Anda di halaman 1dari 56

3/8/2015

Karya Tulis

7th February 2013


Diposkan 7th February 2013 oleh Theresia Lely Okvitasari
0

19th September 2012

Tambahkan komentar

MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERHITUNG SISWA TK B TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 TKK KARITAS
III SURABAYA DENGAN ALAT PERAGA
POHON HITUNG

BABI
PENDAHULUAN

A.LatarBelakangPermasalahan
TK Katolik Karitas III pada tahun pelajaran 20112012 mempunyai 5 rombongan
belajaryaituTKAP(1kelas),TKA(2kelas)danTKB(2kelas)denganjumlahsiswa62
orang. TK B pada tahun pelajaran 20112012 jumlah siswanya 24 orang, dengan
pembagian TK B1 jumlahnya 13 siswa dan TK B2 jumlahnya 11 siswa. Berdasarkan
raportsemester2TKAlalu,siswayangsekarangdudukdiTKBini,kemampuanbidang
kognitifterutamadalammembilang,mengurutkanangka110ataumengurutkanbenda15
sangatkurang.Siswayangmendapatkanbintang2dicapaioleh9orang(37,5%),bintang3
dicapaioleh12orang(50%),dansiswayangmemperolehbintang4ada3orang(12,5%).
Hasil yang diperoleh ini masih jauh dari harapan sekolah akan kemampuan kognitifnya
setelah siswa menyelesaikan TK A yaitu kemampuan kognitifnya mencapai 90% untuk
bintang4.
Kesenjangan antara harapan dan kenyataan tersebut di atas, disebabkan oleh
beberapa faktor dibawah ini yaitu siswa masih sering rancu antara menghitung
penjumlahan dan pengurangan, kurang latihan di rumah, kemampuan membilangnya
http://lelyokvi.blogspot.com/

1/56

3/8/2015

Karya Tulis

rendah. Dipandang dari sudut guru tidak ada inovasi dalam pembelajaran berhitung
sehingga siswa bosan, kurang maksimal dalam menggunakan alat peraga yang dapat
membantu siswa, dan guru kurang dapat menjelaskan cara termudah dalam proses
berhitung.Darisisikeadaankelastidakadapembagiankelompokdalambekerja(klasikal).
Proses kegiatan di tahun pelajaran 2010/2011, dalam pembelajaran berhitung dan
membilanggurumenggunakanalatperagakartubilangantetapihasilyangdicapaikurang
maksimal. Kartu bilangan hanya dapat membantu siswa dalam membilang, maka dalam
penelitianinikartubilangandimodifikasikandenganpemakaianalatperagapohonhitung.
Pohon hitung ini dapat membantu siswa untuk belajar penjumlahan dan pengurangan,
memahamiprosesdalamberhitung.
Pohon hitung adalah alat peraga yang digunakan bersama dengan kartu bilangan,
kartu gambar dan tanda operasional hitung (+ dan ). Siswa dapat secara bergantian atau
berlombauntukmenghitungsoalyangdiberikangurudanmeletakkanangkayangbenardi
pohonhitung.Denganpohonhitungsiswadapatpulabelajarsendiriuntukmembuatsoal,
menyelesaikannya dan memahami proses penghitungan. Dengan memahami proses
berhitungkerancuansiswaakanpenjumlahandanpenguranganakanberkurang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul Meningkatkan
KemampuanBerhitungSiswaTKBTahunPelajaran20112012TKKKaritasIIISurabaya
denganAlatPeragaPohonHitung.

B.RumusanMasalah
Masalahyangdiangkatpenelitidalamlaporanpenelitiantindakankelasiniadalah:
BagaimanakahpeningkatankemampuanberhitungsiswaTKBtahunpelajaran20112012
TKKKaritasIIISurabayadenganalatperagapohonhitung?

C.HipotesisTindakan
Jika pembelajaran kemampuan bidang kognitif menggunakan alat peraga pohon
hitungmakakemampuanberhitung siswa TK B tahun pelajaran 20112012 TKK Karitas
IIIdapatmeningkat.

D.TujuanPenelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk peningkatan

http://lelyokvi.blogspot.com/

2/56

3/8/2015

Karya Tulis

kemampuanberhitung siswa TK B tahun pelajaran 20112012 TKK Karitas III Surabaya


denganalatperagapohonhitung.

E.IndikatorKeberhasilan
Sebagai indikasi bahwa tujuan penelitian tercapai adalah 80% siswa mempunyai
kemampuan berhitung dengan baik, dan ratarata pencapaian bintang 4 dalam berhitung
danmembilang80%.

F.Manfaatpenelitian
Bagi siswa, siswa memahami proses dalam berhitung penjumlahan dan
pengurangan,dantermotivasiuntuksenangbelajarberhitung.
Bagi guru, memudahkan guru dalam mengenalkan proses berhitung penjumlahan
danpenguranganpadasiswadantumbuhkebiasaanuntukselalumelakukaninovasidalam
kegiatanpembelajaran.
Bagi sekolah, tercipta atmosfir yang baik dalam bidang penelitian tindakan kelas,
sehinggamutupendidikandisekolahdapatmeningkat.

BABII
TINJAUANKEPUSTAKAAN

A.

http://lelyokvi.blogspot.com/

Kajiankajian Teori [http://www.blogger.com/post-create.g?


3/56

3/8/2015

Karya Tulis

blogID=8200753001144209649]
1.Mengajarkan Konsep Prabilangan
Dulu sebelum kalkulator saku ditemukan, manusia memerlukan keterampilan
menghitung secara akurat dan efesien. Lain halnya dengan sekarang ini, orang tidak begitu
penting lagi memiliki keterampilan menghitung seperti itu. Pekerjaan hitung-menghitung
sudah tidak perlu lagi dibebankan kepada kepala manusia, pekerjaan seperti itu sudah dapat
ditangani oleh produk teknologi seperti kalkulator dan komputer. Oleh karena itu manusia
yang diperlukan pada era milenium ini adalah orang yang secara kreatif dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.
Untuk membekali para siswa terjun di kancah kehidupan, program pembelajaran
matematika di sekolah memiliki peranan yang sentral untuk mengkader manusia tangguh,
mampu berpikir logis, sistematis , dan kreatif. Oleh karena itu pembelajaran matematika di
sekolah tidak lagi sekedar terampil berhitung dan menghafal fakta-fakta, tetapi selain
ketrampilan yang mendasari keperluan hidup yang masih harus diberikan, yang lebih penting
lagi adalah pengembangan nalar siswa. Disamping itu program pembelajaran matematika di
sekolah harus mampu mendasari pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi dan mampu menghadapi perkembangan sosial dan teknologi dalam
kehidupannya kelak.
Sejak puluhan tahun yang lalu perubahan secara substansial baik dalam strategi
mengajar maupun dalam kurikulum matematika sekolah telah mengalami perubahan yang
banyak. Teori belajar seperti yang dikemukakan oleh Gagne, Jerome Bruner, Jean Piaget,
dan Zoltan Dienes, telah mengubah paradigma baru bagaimana seharusnya matematika
diajarkan. Dulu konsentrasi matematika sekolah, terletak pada proses melakukan kalkulasi
sehingga

tertumpu

pada

latihan

berhitung

dan

menghafal

fakta-fakta.

Sekarang

pembelajaran matematika di sekolah dasar menekankan pada pemahaman konsep dasar


matematika dan hubungan antar berbagai sistem bilangan. Bukanlah berarti ketrampilan
berhitung sudah tidak diperlukan lagi, namun latihan dan hapalan itu akan lebih baik apabila
dilandasi dengan pemahaman. Tanpa pemahaman ini, siswa akan kecil kemungkinannya
dapat mengikuti perkembangan matematika dan kesulitan dalam menyelesaikan persoalanpersoalan kontektual. Jika sekarang kita mulai berpikir program pembelajaran matematika
yang bagaimana yang semestinya dikembangkan? Untuk menjawabnya paling tidak kita
harus dapat menjawab tiga pertanyaan: Apakah matematika itu? Bagaimana anak belajar
matematika? Matematika apa yang harus dipelajari anak?
Apakah matematika itu? Seringkali orang mempertukarkan matematika dan
aritmetika (berhitung). Padahal aritmetika itu hanyalah bagian dari matematika yang berkaitan
dengan bilangan, termasuk di dalamnya berhitung (komputasi). Oleh karena itu tidak sedikit
orang bahkan guru yang berpandangan bahwa matematika itu sama dengan ketrampilan
http://lelyokvi.blogspot.com/

4/56

3/8/2015

Karya Tulis

berhitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dari bilangan bulat,
pecahan, dan desimal. Matematika itu pada dasarnya bukan hanya sekedar berhitung,
namun lebih luas daripada itu. Matematika dapat dipandang sebagai ilmu tentang pola dan
hubungan. Siswa perlu menjadi sadar bahwa diantara ide-ide matematika terdapat saling
keterkaitan. Siswa harus mampu melihat apakah suatu ide atau konsep matematika identik
atau berbeda dengan konsep-konsep yang pernah dipelajarinya. Misalnya, menjelang kelas
satu siswa dapat memahami bahwa fakta dasar penjumlahan 2 + 3 = 5 adalah berkaitan
dengan fakta dasar lain 5 2 = 3. Ditinjau dari karakteristik keterurutan dari ide-ide yang
terstruktur dengan rapi dan konsisten, matematika dinyatakan juga sebagai seni. Oleh
karena itu siswa jangan memandang matematika sebagai ilmu yang rumit, memusingkan,
dan sukar tetapi siswa perlu memaklumi bahwa di balik itu terdapat suatu keterurutan yang
runtut dan konsisten.
Matematika diartikan juga sebagai cara berpikir sebab dalam matematika tersaji
strategi untuk mengorganisasi, menganalisis, dan mensintesis informasi dalam memecahkan
permasalahan. Seperti orang menulis sistem persamaan untuk menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu matematika dapat dipandang sebagai bahasa dan
sebagai alat. Sebagai bahasa matematika menggunakan definisi-definisi yang jelas dan
simbol-simbol khusus dan sebagai alat matematika digunakan setiap orang dalam
kehidupannya.
Bagaimana anak belajar matematika? Perlu diketahui guru bahwa kebanyakan
anak pada awal-awal masuk sekolah akan belajar mulai dari situasi-situasi nyata atau
daricontoh-contoh yang spesifik bergerak ke hal-hal yang lebih bersifat umum. Sebagai
contoh, adalah kurang tepat jika guru memulai konsep bundar melalui definisi. Namun akan
lebih menguntungkan apabila guru memulai dengan memperkenalkan benda-benda yang
sering dilihat anak seperti kelereng, bola pingpong, bola sepak, balon, dan sejenisnya.
Melalui benda-benda itu anak akan mencoba mengklasifikasi benda yang disebut bundar.
Kegiatan mengklasifikasi seperti ini dapat membiasakan anak mengamati dan memaknainya
sehingga sampai pada pemahaman tentang bundar. Tentu saja matematika dapat diajarkan
melalui: melihat, mendengar, membaca, mengikuti perintah, mengimitasi, mempraktekkan,
dan menyelesaikan latihan. Perlu diingat, bahwa itu semua mengundang peran-serta guru
yang seimbang dalam membimbing dan mengarahkannya. Pertanyaan yang harus dijawab
dengan jujur adalah, apakah dengan cara seperti ini anak benar-benar dapat memahami
konsep yang diberikan dan memaknainya dengan baik? Memang, bagaimanapun kegiatan
belajar siswa akan dipengaruhi banyak faktor, seperti pengalaman, kemampuan,
kematangan, dan motivasi, sehingga teori belajar yang mana pun belum tentu cocok untuk
anak pada level dan topik tertentu. Namun secara umum bagaimana siswa belajar
matematika telah banyak dikaji dan dikembangkan.
Pengalaman akan benda-benda kongkrit yang dimiliki anak sangat membantu dalam
http://lelyokvi.blogspot.com/

5/56

3/8/2015

Karya Tulis

mendasari pemahaman konsep-konsep yang abstrak. Guru harus trampil membangun


jembatan penghubung antara pengalaman kongkrit dengan konsep-konsep matematika.
Oleh karena itu benda-benda nyata dan benda-benda yang dimanifulasi akan sangat
membantu anak di Taman Kanak-kanak dalam belajar matematika. Oleh karena itu peranan

Karya Tulis

telusuri

media pembelajaran, terutama alat peraga, memiliki peranan yang penting untuk kegiatan
Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis
pembelajaran matematika di Taman Kanak-kanak.
Memupuk konsep pra-bilangan pada diri anak. Umumnya anak yang baru
Taman Kanak-kanak sudah bisa menyebut satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Namun
seringkali mereka belum bisa membandingkan kumpulan benda yang mana yang lebih
banyak, lebih sedikit, atau sama banyak. Mereka umumnya dapat menyebut bilangan melalui
ingatan dan meniru ucapan dari lingkungan mereka seperti keluarga. Seringkali anak perlu
mengemukakan kata-kata yang mengandung makna kuantitas dalam kehidupannya, seperti:
kakak saya lebih tinggi daripada saya, kelereng kakak lebih banyak daripada kelerengku.
Pernyataan-pernyataan anak seperti itu dikemukakannya secara spontan. Selain itu selain
konsep bilangan, pada awal perkembangannya mereka menggunakan konsep pengukuran
seperti lebih panjang, lebih tinggi, atau lebih tinggi. Pengalaman anak seperti yang
dikemukakan di atas disebut pengalaman pra-bilangan. Kita sebagai guru harus terampil
memanfaatkan momen-momen yang ada seperti itu. Sebelum memperkenalkan konsep
bilangan, beberapa hal yang perlu dikuasai terlebih dahulu adalah: (1) mengklasifikasi, (2)
membandingkan, dan (3) kekekalan bilangan.

Mengklasifikasi. Mengklasifikasi adalah ketrampilan mendasar yang


diperlukan dalam kehidupan, baik itu menyangkut atau tanpa bilangan. Misalnya,
memisahkankelompokanaklakilakidanperempuandalamkelastanpamengetahui
jumlahnya adalah sudah merupakan kegiatan mengklasifikasi. Jika seorang anak
ditanya berapa orang jumlah perempuan di kelas, maka langkah pertama ia harus
mampu membedakan perempuan dengan lakilaki. Kemudian ketika akan mulai
menghitung, anak itu harus tahu apa yang mesti dihitung. Jadi kegiatan
mengklasifikasi akan membantu mengidentifikasi apa yang semestinya dihitung.
Seringnya memberi latihan seperti ini kepada anak akan mempertajam daya
mengklasifikasi dan daya pikir anak itu. Perhatikan kartu kegiatan pada Gambar 1
danberapabanyakbendayangtampak?

http://lelyokvi.blogspot.com/

6/56

3/8/2015

Karya Tulis

Gambar1.ContohKartuGambar
Jawabannya tentu sebuah bilangan yang menyatakan berapa banyak. Bilangan yang
digunakan dalam kontek seperti ini disebut bilangan kardinal. Sebelum dapat menemukan
bilangan kardinal yang dimaksud, terlebih dahulu kita harus memutuskan yang mana yang
termasuk buah-buahan. Ini berarti kita harus mengklasifikasi buah-buahan dari benda-benda
lainnya. Kadangkala kita dapat mengklasifikasi dengan mudah sebab kita bisa membedakan
benda-benda itu dengan mudah. Bahan untuk kegiatan mengklasifikasi sangat banyak di
sekitar kita, misalnya botol plastik kecil, bekas tutup minuman, bekas tutup odol, kancing, dll.
Atau kita bisa membuat dengan sederhana, misalnya bangun-bangun geometri dari kertas
warna seperti pada Gambar 2.

