Anda di halaman 1dari 8

SOAL 1

4 KONSESUS BANGSA

1. Pancasila
Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta:
पञ्च "pañca" berarti lima dan शीला "śīla" berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Berikut adalah
lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah 5 sila Pancasila, yang tercantum pada alinea ke-4
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila bagi negara kesatuan Republik
Indonesia:
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia: sebagai nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat bangsa
Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang
ingin dicapai serta sesuai dengan napas jiwa bangsa Indonesia dan karena Pancasila lahir
bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia: merupakan bentuk peran dalam menunjukan
adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di bedakan dengan bangsa lain, yaitu sikap
mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia: merupakan kristalisasi pengalaman hidup
dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap, watak, perilaku, tata nilai norma,
dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup.
4. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia: untuk mengatur tatanan kehidupan bangsa Indonesia
dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan sistem ketatanegaraan Indonesia
sesuai Pancasila.
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik Indonesia: sebagai
segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala kehidupan negara Indonesia
berdasarkan Pancasila, itu juga harus berlandaskan hukum. Semua tindakan kekuasaan dalam
masyarakat harus berlandaskan hukum.
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara: karena
pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian luhur yang disepakati oleh para
pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan dilestarikan.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia: karena dalam Pancasila, mengandung
cita-cita dan tujuan negara Indonesia adalah menjadikan Pancasila sebagai patokan atau
landasan pemersatu bangsa.
Lambang/Simbol Pancasila

Lambang Pancasila yaitu berupa perisai yang terdapat pada lambang negara Garuda Pancasila.
Lambang tiap sila memiliki makna yang berbeda-beda. Berikut adalah makna dari lambang masing-
masing sila dalam Pancasila:
1. Sila pertama: simbol bintang
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, disimbolkan dengan bintang berwarna emas yang
melekat pada perisai berwarna hitam. Bintang emas tersebut memiliki lima sudut yang mewakili
agama-agama besar di Indonesia.
2. Sila kedua: simbol rantai
Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, disimbolkan dengan rantai. Rantai
menyimbolkan hubungan antar manusia yang tidak terputus.
3. Sila ketiga: simbol pohon beringin
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, disimbolkan dengan pohon beringin. Pohon beringin mewakili
kekuatan dan keteduhan yang melambangkan persatuan bangsa Indonesia.
4. Sila keempat: simbol kepala banteng
Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, disimbolkan dengan kepala banteng. Banteng adalah hewan yang hidupnya senang
berkelompok. Ini melambangkan masyarakat Indonesia yang gemar berkumpul dan
bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
5. Sila kelima: simbol padi dan kapas
Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, disimbolkan dengan padi dan kapas.
Kedua benda ini merupakan lambang dari kebutuhan dasar manusia, yakni pangan dan sandang.
Dengan tercukupinya kebutuhan-kebutuhan dasar ini, masyarakat Indonesia dapat hidup
makmur dan sejahtera.

2. UUD 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (biasa disingkat UUD 1945, UUD
RI 1945, atau UUD '45) adalah konstitusi Republik Indonesia. Dalam bentuknya yang dikenal pada
saat ini, UUD 1945 mulai berlaku pada tanggal 5 Juli 1949, dan telah diamandemen sebanyak empat
kali setelahnya.
Sebelum dilakukan amendemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37
pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21
pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan),
serta Penjelasan. Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat,
3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
UUD 1945 mulai berlaku sebagai konstitusi Republik Indonesia setelah disahkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. Pemberlakuannya ditangguhkan
seiring disahkannya kesepakatan Konferensi Meja Bundar, yang memasukkan RI sebagai bagian dari
Republik Indonesia Serikat (RIS) yang memiliki Konstitusinya sendiri. Setelah RIS dibubarkan dan
diganti dengan RI, konstitusi yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS
1950). UUD 1945 kembali berlaku sebagai konstitusi RI pada tanggal 5 Juli 1959, seiring dengan
berlakunya dekret yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno. Selepas Reformasi, UUD 1945
mengalami empat kali amandemen dari tahun 1999 dan 2002.
Setiap peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan UUD
1945. Mahkamah Konstitusi berwenang melakukan peninjauan yudisial atas Undang-Undang yang
bertentangan dengan UUD 1945.

Lambang/Simbol UUD 1945

3. Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang
negara Indonesia, Garuda Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah
“Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Diterjemahkan per kata, kata bhinnêka berarti "beraneka ragam" dan terdiri dari kata bhinna
dan ika, yang digabung. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka
Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun beranekaragam tetapi
pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma,
karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14, di bawah pemerintahan Raja
Rājasanagara, yang juga dikenal sebagai Hayam Wuruk. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan
toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.

