiko, Tantangan, dan titik kritis pengelolaan keuangan desa.............................15
2.1.4 Penyelewengan dana desa.....................................................................................16
2.1.5 Meningkatkan Pengendalian internal dilingkungan pemerintahan........................18
2.1.6 Memperkecil ruang gerak pelaku..........................................................................19
2.2 Kerangka Pemikiran.....................................................................................................20
2.3 Penelitian terdahulu......................................................................................................20
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Malangrapat merupakan salah satu desa yang berada dalam cakupan
wilayah kecamatan gunung kijang kabupaten bintan. Sejalan dengan sasaran
pembangunan wilayah pedesaan dalam RPJMN 2015-2019, maka pengunaan dana
desa perlu diraih untuk mendukung pengentasan desa tertinggal demi terwujudnya
kemandirian desa. Penggunaan dana desa pada dasarnya merupakan hak pemerintah
desa sesuai dengan kewenangan dan prioritas kebutuhan masyarakat desa setempat
dengan tetap mengedepankan prinsip keadilan. Untuk dapat menjalankan peranan
desa secara efektif dan efisien, pemerintah desa perlu terus dikembangkan sesuai
dengan perkembangan kemajuan masyarakat desa dan lingkungan sekitarnya.
Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa menyataka bahwa
penyelenggaraan pemerintahan desa diselenggarakan berdasarkan asas akuntabilitas.
Asas akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan desa termasuk dalam
pengelolaan keuangan desa. Keuangan desa yang merupakan semua hak dan
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan
barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa, dikelola
dengan transparan dan bertanggung jawab.

Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 pasal 1 ayat (9), : dana desa
adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalu APBD Kan/Kota yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat”, (BPKB 2015:2) menyatakan bahwa
dalam hal pengelolaan dana desa akan ada resiko terjadinya kesalahan baik bersifat
administrasi maupun substantive yang dapat mengakibatkan permasalahan hukum
2

mengingat belum memadainya kompetensi kepala desa dan aparat desa dalam hal
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban

Implementasi standar akuntansi dana desa akan menghasilkan laporan keuangan


desa yang terstandarisasi sehingga pemangku kepentingan dapat menggunakan
informasi keuangan yang tersaji dalam laporan keuangan untuk mengambil keputusan
ekonomi terbaik sesuai dengan analisis. Berdasarkan standar akuntansi pemerintahan
(SAP) karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran yang normative
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya atau menghasilkan informasi yang berkualitas. Adapun terdapat empat
karakteristik sebagai berikut :

1) Relevansi laporan keuangan


Informasi yang termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini,
dan memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka dimasa lalu
2) Andal informasi
Dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi.
3) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode
untuk mengidentifasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan serta
membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja dan perubahannya secara relative
4) Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah dikatakan dapat
dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi-informasi yang disajikan
dan mampu menginterpretasikannya.
3

Sebagaimana instansi pemerintah yang lain, keuangan desa juga menjadi sasaran
investigasi BPK. Pada proses audit ini BPK akan menyelidiki bagaimana
pemanfaatan dan pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh desa yang bersangkutan
melalui catatan akuntansi dan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh desa.

Dana desa harus menjadi salah satu nilai tambah bagi desa, tetapi sampai
sekarang fenomenanya penyalahgunaan dana desa masih terjadi sebagai akibat dari
kurangnya transparansi didesa malangrapat. Contohnya adalah kasus kepala desa
malangrapat, kecamatan gunung kijang, kabupaten bintan terjerak kasus korupsi
anggaran dana desa (ADD) sekitas 300 juta dari anggaran pendapatan belanja desa
(APBDes) senilai RP.1,7 Miliar pada tahun 2017. Adapun untuk kerugian negara
yang diakibatkan oleh kapala desa malangrapat berdasarkan perhitungan audit BPKP
sebesar 200 juta. Modusnya yang dilakukan oleh kepala desa malangrapat adalah
kegiatan namun dibeberapa kegiatan tersebut ada yang diduga fiktif, dikarenakan
tidak adanya laporan pertanggungjawaban (LPJ) dan atas perbuatannya itu tersangka
ini dijerat dengan pasal 2 Jo pasan 3 Jo pasal 9 UU Nomor 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang tindak
pidana korupsi, dengan ancaman maksimal hukuman 15 tahun penjara.

Terbitnya sebuah undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa menjadikan


dana desa sesuatu hal yang sangat menggiurkan karena nilai dana desa mencapai 1 M.
adanya kasus yng menyeret oknum aparatur desa, menjadikan pengelolaan keuangan
dana desa benar-benar sangat perlu dikawal dan diawasi oleh semua lapisan. Dana
desa menjadi sesuatu yang sangat menggiurkan bagi semua orang untuk melakukan
tindak korupsi seperti yang pernah terjadi didesa malangrapat. Hal ini sejalan dengan
himbauan KPK, masyarakat diharapkan berpartisipasi mulai dari perencanaan hingga
pelaporan penggunaan dana desa. Adapun terdapat beberapa solusi yaitu

1) Pemberantasan perbuatan korupsi ini semata-mata bukan menjadi tanggung


jawab pemerintah melalui penegak hukumnya saja, namun secara hakikat hal
4

tersebut wajib dilakukan oleh segenap unsur yang ada sesuai dengan peran
masing-masing sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat harusnya hal
ini juga diresapi oleh berbagai unsur yang lain
2) Masalah yang kemungkinan muncul dalam proses pemberantasan korupsi ini
harus dapat diselesaikan dengan baik oleh segenap komponen yang ada baik
dalam hal perbaikan substansi, struktur dan kulturalnya.

