Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat seminar usulan penelitian dan
penyusunan skripsi
Nama : Yuliyani
Nim : 20622049
TANJUNGPINANG
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN
AKUNTANSI KEUANGAN DANA DESA DALAM MEWUJUDKAN DESA
ANTI KORUPSI” dalam hal ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam penyusunan proposal ini, oleh kerena itu penulis sangat mengharapkan
kritikan-kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini. Dalam
penyusunan proposal ini banyak pihak-pihak yang turut serta membantu, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi semua pembaca, khususnya mahasiswa dan mahasiswi jurusan akuntansi
Sekolah Tinggi Ekonomi Pembangunan Tanjungpinang.
Penulis
YULIYANI
Nim. 20622049
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................................6
1.3 Tujuan penelitian............................................................................................................6
1.4 Kegunaan penelitian.......................................................................................................6
1.5 Sistematika penulisan.....................................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................8
2.1 Tinjauan teori.................................................................................................................8
2.1.1 Grand Theory (Legitimacy Theory)........................................................................8
2.1.2 Keuangan dana desa..............................................................................................11
2.1.3 Resiko, Tantangan, dan titik kritis pengelolaan keuangan desa.............................15
2.1.4 Penyelewengan dana desa.....................................................................................16
2.1.5 Meningkatkan Pengendalian internal dilingkungan pemerintahan........................18
2.1.6 Memperkecil ruang gerak pelaku..........................................................................19
2.2 Kerangka Pemikiran.....................................................................................................20
2.3 Penelitian terdahulu......................................................................................................20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Malangrapat merupakan salah satu desa yang berada dalam cakupan
wilayah kecamatan gunung kijang kabupaten bintan. Sejalan dengan sasaran
pembangunan wilayah pedesaan dalam RPJMN 2015-2019, maka pengunaan dana
desa perlu diraih untuk mendukung pengentasan desa tertinggal demi terwujudnya
kemandirian desa. Penggunaan dana desa pada dasarnya merupakan hak pemerintah
desa sesuai dengan kewenangan dan prioritas kebutuhan masyarakat desa setempat
dengan tetap mengedepankan prinsip keadilan. Untuk dapat menjalankan peranan
desa secara efektif dan efisien, pemerintah desa perlu terus dikembangkan sesuai
dengan perkembangan kemajuan masyarakat desa dan lingkungan sekitarnya.
Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa menyataka bahwa
penyelenggaraan pemerintahan desa diselenggarakan berdasarkan asas akuntabilitas.
Asas akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan desa termasuk dalam
pengelolaan keuangan desa. Keuangan desa yang merupakan semua hak dan
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan
barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa, dikelola
dengan transparan dan bertanggung jawab.
Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 pasal 1 ayat (9), : dana desa
adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalu APBD Kan/Kota yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat”, (BPKB 2015:2) menyatakan bahwa
dalam hal pengelolaan dana desa akan ada resiko terjadinya kesalahan baik bersifat
administrasi maupun substantive yang dapat mengakibatkan permasalahan hukum
2
mengingat belum memadainya kompetensi kepala desa dan aparat desa dalam hal
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban
Sebagaimana instansi pemerintah yang lain, keuangan desa juga menjadi sasaran
investigasi BPK. Pada proses audit ini BPK akan menyelidiki bagaimana
pemanfaatan dan pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh desa yang bersangkutan
melalui catatan akuntansi dan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh desa.
Dana desa harus menjadi salah satu nilai tambah bagi desa, tetapi sampai
sekarang fenomenanya penyalahgunaan dana desa masih terjadi sebagai akibat dari
kurangnya transparansi didesa malangrapat. Contohnya adalah kasus kepala desa
malangrapat, kecamatan gunung kijang, kabupaten bintan terjerak kasus korupsi
anggaran dana desa (ADD) sekitas 300 juta dari anggaran pendapatan belanja desa
(APBDes) senilai RP.1,7 Miliar pada tahun 2017. Adapun untuk kerugian negara
yang diakibatkan oleh kapala desa malangrapat berdasarkan perhitungan audit BPKP
sebesar 200 juta. Modusnya yang dilakukan oleh kepala desa malangrapat adalah
kegiatan namun dibeberapa kegiatan tersebut ada yang diduga fiktif, dikarenakan
tidak adanya laporan pertanggungjawaban (LPJ) dan atas perbuatannya itu tersangka
ini dijerat dengan pasal 2 Jo pasan 3 Jo pasal 9 UU Nomor 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang tindak
pidana korupsi, dengan ancaman maksimal hukuman 15 tahun penjara.
