Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mortar
2.1.1 Pengertian Mortar

Pengertian mortar seperti yang diuraikan oleh Susilowati dkk (1996) adalah
pencampuran dari bahan perekat dan bahan pengisi serta sejumlah air. Sebagai
bahan perekat yang biasa digunakan adalah dari bahan perekat hidrolis, yaitu
kapur padam dan pozolan, serta portland. Sementara bahan pengisi adalah agregat
halus, yaitu pasir.

Mortar atau adukan berdasarkan tujuannya dibagi menjadi dua bagian yakni
adukan untuk pasangan dan adukan plesteran. Adukan untuk pasangan, yang biasa
digunakan untuk merekat bata atau sejenisnya membentuk konstruksi tembok
sedangkan adukan plester, dipakai untuk menutup permukaan tembok atau
meratakan tembok.

Mortar merupakan campuran dari bahan-bahan seperti semen, kapur, pasir


dan air. Jika mortar dibuat dengan bahan kapur, pasir dan air disebut mortar kapur
(lime mortar). Jika adonan tersebut ditambahkan semen maka menjadi mortar
semen – kapur atau mortar semen sederhana. Pada umumnya istilah mortar
digunakan untuk material yang bersifat atau berfungsi sebagai pengikat,
penyambung, pasangan dinding batako, pasangan batu dan pasangan blok dari
beton.

Bagian terlemah dari pasangan batu adalah mortar, sehingga terdapat


ungkapan lebih sedikit mortar akan lebih baik. Fungsi mortar mencakup dua
manfaat utama yaitu sebagai pengikat berbagai bahan dan membentuk sambungan
untuk mendistribusikan beban merata ke seluru permukaan. Lapisan tipis mortar
akan menjadi lebih kuat dibandingkan jika lapisannya lebih tebal disaat menerima
gaya tekan. Bata dan blok batu harus diberi sedikit tekanan ketika akan dirakit
menjadi konstruksi dinding. Maksudnya agar mortar dapat sempurna mengisi
celah dan pori-pori sehingga tercapai daya pengikatan maksimum.

5
2.1.2 Jenis-jenis Mortar

Ada beberapa jenis mortar dalam artikel “mortar (Batu)” (2010) diantaranya :

1. Mortar semen Portland


Mortar semen portland sering dikenal dengan mortar semen yang
dibuat dengan mencampurkan antara ordinary cement Portland (OPC), pasir
dan air.
2. Mortar semen polimer
Mortar semen polimer (PCM) dibuat dengan menggantikan sebagian
pengikat semen pada mortar semen konvensional oleh polimer sebagai
bahan tambah. Bahan tambah jenis polimer ini diantaranya lateks atau
emulsi, bubuk redispersible polimer, polimer larut air, resin cair, dan
monomer. Bahan tambah polimer ini memiliki keunggulan permeabilitas
rendah dan mengurangi kejadian pengeringan retak akibat penyusutan,
terutama dirancang untuk memperbaiki struktur beton.
3. Mortar kapur
Mortar kapur adalah jenis mortar yang bahan pencampurnya terdiri
dari kapur, pasir dan air.
4. Mortar pozzolan
Pozzolan adalah bahan tambah yang baik yang berasal dari alam atau
limabah industri yang mengandung silica dan alumina yang jika dicampur
dengan air akan bereaksi dengan kapur bebas.mortar pozzolan adalah
campuran antara mortar semen yang ditambahkan dengan pozzolan.

