Anda di halaman 1dari 10

Dalam setiap kegiatan Bank, ada banyak resiko yang dihadapi sehari hari.

Boston Consulting Group ( BCG ), merekomendasikan pengelompokan


resiko menjadi 3 ( tiga ) :

1. Resiko Kredit
2. Resiko Pasar
3. Resiko Operasional
•Resiko Kredit merupakan kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan
( default ) debitor yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai
dengan perjanjian kredit.
•Resiko Pasar merupakan kerugian dalam nilai portofolio yang
diakibatkan oleh fluktuasi tingkat suku bunga, fluktuasi nilai tukar,
fluktuasi harga komoditi, dan fluktuasi harga saham.
•Resiko Operasional merupakan resiko kerugian yang lansung maupun
tidak lansung diakibatkan oleh kegagalan atas proses proses operasional
yang kurang memadai.
Contoh resiko operasional adalah :

1. Resiko Human Fraud ( Kesalahan Manusia )


2. Resiko Teknologi Informasi ( Information Technologi )
3. Resiko Operasional Kredit ( Operational Credit Risk )
4. Resiko Operasional Non Kredit ( Operational Non Credit Risk )

Beberapa Kasus kasus Kejahatan Dunia Perbankan dalam beberapa


tahun belakangan ini merupakan contoh dari Penerapan Manajemen
Resiko Bank yang belum maksimal.

Kasus Bank Century

Kasus Pencurian Uang Lewat ATM di beberapa Bank Ternama

Kasus Kredit Macet debitur debitur besar

Dan lain lain


Oleh karena itu setiap Bank wajib harus melaksanakan
manajemen resiko disetiap aspek operasionalnya.
Didalam organisasi Bank Bagian ini masuk dalam
Departemen Manajemen Resiko ( Risk Management
Department )

Khusus untuk bidang AKUNTANSI di setiap bank juga menerapkan


sistem manajemen resiko. Sistem manajemen resiko dibidang
akuntansi dilakukan dengan menerapkan pengendalian internal secara
berlapis lapis, antara lain :
1. Pengendalian Internal melalui Sistem
2. Pengendalian Internal melalui Prosedur
3. Pengendalian Internal melalui Struktur Organisasi

Oleh karena itu untuk aktiva bank yang mempunyai resiko, maka wajib
dilakukan pencadangan kerugian untuk meminimalisir dan mengeliminasi
resiko resiko yang terjadi dalam kegiatan operasional bank tersebut.
Pengendalian Internal Melalui Sistem

Pengendalian resiko melalui sistem dilakukan, baik melalui sistem


operasional perbankan maupun melalui sistem aplikasi komputer
perbankan. Keduanya dilakukan dengan banyak cara, antara lain :

1. Komputer yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi jasa


perbankan ( workstasion ), harus didaftarkan terlebih dahulu ke dalam
sistem komputer sentral ( host ), sehingga hanya komputer
( workstation ) yang sudah terdaftar saja yang dapat digunakan untuk
melakukan transaksi jasa perbankan.
2. Pencatatan ke dalam sistem komputer sentral, tidak hanya mencakup
komputer yang digunakan, akan tetapi juga petugas – petugas yang
diperkenankan menggunakan komputer transaksi jasa perbankan
( users ). Petugas – petugas yang diperkenankan melakukan transaksi
jasa perbankan ( users ) identititasnya telah dicatatkan ke dalam
sentral komputer ( host ), sehingga hanya petugas yang diberi
wewenang saja yang dapat menggunakan komputer untuk melakukan
transaksi perbankan.
3. Selanjutnya petugas yang diperkenankan melakukan transaksi jasa
perbankan, tidak dapat sembarangan menggunakan aplikasi jasa
perbankan. Petugas petugas yang diberi kewenangan menggunakan
komputer untuk melakukan transaksi jasa perbankan ( users ), masing
masingnya diberikan menu aplikasi jasa perbankan yang berbeda
menurut jenis pekerjaannya ( tugas dan tanggung jawabnya ). Sehingga
secara umum menu aplikasi perbankan dibedakan menjadi aplikasi yang
berhubungan dengan transaksi keuangan dan aplikasi transaksi non
keuangan. Aplikasi transaksi keuangan inilah yang memberikan
kewenangan kepada seorang petugas bank untuk melakukan pencatatan
pembukuan lansung dari aplikasi perbankan. Misalnya penyetoran uang
tunai, jenis transaksi ini hanya dapat dilakukan oleh petugas ( users )
teller saja.
4. Petugas yang diberikan kewenangan dalam melakukan transaksi
pembukuan keuangan apakah fisik dan non fisik dalam sistem
komputerisasi perbankan, juga tidak bisa bertransaksi dengan jumlah
yang tidak terbatas. Setiap petugas diberikan batasan batasan jumlah
transaksi yang bisa dilakukan. Artinya setiap kewenangan itu diberikan
batasan batasan tertentu, dari segi nominalnya. Contoh teller ada
limit/batas penyetoran, penerimaan dan penyimpanan.
Wide Area Network ( WAN ) Laporan Keuangan

