Anda di halaman 1dari 108

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER

BUNGKUS ROTI DENGAN MENGGUNAKAN


METODE HARGA POKOK PROSES PADA SABITA
BAKERY BANJARMASIN

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya pada Program Studi Akuntansi

Oleh:

HENNY SUSILOWATI
NIM D010316012

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
2019

i
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER
BUNGKUS ROTI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE HARGA POKOK PROSES PADA SABITA
BAKERY BANJARMASIN

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya pada Program Studi Akuntansi

Oleh:

HENNY SUSILOWATI
NIM D010316012

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
2019

ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
Tugas Akhir ini merupakan hasil karya asli saya untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya dari Politeknik Negeri Banjarmasin.
Tugas Akhir ini belum pernah dipergunakan atau dipublikasikan untuk keperluan
lain oleh siapapun juga. Semua sumber yang saya gunakan telah saya cantumkan
sebagaimana mestinya sesuai ketentuan yang berlaku.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Negeri
Banjarmasin.

Banjarmasin, Juli 2019


Yang membuat pernyataan,

HENNY SUSILOWATI
NIM D010316012

v
Motto

“Tak ada seorang pun, yang hidup di dunia ini kecuali merasakan
kebahagiaan dan kesedihan. Meskipun begitu bersyukurlah ketika
kalian bahagia dan bersabarlah ketika kalian dilanda kesedihan.”
(Tafsir Baghowi Surat Al-Hadid: 23)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan juga
kesempatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir saya ini. Segala syukur saya
ucapkan kepada-Mu, karena sudah menghadirkan orang-orang yang berarti di
sekeliling saya. Yang selalu memberi semangat serta do’a, sehingga Tugas Akhir
saya ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan ini saya persembahkan untuk:

 Bapak dan Ibu Tersayang


Apa yang saya dapatkan hari ini, belum mampu membayar semua kebaikan
dan keringat yang telah kalian berikan kepada saya. Terima kasih atas
dukungan Bapak dan Ibu baik dalam bentuk materi maupun moril. Karya
ini saya persembahkan sebagai wujud terima kasih atas pengorbanan dan
jerih payah kalian.
 Adik Tercinta
Untuk Yenni, walaupun saat dekat kita sering bertengkar, terimakasih untuk
bantuan dan semangatnya.
 Dosen Pembimbing
Kepada Ibu Widya Ais Sahla, SE, M.Sc, AK dan Bapak Julkawait, SE, MM
selaku dosen pembimbing saya, terimakasih atas bantuannya, saran dan
ilmunya yang telah di limpahkan kepada saya.
 Dosen Penguji
Kepada Bapak Sandra Iriawan, SE., MM., Ak, CA dan Ibu Nailiya Nikmah,
S.Pd, M.Pd selaku dosen penguji saya, terimakasih telah memberikan saran
untuk Tugas Akhir saya.
 Sahabat dan Seluruh Teman di Kampus Tercinta
Terima kasih canda tawa dan kebersamaannya, maaf jika banyak salah
dengan maaf yang tak terucap.

vii
ABSTRAK

Henny Susilowati (D010316012). PERHITUNGAN HARGA POKOK


PRODUK PER BUNGKUS ROTI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
HARGA POKOK PROSES PADA SABITA BAKERY BANJARMASIN.
Tugas Akhir. Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Politeknik
Negeri Banjarmasin, 2019.

Penentuan harga jual sangat penting dalam suatu perusahaan karena merupakan
dasar dalam penentuan laba yang maksimal. Perusahaan harus mengetahui secara
rinci mengenai biaya produksi yang akan dibebankan pada produk tersebut melalui
perhitungan harga pokok produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengklasifikasian biaya produksi dan perhitungan harga pokok produk per bungkus
roti dengan menggunakan metode harga pokok proses full-costing pada Sabita
Bakery Banjarmasin yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya.
Kerangka pemikiran (teoritis) ini adalah perhitungan harga pokok produk per
bungkus roti dengan menggunakan metode harga pokok proses full-costing. Selama
ini Sabita Bakery Banjarmasin memasukkan biaya plastik kemasan ke dalam biaya
bahan baku yang seharusnya biaya penolong, biaya tenaga kerja seperti biaya gaji
penjualan dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung seharusnya tidak
masuk ke dalam biaya tenaga kerja langsung, dan menggolongkan biaya listrik,
biaya air, biaya telepon dan biaya gas elpiji ke dalam biaya lain-lain yang
seharusnya dalam konsep akuntansi biaya merupakan biaya overhead pabrik, serta
tidak melakukan perhitungan depresiasi aktiva tetap yang seharusnya dibebankan
ke dalam biaya overhead pabrik.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari harga pokok
produksi. Perhitungan Sabita Bakery Banjarmasin lebih tinggi dibandingkan
dengan perhitungan penulis. Hal ini terjadi setelah dilakukan penggolongan biaya
prosuksi dan perhitungan biaya produksi dengan benar. Selisih roti tawar sebesar
Rp76,07, roti bantal sebesar Rp76,06, roti manis sebesar Rp76,09, roti kering
sebesar Rp76,07, dan roti choco chips sebesar Rp76,18.

Kata kunci : Harga Pokok Produk, Metode Harga Pokok Proses, Biaya Produksi.

viii
ABSTRACT

Henny Susilowati (D010316012). CALCULATION OF BREAD PRODUCT


PER COST PRICES USING PROCESS COST METHOD IN BAKERY
BANJARMASIN. Thesis. Accounting Study Program, Accounting
Department, Banjarmasin State Polytechnic, 2019.

Determination of selling prices is very important in a company because it is


the basis for determining maximum profit. The company must know in detail the
production costs that will be charged to the product through the calculation of the
cost of the product. This study aims to determine the classification of production
costs and the calculation of the cost of a product per pack of bread by using the full-
costing cost method in Sabita Bakery Banjarmasin in accordance with the cost
accounting concept.
This (theoretical) frame of mind is the calculation of the cost of the product
per pack of bread using the cost method of the full-costing process. During this time
Sabita Bakery Banjarmasin includes the cost of packaging plastic into raw material
costs that should be cost savings, labor costs such as salary sales costs included in
direct labor costs should not enter into direct labor costs, and classify electricity
costs, water costs , telephone costs and LPG costs to other costs that should be in
the accounting concept of costs are factory overhead costs, and do not calculate the
depreciation of fixed assets that should be charged to factory overhead costs.
From the results of the study concluded that there is a difference in the cost
of production. The calculation of Sabita Bakery Banjarmasin is higher than the
author's calculation. This occurs after the classification of production costs and
calculation of production costs are carried out correctly. The difference between
fresh bread is Rp76.07, pillow bread is Rp76.06, sweet bread is Rp76.09, dry bread
is Rp76.07, and bread is choco chips Rp76.18.

Keywords: Cost of Product, Method of Cost of Process, Production Cost.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan atas rahmat dan hidayah-Nya dan tak lupa kita panjatkan Sholawat dan
Salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam
yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan sebaik-baiknya. Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) pada program
studi akuntansi di Politeknik Negeri Banjarmasin.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala sesuatu
yang telah diberikan kepada penulis baik berupa material maupun non material,
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, yaitu kepada :
1. Bapak, Ibu, adik, dan keluarga yang telah memberikan dukungan kepada
penulis baik do’a, materi, dan dukungan moril.
2. Bapak Joni Riadi, ST, MT, selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin.
3. Andriani, SE, MM, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Banjarmasin.
4. Ibu Nailiya Nikmah, S.Pd, M.Pd selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Politeknik Negeri Banjarmasin dan sekaligus penguji penulis yang telah
memberikan saran kepada penulis.
5. Ibu Widya Ais Sahla, SE, M.Sc, AK selaku pembimbing utama, yang telah
banyak membantu penulis dalam menyusun isi Tugas Akhir dengan
memberikan saran serta masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Julkawait, SE, MM selaku pembimbing kedua, yang telah banyak
membantu penulis dalam hal tata tulis dan memberikan saran serta masukkan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
7. Ibu Lea Emilia Farida, SE, MM yang telah memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis.
8. Bapak Sandra Iriawan, SE., MM., Ak, CA selaku penguji penulis yang telah
memberikan saran kepada penulis.

x
9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Banjarmasin.
10. Lala dan Serly yang telah memberikan waktunya untuk menemani penulis
dalam mencari literatur.
11. Seluruh teman kelas VI A Akuntansi yang telah saling berbagi informasi dan
canda tawa di kelas.
12. Seluruh teman seperjuangan dan satu organisasi yaitu, Dina, Intan, Mita, Nida,
Maesa, Lisa, Septi, dan Mira.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat berguna dan dapat
memberikan manfaat serta dapat memberikan wawasan kepada kita semua.

Banjarmasin, 23 Juli 2019

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................. i


Halaman Judul.................................................................................................. ii
Halaman Persetujuan Tugas Akhir .................................................................. iii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Keaslian.......................................................................... v
Halaman Motto................................................................................................. vi
Halaman Persembahan ..................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................. viii
Abstract ............................................................................................................ ix
Kata Pengantar ................................................................................................. x
Daftar Isi........................................................................................................... xii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran................................................................................................ xvii

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1


A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Permasalahan.......................................................................... 4
C. Rumusan Masalah .................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6


A. Landasan Teori ........................................................................ 6
1. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya ........................... 6
2. Pengertian Biaya ............................................................... 8
3. Penggolongan Biaya .......................................................... 9
4. Pengertian Aktiva Berwujud dan Depresiasi
Aktiva Tetap Berwujud ..................................................... 11
5. Harga Pokok Produk ......................................................... 14
6. Pengendalian Biaya Pada Harga Pokok Produksi ............. 15
7. Metode Penentuan Harga Pokok Produk .......................... 16
8. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi ..................................... 20
B. Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 21

BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................. 23


A. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................. 23
B. Variabel Penelitian ................................................................. 23
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 24
D. Metode Pengumpulan Data .................................................... 25
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 26

xii
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBASAN HASIL
PENELITIAN............................................................................... 28
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 28
1. Sejarah Singkat Sabita Bakery .......................................... 28
2. Struktur Organisasi ............................................................ 28
3. Bidang Usaha .................................................................... 30
4. Bahan-Bahan dan Peralatan yang Digunakan
Dalam Proses Produksi...................................................... 31
5. Proses Produksi ................................................................. 34
6. Hasil Produksi dan Pemasaran .......................................... 35
7. Penggolongan Biaya Menurut Perusahaan ........................ 37
8. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut
Perusahaan ......................................................................... 40
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 48
1. Penggolongan Biaya yang Disarankan Penulis ................. 48
2. Perhitungan Depresiasi Aktiva Tetap ................................ 50
3. Perhitungan Biaya Produksi yang Disarankan Penulis ..... 52
4. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti ....... 66
5. Laporan Biaya Produksi yang Disarankan Penulis ........... 68
6. Jurnal yang Disarankan Penulis ........................................ 73

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ................................................................................... 78
B. Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81

LAMPIRAN- LAMPIRAN .............................................................................. 83

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi per Satuan ............................ 17

Tabel 2.2 Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk
Dalam Proses ................................................................................. 18

Tabel 2.3 Laporan Biaya Produksi bulan Januari ......................................... 18

Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 21

Tabel 4.1 Jenis Peralatan yang Digunakan Dalam Proses Produksi ............ 33

Tabel 4.2 Hasil Produksi Bulan Januari ........................................................ 36

Tabel 4.3 Rincian Biaya Bahan Baku Roti Tawar Bulan Januari ................. 37

Tabel 4.4 Rincian Biaya Bahan Baku Roti Bantal Bulan Januari ................. 37

Tabel 4.5 Rincian Biaya Bahan Baku Roti Manis Bulan Januari ................. 38

Tabel 4.6 Rincian Biaya Bahan Baku Roti Kering Bulan Januari ................ 38

Tabel 4.7 Rincian Biaya Bahan Baku Roti Choco Chips Bulan Januari ...... 39

Tabel 4.8 Rincian Biaya Tenaga Kerja Bulan Januari .................................. 39

Tabel 4.9 Rincian Biaya Lain-Lain Bulan Januari ........................................ 40

Tabel 4.10 Total Biaya Produksi Roti Tawar Bulan Januari .......................... 40

Tabel 4.11 Biaya Bahan Baku Roti Tawar Bulan Januari .............................. 41

Tabel 4.12 Biaya Tenaga Kerja Roti Tawar Bulan Januari ............................ 41

Tabel 4.13 Biaya Lain-Lain Roti Tawar Bulan Januari .................................. 41

Tabel 4.14 Total Biaya Produksi Roti Bantal Bulan Januari .......................... 42

Tabel 4.15 Biaya Bahan Baku Roti Bantal Bulan Januari .............................. 42

Tabel 4.16 Biaya Tenaga Kerja Roti Bantal Bulan Januari ............................ 43

xiv
Tabel 4.17 Biaya Lain-Lain Roti Bantal Bulan Januari .................................. 43

Tabel 4.18 Total Biaya Produksi Roti Manis Bulan Januari ........................... 43

Tabel 4.19 Biaya Bahan Baku Roti Manis Bulan Januari ............................... 44

Tabel 4.20 Biaya Tenaga Kerja Roti Manis Bulan Januari............................. 44

Tabel 4.21 Biaya Lain-Lain Roti Manis Bulan Januari .................................. 44

Tabel 4.22 Total Biaya Produksi Roti Kering Bulan Januari.......................... 45

Tabel 4.23 Biaya Bahan Baku Roti Kering Bulan Januari.............................. 45

Tabel 4.24 Biaya Tenaga Kerja Roti Kering Bulan Januari............................ 45

Tabel 4.25 Biaya Lain-Lain Roti Kering Bulan Januari ................................. 46

Tabel 4.26 Total Biaya Produksi Roti Choco Chips Bulan Januari ................ 46

Tabel 4.27 Biaya Bahan Baku Roti Choco Chips Bulan Januari .................... 46

Tabel 4.28 Biaya Tenaga Kerja Roti Choco Chips Bulan Januari .................. 47

Tabel 4.29 Biaya Lain-Lain Roti Choco Chips Bulan Januari ....................... 47

Tabel 4.30 Penggolongan Biaya Roti Tawar yang Disarankan


Penulis Bulan Januari .................................................................... 48

Tabel 4.31 Penggolongan Biaya Roti Bantal yang Disarankan


Penulis Bulan Januari .................................................................... 49

Tabel 4.32 Penggolongan Biaya Roti Manis yang Disarankan


Penulis Bulan Januari .................................................................... 49

Tabel 4.33 Penggolongan Biaya Roti Kering yang Disarankan


Penulis Bulan Januari .................................................................... 50

Tabel 4.34 Penggolongan Biaya Roti Choco Chips yang Disarankan


Penulis Bulan Januari .................................................................... 50

Tabel 4.35 Daftar Aktiva Tetap Bulan Januari ............................................... 51

Tabel 4.36 Perhitungan Biaya Produksi Roti Tawar ....................................... 53

Tabel 4.37 Perhitungan Biaya Produksi Roti Bantal ...................................... 54

xv
Tabel 4.38 Perhitungan Biaya Produksi Roti Manis ....................................... 56

Tabel 4.39 Perhitungan Biaya Produksi Roti Kering ...................................... 57

Tabel 4.40 Perhitungan Biaya Produksi Roti Choco Chips ............................ 58

Tabel 4.41 Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Tawar Bulan Januari...................................................................... 67

Tabel 4.42 Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Bantal Bulan Januari ..................................................................... 67

Tabel 4.43 Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Manis Bulan Januari ...................................................................... 67

Tabel 4.44 Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Kering Bulan Januari ..................................................................... 68

Tabel 4.45 Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Choco Chips Bulan Januari ........................................................... 68

Tabel 4.46 Laporan Biaya Produksi Roti Tawar Bulan Januari ..................... 69

Tabel 4.47 Laporan Biaya Produksi Roti Bantal Bulan Januari ..................... 70

Tabel 4.48 Laporan Biaya Produksi Roti Manis Bulan Januari ...................... 71

Tabel 4.49 Laporan Biaya Produksi Roti Kering Bulan Januari ..................... 72

Tabel 4.50 Laporan Biaya Produksi Roti Choco Chips Bulan Januari ........... 73

Tabel 5.1 Perhitungan Harga Pokok Produk Roti Menurut


Perusahaan dan Menurut Penulis Bulan Januri ............................. 79

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Balasan Ijin Penelitian..................................................... 83

Lampiran 2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)...................................... 84

Lampiran 3. Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Pembimbing 1) .................... 85

Lampiran 4. Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Pembimbing 2) ................... 86

Lampiran 5. Lembar Saran Anggota Penguji 1 Tugas Akhir........................ 88

Lampiran 6. Lembar Saran Anggota Penguji 2 Tugas Akhir........................ 89

Lampiran 7. Denah Perusahaan..................................................................... 90

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perusahaan merupakan suatu badan usaha yang melakukan kegiatan
ekonomi bertujuan untuk menghasilkan atau menyediakan barang/jasa yang
dilakukan dengan menggabungkan berbagai faktor produksi, seperti tenaga
kerja, sumber daya alam, modal dan kewirausahaan. Kegiatan ekonomi tersebut
dilakukan untuk memperoleh maksimalisasi laba yang optimal dan untuk
memperluas bidang usaha. Tanpa adanya laba, suatu perusahaan baik
perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur akan sulit
berkembang dan jika hal itu terus terjadi maka akan mengalami kebangkrutan.
Munculnya globalisasi perdagangan mengakibatkan banyak perusahaan
yang menjual produk-produk yang sama, kualitas sama dengan harga yang lebih
murah. Globalisasi perdagangan tersebut berdampak pada penawaran produk
yang menjadi beraneka ragam. Kondisi ini menguntungkan bagi konsumen
karena konsumen mempunyai banyak pilihan produk. Sebaliknya, kondisi ini
menimbulkan persaingan bagi perusahaan untuk memenuhi keinginan
konsumen, seperti kualitas bagus, pelayanan bagus, banyak ragam produk, dan
juga harga murah. Oleh karena itu, agar dapat menjadi penguasa pasar,
perusahaan harus mampu bersaing dengan cara memadukan keinginan
pelanggan tersebut, seperti kualitas tinggi, harga murah, pelayanan cepat, dan
terus melakukan inovasi agar produk tersebut memiliki keunggulan dari produk
yang lain.
Perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang bernilai sama atau
lebih besar dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari yang dilakukan
pesaing. Dengan menggunakan strategi, cara perusahaan dapat bertahan dalam
ketatnya persaingan globalisasi perdagangan. Meningkatkan nilai pelanggan
berarti meningkatkan realisasi pelanggan, dengan itu perusahaan akan mencapai
laba yang diinginkan. Dengan cara penurunan biaya untuk mendapatkan laba
yang diinginkan, penurunan biaya produk atau jasa dapat dicapai jika perusahaan