2.1.3 Tipe-tipe Mortar

Terdapat 4 tipe mortar yang simbolnya diadaptasi dari asal kata


MaSoNwOrk. Tipe tipe mortar menurut SNI 03-6882-2002 sebagai berikut:

1. Mortar tipe M adalah mortar yang mempunyai kekuatan 17,2 MPa.


2. Mortar tipe S adalah mortar yang mempunyai kekuatan 12,5 MPa.
3. Mortar tipe N adalah mortar yang mempunyai kekuatan 5,2 MPa.
4. Mortar tipe O adalah mortar yang mempunyai kekuatan 2,4 MPa

6
Semua tipe tipe mortar ini merupakan campuran dari bahan bahan-bahan
seperti semen, kapur padam, pasir dan air. Tipe M memiliki takaran kapur yang
lebih sedikit, sedangkan tipe O sebaliknya yaitu dengan takaran kapur padam
yang paling banyak.

Mortar dapat diidentifikasi dari dua spesifikasi alternatif yaitu spesifikasi


proporsi bahan penyusun dan spesifikasi sifat-sifatnya :

1. Spesifikasi Proporsi

Salah satu dari keempat tipe mortar tadi harus memenuhi spesifikasi seperti
yang di syaratkan pada tabel 2.1. spesifikasi ini membatasi jumlah maksimum
takaran material penyusun berdasarkan ukuran volume. Tidak ada batasan dalam
takaran air dan jumlahnya harus disesuaikan dengan kebutuhan pada pekerjaan.
Takaran agregat 2,75 sampai 3 kali dari volume terpisah semen yang digunakan.
Misalnya untuk mortaar tipe S, dengan penggunaan volume kapurnya setengan
dari volume semen, volume pasir 3 – 4,5 kali volume semen.

Tabel 2.1 Persyaratan Proporsi

Campuran dalam volume (bahan bersifat semen) Rasio agregat


Semen Semen pasangan (pengukuran
Mortar Tipe portland Kapur padam atau pada kondisi
/semen M S N kapur pasta lembab dan
giling gembur)
1⁄
M 1 .... .... .... 4
1⁄ − 1⁄
Kapur S 1 .... .... .... 4 2 Tidak kurang
semen N 1 .... .... .... 1⁄ − 1 1⁄
2 4 dari
O 1 .... .... .... 1 1
1 ⁄4 − 1 ⁄2 2 1⁄4 dan tidak
M 1 .... .... 1 .... lebih dari 3 kali
M .... 1 .... .... .... volume terpisah
Semen S 1⁄2 .... .... 1 .... dari material
pasangan S .... .... 1 .... ... cementitious
N .... .... .... 1 ....
O .... .... .... 1 ....
Sumber : SNI 03-6882-2002

7
2. Spesifikasi Sifat

Terbuat dari semen, kapur pasir dan air untuk memenuhi spesifikasi pada
tabel 2.2. Mortar yang memenuhi spesifikasi ini harus menjalani pengujian
dilaboraturium untuk menentukan kuat tekan, serap air dan kadar air. Kuat tekan
biasanya ditentukan dengan membuat kubus berukuran 5 cm dan kuat tekannya
diuji setelah kubus tersebut di rendam didalam air selama 28 hari. Tidak ada
spesifikasi untuk takaran bahan penyusun, tetapi disarankan penggunaan pasir
sekitar 2,25 sampai 3,5 kali dari volume bersih material semen yang digunakan.
Pengujian sifat-sifat mortar tersebut dibutukan terutama untuk mengenali
karakteristik mortar.

Tabel 2.2 Persyaratan Spesifikasi Sifat

Rasio agregat
Kuat tekan rata-rata Retensi Kadar
(pengukuran pd
Mortar Tipe 28 hari Air Udara
kondisi lembab,
Min.(Mpa) Min. (%) Maks. (%)
gembur)
M 17,2 75 12 Tidak kurang dari
Kapur S 12,4 75 12 2 1⁄2 dan tidak
semen N 5,2 75 14bj lebih dari
O 2,5 75 14bj
3 1⁄2 kali volume
M 17,2 75 .....c)
terpisah dari
Semen S 12,4 75 .....c)
material
pasangan N 5,2 75 .....c)
cementitious
O 2,4 75 .....c)
Sumber : SNI 03-6882-2002

Keterangan :
a) Bila terdapat tulangan struktur dalam mortar kapur semen, maka kadar udara
maksimum harus 12 %
b) Bila terdapat tulangan Struktur dalam Mortar semen pasangan maka kadar
udara maksimum harus 18%.
c) Tabel diatas tidak dapat digunakan sebagai persyaratan untuk pengawasan
mutu mortar di lapangan karena jumlah air yang digunakan akan lebih banyak.