Gambar2.BentukbentukGeometri
Dengan menggunakan bangun-bangun geometri di bagian atas, bangun manakah
yang harus kita letakan pada sisi kanan?
Membandingkan. Membandingkan suatu kuantitas dengan yang lainnya, juga
termasuk langkah yang penting sebelum anak bisa membilang selain itu memiliki kontribusi
yang baik dalam penguasaan bilangan. Kegiatan membandingkan bisa dimulai di kelas
melalui menggunakan benda atau barang milik siswa masing-masing. Misalnya guru
menanyakan kepada siswa dan teman sebangkunya, Coba siapa di antara masing-masing
teman sebangkumu yang membawa buku lebih banyak?. Atau guru bertanya, Apakah
semuanya telah mendapatkan kertas? Ketika proses membandingkan dilakukan terhadap
beberapa kumpulan benda yang berbeda, maka kita telah mengurutkan. Misalnya, tiga anak
menuliskan masing-masing nama panggilannya, seperti di bawah ini.
A N I T I N A S A L I M
Siapa yang nama panggilannya paling panjang? Siapa yang nama panggilannya
paling pendek? Dapatkah kamu menemukan yang nama panggilannya sama panjang
denganmu? Dapatkah kamu menemukan yang nama panggilannya lehih pendek denganmu?
Kekekalan Bilangan. Konsep kekekalan bilangan yang dimiliki anak menunjukkan

http://lelyokvi.blogspot.com/

7/56

3/8/2015

Karya Tulis

bagaimana anak itu berpikir. Untuk mengetahui apakah anak telah memiliki konsep
kekekalan bilangan atau belum dapat dilakukan melalui peragaan seperti pada Gambar 3.
Dua baris kubus yang berbeda warna jika berbeda baris disusun saling berdampingan,
kemudian guru dan anak melihatnya bersama-sama. Guru bertanya kepada anak untuk
membandingkan.

Gambar 3. Balok berwarna yang berdampingan


Guru: Ada berapa balok biru?
Setelah menghitung anak menjawab, Enam
Guru: Ada berapa balok merah?
Anak itu menghitung lagi dan menjawab, Enam
Guru: Apakah balok merah sama banyaknya dengan balok biru?
Anak: Betul, sama!
Kemudian guru mengubah posisi letak kedua baris balok menjadi seperti pada
Gambar 4.

Gambar 4. Balok berwarna yang letaknya acak


Berapa banyak balok biru?
Enam.
Berapa banyak balok merah?
Enam.
Mana yang lebih banyak, balok biru atau merah?
Banyak yang merah.
http://lelyokvi.blogspot.com/

8/56

3/8/2015

Karya Tulis

Katanya balok biru enam, dan balok merah enam.


Ya, tapi balok merah lebih banyak. Dari percakapan di atas menunjukkan bahwa
anak masih berpikir bahwa bilangan dapat berubah-ubah banyaknya tergantung dari letak
susunannya atau konfigurasinya. Anak seperti ini belum memahami konsep kekekalan
bilangan.
Membilang. Pertama kali anak mencoba membilang dengan mengingat dan meniru
dari orang tua atau anak yang lebih tua darinya. Sering terdengar anak kecil membilang
seperti, satu, dua, empat, sembilan, sepuluh. Kedengarannya asing, tapi hal seperti
ini suatu yang biasa. Anak berusaha mengingat nama bilangan dan urutannya namun belum
benar. Keterampilan anak membilang mengalami beberapa tahapan perkembangan. Berikut
ini adalah beberapa tahap cara anak membilang yang umumnya ditemukan pada anak usia
empat sampai enam tahun.
Membilang karena hafal (rote counting). Pada tahap ini anak dapat membilang
karena ia sudah hafal. Ia melakukannya tanpa pemikiran atau pemahaman tentang bilangan.
Pada tahap ini anak belum bisa memasangkan banyaknya objek yang dibilang dengan
bilangan yang disebutnya.
Membilang dengan menunjuk (point counting). Anak pada tahap ini dapat
melakukan membilang dengan menunjuk objek yang dihitung dan menyebutkan bilangan
yang benar setelah menunjuk objeknya, namun penunjukkan yang dilakukan dapat keliru jika
lebih dari satu objek, seperti diilustrasikan di bawah ini:


satu dua tiga
Gambar 5. Ilustrasi membilang dengan menunjuk
Pada tahap ini pula anak sudah bisa membilang dengan benar, tetapi masih belum
tahu berapa banyak benda yang telah dihitungnya. Misalnya ketika ditanya, Berapa banyak
mainanmu dalam dus? Anak bisa membilangnya dengan benar seperti, satu, dua, tiga,
empat, lima, enam, namun tidak bisa menjawab pertanyaan. Anak belum menyadari bahwa
http://lelyokvi.blogspot.com/

9/56

3/8/2015

Karya Tulis

bilangan terakhir yang disebutkannya menunjukkan jumlah mainan miliknya.


Membilang secara rasional (rational counting). Pada tahap ini anak sudah mampu
membilang dengan benar. Anak sudah bisa menyebutkan jumlah bilangan sesuai dengan
hasil membilang yang dilakukannya. Kemampuan membilang secara rasional merupakan
ketrampilan yang sangat penting untuk anak usia lima sampai enam tahun. Pada awal masuk
TK B umumnya siswa telah dapat membilang sampai 10, 20, atau bahkan lebih.
Membilang dengan melanjutkan (counting on). Anak yang memasuki tahap ini sudah
bisa membilang dari berapa pun awalnya. Misalnya, anak sudah bisa meneruskan
membilang mulai dari tujuh dan meneruskannya, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dan
seterusnya.
Membilang mundur (counting back). Pada tahap ini anak sudah mampu melakukan
membilang mundur dari berapa pun awalnya. Misalnya, anak sudah bisa menyelesaikan
persoalan: Ali memiliki 19 coklat, kemudian 3 coklat diberikan kepada Budi, dengan cara
membilang mundur seperti: delapanbelas, tujuhbelas, enambelas, dan menyimpulkan bahwa
sisanya adalah 16. Jadi kerampilan membilang mundur ini sangat membantu dalam
memahami konsep pengurangan.
Membilang dengan meloncat (skip counting). Anak yang sudah terampil dengan
membilang meloncat bukan hanya terampil membilang dengan satuan, tetapi juga terampil
membilang dengan duaan, tigaan, atau dengan nilai tertentu dari berapapun awalnya.
Misalnya membilang limaan dari sepuluh: limabelas, duapuluh, duapuluh lima, dan
seterusnya. Anak yang sudah terampil membilang mundur sebenarnya ia sudah siap
menerima konsep perkalian dan pembagian.
Awal Pemahaman Konsep Bilangan. Pengalaman membandingkan dan
membilang turut membantu dalam pemahaman awal anak mengenai konsep bilangan.
Pengalaman ini pula yang melandasi penguasaan anak terhadap bilangan. Mengestimasi
langsung (memperkirakan) juga termasuk cara yang efektif untuk mengembangkan
penguasaan anak terhadap bilangan.

http://lelyokvi.blogspot.com/

10/56

3/8/2015

Karya Tulis

Gambar 6. My Hands
(sumber: http://www. Alat peraga TK)

Bilangan lima dan sepuluh (bilangan yang menunjukkan jumlah jemari dari satu dan
dua tangan), merupakan dua tonggak bilangan yang sangat baik dikenal anak sebab kedua
bilangan itu merupakan internalisasi dari berbagai pengalaman kongkrit yang terakumulasi
dalam beberapa tahun. Kebanyakan anak mengalami perkembangan ketrampilan membilang
pada saat mereka memasuki taman kanak-kanak. Pemahaman bilangan dari satu sampai
lima biasanya diperoleh dari pengenalan pola banyak benda, bersamaan dengan mengingat
nama bilangannya, kemudian cara menuliskannya. Misalnya, mengilustrasikan sepeda
dengan tiga roda dan pertanyaan, Berapa banyak roda sepeda? dapat digunakan untuk
memahami bilangan tiga.
Menghubungkan jumlah roda, menyebutkan nama bilangan, dan menulis lambang
bilangan sangatlah berarti bagi anak. Banyak cara yang menguntungkan dalam
menanamkan konsep bilangan antara satu sampai lima, namun yang paling baik adalah
melalui hubungan lebih satu dan kurang satu. Cara ini merupakan hal yang mendasar pada
saat siswa baru bisa membilang dan juga nilai tempat untuk bilangan yang lebih besar lagi.
Konsep lebih satu dan kurang satu dapat disajikan dalam banyak cara. Ilustrasi serupa
untuk bilangan enam sampai sepuluh dapat kita lakukan.
Menyatakan kelompok yang menunjukkan enam sampai sembilan dapat dilakukan
melalui pengamatan benda-benda sekitar atau benda-benda yang kita siapkan. Misalnya,
banyaknya hari dalam satu minggu untuk menyatakan tujuh sebagai pengelompokan yang
alami. Banyaknya bulatan dalam kartu domino juga dapat digunakan untuk bilangan lainnya.

http://lelyokvi.blogspot.com/

11/56

3/8/2015

Karya Tulis

Gambar7.KartuDomino
Sepuluh adalah bilangan yang sangat spesial, biasanya anak telah mengetahui hal ini
melalui pengamatan banyaknya dan penulisan symbol, karena sepuluh adalah bilangan
pertama yang dinyatakan dengan dua digit, menggunakan simbol 1 dan 0. Bingkai sepuluh
(susunan 2 baris x 5 kolom) merupakan model yang efektif untuk memfasilitasi anak
mengamati pola, pemahaman banyaknya dari suatu bilangan, dan pemahaman nilai tempat.
Bingkai ini sangat bermanfaat dalam pemahaman dan penguasaan bilangan oleh anak,
misalnya dapat digunakan untuk membantu anak berpikir dengan banyak strategi dalam
mencongak pada waktu mereka duduk di sekolah dasar.
Bilangan Kardinal dan Bilangan Ordinal. Maksud utama penyajian banyak objek
dari suatu grup dalam menanamkan konsep bilangan adalah agar menemukan dan
menyebutkan bilangan yang bertepatan dengan banyaknya objek. Bilangan yang digunakan
untuk menyatakan banyaknya suatu objek disebut bilangan kardinal. Dengan demikian ciri
bilangan kardinal adalah digunakan dalam menjawab pertanyaan, berapa banyak?
Aspek penting lainnya dari bilangan adalah digunakan untuk menyatakan urutan dari
suatu objek. Bilangan yang demikian disebut bilangan ordinal. Bilangan ordinal biasanya
digunakan untuk menjawab pertanyaan, yang mana? Pengurutan dan penyusunan suatu
objek akan membawa kita pada bilangan ordinal. Aturan pengurutan suatu objek dapat
diatur berdasar kriteria tertentu, seperti: ukurannya, usianya, warnanya, dan bentuknya.
Ketika anak dihadapkan dengan urutan dari suatu benda dan diminta untuk menunjukkan
benda pada urutan tertentu, maka ia akan mencoba menghitungnya. Selain menyebutkan
http://lelyokvi.blogspot.com/

12/56

3/8/2015

Karya Tulis

nama bilangan ia juga biasanya menunjuk benda sesuai dengan urutannya.


Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada awal pemahaman konsep bilangan,
anak harus diberi kesempatan untuk belajar kedua bilangan ordinal dan kardinal secara
bersamaan. Jangan khawatir dengan pertanyaan, mana dulu yang mesti diberikan? Yang
penting adalah keduanya mendapat perhatian dari guru. Misalnya, melalui peraga tangga.
Anak bisa menuliskan bilangan 1 pada anak tangga yang pertama, 2 pada anak tangga yang
kedua, dan seterusnya. Ketika siswa menggunakan bilangan ordinal dan kardinal, yang
penting mereka jangan sampai tertukar menggunakannya. Secara informal guru bisa
bertanya, Berapa banyaknya siswa perempuan di kelas ini?, Pada baris yang mana Udin
duduk?. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan menyadarkan siswa, kapan urutan
diperlukan dan kapan tidak diperlukan. Selain itu, pertanyaan seperti ini juga akan membantu
siswa berpikir dari mana mereka mulai.

2.BidangPengembanganKognitifdiTamanKanakkanak
Hasilbelajaryangingindicapaidalambidangpengembangankognitifdengan
subpokokbahasankonsepbilangan,lambangbilangandanhurufadalahmenyebutkan
lambang bilangan 110 mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan dan
mengenalberbagaimacamlambang,hurufvokaldankonsonan.
Indikatorindikatoryangtercantumdalambidangpengembangankognitifyaitu:
membilang/menyebuturutanbilangandari1sampai10membilang(mengenalkonsep
bilangan, dengan bendabenda) sampai 20 menunjuk lambang bilangan 110
membuat urutan bilangan 120 dengan bendabenda meniru lambang bilangan 110
menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan bendabenda sampai 10
mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan pengenalan huruf vokal dan
konsonan mengenal lambang bilangan 120 dan meniru berbagai lambang huruf
vokaldankonsonan.

3.PengertianAngka,Membilang,danBerhitung
Menurut kamus Bahasa Indonesia, angka adalah tanda atau tanda sebagai
pengganti bilangan. Angka yang kita pakai sekarang disebut angka Arab, karena
berasal dari Arab dan sekarang menjadi angka internasional. Angka tersebut
dilambangkandengan1,2,3,4,...dst.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, membilang adalah menghitung (dengan
menyebutkan satu persatu) atau hendak mengetahui jumlahnya. Contoh: guru
menunjukkanpinsilberjumlah5,siswamenghitungpinsilyangdipeganggurutersebut
satupersatudenganbersuarakerassatu,dua,tiga,empat,lima.

http://lelyokvi.blogspot.com/

13/56

3/8/2015

Karya Tulis

Menurut kamus Bahasa Indonesia, berhitung adalah mengerjakan hitungan


(penjumlahan,pengurangan,dsb).Dalamberhitunganakbelajarprosesdalamoperasi
hitungterutamapenjumlahandanpengurangan.

4.PohonHitung
Pohon hitung adalah alat peraga pembelajaran yang berbentuk seperti pohon
dengankartuangkayangdibentuksepertibuahbuahan/bujursangkar/lingkaran.Pohon
hitunginibiasanyaterbuatdaritriplek,tetapitidakmenutupkemungkinanguruuntuk
membuatsendiridaribahanyanglain.

Gambar8.PohonHitung
(sumber: http://www. Alat peraga TK)

Alatbantudalampermainanpohonhitungadalahkartuangkayangbertuliskan
bilangan 110 atau lebih, kartu gambar untuk kegiatan membilang dan kartu
operasionalhitung(+,,x,:).

3
2
4
5
1

13
12
14
18
17
16
15

Gambar9.ContohKartuBilangan120

Bermain dengan pohon hitung yang dilakukan dengan cara bermain dan
http://lelyokvi.blogspot.com/

14/56

3/8/2015

Karya Tulis

memasangkan benda yang dilakukan secara berulangulang sehingga pada akhirnya


mampumenyebutkanbilangan110secaraurutdanbenar,terampildalammembilang
danmengoperasikanpenjumlahandanpengurangan.

B.