Dalam penelitian kali ini peneliti sudah melakukan mini riset dimana setelah
terjadinya penyalahgunaan anggaran dana desa (ADD) pada tahun 2017 desa
malangrapat sudah menjalankan antisipasi agar kejadian tersebut tidak lagi terjadi
seperti lebih transparansi kepada masyarakat dalam pemasukan dan penggunaan dana
mulai 2018 hingga sekarang terdapat beberapa kali pergantian kepengurusan kepala
desa dan secara otomatis memiliki visi dan misi yang berbeda dimana pada tahun ini
kepala desa malangrapat lebih menonjolkan bagian kepemudaan yang harus lebih
aktif seperti bidang olahraga yaitu yang sudah dijalankan seperti turnamen voly yang
melibatkan pemuda desa malangrapat. Sehingga sekarang desa malangrapat lebih
teliti dalam menggunakan dana desa dengan pembuatan laporan pertanggungjawaban
yang akan dimuat setahun sekali dan lebih transparasi kepada masyarakat. Dan sesuai
dengan permohonan yang diminta oleh masyarakat seperti contohnya perbaikan
jalan .

Transparansi itu sendiri sangat penting karena dapat meminimalkan terjadinya


penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan kebocoran dana yang sering dilakukn
oleh pejabat pemerintah. Adapun terdapat tiga aspek kritis transparansi yaitu :

1) Berkaitan dengan ketersediaan informasi


2) Kejelasan peran dan tanggung jawab diantara lembaga-lembaga yang
merupakan bagian dari transparansi proses yang diperlukan
3) Sistem dan kapasitas dibelakang produksi dan menjamin informasi yang
sistematis
5

Selain itu peraturan menteri dalam negeri nomor 113 tahun 2014 menyatakan bahwa
pengelolaan keuangan desa adalah semua kegiatan yang mencakup perencanaan,
pelaksanaan, administrasi, pelaporan desa dan akuntabilitas keuangan. Dalam
pengelolaan dana desa, diperlukan untuk mengawasi awal transparansi mereka dan
untuk memastikan apakah pemerintah desa telah melaksanakan mandate masyarakat
dalam penggunaan dana desa dan apakah pengelolaan dana desa oleh pemerintah
sesuai dengan kebutuhan penduduk desa atau dalam hal ini sesuai dengan keputusan
perencanaan desa dan musyawarah pembangunan.

Dalam buku yang sudah diterbitkan oleh KPK yang berjudul “panduan desa anti
korupsi” terdapat beberapa modus korupsi dalam pengelolaan dana desa diantaranya
membuat rancangan anggaran biaya (RAB) diatas harga pasar, meminjam sementara
dana desa ke rekening pribadi, pemotongan dana desa, perjalanan dinas fiktif, mark
up honorarium perangkat desa hingga pembayaran ATK tidak sesuai dengan real
cost. Didalam buku ini juga terdapat tata cara pencegahan korupsi melalui
pemberdayaan pemerintah desa, mulai dari pengaturan regulasi hingga peningkatan
kapasitas dan kompetensi aparat desa. Pemerintah desa juga bisa melakukan penilaian
mandiri melalui beberapa indicator yang tersedia untuk mengetahui apakah desanya
memenuhi syarat desa antikorupsi. Adapun terdapat tujuan dari program desa anti
korupsi yaitu :

1) Menyebarluaskan tentang pentingnya membangun integritas dan nilai-nilai


antikorupsi kepada pemerintah dan masyarakat desa.
2) Memperbaiki tata kelola pemerintahan desa yang berintegritas sesuai indicator
dalam buku panduan desa antikorupsi.
3) Memberikan pemahaman dan peningkatan peran serta masyarakat desa dalam
upaya mencegah korupsi dan memberantas korupsi.

Penelitian ini akan menganalisis penerapan akuntansi keuangan dana desa


dalam mewujudkan desa anti korupsi. Analisis difokuskan pada penerapan akuntansi
6

keuangan dana desa , penelitian ini bersifat studi kasus dengan mengambil objek
penelitian desa malangrapat kecamatan gunung kijang.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melakukan penelitian dengan


judul penerapan akuntansi keuangan dana desa dalam mewujudkan desa anti korupsi
(studi kasus desa malangrapat)

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas penulis
merumuskan permasalahan penelitian yaitu :
1) Bagaimana penerapan akuntansi keuangan didesa malangrapat ?
2) Bagaimana cara menanggulangi terjadinya kecurangan dana desa dimasa lalu?
3) Bagaimana desa malangrapat mewujudkan desa menjadi desa anti korupsi ?

1.3 Tujuan penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui tujuan penelitian
yaitu :
1) Mengetahui bagaimana penerapan akuntansi keuangan didesa malangrapat
2) Mengetahui bagaimana cara menanggulangi terjadinya kecurangan dana desa
dimasa lalu
3) Mengetahui bagaimana desa malangrapat mewujudkan desa menjadi desa anti
korupsi

1.4 Kegunaan penelitian


1) Bagi instansi
Sebagai masukan kepada pemerintahan kabupaten bintan khususnya desa
malangrapat dalam menanggulangi terjadinya kecurangan dana desa
2) Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi
kemajuan akademisi dan dapat dijadikan acuan atau referensi.
3) Bagi penulis
7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi


peneliti tentang penerapan akuntansi keuangan dana desa dalam mewujudkan
desa anti korupsi

1.5 Sistematika penulisan


Sistematika penulisan bertujuan untuk memberikan uraian secara umum
mengenai isi dan pembahasan setiap bab yang terdapat dalam penyusunan
penelitian ini. Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun dalam 5 bab
secara berurutan, yang akan diuraikan sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang menguraikan beberapa
konsep dasar sebagai landasan teori yang diperlukan dan kerangka
pemikiran
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan penjelasan mengenai jenis penelitian, jenis data, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan serta analisis data yang digunakan
dalam penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dan
pembahasan mengenai penerapan akuntansi keuangan dana desa dalam
mewujudkan desa anti korupsi (studi kasus desa malangrapat)
BAB V PENUTUP
Membahas tentang kesimpulan dan saran-saran penelitian
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori
2.1.1 Grand Theory (Legitimacy Theory)
Mewakili organisasi yang terus-menerus berusaha untuk beroperasi dalam
batasan dan norma masyarakat mereka sendiri, yaitu, mereka ingin memastikan
bahwa orang-orang dari negara lain menganggap aktivitas mereka sah. Batasan dan
norma ini tidak dipandang sebagai sesuatu yang tetap, melainkan berubah dalam
jangka panjang, membatasi asosiasi untuk menjawab iklim moral (moral) di mana
mereka bekerja. Menurut Lindblom (1994), ada perbedaan antara legitimasi yang
dianggap sebagai status atau kondisi, dan legitimasi yang dianggap sebagai proses
menuju organisasi yang dianggap sah. Ketika sistem nilai suatu entitas sesuai dengan
sistem nilai suatu sistem sosial yang lebih besar daripada sistem nilai entitas itu
sendiri, sistem sosial itu dikatakan sah. Keabsahan mereka secara keseluruhan
terancam ketika ada perbedaan aktual atau potensial antara dua sistem nilai.