8
2.1.4 Adukan Mortar

Adukan mortar dapat dilakukan dengan tangan ataupun mesin mix tipe
paddle. Adukan manual dengan tangan biasanya hanya untuk jumlah adonan yang
tidak banyak. Carnya adalah bahan-bahan kering (semen, pasir) diaduk dengan
sekop secara merata (sampai warnanya homogen). Kemudian ditambahkan air
sekitar 2⁄3 bagian dan aduk lagi samapai adonan terlihat merata basahnya.
Penambahan air dilakukan apabila kekentalan adukan dirasa belum cukup.

Morta ready mix terbuat dari bahan-bahan material sementit (semen, kapur
dan lain-lain), pasir dan air (dengan atau tanpa penambahan bahan admixture
untuk pengendalian waktu pengikatan) yang mana campuran bahan-bahan
tersebut ditakar dan diaduk dalam bathcing plant yang kemudian dibawah ke
lokasi konstruksi untuk digunakan dengan durasi aplikasi sampai dengan 2,5 jam.

Prosedur pengadukan mortar dengan mixer tipe paddle adalah sebagai berikut :

1. Tuangkan air
2. Masukan semen ke dalam mixer
3. Putar mixer dengan kecepatan rendah selama 30 detik
4. Tambahkan kapur dan pasir ketika mixer sedang berputar
5. Aduk lagi dengan kecepatan sedang selama 30 detik
6. Lalu diamkan adonan selama 1,5 menit
7. Kemudian putar lagi mixer selama 1 menit pada kecepatan sedang
8. Tuangkan mortar kedalam ember atau pan

2.2 Semen

Semen berasal dari kata caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempersatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang
kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara
dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak. Semen
merupakan bahan pengikat yang diaplikasiakan dalam campuran pasta, mortar dan
beton maupun untuk bahan stabilisasi tanah.

9
2.2.1 Semen Hidraulis dan Semen Non Hidraulis

Ada dua macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen non hidraulis.
Semen non hidraulis adalah semen (perekat) yang dapat mengeras tetapi tidak
stabil dalam air. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi
dengan air, tahan terhadap air (water resistance) dan stabil didalam air setelah
mengera.

Kebutuhan dunia akan semen hidraulis ini mencapai ratusan juta ton setiap
tahunsehingga harus diproduksi dari material mentah alamiah, daripada bahan
kimia murni semata. Salah satu semen hidraulis yang biasa dipaakai dalam
konstruksi beton adalah semen portland, jenis lainnya adalah semen alamiah dan
semen alumina.

2.2.2 Bahan Dasar Semen

Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin dengan komposisi
utama kalsium dan aluminium silikat. Bahan utama pembentuk semen portland
yaitu kapur (CaO), silika (SiO3), alumina (AI2O3), sedikit magnesia (MgO) dan
terkadang sedikit alkali. Empat senyawa kompleks penting yang ada dalam semen
portland yaitu :

a) Dikalsium Silika (C2S atau 2CaCO.SiO2)


b) Trikalsium Silika (C3S atau 3CaCO.SiO2)
c) Trikalsium Aluminat (C3A atau 3CaO.AI2O3)
d) Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF atau 4CaO.AI2O3.Fe2O3)

Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengunci ketika menjadi


klinker. Perbendaan presentase senyawa kimia menyebabkan sperbedaan sifat
semen.

