PEMBAHASAN
Secara etimologis kata moral berasal dari bahasa latin yaitu “Mores” yang berasal
dari suku kata “Mos”. Mores berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak,
yang kemudian artinya berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam bertingkah
laku yang baik (Darmadi, 2009: 50). Moralita berarti mengenai tentang kesusilaan
(kesopanan, sopan-santun, keadaban) orang yang susila adalah orang yang baik budi
bahasanya. Kesimpulannya moral merupakan semua tindakan baik dan tindakan
buruk pada diri manusia yang terbentuk karena sebuah kebiasan, sedangkan etika
merupakan ilmu pengetahuan mengenai asas-asas atau norma. Jadi kebiasaan baik
dan buruk itulah yang memberntuk moral baik dan moral buruk, oleh sebab itu
sebuah kebiasan akan menjadi mengkristal atau membentuk moral seseorang. Pesan
moral merupakan bagian yang penting untuk kita dapat, agar menambah pengetahuan
tentang nilai kehidupan. Dalam kehidupan ini bukan hanya sekedar mendapatkan
pengethuan tentang intelektula saja, tetapi juga pengetahuan tentang moral, karena
bagaimanapun moral adalah variabel yang harus pertama kita miliki dalam
kehidupan kita. Oleh sebab itu, pengetahuan moral dalam kehidupan manusia
merupakan hal yang saling membutuhkan. Beberapa pesan moral menurut Suseno
(2007: 142-149) meliputi sebagai berikut ini.
1). Jujur
Jujur berarti seia-sekata, apa yang diungkapkan sesuai dengan fakta atau
sesuai dengan kenyataan. Sikap jujur atau fair akan menumbuhkan kepercayaan
orang lain kepada kita sendiri. sikap jujur adalah sikap yang tidak menentang suara
hatinya atau terhadap keyakinannya. Sikap jujur tidak memandang adanya perasaan
minder atau takut untuk bersikap jujur, akan tetapi keyakinan yang mantap tanpa
menutupi sebuah hal yang kurang baik dalam kehidupan kita. Keyakinan hidup untuk
tidak menentang hati nurani pada diri manusia merupakan dasar bahwa manusia
merupakan mahluk yang etis, artinya sejak lahir manusi itu adalah baik, oleh sebab
itu sikap jujur perlu dikembangkan lagi dalam kehidupan sehari-hari.
4). Kemandirian
Kemandirian adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan
bertindak sesuai norma. Kekuatan untuk tidak mau berkongkalikong dalam suatu
urusan atau permainan yang kita sadari tanpa sikap jujur, korup atau melanggar
keadilan. Kemandirian merupakan sikap yang seseorang memiliki pendirian dalam
bertindak, tanpa mengikuti arus angin yang kurang baik. Di kehidupan ini kita
membutuhkan sikap kemandirian, agar kita kedepannya kita bisa hidupa dalam
lingkungan tanpa harus mengerjakan seseuatu dengan bantuan orang lain. Pada
dasarnya sikap mandiri melatih diri kita untuk bisa hidup dalam keadaan lingkungan
seperti apapun, agar keberlangsungan hidup kita menjadi lebih baik dan mandiri
dalam kehidupan sehari-hari.
dengan apa yang kita inginkan. Melalui sikap kerendahan hati, kita menjadi tidak
sombong dan membangkakan diri dengan kelebihan yang kita miliki, yang
sebernarnya justru menjadikan kita sombong. Oleh karena itu membutuhkan sikap
kerendahan hati dalam kehidupan kita, agar kita menyadari dan mensyukuri semua
kelebihan kita untuk digukan dalam hal yang positif bukan untuk dipamerkan.
7). Kritis
Sikap kritis yaitu suatu tindakan untuk mengoreksi, memberikan saran baik terhadap
segala kekuatan, kekuasan dan wewenang yang dapat merugikan kehidupan
individual maupun masyarakat. Sikap kritis pada dasarnya memberikan suatu saran
yang bermanfaat pada seseorang maupun untuk diri kita sendiri agar kedepannya
menjadi lebih baik dalam bertindak dikehidupan sehari-hari. Semakin kita kritis
dengan sikap pada diri kita maupun segala hal yang melanggar moral kita juga
berhak memberikan kritik untuk memperbaiki hal yang bisa melanggar norma-norma
kehidupan.
