Anda di halaman 1dari 22

UJIAN TENGAH SEMESTER

MK: PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS RENDAH


Dosen: Dr. Agnes Maria Goni. S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
Nama : Tamara Tumembow
Nim :18105066
Kelas :V B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020/2021
RANGKUMAN RPS
1. Memahami tentang tugas mengajarkan matematika di SD, dan
penerapannya dalam pembelajaran.
1) konsep GBPP (garis besar progtam pembelajatan) Matematika SD.
Konsep-konsep matematika yang tersusun dalam GBPP
matematika SD dapat dikelompokan ke dalam 3 jenis konsep,
yaitu:
a. konsep dasar merupakan konsep yang pertama kali
dipelajari oleh para siswa dari sejumlah konsep yang
diberikan.
b. Konsep yang berkembang merupakan kelanjutan dari
konsep dasar dan dalam mempelajarinya memerlukan
pengetahuan tentang konsep dasar.
c. Konsep yang harus dibina keterampilannya merupakan
konsep-konsep dasar yang berkembang. Konsep jenis ini
perlu mendapat perhatian dan pembinaan dari guru
sehingga para siswa mempunyai keterampilan dalam
menampilkan konsep-konsep dasar yang berkembang.
2) unsur-unsur dalam GBPP Matematika SD
a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat
dialihgunakan melalui kegiatan matematika.
c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai
bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tinggi
Pertama (SLTP)
d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
3) Menjelaskan teori belajar untuk mengajarkan matematika SD
a. Teori Belajar Bruner
Menurt Bruner ada 3 tahapan anak belajar matematika,
yaitu berturut-turut tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
- Tahap enaktif / Tahan kegiatan Anak belajar konsep
dengan benda nyata atau mengalami peristiwa di dunia
sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak
reflek dan mencoba-coba.
- Tahap ikonik / tahap gambar banyangan. Pada tahap ini
anak dapat membanyangkan kembali dalam pikirannya
tentang benda / peristiwa yang di alaminya pada tahap
enaktif.
- Tahap simbolik. Pada tahap ini anak mampu memahami
simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya.
b. Teori Belajar Dienes
Menurut Dienes, ada 6 tahap anak belajar matematika,yaitu
berturut-turut : tahap bermaian bebas, permainan,
penelaahan kesamaan sifat, representasi, simbolisasi, dan
tahap formalisasi.
Tahap 1. Bermain bebas. Anak bermain bebas tampa
diarahkan dengan mengunakan benda matematika kokret.
Tahap 2. Permainan. Melalui permainan anak diajak untuk
mulai mengenal dan memikirkan struktur matematika.
Tahap 3. Penelaahan kesamaan sifat. Siswa di arahkan pada
kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam
permainan.
Tahap 4. Representasi. Siswa belajar membuat pernyataan
tentang sifat kesamaan konsef matematika pada tahap 3.
Tahap 5. Simbolisasi. Siswa menciptakan simbol
matematika untuk menyatakan Konsep matematika yang
pernyataannya sudah diketahui.
Tahap 6. Formalisasi. Mengorganisasikan konsep.
c. Teori Belajar Van Hiele
Menurut Van hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran
geometri,yaitu waktu, materi pengajaran dan metode
pengajaran yang diterapkan. Menurut Van Hiele ada 5
tahapan anak belajar geometri, yaitu: tahap pengenalan,
analisis, pengurutan, deduksi, dan akurasi.
Tahap 1. Pengenalan. Siswa mulai belajar mengenal suatu
bangun geometri Secara keseluruhan.
Tahap 2. Analisis. Siswa sudah mengenal sifat-sifat yang
dimiliki bangun Geometri yang dramati.
Tahap 3. Pengurutan. Siswa dapat mengurutkan bangun-
bangun geometri yang Satu dengan lainnya saling
berhubungan.
Tahap 4. Deduksi. Siswa mampu menarik kesimpulan
secara deduktif yaitu Dari umum ke khusus.
Tahap 5. Akurasi.
d. Teori Belajar Brownell dan Van Egen
Menurut teori Makna dari Brownell dan Van Egen
menyatakan
Bahwa pada situasi pembelajaran yang bermakna selalu
terdapat 3 unsur, Yaitu : ( a ) adanya suatu kejadian, benda
dan tindakan ; ( b ) adanya symbol Yang mewakili unsur-
unsur ; ( c ) adanya individu yang menafsirkan Simbol
tersebut.
e. Teori Belajar Gagne.
Objek belajar matematika ada 2, yaitu : Objek langsung
(Fakta,operasi, konsep, dan prinsip ), dan objek tidak
langsung ( kemampuan menyelidiki , memecahkan masalah
, disiplin diri .bersikap positif , dan tahu bagaimana
semestinya belajar.
Tipe belajar ada 8, mulai dari sederhana sampai dengan
kompleks yaitu: belajar isyarat, stimulasi respons,
rangkaian gerak, rangkaian verbal, belajar membedakan,
belajar konsep, belajar aturan dan pemecahan masalah.
4) Menggunakan teori belajar matematika di SD
Teori Belajar Bruner
a. Setiap kita melakukan pembelajaran tentang konsep, fakta
atau prosedur dalam matematika yang bersifat abstrak
biasanya diawali dari persoalan sehari-hari yang sederhana
(peristiwa di dunia sekitarnya), atau menggunakan benda-
benda real/nyata/fisik. (Kita mengenalnya sebagai model
konkret). Dimulai dari model konkret, yaitu menggunakan
benda-benda nyata dalam hal ini “buku” seperti berikut.
“Tati mempunyai 3 buku, diberi lagi 2 buku oleh Ibunya,
berapa buah banyaknya buku Tati sekarang?”
b. Setelah memanipulasikan benda secara nyata melalui
persoalan keseharian dari dunia sekitarnya, dilanjutkan
dengan membentuk modelnya sebagai bayangan mental dari
benda atau peristiwa keseharian tersebut. Model (Model
matematika) di sini berupa gambaran dari bayangan.
(Model semi konkret atau model semi abstrak). langkah
berikutnya dibuatkan modelnya, yaitu model semi konkret
(model gambar) yang tidak menggunakan benda-benda
nyata seperti buku sebenarnya, tetapi cukup dengan gambar
buku atau model semi abstrak (model diagram), yang tidak
lagi dengan gambar tetapi cukup menggunakan tanda-tanda
tertentu seperti turus (tally) atau bundaran dan sebagainya.
c. Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan
mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia
berjumpa dengan suatu simbol maka bayangan mental yang
ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya kembali.
Pada tahap ini anak sudah mampu memahami simbol-
