Anda di halaman 1dari 24

makalah: Menanamkan Konsep Dasar Operasi Hitung Pada Bilangan Bulat

dengan Pendekatan Teori Bruner

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenyataan menunjukkan bahwa ada beberapa kendala dan kesulitan yang dialami

oleh guru dalam pembelajaran matematika di tingkat lanjut (SMP dan SMA/SMK) oleh

karena beberapa konsep dasar matematika yang kurang dipahami oleh siswa. Dimana konsep

dasar tersebut sudah seharusnya dipahami di SD.

Melakukan operasi bilangan bulat, merupakan salah satu kendala serius yang sering

menghambat pembelajaran matematika di tingkat SMP dan SMA/SMK. Guru yang mengajar

matematika di SMP atau SMA/SMK seharusnya mengajarkan suatu konsep matematika

lanjut (misalnya, persamaan garis lurus) tetapi karena konsep matematika lanjut tersebut

menggunakan operasi bilangan bulat maka dengan terpaksa guru tersebut harus membenahi

dahulu pemahaman siswa tentang bilangan bulat agar dapat memahami materi matematika

lanjut yang diajarkannya.

Secara hirarkis dalam kurikulum pendidikan matematika, terlihat bahwa operasi

bilangan bulat diajarkan di kelas V SD. Ini berarti, idelanya persoalan bilangan bulat dan

operasinya sudah tuntas di SD. Apalagi jika prinsip pembelajaran yang kita anut adalah

belajar tuntas. Namun kita tidak harus menutup mata terhadap kenyataan-kenyataan yang

kita alami dalam pembelajaran matematika di SD, bahwa banyak persoalan-persoalan

mendasar yang terdapat didalamnya.


Persoalan tersebut diantaranya tenaga pengajar yang kualifikasi dan kompetensinya

masih beragam, Model pembelajaran yang belum menerapkan prinsip-prinsip teori belajar,

bahan belajar yang disusun tanpa memperhatikan struktur berfikir anak SD dan sebagainya.

Menyadari hal tersebut, maka penulis akan mengkaji melalui makalah ini persoalan

yang terkait dengan beberapa cara mengajarkan operasi bilangan bulat di SD. Cara-cara

tersebut disesuaikan dengan teori-teori belajar yang relavan, khususnya teori belajar Jerome

S. Bruner.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan penulis, beberapa masalah yang teridentifikasi dalam

pembelajaran matematika di SD

, khususnya operasi bilangan bulat adalah:

1. Pengunaan garis bilangan dengan prinsip yang tidak konsisten.

Ada guru yang mengajarkan garis bilangan dengan tidak konsisten, misalnnya 2-5 =-3

digambarkan sebagai berikut:

Ada dua hal yang tidak konsisten dengan penggambaran diatas, yaitu:

a. Konsep perkalian bilangan bulat belum diajarkan, kenapa sudah digunakan?.


b. Ada kesan, bahwa garis bilangan diarahkan agar jawabannya cocok. Ini terjadi karena ada

anggapan bahwa jawaban berada di ujung anak panah. Haruskah begini?.

2. Kurang tepat dalam memberikan pengertian bilangan bulat.

Beberapa pengertian yang kurang tepat tentang bilangan bulat, adalah:

Berjalan maju untuk bilangan positif dan mundur untuk bilangan negatif, atau berjalan ke

kanan untuk bilangan-bilangan positif dan berjalan ke kiri untuk bilangan negatif, tanpa

adanya penjelasan kenapa harus ada bilangan negatif.

Seharusnya, bilangan bulat diperkenalkan melalui bilangan asli. Artinya bilangan bulat

dibutuhkan karena adanya keterbatasan bilangan asli dalam memecahkan operasi bilangan,

khususnya bentuk a + .... = b atau bentuk a b = .... jika a > b. Pembelajaran seperti ini

mengikuti hirarki bilangan.

3. Tidak dapat membedakan tanda + dan sebagai operasi hitung dan tanda + dan sebagai jenis

bilangan.

Ada guru dan siswa yang tidak tidak dapat membedakan tanda + dan sebagai operasi hitung

dan tanda + dan sebagai jenis bilangan. Ini terlihat dari cara membacanya.