Kajian

Penelitian

Terdahulu

yang

Relevan

[http://www.blogger.com/post-create.g?
blogID=8200753001144209649]
Berdasarkan penelitian Esti Palupi (2006) di TK Nasional KPS Balikpapan, 54%
siswa TK B yang berjumlah 24 mampu dalam berhitung permulaan melalui kegiatan
bermaindi7sentraterutamasentrapersiapandansentrabalok.Padasentrapersiapananak
disiapkanuntukcalistung(membaca,menulisdanberhitung).Makadisentrainidisiapkan
berbagai alat peraga yang menunjang seperti kartu huruf, kartu angka, bukubuku cerita,
alat tulis, angkaangka pohon hitung, dan bahanbahan lain yang merangsang anak
mencoba konsep aksara dan matematika. Pada sentra balok, berisi balokbalok bentuk
geometridenganberbagaiukurandanwarna,yangberjumlahpalingsedikit100balok. Di
sentraini,setiapanakdirangsanguntukmenciptakanbentukbangunanyangbervariasidan
terstruktursesuaidenganideataugagasannya.Anaktanpasadarbelajarmenghitungjumlah
balokyangdiperlukandalamkonstruksibangunanyangdiciptakannya.
PenelitianyangdilakukanolehHalimah(2009)diTKIhsaniyahTegal,kemampuan
TK B dalam membedakan bilangan genap dan ganjil menggunakan alat peraga pohon
hitung, mengalami peningkatan 24,06%. Tujuan penelitian ini siswa memiliki
kemampuan berhitung dan membedakan bilangan genap dan ganjil serta menambah
perbendaharaanberbahasamatematikapermulaan.

C.

Kerangka Berpikir

[http://www.blogger.com/post-create.g?

blogID=8200753001144209649]
Siswa TK dalam kegiatan pembelajarannya selalu menuntut keobyektifan, karena
kognisi mereka belum mencapai untuk berpikir yang subyektif. Dengan segala sesuatu
yang obyektif, siswa dapat lebih memahami struktur, detail dan bentuk dari apa yang
diajarkanatauditunjukkanguru.SepertiyangdijelaskanolehPiaget,untukmeningkatkan
perkembanganmentalanakkearahyanglebihtinggidapatdilakukandenganmemperkaya
pengalaman anak melalui pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental anak

http://lelyokvi.blogspot.com/

15/56

3/8/2015

Karya Tulis

melaluipengalamanpengalamanaktifmelaluibendabendadisekitaranak.
Begitu pula halnya dalam kegiatan berhitung, apabila guru tidak memakai alat
peraga, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami proses berhitungnya.
Kemampuansiswadalammembilangyangsangatrendah,akanmenyulitkanmerekauntuk
memahamiprosespenjumlahandanpengurangan.Seperti yang dikemukakan oleh Sophia
(1995) dalam PTK Halimah, anak pada usia 5 tahun mengembangkan pengertian tentang
bilangan dan nama bilangan. Kemampuan ini disebut kelestarian jumlah, dimana
kelestarian jumlah ini yang menguat pada usia 6 tahun akan membantu anak untuk
memahamikonsepmatematikayanglebihrumit.
Alat peraga yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran berhitung sangat banyak,
tergantung pada materi yang disampaikan. Tetapi untuk pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan,alatperagapohonhitungkiranyadapatmembantu.Dalampohonhitung,kita
menggunakankartubilangan,tandaoperasionalhitungdankartugambar.MenurutMirna
Sari, B.A dalam PTK Halimah, ditegaskan bahwa pohon hitung adalah alat untuk
memperjelasanakdalambelajarmengenalangka,membilangdanberhitung.
Dengan mempertimbangkan hasil refleksi, keadaan siswa dan kelebihan dari
pembelajaran berhitung dengan menggunakan alat peraga pohon hitung serta hasil kajian
empiris terhadap penelitian terdahulu yang relevan, maka akan dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang diberi judul Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa
TK B Tahun Pelajaran 20112012 TKK Karitas III Surabaya dengan Alat Peraga
PohonHitung.

BABIII
METODEPENELITIAN

A.MetodePenelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan model Kemmis dan
McTaggart.Metodeiniterdiridarisiklussiklus.Setiapsiklusterdiridari4komponenyaitu

perencanaan,tindakan,observasi(pengamatan)danrefleksi.

B.BaganPenelitian
http://lelyokvi.blogspot.com/

16/56

3/8/2015

Karya Tulis

observasiawal
merumuskanmasalahyangakanditeliti
merumuskanhipotesistindakan
perencanaantindakan
siklusI
posttestsiklusI
siklusII
posttestsiklusII
analisisdata
membuatkesimpulanpenelitian
menyusunlaporanpenelitian
presentasi

C.SettingPenelitian
1.Tempat
RuangkelasTKBTKKatolikKaritasIIISurabaya.
2.WaktuPenelitian
Tanggal25Juli10September2011.
3.KarakteristikSubyek
a)Subyekberusiaratarata4,55.5tahun
b) Subyekberjumlah24orangyangterdiridari12anaklakilakidan12anak
perempuan.
c)95%siswaTKBadalahWNIketurunan.
d)Siswa95%berasaldarikeluargamenengahkeatas.

D.SiklusPenelitian
1.Perencanaan
Rencanatindakan:
a)Menyusunrubrikpedomanpenskoranposttest.
b)Menyusunlembarpengamatankegiatan.
c)Menyusunlembardaftarnilaiposttesttiapsiklus.
d)MembuatsilabusdanRKHuntukpertemuanpadasikluspertamadankedua.
e)Membuatsoalposttestyangdiberikanpadaakhirsikluspertamadankedua.
f)Pembuatanalatperagakartubilangan,kartugambardanpohonhitung.
http://lelyokvi.blogspot.com/

17/56

3/8/2015

Karya Tulis

g)MenyusunLKSpadasikluspertamadankedua
h)Mempersiapkanalatpengamatanhandycamdankamera.
2.Pelaksanaantindakan
TindakandilaksanakansesuaidenganRKHyangtelahdisusun.
3.Observasi
Observasi (pengamatan) dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar data pengamatan kegiatan murid, handycam, atau
kamera.
4.Refleksi
Data yang diperoleh pada lembar observasi (pengamatan), dan hasil posttest
dianalisis kemudian dilakukan refleksi bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan
yang telah dilakukan. Kemudian mencari masalah yang mungkin timbul agar dapat
dibuatrencanaperbaikanpadasiklusII.

E.MetodePengumpulanData
1.SumberData
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa TK B TK
KatolikKaritasIIIdanpendukungpelaksanakegiatan.
2.JenisData
Jenisdatayangdiperolehdalampenelitianiniadalah:
a)Rangkumanpenilaiankemampuanmembilangdanberhitung.
b)Grafikpeningkatankemampuansiswa.
c)HasilobservasiaktivitassiswaselamaPBM.
d)Hasilobservasipengelolaanpembelajaran.
3.CaraPengumpulanData
Datayangdikumpulkandalampenelitianiniadalah:
a)Rangkumanpenilaiandiambilpadaposttestdiakhirtiapsiklus.
b)Grafikpeningkatankemampuansiswa.
c) Hasil observasi aktivitas siswa terdiri dari konsentrasi siswa dalam PBM,
keaktifan dalam bertanya dan kegiatan, memanfaatkan media belajar,
melaksanakan tugas yang diberikan, semangat dalam belajar, bahasa yang
http://lelyokvi.blogspot.com/

18/56

3/8/2015

Karya Tulis

dipakaiselamakegiatan.
d) Hasilobservasipengelolaanpembelajaranterdiridarikemampuangurudalam
menjelaskanmateri,memberikanumpanbalik,memotivasisiswa,memanfaatkan
alat peraga, bahasa yang digunakan, menunjuk dan memberi kesempatan pada
siswa,melaksanakankegiatansesuaidenganRPP,melibatkansiswauntukaktif.

F.MetodeAnalisisData
reduksidatapaparandatainterpretasidata
penyimpulan
hasilanalisis

Diposkan 19th September 2012 oleh Theresia Lely Okvitasari


0

Tambahkan komentar

19th June 2011 FOTO HASIL LOMBA APE KOTA SURABAYA


2011
[http://4.bp.blogspot.com/-

iySc3_hsDcs/Tf2FkPw4K_I/AAAAAAAAAEo/bt5ytIOii9k/s1600/Photo-0007.jpg]

http://lelyokvi.blogspot.com/

19/56

3/8/2015

Karya Tulis

[http://4.bp.blogspot.com/RgCzpCnb9kQ/Tf2FkAcIrxI/AAAAAAAAAEg/jcP-5dPrxE/s1600/Photo-0004.jpg]

[http://3.bp.blogspot.com/-YpMFsg6RbEE/Tf2Fjn3xC2I/AAAAAAAAAEY/_lG5ZfoPgsI/s1600/Photo0002.jpg]
[http://1.bp.blogspot.com/-

GO5cjzvJOSc/Tf2FjRYkSgI/AAAAAAAAAEQ/pFhssyxHZ_k/s1600/Photo-001.jpg]

Diposkan 19th June 2011 oleh Theresia Lely Okvitasari


0

19th June 2011

Tambahkan komentar

ALAT PERAGA EDUKATIF 2


PAPAN SMART

LOMBA ALAT PERAGA PEMBELAJARAN TK TINGKAT KOTA SURABAYA 2011


OLEH:

http://lelyokvi.blogspot.com/

20/56

3/8/2015

Karya Tulis

THERESIA LELY OKVITASARI

LATARBELAKANG
Alat permainan edukatif (APE) atau alat peraga pembelajaran (APP)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak di Taman
Kanakkanak. Alat permainan tersebut sangat menunjang dalam pembelajaran
anak di sekolah secara efektif dan menyenangkan sehingga anakanak dapat
mengembangkanberbagaipotensiyangdimilikinyasecaraoptimal.
Mayke Sugianto, T. 1995, mengemukakan bahwa alat permainan edukatif
(APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk
kepentinganpendidikan.Pengertianalatpermainanedukatiftersebutmenunjukkan
bahwa pada pengembangan dan pemanfaatannya tidak semua alat permainan
yang digunakan anak di TK itu dirancang secara khusus untuk mengembangkan
aspekaspek perkembangan anak. Direktorat PADU, Depdiknas (2003)
mendefinisikan alat permainan edukatif sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai
edukatif(pendidikan)dandapatmengembangkanseluruhkemampuananak.
Perbedaan antara alat permainan yang biasa dengan alat peraga
pembelajaran adalah pada alat peraga pembelajaran (APP) terdapat unsur
perencanaan,

pembuatan

secara

mendalam

yang

mempertimbangkan

karakterisitik anak dan mengaitkannya pada pengembangan berbagai aspek


perkembangananakyaitubahasa,kognitif,fisikmotorik,danseni.Sedangkanalat
permainan biasa dibuat dengan tujuan yang berbeda, yaitu untuk memenuhi
kepentinganbisnissematatanpaadanyakajiansecaramendalamtentangaspek
aspek perkembangan anak yang dapat dikembangkan melalui alat permainan
tersebut.
Untuk dapat melihat dan memahami secara lebih mendalam mengenai
apakah suatu alat permainan dapat dikategorikan sebagai alat peraga
pembelajaran(APP)untukanakTKatautidak,terdapatbeberapaciriyangharus
dipenuhinyayaitu:
1.AlatpermainantersebutditujukanuntukanakTK.
2. Berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak
TK.
3. Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk, dan untuk bermacam
tujuanaspekpengembangan(indikator)ataumultiguna.
4.Amanatautidakberbahayabagianak.
5. Dirancang untuk mendorong aktifitas dan mengembangkan kreatifitas
anak.
6.Bersifatkonstruktifatauadasesuatuyangdihasilkan.

http://lelyokvi.blogspot.com/

21/56

3/8/2015

Karya Tulis

7.Mengandungnilaipendidikan.
Alatperagapembelajaran(APP)yangdibuatolehparaguruTK,diharapkan
dapat menjadi alat peraga yang menarik minat anak, mendorong aktifitas,
mengembangkan kreativitas dan membantu anak untuk lebih memahami materi
kegiatan yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian tujuan pembelajaran di
kelas dapat tercapai dan semua aspek pengembangan yang direncanakan dapat
terlaksanakarenaanakmerasasenang,nyaman,danaman.
TUJUAN
Alat peraga pembelajaran (APP) yang kami buat ini yaitu Papan Smart,
padaintinyadiarahkanuntukmencapaitujuantujuansebagaiberikut:
1. Memperjelas materi yang diberikan. Dalam hal ini adalah bidang
pengembanganBahasadanKognitif.
2. Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk bereksplorasi dan
bereksperimen
dalam
mengembangkan
berbagai
aspek
perkembangannya,melaluikegiatanpembelajarandikelassesuaiyang
direncanakanguru.
3. Memberikan kesenangan pada anak dalam bermain dan belajar. Dalam
kegiatanpembelajarandenganmenggunakanalatperagainianakjuga
dapat belajar sambil bermain, bermain sambil belajar. Hal ini akan
membuat anak senang dan tidak terasa mereka telah belajar sesuatu
lewatpermainannya.
MANFAAT
Alat peraga pembelajaran (APP) yaitu Papan Smart ini, dapat digunakan
untuk kelompok Playgroup, TK A dan TK B. Manfaat yang dapat diperoleh lewat
alatperagaedukatifiniadalah:
1.Anakbelajarmengenalhuruf,angka.
2.Anakbelajartentangpenjumlahandanpengurangan.
3.Anakbelajarmembilang.
4.Anakbelajarmembacapermulaandanmenyusunkalimat.
5. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya dengan menuliskan kata
sebanyakbanyaknya.
6.Anakdapatbelajarmemegangpinsildenganbenar.
7. Anak dapat mengembangkan sikap untuk saling berbagi, menolong
denganteman.
8. Anak mempunyai keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan
sesuatubaiklewattulisanataulisan.
http://lelyokvi.blogspot.com/

22/56

3/8/2015

Karya Tulis

BAHAN/ALAT
1.Papantriplekukuranrelatif.
2.Sterofoam.
3.KertasCD.
4.Kalenderbekasyangtebal.
5.Plastik.
6.Lemrajawali
7.Catposter.
8.Kertaskado/kalendertipisbekas.
9.Kartonsususebanyak1buah.
10.Kartonserealkecilsebanyak3buah.
11.Isolasibolakbalik/lem.
12.Kuasbesar/sedang/kecil.
13.Pitakertas.
14.Kertaslipat.
15.Gunting.
16.Penggaris.
17.Spidolmarker.
CARAMEMBUAT
1. SiapkantriplekukuransesuaikebutuhanbentukL,tempelkansterofoam
denganbantuanlemrajawalidanberibackgrounddenganlukisanatau
fingerpainting.
2.Tempelkankardussusudisebelahkananukurandisesuaikandankardus
serealdisebelahkiriukurandisesuaikan,sebelumnyabungkusdengan
kertaskadoataukalenderyangtipis.
3. Buat kartu angka (120), kartu gambar, kartu huruf (az), kartu kata (ba,
di,...., dari, kota,.....), kartu kata lebih dari 2 suku kata (memancing,
memasak,...)darikalenderbekasyangtebal.
4. Tempelkan plastik dengan ukuran sesuai kartu dilebihkan 1cm pada
papan yang berdiri, dengan komposisi 4 di atas untuk angka, 45 di
tengah untuk menyusun huruf/kata, 34 di bawah untuk membuat
kalimat.Jumlahplastikdisesuaikandenganukuranpapandankartu.
http://lelyokvi.blogspot.com/

23/56

3/8/2015

Karya Tulis

5.Tempelkankertastebaluntukalasmenulis,letakkannoteskecilditengah
papan dan pinsil. Cover notes dari kalender bekas yang tebal/kertas
asturo, beri hiasan dan isi dari kertas CD/HVS bekas yang masih baik.
Notesbisadibuatperanak.
ASPEKYANGDIKEMBANGKAN
NO

