ABSTRAK
Tujuan penelitian ini meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
tentang materi pecahan senilai. Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran
adalah metode make a match. Data hasil penelitian diperoleh dari tes akhir pembelajaran
dan lembar observasi kinerja guru dan siswa. Hasil tes akhir pembelajaran dianalisis secara
kuantitatif, dengan dicari persentase ketuntasan dan nilai rata-rata kelas. Sedangkan hasil
observasi kinerja guru dan siswa dianalisis secara kualitatif. Pada perbaikan pembelajaran
siklus I diperoleh sebanyak 78,57% siswa tuntas atau sebanyak 22 dari 28 siswa telah tuntas
dan nilai rata-rata kelas sebanyak 64,29. Pada perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh
sebanyak 100% siswa telah tuntas dengan rata-rata kelas 74,29. Dari hasil perbaikan
pembelajaran siklus II diketahui bahwa pembelajaran telah sesuai dengan target yang
diharapkan yaitu ketuntasan sebesar 100% dan nilai rata-rata kelas ≥70, maka perbaikan
pembelajaran berakhir di siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika materi pecahan senilai.
ABSTRACT
The purpose of this study improve student learning outcomes in mathematics on the
material fractions worth. The method used in the improvement of learning is a method of
make a match. Data were obtained from the final test of learning and observation sheets
teacher and student performance. Final test results were analyzed quantitatively study, the
percentage of completeness and sought the average value of the class. While the observation
of the performance of teachers and students analyzed qualitatively. In the first cycle of
learning improvements gained as much as 78.57% students completed or as many as 22 out
of 28 students have been completed and the average value of the class as much as 64.29. In
the second cycle of learning improvements gained as much as 100% of students have been
completed with an average grade 74.29. From the results of the second cycle of learning
improvement in mind that learning has been in accordance with the expected target of 100%
ie completeness and average value ≥70 classes, the learning improvement ended in the
second cycle. From the results of this study concluded that the use of methods make a
match can improve student learning outcomes in mathematics fractions material worth.
2. Materi Inti
a. Karakteristik Peserta Didik SD
Peserta didik SD adalah anak-anak yang berusia 6-12 tahun. Jean Peaget
mengemukakan proses perkembangan anak sampai mampu berpikir seperti orang
dewasa melalui empat tahap perkembangan.
1) Tahap Sensori Motor (0-2 Tahun)
Pada tahap ini, kegiatan intelektual hampir seluruhnya mencakup gejala
yang diterima secara langsung melalui indra. Anak mencapai kematangan dan
mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya
dengan menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami
hubungan antara benda dengan nama benda tersebut.
2
2) Tahap Praoperasional (2-7 Tahun)
Pada tahap ini, perkembangan anak sangat pesat. Lambang-lambang
bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah
dengan pesat. Keputusan yang diambil bukan berdasarkan analisis rasional tapi
hanya berdasarkan intuisi. Anak biasanya hanya mengambil kesimpulan dari
sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar.
3) Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun)
Pada tahap ini kemampuan berpikir logis sudah muncul. Anak dapat
berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini
permasalahan yang dihadapi anak adalah permasalahan yang konkret.
Pada tahap ini anak akan merasa kesulitan bila mendapat tugas sekolah
yang menuntut untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Anak-anak pada
tahap ini menyukai soal-soal yang tersedia jawabannya.
4) Tahap Operasional Formal (11-15 Tahun)
Pada tahap ini anak sudah memiliki pola berpikir orang dewasa. Mereka
sudah dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap semua kategori
permasalahan, baik yang konkret ataupun yang abstrak. Pada tahap ini mereka
sudah dapat memikirkan buah pikirannya, dapat membentuk ide-ide, serta
berpikir tentang masa depan secara realistis.
4
e) Simbolisasi (Symbolization)
Pada tahap kelima ini, siswa perlu menciptakan simbol matematika
atau rumusan verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang
representasinya sudah diketahui pada tahap keempat.
f) Formalisasi (Formalitation)
Pada tahap terakhir ini, siswa belajar mengorganisasikan konsep-
konsep membentuk secara formal, dan harus sampai pada pemahaman
aksioma, sifat, aturan, dalil, sehingga menjadi struktur dari sistem yang
dibahas. Dalam tahap ini anak bukan hanya sekedar mampu merumuskan
teorema serta membuktikannya secara deduktif, tetapi harus sampai pada
suatu sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat
satu sama lainnya.
d. Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil
belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan
untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Selain itu
Sudjana (2010) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Dengan demikian, hasil belajar adalah hasil yang dicapai melalui proses
pembelajaran yang terdiri dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang
dinyatakan dalam angka-angka atau nilai-nilai.
g. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika yang bersifat deduktif dan abstrak memang
berbanding terbalik dengan tahap perkembangan kognitif anak usia SD. Suatu
konsep matematika yang menurut guru mudah, akan menjadi sulit bagi siswa
karena tahap perkembangan kognitif yang sudah berbeda. Orang yang sudah
mencapai usia dewasa sudah berada pada tahap formal, sehingga mereka dapat
dengan mudah memahami hal-hal yang abstrak. Sedangkan anak usia SD masih
berada pada tahap praoperasional-operasi konkret-awal operasional formal. Hal ini
yang mengharuskan guru mengkaji berbagai teori pembelajaran matematika agar
anak didik mampu memahami konsep-konsep matematika dengan baik. Sehingga
hasil belajar sesuai yang diharapkan.
Metode make a match sengaja dipilih oleh penulis setelah penulis melakukan
kajian terhadap beberapa penelitian tindakan kelas yang serupa. Dengan metode
make a match dapat tercipta suatu pembelajaran yang berpusat kepada siswa,
sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam pembelajaran.
3. Metode
a. Subjek
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 4 MI Riyadlotut Thalabah Pacing,
semester 2, tahun pelajaran 2014/2015. Seluruh siswa kelas 4 berjumlah 28 yang
terdiri dari 14 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah hasil analisis tes tertulis
dan lembar observasi kinerja guru dan siswa.
7
c. Prosedur
Penelitian ini diawali dengan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah
yang dihadapi oleh siswa dan guru. Agar penelitian dapat berhasil dengan baik,
dilaksanakan menurut suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) yaitu
langkah dalam penelitian yang dikemukakan oleh Lurt Lewin (dalam
Murniningsih, 2010:24). Langkah-langkahnya meliputi perencanaan, tindakan,
observasi, refleksi, serta revisi perencanaan. Kegiatan ini diulang sampai
terpenuhinya target yang diharapkan. Target yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah ketuntasan mencapai 100% dengan nilai rata-rata kelas ≥70.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini diadopsi dari Arikunto (dalam
Murniningsih, 2010:24) yang bermula dari persiapan observasi awal, rencana
tindakan, dan penerapan tindakan. Refleksi dilakukan setelah tuntas tindakan pada
siklus I dan dirasa perlu untuk mengadakan siklus II karena hasil penelitian belum
sesuai dengan target yang diinginkan.
Siklus I
Prosedur penelitian tindakan kelas pada siklus I adalah sebagai berikut.
1) Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan selama 70 menit (2 jam
pelajaran).
2) Selama guru melaksanakan pembelajaran, dibantu oleh supervisor 2 untuk
mengamati kinerja guru dan siswa melalui checklist dan catatan yang terjadi di
lapangan (kekurangan/kelebihan dalam KBM).
Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut.
1) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang nilai pecahan dari
sebuah gambar yang diarsir.
2) Guru memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan dapat dikuasai
siswa.
3) Guru memberikan penjelasan materi dan contoh dengan menggunakan tabel
perkalian.
4) Secara acak siswa diminta maju untuk mencari pecahan senilai pada tabel
perkalian.
5) Guru menjelaskan materi pecahan senilai dengan bantuan gambar garis
bilangan.
6) Guru membagi siswa dalam dua kelompok.
8
7) Guru membagikan kartu kepada kelompok. Kelompok yang satu diberi kartu
soal sedangkan kelompok lainnya diberi kartu jawaban.
8) Guru menugaskan siswa untuk mencari pasangannya (soal-jawaban) dalam
batas waktu 10 menit.
9) Secara acak dan berpasangan, siswa mendemonstrasikan cara mendapatkan
pasangan soal-jawaban.
10) Guru memvalidasi hasil kegiatan siswa.
11) Guru memberikan penghargaan (reward) kepada tiga pasangan tercepat.
12) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauh
mana siswa dapat menangkap materi pelajaran tersebut.
13) Bersama-sama dengan siswa, guru menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
14) Guru memberikan tes akhir pembelajaran.
15) Guru menganalisa hasil tes akhir pembelajaran dan kemudian memberikan tes
perbaikan dan tes pengayaan serta tugas rumah.
Siklus II
Prosedur penelitian tindakan kelas pada siklus II adalah sebagai berikut.
1) Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan selama 70 menit (2 jam
pelajaran).