5 + (-2) dibaca lima ditambah minus dua atau lima ditambah min dua

-7 (-3) dibaca min 7 kurang min tiga atau min tujuh min min tiga

Yang seharusnya dibaca:

lima ditambah negatif dua dan negatif tujuh dikurang negatif tiga.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Anak dalam Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran matematika SD perlu mendapat perhatian, karena terdapat karakteristik

antara hakekat anak usia SD dan hakekat Matematika. Anak usia SD sedang mengalami
perkembangan dalam tingkat berfikirnya, tahap berfikir mereka belum formal, bahkan di

kelas-kelas rendah bukan tindak mungkin masih berada pada tahap pra-konkret.

Di sisi lain, matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak,

bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat

mengembangkan sebuah sistem matematika. Mengingat adanya perbedaan tersebut, maka

diperlukan adanya kemampuan khusus seorang guru untuk mengembangkan model

pembelajaran yang dapat menjembatani kedua perbedaan tersebut. Agar anak yang belum

dapat berfikir secara deduktif dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.

Guru perlu menyadari bahwa anak bukanlah manusia dewasa yang kecil tatapi anak

tumbuh dengan perkembangannya sendiri. Guru perlu menyadari bahwa apa yang

menurutnya mudah dimengerti belum tentu mudah menurut anak bahkan mungkin susah

dimengerti menurut anak. Sesuatu yang abstrak dapat saja sederhana menurut gurunya yang

sudah formal dapat saja menjadi sesuatu yang sulit bagi anak yang belum formal. Oleh

karena itu tugas utama sekolah adalah mengembangkan kemampuan berfikir intelektual anak.

Para ahli ilmu jiwa (Peaget, Bruner, Dienes, Brownell) dalam mengembangkan teori

belajarnya percaya bahwa untuk memberikan sesuatu kepda anak didik maka harus

memperhatikan tingkat perkembangan berfikir anak. Pada dasarnya agar pembelajaran

matematika berhasil, dalam arti dapat dimengerti oleh siswa dengan baik, maka harus

dipastikan bahwa apa yang akan diajarkan tersebut, anak sudah siap untuk menerimanya

sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya.

B. Teori Belajar Bruner

Jerome S. Bruner dari Universitas Harvard terkenal dalam dunia pendidikan dengan

hasil studinya tentang perkembangan belajar. Bruner menekankan bahwa setiap indivudu

pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda yang ada di lingkungannya,
menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam

fikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau

dikenalnya.

Menurut Bruner, proses belajar terbagi atas tiga tahapan, yaitu:

a. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive)

Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real (nyata)

atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya.

Implikasi dalam pembelajaran matematika berarti bahwa apabila dilakukan pembelajaran

tentang konsep, fakta, atau prosedur dalam matematika yang bersifat abstrak maka

hendaknya dimulai dari persoalan sehari-hari yang sederhana.

b. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)

Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda

dalam bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak telah dapat membayangkan peristiwa

yang dialaminya atau benda yang dikenalnya walaunpun peristiwa itu telah berlalu atau

benda real itu tidak lagi berada dihadapannya.

Implikasi dalam pembelajaran matematika, berarti bahwa setelah memanipulasi benda

secara nyata melalui persoalan keseharian dari dunia sekitar anak, guru melanjutkan dengan

membentuk modelnya sebagai bayangan mental dari benda atau peristiwa keseharian

tersebut.

c. Tahap Simbolik (Symbolic)

Pada tahap terakhir ini, anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk

simbol dan bahasa. Dengan kata lain apabila anak berjumpa dengan suatu simbol maka

bayangan mental yang ditandai oleh simbol tersebut dapat dipahaminya dan dijelaskan

dengan bahasanya sendiri.


Implikasi dalam pembelajaran matematika, berarti bahwa tahap akhir pembelajaran

konsep, fakta, atau prosedur matematika yang abstrak itu adalah penggunaan simbol-simbol

yang bersifat abstrak sebagai wujud dari bahasa matematika.

Bruner dan kawan-kawanya melalui pengamata terhadap sejumlah besar kelas

matematika, merumuskan empat teorema dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai

berikut:

a. Teorema Penyusunan (Teorema Konstruksi).

Menurut teorema penyusunan, cara terbaik memulai belajar suatu konsep matematika,

dalil, defenisi, dan semacamnya adalah dengan cara menyusun penyajiannya. Guru

hendaknya memulai dengan penyajian konkret, kemudian anak menyusun sendiri pengertian

mengenai ide tersebut. Dengan cara demikian anak lebih mudah mengingat ide tersebut dan

lebih mampu dalam menerapkan pada situasi lain.

b. Teorema Notasi

Menurut teorema notasi, dalam pengajaran suatu konsep penggunaan notasi-notasi

matematika harus diberikan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana yang secara

kognitif dapat lebih dipahami sampai kepada yang makin kompleks notasinya. Ini tercermin

dari hirarki pembelajaran matematika di sekolah, konsep yang sama diajarkan pada tingkatan

yang berbeda (yang lebih tinggi) dengan tingkat abstraksi yang lebih tinggi dengan

menggunakan notasi yang lebih abstrak, yang kurang di kenal.

c. Teorema Pengkontrasan Keanekaragaman (Teorema Kontras dan Variasi)

Teorema ini menyatakan bahwa prosedur penyajian suatu konsep dari yang konkret ke

yang abstrak harus dilakukan dengan kegiatan pengkontrasan dan keanekaragaman. Konsep

matematika akan semakin berarti setelah dipertentangkan (dikontraskan) dengan konsep

lainnya.
Ini berarti konsep bilangan positif semakin berarti setelah dikontraskan dengan bilangan

negatif, bilangan prima dengan bilangan komposit. Busur, jari-jari, garis tengah, tali busur,

tembereng, dan juring suatu lingkaran akan semakin berarti jika dikontraskan satu dengan

yang nilainnya.

Disamping itu, penyajian pembelajaran perlu dilakukan dengan bervariasi. Ini berarti ada

baiknya menyajikan konsep lingkaran melalui berbagai benda-benda berbentuk lingkaran,

misalnya gelang, ban sepeda, roda, cincing dan sebagainya.

d. Teorema Pengaitan (Teorema Konektivitas).

Konsep, dalil, dan ketrampilan matematika saling berkaitan. Begitu pula antar cabang

matematika (aljabar, geometri, aritmatika) juga saling berkaitan. Oleh karena itu

pembelajaran matematika akan lebih berhasil jika siswa diberi lebih banyak kesempatan

melihat kaitan-kaitan tersebut. Guru supaya dapat mengaitkan konsep yang satu dengan

konsep lainnya dalam pembelajaran matematika.

C. Konsep Bilangan Bulat dan Pembelajarannya.

Pembelajaran bilangan bulat sebaiknya tidak dipisahkan dengan bilangan asli. Jadi

sebelum membahas kajian bilangan bulatnya, terlebih dahulu disinggung tentang pembentuk

bilangan bulat dari proses operasi hitung pada bilangan asli. Seperti diketahui bahwa bilangan

asli seolah-olah terjadi secara alamiah. Ini ditandai dari proses pengenalan bilangan yang

dimulai dari jari-jemari untuk satu, dua, tiga, dan seterusnya. Jadi yang diperkenalkan

sebenarnya adalah bilangan asli.

Perluasan dari bilangan asli dimulai dari pembahasan bahwa pada operasi bilangan

asli didapatkan bilangan asli pula. Jadi kalimat-kalimat seperti 3 + 5 = .... dan 4 + 6 = ...

selalu dapat dilengkapi dengan bilangan asli 8 dan 10. Perluasan bilangan asli dimulai dari

melengkapi bentuk-bentuk a + ... = b atau a b = ...... jika a > b. Tentunya pelengkap dari
bentuk tersebut tidak akan ditemukan dari bilangan asli. Dari sinilah titik mulai pengenalan

bilangan bulat.

Pengenalan bilangan bulat, diakhiri dengan pembahasan penggunaan bilangan bulat

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya hutang Rp 100.000,00 dinyatakan dengan 100.000,

6 derajat dibawah nol dinyatakan dengan -60, 150 meter dibawah permukaan laut ditulis -150

dan sebagainya.

D. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat dengan Pendekatan Teori Bruner.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa Bruner membagi tahapan belajar menjadi

tiga, yaitu: enaktif, ikonik, dan simbolik. Terkait dengan hal tersebut dalam tulisan ini

pengenalan konsep operasi hitung bilangan bulat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu: tahap

pengenalan konsep secara konkret, tahap pengenalan konsep secara semi konkret, dan tahap

pengenalan konsep secara abstrak.

1. Tahap Pengenalan Konsep secara Konkret.

Untuk tahap ini digunakan alat peraga buatan berbentuk kepingan. Alat peraga ini

pendekatannya menggunakan konsep himpunan. Sebagai-mana dipahami bahwa pada

himpunan kita dapat melakukan penggabungan dan pemisahan. Penggabungan diidentikkan

dengan operasi penjumlahan dan pemisahan diidentikkan dengan operasi pengurangan.