Server Kantor Pusat

Client

Server Kantor Cabang

Client Client Client

Client Client

Client Client Client Client

Front Office Back Office


Gambar Tekhnologi Operasional Bank
Pengendalian Internal Melalui Prosedur

Standard Operasional Prosedur dan


Kebijaksanaan Umum Operasional
Standar Operasional Prosedur dan Kebijaksanaan Operasional tersebut lazim di
istilahkan dengan : “ Pedoman Umum Operasional “

Dalam hal ini pedoman umum operasional,


mengatur berbagai ketentuan ketentuan dasar
yang berlaku dalam kegiatan operasional bank.

Untuk terlaksananya kegiatan operasional yang sehat, dan dipenuhinya


standar minimal sistem pengendalian internal, perlu diatur suatu pedoman
umum operasional yang baku, sebagai landasan dasar operasi untuk
menghasilkan keseragaman mutu kerja dalam seluruh kegiatan operasional
bank.
Ruang Lingkup
1. Setiap ketentuan dalam pedoman ini merupakan standar minimal yang wajib
dipatuhi ( mandatory ), oleh seluruh jajaran manajemen, Officer pelaksana, dan
staff tanpa terkecuali, sebagai acuan dalam setiap kegiatan operasional di seluruh
kantor bank.
2. Ketentuan ketentuan yang bersifat khusus dan terkait dalam kegiatan, produk,
dan jenis transaksi tertentu juga ternasuk didalam pedoman operasional ini, yang
dibahas secara rinci.
3. ketentuan ketentuan dalam pedoman standar ini tunduk dan mematuhi,
ketentuan ketentuan eksternal dan Pemerintah yang mengatur mengenai
perbankan seperti Bank Indonesia, Akuntansi, Perpajakan, Hukum, serta
ketentuan ketentuan eksternal lain yang terkait.
Sistem Pengendalian Internal melalui prosedur
diterapkan antara lain dengan konsep konsep sebagai
berikut :
1. maker, checker dan signer ( MCS ) dalam setiap
transaksi keuangan

2. Pemisahan tugas ( separation of duty ), adalah pengawasan yang


dilakukan untuk menjamin proses yang benar tidak dikorbankan
karena adanya kepentingan pribadi.

3. Dual Control ( Pengawasan Ganda ), adalah pengawasan yang


dilakukan dengan dua jenis pengawasan, yaitu pembuatan dua
dokumen yan berbeda dari sumber yang sama selanjutnya kedua
dokumen tersebut, dicocokkan satu sama lain. Kemudian dalam hal
pengawasan transaksi untuk pembuat atau entry data dan
pengotorisasian transaksi dilakukan oleh dua orang yang berbeda.

4. Dan sebagainya sesuai dengan Standar Operasional


Prosedur dari Bank tersebut.
Pengendalian Internal Melalui Struktur Organisasi

Semakin besar suatu organisasi bank semakin besar


transaksi keuangan yang dilakukan. Untuk membantu
mengatasi transaksi keuangan yang berjumlah besar pada
umumnya bank menggunakan teknologi komputer dalam
aplikasi pembukuannya.

Bahkan dapat dikatakan tidak ada satupun bank saat ini, yag tidak
menggunakan teknologi komputer dalam pembukuan keuangannya.
Bahkan dalam rangka mempercepat proses penerbitan laporan
keuangan, bank bank mulai menerapkan sistem pembukuan yang
terpusat ( centralized ). Dengan sistem ini setiap saat bank dapat
menerbitkan neraca hariannya, sehingga kinerja keuangan perusahaan
dapat dimonitor setiap saat. Oleh karena itu untuk mengantisipasi
peluang peluang terjadinya tindak kecurangan dalam hal penggunaan
sistem komputerisasi tersebut maka, secara organisasi disusunlah
sedemikian rupa sehingga antar user, bagian dan departemen tetap
menjalankan sistem pengendalian internal secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai