BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenyataan menunjukkan bahwa ada beberapa kendala dan kesulitan yang dialami
oleh guru dalam pembelajaran matematika di tingkat lanjut (SMP dan SMA/SMK) oleh
karena beberapa konsep dasar matematika yang kurang dipahami oleh siswa. Dimana konsep
Melakukan operasi bilangan bulat, merupakan salah satu kendala serius yang sering
menghambat pembelajaran matematika di tingkat SMP dan SMA/SMK. Guru yang mengajar
lanjut (misalnya, persamaan garis lurus) tetapi karena konsep matematika lanjut tersebut
menggunakan operasi bilangan bulat maka dengan terpaksa guru tersebut harus membenahi
dahulu pemahaman siswa tentang bilangan bulat agar dapat memahami materi matematika
bilangan bulat diajarkan di kelas V SD. Ini berarti, idelanya persoalan bilangan bulat dan
operasinya sudah tuntas di SD. Apalagi jika prinsip pembelajaran yang kita anut adalah
belajar tuntas. Namun kita tidak harus menutup mata terhadap kenyataan-kenyataan yang
masih beragam, Model pembelajaran yang belum menerapkan prinsip-prinsip teori belajar,
bahan belajar yang disusun tanpa memperhatikan struktur berfikir anak SD dan sebagainya.
Menyadari hal tersebut, maka penulis akan mengkaji melalui makalah ini persoalan
yang terkait dengan beberapa cara mengajarkan operasi bilangan bulat di SD. Cara-cara
tersebut disesuaikan dengan teori-teori belajar yang relavan, khususnya teori belajar Jerome
S. Bruner.
B. Identifikasi Masalah
pembelajaran matematika di SD
Ada guru yang mengajarkan garis bilangan dengan tidak konsisten, misalnnya 2-5 =-3
Ada dua hal yang tidak konsisten dengan penggambaran diatas, yaitu:
Berjalan maju untuk bilangan positif dan mundur untuk bilangan negatif, atau berjalan ke
kanan untuk bilangan-bilangan positif dan berjalan ke kiri untuk bilangan negatif, tanpa
Seharusnya, bilangan bulat diperkenalkan melalui bilangan asli. Artinya bilangan bulat
dibutuhkan karena adanya keterbatasan bilangan asli dalam memecahkan operasi bilangan,
khususnya bentuk a + .... = b atau bentuk a b = .... jika a > b. Pembelajaran seperti ini
3. Tidak dapat membedakan tanda + dan sebagai operasi hitung dan tanda + dan sebagai jenis
bilangan.
Ada guru dan siswa yang tidak tidak dapat membedakan tanda + dan sebagai operasi hitung
dan tanda + dan sebagai jenis bilangan. Ini terlihat dari cara membacanya.
5 + (-2) dibaca lima ditambah minus dua atau lima ditambah min dua
-7 (-3) dibaca min 7 kurang min tiga atau min tujuh min min tiga
lima ditambah negatif dua dan negatif tujuh dikurang negatif tiga.
BAB II
PEMBAHASAN
antara hakekat anak usia SD dan hakekat Matematika. Anak usia SD sedang mengalami
perkembangan dalam tingkat berfikirnya, tahap berfikir mereka belum formal, bahkan di
kelas-kelas rendah bukan tindak mungkin masih berada pada tahap pra-konkret.
Di sisi lain, matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak,
bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat
pembelajaran yang dapat menjembatani kedua perbedaan tersebut. Agar anak yang belum
dapat berfikir secara deduktif dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.
Guru perlu menyadari bahwa anak bukanlah manusia dewasa yang kecil tatapi anak
tumbuh dengan perkembangannya sendiri. Guru perlu menyadari bahwa apa yang
menurutnya mudah dimengerti belum tentu mudah menurut anak bahkan mungkin susah
dimengerti menurut anak. Sesuatu yang abstrak dapat saja sederhana menurut gurunya yang
sudah formal dapat saja menjadi sesuatu yang sulit bagi anak yang belum formal. Oleh
karena itu tugas utama sekolah adalah mengembangkan kemampuan berfikir intelektual anak.
Para ahli ilmu jiwa (Peaget, Bruner, Dienes, Brownell) dalam mengembangkan teori
belajarnya percaya bahwa untuk memberikan sesuatu kepda anak didik maka harus
matematika berhasil, dalam arti dapat dimengerti oleh siswa dengan baik, maka harus
dipastikan bahwa apa yang akan diajarkan tersebut, anak sudah siap untuk menerimanya
Jerome S. Bruner dari Universitas Harvard terkenal dalam dunia pendidikan dengan
hasil studinya tentang perkembangan belajar. Bruner menekankan bahwa setiap indivudu
pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda yang ada di lingkungannya,
menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam
fikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau
dikenalnya.
Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real (nyata)
tentang konsep, fakta, atau prosedur dalam matematika yang bersifat abstrak maka
Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda
dalam bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak telah dapat membayangkan peristiwa
yang dialaminya atau benda yang dikenalnya walaunpun peristiwa itu telah berlalu atau
secara nyata melalui persoalan keseharian dari dunia sekitar anak, guru melanjutkan dengan
membentuk modelnya sebagai bayangan mental dari benda atau peristiwa keseharian
tersebut.
Pada tahap terakhir ini, anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk
simbol dan bahasa. Dengan kata lain apabila anak berjumpa dengan suatu simbol maka
bayangan mental yang ditandai oleh simbol tersebut dapat dipahaminya dan dijelaskan
konsep, fakta, atau prosedur matematika yang abstrak itu adalah penggunaan simbol-simbol
berikut:
Menurut teorema penyusunan, cara terbaik memulai belajar suatu konsep matematika,
dalil, defenisi, dan semacamnya adalah dengan cara menyusun penyajiannya. Guru
hendaknya memulai dengan penyajian konkret, kemudian anak menyusun sendiri pengertian
mengenai ide tersebut. Dengan cara demikian anak lebih mudah mengingat ide tersebut dan
b. Teorema Notasi
matematika harus diberikan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana yang secara
kognitif dapat lebih dipahami sampai kepada yang makin kompleks notasinya. Ini tercermin
dari hirarki pembelajaran matematika di sekolah, konsep yang sama diajarkan pada tingkatan
yang berbeda (yang lebih tinggi) dengan tingkat abstraksi yang lebih tinggi dengan
Teorema ini menyatakan bahwa prosedur penyajian suatu konsep dari yang konkret ke
yang abstrak harus dilakukan dengan kegiatan pengkontrasan dan keanekaragaman. Konsep
lainnya.
Ini berarti konsep bilangan positif semakin berarti setelah dikontraskan dengan bilangan
negatif, bilangan prima dengan bilangan komposit. Busur, jari-jari, garis tengah, tali busur,
tembereng, dan juring suatu lingkaran akan semakin berarti jika dikontraskan satu dengan
yang nilainnya.
Disamping itu, penyajian pembelajaran perlu dilakukan dengan bervariasi. Ini berarti ada
Konsep, dalil, dan ketrampilan matematika saling berkaitan. Begitu pula antar cabang
matematika (aljabar, geometri, aritmatika) juga saling berkaitan. Oleh karena itu
pembelajaran matematika akan lebih berhasil jika siswa diberi lebih banyak kesempatan
melihat kaitan-kaitan tersebut. Guru supaya dapat mengaitkan konsep yang satu dengan
Pembelajaran bilangan bulat sebaiknya tidak dipisahkan dengan bilangan asli. Jadi
sebelum membahas kajian bilangan bulatnya, terlebih dahulu disinggung tentang pembentuk
bilangan bulat dari proses operasi hitung pada bilangan asli. Seperti diketahui bahwa bilangan
asli seolah-olah terjadi secara alamiah. Ini ditandai dari proses pengenalan bilangan yang
dimulai dari jari-jemari untuk satu, dua, tiga, dan seterusnya. Jadi yang diperkenalkan
Perluasan dari bilangan asli dimulai dari pembahasan bahwa pada operasi bilangan
asli didapatkan bilangan asli pula. Jadi kalimat-kalimat seperti 3 + 5 = .... dan 4 + 6 = ...
selalu dapat dilengkapi dengan bilangan asli 8 dan 10. Perluasan bilangan asli dimulai dari
melengkapi bentuk-bentuk a + ... = b atau a b = ...... jika a > b. Tentunya pelengkap dari
bentuk tersebut tidak akan ditemukan dari bilangan asli. Dari sinilah titik mulai pengenalan
bilangan bulat.
6 derajat dibawah nol dinyatakan dengan -60, 150 meter dibawah permukaan laut ditulis -150
dan sebagainya.
tiga, yaitu: enaktif, ikonik, dan simbolik. Terkait dengan hal tersebut dalam tulisan ini
pengenalan konsep operasi hitung bilangan bulat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu: tahap
pengenalan konsep secara konkret, tahap pengenalan konsep secara semi konkret, dan tahap
Untuk tahap ini digunakan alat peraga buatan berbentuk kepingan. Alat peraga ini
ketentuan:
a. Jika a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0, maka gabungkan sejumlah kepingan kedalam
b. Jika a > 0 dan b < 0 atau sebaliknya, maka gabungkan sejumlah kepingan warna
terbentuk sejumlah kepingan netral. Melalui proses ini akan menyisahkan sejumlah kepingan
ber-warna tertentu yang tidak berpasangan yang sekaligus menjadi jawaban dari operasi hasil
operasi penjumlahannya.
2. Untuk operasi pengurangan, dilakukan dengan cara pemisahan sejumlah kepingan dari
a. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a > b, maka pisahkan sejumlah b kepingan keluar dari kelompok
b. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a < b, maka sebelum memisahkan sejumlah b kepingan keluar
dari kelompok kepingan berjumlah a maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral ke
dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada seberapa kurangnya kepingan yang
c. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a < b, maka pisahkan sejumlah b kepingan keluar dari kelompok
d. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a > b, maka sebelum memisahkan sejumlah b kepingan keluar
dari kelompok kepingan berjumlah a maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral ke
dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada seberapa kurangnya kepingan yang
negatif, terlebih dahulu masukkan sejumlah kepingan netral yang banyaknya tergantung dari
besarnya bilangan pengurangnya (b), sehingga kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
f. Jika a < 0 dan b > 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b kepingan yang bernilai positif
dari kumpulan kepingan bernilai negetif, maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral ke
Pendemostrasian:
Pendemostrasian:
2. Tahap Pengenalan Konsep secara Semi Konkret.
Untuk tahap ini digunakan garis bilangan. Cara kerja garis bilangan didasarkan
a. Langkah ke kanan untuk menunjukkan bilangan positif dan langkah ke kiri untuk
b. Langkah maju untuk menunjukkan operasi penjumlahan dan langkah mundur untuk
c. Dalam penjumlahan hasil akhir dilihat dari posisi akhir ujung anak panah sedangkan dalam
pengurangan hasil akhir dilihat dari posisi akhir pangkal anak panah.
a. 2 + 5 = .......
Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini menunjukkan bilangan positif 2
Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan positif 5, maka anak panah diarahkan maju
2+5=7
b. 2 + (-5) = ......
Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini menunjukkan bilangan positif 2
Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan negatif 5, maka anak panah diarahkan
maju (karena penjumlahan) dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)
Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung panah bilangan kedua, sehingga 2
+ (-5) = -3
c. -2 + 5 = ....
Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini menunjukkan bilangan negatif 2
Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan positif 5, maka anak panah diarahkan maju
2+5=3
d. -2 + (-5) = ....
Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini menunjukkan bilangan negatif 2
Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan negatif 5, maka anak panah diarahkan
maju (karena penjumlahan) dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)
Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung panah bilangan kedua, sehingga -
2 + (-5) = -7
a. 2 - 5 = .......
Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini menunjukkan bilangan positif 2
Karena operasinya pengurangan dengan bilangan positif 5, maka anak panah diarahkan
mundur (karena pengurangan) dan arah panah ke kanan (karena bilangan positif)
Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke pangkal panah bilangan kedua,
sehingga 2 - 5 = -3
b. 2 - (-5) = ......
Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini menunjukkan bilangan positif 2
Karena operasinya pengurangan dengan bilangan negatif 5, maka anak panah diarahkan
mundur (karena pengurangan) dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)
Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke pangkal panah bilangan kedua, sehingga
2 (-5) = 7
c. -2 - 5 = ....
Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini menunjukkan bilangan negatif 2
Karena operasinya pengurangan dengan bilangan positif 5, maka anak panah diarahkan
mundur (karena pengurangan) dan arah panah ke kanan (karena bilangan positif)
Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke pangkal panah bilangan kedua, sehingga
-2 - 5 = -7
d. -2 - (-5) = ....
Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini menunjukkan bilangan negatif 2
Karena operasinya pengurangan dengan bilangan negatif 5, maka anak panah diarahkan
mundur (karena pengurangan) dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)
Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke pangkal panah bilangan kedua, sehingga
-2 (-5) = 3
Penggunaan alat bantu peraga kepingan dan garis bilangan tentu saja mempunyai
keterbatasan karena tidak dapat menjangkau bilangan-bilangan yang cukup besar, disamping
itu penggunaan alat bantu pada hakekatnyra adalah sarana untuk menjembatani anak menuju
penjumlahan dan pengurangan yang diperoleh melalui penggunaan alat bantu dapat menjadi
a. 2+5=7
c. -2 + 5 = 3 dan 5 + (-2) = 3
d. -2 + (-5) = -7
Beberapa hal menarik yang dapat diimformasikan kepada siswa terkait dengan hasil-hasil
1. Untuk soal butir a dapat disimpulkan bahwa jumlah dua bilangan bulat positif
adalah bilangan positif juga dan besarnya sama dengan menjumlahkan kedua
bilangan itu .
2. Untuk soal butir d dapat disimpulkan bahwa jumlah dua bilangan bulat negatif
adalah bilangan negatif juga dan besarnya sama dengan menjumlahkan kedua
bilangan itu .
3. Untuk soal butir b dan c dapat disimpulkan bahwa jumlah dua buah bilangan bulat,
satu positif dan satunya lagi negatif besarnya sama dengan selisih bilangan terbesar
dengan bilangan terkecil dari kedua bilangan itu dan hasilnya diberi tanda sama
pendekatan melalui contoh berpola dan pada akhirnya dapat digunakan untuk merumuskan
kesimpulan, misalnya:
Tentunya hasil-hasil dari operasi diatas adalah sama yaitu 9, 8, 7, 6 dan 5 Melalui
beberapa contoh lain dan melihat hasil-hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
mengurangi suatu bilangan bulat sama saja dengan menambah dengan lawan dari bilangan
1. Ada perbedaan karakteristik anak usia SD dengan karakteritik matematika, Anak usia SD
umumnya berfikir konkrit sedangkan konsep matematika abstrak oleh karena itu diperlukan
2. Mengacu pada teori belajar Jerome S. Bruner yang membagi tahapan belajar menjadi tiga,
tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik maka dalam kaitannya dengan pembelajaran operasi
a. Tahap pengenalan konsep secara konkret, dilakukan dengan menggu- nakan alat bantu
kepingan bertanda.
b. Tahap pengenalan konsep secara semi konkret, dilakukan dengan menggunakan garis
bilangan.
PENDAHULUAN
1. A. Rasional
Salah satu upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia adalah dengan selalu
melakukan penyempurnaan kurikulum. Setelah implementasi kurikulum 2004 atau KBK
yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1994, saat ini telah ditindaklanjuti dengan
penerapan kurikulum 2006 yang merupakan hasil evaluasi dari implementasi kurikulum 2004
sebelumnya. Salah satu komponen penting dalam kurikulum adalah pada proses belajar
mengajar. Selama ini, dari hasil pengamatan kita masih banyak guru dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar menggunakan metode yang tradisional dan media yang digunakan
pun umumnya masih monoton sehingga timbul kejenuhan yang mendalam pada diri siswa
yang akan berakibat fatal pada hasil belajar mereka.
