Anda di halaman 1dari 7

Journal of Public Sector Innovations, Vol. 4, No.

2, Mei Tahun 2020, (68-74)

KOLABORASI QUADRUPLE HELIX DALAM MENCIPTAKAN INOVASI


KONSEP WISATA EDUKASI KAMPUNG NANAS DI DESA PALAAN
Muhamad Imron
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Raden Rahmat Malang
Imron.unira@gmail.com

Abstraksi
Menciptakan konsep desa wisata bukanlah perkara yang mudah karena memerlukan kerjasama banyak pihak.
Kolaborasi antar sektor (pemerintah, akademisi, bisnis, masyarakat) menjadi kunci dalam menggerakkan kreatifitas dan
inovasi agar produk yang dihasilkan menjadi unggul dan berdaya saing ditengah industri wisata yang semakin beragam.
Kolaborasi yang ideal menghasilkan interaksi yang setara dan saling berbagi pengetahuan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Metode ini diharapkan dapat menghasilkan uraian secara
jelas dan mendalam perihal ucapan, perilaku dan tulisan yang dapat diamati dari individu, kelompok masyarakat
ataupun organisasi tertentu. Penelitian ini menjelaskan bentuk kerjasama kolaboratif antar elemen Quadruple Helix di
desa Palaan. Model empat helix ini dinilai efektif karena memberi ruang yang seimbang kepada seluruh stakeholder
yang ada, terutama masyarakat yang seringkali hanya diposisikan sebagai obyek suatu kebijakan. Melalui model ini,
selain menciptakan inovasi konsep wisata edukasi, diharapkan juga dapat memaksimalkan potensi desa yang
berdampak pada kesejahteraan dan kemandirian desa.
Kata Kunci: Quadruple Helix, kolaborasi, inovasi, kreatifitas

Abstract
Creating the concept of a tourist village is not an easy matter because it requires the cooperation of many parties.
Collaboration between sectors (government, academia, business, community) is the key in driving creativity and
innovation so that the products produced become superior and competitive amid an increasingly diverse tourism
industry. Ideal collaboration results in equal interaction and knowledge sharing. This research uses a qualitative
approach with descriptive research methods. This method is expected to produce a clear and in-depth description of
speech, behavior and writing that can be observed from individuals, community groups or certain organizations. This
study describes the form of collaborative collaboration between Quadruple Helix elements in the village of Palaan. The
four-helix model is considered effective because it gives a balanced space to all existing stakeholders, especially the
community which is often only positioned as an object of a policy. Through this model, in addition to creating
innovative educational tourism concepts, it is also expected to maximize the potential of villages that have an impact on
the welfare and independence of the village.
Keywords: Quadruple Helix, collaboration, innovation, creativity

oleh desa, seperti pemetaan potensi desa, focus group


PENDAHULUAN discuss, menggelar workshop hingga memanfaatkan
Kesadaran desa untuk berlomba jejaring yang berpotensi membantu dalam mencapai
mengembangkan inovasi semakin tidak bisa ditawar lagi. tujuan. Bagi banyak desa, ini adalah pekerjaan berat.
Bagi desa yang telah berhasil berinovasi dengan segala Ketersediaan sumberdaya manusia yang minim seringkali
potensi yang di miliki tentu bakal menerima panin menjadi alasan untuk sekedar memulai menggapai
dikemudian hari. Pendapatan asli desa akan meningkat, harapan tersebut. Dan kolaborasi merupakan suatu
tingkat kesejahteraan masyarakat semakin membaik, keniscayaan yang dapat dilakukan oleh desa agar tujuan
angka pengangguran berkurang signifikan serta besarnya bisa dengan cepat tercapai.
termanfaatkannya sumberdaya manusia dan sumber daya Hingga tahun 2018, situs resmi Kementerian
alam yang dimiliki oleh desa adalah sekian rentetan yang Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
dapat diterima saat sebuah desa telah berhasil merilis jumlah desa yang telah melakukan berbagai
mengembangkan inovasi. Inovasi memang tidak selalu macam inovasi sesuai karakter daerahnya masing-masing
berkaitan erat dengan (ide) hal yang sama sekali baru, ia sebanyak 30.000 desa. Saat ini, kementerian desa
bisa saja merupakan hasil replikasi dari tempat lain, memang memberikan perhatian lebih pada narasi besar
namun saat ide tersebut diambil, kemudian melalui yang telah dibangun yakni one village, one innovation.
serangkaian proses perubahan dan penyesuaian dengan Angka 30.000 desa yang telah berhasil menyajikan
lingkungan baru dan berujung pada dimunculkannya sisi inovasi diatas terdiri dari inovasi pada bidang wirausaha
baru yang dilekatkan yang tidak ada pada tempat asal desa, wisata desa, produk unggulan desa, pemerintahan
replikasi tersebut. Sebelum suatu inovasi muncul, yang baik, hingga teknologi tepat guna.
idealnya terdapat serangkaian proses yang harus dilalui