INDIKATOR

Menunjukkanperbuatanyangsalahdan

Menunjukkansusunanhuruf/kalimat

benar(Pembiasaan)

yangbenardansalah

Menyebutkanberbagaibunyi/suara

Menyebutkanbunyihurufdankatayang

tertentu(Bahasa)

disusun

Menirukankembali34urutankata

Menyusunhurufataukatasesuai

(Bahasa)

denganyangdisebutkanguruatau

KEGIATAN

teman

Mengelompokkankatakatayangsejenis

Menuliskan/mencarikatakatayang

(Bahasa)

sesuaidengantemahariini

Menghubungkandanmenyebutkan

Menyusunhurufmenjadikata/kata

tulisansederhanadengansimbolyang

menjadikalimatsesuaidengan

melambangkannya(Bahasa)

benda/gambaryang
ditunjukkan/disediakanguru

Membilang/menyebuturutanbilangan

Mengambilkartuangkadan

dari120(Kognitif)

mengurutkannya

Membilang(mengenalkonsepbilangan

Meletakkankartugambardankartu

denganbenda)sampai10(Kognitif)

angkayangsesuaidenganjumlahbenda

Menghubungkan/memasangkan

yangadapadagambar.

lambangbilangandenganbendabenda
sampai10(anaktidakmenulis)(Kognitif)

Menyebutkanhasilpenambahandan

Membuatsoaldanmenghitunghasil

pengurangandenganbendasampai10

penambahan/pengurangandengankartu

(Kognitif)

angka

Memegangpinsildenganbenar(antara

Anakbelajarmemegangpinsildengan

ibujaridan2jari)(FisikMotorik)

benarsaatmenulisataumenggambardi
notesyangdisediakan

http://lelyokvi.blogspot.com/

24/56

3/8/2015

Karya Tulis

10

Menirumembuatgaristegak,datar,

Menuliskankatakatadenganhurufyang

miring,lengkung,lingkaran,dll(Fisik

benar

Motorik)

11

Menggambarbebasdenganberbagai

Menggambarbebassesuaidengan

mediadenganrapi(Seni)

jumlahyangdimintagurudengan
menggunakanpinsil/spidol

12

Mewarnaibentukgambarsederhana

Mewarnaigambaryangtelahdibuat

denganrapi(Seni)

dengankrayonataupinsilwarna

Diposkan 19th June 2011 oleh Theresia Lely Okvitasari


0

19th June 2011

Tambahkan komentar

ALAT PERAGA EDUKATIF 1

ALAT PERAGA EDUKATIF


TEMA : BINATANG
DIBUAT OLEH : THERESIA LELY OKVITASARI
SEKOLAH : TK KATOLIK KARITAS III SURABAYA
BAHAN :
1.Papantriplek
2.Botolukurankecil
3.KertasKoran(dibuatbuburKoran)
4.Lemrajawali
5.Batubatuan
6.Pasirputih/serbukgergaji/ampaskelapa
7.Plastisin
8.Catposter
9.Gambarbinatang,bunga
10.Stikeskrim/tusuksate
11.Isolasibolakbalik/lem
12.Kertasasturo/kardusmie
CARA PEMBUATAN :
1. Siapkan triplek ukluran sesuai kebutuhan, beri background dengan lukisan atau
fingerpainting.
2.Buatgunungdaribuburkertaskoran,bagiantengahdiberibotolagarkuat.
3. Atur batubatuan, Pasir putih/serbuk gergaji/ampas kelapa, sesuai kreasi di sekitar
gunung.
4.Plastisindapatdigunakanuntukmenempelkan/alasgambarbunga.
5. Bilagunungingindiberiwarnajangandikuastetapicukupdisemburkandengancat
yangencerdenganbantuankuas.
CARA PEMBUATAN BUBUR KERTAS :
1.KertasKorandisobeksobek..
2.Rendamdalamairselama23hari,setiaphariairdiganti.
http://lelyokvi.blogspot.com/

25/56

3/8/2015

Karya Tulis

3.Sebelumdigunakan,perassampaiairtidakmenetes,kemudiancampurdenganlem
rajawali.
PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM KEGIATAN :
NO
1

INDIKATOR
Menunjukkanperbuatanyangbaikdan
benar(Pembiasaan)
Membedakan dan menirukan kembali
bunyiatausuaratertentu(Bahasa)
Mendengarkan dan menceritakan
kembaliceritasecaraurut(Bahasa)

2
3

Menunjuk dan mencari sebanyak


banyaknya benda, hewan, tanaman
yang mempunyai warna, bentuk,
ukuran atau menurut ciriciri tertentu
(Kognitif)
Membilang
(mengenal
konsep
bilangan
dengan
bendabenda)
sampai10(Kognitif)
Menyanyilebihdari20laguanakanak
(Seni)

KEGIATAN
Tanya jawab tentang perbuatan yang
baikdanbenardalamcerita
Menirukan suara binatang yang
ditunjukkanguru
Mendengarkan cerita guru dengan tema
Binatang dan anak dapat bercerita
seperticeritaguruatauversianaksendiri
Menunjuk dan mencari namanama
hewan atau gambar menurut tempat
hidupnya(air,darat,udara)

Menghitung banyaknya binatang yang


munculdalamcerita.
Menyanyikan lagulagu yang digunakan
untukmendukungcerita

Diposkan 19th June 2011 oleh Theresia Lely Okvitasari


0

3rd April 2011

Tambahkan komentar

PTK TK Bidang pengembangan Bahasa


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, devinisi istilah.
1.1. Latar Belakang
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia diri yang berada pada rentangan
usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah.
Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain
itu, berdasarkan hasil penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas
tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang masuk
TK mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk TK di kelas I SD Data
angka mengulang kelas tahun 2001/2002 untuk kel as I sebesar 10.85%, dan kelas IV sebesar
0,42%. Data tersebut menggambarkan bahwa angka mengulang kelas I dan II lebih tinggi dari
kelas lain.
Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas adalah anak anak yang tidak
http://lelyokvi.blogspot.com/

26/56

3/8/2015

Karya Tulis

masuk pendidikan prasekolah sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan
tidak dipersiapkan oleh orangtuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang sebesar antara pola
pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan taman
kanak-kanak (prasekolah) mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak
mampu menyesuaikan diri sehingga tidak berkembang secara optimal. Hal ini menyesuaikan diri
sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya
pengembangan seluruh potensi anak usia prasekolah.
Usia 4-6 tahun, merupakan peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagi
upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjasinya pematangan
fungsifungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa
ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kamampuan
fisik,kognitif, bahasa,sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni moral,dan nilai-nilai
agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak
agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Peran pendidik (orang tua, guru dan orang dewasa lain) sangat dalam upaya
pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui
kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki
kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi belajar
secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenai dirinya sendiri, orang lain
dan lingkungan. Atas dasar hal tersebut di atas,maka kurikulum yang dikembangkan disusun
berdasarkan karakteristik anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi anak.
Pendidikan bagi anak usia dini tidak pernah surut dengan perkembangan permasalahan,
model pemecahan serta inovasi untuk mengambil peranan dan tanggungjawab bagi masa depan
kemanusiaan, sebab anak merupakan asset masa depan bagi kemanusiaan, mereka yang
muncul sebagai pemimpin yang mengemban nilai-nilai kemanusiaan. Tumbuh kembang seorang
anak menjadi tanggung jawab setiap orang yang memandang masa depan dengan penuh
tantangan yang beragam. Anak memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan
guna memikul tanggung jawab di masa mendatang. Potensi ini meliputi seluruh aspek yang ada
dalam diri anak baik moral, pengetahuan, ketrampilan dan sikap termasuk akal pikiran yang
merupakan anugrah terbesar manusia dari Tuhan di banding makhluk hidup yang lain.
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
menjelaskan secara jelas batasan tentang pendidikan anak usia dini dalam penjelasan pasal 28
ayat (1) : bahwa Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan
(tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk mengikuti pendidikan dewasa). Pendidikan di
Taman Kanak-kanak dilakukan dengan pendekatan bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain dengan tujuan menimbulkan rasa senang pada anak bagaimana karakteristik anak usia
dini. Program Kegiatan di Taman Kanak-kanak di laksanakan dengan tujuan program (Depsikbud,
http://lelyokvi.blogspot.com/

27/56

3/8/2015

Karya Tulis

1994:158) untuk membentuk melakukan dasar arah perkembangan sikap, pengetahuan,


ketrampilan dan daya cipta yang di perlukan oleh anak dalam menyesuaikan dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pendidikan di taman
kanak-kanak di kembangkan dengan berdasar pada teori pembelajaran yang menggunakan
prosedur dan strategi ilmiah untuk belajar di antaranya adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan di Taman kanak-kanak adalah
metode yang sesuai untuk belajar usia dini. Dalam bukunya tentang metode pembelajaran di
Taman Kanak-kanak. Dari berbagai metode dalam pendidikan anak usia dini nampak bahwa
salah satu metode yang dipergunakan adalah metode bercerita yang sesuai dengan tujuan
pengembangan anak di Taman Kanak-kanak.
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman
Kanak-kanak melalui cerita yang disampaikan secara lisan (Moeslichatin, 1996:1940). Bercerita
adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan
disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada
orang lain. Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya
mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide). Sementara dalam
konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk
mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian
menuturkanya kembali dengan tujuan melatih anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan
ide dalam bentuk lisan. Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan
anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya sehingga anak akan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal
kemampuan berbahasa yang sudah baik.
Pendidikan yang dilakukan pada anak usia dini pada hahekatnya adalah upaya
memfasilitasi yang sedang terjadi pada dirinya. Perkembangan anak usia dini merupakan
kesadaran dan kemampuan anak untuk mengenal dirinya dan berinteraksi dengan lingkungannya
seiiring dengan pertumbuhan fisik yang anak alami.
Kemampuan guru Taman Kanak-kanak untuk mengembangankan perkembangan bahasa
anak didiknya yang dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melalui metode bercerita yang
digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Dari uaian latar belakang di atas maka
dianggap perlu melakukan penelitian Upaya Meningkatkan Perkembangan Bahasa pada Anak
Kelompok B Melalui Metode Bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun peljaran 2009/2010 ini
telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diseminarkan.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, diperoleh rumusan masalah penelitian
sebagai berikut :
http://lelyokvi.blogspot.com/

28/56

3/8/2015

Karya Tulis

1.2.1 Bagaimana rencana pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk


meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya
tahun pelajaran 2009/ 2010?
1.2.2 Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk
meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya
tahun pelajaran 2009/ 2010?
1.2.2.1 Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran
2009/ 2010?
1.2.2.2 Bagaimana aktivitassiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran
2009/ 2010?
1.2.2.3 Apa saja faktor penghambat pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran
2009/ 2010?
1.2.2.4Apa saja fantor pendukung pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita
pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010.
1.2.3 Bagaimana meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B sebelum
pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun
pelajaran 2009/2010?
1.2.4 Bagaimana meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B sesudah
pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun
pelajaran 2009/2010?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mendeskripsikan rencana pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dalam
rangka meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II
Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
1.3.2Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dalam
rangka untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK
Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
1.3.2.1 Mendeskripsikan aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode
http://lelyokvi.blogspot.com/

bercerita

dalam

rangka

dalam

rangka

untuk

meningkatkan
29/56

3/8/2015

Karya Tulis

perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun


pelajaran 2009/2010.
1.3.2.2 Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode

bercerita

dalam

rangka

dalam

rangka

untuk

meningkatkan

perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun


pelajaran 2009/2010.
1.3.2.3 Mendeskripsikan faktor penghambat dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode

bercerita

dalam

rangka

dalam

rangka

untuk

meningkatkan

perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun


pelajaran 2009/2010.
1.3.2.4 Mendeskripsikan faktor pendukung dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode

bercerita

dalam

rangka

dalam

rangka

untuk

meningkatkan

perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun


pelajaran 2009/2010.
1.3.3 Mendeskripsikan kesalahan berbahasa pada anak kelompok B sebelum pembelajaran
dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran
2009/2010.
1.3.4 Mendeskripsikan kesalahan berbahasa pada anak kelompok B setelah pembelajaran
dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran
2009/2010.
1.4.Manfaat Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis,
secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan
konsep pembelajaran berbahasa dengan menggunakan konsep pembelajaran berbahasa
dengan menggunakan metode bercerita, sedangkan secara praktis manfaat penelitian ini
antara lain:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan
ketrampilan mengajar guru di kelas, serta menambah wawasan bahwa bercerita dapat
digunakan untuk pembelajaran berbahasa.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan perkembangan bahasa dengan
menggunakan metode bercerita.
3. Bagi sekolah diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi selama
proses belajar mengajar berlangsung terutama masalah meningkatkan perkembangan
bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
http://lelyokvi.blogspot.com/

30/56

3/8/2015

Karya Tulis

4.Bagi peneliti,dapat menjadi pedoman dalam penelitian selanjutnya.


1.5.Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II
Surabaya tahun pengajaran 2009/2010.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Bahasa dan Perkembangan Anak
Musfiroh mengatakan bahasa metode bercerita adalah salah satu metode yang dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa anak, yaitu melalui perbendaharaan kosa kata yang
sering didengarnya. Semakin banyak kata yang dikenalknya, semakin banyak juga konsep
tentang sesuatu yang dikenalnya (Musfiroh, 2005:79).
Menurut Kusnaini (2004) metode bercerita pada usia dini bertujuan, agar anak mampu
mendengar dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, ia dapat bertanya
apabila tidak memahaminya dan selanjutnya ia dapat mengekspresikan terhadap apa yang
diceritakannya.
Sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun di laksanakan. Dimana
menurut Kusnaini (2004) metode bercerita mempunyai tujuan sebagai berikut :
a.Melatih daya tangkap anak.
b.Melatih daya pikir anak.
c.Melatih daya konsentrasi.
d.Membantu perkembangan fantasi atau imajinasi anak.
e.Menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrab di ruang kelas.
Menurut Moeslichatoen (2004) guru dapat memanfaatkan bercerita untuk menanamkan
kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan. Kegiatan bercerita memungkinkan anak
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor, bila anak terlatih untuk
menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Guru yang pandai bercerita akan menjadikan perasaan
anak larut dalam kehidupan imajinatif dalam bercerita tersebut.
Upaya meningkatkan perkembangan bahasa pada anak melalui metode bercerita adalah :
a. Suatu kegiatan pembelajaran

yang

memberikan

pengalaman

baru

dengan

membawakan cerita dan berbagai kosakata baru yang belum pernah di dengar anak.
http://lelyokvi.blogspot.com/

31/56

3/8/2015

Karya Tulis

Dengan demikian akan semakin banyak konsep kata yang dikenal anak.
b.Suatu kegiatan pembelajaran yang menampilkan perilaku tokoh dalam cerita. Jika tokoh
yang dimunculkan dengan sifat positif dan sifat itu akan menyenangkan maka anak
akan dengan mudah mengadopsi sifat dan perilaku tokoh tersebut, demikian pula
sebaliknya.
Tips bercerita menurut Rainer dan Isbell dapat diterapkan ketika bercerita terhadap anakanak, yaitu:
a.Memperhatikan anak-anak selama bercerita. Buat klarifikasi jika dibutuhkan.
b.Beri dorongan untuk berinteraksi dan berpartisipasi.
c. Memodifikasi jalan dan panjang cerita untuk menyesuaikan pengalaman dan tingkat
perkembangan anak-anak yang hadir.
d. Menggunakan variasi suara, ekspresi wajah, gerakan dan kata-kata berulang untuk
melibatkan anak-anak masuk dalam cerita.
e. Menggunakan kata-kata dan deskripsi yang tepat, sehingga membantu anak-anak
membayangkan kejadian di dalam cerita.
f. Ulang cerita yang sama berulang kali sejak anak-anak. Kareana anak-anak akan
membangun pemahaman mereka terhadap cerita tersebut.
Bercerita kepada anak memberikan tantangan yang unik. Anak-anak senang sesuatu
yang mudah ditebak, pengulangan, humor, dan partisipasi aktif ketika mendengarkan cerita.
Ketika cerita sulit atau pembaca cerita terlalu dramatis, anak-anak akan menjadi tidak berminat
dan pergi.
Menurut Moeslichatoen (2004) sebelum membacakan cerita pendongeng harus
mengetahui cerita harus menarik dengan pemilihan cerita yang baik, yaitu :
a.Cerita harus menarik dan memikat perhatian guru, kalau cerita itu menarik dan memikat
maka guru akan bersungguh-sungguh dalam menceritakan kepada anak-anak.
b.Cerita harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya dan bakat anak.
c.Cerita harus sesuai dengan usia dan kemampuan mencerna isi cerita anak usia PAUD.
2.2. Metode Bercerita
Metode bercerita Kusnaini (2004) cara guru bercerita pada anak didik untuk
memperkenalkan hal-hal baru dan menyampaikan pembelajaran mengembangkan berbagai
kompetensi dasar anak usia dini. Biasanya kegiatan bercerita di laksanakan pada kegiatan
http://lelyokvi.blogspot.com/