Untuk sedikit mengatasi masalah diatas, maka seorang guru harus kreatif dengan
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menguntungkan bagi siswa. Salah satu
cara yang lebih memungkinkan adalah dengan menyediakan berbagai media pembelajaran
yang bisa diakses oleh siswa. Dan yang paling efektif adalah dengan menggunakan Alat
Peraga Pembelajaran yang bisa dibeli dipasaran atau dibuat sendiri oleh guru. Dan alat peraga
tersebut akan semakin menarik siswa jika di kombinasikan unsur permainan.
1. B. Dasar Pembuatan
Salah satu faktor penting pembuatan APP ini adalah karena sebagian besar siswa masih
lemah dalam melakukan perhitungan
pada penjumlahan, khususnya pada bilangan bulat positif. Selain itu, kebanyakan siswa masih
mengganggap bahwa pelajaran Matematika adalah hantu yang selalu menimbulkan rasa
takut yang berlebihan bagi siswa. Sehingga dengan pencitraan yang negatif terhadap
matematika kami berusaha dengan sekuat tenaga untuk merubah pandangan siswa terhadap
matematika sehingga mempunyai kesan yang menarik. Maka dengan usaha keras kami,
dibuatlah Alat Peraga Pembelajaran (APP) pada bidang studi matematika dengan nama
Rumah Penjumlahan Si Bilbul
Selain itu, dalam rangka kegiatan pengembangan profesi bagi guru yang didasarkan atas
beberapa peraturan, sebagai berikut :
Ada dua manfaat dalam penggunaan alat peraga ini, yaitu manfaat khusus dan manfaat
umum. Manfaat khusus dari APP ini antara lain:
Pada dasarnya alat peraga ini ini diperuntukkan bagi siswa SD dan MTs, karena pada jenjang
tersebut diajarkan materi yang bersesuaian yaitu Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat.
Namun dengan sifatnya yang membutuhkan analisis dan strategi yang mendalam serta unsur
hiburan maka APP ini juga bisa digunakan di lingkungan yang lebih luas selain sekolah,
seperti pos ronda, kantor, rumah dan ditempat lain yang memungkinkan.
BAB II
Kelas : VII
Standar Kompetensi:
Bilangan
Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
Sediakan bahan-bahan berikut: Papan triplek, kayu halus (profil), Kaca, plat besi, lem,
dan paku. Dan alat-alat : palu, gergaji, gunting, dan pisau (cutter)
potong tripleks sesuai dengan ukuran, dan kayu profil sebagai bingkainya
siapkan kaca dengan ukuran lebih dari papan triplek dan blek
Lalu tempelkan blek pada bagian bawah papan permainan dengan paku
Fungsi dari blek adalah untuk memberi efek tempel jika dimainkan dengan benda yang
mengandung unsur magnet
Lalu letakkan kartu penjumlahan diatas papan permainan dan dilem, selanjutnya tutup
kartu penjumlahan dengan kaca atau plastik mika
Pion (buah) dan mascot sebagai alat bantu permainan bisa menggunakan kancing baju ukuran
kecil dan sedang/besar dengan dua warna yang berbeda sebanyak mungkin
Pion (buah) dan mascot sebagai alat bantu demonstrasi sebelum permainan dapat dibuat
dengan menggunakan karton tebal rangkap dua yang permukaan atasnya dilapisi dengan
kertas stiker warna dan bagian bawahnya disisipi plat magnet kecil dan ditempelkan dengan
menggunakan lem
BAB III
Sebagaimana prosedur membuat rancangan APP diatas, berikut adalah urutan kerja
pembuatan APP:
BAB IV
Kelas/Semester : VII/1
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi:
Bilangan
Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi dasar :
Tujuan Percobaan:
Siswa mampu:
Pada dasarnya penjumlahan pada bilangan bulat ada 3 macam, yaitu pertama penjumlahan
antara bilangan bulat positif yaitu dengan menambahkan dua atau lebih bilangan tersebut,
kedua penjumlahan antara bilangan bulat dengan nol yaitu menjumlahkan duatu bilangan asli
dengan sesuatu yang tidak ada (nol), ketiga penjumlahan dengan bilangan bulat negative
yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip pengurangan.