tersebut wajib dilakukan oleh segenap unsur yang ada sesuai dengan peran
masing-masing sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat harusnya hal
ini juga diresapi oleh berbagai unsur yang lain
2) Masalah yang kemungkinan muncul dalam proses pemberantasan korupsi ini
harus dapat diselesaikan dengan baik oleh segenap komponen yang ada baik
dalam hal perbaikan substansi, struktur dan kulturalnya.
Dalam penelitian kali ini peneliti sudah melakukan mini riset dimana setelah
terjadinya penyalahgunaan anggaran dana desa (ADD) pada tahun 2017 desa
malangrapat sudah menjalankan antisipasi agar kejadian tersebut tidak lagi terjadi
seperti lebih transparansi kepada masyarakat dalam pemasukan dan penggunaan dana
mulai 2018 hingga sekarang terdapat beberapa kali pergantian kepengurusan kepala
desa dan secara otomatis memiliki visi dan misi yang berbeda dimana pada tahun ini
kepala desa malangrapat lebih menonjolkan bagian kepemudaan yang harus lebih
aktif seperti bidang olahraga yaitu yang sudah dijalankan seperti turnamen voly yang
melibatkan pemuda desa malangrapat. Sehingga sekarang desa malangrapat lebih
teliti dalam menggunakan dana desa dengan pembuatan laporan pertanggungjawaban
yang akan dimuat setahun sekali dan lebih transparasi kepada masyarakat. Dan sesuai
dengan permohonan yang diminta oleh masyarakat seperti contohnya perbaikan
jalan .
Selain itu peraturan menteri dalam negeri nomor 113 tahun 2014 menyatakan bahwa
pengelolaan keuangan desa adalah semua kegiatan yang mencakup perencanaan,
pelaksanaan, administrasi, pelaporan desa dan akuntabilitas keuangan. Dalam
pengelolaan dana desa, diperlukan untuk mengawasi awal transparansi mereka dan
untuk memastikan apakah pemerintah desa telah melaksanakan mandate masyarakat
dalam penggunaan dana desa dan apakah pengelolaan dana desa oleh pemerintah
sesuai dengan kebutuhan penduduk desa atau dalam hal ini sesuai dengan keputusan
perencanaan desa dan musyawarah pembangunan.
Dalam buku yang sudah diterbitkan oleh KPK yang berjudul “panduan desa anti
korupsi” terdapat beberapa modus korupsi dalam pengelolaan dana desa diantaranya
membuat rancangan anggaran biaya (RAB) diatas harga pasar, meminjam sementara
dana desa ke rekening pribadi, pemotongan dana desa, perjalanan dinas fiktif, mark
up honorarium perangkat desa hingga pembayaran ATK tidak sesuai dengan real
cost. Didalam buku ini juga terdapat tata cara pencegahan korupsi melalui
pemberdayaan pemerintah desa, mulai dari pengaturan regulasi hingga peningkatan
kapasitas dan kompetensi aparat desa. Pemerintah desa juga bisa melakukan penilaian
mandiri melalui beberapa indicator yang tersedia untuk mengetahui apakah desanya
memenuhi syarat desa antikorupsi. Adapun terdapat tujuan dari program desa anti
korupsi yaitu :
keuangan dana desa , penelitian ini bersifat studi kasus dengan mengambil objek
penelitian desa malangrapat kecamatan gunung kijang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori
2.1.1 Grand Theory (Legitimacy Theory)
Mewakili organisasi yang terus-menerus berusaha untuk beroperasi dalam
batasan dan norma masyarakat mereka sendiri, yaitu, mereka ingin memastikan
bahwa orang-orang dari negara lain menganggap aktivitas mereka sah. Batasan dan
norma ini tidak dipandang sebagai sesuatu yang tetap, melainkan berubah dalam
jangka panjang, membatasi asosiasi untuk menjawab iklim moral (moral) di mana
mereka bekerja. Menurut Lindblom (1994), ada perbedaan antara legitimasi yang
dianggap sebagai status atau kondisi, dan legitimasi yang dianggap sebagai proses
menuju organisasi yang dianggap sah. Ketika sistem nilai suatu entitas sesuai dengan
sistem nilai suatu sistem sosial yang lebih besar daripada sistem nilai entitas itu
sendiri, sistem sosial itu dikatakan sah. Keabsahan mereka secara keseluruhan
terancam ketika ada perbedaan aktual atau potensial antara dua sistem nilai.