2. Definisi Sosial
Sosial berasal dari bahasa latin yaitu ’socius’ yang berarti segala sesuatu yang lahir,
tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama (Salim, 2002). Sudarno (dalam
Salim, 2002) menekankan pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari
hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak
tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam posisi-posisi sosial tertentu
berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada
waktu tertentu. Winandi (dalam Ibrahim, 2003) mendefenisikan struktur sosial
sebagai seperangkat unsur yang mempunyai ciri tertentu dan seperangkat hubungan
diantara unsur-unsur tertentu. Dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat yang lahir, tumbuh, dan berkembangan dalam
kehidupan bersama.
Secara khusus kata sosial maksudnya adalah hal-hal mengenai berbagai kejadian
dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu
untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama (Shadily,
1993:1-2). Dengan kata lain menurut Hassan Shadily, sosiologi adalah ilmu
masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota
golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan
atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan, atau
agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang
meliputi segala segi kehidupannya (1993:2). Pembentukan struktur sosial, dan
terjadinya proses sosial dan kemudian adanya perubahan-perubahan sosial tidak
lepas dari adanya aktivitas interaksi sosial yang menjadi salah satu ruang lingkup
sosiologi. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan dimana terjadi proses saling
pengaruh mempengaruhi antara para individu, antara individu dengan kelompok,
maupun antara kelompok (Soekanto, 2003:423). Menurut Soerjono Soekanto
(Soekanto, 1992:471), sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam
mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang
menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi atara para individu, individu
dengan kelompok maupun antarkelompok. Menurut Soekanto, Sosiologi komunikasi
juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara
kepada public. Secara komprehensif Sosiologi Komunikasi mempelajari tentang
interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut
seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media,
bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan
bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek
media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung
masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
Komunikasi massa menurut McQuail (1994:6) adalah komunikasi komunikasi
yang berlangsung pada tingkat masyarakat luas. Pada tingkat ini komunikasi
dilakukan dengan menggunakan media massa. Selanjutnya McQuail mengatakan
ciri-ciri utama komunikasi massa, sumbernya adalah organisasi formal dan
pengirimnya adalah professional, pesannya beragam dan dapat diperkirakan, pesan
diproses dan distandarisasikan, pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual dan
makna simbolik, hubungan antara komunikan dan komunikator berlangsung satu
arah bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif .
Dengan demikian, lingkup komunikasi massa menyangkut sumber pemberitaan,
pesan komunikasi, hubungan omunikan dan komunikator, dan dampak pemberitaan
terhadap masyarakat.
3. Definisi Emosi
Emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas
emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil
persepsi terhadap situasi. Sudah lama diketahui bahwa emosi merupakan salah satu
aspek berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Bersama dengan dua aspek
lainnya, yakni kognitif (daya pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi atau yang
sering disebut aspek afektif, merupakan penentu sikap, salah satu predisposisi
perilaku manusia. Namun tidak banyak yang mempermasalahkan aspek emosi
hingga muncul Daniel Goleman (1997) yang mengangkatnya menjadi topik utama di
bukunya. Kecerdasan emosi memang bukanlah konsep baru dalam dunia psikologi.
Lama sebelum Goleman (1997) di tahun 1920, E.L. Thorndike sudah mengungkap
social intelligence, yaitu kemampuan mengelola hubungan antar pribadi baik pada
pria maupun wanita. Thorndike percaya bahwa kecerdasan sosial merupakan syarat
penting bagi keberhasilan seseorang di berbagai aspek kehidupannya. Salah satu
pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam mengenai emosi
itu sendiri. Banyak orang tidak tahu menahu mengenai emosi atau besikap negatif
terhadap emosi karena kurangnya pengetahuan akan aspek ini. Seorang anak yang
terbiasa dididik orang tuanya untuk tidak boleh menangis, tidak boleh terlalu
memakai perasaan akhirnya akan membangun kerangka berpikir bahwa perasaan,
memang sesuatu yang negatif dan oleh karena itu harus dihindari. Akibatnya anak
akan menjadi sangat rasional, sulit untuk memahami perasaan yang dialami orang
lain serta menuntut orang lain agar tidak menggunakan emosi. Salah satu definisi
akurat tentang pengertian emosi diungkap Prezz (1999) seorang EQ organizational
consultant dan pengajar senior di Potchefstroom University, Afrika Selatan, secara
tegas mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat
dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir)
manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif
terhadap situasi spesifik. Emosilah yang seringkali menghambat orang tidak
melakukan perubahan. Ada perasaan takut dengan yang akan terjadi, ada rasa cemas,
ada rasa khwatir, ada pula rasa marah karena adanya perubahan. Hal tersebut itulah
yang seringkali menjelaskan mengapa orang tidak mengubah polanya untuk berani
mengikuti jalur-jalur menapaki jenjang kesuksesan. Hal ini sekaligus pula
menjelaskan pula mengapa banyak orang yang sukses yang akhirnya terlalu puas
dengan kondisinya, selanjutnya takut melangkah. Akhirnya menjadi orang yang
gagal.
Emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang tepat terbukti bisa melenyapkan
stress pekerjaan. Semakin tepat mengkomunikasikan perasaan, semakin nyaman
perasaan tersebut. Ketrampilan manajemen emosi memungkinkan individu menjadi
akrab dan mampu bersahabat, berkomunikasi dengan tulus dan terbuka dengan orang
lain. Berbagai riset tentang emosi umumnya berkesimpulan sederhana bahwa ‘adalah
penting untuk membawa emosi yang menyenangkan ke tempat kerja’.
Emosi yang tadinya sering ditinggal di rumah saat berangkat kerja saat ini justru
semakin perlu dilibatkan di setiap setting bisnis. Naisbitt (1997) pun dalam bukunya
“High Tech, High Touch : Technology and Our Search for Meaning” mendukung
pendapat ini. Dikatakannya pada situasi teknologi mewabah, justru haus akan
sentuhan kemanusiaan. Perkembangan tehnologi yang luar biasa yang kini terjadi
dirasakan tidak diiringi dengan perubahan sosial yang memadai. Naisbitt (1997)
menyebut era saat ini sebagai ‘zona keracunan tehnologi’. Di satu sisi sangat memuja
tehnologi, di sisi lain melihat ada bagian yang hilang dari tehnologi, yaitu sentuhan
kemanusiaan yang kita idamkan
2). Memainkan peran di lingkungan sosialnya. Setiap kelompok sosial mempunyai
pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan
setiap anggota dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.
Disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan yang
nampak, sehingga menghasilkan emosi yang pendek.
Kuat atau hebat.
Mereka akan tampak marah sekali, takut sekali, tertawa ternbahak-bahak meskipun kemudian
cepat hilang.
Mudah berubah.
Sering terjadi perubahan, saling berganti-ganti emosi, dari emosi susah ke emosi senang dan
sebalikknya dalam waktu yang singkat.
Nampak berulang-ulang ; Timbul karena anak ada pada tahap perkembangan menuju
dewasa. Anak harus menyesuaikan diri terhadap situasi luar, dan dilakukan secara
berulang-ulang.
Dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya. Misalnya melamun, gelisah,
sering menangis dan sebagainya.
Memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan. Bila keinginan tidak
terpenuhi anak akan marah. Sebaliknya jika merasa senang anak akan tersenyun dan tertawa
meskipun orang lain tidak mengetahui apa yang dirasakan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kanak-kanak akhir tidak terlalu
berbeda dengan masa kanak-kanak awal, namun anak sudah mampu mengendalikan luapan
emosi yang tidak dapat diterima. Anak mulai menampakkan rasa malu. Keinginan anak sulit
ditolak. Pada masa perkembangan ini guru atau orang tua harus mampu memberi pengertian
pada anaknya agar lebih terkendali emosi negatifnya.
Remaja
Ketegangan emosi yang khas disebut masa badai topan (strom and stress). Heightened
Emotionality, yaitu masa yang menggambarkan keadaan perasaan remaja yang tidak menentu,
tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi terjadi karena remaja menghadapi kondisi
baru, karena selama masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri menghadapi keadaan
tersebut. Kepekaan emosi sering diwujudkan dalam bentuk, lekas marah, mudah menyendiri dan
adanya kebiasaan nervous, gelisah, cemas dan sentimen, menggigit kuku dan garuk-garuk
kepala.
Perkembangan emosi cinta remaja, meliputi beberapa tahap yaitu:
1. Crush, akhir masa kanak-kanak/awal remaja, mulai memuja orang lain yang lebih tua
dari jenis seks yang sama, cinta bersifat pemujaan
2. Hero worshipping, sama dengan crush, cinta bersifat pemujaan ditunjukkan pada orang
lain yang lebih tua, tapi dari jenis kelamin yang berbeda dan umumnya jarak jauh.