Hipotesis otentisitas bergantung pada kemungkinan adanya “kesepakatan


bersama” antara asosiasi yang dirujuk dengan masyarakat umum tempatnya bekerja.
Meskipun istilah "kontrak sosial" sulit untuk didefinisikan, istilah ini digunakan
untuk mewakili berbagai harapan implisit dan eksplisit bahwa masyarakat umum
memiliki data tentang bagaimana asosiasi seharusnya bekerja. Teori legitimasi telah
digunakan untuk menjelaskan praktik PSL di beberapa negara. studi (Wilmshurts dan
Forst, 2000; Patten 1992; 1989, Guthrie dan Parker; 1987, Tinker dan Neimark;
(1982, Hogner) Dowling dan Pfeffer (1975) masuk akal bahwa hipotesis keaslian
sangat berharga dalam memeriksa cara hirarkis berperilaku. Mereka mengatakan:
""Pentingnya analisis perilaku organisasi terhadap lingkungan ditentukan oleh batas-
batas yang ditentukan oleh norma dan nilai sosial, serta tanggapan terhadap batas-
batas itu, karena legitimasi penting bagi organisasi.
9

Teori legitimasi dan teori pemangku kepentingan, menurut Gray, Kouhy, dan
Lavers (1994), merupakan perspektif teoretis teori ekonomi politik. Perusahaan
biasanya menggunakan kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan untuk
membenarkan atau melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat karena
pengaruh masyarakat luas dapat menentukan alokasi keuangan dan sumber daya
keuangan lainnya. Berlawanan dengan hipotesis mitra, sebagaimana organisasi dan
administrasi mereka bertindak dan melaporkan sesuai keinginan dan kekuatan mitra
yang berbeda (Ullman 1982). Hubungan antara masyarakat dan bisnis merupakan
fokus utama dari teori legitimasi. Dowling dan Pfeffer (1975) memperkenalkan
alasan yang sah untuk asosiasi, dengan mengatakan: "Organisasi berjuang untuk
keharmonisan antara norma perilaku sosial dan nilai sosial yang terkait dengan
aktivitas mereka di masyarakat tempat mereka beroperasi. untuk eksis, kebohongan."
komponen dari sistem Kami dapat mempertimbangkan legitimasi bisnis ini selama
nilainya selaras. Ketika ada konflik nyata atau potensial antara dua kerangka nilai,
keaslian asosiasi dirusak.

Landasan teori legitimasi adalah "kontrak sosial" antara bisnis dan masyarakat
di mana ia beroperasi dan menggunakan sumber daya ekonomi. Dari Shocker dan
Sethi (1974), berikut penjelasan mengenai konsep kontrak sosial:

1) Hasil akhir (produk) yang dapat diakses secara sosial oleh masyarakat secara
keseluruhan
2) Distribusi keuntungan ekonomi, sosial, atau politik kepada kelompok
berdasarkan kekuatannya

Tidak ada sumber kekuatan institusional dalam masyarakat yang dinamis, dan
selalu ada permintaan akan layanan. Konsekuensinya, lembaga tersebut harus lulus
uji legitimasi dan kepentingan, yang menunjukkan bahwa masyarakat sangat
membutuhkan layanan perusahaan dan kelompok tertentu yang menerima imbalan
bermanfaat bagi masyarakat.
10

"Apa yang legal dan apa yang ilegal" tidak cukup untuk mendefinisikan
legitimasi, menurut Dowling dan Pfeffer (1975). Harapan masyarakat perilaku
kewirausahaan dapat "implisit" atau "eksplisit," menurut Deegan (2000). Kebutuhan
yang sah, seperti yang didefinisikan oleh Deegan (2000), adalah jenis kesepakatan
umum yang berbeda, sedangkan bentuk implisit adalah harapan masyarakat yang
tidak dituangkan dalam peraturan atau undang-undang (Uncodified Community
Expectations). Menurut Dowling dan Pfeffer (1975), hubungan yang tidak memadai
antara norma dan nilai sosial dan hukum dapat dikaitkan dengan tiga faktor. Sebagai
hal yang penting, terlepas dari cara pedoman itu sering dilihat sebagai cerminan dari
praktik dan nilai yang diakui, perangkat hukum formal semuanya dapat berubah
terlalu lambat untuk mengubah praktik dan nilai yang diakui publik. Kedua, alat yang
sah pada umumnya bergantung pada konsistensi, meskipun faktanya standar mungkin
bertentangan. Ketiga, perilaku tertentu dapat ditoleransi oleh masyarakat, tetapi tidak
boleh dikodifikasikan dalam undang-undang. Legitimasi organisasi dapat dianggap
sebagai sesuatu yang diinginkan atau diminta oleh perusahaan dari masyarakat serta
sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan.

Menurut Ashforth dan Gibbs (1990), legitimasi dapat digambarkan sebagai


keuntungan potensial atau sumber kelangsungan hidup perusahaan. Dowling dan
Pfeffer 1975; 2002, O'Donovan). Legitimasi bisnis berada dalam bahaya ketika ada
kesenjangan antara nilai-nilai perusahaan dan masyarakat (Lindblom, 1994; Dowling
dan Pfeffer 1975). The "kesenjangan legitimasi" adalah istilah yang sering digunakan
untuk menggambarkan kesenjangan yang ada antara nilai-nilai perusahaan dan
masyarakat (Dowling dan Pfeffer, 1975). Menurut Warticl dan Mahon (1994), ada
tiga alasan kesenjangan legitimasi:

1) Sementara ekspektasi orang terhadap keuntungan perusahaan tidak berubah,


keuntungan perusahaan telah berubah.
2) Ekspektasi publik terhadap keuntungan perusahaan telah berubah, tetapi
keuntungan publik tidak.
11

3) Keuntungan publik dan keuntungan perusahaan berubah ke arah yang berbeda


atau searah tetapi pada waktu yang berbeda.