simbol dan menjelaskan dengan bahasanya. (Serupa dengan
tahap operasi konkret dan formal dari Peaget). bisa
digunakan simbol secara abstrak dan mereka akan dapat
mengerti arti tiga dan arti dua tanpa bantuan apa apa. Tahap
terakhir merupakan wujud dari pembelajaran matematika
sebagai bahasa simbol yang padat arti dan bersifat abstrak.3
buku + 2 buku = ... buku 3 + 2 = n.
5) Membedakan model-model pembelajaran matematika SD
a. TAI (Team Assisted Individualization atau Team
Accelerated Instruction)
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model
pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang
heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda
untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan
bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai
bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping
itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok
kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan
kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang
lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi.
b. TGT (Team Game Tournament)
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD
dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem
skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen
permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding
mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam
kinerja akademik mereka yang lalu. Pada intinya model
kooperatif TGT terdiri dari empat kegiatan yakni Persentase
Kelas, Tim, Permainan, dan Turnamen.
c. GI (Group Investigasi)
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi dapat
dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik
secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran
kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian
tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan
berorientasi menuju pembentukan manusia sosial
6) Menggunakan model pembelajaran matematika untuk mengajar
matematika di SD
a. Cara menggunakan metode TAI (Team Assisted
Individualization atau Team Accelerated Instruction)
- Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan
diselesaikan oleh kelompok siswa.
- Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat
rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui
kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi
komponen Placement Test).
- Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi
komponen Teaching Group).
- Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi
harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap
kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponenTeams).
- Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa
LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru
memberikan bantuan secara individual bagi yang
memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study).
- Ketua kelompok melaporkan keberhasilan
kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya
dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi
komponen Student Creative).
- Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara
individu. (Mengadopsi komponen Fact Test).
- Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok
yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil
koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team
Recognition).
- Guru memberikan tes formatif sesuai dengan
kompetensi yang ditentukan.
b. Cara menggunakan metodeTGT (Team Game Tournament)
Langkah-langkah metode kooperatif TGT sebagai berikut:
Langkah 1: Persentase Kelas: Guru mempersiapkan bahan ajar
yang dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim, dua lembar jawaban
untuk tiap tim dan memperkenalkan materi (bahan ajar) melalui
persentase kelas, biasanya menggunakan pengajaran langsung
atau ceramah. Siswa mengerjakan LKS dalam tim mereka.
Langkah 2: Tim: Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok atau tim yang beranggotakan 4 5 orang, pembagian
kelompok dilakukan didasarkan pada berbagai pertimbangan-
pertimbangan agar diperoleh kelompok yang heterogen. Setiap
kelompok siswa dalam suatu tim mengerjakan LKS untuk
menuntaskan bahan ajar yang telah diterimanya.
Langkah 3: Permainan Guru mempersiapkan jenis permainan
akademikyang disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang
relevan untuk mengetes pengetahuan siswa yang diperoleh dari
persentase kelas dan latihan tim. Permainan dimainkan pada
meja-meja yang berisi tiga siswa, tiap siswa mewakili tim yang
berbeda.
Langkah 4: Turnamen Guru mempersiapkan bahan turnamen
yang dibutuhkan: Lembar penempatan meja turnamen, dengan
penempatan meja turnamen yang telah diisi. Satu kopi lembar
Permainan dan kunci Lembar Permainan untuk tiap meja
turnamen, Satu lembar skor permainan, satu tumpuk kartu-
kartu bernomor yang sesuai dengan nomor
pertanyaanpertanyaan pada lembar permainan untuk tiap meja.
c. Cara menggunakan metode GI (Group Investigasi)
Langkah-langkah:
- Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok
heterogeny
- Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas
kelompok.
- Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok
mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari
kelompok lain.
- Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah
ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
- Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok
menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
- Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi
kesimpulan.
- Evaluasi.
- Penutup.
2. Memahami konsep penilaian matematika di SD dan penerapannya dalam
pembelajaran.
1) Membedakan penilaian, asesmen, tes, dan pengukuran
a. evaluasi adalah penilaian keseluruhan program pendidikan
mulai dari perencanaan suatu program substansi pendidikan
termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta
pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan
guru manajemen pendidikan, dan sebagainya. Evaluasi juga
bisa dilakukan untuk menilai keberhasilan sebuah metode