32/56

3/8/2015

Karya Tulis

penutup sehingga ketika anak pulang menjadi tenang. Namun demikian tidak selalu pada
kegiatan penutup, bercerita dapat pula dilakukan pada saat pembukaan atau ini setiap cerita
yang akan disajikan, guru harus selalu hafal isi cerita yang akan disampaikan. Pada saat bercerita
guru dapat berdialog dengan anak maksud menjelaskan isi gambar yang di tunjukkan guru atau
bagian cerita yang sedang di sampaikan guru. Anak di beri pujian apabila dapat menjawab
pertanyaan guru dan dapat menceritakan kembali cerita yang telah di ceritakan guru ketika guru
selesai.
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke
generasi berkutnya dan menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
di masyarakat. Bercerita juga merupakan stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat
secara mental, sehingga mental anak dapat melambung, melalang buana melalui isi cerita itu
sendiri. Dengan demikian melalui cerita, kecerdasan bahasa anak semakin terasah.
2.3. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Perkembangan Bahasa
Dalam memberikan pengalaman belajar melalui penuturan cerita guru, guru terlebih
dahulu menetapkan rancangan dalam meningkatkan perkembangan bahasa yang harus dilalui
dalam bercerita, sesuai dengan rancangan tema dan tujuan, maka Moeslichatoen (2004:179-180)
menetapkan langkah-langkah, sebagai berikut :
a.Mengkomunikasikan tujuan teman dalam bercerita kepada anak.
b. Mengatur tempat duduk anak, mengatur bahan dan alat yang dipergunakan sebagai
alat bantu sesuai cerita yang dipilih.
c.Pengembangan kegiatan bercerita.
d.Pengembangan cerita yang dituturkan guru
e. Guru menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan
anak.
f. Langkah penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan isi cerita.
Menurut Rahman (2005), penerapan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk, seperti:
1. Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan varbal orang yang
memberikan cerita.
2.Bercerita dengan alat peraga, seperti boneka, gambar dan benda lain.
3. Bercerita dengan cara membaca buku cerita, tidak diperlukan kemampuan fantasi,
http://lelyokvi.blogspot.com/

33/56

3/8/2015

Karya Tulis

imajinatif dan olah kata dari orang yang bercerita melainkan hanya olah intonansi dan
suara.
4. Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan pantomime, film kartun
tanpa bicara.
5.Bercerita melalui alat pandang dengar : kaset, video, televisi.
Menurut Koesnaini (2004), kegiatan bercerita pada pendidikan anak usia dini dapat
dilakukan dengan cara :
1. Bercerita tanpa alat, kegiatan bercerita tanpa menggunakan alat hanya menggunakan
suara, mimik dan pantomimik orang bercerita.
Pada kegiatan bercerita tanpa alat ini, kemampuan guru secara penuh sangat
menentukan dalam hal, hafal, isi cerita, suara, intonansi bicara, mimik, ekspresi, dan
keterampilan gerak tubuh yang menyenangkan bagi anak usia dini, untuk membantu
imajinasi anak memahami isi cerita. Namun demikian diharapkan penampilan guru
tidak dibuat-dibuat secara berlebihan sehingga membuat anak tidak nyaman
mendengarkannya dan tidak etrtarik untuk memperhatikannya. Kegiatan bercerita
dapat dilaksanakan di tempat tertutup maupun terbuka.
2.Bercerita dengan alat, kegiatan bercerita dengan menggunakan media alat pendukung
isi cerita yang disampaikan. Tujuannya untuk membantu imajinasi anak memahami isi
cerita. Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan
oleh guru maupun anak didik dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat
yang digunakan dapat asli atau media dari lingkungan sekitarnya dan dapat pula
benda tiruan atau fantasi. Kegiatan bercerita dengan alat ini pun dapat dilaksanakan
di ruangan terbuka maupun tertutup.
Bercerita dengan alat peraga langsung, adalah kegiatan bercerita dengan menggunakan
alat peraga langsung baik benda maupun makhluk hidup lainnya misalnya tanaman
dan binantang. Ketentuan bercerita dengan alat peraga langsung :
a.Isi cerita sesuai dengan perkembangan anak dan media yang digunakan.
b.Menggunakan bahasa anak.
c. Alat atau media yang digunakan tidak membahayakan bagi guru maupun anak
didik.
d. Alat atau media yang digunakan dapat tersimpan dalam satu tempat atau dapat
dipegang langsung oleh guru dan anak.
Contoh :
http://lelyokvi.blogspot.com/

34/56

3/8/2015

Karya Tulis

1)Benda : tas sekolah, buku, pensil, baju, dll.


2)Binantang : kucing, ayam, bebek, ikan, dll.
3)Tanaman : bunga mawar, pohon singkong, dll
Bercerita dengan alat peraga tidak langsung, misalnya bercerita menggunakan gambar.
Jumlah gambar yang digunakan bisa satu gambar, dua gambar atau lebih.
2.4 Pengertian, Fungsi dan Peranan Bahasa Bagi Anak
2.4.1Pengertian Bahasa Anak
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa melepaskan diri dari bahasa. Dengan
bahasa manusia bisa bergaul sesama manusia dimuka bumi ini. Ungkapan-ungkapan ini
menunjukkan

betapa

pentingnya

peranan

bahasa

bagi

perkembangan

manusia

dan

kemanusiaan. Akhadiah dkk (dalam Suhartono, 1993:2) menyatakan bahwa dengan bantuan
bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi di dalam kelompok.
2.4.2Fungsi Bahasa Bagi Anak
2.4.2.1 Anak berusaha mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dengan kelimatkalimat pendek. Kalimat yang terdiri dari satu kata atau 2 kata.
2.4.2.2 Bahasa sebagai sarana untuk mendengarkan. Oleh karena itu dengan bahasa
anak mampu mendengarkan dan mampu memahami maksud bahasa yang
didengarnya.
2.4.2.3 Bahasa sebagai sarana untuk melakukan berbicara. Anak bisa berbicara dengan
bahasa yang ia kenal sehari-hari dilingkungan rumah. Bahasa di luar rumah akan
mampu ia gunakan setelah bergaul dengan lingkungan di luar rumah dan di
sekolah.
2.4.2.4 Setelah anak memasuki sekolah, bahasa mempunyai peranan untuk membaca
dan menulis. Anak belajar dan menulis di sekolah, khususnya pada waktu ia
memasuki kelas satu sekolah dasar.
2.4.3Permasalahan Bahasa Bagi Anak
Ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan bahasa bagi anak, antara lain :
2.4.3.1Keterbatasan kata-kata yang diketahui
2.4.3.2 Terdapat orang tua atau orang-orang yang ada disekitar anak yang sengaja
berbicara dengan lafal yang dibuat-buat.
2.4.3.3 Adanya beberapa anak yang mempunyai gangguan alat artikulasi sehingga anak
http://lelyokvi.blogspot.com/

35/56

3/8/2015

Karya Tulis

tidak mengucapkan bunyi-bunyian vocal tertentu.


2.4.4Peranan Bahasa
Peranan bahasa terdiri dari :
2.4.4.1Sebagai sarana utama untuk berpikir
2.4.4.2Alat penerus pengembangan bahasa bagi anak.
2.4.5Tahap Perkembangan Bahasa Bagi Anak
2.4.5.1Usia satu tahun
Anak berada pada tahap yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili
banyak pemikiran lengkap. Anak bisa mengucapkan satu atau 2 kata, tetapi
cuma dan sepotong kata bisa punya arti panjang. Contoh, saat anak bilang
susu, artinya aku minta susu, atau aku minum susu.
2.4.5.2Usia dua tahun
Di usia ini anak sudah menggabung dua kata atau lebih menjadi satu kalimat
yang bermakna dan berarti : contohnya, minum susu atau tidak susu putih
saja
2.4.5.3Usia tiga tahun
Anak sering melakukan hal yang menarik perhatian karena ia tengah memasuki
tahap membangkang, yaitu melakukan yang dilarang tidak melakukan yang
diizinkan, seperti bodoh, dan kata-kata kasar lainnya. Belum lagi kosa kata
diperolehnya di usia ini semakin banyak dan tidak melulu hanya dari orang tua.
Walaupun begitu, orang tua tidak perlu cemas. Hal ini wajar terjadi pada balita
karena :
a.Anak pertama kali baru bisa berbicara
b.Anak pertama kali baru bisa berkomunikasi dengan orang lain.
c. Anak mulai memperoleh banyak informasi kata dan kalimat baru yang
menarik.
d.Kemampuan bahasa mempunyai arti dan bisa dipahami.
e. Anak banyak mempunyai kosata untuk dijadikan sebuah kelimat diotaknya
masih sangat terbatas.
f.Pengalaman berbahasanya masih sangat minim.
http://lelyokvi.blogspot.com/

36/56

3/8/2015

Karya Tulis

2.4.6 Cara mengembangkan bahasa anak


Jika cara-cara dibawah ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten, maka anak
akan termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuannya berbahasa dan berkomunikasi
dengan baik. Inilah beberapa hal yang penting diperhatikan orang tua saat berkomunkasi dengan
si batita.
2.4.6.1Gunakan bahasa yang benar, bukan oh, mimik cu cu, ya"? tapi , "oh. mau minum
susu, ya'"
2.4.6.2Gunakan kalimat dan kata yang tidak bermakna ganda. Contoh, jangan ke dekat
kompor, bahaya!
2.4.6.3Gunakan selalu kalimat pendek.
2.4.6.4Hindari kata-kata kotor dan kasar jika tak ingin anak menirunya.
2.4.6.5 Karena anak masih belajar, orang tua sebaiknva melambungkan bahasa dengan
jelas, tidak cepat-cepat dan dengan gerak mulut yang tegas sehingga mudah
dikenali dan diikuti anak.
2.5Hubungan Metode Bercerita dengan Kemampuan Bahasa Anak
Sampai detik ini masih menjadi satu pilihan bagi orang tua dan untuk meningkatkan
perkembangan kosa kata, perkembangan makna kata, perkembangan penyusunan kalimat dan
perkembangan penggunaan bahasa untuk komunikasi.
Dengan mendengarkan cerita anak belajar bagaimana bunyi-bunyian yang bermakna
diajarkan dengan benar, bagaimana katakata disusun secara logis dan mudah dipahami,
bagaimana konteks dan konteks berfungsi dalam makna. Hal ini yang lebih penting, anak juga
belajar bagaimana mengambil pelajaran penggunaan bahasa tentang bagaiamana pembicaraan,
bagaimana memilih sapaan sopan, bagaimana mengucapkan salam dan bagaimana mengambil
pola bergiliran bicara yang tepat. Ini berarti secara tidak langsung, anak telah menanamkan
kecerdasan bahasanya.
Perkembangan bahasa dapat dipakai sebagai tolak ukur kecerdasannya dikemudian hari.
Pada masa itu, anak menguasai kemampuan berbicara, tetapi mereka harus lebih banyak
sebelum mereka mencapai kemampuan berbahasa orang dewasa (Hur Lock, 1987:180).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Perkembangan Bahasa pada Anak
http://lelyokvi.blogspot.com/

37/56

3/8/2015

Karya Tulis

Kelompok B Melalui Metode Bercerita di TKK Karitas II Surabaya Tahun Pengajaran 2009/2010
ini merupakan Penelitian Tindakan

Kelas

(PTK)

yang

bertujuan

untuk

meningkatkan

perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pengajaran
2009/2010 melalui pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita
Penelitian ini akan menggunakan metode bercerita pada proses pembelajaran yang diuji
cobakan, dengan maksud agar siswa dapat meningkatkan perkembangan bahasanya.
Definisi PTK
Menurut Suharsimi Arikunto 2002. Istilah dalam bahasa Inggris adalah classroom Action
Research (CAR) yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas dikarenakan ada tiga kata
yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
1. Penelitian: menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting
bagi peneliti.
2. Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3.Kelas: dalam hal ini terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik, seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Menurut Suhardjono (2003), adanya keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 84 tahun 1993 tentang penetapan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya,
serta keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BAKN nomor 0433/
P/ 1993, nomor 25 tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka
kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme
guru.
Pada aturan tersebut, diantaranya dinyatakan bahwa untuk keperluan kenaikan pangkat/
jabatan guru pembina/ golongan IV a ke atas, diwajibkan adanya angka kredit yang harus
diperoleh dari kegiatan pengembangan profesi. Melalui sistem angka kredit tersebut, diharapkan
dapat diberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional terhadap pangkat guru yang
merupakan pengakuan profesi dan kemudian akan meningkatkan tingkat kesejahteraannya.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) dibidang pendidikan merupakan salah satu bentuk
kegiatan dalam pengembangan profesi. Di antara bentuk KTI yang cenderung banyak dipilih oleh
para guru adalah KTI hasil penelitian. Saat ini kegiatan penelitian yang makin banyak dilakukan
http://lelyokvi.blogspot.com/

38/56

3/8/2015

Karya Tulis

oleh para guru adalah berupa penelitian tindakan kelas.