Tes empiris teori legitimasi Dalam beberapa tahun terakhir, banyak peneliti
akuntansi yang memilih untuk menyelidiki praktik pelaporan sosial dan lingkungan
telah menggunakan teori legitimasi. Dalam sejumlah artikel, jenis pengungkapan
tanggung jawab sosial tertentu telah diidentifikasi. Dalam studi pertamanya, Hogner
(1982) berusaha menghubungkan praktik pengungkapan sosial perusahaan dengan
teori legitimasi.Keuangan dana desa

2.1.2 Keuangan dana desa


Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan istilah "keuangan" sebagai
sifat, urusan, atau keadaan uang. Meskipun "kota" memiliki beberapa implikasi,
khususnya unit wilayah yang dimiliki oleh beberapa keluarga dengan organisasi
diskrit (dipimpin oleh seorang kepala kota), kumpulan rumah di luar kota yang
merupakan unit, kota, tempat, dan lokal. Sementara itu, pemikiran tentang kota telah
dipahami oleh banyak ahli, salah satunya adalah Landis (1948) yang menyatakan
bahwa kota adalah wilayah dengan populasi di bawah 2.500 orang dengan kualitas
yang aktivitas publiknya dikenal di antara banyak orang. jumlah individu. Perasaan,
adat istiadat, dan orang-orang yang terkait dengan etnis saling terkait. Sebagian besar
kegiatan ekonomi adalah pertanian atau pertanian yang sangat dipengaruhi oleh
kondisi alam sekitar seperti iklim, kondisi alam, dan sumber daya alam, sedangkan
pekerjaan paruh waktu dilakukan di bidang non pertanian.

Menurut Hanif Nurcholis (2011:81) keuangan desa adalah semua hak dan
kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa berasal dari pendapatan asli
desa, APBD dan APBN. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi
kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan pemerintah pusat, dan bantuan
12

pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan


oleh pemerintah pusat yang diselenggarakan pemerintah desa didanai dari APBN.

Hanif Nurcholis (2011:3) mengatakan desa dan kelurahan adalah satuan


pemerintah terendah dengan status berbeda. Desa adalah sesuatu pemerintah yang
diberi hak otonom adat sehingga merupakan badan hukum sedangkan kelurahan
adalah satuan pemerintah admnistrasi yang hanya merupakan perpanjangan tangan
dari pemrintah kabupaten atau kota. Kelurahan bukan badan hukum melainkan hanya
sebagai tempat beroperasinya pelayanan dari pemerintah kabupaten atau kota
diwilayah kelurahan setempat. Desa adalah wilayah dengan batas-batas tertentu
sebagai kesatuan masyarakat hukum (adat) yang berhak mengatur dang mengurus
urusan masyarakat setempat berdasarkan asal-usulnya. “Desa” adalah kesatuan
masyarakat hukum dengan batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan negara, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan diakui, menurut
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. dihormati dalam sistem oleh
pemerintah Republik Indonesia. Perekonomian kota adalah semua kebebasan dan
komitmen kota yang dapat dinilai dengan uang tunai, serta semua aset dan produk
yang terkait dengan pelaksanaan hak dan komitmen kota. Hak dan tanggung jawab
untuk mengelola keuangan desa, melakukan pembelian, dan memberikan
pembiayaan. Dana kota ditangani dengan standar yang lugas, bertanggung jawab dan
komprehensif serta diurus dan direncanakan. Pembayaran kota berasal
dari:Pendapatan awal daerah terdiri dari hasil usaha, hasil kekayaan, swadaya dan
partisipasi, gotong royong dan pendapatan awal desa lainnya.

1) Pembagian anggaran pendapatan dan belanja negara


2) Proporsi hasil pajak daerah dan retribusi daerah/kota,
3) Penyaluran dana desa, yang merupakan bagian dari sisa dana yang diterima
dari kabupaten/kota
13

4) Dukungan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten


dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota
5) Hibah dan sumbangan tidak wajib dari pihak ketiga dan penghasilan lain yang
sah dari desa

Pengeluaran desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan


yang disepakati dalam musyawarah desa. Inilah pengamalan 4 Sila Pancasila,
demokrasi yang berpedoman pada kebijaksanaan dalam refleksi/perwakilan.
Pengelolaan keuangan desa dipahami sebagai suatu kegiatan menyeluruh yang
meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengelolaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa. Semua kegiatan tersebut seperti putaran roda
yang terus menerus diatur dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Hal ini terus
dilakukan secara berkesinambungan setiap tahunnya, yang dapat dilihat dengan jelas
pada gambar berikut.

Perencanaan

Pertanggungjawaban Pengangguran
j

Pelaporan Pelaksanaan

Penatausahaan
14

Kepala desa memiliki kewenangan atas pengelolaan keuangan desa. Dalam


menjalankan kekuasaannya, kepala desa melimpahkan sebagian kekuasaannya
kepada perangkat desa. Aparat desa di Indonesia merupakan aparatur pemerintah
yang berada tepat di garis depan dalam penyelenggaraan pelayanan masyarakat dan
implementasi kebijakan, baik nasional maupun daerah. Oleh karena itu sangat tepat
jika perangkat desa di Indonesia disebut sebagai birokrat garis depan.

Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah


Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa yakni :

1) Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak


asal-usul desa.
2) Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan
pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan
masyarakat.
3) Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
4) Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.