1
2

beroperasi secara efisien. Perusahaan perlu mengidentifikasi aktivitas yang tidak


bernilai tambah dan mencari upaya-upaya yang efektif untuk menekankan harga
pokok produk. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka dibutuhkan manajemen
yang baik dalam suatu pengelolaan perusahaan, yang dapat menyajikan banyak
informasi bernilai untuk pengambilan keputusan, yang digunakan untuk
menciptakan daya saing perusahaan.
Akuntansi biaya pada perusahaan manufaktur dapat membantu dalam hal
penentuan harga pokok produk yang diperlukan. Akuntansi biaya merupakan
perhitungan dari suatu proses untuk mentransformasi bahan baku menjadi
produk jadi. Dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi tersebut ada
biaya-biaya yang akan dikeluarkan, memperhitungkan biaya-biaya tersebut agar
produk tersebut dapat dijual dengan harga yang tinggi dan mendapatkan laba
yang diinginkan.
Harga jual menentukan besarnya harga yang akan dibebankan kepada
konsumen yang dihitung dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memproduksi suatu produk tersebut. Penentuan harga jual yang tinggi akan
mendapatkan laba yang maksimal, namun dapat menyebabkan konsumen
beralih ke produk pesaing yang memiliki harga yang lebih rendah dengan
kualitas yang sama. Sedangkan penentuan harga jual yang rendah dapat
menyebabkan perusahaan mengalami kerugian karena tidak bisa menutupi
seluruh biaya produksi yang telah dikeluarkan. Oleh karena itu perusahaan harus
menentukan harga jual yang tepat untuk produk yang akan dijual agar
memaksimalkan laba.
Dalam melakukan perhitungan biaya kesalahan mungkin akan terjadi,
kesalahan ini akan berpengaruh pada harga pokok produk, misalnya adanya
biaya produksi yang tidak diperhitungkan, serta kesalahan dalam
menggolongkan biaya akan berpengaruh dalam penentuan harga jual,
pengambilan keputusan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada lancarnya
suatu perusahaan. Penentuan harga jual sangat penting dalam suatu perusahaan
karena merupakan dasar dalam penentuan laba yang maksimal.
3

Perusahaan Sabita Bakery Banjarmasin salah satu perusahaan yang


beriorientasi pada aktivitas proses manufaktur di Banjarmasin yang beromzet
cukup besar dan masih belum memperhitungkan harga pokok produk sesuai
dengan konsep akuntansi biaya. Sabita Bakery Banjarmasin memproduksi
berbagai macam roti yang diproduksi berdasarkan pesanan dan proses. Penulis
mengambil lima jenis produk roti, yaitu roti tawar, roti bantal, roti manis, roti
kering dan roti choco chips. Adapun alasan penulis mengambil lima jenis produk
roti tersebut karena penjualan roti yang laris dan diproduksi secara terus
menerus, tidak berdasarkan pesanan. Proses produksi yang terjadi di perusahaan
meliputi pemilihan dan pengolahan bahan baku roti menjadi adonan roti,
selanjutnya proses pembentukan dan pemanggangan roti hingga terakhir proses
pemasaran roti. Proses produksi tersebut meliputi biaya-biaya produksi yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung
serta biaya overhead pabrik. Pembebanan biaya produksi tersebut harus tepat
dan sesuai. Dengan demikian perusahaan harus mengetahui secara rinci
mengenai biaya produksi yang akan dibebankan pada produk tersebut melalui
perhitungan harga pokok produk.
Dari hasil observasi awal, pada Sabita Bakery Banjarmasin tidak
menggolongkan biaya-biaya produksi sesuai penggolongan akuntansi biaya
yang seharusnya. Hal ini mengakibatkan perusahaan kurang tepat dalam
menentukan harga pokok produk, yang akan berpengaruh kepada harga jual per
bungkus roti dan laba yang diinginkan perusahaan. Oleh karena itu penulis
mencoba memberikan alternatif untuk perhitungan harga pokok produk yang
tepat, agar Sabita Bakery Banjarmasin dapat menentukan harga jual produk
barang sesuai dengan konsep akuntansi biaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian
tugas akhir dengan mengangkat judul “Perhitungan Harga Pokok Produk Per
Bungkus Roti Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Pada Sabita
Bakery Banjarmasin”.
4

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, Sabita Bakery Banjarmasin tidak
menggolongkan biaya-biaya produksi sesuai penggolongan akuntansi biaya
yang seharusnya. Hal ini mengakibatkan perusahaan kurang tepat dalam
menentukan harga pokok produk, yang akan berpengaruh kepada harga jual per
bungkus roti dan laba yang diinginkan perusahaan. Oleh karena itu penulis
mencoba memberikan alternatif untuk perhitungan harga pokok produk yang
tepat, agar Sabita Bakery Banjarmasin dapat menentukan harga jual produk
barang sesuai dengan konsep akuntansi biaya.
Agar lebih fokus terhadap bahasan permasalahan, maka penulis membatasi
masalah untuk perhitungan harga pokok produk per bungkus roti hanya untuk 5
jenis roti yang terlaris, diproduksi secara terus menerus dan memproduksi
banyak setiap harinya yaitu roti tawar, roti bantal, roti manis, roti kering dan roti
choco chips dari total keseluruhan 17 jenis roti pada Sabita Bakery Banjarmasin
untuk bulan Januari 2019. Metode yang digunakan dalam perhitungan harga
pokok produk adalah metode harga pokok proses dengan sistem perhitungan
harga pokok penuh (Full Costing).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan di atas maka, pada
penelitian ini penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana perhitungan harga
pokok produk per bungkus roti pada Sabita Bakery Banjarmasin dengan
menggunakan metode harga pokok proses?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan
harga pokok produk per bungkus roti pada Sabita Bakery Banjarmasin dengan
menggunakan metode harga pokok proses.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan teori-teori yang sudah pernah
5

diperoleh semasa perkuliahan, khususnya di mata kuliah Akuntansi Biaya


mengenai perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode
harga pokok proses.
2. Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Sabita Bakery
Banjarmasin dan menjadi informasi atau masukan untuk Sabita Bakery
Banjarmasin dalam perhitungan harga pokok produk, sehingga perusahaan
tidak mengalami kerugian juga diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pimpinan perusahaan untuk mengadakan perbaikan yang
dianggap perlu.
3. Bagi Politeknik Negeri Banjarmasin
Penelitian ini dapat menambah wawasan untuk Mahasiswa Akuntansi
Poliban dalam rangka pengembangan wawasan ilmu pengetahuan khususnya
tentang perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode harga
pokok proses yang dalam hal ini mengenai Akuntansi Biaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya
a. Pengertian akuntansi biaya
“Akuntansi biaya (cost accounting) adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan
penjualan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu beserta
penafsiran terhadap hasilnya.” (Surjadi, 2013: 1).
Menurut Sofia Prima Dewi, pengertian akuntansi biaya ada 2 yaitu
ditinjau dari aktivitasnya dan ditinjau dari fungsinya. Ditinjau dari
aktivitasnya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya
pembuatan penjualan barang jadi (produk) atau penyerahan jasa
dengan cara-cara tertentu serta menafsirkan hasilnya. Apabila
ditinjau dari fungsinya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan yang menghasilkan informasi biaya yang dapat
dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
manajemen. (Dewi dan Kristanto, 2014: 1).
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk
ataujasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadap biaya
yang dipakai dalam produk/jasa tersebut, objek kegiatan akuntansi
biaya adalah biaya. Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan
dan penyajian, serta penafsiran informasi biaya adalah tergantung
untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan.
Dalam hal ini proses akuntansi biaya merupakan bagian dari
akuntansi keuangan karena harus memperhatikan karakteristik
akuntansi keuangan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan pula
untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Dalam hal
ini proses akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi
manajemen yang harus memperhatikan karakteristik akuntansi
manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian
dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. (Mulyadi, 2016:
7).
Akuntansi biaya didefinisikan sebagai suatu proses
pengidentifikasian, pendefinisian, pengukuran, pelaporan, dan
analisis berbagai unsur biaya langsung dan biaya tidak langsung
yang berhubungan dengan proses menghasilkan dan memasarkan

6
7

produk. Berdasarkan definisi tersebut, jelaslah bahwa input


akuntansi biaya adalah data biaya yang dapat diklasifikasikan
sebagai biaya langsung dan biaya tidak langsung. Pengklasifikasian
ini sesuai dengan konsep biaya yang digunakan untuk menghitung
harga pokok atau biaya dari suatu objek biaya, yaitu konsep biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Output akuntansi biayanya
adalah harga pokok atau biaya suatu objek biaya. Untuk
menghasilkan harga pokok atau biaya suatu objek biaya diperlukan
proses yang terdiri dari pengidentifikasian, pendefinisian,
pengukuran, pelaporan, dan analisis data biaya. (Riwayadi, 2014:
25).
Berdasarkan beberapa definisi akuntansi biaya menurut para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan proses
mencatat, menggolongkan, meringkas, dan menyajikan informasi biaya,
mulai dari membeli bahan baku, proses pembuatan, hingga penjualan
suatu produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta menyajikan
berbagai informasi biaya dalam bentuk laporan biaya yang dapat dipakai
sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen.
b. Tujuan akuntansi biaya
Tujuan akuntansi biaya melengkapi akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen dengan menyediakan informasi penetapan
biaya produk untuk laporan keuangan dan informasi kuantitatif,
terpilih, dan berdasarkan biaya yang dibutuhkan para manajer untuk
melakukan tanggung jawabnya. (Raiborn dan Kinney, 2011: 22).
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok: penentuan kos
produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus.
Untuk memenuhi tujuan penentu kos produk, akuntansi biaya
mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan
produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan
disajikan adalah biaya yang telah terjadi di masa yang lalu atau biaya
historis. Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan
produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi
biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang
sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut.
Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap
penyimpangan biaya sesungguhnya dengan biaya seharusnya dan
menyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya selisih
tersebut. (Mulyadi, 2016: 7).
8

Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan informasi biaya untuk


kepentingan manajemen guna membantu mereka mengelola
perusahaan dan bagian-bagiannya, yaitu:
1) Perencanaan laba melalui budget.
2) Pengendalian biaya melalui responsibility accounting.
3) Menghitung laba untuk setiap periode, termasuk penilaian
terhadap persediaan akhir.
4) Membantu menetapkan harga jual dan kebijakan harga.
5) Memberikan data biaya yang relevan untuk proses analisis pada
pengambilan keputusan. (Sarjadi, 2013: 2).
Berdasarkan beberapa tujuan akuntansi biaya menurut para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan akuntansi biaya yaitu penentuan
kos produksi, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus.
Tujuan akuntansi biaya juga untuk melengkapi akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen dengan menyediakan informasi penetapan biaya
produk untuk laporan keuangan.
2. Pengertian Biaya
Pengertian biaya yang penulis kutip dari buku antara lain:
a. Baldric Siregar dkk
“Biaya (expense) adalah kos barang atau penyerahan jasa yang telah
digunakan untuk memperoleh pendapatan.” (Siregar dkk, 2014: 36).
b. Hendi Somantri
“Biaya dalam arti sempit, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi
yang diperlukan untuk memperoleh barang atau jasa yang secara
langsung berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan penghasilan.”
(Somantri, 2011: 1)
c. Mulyadi
“Biaya dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu, misalnya memperoleh laba.”
(Mulyadi, 2016: 8).
d. Zaki Baridwan
Biaya (expense) adalah pemakaian aktiva atau timbulnya utang (atau
kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari
9

penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari


pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan
usaha. (Zaki Baridwan, 2014: 29).
Dari definisi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
biaya dapat didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomi yang dapat
diukur dengan satuan mata uang yang dikeluarkan suatu badan usaha
untuk mencapai tujuan tertentu seperti mendapatkan pendapatan dan
memperoleh laba yang maksimal.
3. Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam
cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan
yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam
akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different purpose”,
yang artinya biaya yang berbeda untuk tujuan berbeda, dengan
menggunakan konsep yang berbeda juga.
Penggolongan biaya dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai.
d. Penggolongan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan.
e. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya. (Mulyadi,
2016: 13)
Berikut ini penjelasan dari penggolongan biaya tersebut:
a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Pengolongan biaya menurut objek pengeluaran dalam cara
penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah
bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan
bahan bakar disebut biaya “biaya bahan bakar”.
Contohnya: biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi
personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan
akuntan dan biaya fotokopi.
b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh
karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok.
1) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.
10

Contoh: biaya depresiasi mesin dan equipment; biaya bahan


baku; biaya bahan penolong; biaya gaji karyawan yang bekerja
dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan proses produksi.
Menurut objek pengeluarannya secara garis besar biaya produksi
ini dibagi menjadi tiga: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
biaya overhead pabrik.
2) Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Contoh: biaya iklan; biaya promosi; biaya angkut dari gudang
perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian
yang melaksanakan kegiatan; biaya contoh (sample).
3) Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Contoh: biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi,
personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan
akuntan, biaya photocopy.
Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum sering
pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial
expenses).
c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
digolongkan menjadi dua golongan:
1) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi, yang
penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang
dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka
biaya langsung ini tidak terjadi. Dengan demikian biaya langsung
akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai.
Contohnya : biaya bahan baku dan tenaga kerja.
2) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya
tidka hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Biaya tidak langsung dalam hubungan dengan produk disebut
dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead
pabrik (factory overhead costs).
d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume aktivitas
1) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
11

2) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding


dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel
mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
3) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar
volume kegiatan tertentu. contoh biaya tetap adalah gaji direktur
produksi.
e. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
1) Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya
periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran ini
pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan
dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya
dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau dideplesi. Contoh:
pengeluaran untuk membeli aktiva tetap, untuk reparasi besar
terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran dan
pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.
2) Penggolongan pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya
yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi
terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya,
pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari
pengeluaran biaya tersebut. Contoh: biaya iklan dan biaya tenaga
kerja. (Mulyadi, 2016: 13-16).
4. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud dan Depresiasi Aktiva Tetap
Berwujud
a. Pengertian aktiva tetap berwujud
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang
sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat
di mana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka
waktu yang relatif cukup lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka
waktu penggunaan ini dibatasi dengan “lebih dari satu periode
akuntansi”. Jadi aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu
periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat
mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-
mesin dan alat-alat, kendaraan, mebelair dan lain-lain. (Baridwan,
2014: 271-272)
12

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia melalui PSAK 16 paragraf 6


(2016: 16.1) aset tetap adalah aset yang berwujud dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif (a) dan
diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode(b).
b. Pengertian depresiasi
Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang
secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode
akuntansi. Menurut PSAK No. 17, depresiasi (penyusutan) adalah
alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang estimasi yang akan dibebankan ke pendapatan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva tetap yang dapat
disusutkan adalah aktiva yang :
1) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
akuntansi.
2) Memiliki masa manfaat yang terbatas.
3) Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi
atau pemasok barang atau jasa, untuk disewakan atau tujuan
administrasi.
Commite on Terminology AICPA memberikan definisi sebagai
berikut:
Akuntansi depresiasi adalah sistem akuntansi yang bertujuan untuk
membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva tetap
berwujud, dikurangi nilai (jika ada), selama umur kegunaan unit itu
yang ditaksir (mungkin berupa suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam
suatu cara yang sistematis dan rasional. Ini merupakan proses
alokasi, bukan penilaian. Beban depresiasi untuk suatu tahun adalah
sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan sistem tersebut
dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun di dalam
alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun itu,
tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat-
akibat dari kejadian-kejadian itu. Jadi akntansi depresiasi bukannya
suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk
mengganti aktiva, tetapi suatu metode untuk mengalokasikan harga
perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi. (Baridwan,
2014: 305-306).
c. Sebab-sebab depresiasi
Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi bisa dikelompokkan
menjadi dua, yakni:
1) Faktor-faktor fisik
Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah
tersusut karena dipakai (wear and tear), tersusut karena umur
(deteroration and decay) dan kerusakan-kerusakan.
13

2) Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap
antara lain, ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan
produksi sehingga perlu diganti karena adanya perubahan
permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, atau
karena adanya kemajuan sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis
lagi jika dipakai. (Baridwan, 2014: 306).
d. Faktor-faktor dalam menentukan biaya depresiasi
Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
beban depresiasi setiap periode. Faktor-faktor itu ialah:
1) Harga perolehan (cost)
Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-
biaya lain yang terjadi dalam memperoleh aktiva dan
menempatkannya agar dapat digunakan.
2) Nilai sisa (residu)
Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang
diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain
ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi
dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat
menjual/menukarkanya.
3) Taksiran Umur (Masa Manfaat)
Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aktiva
dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijakan-
kebijakan yang di anut dalam reparasi. Taksiran umur ini bisa
dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi
atau satuan jam bekerja dalam menaksir umur (masa manfaat)
aktiva, harus dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan
fungsional. (Baridwan, 2014:306-307).
e. Metode perhitungan depresiasi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung
beban depresiasi periodik. Untuk dapat memilih salah satu metode
hendaknya dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi
aktiva tersebut.
Metode-metode itu ialah:
1) Metode garis lurus (straight-line methode)
Metode ini adalah metode depresiasi (penyusutan aktiva) yang
paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini
depresiasi tiap periode jumlahnya sama hingga akhir umur
ekonomis aktiva tetap tersebut (kecuali kalau ada penyesuaian-
penyesuaian).
Harga Perolehan - Nilai Residu
Depresiasi = (1)
Taksiran Umur Kegunaan
14

2) Metode jam jasa (service-hours method)


Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama
mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya
(full time) dibandingkan dengan penggunaan yang tidak
sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban depresiasi periodik
besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai
(digunakan). Metode ini ditaksir dalam satuan jumlah jam jasa
dan unit produksi, sehingga setiap tahunnya penyusutan
mengalami peubahan.
Harga Perolehan - Nilai Residu
Depresiasi per jam = (2)
Taksiran Jam Jasa
3) Metode hasil produksi (prodctive-output methode)
Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksirkan dalam
jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan
dasar satuan hasil produksi atau output yang dihasilkan oleh
sebuah aktiva pada periode berjalan, sehingga depresiasi tiap
periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil
produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu
dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga
didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.
Harga Perolehan - Nilai Residu
Depresiasi per unit = (3)
Taksiran Hasil Produksi (Unit)
4) Metode beban berkurang (reducing-charge methode)
Dalam metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama akan
lebih besar dari pada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya.
Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan
dapat digunakan dengan aktiva yang lebih tua. Begitu juga biaya
reparasi dan pemeliharaannya.
5. Harga Pokok Produk
“Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses
sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan.”
(Dewi, 2014: 21).
“Harga pokok bahan baku, meliputi seluruh biaya yang secara langsung
atau tidak langsung berhubungan dengan usaha memperolehnya pada
tempat dan keadaan siap untuk diolah.” (Hendi Somantri, 2011: 6).
“Istilah harga pokok sama dengan pengertian biaya dalam arti sempit,
yaitu pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.” (Mulyadi,
2016: 9).
15

“Harga pokok adalah bagian dari harga perolehan atau harga beli aktiva
yang ditunda pembebanannya atau yang belum dimanfaatkan dalam rangka
merealisasikan pendapatan.” (Surjadi, 2013: 4).
“Harga pokok produksi merupakan sekumpulan biaya yang
dikerluarkan dan diproses yang terjadi dalam proses manufaktur ataupun
memproduksi suatu barang yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.” (Magfirah dan Syam, 2016:
62).
Dari definisi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa harga
pokok produk dapat didefinisikan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memproses suatu produk, biaya tersebut terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Penerapan harga pokok
produksi bertujuan untuk menentukan harga pokok per satuan produk yang
akan dijual, sehingga ketika produk tersebut di serahkan ke konsumen maka
perusahaan dapat mengetehaui biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga
dapat memperhitungkan laba dari produk tersebut.
Jumlah Total Biaya Produksi
HPP = = Harga Pokok (Unit) (4)
Hasil Produksi (Unit)
6. Pengendalian Biaya Pada Harga Pokok Produksi
“Beberapa penetapan harga jual produk menggunakan biaya produksi
sebagai dasar dalam menghitung harga yang akan dibebankan kepada
konsumen dengan pendekatan full costing maupun variable costing.”
(Setiadi dkk, 2014: 73)
Metode full costing maupun variable costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara
kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya
produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap
biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada perhitungan harga
pokok produksi dan penyajian laporan laba-rugi. Berikut ini penjelasan
dari kedua metode tersebut:
a. Full costing
Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang
seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel
dibebankan kepada produk. Sehingga tidak membedakan antara biaya
16

produksi variabel dan biaya produksi tetap. Harga pokok produk menurut
metode full costing terdiri dari:
Bahan Baku Rp xxx
Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Overhead Pabrik Tetap Rp xxx
Overhead Pabrik Variabel Rp xxx
Harga Pokok Produk Rp xxx
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang atas dasar tarif yang
ditentukan di muka. Maka akan ada biaya pabrik tetap akan melekat pada
harga pokok persediaan proses dan persediaan produk jadi yang belum
laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga penjualan)
apabila produk jadi tersebut telah terjual.
b. Variable costing
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi
yang hanya membebankan biaya-biaya produksi yang bersifat variabel
saja ke dalam harga pokok produk. Sedangkan untuk biaya produksi tetap
dianggap sebagai period cost. Harga pokok produk menurut variable
costing terdiri dari:
Biaya Bahan Baku Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx
Harga Pokok Produk Rp xxx
Dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap
diperlakukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok
produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya
dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap
di dalam metode variabel costing tidak melekat pada persediaan produk
yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam
periode terjadinya. (Mulyadi, 2016: 122).
“Menggunakan metode full costing lebih tinggi harga jualnya
dibandingkan harga jual dengan menggunakan metode variable costing.”
(Yulianti dan Saputra, 2017: 229)
Dari penjelasan di atas mengenai pengendalian biaya pada harga
pokok produksi ada 2 metode, yaitu full costing dan variable costing.
Metode full costing memperhitungkan semua biaya, biaya tetap maupun
biaya variabel, sedangkan metode variable costing hanya
memperhitungkan biaya variabel saja. Jadi dengan metode full costing
memperhitungkan biayanya lebih lengkap dan mempunyai nilai jual
lebih tinggi dibandingkan dengan metode variable costing.
17

7. Metode Penentuan Harga Pokok Produk


a. Metode harga pokok pesanan (Job Order Method)
Metode harga pokok pesanan merupakan metode pengumpulan
biaya produksi untuk menetapkan harga pokok produksi yang dibuat
oleh perusahaan berdasarkan pesanan. Dalam Metode ini biaya-
biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok
produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi untuk pesanan tersebut dengan dengan jumlah satuan
produk dalam pesanan yang bersangkutan. Total biaya produksi
yang di dalamnya dibebankan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik.
b. Metode harga pokok proses (Process Cost Method)
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya
produksi melalui departemen produksi yang diterapkan pada
perusahaan yang menghasilkan produknya secara massa. Dalam
metode harga pokok proses, biaya produksi dikumpulkan untuk
setiap proses selama jangka waktu tertentu,dan biaya produksi per
satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam
proses tertentu ,selama periode tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu
yang bersangkutan.
Karakteristik metode harga pokok proses, sebagai berikut :
1) Produksi yang dihasilkan merupakan produksi produk standar.
2) Produksi yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah
produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk
jangka waktu tertentu. (Mulyadi, 2016:63)
Berikut ini penjelasan perhitungan dengan metode harga pokok
proses yang disajikan pada tabel-tabel, yang dimulai dari tabel 2.1:

Tabel 2.1. Perhitungan Harga Pokok Produksi per Satuan

Unsur Biaya Total Biaya Unit Biaya produksi


Produksi (Rp) Ekuivalen per Satuan (Rp)
Bahan Baku xxx E = p + (q x r) xxx
Bahan Penolong xxx E = p + (q x r) xxx
Tenaga Kerja xxx E = p + (q x r) xxx
Overhead pabrik xxx E = p + (q x r) xxx
Total Biaya xxx E = p + (q x r) xxx
Sumber: (Mulyadi, 2016:70)
18

Setelah biaya produksi per satuan dihitung harga pokok jadi


ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam
proses dihitung dalam tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2. Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan


Produk Dalam Proses

Harga pokok produk jadi : Rp xxx


Harga pokok produk dalam proses 2
Biaya Bahan Baku Rp xxx
Biaya Bahan Penolong Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
Rp xxx
Jumlah biaya produksi Rp xxx
Sumber : (Mulyadi, 2016:70).

Perhitungan tersebut di atas kemudian disajikan dalam laporan


Produksi pada tabel 2.3:

Tabel 2.3. Laporan Biaya Produksi bulan Januari 2XXX


PT. ABC

Data Produksi:
Dimasukan dalam proses Rp xxx
Produk jadi yang ditransfer ke gudang Rp xxx
Produkdalam proses akhir Rp xxx
Jumlah Produk yang dihasilkan Rp xxx
Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 2019
Total Per Bungkus
Biaya bahan baku Rp xxx Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx Rp xxx
Biaya tenaga kerja Rp xxx Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx Rp xxx
Jumlah Rp xxx Rp xxx
Pehitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang Rp xxx
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx
Biaya tenaga kerja Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx
Jumlah harga pokok produk dalam proses Rp xxx
Jumlah biaya produksi yang dibebankan yang Rp xxx
dibedakan dalam bulan Januari 2019
Sumber: (Mulyadi, 2016:71)
19

c. Perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok


pesanan
Berikut ini adalah perbedaan metode harga pokok proses dengan
metode harga pokok pesanan yaitu:
1) Pengumpulan biaya produksi
Dalam metode harga pokok pesanan pengumpulan biaya produksi
berdasarkan pesanan, sedangkan metode harga pokok proses
mengumpulkan biaya produksi per departemen produksi per
periode akuntansi.
2) Perhitungan harga pokok produksi per satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi
persatuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan
untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini
dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Sedangkan
metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi
persatuan degan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan
produksi yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi,
biasanya pada akhir bulan.
3) Penggolongan biaya produk
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus
dipisahkan menjadi biaya produksi langsung berdasarkan biaya
yang sesungguhnya terjadi dan biaya produksi tidak langsung.
Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasar
biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka. Di dalam metode harga pokok proses,
pembebanan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak
langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan
hanya menghasilkan satu macam produk. Karena harga pokok
persatuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar
biaya sesungguhnya terjadi.
4) Unsur yang digolongkan dalam biaya overhead pabrik
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik
terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak
langsung dan biaya produksi lain selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode ini biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
di muka. Di dalam metode harga pokok proses, biaya overhead
pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan
bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung
maupun yang tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang
20

sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.


(Mulyadi, 2016: 63-65).
Dari penjelasan di atas metode penentuan harga pokok produk ada 2
yaitu metode dengan menggunakan metode harga pokok proses dan dengan
metode harga pokok pesanan. Metode harga pokok proses merupakan
perhitungan yang digunakan untuk menghasilkan produk secara massa
(diproduksi secara banyak) sedangkan metode harga pokok pesanan
merupakan perhitungan yang digunakan untuk produk yang hanya
berdasarkan pesanan. Metode harga pokok proses berbeda dengan metode
harga pokok pesanan dalam hal pengumpulan biaya produksi, perhitungan
harga pokok per satuan, penggolongan biaya produk, dan unsur yang
digolongkan dalam biaya overhead pabrik. Dalam hal perhitungan metode
harga pokok proses diperlukan perhitungan biaya produksi per satuan
produk yang dihasilkan oleh suatu departemen. Untuk menghitung biaya per
satuan produk yang dihasilkan oleh suatu departemen, perlu ditentukan unit
ekuivalensi. Unit ekuivalensi ini dipengaruhi oleh jumlah produk selesai
yang di transfer ke departemen selanjutnya atau ke gudang, tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam proses pada akhir periode, dan ada
tidaknya produk yang hilang dalam proses.
8. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi,
biaya produksi yang terjadi dalam bulan Januari 2019, dicatat dengan jurnal
berikut ini:
1) Jurnal mencatat biaya bahan baku:
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp xxx
Persediaan Bahan Baku Rp xxx
2) Jurnal mencatat biaya bahan penolong:
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Penolong Rp xxx
Persediaan Bahan Penolong Rp xxx
3) Jurnal mencatat biaya tenaga kerja:
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
Gaji dan Upah Rp xxx
21

4) Jurnal mencatat biaya overhead pabrik:


Barang dalam proses biaya overhead pabrik Rp xxx
Berbagai rekening yang dikreditkan Rp xxx
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang:
Persediaan produk jadi Rp xxx
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp xxx
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Penolong Rp xxx
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
Barang dalam proses biaya overhead pabrik Rp xxx
6) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan dalam proses yang belum
selesai diolah pada akhir bulan:
Persediaan produk dalam proses Rp xxx
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp xxx
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Penolong Rp xxx
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
Barang dalam proses biaya overhead pabrik Rp xxx
(Mulyadi, 2016:71-72)
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan hasil penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai
referensi bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. Penulis melakukan
perbandingan dengan penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dan perbedaan
yang akan disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Maulina Firdayanti Meilita Annisa Henny Susilowati


Aspek
(2017) (2018) (2019)
Judul Perhitungan Harga Perhitungan Harga Perhitungan Harga
Pokok Produk Per Pokok Produk Per Pokok Produk Per
Bungkus Roti Dengan Bungkus Roti Bungkus Roti Dengan
Menggunakan Metode Dengan Menggunakan Metode
Harga Pokok Proses Pada Menggunakan Harga Pokok Proses
Ivanna Bakery Metode Harga Pada Sabita Bakery
Banjarmasin Pokok Proses Full- Banjarmasin
Costing Pada
Shireen Bakery
Banjarmasin
Institusi yang Ivana Bakery Shireen Bakery Sabita Bakery
diteliti Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin
Periode Analisis Januari – Maret 2017 Desember 2017 Januari 2019
22

Lanjutan
Rumusan Bagaimana perhitungan Bagaimana Bagaimana perhitungan
Masalah harga pokok produk per perhitungan harga harga pokok produk per
bungkus roti pada Ivana pokok produk per bungkus roti pada
Bakery Banjarmasin bungkus roti dengan Sabita Bakery
dengan menggunakan menggunakan Banjarmasin dengan
metode harga pokok metode harga pokok menggunakan metode
proses? proses full-costing harga pokok proses?
pada Shireen Bakery
Banjarmasin?
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Untuk mengetahui Untuk mengetahui
perhitungan harga pokok perhitungan harga perhitungan harga
per bungkus roti pada pokok produk per pokok per bungkus roti
Ivana Bakery bungkus roti dengan pada Sabita Bakery
Banjarmasin dengan menggunakan Banjarmasin dengan
menggunakan metode metode harga pokok menggunakan metode
harga pokok proses proses full-costing harga pokok proses
pada Shireen Bakery
Banjarmasin
Metode Penelitian Studi kasus kuantitatif Studi kasus Studi kasus deskriptif
deskriptif
Hasil Penelitian Perhitungan harga pokok Shireen Bakery
produksi menggunakan Banjarmasin masih
metode full costing lebih kurang tepat dalam
menguntungkan daripada perhitungan dan
metode perusahaan penggolongan harga
karena laba yang pokok produk.
dihasilkan lebih tinggi Seharusnya dalam
dengan biaya produksi konsep akuntansi
yang lebih rendah. biaya, biaya
produksi terdiri dari
biaya bahan baku,
biaya bahan
penolong, biaya
tenaga kerja, dan
biaya overhead
pabrik.
Sumber: Maulina Firdayanti (2017), Meilita Annisa (2018)

Penelitian yang penulis lakukan secara umum memiliki kesamaan dengan


penelitian-penelitian terdahulu dalam beberapa hal: (1) metode harga pokok proses
yang digunakan; dan (2) tujuan penelitian untuk mengetahui perhitungan harga
pokok per bungkus roti dengan menggunakan metode harga pokok proses.
Sementara itu, penelitian penulis memiliki perbedaan dengan penelitian
terdahulu dalam hal institusi yang diteliti, periode analisis, dan metode penelitian.
Penulis membahas institusi Sabita Bakery Banjarmasin dengan periode Januari 2019
menggunakan metode studi kasus deskriptif.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu penelitian motode
studi kasus.
Metode Studi Kasus adalah metode penelitian yang dilakukan secara
intensif dan mendetail terhadap suatu kasus, yang bisa berupa peristiwa,
lingkungan dan, situasi tertentu yang memungkinkan untuk
mengungkapkan atau memahami sesuatu hal. Karena sifatnya yang
mendalam dan mendetail itu, metode studi kasus biasanya dilakukan
dengan waktu yang relatif lama. (Andi Prastowo, 2014:129).
Melalui penelitian studi kasus penulis membahas secara mendalam yang
berhubungan dengan perhitungan harga pokok produk roti dengan
menggunakan metode harga pokok proses pada Sabita Bakery Banjarmasin.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode
deskriptif.
“Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang
berusaha mengungkap fakta suatu kejadian, objek, atau aktivitas secara apa
adanya yang memang terjadi.” (Prastowo, 2014:203).
Melalui penelitian deskriptif penulis mengumpulkan data dengan
wawancara dengan tujuan untuk mendeskripsikan fakta suatu kejadian,
penulis membahas secara terperinci yang berhubungan dengan perhitungan
harga pokok produk roti dengan menggunakan metode harga pokok proses
full-costing pada Sabita Bakery Banjarmasin.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu:

23
24

Harga Pokok Produk


“Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses
sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan.”
(Dewi, 2014:21).
Harga pokok produk menurut Sabita Bakery Banjarmasin adalah
mencakup seluruh biaya produksi yang dibebankan pada proses produksi dari
pengadaan bahan baku hingga produk siap untuk dijual dalam periode
tertentu.
1. Metode Harga Pokok Proses
“Metode Harga Pokok Proses, yang merupakan metode pengumpulan
biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya
secara massa”. (Mulyadi, 2016:63).
Metode Harga Pokok Proses menurut Sabita Bakery Banjarmasin adalah
perhitungan kegiatan pengumpulan biaya produksi seperti biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dalam mengolah roti yang
dihasilkan dari bulan ke bulan secara massa dan berkesinambungan untuk
dijual setiap harinya.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Data kualitatif
“Data kualitatif adalah data yang bersifat alamiah yang berbentuk kata,
kalimat, skema dan gambar”. (Sugiyono, 2013:14).
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data observasi yang berupa
kalimat yang didasarkan pada karakteristik dan lingkungan perusahaan,
seperti sejarah perusahaan, proses produksi, dan peralatan yang digunakan
oleh Sabita Bakery Banjarmasin beserta penjelasan yang berkaitan dengan
Sabita Bakery Banjarmasin.
b. Data kuantitatif
“Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik .” (Sugiyono, 2013:12).
25

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang dinyatakan


dengan angka-angka berdasarkan nilai relatif, seperti daftar biaya-biaya
bersangkutan dengan proses produksi yang berupa pemakaian bahan baku,
bahan penolong, biaya tenaga kerja serta biaya lain-lain.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer
“Data primer adalah data yang langsung berkaitan dengan objek
penelitian, data tersebut dapat dikumpulkan melalui wawancara,
kuesioner, dan sebagainya.” (Prastowo, 2014:31).
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari sumber
data yang diperoleh langsung melalui informasi langsung dari objek
penelitian yaitu hasil dari wawancara langsung dengan pemilik Sabita
Bakery Banjarmasin mengenai sejarah perusahaan dan data perusahaan
yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Data sekunder
“Data sekunder adalah data yang mendukung dan melengkapi proyek
penelitian, data tersebut diperoleh dari objek yang akan
diteliti.”(Prastowo,2014:32).
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang tersedia dan dibuat
oleh pihak perusahaan dalam bentuk dokumen, data yang didapatkan dari
perusahaan yaitu dukumen seperti SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
D. Metode Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke Sabita Bakery
Banjarmasin dengan maksud untuk memperoleh informasi dan data serta
keterangan yang lengkap tentang permasalahan. Dalam pengamatan tersebut
metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Studi Lapangan
Dalam penelitian ini studi lapangan yang digunakan oleh penulis meliputi:
26

a. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang berupa dokumen-dokumen
yang dimiliki oleh Sabita Bakery Banjarmasin yang berhubungan dengan
masalah yang sedang dibahas oleh penulis, untuk memperoleh data berupa
sejarah perusahaan dan data biaya-biaya produksi.
b. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data melalui interview atau
memberikan pertanyaan pada pemilik, pekerja produksi atau pihak-pihak
yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabita Bakery
Banjarmasin.
c. Observasi
Observasi yaitu pengamatan secara langsung ke tempat pembuatan
produk roti dan tempat penjualan produk.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dalam penelitian ini dengan mengumpulkan bahan
referensi dari berbagai literatur yang tersedia kemudian dilakukan dengan
cara mempelajari, mendalami dan mengutip teori, seperti jurnal ilmiah, buku
atau karya tulis lainnya yang berhubungan dengan perhitungan harga pokok
produk.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk melakukan pembahasan dalam
studi kasus deskriptif ini adalah dengan memperoleh data dari Sabita Bakery
Banjarmasin yang akan dianalisis sesuai dengan teori yang dipakai kemudian
ditarik kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data-data biaya produksi yang didapat dari Sabita Bakery
Banjarmasin.
2. Mengelompokkan biaya produksi Sabita Bakery Banjarmasin sesuai dengan
penggologan dan klasifikasi menurut konsep akuntansi biaya berdasarkan
penentuan harga pokok produk full-costing yang memasukkan semua biaya
27

overhead pabrik baik golongan biaya tetap maupun biaya variabel dengan
cara berikut ini:
Bahan Baku Rp xxx
Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Overhead Pabrik Tetap Rp xxx
Overhead Pabrik Variabel Rp xxx
Harga Pokok Produk Rp xxx
3. Menghitung depresiasi aktiva tetap pada Sabita Bakery Banjarmasin dengan
menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line Methode).
Harga Perolehan - Nilai Residu
Depresiasi = (1)
Taksiran Umur Kegunaan
4. Perhitungan biaya produksi per produk roti pada bulan Januari 2019.
5. Melakukan perhitungan harga pokok produk per bungkus roti dengan
menggunakan metode harga pokok proses full-costing.
6. Membuat laporan biaya produksi per produk roti untuk bulan Januari 2019.
7. Mencatat jurnal yang diperlukan pada bulan Januari 2019
8. Menarik kesimpulan dan saran untuk Sabita Bakery Banjarmasin.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Sabita Bakery
Sabita Bakery Banjarmasin adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha manufaktur yang menjual berbagai macam roti. Sabita Bakery
berdiri sejak 9 April 2008 yang berlokasi Jalan Zafri Zam-Zam Komplek
LLSDP 1 RT 41 No. 11, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pemilik
sekaligus mengelola Sabita Bakery Banjarmasin adalah ibu Indriani.
Awal mula Sabita Bakery menjual hasil produknya di rumah, jadi
rumahnya sebagai tempat memproduksi dan menjual produk roti. Lalu
sabita bakery memproduksi dalam skala besar dan dititipkan di toko-toko,
warung, minimarket, hal ini diharapkan agar masyarakat mengenal produk
dari Sabita Bakery Banjarmasin dan sekarang membuka cabang di Jalan
Pangeran M. Noor (Simpang Pasir Mas) RT 20 No. 36 Banjarmasin. Sabita
Bakery Banjarmasin memproduksi rotinya secara terus menerus setiap
harinya kecuali hari minggu libur. Sabita Bakery Banjarmasin menjual
produk yang masih baru dengan kualitas yang baik dan diolah dari bahan-
bahan pilihan yang bebas dari pengawet. Sabita Bakery Banjarmasin
mempunyai motto “Bekerja Bersama dan Maju Bersama”.
Sabita Bakery Banjarmasin memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) kecil dengan Nomor : 503-581/SIUP.KB-IX/BP2TM/2010 dengan
modal awal Rp100.000.000,00 (termasuk tanah dan bangunan).
2. Struktur Organisasi
Struktur adalah suatu bentuk diagram yang menunjukkan aspek-aspek
penting perusahaan yang meliputi fungsi-fungsi utama dan hubungan
masing-masing saluan wewenang, tanggung jawab, dan tugas mulai dari
pimpinan dan karyawan.
Organisasi adalah suatu sistem perserikatan yang formal, berstruktur
dan terkoordinasi dari kelompok yang bekerjasama dalam mencapai suatu

28
29

tujuan tertentu, sedangkan organisasi hanyalah merupakan suatu wadah atau


alat saja.
Struktur organisasi merupakan kerangka yang menunjukan hubungan
menurut kedudukan, kekuasaan dan wewenang antara mereka yang
bekerjasama untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional
suatu perusahaan.

