Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AFASIA TRANSKORTIKAL CAMPURAN

DOSEN PENGAMPU

ROY ROMEY DAULAS M., SST. TW., SKM., MPH

DISUSUN OLEH :

1. Ayu Calista S

2. Prita Novia R 8. Monica Dona V

3. Rahayu Kharismayanti 9. Nurmaya Wandira S

4. Sendy Febby C 10. Ramadhan Riski M

5. Widya Eriska P 11. Resti Fauziah

6. Zollanda Ameliyanisa FIC 12. Septi Eka Diah S

7. Khofifah Indah Sari 13. Wahid Nuralfi R

PROGRAM SETUDI D III TERAPI WICARA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.makalah ini
disusun menggunakan bahasa yang sederhana sehingga para menbaca lebih mudah
memahami dan mengerti

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah.terima kasih penulis ucapkan kepada :

Roy Romey Daulas M., SST. TW., SKM., MPH, yang telah membimbing selama proses
pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah masih terdapat
kekurangan,oleh sebab itu penulis memohon maaf.dan untuk perbaikan tulisan yang akan
datang, penulis pun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan bagi
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR············································································ i

DAFTAR ISI······················································································· ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG········································································· 1

B. RUMUSAN MASALAH······································································ 1

C. TUJUAN························································································ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFENISI ATC················································································ 3

B. ETIOLOGI AFASIA TRANSKORTIKAL CAMPURAN······························· 3

C. TEMPAT LOKASI TERJADINYA ATC··················································· 4

D. GEJALA KLINIS PADA MODALITAS BICARA / PENGUCAPAN················ 4

E. GEJALA KLINIS PADA MODALITAS PEMAHAMAN BAHASA LISAN········ 4

F. GEJALA KLINIS PADA MODALITAS PEMAHAMAN BAHASA TULIS········· 4

G. GEJALA KLINIS PADA MODALITAS MENULIS····································· 4

H. GEJALA KLINIS PENYERTA GANGGUAN KOMUNIKASI························ 5

I. GEJALA KLINIS PENYERTA GAGGUAN NON KOMUNIKASI···················· 5

J. PEMERIKASAAN / ASSESSMEN·························································· 5

K. PENANGANAN / METODE TERAPI····················································· 5

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN················································································· 7

B. SARAN·························································································· 7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam berbahasa tercakup berbagai kemampuan yaitu, bicara spontan, komprehensi,


menamai, repetisi ( mengulang ), membaca dan menulis.

Bahasa merupakan instrument dasar bagi komunikasi pada manusia dan merupakan
dasar dan tulang punggung bagi kemampuan kognitif. Bila terdapat defisit pada sistem
berbahasa, penilaian faktor kognitif seperti memori verbal, interpretasi pepatah dan berhitung
menjadi sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan. Kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa sangat penting. Bila terdapat gangguan hal ini akan mengakibatkan
hambatan yang berarti bagi pasien.

Gangguan berbahasa tidak mudah di deteksi dengan pemeriksaan yang tergesa-gesa.


Pemeriksaan perlu meningkatkan pengetahuan mengenai pola gangguan berbahasa.

B. Rumusan Masalah

- Apa definisi dari Afasia Transkortikal Campuran ?


- Sebutkan Etiologi dari Afasia Transkortikal Campuran !
- Sebutkan dimana tempat / lokasi terjadinya gangguan !
- Bagaimana gejala klinis pada modalitas bicara/ pengucapannya ?
- Bagaimana gejala klinis pada modalitas pemahaman bahasa lisannya?
- Bagaimana gejalan klinis pada modalitas pemahaman bahasa tulis (membaca )?
- Bagaimana gejala klinis pada modalitas menulisnya ?
- Bagaimana gejala klinis penyerta gangguan komunikasi ?
- Bagaimana gejala klinis penyerta gangguan non-komunikasi ?
- Bagaimana Pemeriksaan / Assesmen apa yang dilakukan ?
- Bagaimana Penanganan / Metode terapi apa yang akan diberikan ?
C. Tujuan

- Untuk mengetahui definisi dari Afasia Transkortikal Campuran.