3. Boy crazy & Girl Crazy, rasa cinta ditunjukkan pada teman sebaya, tidak hanya satu
orang tapi pada semua remaja dan lawan jenisnya.
4. Puppy love (cinta monyet), cinta remaja tertuju pada satu orang saja tapi sifatnya masih
berpindah-pindah.
5. Romantic love, remaja menemukan cinta yang tepat, sifat sudah lebih stabil, sering
berakhir dengan perkawinan.
Sesuai dengan teori di atas perkembangan remaja terjadi masa transisi antara masa kanak-kanak
dengan dewasa. Anak sering kali merasa masih dianggap sebagai anak-anak padahal
perkembangan lebih meningkat dibandingkan dengan seorang anak. Anak mulai mengalami
ketertarikan dengan lawan jenis. Kontrol dari orang tua menjadi sangat penting agar anak tidak
terjerumus pada pergaulan bebas karena organ reproduksi anak sudah mulai matang.
Orang Dewasa
Perkembangan sangat berkaitan dengan adanya perubahan minat. Kondisi yang mempengaruhi
perubahan minat pada masa ini adalah perubahan kondisi kesehatan, perubahan status sosial
ekonomi, perubahan dalam pola kehidupan, perubahan dalam nilai, perubahan peran seks,
perubahan status dari belum menikah ke status menikah, menjadi orangtua, perubahan tekanan
budaya dan lingkungan. Kondisi di atas sangat menuntut orag dewasa pada masa ini untuk
melakukan penyesuaian diri dengan baik. Bahwa perkembangan emosi sosial dan moral terdapat
beberapa titik perhatian sebagai berikut
Pada masa dewasa madya, fase kehidupan keluarga mempengaruhi ciri khas perkembangan
emosinya pada fase ini berada pada taraf kestabilan dalam berumah tangga.
Sindrom sarang kosong ini menyatakan bahwa kepuasan pernikahan akan menurun karena anak-
anak yang akan mulai meninggalkan orangtuanya.
Hubungan dengan saudara akan semakin meningkat. Individu mulai dituntut untuk membimbing
masa-masa sebelumnya.
4. Pengisian waktu luang
Individu pada masa dewasa madya atau tengah, perlu menyiapkan diri untuk masa pensiun, baik
secara keuangan maupun psikologi. Terkadang menyebabkan perasaan cemas.
Semakin dekan antara anak dengan orang tuanya, biasanya ibu dengan anak perempuannya.
Tingkat perkembangan dewasa adalah pengendalian perasaan yang paling stabil. Orang mulai
dapat mengendalikan perasaan yang dulu ketika remaja masih meledak-ledak. Pada tingkat
dewasa biasanya lebih bisa ngemong generasi berikutnya. Lebih bisa mengalah dan berpikir
dingin. Tanggungjawab sebagai pemimpin, sebagai karyawan dan sebagai orang tua.
Jika sebalikya , orangtua tidak mengajarkan moral yang baik untuk anak pasti
anak berbuat seenaknya saja, anak tidak sopan santun , anak tidak menghormati
jika ada orang yang lebih tua. Sekarang ini banyak anak yang kurang mempunyai
etika terhadap orang dewasa. Nah, disini sebagai orangtua harus saling
mendampingi anak supaya mempunyai moral yang baik supaya bisa di terima di
masyarakat dan juga baik di masyarakat. Ada juga faktor lain yang mempengaruhi
misal dari pergaulan , anak salah pergaulan, anak sering bergaul dengan anak
yang mempunyai moral yang tidak baik, nah disini anak biasanya juga
terpengaruh oleh temannya tersebut. Jadi, orangtua juga harus mengetahui sang
anak bermain dengan siapa dan mengetahui bagaimana sifat dari anak tersebut.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam
keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan
baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak
yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam
keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam
kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya.
Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat
lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak
di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam
arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan
kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan
hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
a. Usia
Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya akan lebih matang dan individu
akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan emosinya. Individu semakin baik dalam
kemampuan memandang suatu masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya secara
lebih stabil dan matang secara emosi
d. Lingkungan
Kebebasan dan kontrol yang mutlak/ketat dapat menjadi penghalang dalam pencapaian
kematangan emosi seseorang. Lingkungan di sekitar kehidupan seseorang yang
mendukung perkembangan fisik dan mental memungkinkan kematangan emosi dapat
tercapai.
e. Jenis Kelamin
Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka memiliki
pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya sehingga cenderung kurang mampu
mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan oleh perempuan. Hal ini menunjukkan
laki-laki cenderung memiliki ketidakmatangan emosi jika dibandingkan dengan
perempuan.