Pemilik
Perusahaan/Kasir

Bagian Bagian
Produksi Penjualan

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Sabita Bakery Banjarmasin


Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Melihat struktur organisasi diatas, maka strukur organisasi Sabita


Bakery Banjarmasin lini atau garis, hal ini berarti perintah mengalir secara
garis lurus atas atau pemilik perusahaan turun ke bawah. Sedangkan
tanggung jawab bergerak dari bawah ke atas. Berikut ini tugas masing-
masing setiap bagian:
a. Pemilik perusahaan
Berikut ini tugas pemilik perusahaan:
1) Bertanggung jawab atas penyediaan modal yang diperlukan
perusahaan.
2) Mengelola perusahaan secara keseluruhan agar kelangsungan hidup
perusahaan berjalan sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
3) Mengurus semua urusan dengan pihak-pihak yang ada hubungan
dengan kegiatan perusahaan.
4) Merencanakan dan menetapkan kebijaksanaan yang akan dijalankan
perusahaan.
5) Mengangkat atau memberhentikan karyawan dan memberikan gaji
karyawan.
30

6) Menentukan jumlah produk yang akan diproduksi.


7) Mengelola administrasi keuangan, mengatur dan bertanggung jawab
atas keuangan perusahaan.
8) Melakukan proses transaksi pelayanan jual beli.
9) Menjaga kelancaran produksi serta kestabilan persediaan bahan baku.
b. Bagian produksi
Berikut ini tugas bagian produksi:
1) Bertanggung jawab atas produksi agar terlaksana secara terus menerus
menurut rencana yang telah di tentukan oleh pemilik.
2) Bertanggung jawab dalam pembuatan roti atas kualitas dan
kehigenisan.
3) Bertanggung jawab mempersiapkan yang akan diproduksi seperti
bahan mentah, bahan penolong, yang dibutuhkan untuk proses
produksi.
4) Bertanggung jawab dalam mempertahankan mutu produk serta
menjaga peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi.
5) Melakukan pembungkusan dan melakukan pengecekan prduk.
c. Bagian penjualan
Berikut ini tugas bagian penjualan:
1) Mengantar produk roti ke kios-kios yang ada di Banjarmasin yang
telah bekerja sama dengan Sabita Bakery Banjarmasin.
2) Mengatur hubungan dengan relasi (langganan).
3) Memperhatikan keadaan pasar dan perkembangan pemasaran hasil
produksi sendiri maupun pesaing.
3. Bidang Usaha
Sabita Bakery Banjarmasin bergerak dibidang produksi dan penjualan
roti dengan sistem hanya penjualan tunai tidak ada penjualan kredit.
Kegiatan produksi roti dilakukan secara massa dan terus menerus setiap
harinya, karena roti yang diproduksi akan dijual untuk satu hari saja. Sabita
Bakery Banjarmasin dapat memproduksi berbagai macam roti setiap hari,
dalam pembahasan ini saya sebagai penulis mengambil 5 sampel produk,
31

yaitu roti tawar, roti bantal, roti manis, roti kering dan roti choco chips.
Untuk perhitungan harga pokok produksi penulis menggunakan metode
harga pokok proses.
4. Bahan-bahan dan Peralatan yang Digunakan dalam Proses Produksi
Bahan-bahan yang digunakan oleh Sabita Bakery Banjarmasin bahan-
bahan dengan kualitas yang baik, Sabita Bakery Banjarmasin sangat
memperhatikan kualitas agar cita rasa yang diproduksi oleh Sabita Bakery
Banjarmasin terjaga tidak berubah tekstur dan rasanya, dan juga kualitas
yang baik akan menghasilkan produk yang baik dan mengurangi produksi
gagal. Jumlah pemakaian bahan baku yang digunakan dalam proses
pembuatan roti tawar, roti bantal, roti manis, roti kering dan roti choco chips
adalah :
a. Bahan baku roti tawar: (Jadi 30 Bungkus)
1) Tepung Cakra 9 kg
2) Gula 1 kg
3) Telur 6 butir
4) Margarin Blue Band 1 kg
5) Garam 20 gr
6) Susu Kaleng 1 kaleng
7) Susu Bubuk 1/2 kg
8) Pengembang (Ragi) 30 gr
9) Baking Powder 15 gr
10) Plastik Kemasan 30 lembar
11) Plester Bening 1 roll
b. Bahan baku roti bantal: (Jadi 30 Bungkus)
1) Tepung Cakra 9 kg
2) Gula 1 kg
3) Telur 6 butir
4) Margarin Blue Band 1 kg
5) Garam 20 gr
6) Susu Kaleng 1 kaleng
32

7) Susu Bubuk 1/2 kg


8) Pengembang (Ragi) 30 gr
9) Baking Powder 15 gr
10) Keju Cheddar 200 gr
11) Selai Coklat 250 gr
12) Selai Nanas 250 gr
13) Selai Blueberry 250 gr
14) Selai Strawberry 250 gr
15) Plastik Kemasan 30 lembar
c. Bahan baku roti manis: (Jadi 25 bungkus)
1) Tepung Cakra 7 kg
2) Gula 1 kg
3) Telur 5 butir
4) Margarin Blue Band 750 gr
5) Garam 20 gr
6) Susu Kaleng 1/3 kaleng
7) Susu Bubuk 1/4 kg
8) Pengembang (Ragi) 25 gr
9) Baking Powder 13 gr
10) Perasa Vanilla 5 ml
11) Plastik Kemasan 25 lembar
d. Bahan baku roti kering: (Jadi 20 bungkus)
1) Tepung Cakra 3 kg
2) Gula 1/2 kg
3) Telur 3 butir
4) Margarin Blue Band 300 gr
5) Garam 10 gr
6) Susu Kaleng 1/4 kaleng
7) Susu Bubuk 200 gr
8) Pengembang (Ragi) 30 gr
9) Baking Powder 5 gr
33

10) Plastik Kemasan 20 lembar


e. Bahan baku roti choco chips: (Jadi 17 Bungkus)
1) Tepung Cakra 3 kg
2) Gula 1/2 kg
3) Telur 3 butir
4) Margarin Blue Band ½ kg
5) Garam 10 gr
6) Susu Kaleng 1/2 kaleng
7) Susu Bubuk 200 gr
8) Pengembang (Ragi) 30 gr
9) Baking Powder 5 gr
10) Coklat 200 gr
11) Choco Chips 200 gr
12) Perasa Coklat 5 ml
13) Plastik Kemasan 17 lembar
f. Peralatan yang digunakan
Dalam melakukan proses produksi perusahaan menggunakan
peralatan-peralatan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Jenis Peralatan yang Digunakan Dalam Proses Produksi


Sabita Bakery Banjarmasin

No. Jenis Alat Kegunaan/Fungsi


1. Timbangan Digital Digunakan untuk menimbang bahan baku dan adonan sesuai takarannya.
2. Mesin Mixer Digunakan untuk mengaduk adonan hingga tercampur rata.
3. Gas Deck Oven Digunakan untuk memanggang adonan roti.
4. Kave Digunakan untuk mengiris atau memotong adonan roti agar mendapatkan
irisan dengan ukuran yang sama.
5. Spatula Digunakan untuk mengaduk adonan setelah dikocok dengan mixer dan untuk
memindahkan adonan.
6. Takaran Air Digunakan untuk menentukan banyaknya air yang akan digunakan dalam
pembuatan adonan roti.
7. Loyang Digunakan untuk meletakan adonan roti yang sudah dibentuk.
8. Kuas Digunakan mengoles loyang dengan margarin.
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
34

5. Proses Produksi
Proses produksi merupakan rangkaian kegiatan utama yang harus
dilakukan untuk merubah bahan mentah menjadi suatu barang yang berdaya
guna, proses produksi yang dijalankan oleh Sabita Bakery Banjarmasin
dilakukan secara massa dan terus menerus setiap harinya, terkecuali hari
minggu libur produksi.
Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh Sabita Bakery Banjarmasin
dalam menjalankan proses produksi dari proses pembuatan bahan baku
sampai produk jadi siap dijual dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Tahap awal
Tahap awal yaitu tahap yang merubah bahan mentah menjadi adonan
roti yang kalis dengan mencampurkan gula, tepung terigu, telur, margarin
dan dimasukkan kedalam mesin pengaduk roti (mesin mixer).
b. Tahap proses
1) Diamkan adonan selama 2 jam, setelah adonan mengembang dengan
baik dalam waktu 2 jam, maka adonan pun ditimbang sesuai dengan
berat yang diinginkan lalu diamkan sebentar lagi sampai adonan
lembut.
2) Setelah adonan lembut, maka adonan langsung dipotong dan
ditimbang kemudian dibentuk lalu didiamkan sebentar.
3) Adonan yang sudah dibentuk dan dimasukkan kedalam loyang
kemudian adonan dimasukkan kedalam oven hingga matang.
4) Adonan yang telah matang kemudian dikeluarkan dari oven, lalu
didinginkan beberapa saat. Setelah didinginkan, roti bisa dipotong-
potong dengan menggunakan kave.
c. Tahap akhir
Tahap ini adalah tahap untuk melakukan pengemasan pada roti agar
dapat menarik perhatian konsumen dan siap untuk dijual. Tahap-tahap
dalam proses produksi roti pada Sabita Bakery Banjarmasin dapat
dilihat pada bagan dibawah ini:
35

Penyiapan Bahan

Tahap Awal (Pengadonan)

Tahap Proses (Pembentukan dan Pemanggangan)

Tahap Akhir (Pengemasan)

Hasil Akhir (Roti siap dijual)

Bagan 4.2 Tahapan Proses Produksi Roti Pada Sabita Bakery Banjarmasin
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

6. Hasil Produksi dan Pemasaran


Fungsi pemasaran merupakan tujuan perusahaan untuk
mempertahankan eksistensinya agar perusahaan memperoleh laba atau
keuntungan dan mengembangkan usaha perusahaan tersebut agar memiliki
cabang yang lebih luas. Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan
usaha yang ditunjukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang yang dapat memuaskan
kebutuhan kepada pembeli.
Sabita Bakery Banjarmasin menggunakan cara pemasaran yang
langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu pelanggan dapat
membeli langsung di toko Sabita Bakery Banjarmasin agar dapat memilih
berbagai macam hasil produk roti yang telah diproduksi. Sedangkan
pemasaran yang tidak langsung yaitu pelanggan dapat membeli produk
Sabita Bakery Banjarmasin di kios-kios dan minimarket di area
Banjarmasin yang telah bekerjasama dengan Sabita Bakery Banjarmasin.
Apabila ada sisa roti dalam penjualan sehari-hari, Sabita Bakery
Banjarmasin akan menjual ke pembeli yang menggunakan untuk pakan
ikan, karena roti merupakan makanan yang tidak tahan lama dan tidak
36

mungkin melakukan penjualan dengan roti tersebut untuk beberapa hari


kedepan melebihi dalam 3 hari.
Hasil produksi dan pembagian persentase pembebanan yang tersedia
pada tabel dibawah ini digunakan penulis untuk menghitung biaya overhead
pabrik yang dikeluarkan dalam memproduksi semua jenis produk roti.

Tabel 4.2. Hasil Produksi Pada Sabita Bakery Banjarmasin


Bulan Januari 2019

Jumlah
Harga
No. Nama Produk Produksi Jumlah Persentase
Penjualan
(Bungkus)
1. Roti Tawar 3.540 Rp 10.000 Rp 35.400.000 25,25%
2. Roti Bantal 2.702 Rp 9.000 Rp 24.318.000 19,27%
3. Roti Kering 715 Rp 5.000 Rp 3.575.000 5,10%
4. Roti Manis 2.167 Rp 7.000 Rp 15.169.000 15,46%
5. Roti Susu Vanila 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
6. Roti Coklat Vanila 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
7. Roti Keju Vanila 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
8. Roti Full Coklat 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
9. Roti Vanilla Coklat 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
10. Roti Kombinasi Coklat Vanila 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
11. Roti Gulung Coklat 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
12. Roti Gulung Keju 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
13. Roti Boy 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
14. Roti Pizza 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
15. Roti Full Keju 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
16. Roti Coklat Keju 370 Rp 5.000 Rp 1.850.000 2,64%
17. Roti Choco Chips 455 Rp 5.000 Rp 2.275.000 3,25%
Jumlah 14.019 Rp 96.000 Rp 102.937.000 100,00%
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Perhitungan persentase pada tabel di atas hanya untuk 5 produk:


3.540
a. Roti Tawar = x 100 % = 25,25%
14.019
2.702
b. Roti Bantal = x 100 % = 19,27%
14.019
2.167
c. Roti Manis = x 100 % = 15,46%
14.019
715
d. Roti Kering = x 100 % = 5,10%
14.019
37

455
e. Roti Choco Chips = x 100 % = 3,25%
14.019
7. Penggolongan Biaya Menurut Perusahaan
Sabita Bakery Banjarmasin dalam menggolongkan harga pokok
produksi roti tawar, roti bantal, roti manis, roti kering dan roti choco chips
yang dihasilkan selama bulan Januari 2019 sebagai berikut:
a. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku roti tawar, roti bantal, roti manis, roti kering, dan roti
choco chips disajikan pada tabel 4.3. sampai dengan tabel 4.7.

Tabel 4.3. Rincian Biaya Bahan Baku Roti Tawar Sabita Bakery
Banjarmasin Bulan Januari 2019

Takaran
No. Bahan Diperlukan Harga (Rp) Jumlah
Digunakan
1. Tepung Cakra 436 kg 10.000/kg Rp 4.360.000
2. Gula 70 kg 10.500/kg Rp 735.000
3. Telur 874 butir 1.500/butir Rp 1.311.000
4. Margarin Blue Band 280 kg 23.000/kg Rp 6.440.000
5. Garam 2 kg 2.000/bungkus Rp 16.000
6. Susu Kaleng 66 kaleng 8.500/kaleng Rp 561.000
7. Susu Bubuk 126 kg 35.000/kg Rp 4.410.000
8. Pengembang (Ragi) 7,5 kg 40.000/bungkus Rp 600.000
9. Baking Powder 1,2 kg 5.000/buah Rp 100.000
10. Plastik Kemasan 3.540 lembar 400/lembar Rp 1.416.000
11. Plester Bening 26 roll 2.000/roll Rp 52.000
Jumlah Rp 20.001.000
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.4. Rincian Biaya Bahan Baku Roti Bantal Sabita Bakery
Banjarmasin Bulan Januari 2019

Takaran
No. Bahan Diperlukan Harga (Rp) Jumlah
Digunakan
1. Tepung Cakra 191 kg 10.000/kg Rp 1.910.000
2. Gula 50 kg 10.500/kg Rp 525.000
3. Telur 390 butir 1.500/butir Rp 585.000
4. Margarin Blue Band 52 kg 23.000/kg Rp 1.196.000
5. Garam 1,5 kg 2.000/bungkus Rp 14.000
6. Susu Kaleng 78 kaleng 8.500/kaleng Rp 663.000
7. Susu Bubuk 78 kg 35.000/kg Rp 2.730.000
8. Pengembang (Ragi) 6,5 kg 40.000/bungkus Rp 480.000
9. Baking Powder 1,5 kg 5.000/buah Rp 75.000
38

Lanjutan
10. Keju Cheddar 8,5 kg 20.000/batang Rp 900.000
11. Selai Coklat 13 kg 15.000/bungkus Rp 405.000
12. Selai Nanas 13 kg 15.000/bungkus Rp 405.000
13. Selai Blueberry 13 kg 15.000/bungkus Rp 405.000
14. Selai Strawberry 13 kg 15.000/bungkus Rp 405.000
15. Plastik Kemasan 2.702 lembar 400/lembar Rp 1.080.800
Jumlah Rp 11.778.800
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.5. Rincian Biaya Bahan Baku Roti Manis Sabita Bakery
Banjarmasin Bulan Januari 2019