Teori legitimasi dan teori pemangku kepentingan, menurut Gray, Kouhy, dan
Lavers (1994), merupakan perspektif teoretis teori ekonomi politik. Perusahaan
biasanya menggunakan kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan untuk
membenarkan atau melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat karena
pengaruh masyarakat luas dapat menentukan alokasi keuangan dan sumber daya
keuangan lainnya. Berlawanan dengan hipotesis mitra, sebagaimana organisasi dan
administrasi mereka bertindak dan melaporkan sesuai keinginan dan kekuatan mitra
yang berbeda (Ullman 1982). Hubungan antara masyarakat dan bisnis merupakan
fokus utama dari teori legitimasi. Dowling dan Pfeffer (1975) memperkenalkan
alasan yang sah untuk asosiasi, dengan mengatakan: "Organisasi berjuang untuk
keharmonisan antara norma perilaku sosial dan nilai sosial yang terkait dengan
aktivitas mereka di masyarakat tempat mereka beroperasi. untuk eksis, kebohongan."
komponen dari sistem Kami dapat mempertimbangkan legitimasi bisnis ini selama
nilainya selaras. Ketika ada konflik nyata atau potensial antara dua kerangka nilai,
keaslian asosiasi dirusak.
Landasan teori legitimasi adalah "kontrak sosial" antara bisnis dan masyarakat
di mana ia beroperasi dan menggunakan sumber daya ekonomi. Dari Shocker dan
Sethi (1974), berikut penjelasan mengenai konsep kontrak sosial:
1) Hasil akhir (produk) yang dapat diakses secara sosial oleh masyarakat secara
keseluruhan
2) Distribusi keuntungan ekonomi, sosial, atau politik kepada kelompok
berdasarkan kekuatannya
Tidak ada sumber kekuatan institusional dalam masyarakat yang dinamis, dan
selalu ada permintaan akan layanan. Konsekuensinya, lembaga tersebut harus lulus
uji legitimasi dan kepentingan, yang menunjukkan bahwa masyarakat sangat
membutuhkan layanan perusahaan dan kelompok tertentu yang menerima imbalan
bermanfaat bagi masyarakat.
10
"Apa yang legal dan apa yang ilegal" tidak cukup untuk mendefinisikan
legitimasi, menurut Dowling dan Pfeffer (1975). Harapan masyarakat perilaku
kewirausahaan dapat "implisit" atau "eksplisit," menurut Deegan (2000). Kebutuhan
yang sah, seperti yang didefinisikan oleh Deegan (2000), adalah jenis kesepakatan
umum yang berbeda, sedangkan bentuk implisit adalah harapan masyarakat yang
tidak dituangkan dalam peraturan atau undang-undang (Uncodified Community
Expectations). Menurut Dowling dan Pfeffer (1975), hubungan yang tidak memadai
antara norma dan nilai sosial dan hukum dapat dikaitkan dengan tiga faktor. Sebagai
hal yang penting, terlepas dari cara pedoman itu sering dilihat sebagai cerminan dari
praktik dan nilai yang diakui, perangkat hukum formal semuanya dapat berubah
terlalu lambat untuk mengubah praktik dan nilai yang diakui publik. Kedua, alat yang
sah pada umumnya bergantung pada konsistensi, meskipun faktanya standar mungkin
bertentangan. Ketiga, perilaku tertentu dapat ditoleransi oleh masyarakat, tetapi tidak
boleh dikodifikasikan dalam undang-undang. Legitimasi organisasi dapat dianggap
sebagai sesuatu yang diinginkan atau diminta oleh perusahaan dari masyarakat serta
sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan.