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Di dalam
perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan
sosial di mana mereka berada. Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi
dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak yang
mudah bergaul. Emosi pada masa awal kanak-kanak sangat kuat. Pada masa ini merupakan saat
ketidak seimbangan dimana anak mudah terbawa emosi sehingga sulit dibimbing dan
diarahkan.Perkembangan emosional anak tidak selamanya stabil. Banyak faktor yang
mempengaruhi stabilitas emosi dan kesanggupan sosial anak, baik yang berasal dari anak itu
sendiri maupun berasal dari luar dirinya.
Perkembangan sosial yang dirasakan seorang anak merupakan proses penerimaan sosial.
Aspek pencapaiannya ditandai dengan bagaimana dia mampu bergaul, beradaptasi dengan
lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok (Pangestuti, 2013).
Menjelang masuk SD, anak telah mengembangkan kemampuan berpikir dan bertindak dengan
pengaruh sosial yang lebih kompleks dibandingnya waktu masih taman kanakkanak. Sampai
pada masa ini anak yang hanya memusatkan pada dirinya sendiri mulai membuka dirinya ke
dunia luar. Anak SD akan mulai percaya diri walaupun juga sering rendah diri.
Mengembangkan sosial emosional harus dilakukan sejak dini terutama pada usia taman
kanak-kanak. Hal ini disebabkan karena pada masa tersebut anak mulai mengembangkan
pergaulan dengan teman sebaya dilingkungan rumah dan di luar rumah. Bahkan anak-anak yang
berbeda wilayah dengan mereka yang tentunya memiliki ciri khas budaya yang berbeda. Hasil
penelitian Rhoades, et al (2011) menunjukkan bahwa attention selama masa taman kanak-kanak
mampu memediasi hubungan antara pengetahuan emosi, keterampilan atensi dan kompetensi
akademik di kelas pertama dengan memperhitungkan dampak pendidikan ibu, pendapatan
keluarga, usia anak, jenis kelamin. Temuan ini menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan
keberhasilan akademis masa depan anak-anak.
Tugas guru dalam mengembangkan sosial emosi pada anak didik hendaknya menguasai
prinsip tindakan: (1) Menjadi contoh atau teladan yang baik, (2) Mengenalkan emosi, (3)
Menganggapi perasaan anak, (4) Melatih pengendalian diri, (5) Melatih mengelola emosi, (6)
Menerapkan disiplin dengan konsep empati, (7) Melatih keterampilan komunikasi, (8)
Mengungkapkan emosi dengan kata-kata, dan (9) Memperbanyak permainan dinamis
3.1 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini alangkah baiknya kita sebagai para pendidik harus
memahami perkembangan sosial emosi peserta didik, agar kita mampu menilih metode
pembelajaran mana yang akan digunakan. Dan juga mampu mengarahkan peserta didik dengan
perkembangan emosi dan sosialnya ke hal yang positif. Bagi Pembaca Semoga isi makalah ini
dapat menambah ilmu pengetahuan dan membantu memahami lebih dalam tentang
perkembangan intelektual, emosi dan sosial pada anak. Meskipun pemakalah menginginkan
kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan
dari segi maeri yang kami muat dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, A. (2015, November 4). Eureka Pendidikan. Retrieved October 18, 2021, from Eureka
Pendidikan: https://eurekapendidikan.com/karakteristik-dan-faktor-faktor-yang
Jhon, D. (2021, January 11). Silabus Web. Retrieved October 19, 2021, from Silabus Web:
https://www.silabus.web.id/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kematangan-emosi/
Makplus, O. (2019, August 26). Pengertian Moral serta definisi Moral Menurut Para Ahli. Retrieved
October 18, 2021, from Definisi Pengertian:
http://www.definisi-pengertian.com/2018/07/pengertian-moral-definisi-menurut-ahli.html
Setiawan, S. (2021, September 28). “Emosi” Pengertian Menurut Para Ahli & Bentuk ( Positif –
Negatif ). Retrieved October 17, 2021, from Guru Pendidikan:
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-emosi/
Wulan, P. (2017, March 13). Faktor yang mempengarungi perkembangan moral anak. Retrieved October
18, 2021, from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/putri-wulan/58c58992ae7e616f0aac0fcc/faktor-yang-dapat-
mempengaruhi-perkembangan-moral-pada-anak