Anda di halaman 1dari 2

Pembelajaran Soal Cerita Penjumlahan Bilangan di Kelas I SD

Pada sebuah kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), saya meminta rekan-rekan guru
menuliskan kendala-kendala yang mereka hadapi dalam pembelajaran matematika. Dari
sekian banyak permasalahan yang dtuliskan, ternyata soal cerita menempati urutan teratas
kesulitan yang dihadapi guru dan siswa. Akhirnya dilakukan diskusi untuk mencari penyebab
permasalahan tersebut. Ternyata kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal
cerita tersebut bukan hanya berasal dari siswa sendiri tapi juga dipengaruhi oleh kemampuan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan. Fakta menunjukkan bahwa
sebagian guru mengalami kesulitan dalam menyajikan soal cerita dan lebih memilih melewati
materi ini. Inilah juga yang menjadi akar masalah utama kenapa akhirnya siswa kesulitan
dalam menyelesaikan soal cerita.
Lantas bagaimana caranya agar pembelajaran soal cerita dapat dimengerti sswa dengan
mudah? Kali ini saya ingin berbagi langkah-langkah dalam menyajikan soal cerita
matematika di sekolah dasar.
Teori belajar yang dikemukakan Bruner, bahwa pembelajaran matematika sebaiknya
dilakukan dalam tiga tahapan yakni: (1) konkrit/enactive, (2) semi konkrit/econic, dan (3)
abstrak/symbolic. Dalam langkah-langkah pembelajaran berikut akan dicontohkan
pembelajaran soal cerita matematika kelas I dengan materi penjumlahan bilangan bulat.
Mengacu pada teori Bruner di atas, maka pembelajaran akan dilakukan melalui tahapan
konkrit, semi konkrit, dan abstrak. Hal yang perlu dipersiapkan guru sebelum pelaksanaan
pembelajaran adalah menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, media, LKS serta
kata-kata kunci yang berkaitan dengan operasi hitung matematika dalam hal ini penjumlahan
seperti:
- digabung         - diberi
- membeli lagi    - meminta lagi
- memetik lagi    - dan lain-lain

1. Kegiatan Konkrit
Pembelajaran yang bersifat konkrit ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran dengan
menggunakan alat peraga atau media konkrit berupa benda sebenarnya seperti permen,
kelereng, kue, dan lain-lain. Peran guru dalam kegiatan ini adalah memandu peragaan
bermain peran dan menerjemahkan arti soal cerita ke dalam bentuk bahasa matematika.
Dari pengalaman bermain peran inilah diharapkan siswa mulai terbiasa dengan kata-kata
kunci yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa matematika.

2. Kegiatan Semi Konkrit


Pembelajaran pada tahap ini tidak lagi menggunakan peraga benda nyata tapi sudah diganti
dengan dengan gambar. Perangkat yang diperlukan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
memuat gambar-gambar yang menunjukkan konsep penjumlahan bilangan. Melalui
pengalaman mengerjakan LKS inilah ditambah pengalaman bermain peran sebelumnya,
diharapkan siswa dapat mencapai kesimpulan sendiri  meskipun belum mampu
mengkomunikasikannya kepada orang lain.
3. Kegiatan Abstrak

Soal-soal yang disajikan pada kegiatan abstrak ini sepenuhnya sudah menggunakan lambang
yakni dalam bentuk kata-kata dan angka saja. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan Lembar
Tugas Siswa (LTS) yang sudah tidak mengandung unsur penanaman konsep.

Anda mungkin juga menyukai