Takaran
No. Bahan Diperlukan Harga (Rp) Jumlah
Digunakan
1. Tepung Cakra 181 kg 10.000/kg Rp 1.810.000
2. Gula 40 kg 10.500/kg Rp 420.000
3. Telur 380 butir 1.500/butir Rp 570.000
4. Margarin Blue Band 42 kg 23.000/kg Rp 966.000
5. Garam 1 kg 2.000/bungkus Rp 8.000
6. Susu Kaleng 68 kaleng 8.500/kaleng Rp 578.000
7. Susu Bubuk 68 kg 35.000/kg Rp 2.380.000
8. Pengembang (Ragi) 5,5 kg 40.000/bungkus Rp 400.000
9. Baking Powder 1 kg 5.000/buah Rp 50.000
10. Perasa Vanilla 700 ml 13.000/botol Rp 455.000
11. Plastik Kemasan 2.167 lembar 400/lembar Rp 866.800
Jumlah Rp 8.503.800
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.6. Rincian Biaya Bahan Baku Roti Kering Sabita Bakery
Banjarmasin Bulan Januari 2019

Takaran
No. Bahan Diperlukan Harga (Rp) Jumlah
Digunakan
1. Tepung Cakra 17 kg 10.000/kg Rp 170.000
2. Gula 10 kg 10.500/kg Rp 105.000
3. Telur 34 butir 1.500/butir Rp 51.000
4. Margarin Blue Band 7 kg 23.000/kg Rp 161.000
5. Garam 160 gr 2.000/bungkus Rp 2.000
6. Susu Kaleng 17 kaleng 8.500/kaleng Rp 144.500
7. Susu Bubuk 13 kg 35.000/kg Rp 455.000
8. Pengembang (Ragi) 500 gr 40.000/bungkus Rp 40.000
9. Baking Powder 100 gr 5.000/buah Rp 10.000
10. Plastik Kemasan 715 lembar 650/lembar Rp 464.750
Jumlah Rp 1.603.250
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
39

Tabel 4.7. Rincian Biaya Bahan Baku Roti Choco Chips Sabita Bakery
Banjarmasin Bulan Januari 2019

Takaran
No. Bahan Diperlukan Harga (Rp) Jumlah
Digunakan
1. Tepung Cakra 12 kg 10.000/kg Rp 120.000
2. Gula 6 kg 10.500/kg Rp 63.000
3. Telur 48 butir 1.500/butir Rp 72.000
4. Margarin Blue Band 6 kg 23.000/kg Rp 138.000
5. Garam 120 gr 2.000/bungkus Rp 2.000
6. Susu Kaleng 12 kaleng 8.500/kaleng Rp 102.000
7. Susu Bubuk 5 kg 35.000/kg Rp 175.000
8. Pengembang (Ragi) 150 gr 40.000/bungkus Rp 40.000
9. Baking Powder 120 gr 5.000/buah Rp 5.000
10. Coklat 3 kg 15.000/batang Rp 225.000
11. Choco Chips 3 kg 12.500/bungkus Rp 200.000
12. Perasa Coklat 100 ml 8.000/botol Rp 16.000
13. Plastik Kemasan 455 lembar 650/lembar Rp 295.750
Jumlah Rp 1.453.750
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

b. Biaya tenaga kerja


Biaya Tenaga Kerja yaitu biaya yang berupa gaji yang di keluarkan
oleh perusahaan untuk semua karyawan perusahaan. Berikut tabel rincian
biaya tenaga kerja Sabita Baker Banjarmasin.

Tabel 4.8. Rincian Biaya Tenaga Kerja Sabita Bakery Banjarmasin


Bulan Januari 2019

No. Bagian Pekerja Jumlah (Orang) Gaji Perbulan Jumlah


1. Produksi 3 Rp 800.000 Rp 2.400.000
2. Penjualan 1 Rp 800.000 Rp 800.000
Total 4 Rp 3.200.000
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

c. Biaya lain-Lain
Biaya lain-lain yaitu biaya tambahan yang di keluarkan oleh
perusahaan untuk biaya pengolahan produk. Berikut tabel rincian biaya
lain-lain:
40

Tabel 4.9. Rincian Biaya Lain-Lain Sabita Bakery Banjarmasin


Bulan Januari 2019

No. Biaya Lain-Lain Biaya Perbulan


1. Biaya Listrik Rp 950.000
2. Biaya Air Rp 300.000
3. Biaya Telepon Rp 40.000
4. Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000
Jumlah Rp 3.110.000
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

8. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan


Perhitungan Harga Pokok Produk (HPP) untuk bulan Januari 2019 yang
diperhitungkan oleh Sabita Bakery Banjarmasin sebagai berikut:

Jumlah Total Biaya Produksi


HPP = = Harga Pokok (Unit) (4)
Hasil Produksi (Unit)

Jumlah total biaya produksi terdiri dari jumlah biaya bahan baku,
jumlah biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain.
a. Harga pokok produk roti tawar
Total biaya produksi roti tawar untuk bulan Januari 2019 yang
diperhitungkan oleh Sabita Bakery Banjarmasin sebagai berikut:

Tabel 4.10. Total Biaya Produksi Roti Tawar


Bulan Januari 2019

No. Biaya Produksi Jumlah Biaya Produksi


1. Biaya Bahan Baku Rp 20.001.000 (lihat tabel 4.11.)
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 808.000 (lihat tabel 4.12.)
3. Biaya Lain-Lain Rp 785.275 (lihat tabel 4.13.)
Jumlah Rp 21.594.275
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Sabita Bakery Banjarmasin dalam memperhitungkan harga pokok


produk per bungkus roti tawar bulan Januari 2019, yaitu:

Rp21.594.275
HPP = = Rp6.100,08 atau Rp6.100/bungkus
3.540/bungkus
41

Perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-
lain dapat dilihat di tabel 4.11 sampai dengan tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.11. Biaya Bahan Baku Roti Tawar Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

Takaran
No. Bahan Diperlukan Harga (Rp) Jumlah
Digunakan
1. Tepung Cakra 436 kg 10.000/kg Rp 4.360.000
2. Gula 70 kg 10.500/kg Rp 735.000
3. Telur 874 butir 1.500/butir Rp 1.311.000
4. Margarin Blue Band 280 kg 23.000/kg Rp 6.440.000
5. Garam 2 kg 2.000/bungkus Rp 16.000
6. Susu Kaleng 66 kaleng 8.500/kaleng Rp 561.000
7. Susu Bubuk 126 kg 35.000/kg Rp 4.410.000
8. Pengembang (Ragi) 7,5 kg 40.000/bungkus Rp 600.000
9. Baking Powder 1,2 kg 5.000/buah Rp 100.000
10. Plastik Kemasan 3.540 lembar 400/lembar Rp 1.416.000
11. Plester Bening 26 roll 2.000/roll Rp 52.000
Jumlah Rp 20.001.000
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.12. Biaya Tenaga Kerja Roti Tawar Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

No. Bagian Jumlah (Orang) Gaji Perbulan Persentase Jumlah


1. Produksi 3 Rp 800.000 25,25% Rp 606.000
2. Penjualan 1 Rp 800.000 25,25% Rp 202.000
Total 4 Rp 1.600.000 Rp 808.000
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.13. Biaya Lain-Lain Roti Tawar Sabita Bakery Banjarmasin


Bulan Januari 2019

No. Biaya Lain-Lain Harga (Per Bulan) Persentase Jumlah


1. Biaya Listrik Rp 950.000 25,25% Rp 239.875
2. Biaya Air Rp 300.000 25,25% Rp 75.750
3. Biaya Telepon Rp 40.000 25,25% Rp 10.100
4. Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000 25,25% Rp 459.550
Jumlah Rp 3.110.000 Rp 785.275
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
42

b. Harga pokok produk roti bantal


Total biaya produksi roti bantal untuk bulan Januari 2019 yang
diperhitungkan oleh Sabita Bakery Banjarmasin sebagai berikut:

Tabel 4.14. Total Biaya Produksi Roti Bantal


Bulan Januari 2019

No Biaya Produksi Jumlah Biaya Produksi


1. Biaya Bahan Baku Rp 11.778.800 (lihat tabel 4.15.)
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 616.640 (lihat tabel 4.16.)
3. Biaya Lain-Lain Rp 599.297 (lihat tabel 4.17.)
Jumlah Rp 12.994.737
Sumber : Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Sabita Bakery Banjarmasin dalam memperhitungkan harga pokok


produk per bungkus roti bantal yaitu:

Rp 12.994.737
HPP = = Rp 4.809,30 atau Rp 4.809/bungkus
2.702/bungkus

Perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-
lain dapat dilihat di tabel 4.15 sampai dengan tabel 4.17 berikut ini:

Tabel 4.15. Biaya Bahan Baku Roti Bantal Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

No. Bahan Diperlukan Takaran Digunakan Harga (Rp) Jumlah


1. Tepung Cakra 191 kg 10.000/kg Rp 1.910.000
2. Gula 50 kg 10.500/kg Rp 525.000
3. Telur 390 butir 1.500/butir Rp 585.000
4. Margarin Blue Band 52 kg 23.000/kg Rp 1.196.000
5. Garam 1,5 kg 2.000/bungkus Rp 14.000
6. Susu Kaleng 78 kaleng 8.500/kaleng Rp 663.000
7. Susu Bubuk 78 kg 35.000/kg Rp 2.730.000
8. Pengembang (Ragi) 6,5 kg 40.000/bungkus Rp 480.000
9. Baking Powder 1,5 kg 5.000/buah Rp 75.000
10. Keju Cheddar 8,5 kg 20.000/batang Rp 900.000
11. Selai Coklat 13 kg 15.000/bungkus Rp 405.000
12. Selai Nanas 13 kg 15.000/bungkus Rp 405.000
13. Selai Blueberry 13 kg 15.000/bungkus Rp 405.000
14. Selai Strawberry 13 kg 15.000/bungkus Rp 405.000
15. Plastik Kemasan 2.702 lembar 400/lembar Rp 1.080.800
Jumlah Rp 11.778.800
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
43

Tabel 4.16. Biaya Tenaga Kerja Roti Bantal Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

No. Bagian Jumlah (Orang) Gaji Perbulan Persentase Jumlah


1. Produksi 3 Rp 800.000 19,27% Rp 462.480
2. Penjualan 1 Rp 800.000 19,27% Rp 154.160
Total 4 Rp 1.600.000 Rp 616.640
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.17. Biaya Lain-Lain Roti Bantal Sabita Bakery Banjarmasin


Bulan Januari 2019

No. Biaya Lain-Lain Harga (Per Bulan) Persentase Jumlah


1. Biaya Listrik Rp 950.000 19,27% Rp 183.065
2. Biaya Air Rp 300.000 19,27% Rp 57.810
3. Biaya Telepon Rp 40.000 19,27% Rp 7.708
4. Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000 19,27% Rp 350.714
Jumlah Rp 3.110.000 Rp 599.297
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

c. Harga pokok produk roti manis


Total biaya produksi roti manis untuk bulan Januari 2019 yang
diperhitungkan oleh Sabita Bakery Banjarmasin sebagai berikut:

Tabel 4.18. Total Biaya Produksi Roti Manis


Bulan Januari 2019

No. Biaya Produksi Jumlah Biaya Produksi


1. Biaya Bahan Baku Rp 8.503.800 (lihat tabel 4.19.)
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 494.720 (lihat tabel 4.20.)
3. Biaya Lain-Lain Rp 480.806 (lihat tabel 4.21.)
Jumlah Rp 9.479.326
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Sabita Bakery Banjarmasin dalam memperhitungkan harga pokok


produk per bungkus roti manis bulan Januari 2019, yaitu:

Rp9.479.326
HPP = = Rp4.374,40 atau Rp4.374/bungkus
2.167/bungkus

Perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-
lain dapat dilihat di tabel 4.19 sampai dengan tabel 4.21 berikut ini:
44

Tabel 4.19. Biaya Bahan Baku Roti Manis Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

Takaran
No. Bahan Diperlukan Harga (Rp) Jumlah
Digunakan
1. Tepung Cakra 181 kg 10.000/kg Rp 1.810.000
2. Gula 40 kg 10.500/kg Rp 420.000
3. Telur 380 butir 1.500/butir Rp 570.000
4. Margarin Blue Band 42 kg 23.000/kg Rp 966.000
5. Garam 1 kg 2.000/bungkus Rp 8.000
6. Susu Kaleng 68 kaleng 8.500/kaleng Rp 578.000
7. Susu Bubuk 68 kg 35.000/kg Rp 2.380.000
8. Pengembang (Ragi) 5,5 kg 40.000/bungkus Rp 400.000
9. Baking Powder 1 kg 5.000/buah Rp 50.000
10. Perasa Vanilla 700 ml 13.000/botol Rp 455.000
11. Plastik Kemasan 2.167 lembar 400/lembar Rp 866.800
Jumlah Rp 8.503.800
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.20. Biaya Tenaga Kerja Roti Manis Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

No. Bagian Jumlah (Orang) Gaji Perbulan Persentase Jumlah


1. Produksi 3 Rp 800.000 15,46% Rp 371.040,00
2. Penjualan 1 Rp 800.000 15,46% Rp 123.680,00
Total 4 Rp 1.600.000 Rp 494.720,00
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.21. Biaya Lain-Lain Roti Manis Sabita Bakery Banjarmasin


Bulan Januari 2019

No. Biaya Lain-Lain Harga (Per Bulan) Persentase Jumlah


1. Biaya Listrik Rp 950.000 15,46% Rp 146.870,00
2. Biaya Air Rp 300.000 15,46% Rp 46.380,00
3. Biaya Telepon Rp 40.000 15,46% Rp 6.184,00
4. Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000 15,46% Rp 281.372,00
Jumlah Rp 3.110.000 Rp 480.806,00
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

d. Harga pokok produk roti kering


Total biaya produksi roti kering untuk bulan Januari 2019 yang
diperhitungkan oleh Sabita Bakery Banjarmasin sebagai berikut:
45

Tabel 4.22. Total Biaya Produksi Roti Kering


Bulan Januari 2019

No. Biaya Produksi Jumlah Biaya Produksi


1. Biaya Bahan Baku Rp 1.603.250 (lihat tabel 4.23.)
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 163.200 (lihat tabel 4.24.)
3. Biaya Lain-Lain Rp 158.610 (lihat tabel 4.25.)
Jumlah Rp 1.925.060
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Sabita Bakery Banjarmasin dalam memperhitungkan harga pokok


produk per bungkus roti kering bulan Januari 2019, yaitu:

Rp1.925.060
HPP = = Rp2.692,39 atau Rp2.692/bungkus
715/bungkus

Perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-
lain dapat dilihat di tabel 4.23 sampai dengan tabel 4.25 berikut ini:

Tabel 4.23. Biaya Bahan Baku Roti Kering Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019
No. Bahan Diperlukan Takaran Digunakan Harga (Rp) Jumlah
1. Tepung Cakra 17 kg 10.000/kg Rp 170.000
2. Gula 10 kg 10.500/kg Rp 105.000
3. Telur 34 butir 1.500/butir Rp 51.000
4. Margarin Blue Band 7 kg 23.000/kg Rp 161.000
5. Garam 160 gr 2.000/bungkus Rp 2.000
6. Susu Kaleng 17 kaleng 8.500/kaleng Rp 144.500
7. Susu Bubuk 13 kg 35.000/kg Rp 455.000
8. Pengembang (Ragi) 500 gr 40.000/bungkus Rp 40.000
9. Baking Powder 100 gr 5.000/buah Rp 10.000
10. Plastik Kemasan 715 lembar 650/lembar Rp 464.750
Jumlah Rp 1.603.250
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.24. Biaya Tenaga Kerja Roti Kering Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

No. Bagian Jumlah (Orang) Gaji Perbulan Persentase Jumlah


1. Produksi 3 Rp 800.000 5,10% Rp 122.400,00
2. Penjualan 1 Rp 800.000 5,10% Rp 40.800,00
Total 4 Rp 1.600.000 Rp 163.200,00
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
46

Tabel 4.25. Biaya Lain-Lain Roti Kering Sabita Bakery Banjarmasin


Bulan Januari 2019

No. Biaya Lain-Lain Harga (Per Bulan) Persentase Jumlah


1. Biaya Listrik Rp 950.000 5,10% Rp 48.450,00
2. Biaya Air Rp 300.000 5,10% Rp 15.300,00
3. Biaya Telepon Rp 40.000 5,10% Rp 2.040,00
4. Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000 5,10% Rp 92.820,00
Jumlah Rp 3.110.000 Rp 158.610,00
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

e. Harga pokok produk roti choco chips


Total biaya produksi roti choco chips untuk bulan Januari 2019 yang
diperhitungkan oleh Sabita Bakery Banjarmasin sebagai berikut:
Tabel 4.26. Total Biaya Produksi Roti Choco Chips
Bulan Januari 2019

No. Biaya Produksi Jumlah Biaya Produksi


1. Biaya Bahan Baku Rp 1.453.750 (lihat tabel 4.27.)
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 104.000 (lihat tabel 4.28.)
3. Biaya Lain-Lain Rp 101.075 (lihat tabel 4.29.)
Jumlah Rp 1.658.825
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Sabita Bakery Banjarmasin dalam memperhitungkan harga pokok


produk per bungkus Roti Choco Chips yaitu:

Rp1.658.825
HPP = = Rp3.645,77 atau Rp3.645/bungkus
455/bungkus

Perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-
lain dapat dilihat di tabel 4.27 sampai dengan tabel 4.29 berikut ini:

Tabel 4.27. Biaya Bahan Baku Roti Choco Chips Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

No. Bahan Diperlukan Takaran Digunakan Harga (Rp) Jumlah


1. Tepung Cakra 12 kg 10.000/kg Rp 120.000
2. Gula 6 kg 10.500/kg Rp 63.000
3. Telur 48 butir 1.500/butir Rp 72.000
4. Margarin Blue Band 6 kg 23.000/kg Rp 138.000
5. Garam 120 gr 2.000/bungkus Rp 2.000
6. Susu Kaleng 12 kaleng 8.500/kaleng Rp 102.000
47

Lanjutan
7. Susu Bubuk 5 kg 35.000/kg Rp 175.000
8. Pengembang (Ragi) 150 gr 40.000/bungkus Rp 40.000
9. Baking Powder 120 gr 5.000/buah Rp 5.000
10. Coklat 3 kg 15.000/batang Rp 225.000
11. Choco Chips 3 kg 12.500/bungkus Rp 200.000
12. Perasa Coklat 100 ml 8.000/botol Rp 16.000
13. Plastik Kemasan 455 lembar 650/lembar Rp 295.750
Jumlah Rp 1.453.750
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.28. Biaya Tenaga Kerja Roti Choco Chips Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

No. Bagian Jumlah (Orang) Gaji Perbulan Persentase Jumlah


1. Produksi 3 Rp 800.000 3,25% Rp 78.000
2. Penjualan 1 Rp 800.000 3,25% Rp 26.000
Total 4 Rp 1.600.000 Rp 104.000
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.29. Biaya Lain-Lain Roti Choco Chips Sabita Bakery Banjarmasin
Bulan Januari 2019