atau proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada
suatu waktu.
b. Asesmen adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis
tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai
hasil belajar siswa dan perkembangan belajar siswa.
c. tes adalah seperangkat soal atau tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan
kognitif siswa. Dengan kata lain tes adalah seperangkat
pertanyaan yang memerlukan jawaban benar atau salah.
d. Pengukuran adalah kegiatan penentuan angka dari suatu
objek yang diukur. Sebagai ilustrasi, seorang guru yang
memberikan tes kepada siswanya, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pengukuran dengan cara
memberi skor pada hasil tes para siswa.
2) Mendeskripsikan jenis-jenis penilaian matematika di SD
a. Jenis keputusan yang perlu dilakukan guru:
- Keputusan pada awal pembelajaran
- Keputusan selama pembelajaran
- Keputusan pada akhir pembelajaran (penilaian sumatif).
b. Jenis Data dan Tujuan Penilaian.
- Penilaian kesiapan siswa dalam belajar matematika di
SD
- Penilaian tugas, Salah satu kegiatan guru matematika di
SD adalah memilih dan memberikan tugas kepada
siswa. Tugas dapat berupa pertanyaan, masalah,
- Penilaian kemampuan matematika dalam belajar
matematika di SD, Untuk memperoleh data kemampuan
matematika para siswa salah satunya dengan test.
- Observasi, Informasi yang terkait dengan para siswa
antara lain adalah motivasi, perhatian, rasa ingin tahu,
ketabahan, semangat, keaktifan, kerjasama, ketrampilan
dan pemahaman mereka selama proses belajar
matematika. Pengamatan pada metode ini disebut
metode observasi. Pengamatan ini dilakukan secara
formal dan tidak terstruktur.
- Wawancara, Merupakan metode penilaian yang
memungkinkan guru memperoleh gambaran tentang
pengetahuan konseptual siswa dan penalaran siswa
tentang suatu masalah.
- Tes diagnosis dalam belajar matematika di SD, Tes ini
dirancang secara khusus untuk mendiagnosis letak
kesulitan belajar siswa. Untuk merancang dan
melaksanakan.
- Penilaian dengan portofolio, Portofolio adalah hasil
karya masing-masing siswa yang didokumentasikan
secara teratur dan baik. Isi portofolio bermanfaat untuk
membuktikan secara tertulis karya siswa, dapat
memberikan gambaran terhadap guru yang sedang dan
akan mengajar mengenai kemampuan siswa.
- Penilaian dengan jurnal, Bagian yang paling penting
dalam pembelajaran adalah pengkomunikasian ide
tentang matematika dalam bentuk tulisan.
3) Melaksanakan setiap jenis penilaian matematika di SD
a. Jenis keputusan yang perlu dilakukan guru
- terdiri dari penilaian kesiapan dan penilaian
penempatan.
- terdiri dari penilaian formatif dan penilaian diagnosis.
- Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada
setiap akhir satu satuan waktu. Di dalam penilaian
sumatif mencakup lebih dari satu pokok bahasan yang
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran
ke unit pembelajaran berikutnya.
b. Jenis Data dan Tujuan Penilaian.
- Untuk menilai apakah setiap siswa sudah memiliki
kesiapan dalam belajar guru dapat menggunakan
berbagai cara, misalnya meminta siswa memeragakan
sesuatu atau mewawancarai siswa baik perseorangan
ataupun kelompok.
- latihan soal, karangan. Masing-masing tugas dalam
dokumen ini dikoreksi dan diberi skor atau komentar
tertulis oleh guru sehingga dokumen ini dapat dijadikan
oleh guru sebagai salah satu bahan untuk memantau
perkembangan belajar siswa.
- Test ini biasanya dirancang oleh guru, disebut test
buatan guru. Jenis pertanyaan biasanya benar salah,
jawaban singkat, melengkapi, pilihan ganda.
- tes diagnosis sekurang-kurangnya ada 3 hal:
menentukan tujuan, memilih pertanyaan sesuai dengan
tujuan, dan menganalisis jawaban yang dikemukakan
siswa.
- Wawancara biasanya dilakukan secara langsung dan
berhadapan.
- Jurnal merupakan salah satu bentuk tulisan yang
disusun siswa tentang kegiatan yang dilakukannya.
3. Memahami konsep sejarah bilangan dan lambangnya dan alat peraga
pembelajaran bilangan dan lambangnya.
1) Menjelasan konsep sejarah bilangan
a. Pengertian bilangan
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk
mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah
para pakar matematika menambahkan perbendaharaan
simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan
bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting
bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam
kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang
namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik
dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia
musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek kehidupan
lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk
menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang
masing-masing suku atau bangsa memiliki
b. Pengertian Teori Bilangan
Secara tradisional, teori bilangan adalah cabang dari
matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan
bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat
mudah mengerti sekalipun bukan oleh ahli matematika.
Dalam teori bilangan dasar, bilangan bulat dipelajari tanpa
menggunakan teknik dari area matematika lainnya
c. Aplikasi Teori Bilangan
Pola spiral logaritma cangkang Nautilus adalah contoh
klasik untuk menggambarkan perkembangan dan perubahan
yang berkaitan dengan kalkulus. Kalkulus digunakan di
setiap cabang sains fisik, sains komputer, statistik, teknik,
ekonomi, bisnis, kedokteran, kependudukan, dan di bidang-
bidang lainnya. Setiap konsep di mekanika klasik saling
berhubungan melalui kalkulus. Massa dari sebuah benda
dengan massa jenis yang tidak diketahui, momen inersia
dari suatu objek, dan total energi dari sebuah objek dapat
ditentukan dengan menggunakan kalkulus.
2) Mengidentifikasi alat peraga pembelajaran bilangan dan
lambangnya.
Kartu bilangan merupakan alat peraga yang terbuat dari kartu atau
kertas yang dibagi menjadi beberapa bagian dan di setiap bagian
tersebut terdapat jumlah bilangan dan lambangnya yang membuat
anak lebih cepat mengerti dan paham dengan bilangan dan
lambangnya.