Untuk membuat 1 ton semen portland, diperlukan bahan dasar kurang lebih :

a) 1,3 ton batu kapur (limestone) atau kapur (chalk) : CaCO3


b) 0,3 ton pasir silika atau tanah liat : SiO2 dan AI2O3
c) 0,03 ton pasir atau kerak besi : Fe2O3
d) 0,04 ton gypsun : CaSO4 H2O

10
2.2.3 Jenis Semen Portland

Beberapa jenis semen diatur dalam SNI, diantaranya : SNI 15-2049-2004


mengenai semen portland (OPC = Ordinary Portland Cement) yang dibedakan
menjadi 5 tipe yakni :

1. Tipe I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
2. Tipe II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Tipe III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
4. Tipe IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
5. Tipe V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.

Selain itu, SNI 15-0302-2004 mengenai semen portland pozolan (PPC =


Portland pozzoland cement). Semen portland pozolan adalah semen yang dibuat
dari campuran homogen semen portland bersamaan dengan bahan yang
mempunyai sifat pozolan. Campuran beton dan mortar menggunakan PPC
mempunyai sifat pengerjaan yang mudah, namun akan terjadi perpanjangan waktu
pengikatan.

Jenis semen lainnya mengenai semen portland komposit (PCC = Portland


Composite Cement) yakni semen yang dibuat dari hasil penggilingan terak semen
portland dan gips dengan bahan anorganik. Bahan anorganik yang dicampur dapat
lebih dari satu macam misalnya terak tanur tinggi, pozolan, senyawa silikat, batu
kapur dan sebagainya. Terdapat pula Semen masonry didefinisikan sebagai
campuran dari semen portland atau campuran semen hidrolis dengan bahan yang
bersifat menambah keplastisan (seperti batu kapur, kapur yang terhidrasi atau
kapur hidrolis) bersamaan dengan bahan lain yang digunakan untuk meningkatkan
satu atau lebih sifat seperti waktu pengikatan (setting time), kemampuan kerja
(workability), daya simpan air (water retention), dan ketahanan (durability).

11
2.3 Agregat Halus

Menurut (SNI 02-6820-2002) Agregat halus adalah agregat dengan besar


butir maksimum 4,75 mm berasal dari alam atau hasil olahan. Agregat halus
olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari pemecah dan pemisahan butiran
dengan cara penyaringan atau cara lain dari batuan atau tarak tanur tinggi. Agregat
dapat berupa pasir alam sebagai hasil dari desintregasi alam dari batuan-batuan.

Fungsi pasir dalam pencampuran mortar adalah sebagai bahan pengisi.


Berdasarkan fungsinya tersebut maka tekstur permukaan pasir sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat mortar segar. Bentuk dan struktur agregat halus sangat
mempengaruhi kebutuhan air campuran mortar. Semakain banyak kandungan pori
pada agregat yang tidak tersusun secara padat, semakin tinggi kebutuhan air.

Persyaratan agregat halus secara umum yaitu :

a) Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.


b) Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca.
c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap
berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus dicuci.

Tabel. 2.3 Gradasi Agregat halus

Persen Lolos
Saringan
Pasir Alam Pasir Olahan
No. 4 (4,76 mm) 100 100
No. 8 (2,36 mm) 99 – 100 95 – 100
No. 16 (1,18 mm) 70 – 100 70 – 100
No. 30 (600 mm) 40 – 75 40 – 75
No. 50 (300 mm) 10 – 35 20 – 40
No. 100 (150 mm) 2 – 15 10 – 25
No. 200 (75 mm) 0 0 – 10
Sumber : SNI 03-6820-2002