Tugas utama pemerintah dalam rangka otonomi desa adalah menciptakan kehidupan
demokratis, memberi pelayanan publik dan sipil yang cepat dan membangun
kepercayaan masyarakat menuju kemandirian desa, untuk itu desatidak dikelola
secara tekrokrotis tetapi harus mampu memadukan realita 20 kemajuan teknologi
yang berbasis pada sistem nilai global yang mengandung tata aturan, nilai, norma,
kaidah dan pranata-pranata sosial lainnya. Potensi-potensi desa berupa hak tanah
potensi penduduk, sentra-sentra ekonomi yang dinamika sosial politik yang dinamis
itu menuntut karifan dan profesionalisme dalam pengelolaan desa menuju
15

pengoptimalan pelayanan, perberdayaan, dan dinamisasi pembangunan masyarakat


desa.

2.1.3 Penerapan akuntansi keuangan dana desa


Menurut IAI-KASP (2015:6-7) pihak-pihak yang membutuhkan dan
senantiasa menggunakan informasi akuntansi keuangan desa, diantaranya :

1) Pihak internal
Pihak internal adalah pihak yang berada didalam struktur organisasi
desa, yaitu kepala desa, sekretaris desa, bendahara desa dan kepala
urusan/ kepala seksi
2) Bafan permusyawaratan desa (BPD)
Badan permusyawaratan membutuhkan informasi keuangan untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBDesa
3) Pemerintah
Dalam hal ini baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota mengingat bahwa anggaran desa berasal
baik dari APBN dan APBD melalui transfer, bagi hasil dan bantuan
keuangan.
4) Pihak lainnya
selain pihak-pihak yang disebutkan sebelumnya masih banyak lagi
pihak yang memungkinkan untuk melihat laporan keuangan desa,
misalnya lembaga swadaya desa, RT/RW dan sebagainya.

Ada beberapa prinsip akuntansi keuangan desa menurut (IAI-KASP,2015:7-8) adalah


sebagai berikut :

1) Prinsip harga perolehan


Prinsip ini mempunyai aturan bahwa harga perolehan dari harta
(asset), kewajiban dan pendapatan dihitung dari harga perolehan sesuai
dengan kesepakatan oleh kedua belah pihak yang berinteraksi. Harga
16

perolehan ini bernilai objektif sesuai dengan nilai uang yang


dikeluarkan atau dibayarkan dari kas atau bank.
2) Prinsip realisasi pendapatan
Prinsip ini merupakan pembahasan mengenai bagaimana mengukur
dan menentukan nilai dari pendapatan yang diperoleh. Pengukuran
pendapatan dapat diukur dengan penambahan harta (asset) dan
berkurangnya utang atau bertambahnya jumlah kas. Pencatatan
pendapatan pada pemerintah desa pada dasarnya dilakukan pada saat
terjadinya transaksi dan dapat dilihat berdasarkan jumlah kas yang
diterima.
3) Prinsip objektif
Prinsip ini merujuk paa laporan keuangan yang didukung oleh bukti-
bukti traksaski yang ada. Jika tidak ada bukti transaksi maka tidak ada
pencatatan transaksi. Prinsip ini memerlukan pengawasan dan
pengendalian pihak intern untuk menghindari terjadinya kecurangan-
kecurangan untuk memanipulas bukti transaksi dan pencatatnya.
4) Prinsip pengungkapan penuh
Dalamm pembuatan laporan keuangan hendaknya mengungkapkan
sebuah informasi penuh yang tersaji dengan baik secara kualitatif dan
kuantitatif yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
5) Prinsip konsistensi
Dalam pembuatan laporan keuangan harus mempunya nilai konsistensi
dalam menggunakan metode, pedoman dan standar dalam
pembuatannya laporan keuangan juga harus mempunyai nilai banding,
yang artinya laporan keuangan dapat dibandingkan dengan pemerintah
desa lainnya dengan periode yang sama atau sebaliknya.

Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pelaporan, dan


pertanggungjawaban ekonomi desa, terdapat area-area risiko dalam pengelolaan
17

keuangan desa yang harus menjadi kepentingan terbaik semua pemangku


kepentingan.

a) Pada tahap penyusunan, daerah rawan adalah konsistensi RPJM Kota, RKP
Kota dan APB Kota, tingkat kontribusi wilayah kota, sifat RKP Kota karena
kebutuhan waktu dan sumber daya manusia, dan konsistensi antara otoritas
kota dengan pembiayaan yang tidak konsisten dan pengaturan biaya tetap di
kota-kota yang membutuhkan keadaan unik.
b) Asas swakelola dalam perolehan barang dan jasa, kewajiban perpajakan,
adanya kepala desa yang memiliki kewenangan penuh untuk mengontrol
segala aspek, masalah yang tidak diantisipasi dari bencana alam maupun
sosial, dan perampokan merupakan area resiko pada tahap implementasi. atau
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang ceroboh.
c) Manajemen akuntansi adalah area risiko pada tahap manajemen, dan baik
jenis maupun jenisnya harus selalu diisi.
d) Mengenai tahap pengungkapan, wilayah perjudian adalah wilayah yang harus
dipertanggungjawabkan secara konsisten, yaitu kedua minggu keempat bulan
Januari tahun berikutnya dan paruh pertama minggu pertama bulan Juni.
e) Pada tahap tanggung jawab, risiko dimasukkan ke dalam laporan kepala desa,
sehingga diperlukan tanggung jawab secara terpadu.

Selain resiko, pengelolaan keuangan desa memiliki kesulitan yang harus diatasi
baik di dalam maupun di luar desa agar dapat dilaksanakan. Di antara kesulitan
internal desa adalah:

1) Aliran pendapatan desa yang akan dikelola oleh APB Desa


2) Aparat pengelola keuangan desa masih kurang memiliki keterampilan yang
diperlukan
3) Ketidaktepatan dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran
pembangunan (seperti tujuan, sasaran, hasil, dan kebutuhan jumlah anggaran)
18

4) Keterbatasan ruang kantor dan infrastruktur di desa


5) Meningkatnya masalah ilegalitas

Sedangkan tantangan eksternal dalam pengelolaan keuangan desa, diantaranya


sebagai berikut :

1) Hambatan pelaksanaan DD;


2) Persyaratan desa secara keseluruhan (lumpur dan agregat).
3) Kepala desa memiliki kapasitas terbatas untuk melakukan tanggung jawab
binwas.

