Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK KE – 4

COMM6265 – Business Ethics and Communication

Dosen Pengampu : D5722 – Lianna Wijaya, A.Md., S.E,. M.MSI

Disusun oleh Group 8 :

- Aldino Andre Julyansyah (2440118213)

- Alwiza Fahmadi Naufal (2440116662)

- Rio Akiel Demansisi Ranjabar (2440119885)

- Sanaya Theresia Haniku (2440118226)

- Vina Rosalia (2440118245)

Tugas Kelompok ke-4

Week 9/ Sesi 13
Baca uraian kasus berikut, kemudian jawab pertanyaan di bawahnya.

Sisi Buruk dari Kuku yang Indah


Bagi banyak orang, pergi ke salon kuku untuk manikur atau pedikur adalah kemewahan kecil
yang terjangkau dan cara yang menyenangkan untuk bersantai. Namun, bagi para pekerja di
salon-salon ini, ceritanya seringkali kurang glamor: gaji rendah, kondisi kerja yang buruk, dan
paparan terus-menerus terhadap bahan kimia berbahaya yang mengancam kesehatan mereka.

Pada 2015 di Amerika Serikat, popularitas perawatan kuku naik. Wanita dan pria menghabiskan
lebih dari $ 8 miliar setahun untuk perawatan kuku di sekitar 200.000 salon kuku di seluruh
negeri. Penerbit majalah Nails menjelaskan fenomena tersebut sebagai berikut: “Perawatan kuku
bukan hanya tentang perawatan lagi; tapi ekspresi diri. Seperti tato yang telah menjadi arus
utama, seni kuku juga.” Inovasi teknis seperti gel polish, yang bertahan lebih lama dan lebih
mudah dihilangkan, juga mendorong tren tersebut naik. Bagi sebagian besar pelanggan, harga
layanan — rata-rata kurang dari $ 20 untuk manikur — mudah disesuaikan dengan anggaran
mereka.

COMM6525 – Business Ethics and Communication-R0


Siapakah manicurist dan pedicurist yang mengerjakan semua perawatan angan dan kaki ini?
Menurut majalah Nails, 380.000 orang bekerja di salon kuku di Amerika Serikat pada tahun
2014. Sembilan puluh empat persen adalah wanita. Lebih dari setengahnya adalah orang
Vietnam, meskipun etnis bervariasi menurut lokasi; di New York City, misalnya, orang Korea
mendominasi industri tersebut. Banyak pekerja memiliki kemampuan bahasa Inggris yang
terbatas, dan sebagian besar adalah imigran tidak berdokumen.

Gaji mereka sangat rendah. Menurut data pemerintah, upah tahunan rata-rata untuk seorang
manikur adalah $ 19.620. Hanya seperempat dari 100 pekerja yang diwawancarai oleh reporter
The New York Times mengatakan bahwa mereka telah dibayar setara dengan upah minimum di
negara bagian tersebut. Eksposur The Times juga melaporkan bahwa terkadang para pekerja
tidak dibayar sama sekali; banyak pekerja baru diharuskan membayar apa yang disebut dengan
biaya pelatihan dan bekerja tanpa upah selama masa magang. Gaji lembur "hampir tidak pernah
terdengar," kata surat kabar itu, meskipun mereka bekerja sepanjang hari, bahkan di akhir pekan.
Majalah Nails melaporkan bahwa lebih dari seperlima pendapatan pekerja salon kuku berasal
dari tip, yang sepenuhnya bergantung pada niat baik pelanggan.

Kebanyakan salon kuku ini berukuran bisnis kecil. Hambatan untuk masuk rendah: seseorang
dapat mendirikan bisnis dengan menyewa etalase dan menginvestasikan beberapa ribu dolar
untuk perabotan, peralatan, dan persediaan. Delapan puluh satu persen ahli manikur dan
pedikuris bekerja di sebuah toko dengan tiga atau kurang teknisi. Industri ini sangat kompetitif,
dan salon sering keluar masuk bisnis.

Teknisi kuku bekerja dengan pemoles, pelarut, pengeras, dan perekat yang menyebabkan
penyakit pernapasan dan kulit, kerusakan reproduksi, dan bahkan kanker. Meskipun kesehatan
kerja di salon kuku belum sepenuhnya diteliti, tiga bahan kimia paling berbahaya yang
digunakan di sana diyakini adalah toluena (yang membuat cat meluncur mulus), dibutyl
phthalate (yang membuatnya lentur), dan formaldehida (yang mengeras). Pekerja juga
menghirup debu akrilik; mendapatkan infeksi jamur dari tangan dan kaki pelanggan; dan melukai
punggung, leher, dan bahu mereka karena gerakan berulang yang konstan. Nails melaporkan
bahwa lebih dari setengah teknisi kuku mengatakan mereka menderita penyakit terkait pekerjaan.

Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Amerika Serikat menetapkan standar untuk
paparan di tempat kerja terhadap banyak bahan kimia yang digunakan di salon kuku, dan
mendesak pekerja untuk memakai alat pelindung seperti sarung tangan dan masker dan untuk
memberi ventilasi yang benar ke salon mereka. Mereka juga menetapkan aturan keselamatan dan
kesehatan. Tetapi sebagai masalah praktis, aturan ini secara rutin diabaikan, dan inspeksi
dilakukan hanya untuk menanggapi keluhan tertentu.

Di New York, setelah eksposur yang diterbitkan oleh The New York Times, para pejabat
bergegas untuk mengumpulkan satuan tugas untuk menangani kondisi di industri dan

COMM6525 – Business Ethics and Communication-R0


mengatakan mereka akan memasang "tagihan hak" manikur dalam 10 bahasa di setiap salon,
menjelaskan undang-undang upah minimum dan langkah-langkah keamanan yang diperlukan.
“Kami tidak akan berdiam diri karena pekerja tidak mendapatkan upah yang diperoleh dengan
susah payah dan hak-hak mereka yang paling mendasar,” kata Gubernur New York. Tetapi tidak
jelas seberapa besar dampak dari langkah-langkah ini. Seorang pejabat mengamati bahwa ahli
manikur sangat enggan untuk bekerja sama dengan penyelidik, dengan mengatakan, "Mereka
benar-benar ketakutan dalam industri ini."

Sumber: “The Price of Nice Nails,” The New York Times, May 7, 2015; “Perfect Nails, Poisoned Workers,” The
New York Times, May 8, 2015; “Cuomo Orders Emergency Measures to Protect Workers at Nail Salons,” The New
York Times, May 11, 2015; “New York Salons Now Required to Post Workers’ Bill of Rights,” The New York Times,
May 29, 2015; California Health Nail Salon Collaborative, Overexposed and Underinformed: Dismantling Barriers
to Health and Safety in California Nail Salons (April 2009); and 2014–2015 Nails Big Book, at
http://files.nailsmag.com/site/NAILS-Magazine-Big-Book-2014.pdf. Wage data are from the Bureau of Labor
Statistics at www.bls.gov.

Pertanyaan Diskusi:

1. Pembahasan topik ke-9 menjelaskan tentang "hak di tempat kerja". Manakah dari hak
tersebutyang dilanggar di industri salon kuku di Amerika Serikat, dan apa bukti yang
Anda miliki tentang hal ini?

2. Menurut Anda, sejauh mana usaha para pemilik di industri salon kuku dapat
memperbaiki kondisi, dan mengapa menurut Anda demikian?

3. Faktor-faktor apa yang mempersulit para pekerja di industri kuku untuk berorganisasi
guna memperbaiki kondisi mereka sendiri, dan bagaimana faktor-faktor ini dapat diatasi?
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas kerja. Dalam
analisis manajemen sumber daya manusia produktivitas karyawan merupakan
variabel tergantung atau dipengaruhi banyak yang ditentukan oleh banyak faktor
.Bahwa produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut:
- Sikap kerja
- Tingkat ketrampilan
- Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi
- Manajemen produktifitas
- Efisiensi tenaga kerja
- Kewiraswastaan.
- Solusinya adalah dengan cara :
- manajer dan tim manajemen lain harus bersatu untuk membangun lingkungan kerja
yang aman dan nyaman. Mereka juga perlu memiliki keterampilan manajemen yang
baik dalam mengatur suasana hati para karyawan, sehingga karyawan bisa merasa
percaya diri dan merasa dipercayai dengan sepenuhnya.
- saling membangun budaya mendengarkan orang lain.
- perusahaan perlu memupuk rasa saling menghargai atas ide-ide cemerlang yang
mengarah pada inovasi baru. Jika perlu, kita perlu mendorong semangat inovasi yang

COMM6525 – Business Ethics and Communication-R0


ada di dalam diri karyawan agar mereka saling berkompetisi untuk menciptakan
inovasi yang terbaik. Organisasi dan perusahaan yang inovatif hanya bisa terbentuk
ketika para pemimpin mau merangkul keberagaman ide yang ada.