Menurut Supardi (2004), dalam PTK, penliti/ guru dapat melihat sendiri praktik
pembelajaran atau bersama guru lain ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari
segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK guru secara reflektif dapat
menganalisis, mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti
dengan melakukan PTK, pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga
menjadi lebih efektif.
Justru dengan melakukan PTK akan dapat meningkatkan kualitas proses dan produk
pembelajarannya. Penelitian tindakan kelas tidak harus membebani pekerjaan pendidik / guru
dalam kesehariannya. Jika dilakukan secara kolaboratif yang bertujuan memperbaiki proses
pembelajaran tidak akan mempengaruhi materi pelajaran.Oleh karena itu, guru. Tenaga pendidik
tidak perlu takut terganggu dalam mencapai target kurikulumnya jika akan melaksanakan PTK.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, dikelas sendiri, dengan
siswanya sendiri melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan
demikian, diperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini dilakukan dengan
kegiatan belajar mengajar.
Penyajian atau penelitian ini menyempurnakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif digunakan karena penelitian ini menghasilkan deskriptif berapa katakata tertulis atau
lisan dari hasil belajar siswa.
Penelitian ini mengambil masalah bukan dari kajian teoritis, melainkan masalah nyata yang
dihadapi praktisi pendidikan dalam ini guru TK yang diperoleh melalui hasil kolaboratif dengan
mitra. Selain penelitian ini bersifat khas sebagaimana karakter PTK yakni adanya tindakan tertentu
untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.
Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus dengan harapan indikator keberhasilan akan
tercapai. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah
didesain dalam faktor yang ingin diteliti. Prosedur penelitian ini melalui empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi pada tiap siklus, secara lebih rinci
prosedur penelitian tindakan kelas tiap siklus dijabarkan sebagai berikut :
1.Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut :
a.Menyusun persiapan observasi mengajar SKH-SKM tiap kelas.
b.Membuat lembar observasi untuk pengamatan aktivitas guru dan siswa di dalam
kelas proses pembelajaran.
http://lelyokvi.blogspot.com/

39/56

3/8/2015

Karya Tulis

c.Mempersiapkan media pembelajaran yaitu buku cerita dan peralatan pendukung


lainnya.
d. Mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa terhadap pembelajaran meningkatkan perkembangan
bahasa.
e.Mempersiapkan sumber pembelajaran.
f.Mempersiapkan instrumen penelitian yang lain.
2.Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang telah direncanakan guru menyampaikan materi, melakukan tindakan, lalu siswa
meningkatkan perkembangan bahasa
3.Observasi
Observasi dilakukukan ketika berlangsungnya proses beajar mengajar. Observasi
dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dibuat untuk mengawasi dan menilai aktivitas guru dan siswa selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4.Refleksi
Hasil yang di dapat dari tahap observasi dari penilaian tugas berbahasa pada anak
kelompok B itu dikumpukan lalu dianalisis. Dari hasil observasi guru dapat
mengadakan refleksi, yaitu melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam
meningkatkan perkembangan bahasa. Selain itu refleksi ini juga dilakukan untuk
mengetahui bagaimana kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode
bercerita pada siklus sebelumnya.Hal ini akan digunakan sebagai acuan untuk siklus
berikutnya.
3.2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah peneliti guru dan siswa kelas B di TK TKK Karitas II
Surabaya yang berjumlah 20 siswa, yang terdiri atas 7 siswa perempuan dan 13 siswa lakilaki.
Adapun guru yang dijadikan subjek penelitian ini adalah guru TK B yakni ibu Christinius
Herwinarni.
3.3. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif terdiri atas data
hasil belajar siswa, pengamatan aktivitas guru dan siswa, serta penilaian SKH dan SKM.
http://lelyokvi.blogspot.com/

40/56

3/8/2015

Karya Tulis

Data hasil belajar siswa berupa skor nilai pada saat pembelajaran berbahasa dengan
media gambar selama siklus I, II dan III. Adapun data pengamatan aktivitas guru dan siswa
berupa skor pengamatan yang diberikan pada saat pembelajaran berbahasa dengan media
gambar selama siklus I, II dan III, sedangkan data penilian SKH, SKM berupa skor yang diberikan
tim ahli yaitu dosen ahli dan guru mitra selama pelaksanaan siklus I, II dan III.
Data kualitatif yaitui data fakor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode bercerita dalam rangka untuk meningkatkan perkembangan bahasa yang
diperoleh dari deskriptif hasil wawancara.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi,
wawancara dan tes teknik observasi digunakan untuk menyimpulkan data-data tentang situasi
kelas. Pada saat pembelajaran berlangsung yang meliputi aktivitas guru dan siswa.
Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui fakor-faktor penghambat dan pendukung
pembelajaran meningkatkan perkembangan bahasa dengan menggunakan metode bercerita.
Sedangkan teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita.
3.5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.5.1 Lembar penilaian SKH, SKH dan kegiatan pembelajaran SKH, SKM dengan kegiatan
pembelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung.
Lembar penilaian ini diisi oleh guru mitra yaitu guru yang mengajar kelompok B TKK
Karitas II Surabaya dan dosen ahli.
3.5.2Lembar pengamatan aktivitas siswa.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aspek aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung. Lembar pengamatan ini oleh guru mitra yaitu guru teman sejawat
yang bertindak sebagaimana pengamat selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3.5.3Lembar pengamatan aktivitas guru.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aspek aktivitas guru selama proses belajar
mengajar berlangsung. Lembar pengamatan ini oleh guru mitra yaitu guru teman sejawat
yang bertindak sebagaimana pengamat selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3.5.4Lembar pedoman wawancara.
http://lelyokvi.blogspot.com/

41/56

3/8/2015

Karya Tulis

Instrumen ini digunakan sebagai pedoman selama proses wawancara untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran meningkatkan perkembangan bahasa dengan metode
bercerita. Selain itu, kegiatan wawancara tersebut juga untuk mengetahui faktor-faktor
penghambat dan pendukung selama proses belajar mengajar berlangsung.
3.5.5Tes Hasil Belajar.
Tes yang diberikan merupakan tes lisan tentang materi meningkatkan perkembangan
bahasa dengan metode bercerita tiap siswa. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah diberikan pembelajaran pada setiap siklus.
3.6. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
3.6.1Observasi
Observasi

dilakukan

secara

langsung

pada

saat

pembelajaran

meningkatkan

perkembangan bahasa pada ssiwa kelompok B. Lembar observasi ini bertujuan untuk
mendapatkan datadata tentang situasi kelas pada saat pembelajaran berlangsung, yang
meliputi aktivitas guru dan siswa.
3.6.2Wawancara
Wawancara dilakukan diluar kelas setelah kegiatan belajar mengajar berakhir. Jenis
wawancara yang digunakan pada penelitian ini ialah wawancara bebas terpimpin dengan
menggunakan lembar pedoman wawancara, selama proses wawancara, pertanyaan
tidak hanya didasarkan pada pedoman wawancara namun pertanyaan dapat
berkembang seiring jawaban mitra sejawat dengan pengelompokkan nilai baik, cukup
dan kurang.
3.6.3Tes
Tes diberikan untuk mendapatkan data tantang hasil belajar siswa. tes tersebut pada tiap
siklus, sehingga untuk tiap siklusnya siswa akan menghasilkan produk. Melalui tes
tersebut akan diketahui peningkatan perkembangan bahasa sebelum dan setelah
menggunakan pembelajaran dengan media gambar.
Gambar diberikan pada tiap siklusnya bervariasi jenis dan kuantitasnya.
3.7. Tehnik Analisis Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik deskriptif kualitatif digunakan
untuk menjelaskan dengan kata-kata semua simpulan hasil penelitian. Begitu juga semua data
yang berupa angka-angka yang diperoleh dan dianalisis terlebih dahulu menggunakan rumushttp://lelyokvi.blogspot.com/

42/56

3/8/2015

Karya Tulis

rumus statistik sederhana. Data yang dianalisis antara lain :


3.7.1Analisis data hasil penilaian SKH, SKM dan kegiatan pembelajaran.
Teknik analisis ini menggunakan penghitungan prosentase sebagai berikut:

M=
Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata)
fx = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
3.7.2Analisis data tes hasil belajar
Teknik analisis ini menggunakan penghitungan prosentase sebagai keberhasilan atau
ketercapaian siswa dalam menguasai berbahasa penghitungannya sebagai berikut :

M=
Keterangan:
M = Mean (nilai rata-rata)
fx = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
3.7.3Analisis data observasi aktivitas siswa
Data observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar berlangsung dianalisis dengan
menggunakan perhitungan prosentase. Penghitungannya sebagai berikut :

P=
Keterangan:
P = Porsentase frekuensi kejadian yang muncul
fx = banyaknya aktivitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktivitas keseluruhan
http://lelyokvi.blogspot.com/

43/56

3/8/2015

Karya Tulis

3.7.4Analisis data hasil observasi aktivitas guru


Data observasi aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dianalisis
dengan menggunakan penghitungan persentase. Penghitungannya sebagai berikut:

P=
Keterangan:
P = Porsentase frekuensi kejadian yang muncul
f = Banyaknya aktivitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktivitas keseluruhan
3.7.5Analisis data hasil wawancara
Data yang dihasilkan melalui titik wawancara merupakan data kualitatif yang berupa katakata, berupa faktor-faktor penghambat dan penunjang atau pendukung pembelajaran
dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan para frase
jawaban subjek yang diwawancara dan membuat simpulan hasil wawancara.
3.8. Instrumen Analisis Data Penelitian
Instrumen analisis data penelitian ini berupa tabel hasil penilaian SKH, SKM dan hasil
observasi aktivitas guru dan siswa, hasil tes dan data hasil wawancara.
1. Tabel hasil penilaian SKH, SKM.
Tabel 3.1 Hasil Penilaian SKH

No

Aspek yang diteliti

Skor

Prosentase

Skor

Prosentase

1
2
Dst
Skor Total

Tabel 3.2 Hasil Penilaian SKM

No

http://lelyokvi.blogspot.com/

Aspek yang diteliti

44/56

3/8/2015

Karya Tulis

1
2
Dst
Skor Total

4Tabel hasil observasi aktivitas guru dan siswa


Tabel 3.3 Pengamatan Aktivitas Guru

No

Aspek yang diteliti

Skor

Prosentase

Skor

Prosentase

1
2
Dst
Skor Total

Tabel 3.4 Pengamatan Aktivitas Siswa

No

Aspek yang diteliti

1
2
Dst
Skor Total

Tabel 3.5 Data Gabungan Pengamatan Aktivitas Guru

Pertemuan 1

Pertemuan 2

No

Rata-rata

Pengamat 1

Pengamat 2

Pengamat 1 Pengamat 2

1
2
Dst
Jumlah

http://lelyokvi.blogspot.com/

45/56

3/8/2015

Karya Tulis

Tabel 3.6 Data Gabungan Pengamatan Aktivitas Siswa

Pertemuan 1

Pertemuan 2

No

Rata-rata

Pengamat 1

Pengamat 2

Pengamat 1 Pengamat 2

1
2
Dst
Jumlah

3. Tabel hasil observasi siswa


Tabel 3.7 Hasil Belajar Siswa

No

Nama siswa

Niai

Kriteria

1
2
Dst
Skor Total

3.9. Prosedur Analisis Data Penelitian


Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan langkahlangkah
penganalisisan sebagai berikut :
1.Data hasil penilaian SKH
2.Data hasil pengamatan
1.Data hasil pengamatan aktivitas guru
2.Data hasil pengamatan aktivitas siswa
3.Data hasil wawancara
4.Data hasil belajar siswa
a. Data hasil belajar siswa sebelum menggunakan pembelajaran dengan media
gambar.

http://lelyokvi.blogspot.com/

46/56

3/8/2015

Karya Tulis

b. Data hasil belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran dengan media


gambar.
Diposkan 3rd April 2011 oleh Theresia Lely Okvitasari
0

24th February 2011

Tambahkan komentar

Guru Profesional Kunci Keberhasilan


Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang, dalam pembangunan bangsa masih mengacu
pada negara-negara lain yang sudah maju. Demikian pula dengan dunia pendidikan, meskipun
tidak 100% adaptasi dari negara maju tetapi upaya untuk menghasilkan lulusan bermutu sudah
mulai digalakkan. Dunia pendidikan di Indonesia memang masih tertinggal jauh dengan negaranegara lain. Baik dari segi mutu lulusan, sarana prasarana maupun sumber daya manusia yang
terlibat dalam dunia pendidikan. Untuk mengejar ketinggalan dengan negara lain, para guru
dituntut untuk mampu mengembangkan diri baik dalam segi tingkat pendidikan maupun kualitas
kerjanya.
Dengan peningkatan sumber daya manusia terutama para guru, diharapkan dunia
pendidikan mampu menghasilkan lulusan yang bagus dan bermutu. Bagus dari segi prestasi,
bermutu dalam arti mampu bersaing dalam era globalisasi dan mengikuti perkembangan jaman
terutama dalam bidang teknologi, informasi dan sains.
Peningkatan kualitas guru ini benar-benar mendapat perhatian serius dari pemerintah,
karena para siswa adalah calon-calon penerus dan pengembang bangsa Indonesia. Indonesia
akan menjadi negara besar jika para putra bangsanya mampu bersaing dengan negara-negara
maju. Dan tugas ini terletak di pundak para guru sebagai pendidik dan pengajar.
1.2Rumusan Masalah
Masalah yang kami angkat adalah :
1.Bagaimana menjadi guru yang profesional ?
2.Mengapa guru profesional adalah kunci keberhasilan pendidikan ?
1.3Tujuan
Tujuan secara umum adalah para guru di Indonesia dapat menjadi guru profesional yang
bertanggungjawab dan bermutu.
Tujuan secara khusus adalah para guru mau dan dapat mengembangkan diri secara
periodik agar tidak tertinggal.
1.4Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan menjadi guru profesional adalah kesejahteraan guru
http://lelyokvi.blogspot.com/

47/56

3/8/2015

Karya Tulis

meningkat, mampu menghasilkan lulusan yang bermutu, mampu bersaing dalam era globalisasi,
intelektual dan kemampuan berkembang sesuai jaman dan kreatif, inovatif.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Pengertian Guru Profesional
Guru profesional dipandang dari segi jabatan adalah guru yang memiliki sertifikat
mengajar, berijasah minimal S-1 keguruan atau Akta IV, mempunyai jam mengajar minimal 24 jam
perminggu.
Guru profesional dipandang dari segi tugas dan fungsinya adalah guru yang mampu
mentransfer ilmu kepada siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat;
memanfaatkan teknologi secara tepat guna; menguasai metode dan teknologi; melaksanakan
administrasi pembelajaran secara teratur; mampu berkomunikasi dengan siswa secara baik;
menjalin hubungan dengan pakar-pakar pendidikan atau masyarakat umum; mengembangkan
diri secara periodik melalui seminar-seminar, diklat, penataran; menjadi panutan bagi masyarakat
dan terlibat dalamm kegiatan-kegiatan masyarakat; berkreasi dan mampu menuangkan ide-ide
kreatif melalui tulisan, kegiatan nyata.
2.2Sosok Seorang Guru Ideal dan Guru Profesional
Sebelum menjadi sosok guru profesional, hendaklah menjadi guru ideal terlebih dahulu.
Tolak ukur untuk menetapkan mana guru yang ideal dan mana guru yang sedikit ideal bahkan
tidak ideal sama sekali tentu sangat subyektif dan relatif. Apa yang disampaikan oleh Husnul
tentang kriteria guru ideal abad 21 merupakan tawaran yang cukup bagus. Tetapi, kita perlu juga
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menjadi guru ideal belumlah cukup. Untuk mencapai menjadi guru profesional, haruslah
melewati tahap-tahap menjadi guru ideal. Karena syarat untuk menjadi guru profesional ada
dalam syarat menjadi guru ideal. Bekal sertifikat mengajar saja tidak cukup, sertifikat hanya
selembar kertas, tetapi wujud nyata sebagai seorang guru yang dikatakan profesional
sebagaimana halnya dokter harus diwujudkan. Syarat-syarat ini akan kami bahas di bab
selanjutnya.
2.3Tuntutan dan Janji Profesionalisme Guru
Menurut T. Raka Joni, suatu profesi harus berpijak pada tiga pilar, yaitu pilar pertama
adalah kemampuan-atau katakanlah kompetensi tingkat tinggi yang hanya bisa diraih melalui
pendidikan yang "serius"-kuat dasar akademiknya, tangguh pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya, serta tinggi keakrabannya dengan situasi rujukannya melalui program pengalaman
lapangan yang sistematis: mulai dari latihan laboratorik, dilanjutkan dengan latihan di lapangan
yang bermuara pada masa pemagangan . Pilar kedua, dalam menerapkan layanan ahlinya itu,
kaum profesional tersebut selalu mengedepankan kemaslahatan kliennya (subyek didik dalam
konteks keguruan, pasien dalam konteks kedokteran). Tidak pernah terlintas dalam pikiran
seorang profesional untuk menggunakan keahliannya itu untuk memperoleh keuntungan pribadi,
apalagi yang dapat berdampak merugikan klien. Oleh karena itu, di samping karena sisi teknis
pendidikan persiapannya, kedua pilar merujuk kepada persyaratan pembentukan kepribadian dan
watak yang bermuara pada pelaksanaan layanan ahli yang selalu dapat diandalkan oleh klien.
Dengan perkataan lain, seorang profesional selalu menampilkan diri sebagai safe practitioner. Pilar
ketiga adalah diakui serta dihargainya eksistensi layanan yang unik, yang mempersyaratkan
keahlian khas ini oleh masyarakat pemakai layanan serta oleh pemerintah. Dengan kata lain,
http://lelyokvi.blogspot.com/