2.1.4 Penyelewengan dana desa


Dana desa harus menjadi salah satu nilai tambah bagi desa. Tetapi sampai
sekarang, fenomena penyalahgunaan dana desa masih terjadi sebagai akibat dari
kurangnya transparansi didesa pengelolaan dana. Contohnya adalah kasus kepala desa
malangrapat, sebuah kecamatan dikabupaten kepulauan riau, dituduh melakukan
penyelewengan anggaran, tranparansi sangat penting untuk mengembangkan
akuntabilitas publik. Karena dengan transparansi, pemerintah setidaknya
memungkinkan warga untuk menentukan rasionalitas Tindakan, dan dibandingkan
dengan nilai sistem yang ada (Maani,2009).

Transparansi sangat penting karena dapat meminimalkan terjadinya


penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan kebocoran dana yang sering dilakukan
oleh pejabat pemerintah kita (Ahuluheluw, 2013), ada tiga aspek kritis transparansi
(Motik 2003)

1) Berkaitan dengan ketersediaan informasi


2) Kejelasan peran dan tanggung jawab diantara Lembaga-lembaga yang
merupakan bagian dari transparansi proses yang diperlukan
3) Sistem dan kapasitas dibelakang produksi dan menjamin informasi yang
sistematis
19

Penelitian ini dilakukan didesa malangrapat, kecamatan kepulauan riau,


Indonesia. Desa malangrapat menyatakan walaupun pernah terlibat kasus
penyelewangan anggaran yang terjadi di tahun 2018 tetapi setelah beberapa kali
terganti kepala desa mereka sudah melakukan banyak perubahan termasuk soal
anggaran dimana mereka lebih transparansi dalam mengelola dana desa. Laporan
desa malangrapat tentang realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah
dipajang diwebsite desa. Dengan demikian masyarakat dapat melihat dan mengetahui
tentang desa malangrapat keuangan yang digunakan untuk memperbaiki jalan,
pembuatan selokan, pelatihan voly dan sebagainya.

Sumber dana desa ditransfer dari anggaran negara yang selanjutnya disebut
APBN, melalui anggaran kabupaten/kota, untuk mendanai administrasi pemerintahan,
pengembangan daeah, bimbingan dan pemberdayaan masyarakat. Ketentuan
pencairan dana dari kabupaten/kota ke desa malangrapat telah Menyusun anggaran
pendapatan dan belanja desa (APBDesa) dan telah menyerahkannya ke
kabupaten/kota.

Selain itu, desa juga harus menyerahkan peraturan bupati/walikota tentang


bagaimana menghitung dan menentukan penggunaan dana desa secara rinci kepada
kementerian keuangan melalui direktorat jenderal perimbangan keuangan. Penyaluran
dana desa dilakukan dalam dua tahap yaitu

1) Dari kas negara akun ( selanjutnya disebut RKUN), kerekening kas negara
(RKUD)
2) Fase dari RKUD ke kas desa

Pencairan dari RKUD ke desa RK ada tiga tahap

1) Periode pencairan transfer dana dari RKUN ke RKUD adalah antara januari
hingga April, pada minggu kedua bulan April 40% dari RKUD dipindahkan
rekening kas desa
2) Pada minggu kedua agustus, RKUD ditransfer lagi 40% kerekening desa
20

3) Dari minggu kedua oktober ditransfer untuk sisa dana (20%)

Peraturan Menteri dalam negeri nomor 113 tahun 2014 menyatakan bahwa
pengelolaan dana desa adalah semua kegiatan yang mencakup perencanaan,
pelaksanaan, administrasi, pelaporan desa dan akuntabilitas keuangan. Dalam
pengelolaan dana desa, diperlukan untuk mengawasi awal trasnparansi mereka dan
untuk memastikan apakah pemerintah desa telah melaksanakan mandat masyarakat
dalam penggunaan dana desa dan apakah pengelolaan dana desa oleh pemerintah
sesuai dengan kebutuhan penduduk desa atau dalam hal ini sesuai dengan keputusan
perencanaan desa dan musyawarah pembangunan ( selanjutnya disebut
musrenbangdes).

2.1.5 Meningkatkan Pengendalian internal dilingkungan pemerintahan dan


pengawasan penggunaan dana
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme menguraikan mengenai asas akuntabilitas dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan. Adapun undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 pasal 58 tentang perbendaharaan negara mengharuskan pemerintah
mengatur dan menyelengarakan sistem pengendalian intern dilingkungan
pemerintahan secara menyeluruh untuk peningkatan kinerja, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Fungsi pengawasan diperlukan untuk
membantu setiap manajemen yang bertanggung jawab pada suatu aktivitas atau
kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang paling sejalan dengan
kepentingan organisasi. Pemerintah pun telah mengadopsi struktur pengedalian intern
kedalam sistem pengendalian intern pemerintah yang diterapkan dalam bentuk
peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern
pemerintah.

Dalam pengawasan penggunaan dana desa, pemerintah melakukan


pemantauan atas penyaluran dana desa dari rekening kas daerah ke rekening kas desa.
21

Pemerintah juga melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap laporan realisasi


anggaran dana desa dan sisa lebih penggunaan anggaran (SilPa) dana desa.
Beberapa lembaga negara juga ikut serta dalam pengawasan dana desa seperti
KPK, BPKP, Kejaksaan dan Kepolisian. Namun selain itu, diperlukan juga peran
masyarakat dalam melakukan pengawasan pelaksanaan anggaran dana desa untuk
mencegah terjadinya korupsi. Untuk itu, masyarakat desa diharapkan peduli terhadap
pengelolaan dana desa yang sejatinya juga berasal dari pajak yang telah dibayarkan
masyarakat kepada negara.