Petunjuk penggunaan alat peraga adalah sebagai berikut:

1. Untuk operasi penjumlahan, dilakukan dengan cara menggabungkan kepingan, dengan

ketentuan:

a. Jika a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0, maka gabungkan sejumlah kepingan kedalam

kelompok kepingan lain yang warnanya sama.

b. Jika a > 0 dan b < 0 atau sebaliknya, maka gabungkan sejumlah kepingan warna

tertentu ke kelompok kepingan warna lainnya. Selanjutnya lakukan penghimpitan agar

terbentuk sejumlah kepingan netral. Melalui proses ini akan menyisahkan sejumlah kepingan

ber-warna tertentu yang tidak berpasangan yang sekaligus menjadi jawaban dari operasi hasil

operasi penjumlahannya.

2. Untuk operasi pengurangan, dilakukan dengan cara pemisahan sejumlah kepingan dari

kelompok kepingan, dengan ketentuan:

a. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a > b, maka pisahkan sejumlah b kepingan keluar dari kelompok

kepingan berjumlah a sehingga kepingan yang tersisa merupakan jawaban.

b. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a < b, maka sebelum memisahkan sejumlah b kepingan keluar

dari kelompok kepingan berjumlah a maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral ke

dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada seberapa kurangnya kepingan yang

akan dipisahkan. Kepingan yang tersisa merupakan jawaban.

c. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a < b, maka pisahkan sejumlah b kepingan keluar dari kelompok

kepingan berjumlah a sehingga kepingan yang tersisa merupakan jawaban.

d. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a > b, maka sebelum memisahkan sejumlah b kepingan keluar

dari kelompok kepingan berjumlah a maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral ke

dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada seberapa kurangnya kepingan yang

akan dipisahkan. Kepingan yang tersisa merupakan jawaban.


e. Jika a > 0 dan b < 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b kepingan yang bernilai

negatif, terlebih dahulu masukkan sejumlah kepingan netral yang banyaknya tergantung dari

besarnya bilangan pengurangnya (b), sehingga kepingan yang tersisa merupakan jawaban.

f. Jika a < 0 dan b > 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b kepingan yang bernilai positif

dari kumpulan kepingan bernilai negetif, maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral ke

dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada seberapa besarnya bilangan

Kepingan yang tersisa merupakan jawaban.

Contoh Penggunaan Alat Peraga.

a. 2 + (-4) = ...? (prosesnya lihat penjelasan 1.b di atas)

Pendemostrasian:

b. 2 - 4 = ...? (prosesnya lihat penjelasan 1.b di atas)

Pendemostrasian:
2. Tahap Pengenalan Konsep secara Semi Konkret.

Untuk tahap ini digunakan garis bilangan. Cara kerja garis bilangan didasarkan

pada beberapa prinsip yaitu:

a. Langkah ke kanan untuk menunjukkan bilangan positif dan langkah ke kiri untuk

menunjukkan bilangan negatif.

b. Langkah maju untuk menunjukkan operasi penjumlahan dan langkah mundur untuk

menunjukkan operasi pengurangan.

c. Dalam penjumlahan hasil akhir dilihat dari posisi akhir ujung anak panah sedangkan dalam

pengurangan hasil akhir dilihat dari posisi akhir pangkal anak panah.

Penjabaran pada penjumlahan dua bilangan bulat sebagai berikut:

a. 2 + 5 = .......

Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini menunjukkan bilangan positif 2

Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan positif 5, maka anak panah diarahkan maju

(karena penjumlahan) dan arah panah ke kanan (karena bilangan positif)


Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung panah bilangan kedua, sehingga

2+5=7

b. 2 + (-5) = ......

Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini menunjukkan bilangan positif 2

Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan negatif 5, maka anak panah diarahkan

maju (karena penjumlahan) dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung panah bilangan kedua, sehingga 2

+ (-5) = -3

c. -2 + 5 = ....

Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini menunjukkan bilangan negatif 2

Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan positif 5, maka anak panah diarahkan maju

(karena penjumlahan) dan arah panah ke kanan (karena bilangan positif)


Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung panah bilangan kedua, sehingga -

2+5=3

d. -2 + (-5) = ....

Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini menunjukkan bilangan negatif 2

Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan negatif 5, maka anak panah diarahkan

maju (karena penjumlahan) dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung panah bilangan kedua, sehingga -

2 + (-5) = -7

Penjabaran pada pengurangan dua bilangan bulat sebagai berikut:

a. 2 - 5 = .......

Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini menunjukkan bilangan positif 2

Karena operasinya pengurangan dengan bilangan positif 5, maka anak panah diarahkan

mundur (karena pengurangan) dan arah panah ke kanan (karena bilangan positif)
Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke pangkal panah bilangan kedua,

sehingga 2 - 5 = -3

b. 2 - (-5) = ......

Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini menunjukkan bilangan positif 2

Karena operasinya pengurangan dengan bilangan negatif 5, maka anak panah diarahkan

mundur (karena pengurangan) dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke pangkal panah bilangan kedua, sehingga

2 (-5) = 7

c. -2 - 5 = ....

Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini menunjukkan bilangan negatif 2

Karena operasinya pengurangan dengan bilangan positif 5, maka anak panah diarahkan

mundur (karena pengurangan) dan arah panah ke kanan (karena bilangan positif)

Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke pangkal panah bilangan kedua, sehingga

-2 - 5 = -7
d. -2 - (-5) = ....

Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini menunjukkan bilangan negatif 2

Karena operasinya pengurangan dengan bilangan negatif 5, maka anak panah diarahkan

mundur (karena pengurangan) dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke pangkal panah bilangan kedua, sehingga

-2 (-5) = 3

3. Tahap Pengenalan Konsep secara abstrak.

Penggunaan alat bantu peraga kepingan dan garis bilangan tentu saja mempunyai

keterbatasan karena tidak dapat menjangkau bilangan-bilangan yang cukup besar, disamping

itu penggunaan alat bantu pada hakekatnyra adalah sarana untuk menjembatani anak menuju

berfikir abstrak sebagaimana hakekat matematika itu sendiri.

Dengan demikian, untuk memberikan pemahaman kepada anak, hasil-hasil

penjumlahan dan pengurangan yang diperoleh melalui penggunaan alat bantu dapat menjadi

jembatan. Misalnya melalui contoh-contoh:

a. 2+5=7

b. 2 + (-5) = -3 dan (-5) + 2 = -3

c. -2 + 5 = 3 dan 5 + (-2) = 3

d. -2 + (-5) = -7
Beberapa hal menarik yang dapat diimformasikan kepada siswa terkait dengan hasil-hasil

penjumlahan di atas, diantaranya:

1. Untuk soal butir a dapat disimpulkan bahwa jumlah dua bilangan bulat positif

adalah bilangan positif juga dan besarnya sama dengan menjumlahkan kedua

bilangan itu .

2. Untuk soal butir d dapat disimpulkan bahwa jumlah dua bilangan bulat negatif

adalah bilangan negatif juga dan besarnya sama dengan menjumlahkan kedua

bilangan itu .

3. Untuk soal butir b dan c dapat disimpulkan bahwa jumlah dua buah bilangan bulat,

satu positif dan satunya lagi negatif besarnya sama dengan selisih bilangan terbesar

dengan bilangan terkecil dari kedua bilangan itu dan hasilnya diberi tanda sama

dengan tanda bilangan terbesar .

Sedangkan untuk operasi pengurangannya, dapat disampaikan dengan strategi dan

pendekatan melalui contoh berpola dan pada akhirnya dapat digunakan untuk merumuskan

kesimpulan, misalnya:

a. 2 (-7) = ... dibandingkan dengan 2 + 7 = ...

b. 2 (-6) = ... dibandingkan dengan 2 + 6 = ...

c. 2 (-5) = ... dibandingkan dengan 2 + 5 = ...

d. 2 (-4) = ... dibandingkan dengan 2 + 4 = ...

e. 2 (-3) = ... dibandingkan dengan 2 + 3 = ...

Tentunya hasil-hasil dari operasi diatas adalah sama yaitu 9, 8, 7, 6 dan 5 Melalui

beberapa contoh lain dan melihat hasil-hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa

mengurangi suatu bilangan bulat sama saja dengan menambah dengan lawan dari bilangan

bulat yang mengurangi .


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Ada perbedaan karakteristik anak usia SD dengan karakteritik matematika, Anak usia SD

umumnya berfikir konkrit sedangkan konsep matematika abstrak oleh karena itu diperlukan

model pembelajaran yang dapat menjembatani perbedaan tersebut.