Tes empiris teori legitimasi Dalam beberapa tahun terakhir, banyak peneliti
akuntansi yang memilih untuk menyelidiki praktik pelaporan sosial dan lingkungan
telah menggunakan teori legitimasi. Dalam sejumlah artikel, jenis pengungkapan
tanggung jawab sosial tertentu telah diidentifikasi. Dalam studi pertamanya, Hogner
(1982) berusaha menghubungkan praktik pengungkapan sosial perusahaan dengan
teori legitimasi.Keuangan dana desa
Menurut Hanif Nurcholis (2011:81) keuangan desa adalah semua hak dan
kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa berasal dari pendapatan asli
desa, APBD dan APBN. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi
kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan pemerintah pusat, dan bantuan
12
Perencanaan
Pertanggungjawaban Pengangguran
j
Pelaporan Pelaksanaan
Penatausahaan
14
Tugas utama pemerintah dalam rangka otonomi desa adalah menciptakan kehidupan
demokratis, memberi pelayanan publik dan sipil yang cepat dan membangun
kepercayaan masyarakat menuju kemandirian desa, untuk itu desatidak dikelola
secara tekrokrotis tetapi harus mampu memadukan realita 20 kemajuan teknologi
yang berbasis pada sistem nilai global yang mengandung tata aturan, nilai, norma,
kaidah dan pranata-pranata sosial lainnya. Potensi-potensi desa berupa hak tanah
potensi penduduk, sentra-sentra ekonomi yang dinamika sosial politik yang dinamis
itu menuntut karifan dan profesionalisme dalam pengelolaan desa menuju
15
1) Pihak internal
Pihak internal adalah pihak yang berada didalam struktur organisasi
desa, yaitu kepala desa, sekretaris desa, bendahara desa dan kepala
urusan/ kepala seksi
2) Bafan permusyawaratan desa (BPD)
Badan permusyawaratan membutuhkan informasi keuangan untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBDesa
3) Pemerintah
Dalam hal ini baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota mengingat bahwa anggaran desa berasal
baik dari APBN dan APBD melalui transfer, bagi hasil dan bantuan
keuangan.
4) Pihak lainnya
selain pihak-pihak yang disebutkan sebelumnya masih banyak lagi
pihak yang memungkinkan untuk melihat laporan keuangan desa,
misalnya lembaga swadaya desa, RT/RW dan sebagainya.
a) Pada tahap penyusunan, daerah rawan adalah konsistensi RPJM Kota, RKP
Kota dan APB Kota, tingkat kontribusi wilayah kota, sifat RKP Kota karena
kebutuhan waktu dan sumber daya manusia, dan konsistensi antara otoritas
kota dengan pembiayaan yang tidak konsisten dan pengaturan biaya tetap di
kota-kota yang membutuhkan keadaan unik.
b) Asas swakelola dalam perolehan barang dan jasa, kewajiban perpajakan,
adanya kepala desa yang memiliki kewenangan penuh untuk mengontrol
segala aspek, masalah yang tidak diantisipasi dari bencana alam maupun
sosial, dan perampokan merupakan area resiko pada tahap implementasi. atau
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang ceroboh.
c) Manajemen akuntansi adalah area risiko pada tahap manajemen, dan baik
jenis maupun jenisnya harus selalu diisi.
d) Mengenai tahap pengungkapan, wilayah perjudian adalah wilayah yang harus
dipertanggungjawabkan secara konsisten, yaitu kedua minggu keempat bulan
Januari tahun berikutnya dan paruh pertama minggu pertama bulan Juni.
e) Pada tahap tanggung jawab, risiko dimasukkan ke dalam laporan kepala desa,
sehingga diperlukan tanggung jawab secara terpadu.
Selain resiko, pengelolaan keuangan desa memiliki kesulitan yang harus diatasi
baik di dalam maupun di luar desa agar dapat dilaksanakan. Di antara kesulitan
internal desa adalah:
Sumber dana desa ditransfer dari anggaran negara yang selanjutnya disebut
APBN, melalui anggaran kabupaten/kota, untuk mendanai administrasi pemerintahan,
pengembangan daeah, bimbingan dan pemberdayaan masyarakat. Ketentuan
pencairan dana dari kabupaten/kota ke desa malangrapat telah Menyusun anggaran
pendapatan dan belanja desa (APBDesa) dan telah menyerahkannya ke
kabupaten/kota.
