STASE KARDIOVASKULER
RSUP SANGLAH DENPASAR
2102631001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
A. Pengertian
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor
seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010).
B. Etiologi
Terdapat dua faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit arteri koroner yaitu faktor risiko
yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable).
Faktor risiko modifiable dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup dan kebiasaan pribadi,
sedangkan faktor risiko yang nonmodifiable merupakan konsekuensi genetic yang tidak dapat
dikontrol (smeltzer, 2002). Menurut Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat diubah
(modifiable) yaitu merokok, tekanan darah tinggi, hiperglikemia, kolesterol darah tinggi, dan pola
tingkah laku.
a) Merokok
Merokok dapat memperparah dari penyakit koroner diantaranya karbondioksida yang
terdapat pada asap rokok akan lebih mudah mengikat hemoglobin dari pada oksigen,
sehingga oksigen yang disuplai ke jantung menjadi berkurang. Asam nikotinat pada
tembakau memicu pelepasan katekolamin yang menyebabkan konstriksi arteri dan
membuat aliran darah dan oksigen jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat
meningkatkan adhesi trombosit yang akan dapat mengakibatkan kemungkinan
peningkatan pembentukan thrombus
b) Tekanan darah
tinggi Tekanan darah tinggi merupakan juga faktor risiko yang dapat menyebabkan
penyakit arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat meningkatkan gradien
tekanan yang harus dilawan ileoh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang
terus menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
c) Kolesterol darah tinggi
Tingginya kolesterol dengan kejadian penyakit arteri koroner memiliki hubungan yang
erat. Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan lipoprotein yang larut dengan air
yang memungkinkannya dapat diangkut dalam system peredaran darah. Tiga komponen
metabolisme lemak, kolesterol total, lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein)
dan lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein). Peningkatan kolestreol low
density lipoprotein (LDL) dihubungkan dengan meningkatnya risiko koronaria dan
mempercepat proses arterosklerosis. Sedangkan kadar kolesterol high density lipoprotein
(HDL) yang tinggi berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri koronaria
dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan kemudian diekskresi
(Price, 1995)
d) Hiperglikemia
Pada penderita diabetes mellitus cenderung memiliki prevalensi aterosklerosis yang lebih
tinggi, hiperglikemia menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang dapat
menyebabkan pembentukan thrombus.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
e) Pola perilaku
Pola hidup yang kurang aktivitas serta stressor psikososial juga ikut berperan dalam
menimbulkan masalah pada jantung. Rosenman dan Friedman telah mempopulerkan
hubungan antara apa yang dikenal sebagai pola tingkah laku tipe A dengan cepatnya
proses aterogenesis. Hal yang termasuk dalam kepribadian tipe A adalah mereka yang
memperlihatkan persaingan yang kuat, ambisius, agresif, dan merasa diburu waktu. Stres
menyebabkan pelepasan katekolamin, tetapi masih dipertanyakan apakah stres memang
bersifat aterogenik atau hanya mempercepat serangan
C. Patofisiologi
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak arterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak
memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi jika plak arterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan
jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. F
b. Umur : 56 tahun
c. Alamat : Jl. Dr Goris Gg Tehnik II No 12 Denpasar Barat
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Ruang : ICCU PJT RSUP SANGLAH Bed 6
f. No RM : 22024786
g. Hari Rawat : Ke- 3
II. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama (KU)
Pasien mengeluh lemas
b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Aktif Pasien mampu bergerak aktif dan Full ROM pada ekstremitas
atas dan bawah tanpa adanya nyeri
Pasif Full ROM dengan end feel fisiologis pada ekstremitas atas
dan bawah
Isometrik Tidak dilakukan
Karena pasien dapat melakukan gerak aktif dan pasif tanpa
ada keluhan
Pengukuran
Pengukuran Alat Hasil
Ukur
Mobilisasi 3
Berjalan 2
Berpakaian 2
Naik turun tangga 1
Mandi 0
TOTAL 14
Ketergantungan ringan
c. Algoritma Pemeriksaan
Absolut Tambahan*
Vital Sign HR : 103x/Min Saturasi Oksien : 99 %
RR : 18 x/Min Kesadaran : E4V5M6 (Composmentis)
BP : 135/81 mmHg BB : 68 kilogram
Suhu : 36.50Celcius TB : 150 centimeter
Diagnosa
Penurunan kapasistas aerobik e.c STEMI inferior anteroseptal Killip II, HHD, DM
tipe 2, Obs Transaminitas, Pneumonia, displidemia
St Elevasi V1-V4
b. Environmental Factor
PROGNOSIS
I. Quo ad vitam
Dubia Ad Bonam
Sanam
Bonam
IV Quo ad functionam
Dubia Ad Bonam
PLANNING
I. Jangka Pendek
Menjaga pola nafas normal
Mengurangi nyeri dada
Mobilisasi secara mandiri
Menurunkan efek tirah baring lama
Persiapan jalan 300 meter
II. Jangka Panjang
Tersumbat
Tensi meningkat
RR ↑ HR ↑
Edukasi :
• Breathing control Penurunan kapasitas
-Mengatur pola nafas bila terasa sesak • Ankle pumping aerobik
-Segera hentikan aktivitas atau beristirahat • ROM exercise
ketika pusing, lemas, mual, nyeri dada •Mobilisasi duduk
-Memberi penjelasan mengenai dampak tirah
baring lama dan manfaat latihan yang diberikan
Peningkatan kapasitas
aerobik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
INTERVENSI
I. Tabel Intervensi
Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based
Aktif ROM Posisi pasien tidur Latihan Aktif rom bertujuan untuk
terlentang, pasien dilakukan menjaga elastisitas fisiologis dan
diintruksikan untuk dengan kontraktilitas otot, memberikan
melakukan gerakan aktif pengulanga rangsangan untuk integritas
ke segala arah ROM n 10 kali jaringan lunak dan sendi serta
dapat meningkatkan sirkulasi dan
mencegah pembentukan trombus.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
II. Edukasi
Edukasi
Tidak mengejan saat BAB
Mengatur pola nafas bila terasa sesak
Segera hentikan aktivitas atau beristirahat ketika pusing, lemas, mual, nyeri dada
Memberi penjelasan mengenai dampak tirah baring lama dan manfaat latihan yang diberikan