12
2.4 Air

Air diperlukan pada pembuatan mortar untuk memicu proses kimiawi semen.
Air yang digunakan untuk campuran adukan mortar semen yang paling baik
merupakan air yang memenuhi syarat air bersih. Air yang mengandung senyawa-
senyawa seperti garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai
dalam campuran adukan mortar semen akan menurunkan kualitas dan
kekuatannya. Kotrol penggunaan air pada campuran mortar juga harus dilakukan
dengan tepat. karena air yang digunakan dalam proses pembuatan beton jika
terlalu sedikit maka akan menyebabkan beton akan sulit dikerjakan, tetapi jika air
yang digunkan terlalu banyak maka kekuatan beton akan berkurang dan terjadi
penyusutan setelah beton mengeras. Air yang tidak memenuhi syarat akan
berpengaruh pada campuran mortar dan beton yang dibuat, seperti berikut :

1. Pengaruh kandungan asam dalam air terhadap kualitas mortar dan beton
Mortar atau beton dapat mengalami kerusakan oleh pengaruh asam dan
serangan asam yang akan mempengaruhi ketahanan pasta tersebut.
2. Pengaruh pelarut Carbonat Pelarut Carbonat akan bereaksi dengan Ca(OH)7
membentuk CaCO3 dan akan bereaksi lagi dengan pelarut carbonat
membentuk calcium bicarbonat yang sifatnya larut dalam air, akibatnya
mortar atau beton akan terkikis dan cepat rapuh.
3. Pengaruh bahan padat Bahan padat bukan pencampur mortar atau beton. Air
yang mengandung bahan padat atau lumpur, apabila dipakai untuk
moncampur semen dan agregat maka terjadinya pasta tidak sempurna.
Agregat dilapisi dengan bahan padat, tidak terikat satu sama lain. Akibatnya
agregat akan lepas-lepas dan mortar atau beton tidak kuat
4. Pengaruh kandungan minyak Air yang mengandung minyak akan
mengakibatkan emulsi apabila dipakai untuk mencampur semen. Agregat
akan dilapisi minyak berupa film, sehingga agregat kurang sempurna
ikatannya satu sama lain. Agregat bisa lepas - lepas dan mortar atau beton
tidak kuat.
5. Pengaruh air laut Air laut tidak boleh dipakai sebagai media pencampur
semen karena pada permukaan mortar atau beton akan terlihat putih-putih

13
yang sifatnya larut dalam air, sehingga lama-lama terkikis dan mortar atau
beton menjadi rapuh.

2.5 Bahan Tambahan (Abu Pembakaran Limbah Bonggol Jagung)

Salah satu bahan penyusun mortar dan beton adalah semen. Kebutuhan semen
dalam industri konstruksi cukup besar dan mengeluarkan biaya yang mahal,
sehingga dilakukan usaha untuk mencari suatu bahan baku yang mempunyai
senyawa kimia seperti semen. Salah satu bahan tambah yang sering digunakan
ialah bahan tambah berupa pozzolan. Pozzolan adalah bahan tambah yang berasal
dari alam atau batuan, yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silika dan
alumina yang rekatif. Pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam
keadaan halus bereaksi dengan kapur bebas dan air, menjadi suatu massa padat
yang tidak larut dalam air (Tjokrodimuljo , 1996). Penggunaan pozzolan dengan
proporsi tertentu dapat memperbaiki kelecakan (workability) dan membuat mortar
dan beton menjadi lebih kedap air (mengurangi permeabilitas).

Semen merupakan bahan utama untuk material bangunan. The Associated


Cement Companies (ACC) Limited India menyatakan bahwa kebutuhan semen
akan meningkat di Tahun 2018. Selain itu, analis Bank Mandiri Romauli
Panggabean menyatakan bahwa kapasitas produksi semen di Indonesia akan naik
menjadi 120 juta ton per tahun pada 2021. Namun, produksi semen ini memiliki
dampak negatif pada lingkungan, untuk memproduksi satu ton semen
menghasilkan satu ton gas karbondioksida (CO2). Oleh karena itu, diperlukan
material untuk substitusi parsial yang memiliki komposisi mirip dengan semen.
Komposisi utama yang berperan untuk menghasilkan material yang memiliki sifat
mekanik yang baik pada semen adalah alumina (Al2O3), silika (SiO2), dan CaO.
Indonesia merupakan negara penghasil jagung terbesar ketujuh di dunia sebanyak
28 juta ton per tahun. Limbah dari produk ini adalah bonggol jagung yang masih
belum banyak dimanfaatkan. Abu dari pembakaran bonggol jagung merupakan
material yang memiliki potensi pengganti parsial semen karena memiliki
komposisi SiO2 dan Al2O3 yang tinggi (Andrie Harmaji, 2019).