1) Dari kas negara akun ( selanjutnya disebut RKUN), kerekening kas negara
(RKUD)
2) Fase dari RKUD ke kas desa
1) Periode pencairan transfer dana dari RKUN ke RKUD adalah antara januari
hingga April, pada minggu kedua bulan April 40% dari RKUD dipindahkan
rekening kas desa
2) Pada minggu kedua agustus, RKUD ditransfer lagi 40% kerekening desa
20
Peraturan Menteri dalam negeri nomor 113 tahun 2014 menyatakan bahwa
pengelolaan dana desa adalah semua kegiatan yang mencakup perencanaan,
pelaksanaan, administrasi, pelaporan desa dan akuntabilitas keuangan. Dalam
pengelolaan dana desa, diperlukan untuk mengawasi awal trasnparansi mereka dan
untuk memastikan apakah pemerintah desa telah melaksanakan mandat masyarakat
dalam penggunaan dana desa dan apakah pengelolaan dana desa oleh pemerintah
sesuai dengan kebutuhan penduduk desa atau dalam hal ini sesuai dengan keputusan
perencanaan desa dan musyawarah pembangunan ( selanjutnya disebut
musrenbangdes).
1) Permasalah desa
Desa yang lebih berkesan sebagai kelompok masyarakat yang hidup secara
tradisional, mempunyai banyak ketertinggalan disbanding dengan kota. Salah
satunya tujuan pembangunan wilayah pedesaan adalah menyeterakan kondisi
kesejahteraan kehidupan masyarakat desa dan kota sesuai dengan kondisi
alami potensi yang dimiliki desa. Untuk melakukan pembangunan desa, ada
beberapa hal yang tidak dapat diabaikan diantaranya adalah latar belakang,
pendekatan, konsep maupun kenyataan-kenyataan yang terjadi di setiap desa.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan wilayah
pedesaan adalah:
b) Perangkat desa perlu mendapat bantuan teknis dan insentif. Perangkat desa
sebagai ujung tombak pembangunan serta menjadi tulang punggung
pelaksanaan pembangunan desa, keadaannya secara umum masih
membutuhkan bantuan teknis yang efektif. Bantuan teknis dan efektif yang
22
2) Perencanaan
Dalam mewujudkan pembangunan desa menuju desa yang maju mandiri tentu
diawali dengan perencanaan yang tepat sasaran memalai anggaran pendapatan
dan belanja desa, hal ini perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya, baik
menyangkut dasar hukum, programnya atau kegiatan yang akan dilaksanakan,
jadwal pelaksanaan, siapa yang akan menjadi pelaku aktivitas dalam
melaksanakan program, berapa besar anggaran yang akan dipergunakan, dan
target apa yang harus dicapai dengan pelaksanaan program atau kegiatan
dimaksud. Perencanaan inilah yang mesti dibahas secara matang melalui
proses sesuai aturan yang ada. Dalam perencanaan besaranya anggaran
belanja yang dialokasikan untuk setiap program kegiatan yang diusulkan tentu
akan diusahakan dikaji secara mendalam akan tingkat kelayakan atau
kewajarannya sehingga benar-benar efisien atau tidak berlebihan yang dapat
berakibat pada pemborosan anggaran. Demikian pula sebaliknya agar tidak
terjadi kekurangan anggaran pada saat program aatau kegiatan sedang berjalan
yang berakibat tidak dapat diselesaikan atau dilanjutkan kegiatannya
(mangkrak)
3) Pelaksanaan
Pembangunan adalah suatu proses perubahan masyarakat. Proses perubahan
ini mencerminkan suatu gerakan dari situasi lama (tradisional) menuju suatu
situasi baru yang lebih maju (modern). Hal ini sering kali belum dikenal oleh
masyarakat. Perubahan yang dilakukan tersebut akan melalui proses
transformasi dengan mengenalkan satu atau beberapa fase antara.
Pembangunan masyarakat (pedesaan) memerlukan suatu proses dan model
tranformasi dari model lama menuju model baru (tujuan). Di sisi lain perlu
pula untuk dipahami bahwa proses pembangunan merupakan suatu konsep
23
1) Audit internal
2) Pengaduan internal
25
3) Manajemen resiko
4) Pengaduan eksternal
5) Ditemukan secara kebetulan
6) Investigasi penegakan hukum
7) Perputaran tugas
8) Hotline
9) Audit eksternal
Penerapan Akuntansi
Keuangan Dana Desa
Malangrapat