NIM : 835030161
MAKUL : Pemantapan Kemampuan Propesional (PKP )
KAJIAN PUSTAKA
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti
“belajar atau hal yangg dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut
wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya yang berkaitan dengan penalaran. Menurut
Soedjadi, matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah ruang
dan bentuk.
Sedangkan pengertian pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan guru agar
siswa belajar. Pembelajaran merupakan peroses kegiatan yang berisi aktivitas yang dilakukan
siswa untuk mencapai tujuan belajaranya. Dan merupakan interaksi dua arah antara guru dan
siswa. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, pembelajaran
adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu dalam
bimbingan dan arahan serta motivasi dari seorang guru.
Ada pun pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidikan
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasinya, sering kali pembelajaran itu
diidentikkan dengan kata mengajar.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Pembelajaran
matematika merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan. Kedua
kegiatan tersebut akan berkolaborasi secara terpadu pada saat terjadi interaksi antara guru
dengan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungannya di saat
pembelajaran matematika berlangsung.
Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi, yaitu memiliki objek tujuan abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Menurut Piaget, siswa sekolah dasar
umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13, mereka berada pada fase
operasional konkret. Pada umumnya usia perkembangan kognitif, siswa sekolah dasar masih
terikat dengan objek yang konkret yang dapat dilihat atau ditangkap oleh panca indranya.
Sedangkan dalam pembelajaran matematika siswa berpikir dari hal-hal yang konkret menuju
hal-hal yang abstrak, maka salah satu jembatannya adalah siswa menggunakan alat bantu
berupa media pendidikan dan alat peraga yang dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan
oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Media pendidikan dan alat
peraga yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual anak MI/SD dapat
menerima konsep-konsep matematika yang abstrak melalui benda-benda konkret.
Dengan adanya media pendidikan dan alat peraga siswa akan lebih banyak mengikuti
pelajaran matematika dengan senang dan gembira sehingga minat untuk mempelajari
matematika semakin semangat atau besar. Siswa akan senang tertarik, teransang dan bersikap
positif terhadap pembelajaran matematika. Banyak orang yang memandang matematika
sebagai bidang studi yang sangat sulit, diantaranya bagi siswa sekolah dasar (SD), siswa
sekolah menengah (SMP atau SMA) dan bahkan bagi mahasiswa perguruan tinggi. Meskipun
demikian, semua orang harus mempelajarinya karena matematika marupakan sarana untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya membaca, bahasa dan
menulis. Oleh karena itu, matematika sebagai limu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh
siswa, terutama sejak usia sekolah dasar bahkan sejak dini. Kesulitan matematika harus diatasi
sedini mungkin, kalau tidak akan menghadapi banyak masalah karena pada setiap jenjang
pendidikan, matematika selalu diperlukan termasuk dalam kehidup sehari-hari.
2. pengurangan
a) mengurangkan satu bilangan dari bilangan lain
contoh :
enam melon dikurangi dua melon sama dengan empat melon
6–2=4
b) mengurangkan satu bilangan dari bilangan lain dengan cara bersusun
c) menentukan pasangan bilangan yang selisihnya ditentukan
contoh :
pasangan bilangan yang berselisih 5
5 dan 0
6 dan 1
7 dan 2
8 dan 3
9 dan 4
10 dan 5
Joyce & Weil dalam Rusman (2018, hlm. 144) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau lingkungan belajar lain. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
(Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm. 48). Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain)
yang menggambarkan proses rinci penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya
interaksi pembelajaran agar terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta didik
(Sukmadinata & Syaodih, 2012, hlm. 151).
D. Jenis-Jenis Active Learning
Semua jenis pembelajaran cenderung memiliki tujuan yang hampir serupa, yakni
pemberdayaan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk bisa mengembangkan ketiga
aspek tersebut active learning memiliki beberapa jenis teknik dan meteode, yakni:
a. True or False (Benar atau Salah)
Teknik ini adalah kegiatan kerjasama yang mengharuskan siswa untuk berpartisipasi
secara langsung ke dalam materi. Teknik ini mengajak siswa agar bisa mengungkapkan
salah atau benar pada sebuah materi yang telah dijelaskan oleh guru.
b. Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing)
Teknik ini adalah kegiatan untuk mengetahui penguasaan materi pada siswa, bisa juga
digunakan untuk alat uji pemahaman siswa. Teknik ini dilakukan dengan cara mengharuskan
siswa untuk mencocokan jawaban dengan materi, apakah sudah sesuai atau belum.
c. Card Sort (Cari Kawan)
Teknik ini adalah kegiatan kerjasama yang dapat dipakai untuk mempelajari konsep, sifat,
pengkategorian, fakta dari sebuah informasi dan membahas sebuah objek. Teknik ini
mengajak setiap grup belajar untuk menjelaskan isi kartu yang telah diberikan oleh guru
kepada grup. Siswa akan mempresentasikan isi kartu tersebut dengan bahasa mereka sendiri.
d. The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)
Teknik ini merupakan kegiatan belajar yang dipakai untuk menjelaskan kegunaan dari
kerjasama dalam pembelajaran kooperatif. Teknik ini mengharuskan siswa untuk bisa
memperoleh jawaban secara mandiri (individu) dari apa yang telah guru tanyakan.