Lambang/Simbol Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika dilambangkan dengan pita putih bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” yang
dicantumkan bersamaan dengan Burung Garuda Pancasila. Warna putih pada pita melambangkan
kesucian, kebenaran, dan kemurniaan. Warna hitam pada tulisan “Bhinneka Tunggal Ika”
melambangkan keabadian. Burung Garuda Pancasila mencengkeram erat pita bertuliskan “Bhinneka
Tunggal Ika” tersebut, yang artinya kita harus memegang erat semboyan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari.

4. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari persitiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa
Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa
sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apabila ditinjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu Negara
Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu
PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya negara yaitu
berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI
disebut sebagai pembentuk negara.
Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuannya. Tujuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI
(10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan
NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial

Lambang/Simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lambang Negara NKRI adalah Garuda Pancasila. Lambang Garuda Pancasila dengan kepala
menoleh lurus ke sebelah kanan, mempunyai perisai berbentuk seperti jantung dan terdapat
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Jumlah bulu Burung Garuda yaitu pada sayap sebanyak 17 helai, pada ekor sebanyak 8 helai, pada
bulu di bawah perisai sebanyak 19 helai, dan pada bulu leher burung garuda sebanyak 45 helai. Hal
ini melambangkan tanggal peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia yakni 17 Agustus 1945.
SOAL 2

1. Pancasila

Berpangal tolak dari struktur sosial dan struktur kerohanian asli bangsa indonesia, serta
diilhami oleh ide-ide besar dunia, maka pendiri Negara kita yang terhimpun dalam Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan terutama dalam Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), memurnikan dan memadatkan nilai-nilai yang sudah lama dimiliki,
diyakini dan dihayati kebenarannya oleh manusia indonesia. Kulminasi dari endapan nilai-nilai
tersebut dijadikan oleh para pendiri bangsa sebagai soko guru bagi falsafah negara indonesia
modern yakni pancasila yang rumusannya tertuang dalam UUD 1945, sebagai ideologi negara,
pandangan hidup bangsa, dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan sidang
BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa Pancasila merupakan
philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan
landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan. Takdir kemajemukan bangsa
indonesia dan kesamaan pengalaman sebagai bangsa terjajah menjadi unsur utama yang lain
mengapa Pancasila dijadikan sebagai landasan bersama bagi fondasi dan cita-cita berdirinya negara
Indonesia merdeka. Kemajemukan dalam kesamaan rasa dan pengalaman sebagai anaka jajahan ini
menemunkan titik temunya dalam Pancasila, menggantikan beragam keinginan subyektif beberapa
kelompok bangsa Indonesia yang menghendaki dasar negara berdasarkan paham agama maupun
ideologi dan semangat kedaerahan tertentu. Keinginan-keinginan kelompok tersebut mendapatkan
titik temunya pada Pancasila, yang kemudian disepakati sebagai kesepakatan bersama sebagai titik
pertemuan beragam komponen yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa, Pancasila juga
berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan
hidup bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional. Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang
dapat mencakup paham-paham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan paham lain yang
positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga,
karenasila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh
Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa
Indonesia yang bertuhan dan beragama.

2. UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hukum dasar,
merupakan kesepakatan umum (konsensus) warga negara mengenai norma dasar (grundnorm) dan
aturan dasar (grundgesetze) dalam kehidupan bernegara. Kesepakatan ini utamanya menyangkut
tujuan dan cita-cita bersama, the rule of law sebagai landasan penyelenggaraan negara, serta bentuk
institusi dan prosedur ketatanegaraan. Berdasarkan Undang-Undang Dasar ini, Indonesia ialah
negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(machtsstaat). Negara juga menganut sistem konstitusional, dengan Pemerintah berdasarkan
konstitusi (hukum dasar), dan tidak bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Undang-
Undang Dasar menjadi pedoman bagi pelaksanaan ”demokrasi konstitusional” (constitusional
democracy), yakni praktik demokrasi yang tujuan ideologis dan teleologisnya adalah pembentukan
dan pemenuhan konstitusi.

3. Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan terbatas antara Muhammad
Yamin, Bung Karno, I Gusti Bagus Sugriwa dalam sidang-sidang BPUPKI sekitar dua setengah bulan
sebelum Proklamasi (Kusuma R.M. A.B, 2004). Bahkan Bung Hatta sendiri mengatakan bahwa
Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno setelah Indonesia merdeka. Setelah beberapa
tahun kemudian ketika merancang Lambang Negara Republik Indonesia dalam bentuk Garuda
Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dimasukkan ke dalamnya.
Terkait dengan semboyan yang ditulis Mpu Tantular, dapat diketahui bahwa wawasan
pemikiran pujangga besar yang hidup di zaman kejayaan Majapahit ini, terbukti telah melompat jauh
ke depan. Nyatanya, semboyan tersebut hingga sekarang masih relevan terhadap perkembangan
bangsa, negara dan bahkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global. Dan
Kekawin Sutasoma yang semula dipersembahkan kepada Raja Rajasanagara (Hayam Wuruk) adalah
hasil perenungan dan kristalisasi pemikiran yang panjang, setidaknya membutuhkan waktu satu
dasawarsa (sepuluh tahun) sedangkan Kekawin maksudnya adalah pembacaan ayat-ayat suci dalam
agama Hindu-Budha. Kitab yang ditulis [Mpu Tantular] sekitar 1350-an, tujuh abad yang silam,
ternyata di antara isi pesannya bergulir dalam proses membingkai negara baru Indonesia (Ma’arif A.
Syafii, 2011).
Konsepsi tentang semboyan negara dirumuskan dalam “Bhinneka Tunggal Ika”, meskipun
berbeda-beda, tetap satu jua (unity in diversity, diversity in unity). Di satu sisi, ada wawasan ”ke-eka-
an” yang berusaha mencari titik-temu dari segala kebhinnekaan yang terkristalisasikan dalam dasar
negara (Pancasila), Undang-Undang Dasar dan segala turunan perundang-undangannya, negara
persatuan, bahasa persatuan, dan simbol-simbol kenegaraan lainnya. Di sisi lain, ada wawasan
kebhinnekaan yang menerima dan memberi ruang hidup bagi aneka perbedaan, seperti aneka
agama/keyakinan, budaya dan bahasa daerah, serta unit-unit politik tertentu sebagai warisan tradisi
budaya.
Makna Bhinneka Tunggal Ika yaitu meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas
beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam
serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan
suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan
perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang
pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.

4. NKRI

Konsepsi tentang bentuk Negara Indonesia menganut bentuk negara kesatuan yang
menjunjung tinggi otonomi dan kekhususan daerah sesuai dengan budaya dan adat istiadatnya.
Bentuk negara yang oleh sebagian besar pendiri bangsa dipercaya bisa menjamin persatuan yang
kuat bagi negara kepulauan Indonesia adalah Negara Kesatuan (unitary). Semangat persatuan yang
bulat-mutlak itu dirasa lebih cocok diwadahi dalam bentuk negara kesatuan. Selain itu, pengalaman
traumatis pembentukan negara federal sebagai warisan kolonial, disertai kesulitan secara teknis
untuk membentuk negara bagian dalam rancangan negara federal Indonesia, kian memperkuat
dukungan pada bentuk negara kesatuan.
Meskipun memilih bentuk negara kesatuan, para pendiri bangsa sepakat bahwa untuk
mengelola negara sebesar, seluas dan semajemuk Indonesia tidak bisa tersentralisasi. Negara seperti
ini sepatutnya dikelola, dalam ungkapan Mohammad Hatta “secara bergotong-royong”, dengan
melibatkan peran serta daerah dalam pemberdayaan ekonomi, politik dan sosial-budaya sesuai
dengan keragaman potensi daerah masing-masing. Itulah makna dari apa yang disebut Muhammad
Yamin sebagai negara kesatuan yang dapat melangsungkan beberapa sifat pengelolaan negara
federal lewat prinsip dekonsentrasi dan desentralisasi (AB Kusuma, 2004).
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang dipilih sebagai
komitmen bersama. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pilihan yang tepat untuk mewadahi
kemajemukan bangsa. Oleh karena itu komitmen kebangsaan akan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia menjadi suatu “keniscayaan” yang harus dipahami oleh seluruh komponen
bangsa.