2) Selama guru melaksanakan pembelajaran, dibantu oleh supervisor 2 untuk
mengamati kinerja guru dan siswa melalui checklist dan catatan yang terjadi di
lapangan (kekurangan/kelebihan dalam KBM).
Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut.
1) Guru melaksanakan apersepsi dengan bertanya jawab tentang nilai pecahan
dari sebuah gambar yang diarsir.
2) Guru memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan dapat dikuasai
siswa.
3) Guru memberikan penjelasan materi dan contoh dengan menggunakan gambar
berarsir.
4) Guru mendemonstrasikan materi pecahan senilai dengan alat peraga tempe.
5) Guru menaruh kartu soal pada meja-meja kelompok.
6) Guru membagikan kartu jawaban secara acak kepada seluruh siswa tanpa
membagi mereka dalam kelompok-kelompok tertentu dahulu.
9
7) Guru menugaskan siswa untuk mencari meja kelompoknya berdasarkan kartu
jawaban yang ia terima sehingga akan terbentuk beberapa kelompok dalam
batas waktu 10 menit.
8) Tiga kelompok tercepat, mendemontrasikan cara mereka menemukan
kelompok (pasangan-pasangan pecahan senilai).
9) Guru memvalidasi hasil kegiatan siswa.
10) Guru memberikan penghargaan (reward) kepada tiga kelompok tercepat.
11) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauh
mana siswa dapat menangkap materi pelajaran tersebut.
12) Bersama-sama dengan siswa, guru menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
13) Guru memberikan tes akhir pembelajaran.
14) Guru menganalisa hasil tes akhir pembelajaran dan kemudian memberikan tes
perbaikan dan tes pengayaan serta tugas rumah.
d. Analisis Data
1) Analisis Data Kuantitatif
Data tentang hasil belajar, yang berupa skor yang diperoleh siswa dari tes
akhir pembelajaran dianalisis secara kuantitatif. Teknik analisis data
kuantitatif yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif melalui analisis
potret data dan analisis kecenderungan nilai tengah (central tendency).
a) Potret Data
Potret data adalah perhitungan frekuensi suatu nilai dalam suatu
variabel (dalam Durri Andriani, dkk., 2012:6.15). Nilai dapat disajikan
sebagai persentase dari keseluruhan. Penulis menganalisis data dengan
cara mempresentase siswa yang tuntas dan belum tuntas dalam mencapai
KKM.
f
P= × 100 %
N
P adalah angka persentase
f adalah frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N adalah number of cases yaitu jumlah frekuensi/banyaknya individu (I.
G. A. K. Wardani, 2003).
10
b) Analisis Kecenderungan Sentral Data (Central Tendency)
Analisis kecenderungan sentral data (central tendency) dibagi
menjadi nilai rata-rata (mean), median, dan modus (mode). Akan tetapi
dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan rata-rata (mean) yang
digunakan untuk menentukan rata-rata nilai kelas.
n
∑ xi
x́= i=1
n
x́ adalah nilai rata-rata
xi adalah nilai pengamatan data ke i
n adalah banyaknya data (dalam Nar Herhyanto, dkk., 2013:4.3)
4. Hasil Penelitian
a. Kondisi Awal Pembelajaran
Berikut ini disajikan hasi pengamatan proses pembelajaran dalam tabel.
Tabel 4.1
Hasil Pengamatan Kinerja Guru dan Siswa
Kemunculan
No. Aspek yang diamati Komentar
Ada Tidak
A. Kegiatan Guru -Guru belum
1 Mengadakan apersepsi √ melakukan
2 Menyampaikan tujuan √ apersepsi
pembelajaran -Dalam
3 Menyampaikan materi √ menyampaikan
pelajaran dengan jelas materi kurang
4 Menggunakan media √ urut.
pembelajaran -Kosakata yang
5 Mengajukan pertanyaan √ digunakan dalam
dengan jelas penyampaian
11
6 Melakukan pengelolaan kelas √ materi kurang
7 Memberi penguatan √ tepat.
8 Menyimpulkan materi √ -Guru belum
9 Mengadakan evaluasi √ memberikan
10 Membimbing anak berdiskusi √ penguatan
11 Mengadakan tindak lanjut √ -Siswa berlarut-
12 Mengorganisasi waktu dengan √ larut dalam
baik berdiskusi.
-Siswa gaduh,
B. Kegiatan Anak guru belum bisa
1 Mengikuti pelajaran dengan √ menguasai kelas.
baik -Sebagian besar
2 Memperhatikan penjelasan √ siswa belum aktif
guru dalam KBM.