No. Biaya Lain-Lain Harga (Per Bulan) Persentase Jumlah


1. Biaya Listrik Rp 950.000 3,25% Rp 30.875
2. Biaya Air Rp 300.000 3,25% Rp 9.750
3. Biaya Telepon Rp 40.000 3,25% Rp 1.300
4. Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000 3,25% Rp 59.150
Jumlah Rp 3.110.000 Rp 101.075
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Perhitungan harga pokok produk sebagaimana telah diuraikan diatas


dapat dikatakan masih kurang tepat, karena masih tidak sesuai dengan
konsep akuntansi biaya. Sabita Bakery Banjarmasin salah menggolongkan
biaya seperti biaya penolong dimasukkan kedalam biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja yang non produksi (gaji penjualan) dimasukkan kedalam
perhitungan biaya tenaga kerja produksi serta salah menggolongkan biaya
listrik, biaya air, biaya telepon, biaya gas elpiji, dimasukkan ke dalam biaya
lain-lain dan juga tidak melakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap
48

yang seharusnya dibebankan kedalam biaya overhead pabrik. Manfaat dari


penentuan harga pokok produk itu sendiri yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengadakan perhitungan harga pokok produksi diperlukan
pemisahan antara biaya produksi dan biaya non produksi.
b. Menentukan harga jual yang tepat untuk suatu hasil produksi perusahaan.
c. Untuk mengetahui besar kecilnya biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu produk.
d. Untuk mengetahui penjualan produk suatu perusahaan dalam penjualan
dalam menghasilkan laba atau rugi.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penggolongan Biaya Disarankan Penulis
Penggolongan biaya yang dilakukan oleh perusahaan masih kurang
tepat dan belum sesuai dengan konsep akuntansi biaya. Perusahaan masih
salah memasukkan biaya bahan penolong kedalam biaya bahan baku,
perusahaan juga salah memasukkan biaya tenaga kerja tidak langsung
kedalam biaya tenaga kerja langsung, perusahaan juga salah memasukkan
biaya lain-lain yang seharusnya biaya overhead pabrik dengan serta tidak
menghitung penyusutan depresiasi aktiva tetap yang seharusnya dibebankan
kedalam biaya overhead pabrik, sedangkan menurut ilmu akuntansi biaya
penggolongan biaya terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja produksi atau biaya tenaga kerja langsung, serta biaya
overhead pabrik. Penggolongan biaya menurut penulis yang disajikan pada
tabel 4.30 sampai dengan 4.34 sebagai berikut:

Tabel 4.30. Penggolongan Biaya Roti Tawar yang Disarankan Penulis


Bulan Januari 2019

No. Biaya Keterangan


Tepung Cakra, Gula, Telur, Margarin Blue Band, Garam, Susu
1. Biaya Bahan Baku
Kaleng, Susu Bubuk, Pengembang (Ragi), Baking Powder
2. Biaya Bahan Penolong Plastik Kemasan dan Plester Bening
3. Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja Langsung
49

Lanjutan
4. Biaya Overhead Pabrik
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon, Biaya
Biaya Overhead Tetap
Depresiasi Aktiva Tetap
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon, dan Biaya Gas
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Elpiji
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.31. Penggolongan Biaya Roti Bantal yang Disarankan Penulis


Bulan Januari 2019

No. Biaya Keterangan


Tepung Cakra, Gula, Telur, Margarin Blue Band,
Garam, Susu Kaleng, Susu Bubuk, Pengembang
1. Biaya Bahan Baku
(Ragi), Baking Powder, Keju Cheddar, Selai Coklat,
Selai Nanas, Selai Blueberry, Selai Strawberry
2. Biaya Bahan Penolong Plastik Kemasan
3. Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja Langsung
4. Biaya Overhead Pabrik
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon, Biaya
Biaya Overhead Tetap
Depresiasi Aktiva Tetap
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon, dan Biaya
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Gas Elpiji
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.32. Penggolongan Biaya Roti Manis yang Disarankan Penulis


Bulan Januari 2019

No. Biaya Keterangan


Tepung Cakra, Gula, Telur, Margarin
Blue Band, Garam, Susu Kaleng, Susu
1. Biaya Bahan Baku
Bubuk, Pengembang (Ragi), Baking
Powder, Perasa Vanilla
2. Biaya Bahan Penolong Plastik Kemasan
3. Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja Langsung
4. Biaya Overhead Pabrik
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon,
Biaya Overhead Tetap
Biaya Depresiasi Aktiva Tetap
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon,
Biaya Overhead Pabrik Variabel
dan Biaya Gas Elpiji
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
50

Tabel 4.33. Penggolongan Biaya Roti Kering yang Disarankan Penulis


Bulan Januari 2019

No. Biaya Keterangan


Tepung Cakra, Gula, Telur, Margarin
Blue Band, Garam, Susu Kaleng, Susu
1. Biaya Bahan Baku
Bubuk, Pengembang (Ragi), Baking
Powder
2. Biaya Bahan Penolong Plastik Kemasan
3. Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja Langsung
4. Biaya Overhead Pabrik
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon,
Biaya Overhead Tetap
Biaya Depresiasi Aktiva Tetap
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon,
Biaya Overhead Pabrik Variabel
dan Biaya Gas Elpiji
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Tabel 4.34. Penggolongan Biaya Roti Choco Chips yang Disarankan Penulis
Bulan Januari 2019

No. Biaya Keterangan


Tepung Cakra, Gula, Telur, Margarin
Blue Band, Garam, Susu Kaleng, Susu
1. Biaya Bahan Baku Bubuk, Pengembang (Ragi), Baking
Powder, Coklat, Choco Chips, Perasa
Coklat
2. Biaya Bahan Penolong Plastik Kemasan
3. Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja Langsung
4. Biaya Overhead Pabrik
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon,
Biaya Overhead Tetap
Biaya Depresiasi Aktiva Tetap
Biaya Listrik, Biaya Air, Biaya Telepon,
Biaya Overhead Pabrik Variabel
dan Biaya Gas Elpiji
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

2. Perhitungan Depresiasi Aktiva Tetap


Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemilik perusahaan
diperoleh informasi terkait dengan aktiva tetap, yang digunakan sebagai
dasar perhitungan depresiasi aktiva tetap. Harga perolehan aktiva tetap
didapat dari harga memperoleh aktiva tersebut. Nilai residu didapat dari
taksiran harga jual nilai masa manfaat di daerah tersebut (hasil wawancara
dengan pemilik) dan taksiran umur kegunaan di dapat dari taksiran masa
maksimal manfaat aktiva.
51

Berikut adalah daftar aktiva tetap dan perhitungan depresiasi aktiva


tetap yang akan dibebankan kedalam biaya overhead pabrik yang
disarankan penulis untuk Sabita Bakery Banjarmasin:

Tabel 4.35. Daftar Aktiva Tetap Sabita Bakery Banjarmasin


Bulan Januari 2019

Tahun Harga Perolehan Total Harga Umur


No. Nama Aktiva Unit Nilai Residu
Perolehan Persatuan Perolehan Ekonomis
a b c d e=c*d f g
1. Bangunan 2000 Rp 500.000.000 1 Rp 500.000.000 30 Tahun Rp 350.000.000
2. Mesin Mixer 2008 Rp 5.000.000 4 Rp 20.000.000 10 Tahun Rp 8.000.000
3. Gas Deck Oven 2008 Rp 14.000.000 4 Rp 56.000.000 10 Tahun Rp 32.000.000
Timbangan
4. 2008 Rp 65.000 2 Rp 130.000 5 Tahun Rp -
Digital
5. Kave 2008 Rp 65.000 4 Rp 260.000 7 Tahun Rp -
6. Spatula 2008 Rp 10.000 4 Rp 40.000 7 Tahun Rp -
7. Takaran Air 2008 Rp 35.000 2 Rp 70.000 5 Tahun Rp -
8. Loyang 2008 Rp 50.000 100 Rp 5.000.000 5 Tahun Rp -
9. Kuas 2008 Rp 15.000 4 Rp 60.000 3 Tahun Rp -
Jumlah Rp 519.240.000 Rp 581.560.000 Rp 390.000.000
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

Berdasarkan data diatas rumus yang digunakan untuk menghitung


depresiasi aktiva tetap dengan menggunakan Metode Garis Lurus (Straight
Line Methode) pada Sabita Bakery Banjarmasin sebagai berikut:
Harga Perolehan - Nilai Residu
Depresiasi = (1)
Taksiran Umur Kegunaan
a. Bangunan
Depresiasi Pertahun:
Rp500.000.000 - Rp350.000.000
Depresiasi = = Rp5.000.000
30 Tahun
Depresiasi Perbulan :
Rp5.0000.000 : 12 = Rp416.666,67

b. Mesin mixer
Depresiasi Pertahun:
Rp20.000.000 - Rp8.000.000
Depresiasi = = Rp1.200.000
10 Tahun
52

Depresiasi Perbulan :
Rp1.200.000 : 12 = Rp100.000

c. Gas deck oven


Depresiasi Pertahun:
Rp56.000.000 - Rp32.000.000
Depresiasi = = Rp2.400.000
10 Tahun
Depresiasi Perbulan :
Rp2.400.000 : 12 = Rp200.000
3. Perhitungan Biaya Produksi yang Disarankan Penulis
Tempat produksi Sabita Bakery Banjarmasin menyatu dengan rumah
pemiliknya agar mengetahui pemakaian listrik dan air untuk konsumsi
sendiri dan pemakaian untuk produksi roti dengan cara menghitung luas
bangunan.
Diketahui:
Luas Bangunan Sabita Bakery Banjarmasin adalah 120 m2, dengan
panjang 12 m2 dan lebar 10 m2, sedangkan Luas bangunan yang digunakan
untuk tempat produksi roti adalam 30 m2, dengan panjang 5 m2 dan lebar 6
m2. Dengan perbandingan 120 m2 : 30 m2. Listrik yang dibayarkan dalam
bulan Januari 2019 sebesar Rp950.000 dan air yang dibayarkan dalam bulan
Januari 2019 sebesar Rp300.000.
a. Perhitungan untuk pemakaian listrik sebagai berikut:
Rumah : 120 M2
Tempat produksi roti : 30 M2
Jumlah luas keseluruhan : 150 M2
Biaya listrik yang dibayarkan dalam bulan Januari 2019 : Rp950.000
1) Biaya listrik yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2019 untuk
pemakaian sendiri adalah sebesar Rp760.000 dengan perhitungan
sebagai berikut:
120
Biaya yang dikeluarkan = x Rp 950.000 = Rp 760.000
150
53

2) Biaya listrik yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2019 untuk


tempat produksi adalah sebesar Rp190.000 dengan perhitungan
sebagai berikut:
30
Biaya yang dikeluarkan = x Rp950.000 = Rp190.000
150
b. Perhitungan untuk pemakaian air sebagai berikut:
Rumah : 120 M2
Tempat produksi roti : 30 M2
Jumlah luas keseluruhan : 150 M2
Biaya air yang dibayarkan dalam bulan Januari 2019 : Rp300.000
1) Biaya air yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2019 untuk
pemakaian sendiri adalah sebesar Rp240.000 dengan perhitungan
sebagai berikut:
120
Biaya yang dikeluarkan = x Rp300.000 = Rp240.000
150
2) Biaya air yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2019 untuk tempat
produksi adalah sebesar Rp 60.000 dengan perhitungan sebagai
berikut:
30
Biaya yang dikeluarkan = x Rp300.000 = Rp60.000
150
Berdasarkan ini langkah-langkah untuk melakukan perhitungan biaya
produksi untuk produk roti tawar, roti bantal, roti manis, roti kering dan roti
choco chips yang disarankan penulis untuk Sabita Bakery Banjarmasin yang
disajikan pada tabel 4.36 sampai dengan 4.40 berikut ini:

a. Roti tawar

Tabel 4.36. Perhitungan Biaya Produksi Roti Tawar Sabita Bakery


Banjarmasin Bulan Januari 2019

Biaya Bahan Baku


Tepung cakra 436 kg x Rp 10.000 /kg = Rp 4.360.000,00
Gula 70 kg x Rp 10.500 /kg = Rp 735.000,00
Telur 874 butir x Rp 1.500 /butir = Rp 1.311.000,00
54

Lanjutan
Margarin Blue Band 280 kg x Rp 23.000 /kg = Rp 6.440.000,00
Garam 8 bungkus x Rp 2.000 /bungkus = Rp 16.000,00
Susu Kaleng 66 kaleng x Rp 8.500 /kaleng = Rp 561.000,00
Susu Bubuk 126 kg x Rp 35.000 /kg = Rp 4.410.000,00
Pengembang (Ragi) 15 bungkus x Rp 40.000 /bungkus = Rp 600.000,00
Baking Powder 20 buah x Rp 5.000 /buah = Rp 100.000,00
Total biaya bahan baku Rp 18.533.000,00
Biaya Bahan Penolong
Plastik Kemasan 3.540 lbr x Rp 400 /lbr = Rp 1.416.000,00
Plester Bening 26 roll x Rp 2.000 /roll = Rp 52.000,00
Total biaya bahan penolong Rp 1.468.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Produksi 3 Rp800.000 /bln x 25,25% = Rp 606.000,00
Total biaya tenga kerja langsung Rp 606.000,00
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Listrik Rp 1.027,10 /bln x 25,25% = Rp 259,34
Biaya Air Rp 20.000,00 /bln x 25,25% = Rp 5.050,00
Biaya Telepon Rp 7.680,00 /bln x 25,25% = Rp 1.939,20
Depresiasi Aktiva Tetap
Bangunan Rp 416.666,67 /bln x 25,25% = Rp 105.208,33
Mesin Mixer Rp 100.000,00 /bln x 25,25% = Rp 25.250,00
Gas Deck Oven Rp 200.000,00 /bln x 25,25% = Rp 50.500,00
Total Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 188.206,68
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya Listrik Rp 189.794,58 /bln x 25,25% = Rp 47.923,13
Biaya Air Rp 56.000,00 /bln x 25,25% = Rp 14.140,00
Biaya Telepon Rp 32.320 /bln x 25,25% = Rp 8.160,80
Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000 /bln x 25,25% = Rp 459.550,00
Total Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 529.773,93
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 717.980,81
Total Biaya Produksi Rp 21.324.980,81
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)

b. Roti bantal

Tabel 4.37. Perhitungan Biaya Produksi Roti Bantal Sabita Bakery


Banjarmasin Bulan Januari 2019

Biaya Bahan Baku


Tepung cakra 191 kg x Rp 10.000 /kg = Rp 1.910.000,00
55

Lanjutan
Gula 50 kg x Rp 10.500 /kg = Rp 525.000,00
Telur 390 butir x Rp 1.500 /butir = Rp 585.000,00
Margarin Blue Band 52 kg x Rp 23.000 /kg = Rp 1.196.000,00
Garam 7 bungkus x Rp 2.000 /bungkus = Rp 14.000,00
Susu Kaleng 78 kaleng x Rp 8.500 /kaleng = Rp 663.000,00
Susu Bubuk 78 kg x Rp 35.000 /kg = Rp 2.730.000,00
Pengembang (Ragi) 12 bungkus x Rp 40.000 /bungkus = Rp 480.000,00
Baking Powder 15 buah x Rp 5.000 /buah = Rp 75.000,00
Keju Cheddar 45 batang x Rp 20.000 /batang = Rp 900.000,00
Selai Coklat 27 bungkus x Rp 15.000 /bungkus = Rp 405.000,00
Selai Nanas 27 bungkus x Rp 15.000 /bungkus = Rp 405.000,00
Selai Blueberry 27 bungkus x Rp 15.000 /bungkus = Rp 405.000,00
Selai Strawberry 27 bungkus x Rp 15.000 /bungkus = Rp 405.000,00
Total biaya bahan baku Rp 10.698.000,00
Biaya Bahan Penolong
Plastik Kemasan 2.702 lbr x Rp 400 /lbr = Rp 1.080.800,00
Lanjutan
Total biaya bahan penolong Rp 1.080.800,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Produksi 3 Rp800.000 /bln x 19,27% Rp 462.480,00
Total biaya tenga kerja langsung Rp 462.480,00
Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya listrik Rp 1.027,10 /bln x 19,27% = Rp 197,92
Biaya air Rp 20.000,00 /bln x 19,27% = Rp 3.854,00
Biaya telepon Rp 7.680,00 /bln x 19,27% = Rp 1.479,94
Depresiasi aktiva tetap
Bangunan Rp 416.666,67 /bln x 19,27% = Rp 80.291,67
Mesin Mixer Rp 100.000,00 /bln x 19,27% = Rp 19.270,00
Gas Deck Oven Rp 200.000,00 /bln x 19,27% = Rp 38.540,00
Total biaya overhead pabrik tetap Rp 143.633,52
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya listrik Rp 189.794,58 /bln x 19,27% = Rp 36.573,42
Biaya air Rp 56.000,00 /bln x 19,27% = Rp 10.791,20
Biaya telepon Rp 32.320 /bln x 19,27% = Rp 6.228,06
Biaya gas elpiji Rp 1.820.000 /bln x 19,27% = Rp 350.714,00
Total Biaya overhead pabrik variabel Rp 404.306,68
Total biaya overhead pabrik Rp 547.940,20
Total Biaya Produksi Rp 12.789.220,20
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
56

c. Roti manis

Tabel 4.38. Perhitungan Biaya Produksi Roti Manis Sabita Bakery


Banjarmasin Bulan Januari 2019

Biaya Bahan Baku


Tepung cakra 181 kg x Rp 10.000 /kg = Rp 1.810.000,00
Gula 40 kg x Rp 10.500 /kg = Rp 420.000,00
Telur 380 butir x Rp 1.500 /butir = Rp 570.000,00
Margarin Blue Band 42 kg x Rp 23.000 /kg = Rp 966.000,00
Garam 4 bungkus x Rp 2.000 /bungkus = Rp 8.000,00
Susu Kaleng 68 kaleng x Rp 8.500 /kaleng = Rp 578.000,00
Susu Bubuk 68 kg x Rp 35.000 /kg = Rp 2.380.000,00
Pengembang (Ragi) 10 bungkus x Rp 40.000 /bungkus = Rp 400.000,00
Baking Powder 10 buah x Rp 5.000 /buah = Rp 50.000,00
Perasa Vanilla 35 botol x Rp 13.000 /botol = Rp 455.000,00
Total biaya bahan baku Rp 7.637.000,00
Biaya Bahan Penolong
Plastik Kemasan 2.167 lbr x Rp 400 /lbr = Rp 866.800,00
Total biaya bahan penolong Rp 866.800,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Produksi 3 Rp800.000 /bln x 15,46% = Rp 371.040,00
Total biaya tenga kerja langsung Rp 371.040,00
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Listrik Rp 1.027,10 /bln x 15,46% = Rp 158,79
Biaya Air Rp 20.000,00 /bln x 15,46% = Rp 3.092,00
Biaya Telepon Rp 7.680,00 /bln x 15,46% = Rp 1.187,33
Depresiasi Aktiva Tetap
Bangunan Rp 416.666,67 /bln x 15,46% = Rp 64.416,67
Mesin Mixer Rp 100.000,00 /bln x 15,46% = Rp 15.460,00
Gas Deck Oven Rp 200.000,00 /bln x 15,46% = Rp 30.920,00
Total Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 115.234,78
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya Listrik Rp 189.794,58 /bln x 15,46% = Rp 29.342,24
Biaya Air Rp 56.000,00 /bln x 15,46% = Rp 8.657,60
Biaya Telepon Rp 32.320 /bln x 15,46% = Rp 4. 996,67
Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000 /bln x 15,46% = Rp 281.372,00
Total Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 324.368,51
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 439.603,30
Total Biaya Produksi Rp 9.314.443,30
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
57