4. Faktor apa yang membuat para pembuat kebijakan dan regulator pemerintah sulit untuk
membuat aturan untuk industri kuku dan menegakkannya? Bagaimana faktor-faktor ini
dapat diatasi?
Faktor Faktor nya adalah :
- Kurang terbukanya ruang publik untuk terjadinya perdebatan masyarakat dalam
membahas masalah-masalah kebijakan, padalah dengan terbukanya ruang publik akan
terjadi diskusi publik, dan akan muncul opini publik, yang akan membantu para
perumus kebijakan untuk menentukan alternatif kebijakan mana yang harus
diprioritaskan.
- Keterbatasan waktu dalam proses perumusan kebijakan yang menyebabkan
terbatasnya waktu untuk mengumpulkan aspirasi masyarakat secara akurat. Sehingga
bisa menimbulkan proses agregasi kepentingan menjadi kekurangan data.
- Kurangnya akses dari masyarakat kepada pemerintah untuk berpartisipasi.
Upaya mengatasi faktor faktor tersebut adalah :
- Partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik dalam bentuk peraturan perundangan
harus diatur dengan jelas, sehingga dapat dengan mudah ditemukan batasan peran
dari masyarakat dan peran pemerintah dalam perumusan kebijakan tersebut. Dengan
demikian masyarakat dan pemerintah bisa memahami sejauh mana seharusnya
mereka menjalankan perannya masing-masing.
- Yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia yakni para
pembuat kebijakan publik sehingga mereka mampu mengatasi berbagai tindakan
partisipatif dari masyarakat yang seringkali menimbulkan konflik, selain itu
meningkatkan kemampuan para pembuat kebijakan untuk dapat menentukan
alternatif-alternatif yang tepat dan memilihnya untuk dijadikan sebuah kebijakan.

5. Menurut Anda, apa cara terbaik untuk meningkatkan kondisi pekerja di industri kuku?
- Berdasarkan kasus di atas, risiko yang dihadapkan kepada pekerja adalah risiko
kesehatan yang dikarenakan cat kuku yang mengandung bahan kimia dan beban fisik
yang berat. Cara terbaik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kondisi pekerja di
industry kuku yaitu perusahaan harus menyediakan fasilitas yang memadai dan
sumber daya sehingga kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dapat
diimplementasikan dengan baik -termasuk anggaran, personil, pelatihan, kesempatan
meningkatkan kualitas dan wadah untuk berpartisipasi dalam perencanaan, evaluasi
pelaksanaan, dan tindakan menuju perbaikan.

Di samping itu, berikut beberapa hal yang juga dapat dilakukan oleh perusahaan adalah:

1.Membayar upah pokok dan lembur sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah setempat;

COMM6525 – Business Ethics and Communication-R0


2.Mengenali sifat-sifat bahan kimia dan wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini
dapat membantu untuk menentukan apa saja dampak mereka dan bagaimana mereka bisa
kontak atau masuk ke dalam tubuh sehingga dapat menentukan bagaimana paparan dapat
dikendalikan;

3.Mengenali, menilai, dan mengendalikan risiko kimia misalnya dengan memasang


peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber polutan serta menggunakan rotasi
pekerjaan untuk mempersingkat pajanan pekerja terhadap bahaya;

4.Memfasilitasi alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi pekerja,
seperti respirator dan sarung tangan;

5.Mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang sesuai melalui lembar data
keselamatan (LDK) dan label dan bagaimana menginterpretasikan LDK dan label
tersebut;

6.Menyediakan posisi kerja atau duduk yang sesuai, meliputi sandaran, kursi / bangku
dan / atau tikar bantalan untuk berdiri;

7.Jika memungkinkan, pertimbangkan rotasi pekerjaan dan memberikan istirahat yang


teratur dari pekerjaan intensif. Hal ini dapat mengurangi risiko kram berulang dan tingkat
kecelakaan dan kesalahan;

8.Memperbaiki ventilasi udara untuk meningkatkan indoor air quality;

9.Melakukan imunisasi dengan pemberian vaksinasi atau suntikan untuk mencegah


penyakit menular yang disebabkan virus dan bakteri.