Bahan Pengajaran
Materi yang bersesuaian adalah materi penjumlahan bilangan bulat dan pengurangan dengan
memperhatikan sifat-sifat operasinya. Dalam permainan ini adalah seorang siswa dikatakan
menang jika berhasil menyusun pion yang sama minimal 4 pion yang berjajar horizontal,
vertikal, maupun diagonal
Tidak strategi khusus untuk memenangkan permainan ini dengan cepat, kuncinya adalah
setiap pemain berusaha menang dengan menyusun minimal 4 pion yng berjajar dan bertahan
dengan menghindari pemain lawan membentuk konfigurasi 4 pion berjajar.
Alat peraga berupa rumah penjumlahan bilangan bulat yang dibuat dari:
Papan permaian
Pion dari kancing
Alat tulis
Penunjuk waktu
1. Persiapan
2. Kegiatan Inti
Langkah 1
Guru melakukan kuis (5 menit) untuk mengetahui pemahaman siswa tentang operasi
penjumlahan pada bilangan bulat positif
Langkah 2
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu permainan tunggal satu lawan satu
dengan menggunakan operasi penjumlahan bilangan bulat. Guru menunjukkan alat
permainan dan menjelaskannya, ada dua rumah dalam permainan tersebut, yaitu rumah buah
dan rumah mascot. Rumah buah adalah kotak-kotak tempat buah (pion) menyusun
konfigurasi dan ukurannya besar yang berbentuk persegi. Sedangkan rumah mascot letaknya
berada dibawah rumah pion dan berbentuk persegi panjang yang berfungsi mengendalikan
jalannya buah(pion). Buah menggunakan pin atau kancing kecil sedangkan mascot ukuranya
lebih besar.
Langkah 3
1. Lakukan pengetosan (suit) untuk menentukan pemain mana yang terlebih dahulu
menjalankan maskotnya
2. Setelah pemain pertama meletakkan mascot pada tempatnya, giliran pemain kedua
menempatkan maskotnya
3. Pada langkah pertama atau setelah langkah pertama, mascot kedua pemain boleh
terletak pada satu nomor yang sama atau berbeda namun pada langkah selanjutnya
mascot harus berpindah ke tempat lain yang lebih menguntungkan buah (pion) dan
seterusnya secara bergiliran.
4. Rumah mascot terletak pada susunan kotak paling bawah, dibawah rumah pion
5. Untuk menentukan pemenang adalah pemain pertama yang bisa membuat konfigurasi
(susunan) pion dalam rumah pion, baik susunan mendatar (horizontal), tegak
(vertikal), maupun susunan miring (diagonal)
6. Untuk bermain kembali, dapat diulang dari langkah paling awal atau diatur sendiri
dengan prinsip permainan yang sama
Langkah 4
Guru menantang siswa untuk bermain satu lawan satu dengan disaksikan siswa yang lain
Langkah 5
Langkah 6
Guru memberi beberapa alat peraga permainan yang lain dan semua siswa dalam kelas
bermain satu lawan satu, guru berkeliling dalam setiap pasangan siswa dan memberi
penjelasan kepada siswa yang masih bingung. Selain itu guru juga melakukan pengamatan
kelas.
Langkah 7
Guru menugasi masing-masing siswa untuk memberi kesan terhadap alat permainan yang
telah digunakan, guru melakukan koreksi/evaluasi terhadap jenis kesalahan atau kekurangan
yang terjadi baik pada prosedur maupun siswanya.
3. Penutup
Guru memberikan soal yang sama pada kuis pada awal pembelajaran lalu mengevaluasi hasil
kegiatan siswa secara klasikal begitu pula pada alat peraganya.
Pengayaan
Guru memberi soal dengan tingkat kesulitan yang tinggi untuk operasi penjumlahan bilangan
bulat
Berikut adalah hasil kuis matematika yang dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan APP
Rumah Penjumlahan Si Bilbul di kelas VII A