SOAL 3

Empat konsensus bangsa yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika merupakan aspek penting yang harus ditanamkan mulai dari diri sendiri. Keempat konsensus
tersebut tidak hanya sekedar menjadi slogan, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk dalam bekerja. Sebagai ASN di bidang perpajakan, salah satu wujud sikap yang
mencerminkan empat konsensus bangsa adalah dengan tidak menjadi koruptor. Bekerja di bidang
perpajakan tentunya sangat rawan akan perbuatan korupsi. Dengan tidak korupsi tentu kita
membantu terwujudnya kesejahteraan sosial. Dalam bekerja kita harus taat dengan peraturan yang
berlaku, seperti kode etik profesi. Dengan memahami peraturan dan kode etik, kita akan bekerja
dengan benar dan sepenuh hati, apalagi ketika harus melayani Wajib Pajak dengan berbagai
karakter. Selain itu, baik dalam bekerja maupun bertetangga pasti bertemu dengan orang yang
berbeda suku, ras, agama, dan budaya. Sikap saling menghargai dan toleransi harus diterapkan
sehingga akan tercipta masyarakat yang harmonis. Hal ini berperan dalam upaya mengembangkan
persatuan dan kesatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Pandemi covid-19 saat ini menyebabkan kondisi ekonomi sangat sulit. Banyak karyawan
yang terkena PHK akibat kondisi perusahaan yang merugi. Di tengah kondisi yang serba sulit ini,
sebagai wujud sikap yang mencerminkan konsensus bangsa kita harus saling menolong mereka yang
sedang mengalami kesulitan. Misalnya ketika teman atau tetangga terinfeksi virus covid-19,
bukannya mengasingkan mereka, namun kita harus merangkul mereka agar tetap semangat dan
terus berjuang untuk kembali sembuh. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan memberikan makanan
selama masa isolasi mandiri. Bagi kita yang sehat, mengikuti program pemerintah dengan
menyuntikkan vaksin juga merupakan salah satu wujud sikap yang mencerminkan konsensus bangsa.
Dengan menyuntikkan vaksin akan membantu berakhirnya pandemi sehingga terciptanya kondisi
yang tertib dan aman. Tidak menyebarkan hoax yang memecah belah bangsa, seperti hoax
mengenai bahaya vaksin, juga merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan persatuan. Pada
intinya, keempat konsensus bangsa ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Jika
salah satu konsensus bangsa itu tidak dijadikan pegangan, maka cita-cita bangsa hanyalah menjadi
wacana dan angan-angan belaka.
SOAL 4

Dari penugasan ini tentunya telah menambah ilmu pengetahuan yang saya miliki, terutama
terkait 4 konsensus nasional, beserta sejarahnya. Bagaimana perjuangan para founding fathers
dalam menyusun sebuah konstitusi dan ideologi yang mampu mampu mewakili jutaan rakyat
Indonesia yang begitu majemuk sangatlah luar biasa. Pemikiran serta perjuangan mereka patutlah
kita contoh sebagai generasi muda. Salah satu sikap para perumus kebijakan yang patut dicontoh
dan sudah mulai terkikis saat ini adalah sikap mendahulukan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini diperlihatkan pada saat perumusan Piagam Jakarta yang
merupakan rancangan Dasar Negara, yaitu ketika para pemeluk agama Islam yang merupakan
mayoritas, menunjukkan jiwa besarnya untuk tidak memaksakan kehendaknya dengan mengganti
rumusan sila pertama yang sebelumnya berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat-syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Meskipun
awalnya menimbulkan pemberontakan, namun para tokoh Islam akhirnya menerima dengan
kebesaran hati bahwa rakyat Indonesia terdiri dari berbagai ras, suku, dan agama. Sehingga
keinginan untuk menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara RI tidak relevan untuk diberlakukan.
Dalam hal ini para pemeluk Islam telah menunjukkan sikap lebih mendahulukan kepentingan bangsa
di atas kepentingan golongan. Dengan penugasan ini saya kembali mengingat perjuangan para
pendiri bangsa untuk memerdekakan bangsa ini, dan merenungkan bahwa keadaannya jauh
berbeda dengan keadaan saat ini. Meskipun tidak seluruhnya, namun banyak pejabat negara dan
wakil rakyat yang lebih mementingkan kepentingan pribadi maupun partai politik di atas
kepentingan negara. Terbukti dengan banyaknya kasus korupsi yang terus terungkap, namun KPK
justru malah dilemahkan. Contoh korupsi yang baru-baru ini terjadi adalah korupsi bansos yang
dilakukan Bupati Bandung Barat. Di tengah pandemi seperti ini, rakyat kesusahan seharusnya dapat
dibantu dengan dana bansos namun justru dikorupsi oleh oknun tidak bertanggungjawab. Hal ini
tentunya menghambat terwujudnya tujuan Bangsa Indonesia yaitu untuk memajukan kesejahteraan
umum, serta tidak sesuai dengan sila kelima Pancasila. Empat konsesnsus bangsa yang terdiri dari
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan aspek penting yang harus
ditanamkan mulai dari diri sendiri. Konsensus bangsa tersebut berlaku untuk seluruh Warga Negara
Indonesia dalam cakupan NKRI. Dengan begitu, Indonesia akan terus bertahan menjadi negara yang
berdaulat sampai kapanpun. Sehingga perjuangan para pahlawan dan pendiri bangsa untuk
mewariskan negeri ini kepada anak cucunya tidaklah sia-sia.

Sumber: Wikipedia; Modul Pelatihan Dasar CPNS Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
(PPSDM); Kompas; Tirto; Detik

Anda mungkin juga menyukai