2. Mengacu pada teori belajar Jerome S. Bruner yang membagi tahapan belajar menjadi tiga,

tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik maka dalam kaitannya dengan pembelajaran operasi

bilangan bulat, sebaiknya dilakukan dalam tiga tahap pula, yaitu:

a. Tahap pengenalan konsep secara konkret, dilakukan dengan menggu- nakan alat bantu

kepingan bertanda.

b. Tahap pengenalan konsep secara semi konkret, dilakukan dengan menggunakan garis

bilangan.

c. Tahap pengenalan konsep secara abstrak, dengan menggunakan contoh berpola.


BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Rasional

Pelajaran di Kelas (Photo credit: Galeri Foto Wahid Hasyim)

Salah satu upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia adalah dengan selalu
melakukan penyempurnaan kurikulum. Setelah implementasi kurikulum 2004 atau KBK
yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1994, saat ini telah ditindaklanjuti dengan
penerapan kurikulum 2006 yang merupakan hasil evaluasi dari implementasi kurikulum 2004
sebelumnya. Salah satu komponen penting dalam kurikulum adalah pada proses belajar
mengajar. Selama ini, dari hasil pengamatan kita masih banyak guru dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar menggunakan metode yang tradisional dan media yang digunakan
pun umumnya masih monoton sehingga timbul kejenuhan yang mendalam pada diri siswa
yang akan berakibat fatal pada hasil belajar mereka.

Untuk sedikit mengatasi masalah diatas, maka seorang guru harus kreatif dengan
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menguntungkan bagi siswa. Salah satu
cara yang lebih memungkinkan adalah dengan menyediakan berbagai media pembelajaran
yang bisa diakses oleh siswa. Dan yang paling efektif adalah dengan menggunakan Alat
Peraga Pembelajaran yang bisa dibeli dipasaran atau dibuat sendiri oleh guru. Dan alat peraga
tersebut akan semakin menarik siswa jika di kombinasikan unsur permainan.

1. B. Dasar Pembuatan

Salah satu faktor penting pembuatan APP ini adalah karena sebagian besar siswa masih
lemah dalam melakukan perhitungan

pada penjumlahan, khususnya pada bilangan bulat positif. Selain itu, kebanyakan siswa masih
mengganggap bahwa pelajaran Matematika adalah hantu yang selalu menimbulkan rasa
takut yang berlebihan bagi siswa. Sehingga dengan pencitraan yang negatif terhadap
matematika kami berusaha dengan sekuat tenaga untuk merubah pandangan siswa terhadap
matematika sehingga mempunyai kesan yang menarik. Maka dengan usaha keras kami,
dibuatlah Alat Peraga Pembelajaran (APP) pada bidang studi matematika dengan nama
Rumah Penjumlahan Si Bilbul

Selain itu, dalam rangka kegiatan pengembangan profesi bagi guru yang didasarkan atas
beberapa peraturan, sebagai berikut :

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 84/1993


tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Nomor : 0433/P/1993, Nomor : 25 Tahun 1993 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor :
025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya.

1. C. Tujuan Alat Peraga

Adapun tujuan dibuatnya Alat Peraga ini adalah:

1. untuk memperdalam pemahaman siswa dalam melakukan operasi penjumlahan


bilangan bulat
2. untuk menumbuhkan sikap kompetitif yang sifatnya positif dalam diri siswa
3. untuk menumbuhkan sikap simbiosis mutualisme dalam diri siswa
4. untuk menumbuhkan sikap menghargai dan sportifitas siswa
5. membuat kesan menarik pada mata pelajaran matematika

1. D. Manfaat Alat Peraga

Ada dua manfaat dalam penggunaan alat peraga ini, yaitu manfaat khusus dan manfaat
umum. Manfaat khusus dari APP ini antara lain:

1. sebagai alat bantu siswa dalam mempermudah penjumlahan bilangan bulat


2. membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar
3. sebagai variasi dalam pembelajaran
4. mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran

Adapun manfaat umum dari APP ini adalah:

1. sebagai bahan kajian bagi guru atau pemerhati pendidikan


2. untuk alat permainan yang bisa digunakan di sekolah, dirumah, atau di tempat lainnya
3. memperkaya refrensi keilmuan, khususnya pada bidang matematika

1. E. Ruang Lingkup Pembuatan Alat Peraga

Pada dasarnya alat peraga ini ini diperuntukkan bagi siswa SD dan MTs, karena pada jenjang
tersebut diajarkan materi yang bersesuaian yaitu Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat.
Namun dengan sifatnya yang membutuhkan analisis dan strategi yang mendalam serta unsur
hiburan maka APP ini juga bisa digunakan di lingkungan yang lebih luas selain sekolah,
seperti pos ronda, kantor, rumah dan ditempat lain yang memungkinkan.
BAB II