6. Buat laporan hasil observasi kasus pelanggaran hak-hak pekerja yang melibatkan
perusahaan atau industri di Indonesia. Anda dapat mencari informasi di media online dan
cetak atau dari press release resmi. Dalam laporan Anda, harus memuat informasi
tentang:
a. Kapan dan dimana kasus tersebut terjadi?

b. Bagaimana kronologis terjadinya kasus tersebut?

c. Perusahaan atau industri apa yang terlibat?

d. Bagaimana kasus pelanggaran hak pekerja tersebut terjadi? Apa dan siapa yang
dirugikan dari adanya kasus tersebut? Apakah kasus tersebut sudah selesai secara
hukum?

e. Bagaimana perusahaan dan pemerintah/ regulator menangani kasus tersebut?

COMM6525 – Business Ethics and Communication-R0


f. Bagaimana perusahaan mempertahankan loyalitas dan kepercayaan konsumen dan
masyarakat terhadapnya setelah terjadi kasus tersebut?

g. Menurut Anda, apakah penanganan kasus pelanggaran hak-hak pekerja sudah sesuai?
Jika belum, bagaimana seharusnya kasus tersebut diselesaikan? Berikan alasan untuk
apapun jawaban Anda.

- Pelanggaran hak pekerja di Indonesia

Pada bulan Oktober 2018 lalu salah satu perusahaan yang berpusat di Kota Bekasi
yaitu PT Selaras Kausa Busana (SKB) mendapatkan perhatian dari masyarakat
dikarenakan Direktur dari perusahaan tersebut Kim Jae Chul pengusaha asal Korea
Selatan membawa kabur modal perusahaan sebesar 90 miliar. Hal ini mengakibatkan
3000 karyawan yang terdiri dari 1000 karyawan kontrak dan 2000 karyawan tetap
tidak menerima gaji. PT Selaras Kausa Buana yang bergerak dalam bidang industri
garment ini telah dicurigai oleh Presiden Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia
Mirah Sumirat. Ia sudah mencurigai Ketika pada bulan agustus 2018 Saat itu, 1.000
karyawan kontrak SKB belum menerima gaji. Alih-alih memenuhi hak pekerja, pihak
perusahaan justru melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal kepada
1.000 pekerja kontrak pada September 2018. Atas kejadian itu, pada Oktober 2018,
serikat pekerja SKB membawa kasus tersebut ke Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi.
Lewat aduan itu, Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi memfasilitasi pertemuan tripartit
antara pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, pihak SKB, dan
serikat pekerja. Saat itu, kata Mirah, direktur SKB masih berada di Indonesia. Kasus
ini sudah merugikan 3000 pekerja yang menuntut gajinya untuk dibayarkan. Pada
akhirnya PT Selaras Kausa Busana resmi menyandang status pailit pada tanggal 30
April 2019. Pailitnya perusahaan ini sudah di dukung oleh Pasal 255 ayat (1) huruf e
UU No. 37/2004 tentang PKPU dan Kepailitan. Majelis Hakim Pemutus Pengadilan
Negeri (PN) Niaga Jakarta Pusat yang diketuai oleh Duta Baskara saat membacakan
amar putusannya mengatakan, perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) yang menimpa selaras Kausa berujung pailit setelah perusahaan tersebut
tidak mengajukan proposal perdamaian. Berdasarkan laporan hakim pengawas, saat
rapat kreditur berlangsung para kreditur aklamasi tidak memberikan perpanjangan,
dan debitur [Selaras Kausa Busana] tidak mengajukan proposal perdamaian, kata
Duta dalam persidangan, Senin (6/5). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut, lanjutnya, pailitnya Selaras Kausa Busana sudah sesuai dengan Pasal 255
ayat (1) huruf e UU No. 37/2004 tentang PKPU dan Kepailitan. Loyalitas konsumen
pada perusahaan ini bisa terbilang menurun karena permintaan produk yang naik
tetapi persediaan tidak ada karena mogoknya para pekerja yang tidak dibayarkan.
Menurut saya peraturan-peraturan mengenai pekerja di Indonesia sudah sesuai

COMM6525 – Business Ethics and Communication-R0


dengan keadaanya akan tetapi sifat pelayanan pemerintah terhadap para pekerja yang
memperjuangkan hak-haknya sangat lambat, hal ini yang harus menjadi evaluasi bagi
pemerintah.

Referensi

1. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190124125744-92-363456/pengusaha-
kabur-bawa-rp90-miliar-tak-gaji-3000-karyawan

2. http://biztaxreview.com/Selaras%20Kausa%20Resmi%20Berstatus%20Pailit.html

COMM6525 – Business Ethics and Communication-R0

Anda mungkin juga menyukai