1) Permasalah desa
Desa yang lebih berkesan sebagai kelompok masyarakat yang hidup secara
tradisional, mempunyai banyak ketertinggalan disbanding dengan kota. Salah
satunya tujuan pembangunan wilayah pedesaan adalah menyeterakan kondisi
kesejahteraan kehidupan masyarakat desa dan kota sesuai dengan kondisi
alami potensi yang dimiliki desa. Untuk melakukan pembangunan desa, ada
beberapa hal yang tidak dapat diabaikan diantaranya adalah latar belakang,
pendekatan, konsep maupun kenyataan-kenyataan yang terjadi di setiap desa.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan wilayah
pedesaan adalah:

a) Pembangunan masyarakat desa masih banyak kendala yang dihadapi. Disisi


lain, sifat ragam dan hakikat desa sangat beranekaragam yang secepatnya
membutuhkan penanganan. Disamping itu, titik berat pelaksanaan otonomi
daerah yang terletak pada kabupaten menggambarkan kebulatan karakter
pedesaan wilayahnya.

b) Perangkat desa perlu mendapat bantuan teknis dan insentif. Perangkat desa
sebagai ujung tombak pembangunan serta menjadi tulang punggung
pelaksanaan pembangunan desa, keadaannya secara umum masih
membutuhkan bantuan teknis yang efektif. Bantuan teknis dan efektif yang
22

dibutuhkan diantaranya membuat perencanaan yang tepat sasaran,


pelaksanaan yang tepat sesuai dengan rencana, pengelolaan managemen

2) Perencanaan
Dalam mewujudkan pembangunan desa menuju desa yang maju mandiri tentu
diawali dengan perencanaan yang tepat sasaran memalai anggaran pendapatan
dan belanja desa, hal ini perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya, baik
menyangkut dasar hukum, programnya atau kegiatan yang akan dilaksanakan,
jadwal pelaksanaan, siapa yang akan menjadi pelaku aktivitas dalam
melaksanakan program, berapa besar anggaran yang akan dipergunakan, dan
target apa yang harus dicapai dengan pelaksanaan program atau kegiatan
dimaksud. Perencanaan inilah yang mesti dibahas secara matang melalui
proses sesuai aturan yang ada. Dalam perencanaan besaranya anggaran
belanja yang dialokasikan untuk setiap program kegiatan yang diusulkan tentu
akan diusahakan dikaji secara mendalam akan tingkat kelayakan atau
kewajarannya sehingga benar-benar efisien atau tidak berlebihan yang dapat
berakibat pada pemborosan anggaran. Demikian pula sebaliknya agar tidak
terjadi kekurangan anggaran pada saat program aatau kegiatan sedang berjalan
yang berakibat tidak dapat diselesaikan atau dilanjutkan kegiatannya
(mangkrak)
3) Pelaksanaan
Pembangunan adalah suatu proses perubahan masyarakat. Proses perubahan
ini mencerminkan suatu gerakan dari situasi lama (tradisional) menuju suatu
situasi baru yang lebih maju (modern). Hal ini sering kali belum dikenal oleh
masyarakat. Perubahan yang dilakukan tersebut akan melalui proses
transformasi dengan mengenalkan satu atau beberapa fase antara.
Pembangunan masyarakat (pedesaan) memerlukan suatu proses dan model
tranformasi dari model lama menuju model baru (tujuan). Di sisi lain perlu
pula untuk dipahami bahwa proses pembangunan merupakan suatu konsep
23

yang optimistik dan memberikan pengharapan kepada mereka yang secara


sukarela berpartisipasi dalam proses pelaksanaan pembangunan. Sehingga
perencanaan pembangunan baik sosial maupun budaya selalu perlu menyadari
dan menemukan indikasi-indikasi perubahan tuntutan masyarakat desa yang
selalu berkembang seperti halnya masyarakat pada umumnya.
4) Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes
Sudah menjadi kewajiban bagi siapa saja pejabat Negara atau pemerintahan
yang telah menjalankan kewajiban dalam menggunakan anggaran, wajib
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran tersebut sesuai
dengan mekanisme aturan yang ada dalam hal ini adalah pertanggungjawaban
keuangan desa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa, desa memepunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli desa, bagi
hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota,
serta ibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ke tiga.
5) Pengaturan Pelaksanaan Pengawasan Dana Desa
Sebelum menguraikan tentang pengaturan pelaksanaan pengawasan dana
desa, terlebih dahulu perlu diuraikan obyek yang menjadi pengawasan terkait
dengan keuangan desa di mana dapat dijelaskan mengenai Pengorganisasian
Pendapatan Desa yang meliputi:
Pendapatan Asli Desa terdiri dari:

a) Hasil usaha desa;


b) Hasil pengelolaan kekayaan desa;
c) Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat;
d) Hasil gotong royong;
e) Lain-lain pendapatan asli desa.
24

2.1.6 Memperkecil ruang gerak pelaku


Proses pendeteksi fraud akan segera beroperasi Ketika Langkah-langkah dan
metode-metode pencegahan gagal membendung terjadinya fraud atau resiko-resiko
fraud yang tidak dimitigasi dengan baik telah memberi ruang bagi pelaku untuk
menjalankan aksi jahatnya. Pelaksanaan pendeteksi secara konsisten akan
mengirimkan sinyal bahaya bagi pelaku fraud. Ruang geraknya makin dibatasi karena
kesempatan yang tersedia akibat kegagalan metode pencegahan akan ditambal oleh
Langkah-langkah pendeteksian. Karena itu metode-metode pendeteksian juga
berperan sebagai bagian pencegahan fraud yang efektif. Sebuah sistem pencegahan
yang memuat peluang besar untuk mengungkap kejahatan dan menangkap pelaku
selalu menjadi penghalang yang kuat bagi penjahat sehingga mengurungkan niat.

Dijalankan secara berkesinambungan dengan pencegahan fraud, metode


pendeteksian akan meningkatkan efektivitas program pemberantasan fraud.
Pendeteksian akan menunjukkan kepada semua pegawai dan pimpinan
perusahaan/organisasi bahwa proses penegakan aturan sedang berjalan dengan
mengungkap setiap pelanggaran yang terjadi.