48/56

3/8/2015

Karya Tulis

kedudukan sebagai penyelenggara layanan ahli diperoleh berdasarkan kompetensi dan etika,
bukan berdasarkan uang atau akrobatik KKN.
Guru yang profesional, harus segera diwujudkan. Terlebih di era otonomi daerah, dengan
acuan kompetisi global yang sungguh ketat. Bayangkan saja, jika melihat peringkat dunia
pendidikan kita berada di urutan ke-109 di tahun 2000. Untuk meraih posisi yang lebih
meningkat, bukan jalan yang mudah. Sebab, salah satu yang memegang kendali paling dominan
adalah bagaimana mempunyai tenaga pendidik yang memang benar-benar berkualitas Mencapai
sosok guru yang berkualitas dan mampu melahirkan daya saing pendidikan tidak sekadar
menaikkan gaji. Konteks globalisasi, lebih memaksa para guru mampu memberikan materi-materi
ajar yang relevan dengan kebutuhan zaman, yang diajarkan dengan sebuah metoda pengajaran
yang dinamis. Metoda pengajaran yang dinamis, setidaknya harus dipunyai oleh mereka yang
ingin benar-benar menjadi profesional di dunia pendidikan.
Maka, menjadi guru yang profesional berarti mempunyai militansi individual, sadar akan
sistem sanksi profesi, mempunyai landasan pengetahuan nalar yang kuat, mampu bekerja sama
dalam sebuah sistem pendidikan formal terkecil sekolah.
Untuk itulah, dengan naiknya gaji, ternyata salah satu tuntutan yang terus bergulir deras adalah,
bagaimana jika kalangan pendidik tampil lebih professional.ini yang ideal.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Menjadi Guru Ideal
Pertama, guru ideal dapat membagi waktu. Kalau hanya untuk belajar, mengajar dan
mempersiapkan materi pelajaran, banyak guru yang bisa membagi waktu dengan baik. Namun
benturan ekonomi dan rendahnya kesejahteraan -terutama guru tidak tetap (GTT)- seringkali
membuat hidup menjadi serba kekurangan. Urusan membagi waktu pun kemudian menjadi hal
yang teramat sulit.
Kedua, guru harus gemar membaca. Kegiatan ini terdengar mudah sebab bisa kapan
saja dan di mana saja. Membaca juga tidak harus dengan membeli buku. Kita bisa meluangkan
waktu pergi ke perpustakaan atau tempat lain yang baca gratis. Namun kembali lagi pada
masalah yang pertama tentang pembagian waktu. Barangkali para guru akan sedikit bahagia
kalau mendengar kabar bahwa sehari tidak lagi 24 jam tetapi 34 jam.
Ketiga, tentang budaya menulis dan meneliti, dua hal ini masih menjadi kendala terberat
guru. Saya mensinyalir ada keterkaitan antara budaya membaca dan keterampilan menulis. Di
Malang raya begitu banyak media untuk mempublikasikan tulisan dan hasil peneltian. Paling tidak,
dengan banyaknya media yang menyediakan ruang bagi guru dapat memacu guru untuk lebih
giat menulis dan meneliti.
Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu
untuk menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak
pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa
dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik
apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak
didengar dan mudah dipahami. Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak
didiknya. Benarkah sosok itu ada? Lalu seperti apakah sosok guru ideal yang diperlukan saat ini?
Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah pertama, guru yang memahami benar akan
profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan
http://lelyokvi.blogspot.com/

49/56

3/8/2015

Karya Tulis

tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah
hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah. Hanya memberi tak harap
kembali. Dia mendidik dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya
selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Salam, Sapa, Sopan,
Senyum, dan Sabar).
Kedua, guru yang ideal adalah guru yang rajin membaca dan menulis. Pengalaman
mengatakan, siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya akan ilmu. Namun, bila kita malas
membaca, maka kemiskinan ilmu akan terasa. Guru yang rajin membaca otaknya seperti
komputer atau ibarat mesin pencari di internet ysng bernama Google. Bila ada peserta didiknya
yang bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para anak
didiknya dengan cepat dan benar. Akan terlihat wawasan guru yang rajin membaca, dari cara
bicara dan menyampaikan pengajarannya.
Guru yang ideal adalah guru yang juga rajin menulis. Bila guru malas membaca, maka
sudah bisa dipastikan dia akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca adalah kepingan
mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan
terbiasa menulis, mengapa? Dari membaca itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa
yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dalam gaya bahasanya sendiri.
Menulis itu ibarat pisau yang kalau tidak sering diasah, maka akan tumpul dan berkarat. Guru
yang rajin menulis, akan mempunyai kekuatan tulisan yang sangat tajam, layaknya sebilah pisau.
Tulisannya sangat menyentuh hati, dan bermakna, rinci serta mudah dicerna bagi siapa saja yang
membacanya.
Ketiga, guru yang ideal adalah guru yang sensitif terhadap waktu. Orang Barat
mengatakan bahwa waktu adalah uang, time is money. Bagi guru waktu lebih dari uang dan
bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang dapat membunuh siapa saja termasuk pemiliknya.
Pedang yang tajam bisa berguna untuk membantu guru menghadapi hidup ini, namun bisa juga
sebagai pembunuh dirinya sendiri. Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik,
maka tidak akan banyak prestasi yang ia raih dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu
yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif terhadap waktu. Detik demi detik waktunya
teratur dan terjaga dari sesuatu yang kurang baik serta sangat berharga. Saat kita menganggap
waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga. Demikian pula
saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas
seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktu dengan baik.
Keempat, guru yang ideal adalah guru yang tidak terjebak dengan rutinitas kerjanya.
Kesibukan kerja setiap hari menjadi rutinitas yang tiada henti. Guru harus pandai mengatur
rutinitas kerjanya. Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinitasnya yang justru tidak
menghantarkan dia menjadi guru yang baik dan menjadi tauladan anak didiknya. Guru harus
pandai mensiasati pembagian waktu kerjanya. Buatlah jadwal yang terencana. Buang kebiasankebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak di dalam rutinitas kerja, misalnya : pandai
mengatur waktu dengan baik, membuat diari atau catatan harian yang ditulis dalam agenda guru,
dan lain-lain. Rutinitas kerja tanpa sadar membuat guru terpola menjadi guru pasif bukan aktif.
Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia tidak mendidik dengan hati. Waktunya di
sekolah hanya sebatas sebagai tugas rutin mengajar yang tidak punya nilai apa-apa. Guru hanya
melakukan transfer of knowledge. Tidak mau tahu dengan lingkungan dan kondisi sekolah
apalagi kondisi siswa. Dia mengganggap pekerjaan dia adalah karirnya, karena itu dia berusaha
keras agar yang dilakukannya bagus di mata pimpinannya atau kepala sekolah. Tak ada upaya
untuk keluar dari rutinitas kerjanya yang sudah membosankan. Bahkan sampai saatnya
memasuki pensiun. Apakah ini yang disebut guru profesional?
Kelima, guru yang ideal adalah guru yang kreatif dan inovatif. Merasa sudah
http://lelyokvi.blogspot.com/

50/56

3/8/2015

Karya Tulis

berpengalaman membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu yang baru
dalam pembelajarannya. Dia merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu
yang baru dari pembelajarannya. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja. Rencana
Program Pembelajaran (RPP) yang dibuatpun dari tahun ke tahun sama, hanya sekedar copy
and paste tanggal dan tahun saja. Rencana Program pembelajaran tinggal menyalin dari
kurikulum yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari guru lainnya. Guru menjadi tidak
kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan. Untuk melakukan suatu proses kreatif dibutuhkan
kemauan untuk melakukan inovasi yang terus menerus, tiada henti.Guru yang kreatif adalah guru
yang selalu bertanya pada dirnya sendiri. Apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah dia
sudah mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti tentang apa yang dia
sampaikan? Dia selalu memperbaiki diri. Dia selalu merasa kurang dalam proses
pembelajarannya. Dia tidak pernah puas dengan apa yang dia lakukan. Selalu ada inovasi baru
yang dia ciptakan dalam proses pembelajarannya. Dia selalu memperbaiki proses
pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas. Dia selalu belajar sesuatu yang baru, dan
merasa tertarik untuk membenahi cara mengajarnya. Dia belajar sepanjang hayat hidupnya.
Keenam, guru yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang
dimiliki terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun
dalam hidup ditengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan intelektual,
kecerdasan moral, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan motorik. Kecerdasan
intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan moral, Mengapa? Bila kecerdasan intelektual tidak
diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan
keberhasilan ketimbang proses, segala cara dianggap halal, yang penting target tercapai
semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita sehingga kasus korupsi merajalela
di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual
sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi apapun. Jujur bukanlah kebijakan yang terbaik,
tapi jujur adalah satu-satunya kebijakan. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan.
Selain itu kecerdasan sosial juga harus dimilikin oleh guru ideal agar tidak egois, dan tidak
memperdulikan orang lain. Dia harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain yang
berbeda. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak gampang marah,
tersinggung, dan mudah melecehkan orang lain. Sedangkan kecerdasan motorik diperlukan agar
guru mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing dalam memperoleh hasil yang
maksimal.
3.2 Peran Strategis
Guru yang profesional dan efektif, memegang peran keberhasilan pendidikan siswa.
Kunci sukses kegiatan belajar mengajar hanya akan tercapai, jika guru benar-benar mampu
melaksanakan profesionalitas kerjanya. Seperti diungkapkan dalam penelitian John Goodladd
(Behind The Classroom Doors, 1998) praktisi pendidikan Amerika, terungkap bahwa peran guru
sangat signifikan dalam keberhasilan proses pembelajaran.
Ketika seorang guru memasuki kelas, dan menutup pintu, maka kualitas pembelajaran berhasil
tidaknya ada di tangan guru. Kemana intensitas pendidikan kelas akan diarahkan, hanya guru-lah
yang bisa mengendalikannya.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, maka seorang guru akan mampu memotivasi,
mendorong lahirnya kreativitas berpikir baru. Yang dalam teori McCleland diungkapkan sebagai
sosok yang mampu memacu siswa berpikir secara divergent dengan memberikan berbagai
pertanyaan yang jawabannya tidak sekadar terkait dengan fakta: ya atau tidak ! Peran guru bisa
diupayakan dalam fase klimaksnya. Dengan merumuskan pertanyaan kepada siswa yang
memerlukan jawaban-jawaban kreatif, imajinatif, hipotetik dan sintetik (thought provoking
question).
http://lelyokvi.blogspot.com/

51/56

3/8/2015

Karya Tulis

Dalam paradigmanya yang lain, guru juga mampu memunculkan kesan yang :
membosankan, sekadar instruktif dan justru dijauhi para siswanya. Kinerja guru semacam ini,
pada akhirnya akan mampu mematikan kreativitas dan menciptakan stagnasi proses
pembelajaran itu sendiri. Selain itu yang paling menyakitkan adalah berpeluang untuk bisa
menumpulkan daya nalar, menisbikan dimensi afektif. Mungkin guru yang masuk ketegori
semacam ini, kuantitasnya lebih banyak, jika dibandingkan dengan sosok guru yang memang
bernar-benar tampil dalam kapasitasnya yang professional.
Maka, setidaknya ada beberapa pijakan untuk bisa menjadi guru yang profesional dan
efektif. Maka sosok guru yang professional, mewakili kriteria. Yakni, pertama, mempunyai
kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dalam sebuah proses
pembelajaran. Guru, setidaknya eksis dengan kapasitasnya memberikan respon-respon positif
terhadap kreativitas siswa, mendorong siswa mempunyai produktivitas kognitif, serta dapat
membantu setiap kebutuhan siswa secara professional.
Kedua,

mempunyai

kemampuan

interpersonal

dalam

memberikan

empati

dan

penghargaan kepada setiap siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa sangat membutuhkan
wilayah untuk didengarkan, sebab definisi proses pembelajaran adalah bentuk komunikasi dua
arah. Masing-masing subjek akan berperan dalam kapasitasnya. Namun, dalam setiap
pengajaran peran guru bukanlah yang dominan, melainkan subjek siswa yang seharusnya
diutamakan.
Ketiga, secara kongkret mempunyai kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri.
Misalkan, guru harus mampu menerapkan kurikulum pengajaran dengan metoda mengajar yang
inovatif, senantiasa terpacu untuk memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metodametoda pengajaran yang dinamis, atau secara kongkret mampu mengadaptasikan perencanaan
dengan titik pengembangan cara pembelajaran yang relevan.
Keempat, menjadi guru yang professional setidaknya benar-benar memahami strategi
manajemen pembelajaran. Manajemen pembelajaran di sini meliputi strategi menghadapi siswa
yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan pengajaran serta
mampu memberikan substansi transisi siswa. Dalam kapasitasnya sebagai guru, sebisa mungkin
juga mampu memberikan tugas dengan titik tekan pada peningkatan cara berpikir siswa.
Setidaknya dari uraian tersebut sungguh berat rasanya. Namun ini mutlak untuk diupayakan,
dalam rangka mencapai sosok guru yang professional. Menjadi guru yang berkualitas, sudah
menjadi kemutlakan (taken for granted). Sebab, zaman kali ini telah memaksa dunia pendidikan
untuk bisa meningkatkan daya kompetitifnya yang maksimal.
3.3Mutu Guru Kunci Keberhasilan Pendidikan
Seperti yang dikatakan oleh Fullan, kelas dan sekolah baru akan efektif apabila (1) kita
merekrut orang-orang terbaik untuk menjadi guru, dan (2) lingkungan kerja guru dibuat nyaman
dan kondusif untuk bekerja dan mendorong mereka untuk berkarya agar mereka tidak loncat
mencari pekerjaan lain.
Memiliki dan mendapatkan guru-guru berkualitas prima itu semakin lama semakin perlu
mengingat bahwa dunia pendidikan perlu mengalami perubahan yang sama cepatnya dengan
dunia ilmu pengetahuan dan dunia bisnis. Kalau tidak maka dunia pendidikan hanya akan
menghasilkan lulusan-lulusan yang katrok terhadap perkembangan dunia lain. Apapun
perubahan dan inovasi pendidikan yang hendak dilakukan oleh bangsa ini kalau mutu guru
rendah maka semuanya akan sia-sia. Segala ambisi besar macam Sekolah Bertaraf
Internasional pada akhirnya akan kandas bertekuk lutut di kaki guru yang sama sekali tak bertaraf
internasional. Paling banter nantinya akan menjadi Sekolah Bertarif Internasional.
http://lelyokvi.blogspot.com/

