Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANDI RIANY PUTRI PRATIWI

KELAS : BC.91

NIM : 200407512002

Tugas Teori Belajar

Selesaikanlah tugas berikut:

1.     Jelaskan empat tahap perkembangan kognitif seseorang dari bayi sampai ia dewasa menurut
Piaget.

2.     Jelaskan implikasi pentahapan perkembangan kognitif menurut Piaget terhadap


pembelajaran matematika di SD.

3.     Beri contoh pembelajaran yang mengacu pada ‘belajar bermakna’ atau ‘meaningful-
learning’ dan kemukakan kelebihannya.

4.     Di antara pembelajaran bermakna dan pembelajaran hafalan, manakah yang lebih baik
digunakan di kelas? Jelaskan alasannya

5.     Beri contoh proses pembelajaran yang menggunakan tahapan: enaktif, ikonik, dan simbolik.

Jawaban :

1. 4 tahap perkembangan kognitif menurut Piaget :

 Tahap Sensorimotor (Usia 18 - 24 bulan)

Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget mengenai
perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan
pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar)
dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh). 
Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek
dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri.

Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak tahu bahwa main yang
biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan anak secara aktif mencarinya.
Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah mainan itu hilang begitu saja. 

 Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 Tahun)

Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama
periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi
kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan,
atau memisahkan ide atau pikiran.

Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi
dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis.

Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa merepresentasikan peristiwa dan objek
(fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik. 

 Tahap Operasional Konkret (Usia 7 - 11 Tahun)

Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan
ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak,
karena menandai awal pemikiran logis. 

Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran atau pemikiran
logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik.

Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi).


Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir
secara abstrak atau hipotesis. 
 Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)

Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia
12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.

Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir secara
abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi
konkret. 

Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan


penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu. 

2. bahwa perkembangan kognitif anak pada tahap usia operasional konkret (7-12 tahun)
dalam pembelajaran matematika ini berbeda-beda hampir pada setiap fase usianya.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar disesuaikan dengan tahapan usia. Hal ini
sesuai dengan implementasi teori perkembangan Jean Piaget. Merujuk pada bagaimana
orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui
perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosi,
perkembangan kognisi (pemikiran), dan perkembangan bahasa. Selain tingkat
pemahaman model dan metode serta penanganan yang digunakan juga bervariatif. Hasil
penelitian dapat menjadi landasan guru mengajar sehingga pembelajaran menjadi lebih
efektif, efisien, dan tepat sasaran. Terlebih untuk mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan nasional.

3. Contoh ‘belajar bermakna’ atau ‘meaningful-learning’, pembelajaran perkalian dua


bilangan negatif dapat 39 menjadi bermakna bagi siswa jika pembelajarannya dimulai
dengan meminta para siswa untuk mengerjakan empat soal perkalian bilangan positif
dengan bilangan negatif yang sudah dipelajari siswa seperti ditunjukkan pada gambar
bawah sebelah kiri berikut ini. 5  2 = .... 4  2 = .... 3  2 = .... 2  2 = .... 5  2 =
10 4  2 = 8 3  2 = 6 2  2 = 4 1  2 = 2  2 = 0 1  2 = 2 2  2 = 4
Hasil yang diharapkan dari siswa ditunjukkan pada gambar tengah atas, dimana nilai
hasilnya semakin besar dari atas ke bawah. Selanjutnya berdasar hasil tersebut, para
siswa diminta untuk melihat polanya dan mereka diminta juga untuk melanjutkan
sehingga didapat hasil perkalian selanjutnya seperti ditunjukkan pada gambar atas kanan.
Berdasar hasil tersebut, siswa akan dapat menyimpulkan sendiri secara bermakna bahwa
perkalian dua bilangan negatif akan menghasilkan bilangan positif, sehingga 5  2 =
10. Kelebihan belajar bermakna yaitu siswa tidak mudah melupakan materi yang
diberikan karena siswa tersebut paham materi itu bukan hanya menghafal.

4. Belajar bermakna‟ jauh lebih baik dari belajar hafalan‟ karena pada pembelajaran
bermakna akan mudah diingat dipahami siswa, sedangkan pada „belajar hafalan‟, hasil
pembelajarannya akan mudah dilupakan

5. * Tahap Enaktif. Contohnya, kita ingin mengenal konsep simetri lipat, kita dapat
menggunakan kertas karton berbentuk sebuah bangun datar yang dibagi menjadi dua
bagian sama besar dan sama bentukya.
*Tahap Ikonik. Pada tahap ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk bayangan
visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap
enaktif., *Tahap Simbolik. Pada tahap ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk
symbol-simbol.

Anda mungkin juga menyukai