4. Simulasi pembelajaran bilangan dan lambangnya di SD


Mensimulasikan pembelajaran bilangan dan lambangnya dengan
menggunakan alat peraga

Gambar di atas adalah contoh kartu bilangan dari karu bilangan itu kita
bisa menjelaskan dan memberikan contoh kepada peserta didik seperti apa
itu bilangan dan bagaimana lambangnya sehingga peserta didik lebih cepat
paham dan tidak mudah bosan dalam belajar dan guru dapat lebih mudah
menjelaskan kepada peserta didik sehingga pelajaran pun menjadi lebih
konkret.
5. Memahami konsep Bilangan cacah dan alat peraga pembelajaran bilangan
cacah serta menerapkannya dalam pembelajaran di SD.
1) Menjelaskan konsep bilangan cacah dan operasi dan sifatnya
a. Konsep bilangan cacah
Bilangan cacah didefinisikan sebagai bilangan yang
digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau
kardinalitas suatu himpunan. Jika suatu himpunan yang
karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama
sekali, maka cacah anggota himpunan itu dinyatakan
dengan “nol” dan dinyatakan dengan lambang “0”. Jika
anggota dari suatu himpunan hanya terdiri atas satu anggota
saja, maka cacah anggota himpunan tersebut adalah “satu”
dan dinyatakan dengan lambang “0”. Demikian setersnya
sehingga kita mengenal barisan bilangan asli pencacahan
himpunan yang dinyatakan dengan lambang sebagai
berikut: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, ....dst.
Bilangan-bilanagn 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,...dst. merupakan
bilangan-bilangan cacah. Adapun lambang bilangan cacah
sering dituliskan sebagai “C” sehingga himpunan yang
unsur-unsurnya semua bilangan cacah disebut himpunan
bilangan cacah, yaitu C = {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,...dst.}.
Dalam bahasa Ingris, bilangan cacah disebut, “Whole
Number”, dengan lambang “N-0”.
b. Operasi hitung bilangan cacah
Ada beberapa operasi yang dapat diberlakukan pada
bilangan-bilangan cacah. Operasi-operasi itu adalah:
- Operasi penjumlahan
Operasi penjumlahan pada bilangan cacah, pada
dasarnya merupakan suatu aturan yang mengaitkan
setiap bilangan cacah dengan suatu bilangan cacah yang
lain. Sistem bilangan cacah terhadap operasi
penjumlahan ini mempunyai beberapa sifat, yaitu
sebagai berikut:
 Sifat pertukaran
Untuk setiap bilangan cacah a dan b, berlaku:
a+ b=b+a
 Sifat pengelompokkan
Untuk setiap bilangan cacah a,b dan c, berlaku:
( a+ b ) +c=a+(b+c )
 Sifat identitas
Untuk setiap bilangan cacah a, berlaku:
a+ 0=0+ a=a
- Operasi pengurangan
Operasi pengurangan sebenarnya merupakan kebalikan
dari operasi penjumlahan. Jika dalam suatu situasi
penjumlahan, jumlahnya dan salah satu unsur
penjumlahannya sudah diketahui, maka proses
penentuan unsur dalam penjumlahan yang lainnya
menuntut operasi pengurangan. Oleh karena itu dalam
praktiknya jika sebuah bilangan cacah a dikurangi
dengan bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c
ditulis a – b = c (dengan catatan a lebih besar nilainya
dari b), maka operasi penjumlahan yang terkait dengan
itu adalah b + c = a.
Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran,
sebab tidak untuk setiap a dan b akan berlaku a – b = b -
a. pengurangan a – b = b – a hanya akan dipenuhi oleh
bilangan-bilangan yang sama, yakni a = b.
Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat
identitas, sebab kita dapat menentukan sembarang
bilangan cacah a sehinga a – 0 ≠ 0 – a. Misalnya a = 2,
maka 2 – 0 ≠ 0 – 2. Begitu juga operasi pengurangan
juga tidak memenuhi sifat pengelompokkan. Sebab bisa
diperoleh bilangan-bilangan cacah a,b dan c sehingga
menghasilkan etidaksamaan (a - b) - c ≠ a - (b - c).
Contohnya jika a = 8, b = 4, c = 2, maka nilai untuk
pengurangan (a - b) - c = (8 - 4) - 2 = 4 -2 = 2,
sedangkan nilai untuk pengurangan 8 - (4 – 2) = 8 – 2 =
6. Sehingga jelas, 2 ≠ 6.
- Operasi perkalian
Operasi perkalian bilangan cacah dapat didefinisikan
sebagai hasil penjumlahan berulang bilangan-bilangan
cacah. Jika a dan b bilangan-bilangan cacah. Maka a x b
dapat didefinisikan sebagai:
a × b=b+b+ b+b+ …+b ( b sebanyak a kali )
Oleh karena itu, 4 x 3 mengandung arti 3 + 3 + 3 + 3.
Sedangkan 3 x 4 mengandung arti 4 + 4 + 4. Jadi secara
konseptual a x b tidak sama dengan b x a
- Operasi pembagian
Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi
perkalian. Jika sebuah bilangan cacah a dibagi bilangan
cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan
dengan a : b = c), maka konsep perkalian yang
berkaitan dengan itu adalah b x c = a.
Analog dengan operasi perkalian merupakan
penjumlahan berulang, maka operasi pembagian pun
merupakan operasi pengurangan yang berulang.
Misalkan kita ingin mengetahui hasil dari 10 dibagi 2,
maka kita dapat memperoleh 10 : 1 dengan cara
mengurangi 10 dengan 2 secara berulang seperti
berikut:
10 : 2 = 10 - 2 - 2 - 2 - 2 – 2 (sampai tak bersisa atau
nilainya nol) sebanyak 5 kali pengurangan
Dengan demikian, kita memperoleh hasil ahwa 10 : 2=
5.
c. Sifat-sifat bilangan cacah
- Sifat-sifat bilangan cacah pada operasi penjumlahan
 Sifat tertutup
Hasil penjumlahan bilangan cacah a dan b
berupa bilangan cacah
0+1=1(bilangan cacah)
 Sifat komutatif (pertukaran)
Pada operasi penjumlahan sebarang bilangan
cacah a dan b berlaku:
a+ b=b+a ; 1+0=0+1=1
 Sifat asosiatif (pengelompokan)
Pada operasi penjumlahan sebarang bilangan
cacah a, b dan c berlaku:
( a+ b ) +c=a+(b+c )
- Sifat-sifat bilangan cacah pada operasi perkalian
 Sifat tertutup
0 ×1=0
 Sifat komutatif (pertukaran)
a × b=b ×a
 Sifat asosiatif (pengelompokan)
( a × b ) ×c=a ×(b ×c )