- Untuk mengetahui etiologi dari Afasia Transkortikal Campuran.
- Untuk mengetahui dimana tempat / lokasi terjadinya gangguan.
- Untuk mengetahui gejala klinis pada modalitas bicara/ pengucapannya.
- Untuk mengetahui gejala klinis pada modalitas pemahaman bahasa lisannya.
- Untuk mengetahui gejalan klinis pada modalitas pemahaman bahasa tulis ( membaca ).
- Untuk mengetahui gejala klinis pada modalitas menulisnya.
- Untuk mengetahui gejala klinis penyerta gangguan komunikasi.
- Untuk mengetahui gejala klinis penyerta gangguan non-komunikasi.
- Untuk menngetahui Pemeriksaan / Assesmen apa yang dilakukan.
-Untuk mengetahui Penanganan / Metode terapi apa yang akan diberikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Afasia transkortikal campuran merupakan perpaduan adari afasia transkortikal sensorik


dan afasia transkortikal motorik. Afasia ini juga dapat disebut sebagai “isolasi afasia”. Afasia
jenis ini adalah hasil dari kerusakan di daerah otak yang mengisolasi area bahasa ( broca,
wernicke, dan arcuate fasiculus). Pada jenis langka ini, bagian utama bahasa (Broca dan
Wernicke) tidak terganggu tetapi bagian yang berada di sekitarnya, juga dikenal sebagai
bagian yang berhubungan dengan bahasa, mengalami kerusakan. Diperkirakan kerusakan
bagian ini membuat bagian Broca dan Wernicke terisolasi dari sistem bahasa lainnya,
termasuk kemampuan memproduksi ujaran secara spontan dan pemahaman bahasa baik oral
maupun tulisan. Penyebab paling umum adalah stroke DAS pada bagian asosiasi bahasa
sebagai akibat dari stenosis karotid internal yang parah

Menariknya, penderita afasia transkortikal campuran ini mampu memahami dan


mengulangi setiap kata atau kalimat dari tulisan maupun lirik lagu yang sudah sering mereka
lihat dan dengar. Hal ini bisa terjadi karena baik Broca maupun Wernicke sebetulnya tidak
mengalami kerusakan, melainkan bagian-bagian yang ada di sekitarnya. Akibatnya, Broca
dan Wernicke tidak mampu mengenali ujaran maupun bahasa secara spontan.

Nama lain : Isolasi daerah bicara.

B. Etiologi Afasia Transkortikal Campuran

 Stroke jenis DAS diklaim menjadi penyebab mengapa seseorang mengalami afasia
transkortikal campuran ini.
 GPDO (penyumbatan karotis yang akut ,patologi multifocal atau patologi difus)
 Anoksia (karenaracunmonoksida)

C. Tempat / lokasi terjadinya Afasia Transkortikal Campuran


Daerah – daerah besar korteks asosiasi anterior dan posterior ,tetapi daerah perisilvis
tidak kena.

D. Gejala klinis pada modalitas bicara/ pengucapannya

Bicara spontan tidak ada atau hamper tidak ada, kecuali ucapan singkat, diulang-ulang,
tanpa arti dan stereoti. Tugas dan pertanyaan diulang secara ekolalis, rangkaian dan kalimat
terbuka diteruskan secara automatis, tanpa pemahaman.

E. Gejala klinis pada modalitas pemahaman bahasa lisannya.

Sulit dalam memulai berbicara, bicara tidak lancar, irama bicara terganggu, artikulasi
umumnya terganggu, gramatikal bahasa kurang dan tidak kompleks, kemampuan menamai
buruk ( anomia ), pemahaman bahasa yang buruk , dan pengulangan ( repetisi ) baik.