Selanjutnya siswa bisa berdiskusi bersama dengan teman satu bangku.
e. Rotating Roles (Permainan Bergilir)
Teknik ini adalah kegiatan siswa dalam belajar melakukan keahlian drama atau sandiwara.
Pada teknik ini siswa diminta untuk menciptakan sebuah skenario yang sesuai dengan
kehidupan sehari-hari dengan acuan materi yang sedang didiskusikan.
3. MEDIA BELAJAR
A. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi pelajaran kepada peserta didik dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Hal ini didukung
dengan menurut Arsyad (2015:10), Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Menurut Karim (2014:7), media
pembelajaran adalah suatu perentara yang menghubungkan si penyampai pesan dengan si
penerima pesan , dalam hal ini pesan berupa materi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan
dalam hal yang berhubungan dengan program pendidikan.
Media memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan sebagai suatu sarana atau
perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara
komunikator dan komunikan (Asyar, 2011). Media adalah alat bantu apa saja yang dapat
dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002). Di mana
media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara
alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar
menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2011:4) mengemukakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video
recorder, film, slide (gambar bingkai), foto gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media
pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam pembelajaran,
dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (pendidik
maupun sumber lain) kepada penerima (peserta didik). Secara umum media pembelajaran
memiliki peran sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan pembelajaran agar tidak terlalu bersifat verbal.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif
peserta didik.
4. Menjadikan pengalaman manusia dari abstrak menjadi konkret.
5. Memberikan stimulus dan rangsangan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif.
6. Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar.
a. Aspek Sikap
Penilaian hasil belajar berdasarkan aspek sikap lebih mencerminkan kepada dampak yang
dihasilkan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam bentuk sikap kehidupan,
yang mengacu kepada nilai agama dan sosial yang berlaku di masyarakat. Hal ini diperkuat
kajian dari Kemendikbud (2014: 20) yang menjelaskan bahwa
Dimensi sikap memiliki kompetensi lulusan diantaranya memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di rumah, sekolah dan tempat bermain.
Mengacu kepada kajian tersebut maka hasil belajar yang dinginkan pada aspek sikap
adalah tingkat kemampuan siswa untuk menerapkan nilai agama dan nilai sosial di dalam
kehidupan sehari-hari. Penilaian sikap yang digunakan pada penelitian ini ditujukan kepada
nilai sikap santun, kerja sama, percaya diri dan semangat siswa dalam proses pembelajaran.
b. Aspek Pengetahuan
Penilaian aspek pengetahuan berhubungan langsung dengan pencapaian tujuan
pembelajaran yang ditentukan berdasarkan uraian indikator pada materi pembelajaran. Menurut
kajian dari Kemendikbud (2014: 21) menjelaskan bahwa
Dimensi pengetahuan memiliki kompetensi lulusan pada aspek memiliki pengetahuan faktual
dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan awawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di
lingkungan rumah, sekolah dan tempat bermain.
Berdasarkan kajian diatas maka dalam hal ini tujuan dari aspek pengetahuan secara umum
mengacu kepada penguasaan siswa terhadap fakta dan konsep yang terdapat di dalam materi
pembelajaran. Pada proses penelitian ini pencapaian aspek pengetahuan ditentukan berdasarkan
tingkat pemahaman siswa dalam menentukan sifat benda cair melalui penerapan Active learning.
c. Aspek Keterampilan
Aspek keterampilan merupakan tindaka lanjut adari adanya pemahaman siswa terhadapa
materi pembelajaran, hal ini dikarenakan adanya kemampuan berpikir yang diaplikasikan dalam
bentuk tindakan dan kreatifitas yang efektif dan efisien berdasarkan materi pembelajaran. Hal ini
didukung kajian Kemendikbud (2014: 21) bahwa “
dimensi keterampilan memiliki kompetensi yang memiliki kemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya”.
Mengacu kepada kajian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aspek keterampilan merupakan
tindakan yang dilakukan berdasarkan pemahaman berpikir.
Dalam proses penelitian ini, aspek keterampilan yang ditentukan sebagai bentuk penilaian
adalah persiapan dalam proses demonstrasi, proses pelaksanaan demonstrasi dan penentuan
kesimpulan akhir dari proses demoinstrasi.