3 Aktif dalam pembelajaran √ -Siswa banyak
4 Ada interaksi antara siswa √ yang tidak
dengan siswa, siswa dengan memperhatikan
guru penjelasan guru.
5 Berani menjawab pertanyaan √ -Siswa belum
6 Berani mengajukan pertanyaan √ mampu bertanya.
Hasil tes akhir pembelajaran penulis sajikan dalam tabel rekapitulasi hasil tes
akhir pembelajaran.
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir Pembelajaran
Jumlah Banyak Siswa yang Mendapatkan Nilai
30 40 50 60 70 80 90 100
Siswa
28 14 3 2 4 4 0 0 1
12
Jelas bahwa pembelajaran awal gagal atau belum mencapai target yang
diharapkan.
13
dengan siswa, siswa dengan
guru
5 Berani menjawab pertanyaan √
6 Berani mengajukan pertanyaan √
Hasil tes akhir pembelajaran penulis sajikan dalam tabel rekapitulasi hasil tes
akhir pembelajaran.
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir Pembelajaran
Jumlah Banyak Siswa yang Mendapatkan Nilai
30 40 50 60 70 80 90 100
Siswa
28 0 1 5 11 5 5 0 1
Tabel 4.5
Hasil Pengamatan Kinerja Guru dan Siswa
14
Kemunculan
No Aspek yang diamati Komentar
Ada Tidak
A. Kegiatan Guru
1 Mengadakan apersepsi √
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran √
3 Menyampaikan materi pelajaran √
dengan jelas
4 Menggunakan media pembelajaran √
5 Mengajukan pertanyaan dengan √
jelas
6 Melakukan pengelolaan kelas √
7 Memberi penguatan √
8 Menyimpulkan materi √
9 Mengadakan evaluasi √
10 Membimbing anak berdiskusi √
11 Mengadakan tindak lanjut √
12 Mengorganisasi waktu dengan baik √
B. Kegiatan Anak
1 Mengikuti pelajaran dengan baik √
2 Memperhatikan penjelasan guru √
3 Aktif dalam pembelajaran √
4 Ada interaksi antara siswa dengan √
siswa, siswa dengan guru
5 Berani menjawab pertanyaan √
6 Berani mengajukan pertanyaan √
Hasil tes akhir pembelajaran penulis sajikan dalam tabel rekapitulasi hasil tes
akhir pembelajaran.
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir Pembelajaran
Jumlah Banyak Siswa yang Mendapatkan Nilai
15
Siswa 30 40 50 60 70 80 90 100
28 0 0 0 11 8 2 0 7
5. Pembahasan
a. Pembelajaran Prasiklus
Hasil pelaksanaan pembelajaran prasiklus sangat mengecewakan. Banyak
terjadi kegagalan daripada keberhasilan. Dari 28 siswa hanya 9 siswa yang tuntas
(32,14%) sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 19 (67,86%) dengan rata-
rata nilai kelas hanya sebesar 42,86.
Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pembelajaran awal (prasiklus)
antara lain pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang kurang tepat
sehingga mengakibatkan kukurangtertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Banyak siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran.
16
melakukan perbaikan pembelajaran siklus II dalam upaya meningkatan hasil
belajar siswa agar dapat mencapai target yang diharapkan.
17
16
14
12
Banyak Siswa
10
Prasiklus
8
Siklus I
6 Siklus II
4
2
0 Nilai
30 40 50 60 70 80 90 100
30
25
20
Prasiklus
15
Siklus I
Banyak Siswa
10 Siklus II
5
0
Tuntas Tidak Tuntas
6. Simpulan
Penggunaan metode make a match dalam pembelajaran matematika materi
pecahan senilai dikategorikan efektif karena dapat meningkatkan keaktifan siswa dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka
Andriani, Durri (dkk). 2012. Metode Penelitian. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Anitah W., Sri (dkk). 2011. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran Cetakan Ke-3. Jakarta: Rineka Cipta.
18
Murniningsih. 2010. “Penerapan Metode Pembelajaran Make a Match dengan Index Card
Match pada Mata Pelajaran Matematika Materi Skala Peta dan Denah sebagai
Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD
Negeri Sukoharjo Kabupaten Rembang”. Rembang: SD Negeri Sukoharjo.
Satori, Djam’an (dkk). 2013. Profesi Keguruan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sudjana, N. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suryanto, Adi (dkk). 2012. Evaluasi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
19