52/56

3/8/2015

Karya Tulis

Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan kita adalah sebuah keniscayaan. Kalau
tidak berubah berarti kita semakin tertinggal. Kalau sekolah kita tidak mengajarkan pemanfaatan
komputer sebagai alat belajar dan internet sebagai sumber belajar maka sekolah kita jelas akan
tertinggal jauh di belakang. Kita hanya akan menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak kompatibel
dengan kebutuhan dunia baru yang mensyaratkan kemampuan memanfaatkan internet sebagai
media dalam segala urusan dunia modern. Itu artinya kita hanya akan meluluskan siswa dengan
kualitas dunia agraris belaka. Sungguh celaka! Itu sebetulnya sudah dipahami oleh semua pihak.
Untuk bisa menghasilkan siswa-siswa yang siap berkompetisi dalam dunia modern maka mereka
mesti dididik oleh para guru yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai dengan
kebutuhan masa depan tersebut. Masalahnya adalah apakah para guru kita mampu untuk diajak
terus menerus berlari mengejar perkembangan jaman dan teknologi jika mereka tidak pernah, dan
lebih parah lagi, tidak mau dilatih dan dibimbing?
Dunia pendidikan kita memang menghadapi masalah besar dengan kompetensi para
gurunya. Seorang pengamat pendidikan dengan masygul berkata bahwa dunia pendidikan kita
dilaksanakan oleh mayoritas orang-orang yang tidak kompeten. Menyakitkan tapi memang begitu
faktanya. Itu adalah buah dari kebijakan pendidikan sebelum ini yang merekrut guru secara asalasalan dan pada akhirnya dunia pendidikan diisi oleh orang-orang yang tidak kompeten. Dan kita
harus menanggungnya sekarang.
Ironinya adalah bahwa kita hampir tidak punya daya untuk mengubah keadaan tersebut. Berbagai
upaya untuk memperbaiki kompetensi dan profesionalisme guru nampaknya selalu terganjal oleh
fakta bahwa banyak guru yang tidak mampu (dan juga tidak mau) untuk ditingkatkan kualitasnya.
Dari sononya memang sudah katrok dan tidak bisa diperbaiki. Hanya sebagian kecil saja guru
yang memiliki tulang bagus dan bisa dididik dan dilatih ulang.
Fakta menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia masih jauh dari memadai untuk
melakukan perubahan yang sifatnya mendasar macam mengenal dan menggunakan internet
sebagai media pembelajaran. Lebih ke bawah lagi. para guru bahkan belum mengenal pengajaran
dengan menggunakan proyek-proyek yang menggabungkan beberapa mata pelajaran sekaligus.
Pengajaran tematik bahkan masih asing terdengar oleh para guru. Kurikulum ini hanya dipahami
secara parsial sehingga juga diterapkan secara parsial.
Ketidakmampuan memahami pendekatan yang mendasari kurikulum ini membuat para guru tidak
berusaha untuk mengubah pola pengajaran lama mereka secara mendasar. Mereka belum
mampu untuk melaksanakan KBM dalam sebuah proyek secara bersama dengan guru-guru dari
bidang studi lain.
Guru belum memahami konstelasi bidang studi yang diajarkannya dalam kaitan dan
hubungannya dengan bidang studi lain dan masih melihat berbagai bidang studi secara terpisah
dan tersendiri tanpa ada hubungan dengan bidang studi lain. Guru masih melihat bidang studinya
berupa text dan belum context karena metode CTL (Contextual Teaching and Learning) masih
berupa wacana dan belum menjadi pengetahuan, apalagi ketrampilan, bagi para guru. Guru-guru
masih terjebak pada filosofi dan pendekatan lamanya. Hal ini nampak jelas pada evaluasi yang
mereka lakukan. Evaluasi yang digunakan oleh para guru dilapangan masih berpedoman pada
paradigma lama yang hanya mengukur kemampuan kognitif dengan bentuk-bentuk evaluasi yang
hampir tidak berubah sama sekali dengan kurikulum sebelumnya.
Kesulitan utama pada guru-guru adalah ketidakpahaman mereka mengenai apa dan
bagaimana melakukan evaluai dengan portofolio. Karena ketidakpahaman ini mereka kembali
kepada pola assesmen lama dengan tes-tes dan ulangan-ulangan yang bersifat cognitive-based
semata. Tidak adanya model sekolah yang bisa dijadikan sebagai rujukan membuat para guru
tidak mampu melakukan perubahan, apalagi lompatan, dalam proses peningkatan kegiatan
belajar mengajarnya. Sebagian besar guru, bahkan pada sekolah-sekolah yang dianggap
unggulan, bahkan belum paham benar dengan prinsip student-centered dan kegiatan belajar
http://lelyokvi.blogspot.com/

53/56

3/8/2015

Karya Tulis

mengajar masih berpusat pada gurunya. CBSA yang sebelum ini telah dikenalkan masih berupa
wacana dan belum menjadi kegiatan sehari-hari di kelas. Mereka hanya mengambil kulit-kulitnya
dan tidak paham esensinya. Saat ini sekolah-sekolah berlomba-lomba menerapkan moving class
tanpa tahu apa sebenarnya inti dari moving class tersebut sehingga yang terjadi sama sekali
berbeda dengan apa yang hendak dicapai oleh sistem moving class tersebut. Dan itu juga lagilagi karena rendahnya kualitas guru sehingga mereka tidak mampu menyerap dan memahami
apa sebenarnya dibalik berbagai perubahan yang terjadi di negara-negara maju. Mereka
mengikuti tapi tidak paham apa sebenarnya yang mereka ikuti itu.
3.4Mewujudkan Guru yang Profesional
Jika guru telah memiliki kualitas sebagai guru professional maka tuntutan kurikulum
bagaimana pun tentu akan dapat dipenuhinya. Seorang guru profesional adalah bak seorang
Chef ahli yang dapat diminta untuk membuat masakan jenis apa pun sepanjang bahan dan
peralatannya tersedia. Seorang Chef ahli bahkan bisa membuat masakan yang enak meski bahan
dan peralatannya terbatas.
Bagaimana mewujudkan hal tersebut? Mulai sekarang rekrutlah guru-guru yang memang
memiliki kualifikasi tinggi pada bidangnya. Syarat utama bagi guru untuk dapat mengajar dengan
baik adalah guru yang memiliki kapasitas penguasaan materi yang telah memadai. Guru harus
benar-benar kompeten dengan materi yang akan diberikannya. Guru yang tidak kompeten tentu
tidak akan dapat menghasilkan siswa yang kompeten. Selain itu guru juga harus memiliki
komitmen yang benar-benar tinggi dalam usaha untuk mengembangkan kurikulum ini. Guru yang
memiliki motivasi rendah tidak akan dapat melaksanakan KBK ini karena KBK menuntut kerja
keras guru untuk mempersiapkan dan melaksanakannya di kelas.
Setelah itu berikan pelatihan tentang pembelajaran sebanyak-banyaknya dan biarkan
mereka berkreasi di kelas. Kalau perlu magangkan mereka ke sekolah-sekolah internasional agar
mereka melihat langsung bagaimana pendekatan competence-based dilakukan di kelas. Berikan
otonomi seluas-luasnya pada mereka untuk mengembangkan kurikulum.
Apabila guru telah dapat menguasai materi yang hendak diajarkannya maka guru harus
dapat mengupdate dirinya. Pelatihan terus menerus adalah jawabnya. Baik itu metodologimetodologi pengajaran yang berkorelasi dengan penguasan KBK, maupun pemahaman filosofi
dan paradigma yang menyertainya. Pelatihan ini harus dibarengi dengan usaha-usaha keras untuk
mengembangkan sensifitas dan kreatifitas dari masing-masing guru untuk mengembangkan
sendiri metodologi yang tepat bagi siswa masing-masing. Practice.practice. and practice.
Sekolah juga harus terus aktif untuk meningkatkan motivasi dari para gurunya dalam
memberikan pengajaran yang terbaik bagi siswa-siswanya, Sekolah berkewajiban untuk
meningkatkan kompetensi guru-gurunya dalam memahami materi yang diajarkannya dan
metodologi penyampaiannya. Untuk itu sekolah harus secara berkala menyelenggarakan atau
mengirim guru-gurunya untuk mengikuti seminar, loka-karya, pelatihan, magang, maupun studi
banding ke sekolah-sekolah yang telah mampu melaksanakan sistem pengajaran yang efektif.
Minimal guru harus dapat memperoleh 3 (tiga) kali seminar atau pelatihan mengenai bidang studi
yang diajarkannya maupun tentang metodologi. Guru juga harus selalu aktif mengikuti
perkembangan metodologi pengajaran dengan mengikuti berbagai kegiatan kelompok profesi
sejenis maupun melalui buletin-buletin profesi. Dianjurkan agar sekolah-sekolah mau belajar ke
sekolah-sekolah internasional yang ada di kota masing-masing karena mereka telah lama
melaksanakan pendekatan student-centered maupun competence based ini, terutama dalam
penerapan evaluasi dengan menggunakan portofolio.
Ibarat koki yang harus memahami dasar-dasar tentang segala jenis bahan makanan dan
peralatan masak sebelum ia mampu membuat suatu masakan atau sajian yang benar-benar
berkualitas, guru juga harus memahami benar materi yang hendak diajarkannya dan tahu tentang
bagaimana mengolahnya menjadi suatu kegiatan belajar mengajar yang mampu
mengembangkan kompetensi siswa-siswanya. Dibutuhkan guruguru profesional untuk dapat
http://lelyokvi.blogspot.com/

54/56

3/8/2015

Karya Tulis

mengembangkan kurikulum apa pun dan bukan sekedar guru berkualitas standar.
Guru profesional bukan hanya harus benar-benar menguasai materi yang harus
disampaikannya kepada siswa dan kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional secara filosofis
maupun praktis. Ia juga harus paham hal-hal mendasar seperti prinsip belajar otak kiri dan kanan,
pendekatan Quantum Teaching and Learning, pemahaman tentang Multiple Intelligences dan
penerapannya di kelas, Taksonomi Bloom dan aplikasinya pada proses belajar mengajar, metode
pengajaran Contextual Teaching and Learning, mengakses dan memanfaatkan internet sebagai
wahana belajar, mengorkestrasikan materi yang diajarkannya dengan materi pelajaran lain dalam
suatu KBM tematik dalam bentuk project. Guru profesional bukan hanya harus well-performed,
tapi juga harus well-trained, well-equipped, dan tentunya juga well-paid.
BAB IV
KESIMPULAN
Untuk menjadi seorang guru yang profesional dan menjadi klunci keberhasilan pendidikan
ternyata tidaklah semudah membalikkan telapak tangan kita. Banyak hal yang harus dikerjakan
para guru dan banyak hal pula yang harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
Bukan hanya guru yang dituntut lebuh tetapi juga perhatian dan kerjasama serta keterlibatan para
ahli, pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan dalam hal ini.
Seperti halnya para pakar dalam uraiannya tentang peran guru dalam dunia pendidikan di
bawah ini, hendaknya dapat menjadi bahan perenungan dan motivasi bagi para guru untuk
menjadi seorang guru yang ideal dan profesional.
Prof. Suyanto Ph.D, Dirjen Mandikdasmen :
Guru harus diajak berubah dengan dilatih terus menerus dalam pembuatan satuan
pelajaran, metode pembelajarannya yang berbasis Inquiry, Discovery, Contextual Teaching and
Learning, menggunakan alat bantunya, menyusun evaluasinya, perubahan filosofisnya, dll.
Achmad Sapari, mantan Kasi Kurikulum Subdiknas TK/SD Dindik Kab. Ponorogo
Guru harus terus ditingkatkan sensifitasnya dan kreatifitasnya. Sensifitas adalah
kemampuan guru untuk mengembangkan kepekaan-kepekaan paedagogisnya untuk
kepentingan pembelajaran.
Bagi para guru yang sudah dinyatakan profesional, jangan berhenti untuk terus
mengembangkan diri dengan belajar dan terus belajar. Bagi para guru yang belum mendapat
kesempatan untuk mendapatkan pengakuan sebagai guru profesional jangan putus asa.
Berjuanglah terlebih dahulu untuk menjadi guru ideal sebelum mencapai guru profesional.
Proficiat!
DAFTAR RUJUKAN
1.Email: theresia_lely@yahoo.com [mailto:theresia_lely@yahoo.com] from: Dr. Hartono, M.Si T. Raka
Joni, Profesinalisme Guru : Janji dan Tuntutannya (Senin, 5 Desember 2009).
2. Email: theresia_lely@yahoo.com [mailto:theresia_lely@yahoo.com] from: Dr. Hartono, M.Si
Dominikus Dolet Unaradjan, Profesionalisme Dalam Mengajar (Senin, 5 Desember 2009).
3. Email: theresia_lely@yahoo.com [mailto:theresia_lely@yahoo.com] from: Dra. Jahju Hartanti, M.Si
Satria Dharma, Apapun Kurikulumnya, Guru Kuncinya. (11 April 2010)
4. Email: theresia_lely@yahoo.com [mailto:theresia_lely@yahoo.com] from: Dra. Jahju Hartanti, M.Si
Yani Heryani, Sosok Guru yang Profesional. (5 Mei 2010)
http://lelyokvi.blogspot.com/

55/56

3/8/2015

Karya Tulis

Diposkan 24th February 2011 oleh Theresia Lely Okvitasari


1

11th March 2010

Lihat komentar

ONE DAY WITH TEACHER TKK KARITAS III


SURABAYA

Pada hari Sabtu, 8 Maret 2010, TK Katolik Karitas III mengadakan kegiatan One Day With
Teacher di sekolah. Kegiatan ini berlangsung dari jam 07.00 - 16.00WIB. Tujuan kegiatan adalah
melatih kemandirian siswa, memupuk rasa tanggung jawab dan kerja sama dalam kelompok,
memantapkan kerohanian siswa. Orang tua selama kegiatan berlangsung dilarang untuk
menengok anaknya, hanya mengantar dan menjemput saja.
Kegiatan dibuka dengan pembagian kartu nama dan membagi dalam kelompok, yang berjumlah
6 orang tiap kelompok. Selanjutnya acara dibuka dengan doa pagi dan senam rohani. Setelah
mamiri (makan, minum) kegiatan game dimulai. Tiap kelompok dipandu oleh 1 orang guru dan
diberikan rute / urutan tempat game. Ada 5 pos yaitu, mengangkat tongkat dengan 2 jari telunjuk,
estafet balon air, menyusun huruf, puzzle, mengumpulkan bola dengan warna tertentu dalam
kolam. Tiap pos dicatat pemenangnya. Acara game diakhiri dengan makan siang dan tidur siang.
Untuk kegiatan tidur siang ini, anak-anak telah membawa perlengkapan tidur dari rumah dan
diatur sesuai dengan jenis kelaminnya. Setelah tidur siang anak-anak menonton tayangan video
cerita binatang dan dilanjutkan dengan pembuatan hamburger kasih sayang. Dinamakan
hamburger kasih sayang karena hamburger ini tidak boleh dimakan tetapi dibawa pulang untuk
diberikan kepada oarang tua sambil berkata, "Mom, Dad, I love u full." Setelah itu acara mandi,
giliran pertama adalah anak perempuan dulu, anak laki-laki bermain bola di halaman. Baru
kemudian anak laki-laki yang mandi. Sebelum pulang anak-anak minum teh dan roti, acara
ditutup dengan doa bersama dan pembagian sertifikat dan souvenir. SAY GOOD BY.
Acara ini memang melelahkan bagi pendamping tapi bagi anak sangat berkesan. Bahkan cerita
ini berlanjut hingga seminggu kemudian. Gaung kesenangan, kehebohan masih terasa pada
anak. Bahkan orang tua pun sangat senang mendengar anaknya bercerita dengan gembira dan
lebih mandiri. Acara ini kami nilai cukup sukses karena baru pertama kali diadakan dan kami
berharap di tahun mendatang dukungan orang tua lebih banyak dan lebih besar. Sukses TKK
Karitas III YES...YES...YES
Diposkan 11th March 2010 oleh Theresia Lely Okvitasari
Label: kegiatan TK
0

http://lelyokvi.blogspot.com/

Tambahkan komentar

56/56

Anda mungkin juga menyukai