2) Mengidentifikasi alat peraga pembelajaran operasi bilangan cacah.

Ini merupakan alat peraga dalam operasi hitung bilangan cacah


yang terbuat dari gelas aqua bekas dan diberikan angka dan simbol
pecahan agar dapat dipahami dengan baik oleh sisiwa.
6. Simulasi pembelajaran bilangan cacah dan operasinya di SD.
Mensimulasikan pembelajaran bilangan cacah dan operasinya di SD
dengan menggunakan alat peraga
- Kegiatan awal:
1. Memberikan salam dan mengajak semua siswa
berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-
masing.
2. Mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian,
posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran.
3. Membuka pelajaran dengan mengenalkan
subtema, yaitu bilangan cacah, sifat-sifat
bilangan cacah, dan operasi hitungan bilangan
cacah
- Kegiatan inti:
1. Menjelaskan apa itu bilangan cacah, sifat-
sifat bilangan cacah, dan operasi-operasi
hitung bilangan cacah
2. Mengeluarkan alat peraga yang telah
dibuat dan menunjukkannya kepada siswa
3. Menjelaskan dan mengajarkan kepada
siswa bagaimana fungsi dari alat peraga
dan bagaimana cara menggunakannya
4. Membuat beberapa contoh soal tentang
operasi hitung bilangan cacah dan cara
mengerjakannya menggunakan alat peraga
yang ada
- Penutup:
1. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan
memberikan tugas mengamati
perkembangbiakan tumbuhan di lingkungan
rumah
2. Menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
3. Menutup pelajaran dengan berdo’a dan salam
7. Memahami konsep Bilangan bulat dan alat peraga pembelajaran bilangan
bulat serta menerapkannya dalam pembelajaran di SD.
1) Menjelaskan konsep bilangan bulat dan operasi dan sifatnya :
Bilangan Bulat merupakan suatu bilangan pecahan yang terdiri atas
Bilangan bulat positif : 1, 2, 3, 4...
Bilangan nol : 0
Bilangan bulat negatif : -4, -3, -2, -1
Secara umum, himapunan bilangan bulat ditulis sebagai (-4, -3, -2,
-1 0, 1, 2, 3 4). Bilangan bulat dilambangkan dengan Z yang
berasal dari kata “zahlen” (dalam bahasa jeraman) yang berarti
bilangan. Bilangan-bilangan bulat tersebut dapat dituliskan dan
diurutkan dalam garis bilangan. Penggunaan garis bilangan sangat
bermanfaat saat kita melakukan oprasi hitung bilangan bulat,
dalam bilangan bulat juga dapat dikelompokan ke dalam dua
bagian yaitu :
- Bilangan genap : -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6
Bilangan genap merupakan himpunan bilangan yang dibagi 2
bersisa 0.
- Bilangan ganjil -5, -3, -1, 1, 3, 5
Bilangan ganjil merupakan hipunan bilangan yang jika dibagi 2
tersisa 1 atau -1.
o Oprasi hitunng bilangan bulat, bebrapa oprasi hitung
sederhana dalam bilangan bulat anatara lain penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian.
 Operasi Penjumlahan
Operasi penjumlahan merupakan operasi yang
melibatkan tanda “+”. Dalam garis bilangan, suatu
bilangan positif akan bergerak ke kanan. Sifat-sifat
dalam operasi penjumlahan.
o Sifat komutatif : sifat komutatif
dapat disebut sebagai sifat
pertukaran. Secara umum sifat
komutatif yaitu a + b = b + a
contohnya : 5 + 8 = 8 + 5 = 13
o Sifat asosiatif : disebut juga dengan
sifat pengelompokan secara umum
sifat komutatif dituliskan dengan (a +
b) c = a + (b + c) contohnya : (4 + 7)
+ 2 = 4 + (7 + 2) = 13
 Operasi Pengurangan
Operasi yang merupakan operasi yang melibatkan
tanda “-“. Dalam garis bilangan, suatu bilangan
yang dikurangi dengan suatu bilangan positif akan
bergerak ke kiri (semakin kecil). Berikut akan sifat-
sifat-sifat dalam tindakan. Untuk suatu bilangan
bulat usaha:
a - b = a + (-b)
a - (-b) = a + b
contoh: 3 - 1 = 3 + (-1) = 2
4 - (-2) = 4 + 2 = 6
Tidak berlaku sifat komutatif dan assosiatif
a-b≠b–a
(a - b) - c ≠ a - (b - c)
Contoh:
4-2≠2–4
(6 - 2) - 1 ≠ 6 - (2-1)
Pengurangan yang melibatkan bilangan 0 a - 0 = a
dan 0 - a = -a
Contoh:
4 - 0 = 4 dan 0 - 4 = -4
Bersifat tertutup
Pengurangan yang melibatkan dua bilangan bulat,
hasil operasinya juga merupakan bilangan
bulat. Jika a dan b merupakan bilangan bulat, maka
a - b = c dengan c merupakan bilangan bulat.
Contoh:
6 - 1 = 5. 6, 1, 5 merupakan bilangan bulat
 Operasi Perkalian
Operasi perkalian merupakan operasi matematika
yang melibatkan tanda “×”. Perkalian dapat disebut
sebagai penjumlahan yang berulang.
Sifat-sifat operasi perkalian pada bagian berikut.
axb = ab: hasil perkalian dua bilangan bulat positif
merupakan bilangan bulat positif. Contoh: 5 x 6 =
30. 5, 6, 30 merupakan bilangan bulat positif. ax (-
b) = -ab: hasil perkalian bilangan bulat positif
dengan bilangan bulat negatif menghasilkan
bilangan bulat negatif. Contoh: 3 x (-4) = -12. Hasil
operasi adalah -12 (bilangan bulat negatif). (-a) x (-
b) = ab: hasil perkalian dua bilangan bulat negatif
merupakan bilangan bulat positif. Contoh: (-5) x (-
2) = 10, menghasilkan bilangan bulat positif yaitu
10.
1. Sifat komutatif axb = bxa
Contoh: 9 x 2 = 2 x 9 = 18
2. Sifat assosiatif (axb) xc = ax (bxc)
Contoh: (3 x 2) x 4 = 3 x (2 x 4) = 24
3. Sifat distributif. kapak (b + c) = ab + ac
Contoh: 3 x (4 + 2) = (3 x 4) + (3 x 2) = 12 + 6 = 18