d. Roti kering

Tabel 4.39. Perhitungan Biaya Produksi Roti Kering Sabita Bakery


Banjarmasin Bulan Januari 2019

Biaya Bahan Baku


Tepung cakra 17 kg x Rp 10.000 /kg = Rp 170.000,00
Gula 10 kg x Rp 10.500 /kg = Rp 105.000,00
Telur 34 butir x Rp 1.500 /butir = Rp 51.000,00
Margarin Blue Band 7 kg x Rp 23.000 /kg = Rp 161.000,00
Garam 1 bungkus x Rp 2.000 /bungkus = Rp 2.000,00
Susu Kaleng 17 kaleng x Rp 8.500 /kaleng = Rp 144.500,00
Susu Bubuk 13 kg x Rp 35.000 /kg = Rp 455.000,00
Pengembang (Ragi) 1 bungkus x Rp 40.000 /bungkus = Rp 40.000,00
Baking Powder 2 buah x Rp 5.000 /buah = Rp 10.000,00
Total biaya bahan baku Rp 1.138.500,00
Biaya Bahan Penolong
Plastik Kemasan 715 lbr x Rp 650 /lbr = Rp 464.750,00
Total biaya bahan penolong Rp 464.750,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Produksi 3 Rp800.000 /bln x 5,10% = Rp 122.400,00
Total biaya tenga kerja langsung Rp 122.400,00
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Listrik Rp 1.027,10 /bln x 5,10% = Rp 52,38
Biaya Air Rp 20.000,00 /bln x 5,10% = Rp 1.020,00
Biaya Telepon Rp 7.680,00 /bln x 5,10% = Rp 391,68
Depresiasi Aktiva Tetap
Bangunan Rp 416.666,67 /bln x 5,10% = Rp 21.250,00
Mesin Mixer Rp 100.000,00 /bln x 5,10% = Rp 5.100,00
Gas Deck Oven Rp 200.000,00 /bln x 5,10% = Rp 10.200,00
Total Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 38.014,06
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya Listrik Rp 189.794,58 /bln x 5,10% = Rp 9.679,52
Biaya Air Rp 56.000,00 /bln x 5,10% = Rp 2.856,00
Biaya Telepon Rp 32.320 /bln x 5,10% = Rp 1.648,32
Biaya Gas Elpiji Rp 1.820.000 /bln x 5,10% = Rp 92.820,00
Total Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 107.003,84
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 145.017,91
Total Biaya Produksi Rp 1.870.667,91
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
58

e. Roti choco chips

Tabel 4.40. Perhitungan Biaya Produksi Roti Choco Chips Sabita Bakery
Banjarmasin Bulan Januari 2019

Biaya Bahan Baku


Tepung cakra 12 kg x Rp 10.000 /kg = Rp 120.000,00
Gula 6 kg x Rp 10.500 /kg = Rp 63.000,00
Telur 48 butir x Rp 1.500 /butir = Rp 72.000,00
Margarin Blue Band 6 kg x Rp 23.000 /kg = Rp 138.000,00
Garam 1 bungkus x Rp 2.000 /bungkus = Rp 2.000,00
Susu Kaleng 12 kaleng x Rp 8.500 /kaleng = Rp 102.000,00
Susu Bubuk 5 kg x Rp 35.000 /kg = Rp 175.000,00
Pengembang (Ragi) 1 bungkus x Rp 40.000 /bungkus = Rp 40.000,00
Baking Powder 1 buah x Rp 5.000 /buah = Rp 5.000,00
Coklat 15 batang x Rp 15.000 /batang = Rp 225.000,00
Choco Chips 16 bungkus x Rp 12.500 /bungkus = Rp 200.000,00
Perasa Coklat 2 botol x Rp 8.000 /botol = Rp 16.000,00
Total biaya bahan baku Rp 1.158.000,00
Biaya Bahan Penolong
Plastik Kemasan 455 lbr x Rp 650 /lbr = Rp 295.750,00
Total biaya bahan penolong Rp 295.750,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Produksi 3 Rp800.000 /bln x 3,25% = Rp 78.000,00
Total biaya tenga kerja langsung Rp 78.000,00
Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya listrik Rp 1.027,10 /bln x 3,25% = Rp 33,38
Biaya air Rp 20.000,00 /bln x 3,25% = Rp 650,00
Biaya telepon Rp 7.680,00 /bln x 3,25% = Rp 249,60
Depresiasi aktiva tetap
Bangunan Rp 416.666,67 /bln x 3,25% = Rp 13.541,67
Mesin Mixer Rp 100.000,00 /bln x 3,25% = Rp 3.250,00
Gas Deck Oven Rp 200.000,00 /bln x 3,25% = Rp 6.500,00
Total biaya overhead pabrik tetap Rp 24.224,65
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya listrik Rp 189.794,58 /bln x 3,25% = Rp 6.168,32
Biaya air Rp 56.000,00 /bln x 3,25% = Rp 1.820,00
Biaya telepon Rp 32.320 /bln x 3,25% = Rp 1.050,40
Biaya gas elpiji Rp 1.820.000 /bln x 3,25% = Rp 59.150,00
Total Biaya overhead pabrik variabel Rp 68.188,72
Total biaya overhead pabrik Rp 92.413,37
Total Biaya Produksi Rp 1.624.163,37
Sumber: Sabita Bakery Banjarmasin (diolah penulis, 2019)
59

Untuk menghitung biaya persatuan yang dikeluarkan Sabita Bakery


Banjarmasin perlu dihitung unit ekuivalen untuk periode bulan Januari
2019 dengan perhitungan sebagai berikut:
1) Biaya bahan baku
a) Biaya bahan baku roti tawar yang dikeluarkan pada bulan Januari
dapat menghasilkan 3.540 bungkus produk jadi dan tidak ada
persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian 100%. Hal
ini berarti bahwa biaya bahan baku Rp18.533.000 tersebut telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 3.540
bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalen biaya bahan baku roti tawar
adalah 3.540 bungkus + (0 x 100%) = 3.540 bungkus.
b) Biaya bahan baku roti bantal yang dikeluarkan pada bulan Januari
dapat menghasilkan 2.702 bungkus produk jadi dan tidak ada
persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian 100%. Hal
ini berarti bahwa biaya bahan baku Rp10.698.000,00 tersebut
telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 2.702
bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalen biaya bahan baku roti bantal
adalah 2.702 bungkus + (0 x 100%) = 2.702 bungkus.
c) Biaya bahan baku roti manis yang dikeluarkan pada bulan Januari
dapat menghasilkan 2.167 bungkus produk jadi dan tidak ada
persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian 100%. Hal
ini berarti bahwa biaya bahan baku Rp7.637.000,00 tersebut telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 2.167
bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalen biaya bahan baku roti manis
adalah 2.167 bungkus + (0 x 100%) = 2.167 bungkus.
d) Biaya bahan baku roti kering yang dikeluarkan pada bulan Januari
dapat menghasilkan 715 bungkus produk jadi dan tidak ada
persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian 100%. Hal
60

ini berarti bahwa biaya bahan baku Rp1.138.500,00 tersebut telah


digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 715 bungkus
dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan dalam proses. Dengan
demikian unit ekuivalen biaya bahan baku roti kering adalah 715
bungkus + (0 x 100%) = 715 bungkus.
e) Biaya bahan baku roti choco chips yang dikeluarkan pada bulan
Januari dapat menghasilkan 455 bungkus produk jadi dan tidak
ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian 100%.
hal ini berarti bahwa biaya bahan baku Rp1.158.000,00 tersebut
telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 455
bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalen biaya bahan baku roti choco
chips adalah 455 bungkus + (0 x 100%) = 455 bungkus.
2) Biaya bahan penolong
a) Biaya bahan penolong roti tawar yang dikeluarkan pada bulan
Januari dapat menghasilkan 3.540 bungkus produk jadi dan tidak
ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
bahan penolong 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
penolong sebesar Rp1.468.000,00 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 3.540 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya bahan penolong roti tawar adalah 3.540 +
(100% x 0) = 3.540 bungkus.
b) Biaya bahan penolong roti bantal yang dikeluarkan pada bulan
Januari dapat menghasilkan 2.702 bungkus produk jadi dan tidak
ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
bahan penolong 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
penolong sebesar Rp1.080.800,00 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 2.702 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
61

unit ekuivalensi biaya bahan penolong roti bantal adalah 2.702 +


(100% x 0) = 2.702 bungkus.
c) Biaya bahan penolong roti manis yang dikeluarkan pada bulan
Januari dapat menghasilkan 2.167 bungkus produk jadi dan tidak
ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
bahan penolong 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
penolong sebesar Rp866.800,00 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 2.167 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya bahan penolong roti manis adalah 2.167 +
(100% x 0) = 2.167 bungkus.
d) Biaya bahan penolong roti kering yang dikeluarkan pada bulan
Januari dapat menghasilkan 715 bungkus produk jadi dan tidak
ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
bahan penolong 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
penolong sebesar Rp464.750,00 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 715 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya bahan penolong roti kering adalah 715 +
(100% x 0) = 715 bungkus.
e) Biaya bahan penolong roti choco chips yang dikeluarkan pada
bulan Januari dapat menghasilkan 455 bungkus produk jadi dan
tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya bahan penolong 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
penolong sebesar Rp295.750,00 tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 455 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya bahan penolong roti choco chips adalah
455 + (100% x 0) = 455 bungkus.
62

3) Biaya tenaga kerja langsung


a) Biaya tenaga kerja langsung untuk memproduksi roti tawar yang
dikeluarkan pada bulan Januari sebesar Rp606.000,00 tersebut
dapat menghasilkan 3.540 bungkus produk jadi dan tidak ada
persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja langsung sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja langsung tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 3.540 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya tenaga kerja langsung roti tawar adalah
3.540 bungkus + (0 x 100%) = 3.540 bungkus.
b) Biaya tenaga kerja langsung untuk memproduksi roti bantal yang
dikeluarkan pada bulan Januari sebesar Rp462.480,00 tersebut
dapat menghasilkan 2.702 bungkus produk jadi dan tidak ada
persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja langsung sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja langsung tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 2.702 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya tenaga kerja langsung roti bantal adalah
2.702 bungkus + (0 x 100%) = 2.702 bungkus.
c) Biaya tenaga kerja langsung untuk memproduksi roti manis yang
dikeluarkan pada bulan Januari sebesar Rp371.040,00 tersebut
dapat menghasilkan 2.167 bungkus produk jadi dan tidak ada
persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja langsung sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja langsung tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 2.167 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya tenaga kerja langsung roti manis adalah
2.167 bungkus + (0 x 100%) = 2.167 bungkus.
63

d) Biaya tenaga kerja langsung untuk memproduksi roti kering yang


dikeluarkan pada bulan Januari sebesar Rp122.400,00 tersebut
dapat menghasilkan 715 bungkus produk jadi dan tidak ada
persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja langsung sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja langsung tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 715 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya tenaga kerja langsung roti kering adalah
715 bungkus + (0 x 100%) = 715 bungkus.
e) Biaya tenaga kerja langsung untuk memproduksi roti choco chips
yang dikeluarkan pada bulan Januari sebesar Rp78.000,00
tersebut dapat menghasilkan 455 bungkus produk jadi dan tidak
ada persediaan dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja langsung sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya
tenaga kerja langsung tersebut telah digunakan untuk
menyelesaikan produk jadi sebesar 455 bungkus dan 0 bungkus
(100% x 0) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit ekuivalensi biaya tenaga kerja langsung roti choco chips
adalah 455 bungkus + (0 x 100%) = 455 bungkus.
4) Biaya overhead pabrik tetap
a) Biaya overhead pabrik tetap untuk memproduksi roti tawar pada
bulan Januari sebesar Rp188.206,68 dapat menyelesaikan 3.540
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya overhead pabrik tetap sebesar 100%. Hal ini
berarti bahwa biaya overhead pabrik tetap tersebut telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 3.540
bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan produk dalam
proses. Dengan demikian ekuivalensi biaya overhead pabrik tetap
roti tawar adalah 3.540 bungkus + (0 x 100%) = 3.540 bungkus.
64

b) Biaya overhead pabrik tetap untuk memproduksi roti bantal pada


bulan Januari sebesar Rp143.633,52 dapat menyelesaikan 2.702
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya overhead pabrik tetap sebesar 100%. Hal ini
berarti bahwa biaya overhead pabrik tetap tersebut telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 2.702
bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan produk dalam
proses. Dengan demikian ekuivalensi biaya overhead pabrik tetap
roti bantal adalah 2.702 bungkus + (0 x 100%) = 2.702 bungkus.
c) Biaya overhead pabrik tetap untuk memproduksi roti manis pada
bulan Januari sebesar Rp115.234,78 dapat menyelesaikan 2.167
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya overhead pabrik tetap sebesar 100%. Hal ini
berarti bahwa biaya overhead pabrik tetap tersebut telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 2.167
bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan produk dalam
proses. Dengan demikian ekuivalensi biaya overhead pabrik tetap
roti manis adalah 2.167 bungkus + (0 x 100%) = 2.167 bungkus.
d) Biaya overhead pabrik tetap untuk memproduksi roti kering pada
bulan Januari sebesar Rp38.014,06 dapat menyelesaikan 715
produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan tingkat
penyelesaian biaya overhead pabrik tetap sebesar 100%. Hal ini
berarti bahwa biaya overhead pabrik tetap tersebut telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 715 bungkus
dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalensi biaya overhead pabrik tetap roti
kering adalah 715 bungkus + (0 x 100%) = 715 bungkus.
e) Biaya overhead pabrik tetap untuk memproduksi roti choco chips
pada bulan Januari sebesar Rp24.224,65 dapat menyelesaikan
455 produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik tetap sebesar 100%.
65

Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik tetap tersebut telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebesar 455 bungkus
dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian ekuivalensi biaya overhead pabrik tetap roti
choco chips adalah 455 bungkus + (0 x 100%) = 455 bungkus.
5) Biaya overhead pabrik variabel
a) Biaya overhead pabrik variabel untuk memproduksi roti tawar
pada bulan Januari sebesar Rp529.773,93 dapat menyelesaikan
3.540 produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik variabel sebesar
100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik variabel
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi
sebesar 3.540 bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan
produk dalam proses. Dengan demikian ekuivalensi biaya
overhead pabrik variabel roti tawar adalah 3.540 bungkus + (0 x
100%) = 3.540 bungkus.
b) Biaya overhead pabrik variabel untuk memproduksi roti bantal
pada bulan Januari sebesar Rp404.306,68 dapat menyelesaikan
2.702 produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik variabel sebesar
100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik variabel
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi
sebesar 2.702 bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan
produk dalam proses. Dengan demikian ekuivalensi biaya
overhead pabrik variabel roti bantal adalah 2.702 bungkus + (0
x 100%) = 2.702 bungkus.
c) Biaya overhead pabrik variabel untuk memproduksi roti manis
pada bulan Januari sebesar Rp324.368,51 dapat menyelesaikan
2.167 produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik variabel sebesar
100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik variabel
66

tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi


sebesar 2.167 bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan
produk dalam proses. Dengan demikian ekuivalensi biaya
overhead pabrik variabel roti manis adalah 2.167 bungkus + (0
x 100%) = 2.167 bungkus.
d) Biaya overhead pabrik variabel untuk memproduksi roti kering
pada bulan Januari sebesar Rp107.003,84 dapat menyelesaikan
715 produk jadi dan tidak ada persediaan dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik variabel sebesar
100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik variabel
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi
sebesar 715 bungkus dan 0 bungkus (100% x 0) persediaan
produk dalam proses. Dengan demikian ekuivalensi biaya
overhead pabrik variabel roti kering adalah 715 bungkus + (0 x
100%) = 715 bungkus.
e) Biaya overhead pabrik variabel untuk memproduksi roti choco
chips pada bulan Januari sebesar Rp68.188,72 dapat
menyelesaikan 455 produk jadi dan tidak ada persediaan dalam
proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik
variabel sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead
pabrik variabel tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan
produk jadi sebesar 455 bungkus dan 0 bungkus (100% x 0)
persediaan produk dalam proses. Dengan demikian ekuivalensi
biaya overhead pabrik variabel roti choco chips adalah 455
bungkus + (0 x 100%) = 455 bungkus.
4. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti
Perhitungan harga pokok perbungkus roti yang diproduksi Sabita
Bakery Banjarmasin untuk produk roti tawar, roti bantal, roti manis, roti
kering dan roti choco chips dalam bulan Januari 2019 disajikan dalam tabel
4.41 sampai dengan tabel 4.45 sebagai berikut:
67

Tabel 4.41. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Tawar Sabita Bakery Banjarmasin Bulan Januari 2019

Unit Harga pokok produk


Unsur Biaya Produksi Total Biaya
Ekuivalen perbungkus roti
Biaya Bahan Baku Rp 18.533.000,00 3.540 Rp 5.235,31
Biaya Bahan Penolong Rp 1.468.000,00 3.540 Rp 414,69
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 606.000,00 3.540 Rp 171,19
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 188.206,88 3.540 Rp 53,17
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 529.773,93 3.540 Rp 149,65
Total Biaya Rp 21.324.980,81 Rp 6.024,01
Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2019

Tabel 4.42. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Bantal Sabita Bakery Banjarmasin Bulan Januari 2019

Unit Harga pokok produk


Unsur Biaya Produksi Total Biaya
Ekuivalen perbungkus roti
Biaya Bahan Baku Rp 10.698.000,00 2.702 Rp 3.959,29
Biaya Bahan Penolong Rp 1.080.800,00 2.702 Rp 400,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 462.480,00 2.702 Rp 171,16
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 143.633,52 2.702 Rp 53,16
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 404.306,68 2.702 Rp 149,63
Total Biaya Rp 12.789.220,20 Rp 4.733,24
Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2019

Tabel 4.43. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Manis Sabita Bakery Banjarmasin Bulan Januari 2019

Unit Harga pokok produk


Unsur Biaya Produksi Total Biaya
Ekuivalen perbungkus roti
Biaya Bahan Baku Rp 7.637.000,00 2.167 Rp 3.524,23
Biaya Bahan Penolong Rp 866.800,00 2.167 Rp 400,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 371.040,00 2.167 Rp 171,22
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 115.234,78 2.167 Rp 53,18
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 324.368,51 2.167 Rp 149,69
Total Biaya Rp 9.314.443,30 Rp 4.298,31
Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2019
68

Tabel 4.44. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Kering Sabita Bakery Banjarmasin Bulan Januari 2019