ANALISIS KEBUTUHAN DAN RANCANGAN APP

A. Rancangan Kebutuhan APP

Mata Pelajaran : Matematika

Satuan Pendidikan : MTs /SMP

Kelas : VII

Standar Kompetensi:

Bilangan

Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Kompetensi APP yang dibutuhkan


Indikator Strategi/Metode
Dasar Nama Bentuk Ukuran Ba
1 2 3 4 5 6
1.1 Melaku- Memahami Demonstrasi Rumah Papan 32 x 21 K
kan operasi operasi hitung Permainan satu Penjumlahan Si Model cm2 Tr
hitung penjumlahan lawan satu) Bilbul K
bilangan bilangan bulat K
bulat Melakukan pl
operasi K
penjumlahan K
bilangan bulat St
(positif, nol, w
dan negatif) K
ba
w
Le
Pa
Pl
M

B. Pembuatan Rancangan APP

Berikut tahap-tahap pembuatan rancangan APP Rumah Penjumlahan Si BilBul

1. Membuat kartu penjumlahan dalam kertas warna


2. Membuat papan demonstrasi atau papan permainan

Sediakan bahan-bahan berikut: Papan triplek, kayu halus (profil), Kaca, plat besi, lem,
dan paku. Dan alat-alat : palu, gergaji, gunting, dan pisau (cutter)
potong tripleks sesuai dengan ukuran, dan kayu profil sebagai bingkainya
siapkan kaca dengan ukuran lebih dari papan triplek dan blek
Lalu tempelkan blek pada bagian bawah papan permainan dengan paku

Fungsi dari blek adalah untuk memberi efek tempel jika dimainkan dengan benda yang
mengandung unsur magnet

Lalu letakkan kartu penjumlahan diatas papan permainan dan dilem, selanjutnya tutup
kartu penjumlahan dengan kaca atau plastik mika

3. Membuat pion (buah) dan maskotnya sebagai alat demonstrasi

Pion (buah) dan mascot sebagai alat bantu permainan bisa menggunakan kancing baju ukuran
kecil dan sedang/besar dengan dua warna yang berbeda sebanyak mungkin

Pion (buah) dan mascot sebagai alat bantu demonstrasi sebelum permainan dapat dibuat
dengan menggunakan karton tebal rangkap dua yang permukaan atasnya dilapisi dengan
kertas stiker warna dan bagian bawahnya disisipi plat magnet kecil dan ditempelkan dengan
menggunakan lem

BAB III

PROSEDUR PEMBUATAN APP

Sebagaimana prosedur membuat rancangan APP diatas, berikut adalah urutan kerja
pembuatan APP:

1. Membuat rumah penjumlahan dengan mengetik di computer


2. Mempersiapkan bahan-bahan berupa: Papan triplek, kayu halus (profil), Kaca, plat
besi, lem, dan paku. Dan alat-alat : palu, gergaji, gunting, dan pisau (cutter)
3. Membuat papan permainan/papan demonstrasi
4. Membuat/mempersipkan pion dan maskotnya
5. APP siap untuk digunakan

BAB IV

PENGGUNAAN ALAT PERAGA DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR

1. A. Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran

PEDOMAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MENGGUNAKAN


ALAT PERAGA MATEMATIKA

Nama Madrasah : MTs Darul Ulum 2 Widang

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/1

Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi:

Bilangan

Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Kompetensi dasar :

Melakukan operasi hitung bilangan bulat

Indikator Hasil Belajar:

Memahami operasi hitung penjumlahan bilangan bulat


Melakukan operasi penjumlahan pada bilangan bulat

Tujuan Percobaan:

Siswa mampu:

Melakukan operasi penjumlahan bilangan bulat


Memahami dengan mudah dan mendalam operasi penjumlahan pada bilangan bulat
Membiasakan siswa berhitung, khususnya pada bilangan bulat

Pemahaman yang Ditanamkan

Pada dasarnya penjumlahan pada bilangan bulat ada 3 macam, yaitu pertama penjumlahan
antara bilangan bulat positif yaitu dengan menambahkan dua atau lebih bilangan tersebut,
kedua penjumlahan antara bilangan bulat dengan nol yaitu menjumlahkan duatu bilangan asli
dengan sesuatu yang tidak ada (nol), ketiga penjumlahan dengan bilangan bulat negative
yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip pengurangan.