2) Mengidentifikasi alat peraga pembelajaran operasi bilangan bulat.
Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah
media perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai
pengertian alat peraga lebih lanjut. Media pengajaran diartikan
sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses
belajar, dapat berwujud perangkat lunak, maupun perangkat keras.
Berdasarkan fungsinya media pengajaran dapat berbentuk alat
peraga dan sarana. Alat peraga merupakan media pengajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang
dipelajari (Elly Estiningsih, 1994). Penggunaan Alat Peraga Pada
Operasi Bilangan Bulat Alat peraga yang dimaksud dalam tulisan
ini adalah kartu yang terbuat dari karton. Kartu warna merah
mewakili bilangan bulat positif, sedangkan kartu warna kuning
mewakili bilangan bulat negative. Kartu bilangan terdiri dari dua
set kartu berbentuk persegi panjang dengan dua warna berbeda,
merah melambangkan bilangan positif dan warna kuning
melambangkan bilangan negatif. Aturanya adalah sebagai berikut:
- Operasi penjumlahan
Penjumlahan adalah menggabungkan dua himpunan. Ketentuan: =
dibaca 1 (positif satu) = dibaca -1 (negatif satu) = Netral (0) =
Netral (0) Penjumlahan dua buah bilangan bulat positif, dapat
diilustrasikan dengan menggabungkan dua kelompok kartu merah
bertanda positif. Misalnya, 2 + 3 sama saja dengan
menggabungkan 2 kartu merah (+) dengan 3 kartu merah (+).
Berdasarkan peragaan terlihat bahwa hasil penjumlahannya adalah
positif, yaitu 5 atau 2+3=5. Penjumlahan yang berbeda tanda yaitu
bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif, dapat
diilustrasikan dengan menggabungkan dua kelompok kartu,
masing-masing kelompok terdiri dari jenis kartu yang mewakili
bilangan yang dijumlahkan. Untuk penjumlahan bilangan bulat
yang berbeda tanda, maka hasi penjumlahan adalah banyaknya
kartu yang tidak memiliki pasangan. Karena pasangan kartu positif
dan negatif memiliki nilai nol. Hasil penjumlahan berbeda kartu
diatas Menghasilkan 2 pasang kartu nol dan 2 kartu positif.
Sehingga disimpulkan bahwa 4 + (-2) = 2. Penjumlahan dua buah
bilangan bulat negatif, pada dasarnya sama dengan penjumlahan
dua buah bilangan positif. Karena bilangan yang dijumlahkan
memiliki warna kartu yang sama. Misalnya -2 + (-3) berarti
menggabungkan dua kelompok kartu kuning 2 buah dengan 3 kartu
kuning. Hasil penjumlahan kartu diatas Menghasilkan 5 kartu
negatif. Sehingga disimpulkan bahwa -2 + (-3) = -5. Setelah
dilakukan percobaan test. hasil menunjukan bahwa dari 2 anak
kelas IV yang mengikuti pretest dan post tes diperoleh perbedaan
nilai yang signifikan. Bahwa nilai pretest dimana belum
menggunakan alat peraga kartu bilangan positif dan negative lebih
rendah dibandingkan dengan hasil post test setelah mengunakan
alat peraga kartu bilangan positif dan negatif. Kesimpulan yang
didapatkan yaitu hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan
alat peraga kartu kotif terhadap hasil belajar matematika siswa
terdapat pengaruh penggunaan alat peraga kartu kotif terhadap
hasil belajar matematika siswa pada materi operasi hitung bilangan
bulat.
3) Melakaksanakan pembelajaran bilangan bulat dan operasinya
dengan menggunakan alat peraga
Baiklah sekarang kita akan memulai kan pembelajaran kita
di hari ini dengan materi bilangan bulat, ada yang tahu apa
itu bilangan bulat? Ya, Bilangan Bulat adalah himpunan
bilangan yang terdiri dari bilangan bulat negatif, nol dan
bilangan bulat positif. Dalam bilangan bulat terdapat
beberapa operasi bilangan bulat, yaitu penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dalam melakukan
operasi hitung bilangan bulat pun terdapat beberapa sifat.
Pada saat ini kita akan belajar tentang apa saja sifat-sifat
bilangan bulat dan bagaimana mengurutkan bilangan bulat,
membandingkan bilangan bulat, menjumlahkan bilangan
bulat, mengurangkan bilangan bulat, mengalikan bilangan
bulat dan membagi bilangan bulat dengan alat peraga yang
telah disiapkan.
8. Simulasi pembelajaran bilangan bulat dan operasinya di SD.
Mensimulasikan pembelajaran bilangan bulat dan operasinya di SD
dengan menggunakan alat peraga
- Kegiatan awal:
1. Memberikan salam dan mengajak semua
siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan
masing-masing.
2. Mengecek kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
3. Membuka pelajaran dengan mengenalkan
subtema, yaitu bilangan cacah, sifat-sifat
bilangan cacah, dan operasi hitungan
bilangan cacah
- Kegiatan inti:
1. Menjelaskan apa itu bilangan bulat
2. Mengeluarkan alat peraga yang telah dibuat
dan menunjukkannya kepada siswa
3. Menjelaskan dan mengajarkan kepada siswa
bagaimana fungsi dari alat peraga dan
bagaimana cara menggunakannya
4. Membuat beberapa contoh soal tentang
operasi hitung bilangan bulat dan cara
mengerjakannya menggunakan alat peraga
yang ada
- Penutup:
1. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
dengan memberikan tugas mengamati
perkembangbiakan tumbuhan di
lingkungan rumah
2. Menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya
3. Menutup pelajaran dengan berdo’a
dan salam