14
Salah satu limbah yang mengandung pozzolan dan belum termanfaatkan
adalah abu bonggol jagung. Limbah bonggol jagung memiliki kandungan unsur
silika yang cukup tinggi yakni 66,38%. Kandungan senyawa silika (SiO2) yang
terdapat pada bonggol jagung memungkinkan digunakannya sebagai material
tambahan pengganti sebagian semen pada mortar dan beton. Namun sebelum
dijadikan sebagai bahan tambahan pengganti sebagian semen pada mortar dan
beton, limbah bonggol jagung terlebih dahulu dibakar pada suhu dibawah 800°C
untuk mendapatkan abu bonggol jagung yang disyaratkan.

Hasil pembakaran limbah bonggol jagung di peroleh abu bonggol jagung


yang dapat digunakan untuk fly ash sebagai pengganti sebagian semen. Fly Ash
dari abu bonggol jagung yang digunakan adalah yang lolos saringan no.200
(0,075 mm).

Proses pembakaran bonggol jagung untuk mendapatkan abu bonggol jagung


yang disyaratkan yaitu :

1. Siapkan tong besi untuk media pembakaran kemudian lumpang dan alu untuk
menumbuk bonggol jagung yang sudah dibakar.
2. Bakar bonggol jagung dalam tong besi dengan suhu dibawah 800°C untuk
mendapatkan abu yang disyaratkan.
3. Setelah selesai pembakaran, ambil abu yang berwarna putih dan atau keabuan.
Lalu ditumbuk agar lebih halus
4. Abu bonggol jagung selanjutnya disaring menggunakan saringan no.200. abu
bonggol jagung yang digunakan adalah yang lolos saringan no.200 (0,075
mm).

15
2.6 Kuat Tekan Mortar

Kekuatan tekan mortar semen portland adalah gaya maksimum persatuan luas
yang berkerja pada benda uji mortar semen portland berbentuk kubus dengan
ukuran tertentu dan serta berumur tertentu (SNI 03-6825-2002). Kuat tekan
mortar berfariasi sesuai dengan perbandingan. Jika mortar yang perbandingannya
semakin kecil maka nilai kuat tekannya semakin besar dan mempunyai fungsi
berbeda-beda sesuai dengan jenis tipe adukannya.

Menurut ASTM C270 standar mortar berdasarkan kekuatannya dibedakan


sebagai berikut :

1. Mortar tipe M adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang tinggi. Kuat tekan
minimumnya 175 kg/cm².
2. Mortar tipe N adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang sedang. Kuat tekan
minimumnya 124 kg/cm².
3. Mortar tipe S adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang sedanag. Kuat
tekan minimumnya 52,5 kg/cm².
4. Mortar tipe O adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang rendah. Kuat
tekan minimumnya 24,5 kg/cm².
5. Mortar tipe K adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang rendah. Kuat tekan
minimumnya adalah 5,25 kg/cm².

Perhitungan kuat tekan mortar didapat dengan membagi beban maksimum (F)
dengan luas bidang tekan benda uji (A). Besarnya kuat tekan Mortar dihitung
𝐹
dengan rumus : 𝑓′𝑐 = A

keterangan : 𝑓′𝑐 = Kuat tekan mortar ( N/mm²)


F = Beban tekan (N)
A = Luas bidang tekan (mm²)

16

Anda mungkin juga menyukai