Unit Harga pokok produk


Unsur Biaya Produksi Total Biaya
Ekuivalen perbungkus roti
Biaya Bahan Baku Rp 1.138.500,00 715 Rp 1.592,31
Biaya Bahan Penolong Rp 464.750,00 715 Rp 650,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 122.400,00 715 Rp 171,19
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 38.014,06 715 Rp 53,17
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 107.003,84 715 Rp 149,66
Total Biaya Rp 1.870.667,91 Rp 2.616,36
Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2019

Tabel 4.45. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti


Choco Chips Sabita Bakery Banjarmasin Bulan Januari 2019

Unit Harga pokok produk


Unsur Biaya Produksi Total Biaya
Ekuivalen perbungkus roti
Biaya Bahan Baku Rp 1.158.000,00 455 Rp 2.545,05
Biaya Bahan Penolong Rp 295.750,00 455 Rp 650,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 78.000,00 455 Rp 171,43
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 24.224,65 455 Rp 53,24
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 68.188,72 455 Rp 149,87
Total Biaya Rp 1.624.163,37 Rp 3.569,59
Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2019

5. Laporan Biaya Produksi yang Disarankan Oleh Penulis


Berikut laporan biaya produksi yang disarankan penulis untuk Sabita
Bakery Banjarmasin berdasarkan perhitungan harga pokok produksi sesuai
dengan konsep Akuntansi Biaya yang disajikan pada tabel 4.46 sampai
dengan 4.50 berikut ini:
69

Tabel 4.46. Laporan Biaya Produksi Roti Tawar Bulan Januari 2019
Sabita Bakery Banjarmasin

Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 3.540
Produk jadi yang ditransfer kegudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan 3.540

Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 2019 :

Total Per bungkus


Biaya bahan baku Rp 18.533.000,00 Rp 5.235,31
Biaya bahan penolong Rp 1.468.000,00 Rp 414,69
Biaya tenaga kerja Rp 606.000,00 Rp 171,19
Biaya overhead pabrik tetap Rp 188.206,88 Rp 53,17
Biaya overhead pabrik variabel Rp 529.773,93 Rp 149,65
Jumlah Rp 21.324.980,81 Rp 6.024,01

Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer kegudang
3.540 x Rp 6.024,01 Rp 21.324.980,81
Jumlah biaya produksi yang dibebankan
dalam bulan Januari 2019 Rp 21.324.980,81

Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2019


70

Tabel 4.47. Laporan Biaya Produksi Roti Bantal Bulan Januari 2019
Sabita Bakery Banjarmasin

Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 2.702
Produk jadi yang ditransfer kegudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan 2.702

Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 2019 :

Total Per bungkus


Biaya bahan baku Rp 10.698.000,00 Rp 3.959,29
Biaya bahan penolong Rp 1.080.800,00 Rp 400,00
Biaya tenaga kerja Rp 462.480,00 Rp 171,16
Biaya overhead pabrik tetap Rp 143.633,52 Rp 53,16
Biaya overhead pabrik variabel Rp 404.306,68 Rp 149,63
Jumlah Rp 12.789.220,20 Rp 4.733,24

Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer kegudang
2.702 x Rp 4.733,24 Rp 12.789.220,20
Jumlah biaya produksi yang dibebankan
dalam bulan Januari 2019 Rp 12.789.220,20

Sumber : Diolah Oleh Penulis, 2019


71

Tabel 4.48. Laporan Biaya Produksi Roti Manis Bulan Januari 2019
Sabita Bakery Banjarmasin

Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 2.167
Produk jadi yang ditransfer kegudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan 2.167

Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 2019:

Total Per bungkus


Biaya bahan baku Rp 7.637.000,00 Rp 3.524,23
Biaya bahan penolong Rp 866.800,00 Rp 400,00
Biaya tenaga kerja Rp 371.040,00 Rp 171,22
Biaya overhead pabrik tetap Rp 115.234,78 Rp 53,18
Biaya overhead pabrik variabel Rp 324.368,51 Rp 149,69
Jumlah Rp 9.314.443,30 Rp 4.298,31

Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer kegudang
2.167 x Rp 4.298,31 Rp 9.314.443,30
Jumlah biaya produksi yang dibebankan
dalam bulan Januari 2019 Rp 9.314.443,30

Sumber : Diolah Oleh Penulis, 2019


72

Tabel 4.49. Laporan Biaya Produksi Roti Kering Bulan Januari 2019
Sabita Bakery Banjarmasin

Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 715
Produk jadi yang ditransfer kegudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan 715

Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 2019:

Total Per bungkus


Biaya bahan baku Rp 1.138.500,00 Rp 1.592,31
Biaya bahan penolong Rp 464.750,00 Rp 650,00
Biaya tenaga kerja Rp 122.400,00 Rp 171,19
Biaya overhead pabrik tetap Rp 38.014,06 Rp 53,17
Biaya overhead pabrik variabel Rp 107.003,84 Rp 149,66
Jumlah Rp 1.870.667,91 Rp 2.616,32

Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer kegudang
715 x Rp 2.616,32 Rp 1.870.667,91
Jumlah biaya produksi yang dibebankan
dalam bulan Januari 2019 Rp 1.870.667,91

Sumber : Diolah Oleh Penulis, 2019


73

Tabel 4.50. Laporan Biaya Produksi Roti Choco Chips Bulan Januari 2019
Sabita Bakery Banjarmasin

Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 455
Produk jadi yang ditransfer kegudang
Produk dalam proses akhir
Jumlah produk yang dihasilkan 455

Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 2019:

Total Per bungkus


Biaya bahan baku Rp 1.158.000,00 Rp 2.545,05
Biaya bahan penolong Rp 295.750,00 Rp 650,00
Biaya tenaga kerja Rp 78.000,00 Rp 171,43
Biaya overhead pabrik tetap Rp 24.224,65 Rp 53,24
Biaya overhead pabrik variabel Rp 68.188,72 Rp 149,87
Jumlah Rp 1.624.163,37 Rp 3.569,59

Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer kegudang
455 x Rp 3.569,59 Rp 1.624.163,37
Jumlah biaya produksi yang dibebankan
dalam bulan Januari 2019 Rp 1.624.163,37

Sumber : Diolah Oleh Penulis, 2019

6. Jurnal yang Disarankan Penulis


Berikut ini jurnal yang disarankan penulis berdasarkan pembahasan ini.
Dalam metode ini barang-barang yang dikeluarkan akan dibebani harga
pokok pada akhir periode, berikut ini jurnal yang disarankan penulis:
a. Biaya produksi roti tawar dalam bulan Januari 2019, dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku roti tawar
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp18.533.000,00
Persediaan bahan baku Rp18.533.000,00
74

2) Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong roti tawar


Barang dalam proses-biaya bahan penolong Rp1.468.000,00
Persediaan bahan penolong Rp1.468.000,00

3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung roti tawar


Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp606.000,00
Gaji dan upah Rp606.000,00

4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik roti tawar


Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Rp717.980,81
Berbagai rekening yang dikredit Rp717.980,81

5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


gudang
Persediaan produk jadi Rp 21.324.980,81
Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rp18.533.000,00
Barang dalam proses – Biaya bahan penolong Rp 1.468.000,00
Barang dalam proses – Biaya tenaga kerja Rp 606.000,00
Barang dalam proses – Biaya overhead pabrik Rp 717.980,81
b. Biaya produksi roti bantal dalam bulan Januari 2019, dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku roti bantal
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 10.689.000,00
Persediaan bahan baku Rp 10.689.000,00

2) Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong roti bantal


Barang dalam proses-biaya bahan penolong Rp 1.080.800,00
Persediaan bahan penolong Rp1.080.800,00

3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung roti bantal


Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp 462.480,00
Gaji dan upah Rp 462.480,00

4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik roti bantal


Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Rp 547.940,20
Berbagai rekening yang dikredit Rp 547.940,20
75

5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


gudang
Persediaan produk jadi Rp 12.789.220,20
Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rp 10.698.000,00
Barang dalam proses – Biaya bahan penolong Rp 1.080.800,00
Barang dalam proses – Biaya tenaga kerja Rp 462.480,00
Barang dalam proses – Biaya overhead pabrik Rp 547.940,20
c. Biaya produksi roti manis dalam bulan Januari 2019, dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku roti manis
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 7.637.000,00
Persediaan bahan baku Rp 7.637.000,00

2) Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong roti manis


Barang dalam proses-biaya bahan penolong Rp 866.800,00
Persediaan bahan penolong Rp 866.800,00

3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung roti manis


Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp 371.040,00
Gaji dan upah Rp 371.040,00

4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik roti manis


Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Rp 439.603,30
Berbagai rekening yang dikredit Rp 439.603,30
5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
Persediaan produk jadi Rp 9.314.443,30
Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rp 7.637.000,00
Barang dalam proses – Biaya bahan penolong Rp 866.800,00
Barang dalam proses – Biaya tenaga kerja Rp 371.040,00
Barang dalam proses – Biaya overhead pabrik Rp 439.603,30

d. Biaya produksi roti kering dalam bulan Januari 2019, dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku roti kering
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 1.138.500,00
Persediaan bahan baku Rp 1.138.500,00
76

2) Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong roti kering


Barang dalam proses-biaya bahan penolong Rp 464.750,00
Persediaan bahan penolong Rp 464.750,00

3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung roti kering


Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp 122.400,00
Gaji dan upah Rp 122.400,00

4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik roti kering


Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Rp 145.017,91
Berbagai rekening yang dikredit Rp 145.017,91

5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


gudang
Persediaan produk jadi Rp 1.870.667,91
Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rp 1.138.500,00
Barang dalam proses – Biaya bahan penolong Rp 464.750,00
Barang dalam proses – Biaya tenaga kerja Rp 122.400,00
Barang dalam proses – Biaya overhead pabrik Rp 145.017,91
e. Biaya produksi roti choco chips dalam bulan Januari 2019, dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:
1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku roti choco chips
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp 1.158.000,00
Persediaan bahan baku Rp 1.158.000,00

2) Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong roti choco chips


Barang dalam proses-biaya bahan penolong Rp 295.750,00
Persediaan bahan penolong Rp 295.750,00

3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung roti choco chips
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp 78.000,00
Gaji dan upah Rp78.000,00

4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik roti choco chips


Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Rp 92.413,37
Berbagai rekening yang dikredit Rp 92.413,37
77

5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke


gudang
Persediaan produk jadi Rp 1.624.163,37
Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rp 1.158.000,00
Barang dalam proses – Biaya bahan penolong Rp 295.750,00
Barang dalam proses – Biaya tenaga kerja Rp 78.000,00
Barang dalam proses – Biaya overhead pabrik Rp 92.413,37
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Setelah dilakukan penelitian berkenaan dengan perhitungan harga pokok per
bungkus roti tawar, roti bantal, roti manis, roti kering dan roti choco chips
dengan menggunakan metode harga pokok proses, telah diketahui bahwa penulis
mencoba mengambil kesimpulan dari semua hal yang telah dibahas dan dari
hasil penelitian tersebut, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
9. Sabita Bakery Banjarmasin yang berdiri pada tanggal 9 April 2008
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha manufaktur yang
memproduksi dan menjual berbagai macam roti yang terdiri berbagai rasa dan
bentuk.
10. Sabita Bakery Banjarmasin masih kurang tepat dalam melakukan
perhitungan harga pokok produk, karena tidak menggolongkan biaya yang
sesuai dengan konsep akuntansi biaya. Seperti biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja dan Sabita Bakery Banjarmasin menggolongkan
biaya listrik, biaya air, biaya telepon, dan biaya gas elpiji dalam biaya lain-
lain sedangkan dalam konsep akuntansi biaya termasuk dalam biaya overhead
pabrik.
11. Penggolongan biaya produk menurut perusahaan adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain.
12. Sabita Bakery Banjarmasin menggolongkan unsur biaya bahan penolong ke
dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja non produksi atau biaya tenaga
kerja tidak langsung dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja bagian produksi
atau biaya tenaga kerja langsung dan masih belum melakukan perhitungan
penyusutan aktiva tetap, padahal biaya penyusutan ini merupakan biaya
overhead pabrik dan tidak menghitung penyusutan depresiasi aktiva tetap
yang seharusnya dibebankan ke dalam biaya overhead pabrik.

78
79

13. Perhitungan harga pokok produk roti tawar, roti bantal, roti manis, roti
kering dan roti choco chip menurut perusahaan dan penulis disajikan dalam
tabel berikut:

Tabel 5.1. Perhitungan Harga Pokok Produk Roti Menurut Perusahaan


dan Menurut Penulis Sabita Bakery Banjarmasin Januari 2019

No. Nama Produk Roti Perusahaan Penulis


1. Roti Tawar Rp 6.100,08 Rp 6.024,01
2. Roti Bantal Rp 4.809,30 Rp 4.733,24
3. Roti Manis Rp 4.374,40 Rp 4.298,31
4. Roti Kering Rp 2.692,39 Rp 2.616,32
5. Roti Choco Chips Rp 3.645,77 Rp 3.569,59
Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2019

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat penulis
berikan dengan harapan dapat dijadikan pertimbangan dalam proses
pengambilan kebijakan atau keputusan yang mungkin bisa diterapkan di Sabita
Bakery Banjarmasin dimasa yang akan datang. Saran tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Sabita Bakery Banjarmasin hendaknya melakukan penggolongan biaya yang
sesuai dengan konsep akuntansi biaya karena penggolongan biaya sangat
berpengaruh dalam perhitungan harga pokok produk yang lebih baik dan
untuk penentuan harga jual yang tepat.
2. Sabita Bakery Banjarmasin sebaiknya melakukan perhitungan harga pokok
produksi yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya, hal ini dilakukan agar
Sabita Bakery Banjarmasin dapat meminimalkan pembebanan pada biaya
produksi sekaligus meningkatkan potensi laba, selain itu perusahaan juga
mampu mengetahui penentuan harga jual produk yang sesungguhnya.
3. Sabita Bakery Banjarmasin sebaiknya memasukkan biaya depresiasi aktiva
tetap dalam perhitungan harga pokok produk karena biaya depresiasi aktiva
tetap merupakan elemen penting dalam menghitung biaya overhead pabrik
80

agar perhitungan harga pokok produk akan lebih akurat. Kemudian dalam
perhitungan penetapan harga jual menjadi lebih baik serta mampu
memaksimalkan laba yang di harapkan.
4. Sabita Bakery Banjarmasin sebaiknya tidak memasukkan perhitungan biaya
tenaga kerja non produksi seperti biaya gaji penjualan.
5. Sabita Bakery Banjarmasin sebaiknya mengganti biaya lain-lain dengan
biaya overhead pabrik yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Meilita. 2018. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti Dengan
Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Full-Costing Pada Shireen Bakery
Banjarmasin. Tugas Akhir Pada Politeknik Negeri Banjarmasin.

Baridwan, Zaki. 2014. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE.

Dewi, Sofia Prima dan Septian Bayu Kristanto. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi 2.
Bogor: In Media.

Firdayanti, Maulina. 2017. Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Roti
Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Pada Ivanna Bakery
Banjarmasin. Tugas Akhir Pada Politeknik Negeri Banjarmasin.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2016. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK


16. Jakarta.

Mifta Magfirah dan Fazli Syam BZ. 2016. Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi Dengan Penerapan Metode Full Costing Pada UMKM kota Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 1 (2), 59-70.

Mulyadi. 2016. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya


Ilmiah. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.

Prastowo, Andi. 2014. Memahami Metode-Metode Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Pradana Setiadi, David P.E. Saerang dan Treesje Runtu. 2014. Perhitungan Harga
Pokok Produksi Dalam Penentuan Harga Jual Pada CV. Minahasa Mantap
Perkasa. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 14 (2), 70-81.

Raiborn, Cecily A. dan Michael R. Kinney. 2011. Akuntansi Biaya Dasar dan
Perkembangan. Jakarta: Salemba Empat.

Riwayadi. 2014. Akuntansi Biaya Pendekatan Tradisional dan Kontemporer.


Jakarta:
Salemba Empat.

Siregar, Baldric dkk. 2014. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

81
Somantri, Hendi. 2011. Akuntansi SMK Seri C - Penghitungan dan Pencatatan
Biaya
Produksi Metode Harga Pokok Pesanan dan Metode Harga Pokok Proses.
Jakarta: Armico.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Surjadi, Lukman. 2013. Akuntansi Biaya. Jakarta: PT Indeks.

Yuliyanti dan Rishi Septa Saputra. 2017. Analisis Harga Pokok Produksi Roti
Berdasarkan Metode Full Costing dan Variable Costing. Jurnal Online
Akuntan, 2 (2), 229-236.

82
Lampiran 1. Surat Balasan Ijin Penelitian

83
Lampiran 2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

84
Lampiran 3. Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Pembimbing 1)

85
Lampiran 4. Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Pembimbing 2)

86
87
Lampiran 5. Lembar Saran Anggota Penguji 1 Tugas Akhir

88
Lampiran 6. Lembar Saran Anggota Penguji 2 Tugas Akhir

89
Lampiran 7. Denah Perusahaan

PETA DAERAH PENELITIAN

Nama Perusahaan : Sabita Bakery Banjarmasin


Alamat : Jl. Zafri Zam-Zam Komplek LLSDP 1 RT 41 No. 11,
Banjarmasin Kalimantan Selatan, 70124
Telepon : (0511) 7767277
Kordinat : -3o307’619”S 114o57’407.7”E
Google Maps Alamat : https://goo.gl/maps/XUQvUPpTjGcYpNuL6

Denah Sabita Bakery Banjarmasin

90
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Henny Susilowati
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Tempat dan Tanggal Lahir Banjarmasin, 09 Oktober 1998
4 Alamat Jl. Belitung Darat GG Bina Warga 2 RT 27 RW 02 No. 58
5 NIM D010316012
6 Program Studi Akuntansi
7 Alamat E-mail hennysusilowati09@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 0812-9049-1077
9 Nama Ayah Hartono

B. Riwayat Pendidikan
Nama Sekolah Kota Th. Lulus
SD SDN BELITUNG SELATAN 5 BANJARMASIN 2010
SLTP SMP NEGERI 5 BANJARMASIN 2013
SLTA SMKS MAESTRO ISLAMIC SCHOOL BANJARMASIN 2016

C. Organisasi yang Pernah Diikuti


No. Nama Organisasi Jabatan Tahun
1. Lembaga Al-Ikhlas Poliban Anggota Opini dan Syiar 2016
2. Lembaga Al-Ikhlas Poliban Bendahara 2017
3. Lembaga Al-Ikhlas Poliban Anggota Perlengkapan 2018
4. Lembaga Al-Ikhlas Poliban Bendahara 2019

D. Kegiatan Kemahasiswaan yang Pernah Diikuti


No. Jenis Kegiatan Tempat dan Waktu Status dalam Kegiatan
1. Pengabdian Kepada Masyarakat Sei Tabuk, 5 Oktober 2017 Panitia
2. Training Akbar 2017 Poliban, 29 Oktober 2017 Panitia
3. Pesantren Ramadhan 2018 Poliban, 9 Juni 2018 Panitia
4. Pesantren Ramadhan 2019 Poliban, 31 Mei 2019 Panitia

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Tertanda,

Henny Susilowati

Anda mungkin juga menyukai