Jenis metode pendeteksian fraud yang hendak diimplementasikan tergantung pada


resiko fraud yang hendak diidentifikasi pada suatu perusahaan/organisasi. Metode
pendeteksi fraud yang dipilih untuk setiap resiko fraud harus dialokasikan dan
dikomunikasikan kepada yang bertanggung jawab untuk implementasinya. Agar
implementasi berjalan dengan efektif, tanggungjawab untuk setiap Tindakan spesifik
ditugaskan kepada manajer operasional yang kompeten dan disertai tanggal target
ditetapkan dengan jelas untuk setiap Tindakan. Metode-metode pendeteksi fraud
berdasarkan peringkat yang paling ampuh dalam mendeteksi fraud adalah sebagai
berikut :

1) Audit internal
2) Pengaduan internal
25

3) Manajemen resiko
4) Pengaduan eksternal
5) Ditemukan secara kebetulan
6) Investigasi penegakan hukum
7) Perputaran tugas
8) Hotline
9) Audit eksternal

2.2 Kerangka Pemikiran

Penerapan Akuntansi
Keuangan Dana Desa
Malangrapat

Cara menanggulangi Penerapan Akuntansi Keuangan


terjadinya kecurangan dana Dana Desa dalam Mewujudkan
Desa Anti Korupsi
desa dimasa lalu
Mewujudkan Desa Anti
Korupsi Desa Malangrapat
26

2.3 Penelitian terdahulu


1) Penelitian sebelumnya oleh, (Tika Maylani, 2022) yang berjudul Analisis
Penerapan Akuntansi Keuangan Dalam Mewujudkan Akuntabilitas dan
transparansi Anggaran Dana Desa Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk nguji dan mengembangkan sutau pengetahuan.
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini
adalah: 1. Untuk menganalisis bagaimana penerapakan akuntansi keuangan
dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi anggaran dana desa di Desa
Pardawaras, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus. 2. Untuk
menganalisis bagaimana akuntansi keuangan dalam mewujudkan akuntabilitas
dan transparansi anggaran dana desa di Desa Pardawaras, Kecamatan Semaka,
Kabupaten Tanggamus dalam persepktif ekonomi islam. Jenis penelitian ini
adalah menggunakan metode kualitatif, yang termasuk kedalam penelitian
lapangan (Field Research). Hasil penelitian menunjukkan Beberapa penelitian
sebelumnya telah melakukan pengujian tingkat analisis penerapan akuntansi
desa dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi anggaran dana desa
seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2018) dengan judul
“akuntabilitas dan transparansi pemerintah desa dalam pengelolaan alokasi
dana desa (ADD)”, dan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Abdul Manan (2020) dengan
judul”Analisis penerapan pedoman asistensi akuntansi keuangan dalam
mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dana desa dalam perspektif
ekonomi islam”. Dimana penelitian-penelitian tersebut menganalisis akuntansi
keuangan dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi terhadap
beberapa desa. Dengan adanya penelitian diatas peneliti berusaha
menganalisis akuntansi desa dalam mewujudkan akuntabilitas dan
transparansi anggaran dana desa, dengan objek yang berbeda yaitu desa
Pardawaras Kecamatan
27

Semaka Kabupaten Tanggamus yang menggunakan anggaran dana desa tahun


2021.
2) Penelitian sebelumnya oleh, (Hernawati, 2019) yang berjudul analisis
penerapan akuntansi keuangan pada desa sungai kayu ara kecamatan sungai
apit kabupaten siak. Penelitian ini bertujuan dilaksanakan untuk kesesuaian
penerapan akuntansi desa sungai kayu ara dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Jenis penelitian ini meliputi sebuah data primer dan data sekunder dan
menggunakan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini yaitu berupa sistem
pencatatan dan dasar pengakuan akuntansi, berupa tahapan pencatatan dan
tahapan penggolongan.
3) Penelitian sebelumnya oleh, (Ketut Rai Setiabudhi,dkk) yang berjudul urgensi
pengawasan mencegah terjadinya korupsi dana desa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui 1) Teknik deskripsi, dengan menggunakan teknik ini
peneliti menguraikan secara apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi
dari proporsi-proporsi hukum atau non-hukum. 2) Teknik interpretasi berupa
penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum seperti penafsiran
gramatikal. 3) Teknik evaluasi merupakan penelitian berupa tepat atau tidak
tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh peneliti
terhadap suatu pernyataan rumusan norma, keputusan, ataupun pelaksanaanya
di lapangan serta upaya yang telah dilakukan baik yang tertera dalam bahan
primer maupun dalam bahan hukum sekunder untuk tidak terjadinya
penyimpangan dana desa. 4) Teknik argumentasi berupa pernyataan-
pernyataan yang berasal dari pemikiran atau analisis penulis yang dituangkan
dalam bentuk tulisan. Penelitian ini menggunakan penelitian secara normativ
dan ditunjang juga oleh penelitian empiris, kemudian pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan peraturan perundangundangan (The Statute
Approach), khususnya peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
masalah pengawasan keuangan, peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan masalah tindak pidana korupsi dan peraturan
28

perundangundangan yang berkaitan dengan desa ataupun dana desa, Teknik


pengumpulan bahan hukum menggunakan studi kepustakaan. Studi
kepustakaan dilakukan dengan cara menelaah dan meneliti data pustaka
seperti bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Untuk
menganalisa bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan maka dipergunakan
beberapa teknik analisis diantaranya Teknik deskripsi, Teknik interpretasi
Teknik evaluasi dan Teknik argumentasi. Hasil penelitian Sebagai
konsekuensi atas berlakunya Undang-undang Desa Nomor 06 Tahun 2014
adalah adanya kucuran dana milyaran rupiah langsung ke desa yang
bersumber dari alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. Dana yang begitu besar ini
menimbulkan kekhawatiran beberapa pihak karena rawan diselewengkan atau
dikorupsi. Bagaimana sebenarnya mekanisme pengawasan penggunaan
Alokasi Dana Desa tersebut Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana
Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya
dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer melalui
APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.

Anda mungkin juga menyukai