9. Memahami konsep KPK dan FPB


1) Menjelaskan konsep bilangan genap dan gasal, bilangan prima, dan
bilangan komposit
a. Bilangan Genap
Pada bilangan genap, jika masing-masing bilangan dibagi
dengan 2, maka akan diperoleh hasil bagi bilangan bulat tanpa
ada sisa sama sekali secara umum setiap bilangan genap habis
dibagi 2. Maka jika a bilangan genap, maka a= 2k dengan K
bilangan bulat. Sifat-sifat bilangan bulat. Jumlah dua bilangan
genap adalah genap Jika a dan b adalah bilangan genap, maka a
=2 K dan b =2m dengan K dan M adalah bilangan bulat,
sehingga a+b+2k + 2m (k+m). dengan demikian jika a dan b
bilangan genap, maka a+b juga bilangan genap. Hasil kali dua
bilangan genap adalah bilangan genap. Jika kedua bilangan a
dan b diatas dikalikan, maka a x b = 2k x 2m= 2 x 2 x k x m=
2(2k m) Hasil kalio bilangan genap dengan sembarang bilangan
bulat adalah bilangan genap
o Bilangan Ganjil
Bilangan ganjil adalah bilangan bulat yang tidak genap,
secxara umum bilangan ganjil dapat diperoleh dengan cara
menambahkan bilangan genap dengan 1.
Sifat-sifat bilangan ganjil:
 Jumlah dua bilangan gasal adalah bilangan genap.
 Hasil kali dua bilangan ganjil adalah bilangan
ganjil.
 Jumlah bilangan genap dan bilangan ganjil adalah
bilangan ganjil.
 Hasil kali bilangan genap bdan bilangan ganjil
adalah bilangan genap.
 Konsep habis dibagi
Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu
bilangan bulat, maka a membagi b ( dinyatakan
dengan a / b ). Jika dan jika ada sebuah bilangan
bulat c demikian sehingga b = ac.
Ciri-ciri suatu bilangan habis dibagi oleh suatu
bilangan adalah sebagai berikut :
- Ciri habis dibagi 2
Suatu bilangan habis dibagi 2 jika dan jika
bilangan satuannya genap atau dapat dibagi
2.
- Cirri habis dibagi 3
- Suatu bilangan habis dibagi 3 jika dan jika
jumlah bilangan yang dinyatakan oleh angka
pada lambang bilangan tersebut habis dibagi
3
- Ciri habis dibagi 4
- \Suatu bilangan habis dibagi 4 jika 2 angka
terakhir dari lambang bilangan tersebut
merupakan bilangan yang habis dibagi
menjadi 4
- Ciri habis dibagi menjadi 5
Suatu bilanganhabis dibagi 5 jika satuan dari
bilangan tersebut 0 atau 5
- Ciri habis dibagi menjadi 6
Suatu bilangan habis dibagi 6 jika bilangan
tersebut habis dibagi 2 dan 3, oleh karena itu
6 merupakan hasil kali 2 dan 3, maka
bilangan yg habis dibagi 6 juga harus habis
dibagi 2 dan 3.
- Ciri habis dibagi 7
Suatu bilangan habis dibagi 7 jika selisih
antara bilangan yang dinyatakan oleh
lambang bilangan mula-mula kecuali angka
terakhir dengan dua kali bilangan angka
terakhir.
- Ciri habis dibagi 6
Suatu bilangan habis dibagi 8 jika bilangan
dinyatakan oleh tiga angka terakhir dari
bilangan tersebut habis dibagi 8. Ciri habis
dibagi 8 ini hanya berlaku untuk bilangan
yang lambangnya terdiri atas tiga atau lebih
dari 3 angka
- Ciri habis dibagi 9
Suatu bilangan habis dibagi 9 jika jumlah
bilangan yang dinyatakan oleh angka dari
bilangan tersebuthabis dibagi 9.
- Ciri habis dibagi 10
Suatu bilangan habis dibagi 10 jika dan
hanya jika suatu bilangan tersebut 0.
- Ciri habis dibagi 11
Suatu bilangan habis dibagi 11 jika jumlah
bilangan yang dinyatakan oleh angka yang
terletak pada posisi ganjil dikurang jumlah
bilangan yang dinyatakan oleh angka yang
terletak pada posisi genap habis dibagi 11.
- Bilangan Prima dan Bilangan Komposit
- Bilangan Prima
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif yang lebih dari