F. Gejalan klinis pada modalitas pemahaman bahasa tulis ( membaca )

Cenderung sulit belajar dalam auditori atau susah untuk memahami dan mebedakan
makna dari bunyi dan dari sebuah perkataan. Keadaan yang seperti ini menyebabkan
seseorang mengalami kesulitan membaca dan merangkai fonem, namun afasia transkortikal
campuran ini mampu mengulangi ucapan orang lain .

G. Gejala klinis pada modalitas menulisnya

Gangguan koordinasi dan tremor ringan, misaligment spasial, agramatisme, omission dan
substitusi huruf ( khususnya konsonan ), reduplikasi huruf dan kata, kesalahan-kesalahan
terkonsentrasi pada akhir kata.

H. Gejala klinis penyerta gangguan komunikasi

Dalam berkomunikasi pasien dengan afasia transkortikal campuran biasanya sering


mengulangi apa yang dikatakan kepada mereka.

I. Gejala klinis penyerta gangguan non-komunikasi

Meliputi kesulitan dalam komunikasi dan penyandangnya mengalami kegagalan


dalam menerapkan kemampuan berbahasa. Penderita mengalami kesulitan dalam
menyampaikan isi pikiran dan perasaannya melalui lisan, baik dalam bentuk kata maupun
kalimat. Kemampuan berbahasa penderita menjadi terganggu dan pnderita mengalmai
kesulitan dalam berbahasa, itu semua disebabkan oleh kelainan fungsi otak dan alat bicara.

J. Pemeriksaan / Assesmen apa yang dilakukan

Pemeriksaan yang bisa dilakukan ialah dengan menggunakan tes TADIR.

K. Penanganan / Metode terapi apa yang akan diberikan

 Terapi intonasi melodi

Terapi intonasi melodi ialah program terapi yang memanfaatkan intruksi


terprogram, yang mengguanakan terapi musik untuk membantu pasien dengan
gangguan komunikasi yang disebabkan oleh cedera otak. Metode ini menggunakan
gaya bernyanyi yang disebut intonasi melodi untuk merangasang aktivitas hemisfer
kanan untuk memproduksi bicara ( Caroll 1996).

 PACE ( Promoting Aphasic’s Communicative Effectiveness )


Jenis terapi ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan percakapan sebagai alatnya. Dalam terapi ini akan
menggunakan lukisan-lukisan , gambar, serta benda-benda visual. Benda-benda ini
akan digunakan oleh pasien sebagai sumber ide untuk dikomunikasikan dalam
percakapan. Pasien dan terapis secara bergiliran akan menyampaikan ide-ide
mereka.

 RET ( Response Elaboration Training / Pelatihan respon elaborasi ) oleh ( Kevin


Kearns, 1985 )
Merupakan terapi bicara / bahasa untuk afasia. Pada tingkat pertama pasen
diajarkan untuk mengambil alih algu-lagu. Lalu itu didukung oleh kekuatan oirama
dan aksen lagu. Pada tingkat kedua pasien diajarkan menyanyi kalimat-kalimat
pada melodi, mula-mula dengan turut menyanyi dengan ahli terapi, lalu meniru
menyanyi, dan akhirnya dengan menggunakan kalimat yang dilatih itu sebagai
jawaban atas suatu pertanyaan. Pada tingkat ketiga masih dengan lagu, dilatih
kalimat-kalimat yang lebih pajang. Akhirnya, pada tingkat keempat tidak ada
nyanyian lagi. Tetapi latihan dilakukan dengan intonasi yang berlebihan. Tingkat
terakhir adalah tahap antara menyanyi dan berbicara normal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Afasia transkortikal campuran merupakan sebuah gangguan dalam berbahasa yang


disebabkan akibat posterior di otak sehingga penderita hanya bisa mengeluarkan pikiran dengan cara
membeo dan berceloteh tanpa makna yang jelas.

B. Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnann. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari pembaca.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Scavous Acid. 2013. AFASIA. Diakses dari https://www.scribd.com/doc/143516499

Anda mungkin juga menyukai