Bahan Pengajaran

1. Bahan Ajar untuk Siswa

Materi yang bersesuaian adalah materi penjumlahan bilangan bulat dan pengurangan dengan
memperhatikan sifat-sifat operasinya. Dalam permainan ini adalah seorang siswa dikatakan
menang jika berhasil menyusun pion yang sama minimal 4 pion yang berjajar horizontal,
vertikal, maupun diagonal

1. Penjelasan Tambahan untuk Guru

Tidak strategi khusus untuk memenangkan permainan ini dengan cepat, kuncinya adalah
setiap pemain berusaha menang dengan menyusun minimal 4 pion yng berjajar dan bertahan
dengan menghindari pemain lawan membentuk konfigurasi 4 pion berjajar.

Alat dan Bahan Belajar Mengajar

Alat peraga berupa rumah penjumlahan bilangan bulat yang dibuat dari:
Papan permaian
Pion dari kancing
Alat tulis
Penunjuk waktu

Kegiatan Belajar Mengajar

1. Persiapan

Hal-hal yang perlu dilakukan guru sebelum kegiatan, antara lain:

1. Guru mengujicoba alat peraga yang akan didemonstrasikan


1. Guru menyiapkan lembar pengamatan yang diperlukan sejumlah kelompok
yang direncanakan

2. Kegiatan Inti

Langkah 1

Guru melakukan kuis (5 menit) untuk mengetahui pemahaman siswa tentang operasi
penjumlahan pada bilangan bulat positif

Langkah 2

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu permainan tunggal satu lawan satu
dengan menggunakan operasi penjumlahan bilangan bulat. Guru menunjukkan alat
permainan dan menjelaskannya, ada dua rumah dalam permainan tersebut, yaitu rumah buah
dan rumah mascot. Rumah buah adalah kotak-kotak tempat buah (pion) menyusun
konfigurasi dan ukurannya besar yang berbentuk persegi. Sedangkan rumah mascot letaknya
berada dibawah rumah pion dan berbentuk persegi panjang yang berfungsi mengendalikan
jalannya buah(pion). Buah menggunakan pin atau kancing kecil sedangkan mascot ukuranya
lebih besar.

Langkah 3

Guru memberikan penjelasan petunjuk permainan:

1. Lakukan pengetosan (suit) untuk menentukan pemain mana yang terlebih dahulu
menjalankan maskotnya
2. Setelah pemain pertama meletakkan mascot pada tempatnya, giliran pemain kedua
menempatkan maskotnya
3. Pada langkah pertama atau setelah langkah pertama, mascot kedua pemain boleh
terletak pada satu nomor yang sama atau berbeda namun pada langkah selanjutnya
mascot harus berpindah ke tempat lain yang lebih menguntungkan buah (pion) dan
seterusnya secara bergiliran.
4. Rumah mascot terletak pada susunan kotak paling bawah, dibawah rumah pion
5. Untuk menentukan pemenang adalah pemain pertama yang bisa membuat konfigurasi
(susunan) pion dalam rumah pion, baik susunan mendatar (horizontal), tegak
(vertikal), maupun susunan miring (diagonal)
6. Untuk bermain kembali, dapat diulang dari langkah paling awal atau diatur sendiri
dengan prinsip permainan yang sama

Langkah 4

Guru menantang siswa untuk bermain satu lawan satu dengan disaksikan siswa yang lain

Langkah 5

Guru menyuruh siswa tersebut bermain dengan teman yang lain

Langkah 6

Guru memberi beberapa alat peraga permainan yang lain dan semua siswa dalam kelas
bermain satu lawan satu, guru berkeliling dalam setiap pasangan siswa dan memberi
penjelasan kepada siswa yang masih bingung. Selain itu guru juga melakukan pengamatan
kelas.

Langkah 7

Guru menugasi masing-masing siswa untuk memberi kesan terhadap alat permainan yang
telah digunakan, guru melakukan koreksi/evaluasi terhadap jenis kesalahan atau kekurangan
yang terjadi baik pada prosedur maupun siswanya.

3. Penutup

Guru memberikan soal yang sama pada kuis pada awal pembelajaran lalu mengevaluasi hasil
kegiatan siswa secara klasikal begitu pula pada alat peraganya.

Pengayaan

Guru memberi soal dengan tingkat kesulitan yang tinggi untuk operasi penjumlahan bilangan
bulat

1. B. Bukti Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Berikut adalah hasil kuis matematika yang dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan APP
Rumah Penjumlahan Si Bilbul di kelas VII A

Anda mungkin juga menyukai