satu. Bilangan prima hanya mempunyai dua bilangan
pembagi bilangan itu sendiri dan 1. Sepuluh bilangan prima
yang oertama adalah 2,3,5,7,11,13,17,19,23 dan 29.
Contoh: 2 dan 3 adalah bilangan prima. bukan bilangan
prima karena 4 habis dibagi. Defenisi : Suatu bialngan asli
P, P>1 dinamakan bilangan prima jika dan hanya jika P
mempunyai factor pembagi yaitu 1 dan P itu sendiri.
- Bilangan Komposit
Bilangan komposit adalah suatu bilangan bulat positif jika
bilangan itu mempunyai pembagi lain kecuali bilangan itu
sendiri dari 1. Bilangan komposit mempunyai lebih dari 2
pembagi himpunan. Sepuluh bilangan komposit yang
pertama adalah 4,6,8,9,10,12,14,15 dan 18.
Contoh: 2×2=4 atau 2x2x2=8 dimana terdapat perkalian 2
bilangan prima atau lebih. Defenisi : Suatu bilangan asli q,
dinamakan bilangan komposit, jika dan hanya jika q
mempunyai lebih dari dua faktor yaitu faktor 1 dan dirinya
sendiri.
Bilangan Prima dan Bilangan Komposit
- Bilangan Prima
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif yang lebih dari
satu. Bilangan prima hanya mempunyai dua bilangan
pembagi bilangan itu sendiri dan 1. Sepuluh bilangan prima
yang oertama adalah 2,3,5,7,11,13,17,19,23 dan 29z
Contoh: 2 dan 3 adalah bilangan prima. 4 bukan bilangan
prima karena 4 habis dibagi. Defenisi : Suatu bialngan asli
P, P>1 dinamakan bilangan prima jika dan hanya jika P
mempunyai factor pembagi yaitu 1 dan P itu sendiri.
- Bilangan Komposit
Bilangan komposit adalah suatu bilangan bulat positif jika
bilangan itu mempunyai pembagi lain kecuali bilangan itu
sendiri dari 1. Bilangan komposit mempunyai lebih dari 2
pembagi himpunan. Sepuluh bilangan komposit yang
pertama adalah 4,6,8,9,10,12,14,15 dan 18.
Contoh: 2×2=4 atau 2x2x2=8 dimana terdapat perkalian 2
bilangan prima atau lebih. Defenisi : Suatu bilangan asli q,
dinamakan bilangan komposit, jika dan hanya jika q
mempunyai lebih dari dua faktor yaitu faktor 1 dan dirinya
sendiri.

b. Menjelaskan konsep FPB dan KPK

c. Melakaksanakan pembelajaran Bilangan genap, gasal, prima,


komposit, FPB dan KPK
10. Simulasi pembelajaran KPK dan FPB.
Mensimulasikan pembelajaran bilangan genap,gasal, prima, dan komposit,
serta FPB dan KPK
- Kegiatan awal:
1. Memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a
menurut agama dan keyakinan masing-masing.
2. Mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan
tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
3. Membuka pelajaran dengan mengenalkan subtema,
yaitu bilangan cacah, sifat-sifat bilangan cacah, dan
operasi hitungan bilangan cacah
- Kegiatan inti:
1. Menjelaskan apa itu bilangan genap, gasal, prima dan
komposit, serta FPB dan KPK
2. Mengeluarkan alat peraga yang telah dibuat dan
menunjukkannya kepada siswa
3. Menjelaskan dan mengajarkan kepada siswa bagaimana
mencari FPB dan KPK
4. Membuat beberapa contoh soal tentang bilangan genap,
gasal, prima dan komposit, serta FPB dan KPK
5. Mencaritahu dengan berdiskusi dan tanya jawab
bersama guru tentang tentang bilangan genap, gasal,
prima dan komposit serta FPB dan KPK
6. membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
untuk berdiskusi
- Penutup:
1. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan
memberikan tugas mengamati perkembangbiakan
tumbuhan di lingkungan rumah
2. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya
3. Menutup pelajaran dengan berdo’a dan salam

Anda mungkin juga menyukai