68
Muhamad Imron: Kolaborasi Quadruple Helix Dalam….

Artikel ini menyajikan praktik kolaborasi yang seorang peneliti akan membuat deskripsi secara
terbangun antar berbagai stakeholder dalam sistematis, faktual serta akurat terkait fakta dari lokasi
mensukseskan program PIID-PEL (Pilot Inkubasi Inovasi penelitian di desa Palaan, kecamatan Ngajum, kabupaten
Desa Pengembangan Ekonomi Lokal) pada desa Palaan Malang.
kecamatan Ngajum kabupaten Malang. Perlu diketahui,
desa Palaan memiliki embrio produk unggulan kawasan HASIL DAN PEMBAHASAN
perdesaan berupa buah nanas. Hal paling dianggap unik Potensi dan peluang yang dimilikiDesa Palaan
dari jenis nanas yang ditanam di desa tersebut yaitu Desa Palaan terletak pada posisi 8°11’-2°24’
ukurannya yang besar hingga mencapai lebih dari 5 Kg Lintang Selatan dan 112°54’-70°53 Bujur Timur. Secara
serta daunnya yang panjang dan tidak memiliki duri. administratif desa ini berada di kecamatan Ngajum
Harga jual nanas ini bisa mencapai Rp. 15.000,- untuk kabupaten Malang provinsi Jawa Timur. Adapun total
setiap kilogramnya. Sebelum program inovasi ini lahan desa Palaan adalah 246, 10 Ha. Luas sawah sebesar
bergulir, kebanyakan warga desa Palaan menanam buah 105,10 Ha. Sedangkan lahan kering seluas 141,00 Ha
nanas hanya disekitar pekarangan rumah ataupun lahan yang terdiri dari 1). Lahan permukiman/pekarangan
kosong saja. Permasalahan pertama yang muncul adalah adalah 123,60 Ha, 2). Kebun seluas 8,60 Ha. Lahan
saat buah nanas tersebut belum masuk masa panin yang lainnya adalah 8,60 Ha. (BPS: 2018). Desa Palaan terbagi
berarti tidak ada yang dapat dijual oleh warga sekitar. menjadi 10 Rukun Warga (RW) yang tergabung di
Masa panin buah nanas dapat mencapai 6 hingga 7 dalam2 Dusun yakni Palaan-Krajan dan Sukoyuwono
bulan.Permasalahan kedua yang dirasakan oleh warga yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun.
berupa tidak mencukupinya hasil penjualan buah nanas Berdasarkan data administrasi desa tahun 2014, jumlah
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. penduduk desa Palaan adalah 3.406 jiwa dengan rincian
Butuh inovasi konsep dan kolaborasi untuk 1.699 laki-laki dan 1.707 perempuan. Jumlah kepala
merubah persoalan yang ada menjadi peluang yang dapat keluarga 938 KK.
ditangkap oleh warga desa Palaan. Inovasi seringkali Desa Palaan dikenal memiliki produk unggulan
muncul terutama paska kolaborasi antar stakeholder desa berupa buah nanas dengan spesifikasi agak unik
dilakukan. Saling tukar ide dan gagasan serta pengalaman yakni postur buah yang terbilang cukup besar hingga
antar aktor dapat menggiring suatu terobosan yang mencapai lebih dari 5Kg, daun yang panjang hingga 30
mungkin sebelumnya belum pernah terpikirkan. cm dan tidak berduri. Kebanyakan, buah nanas tersebut
Kolaborasi pada program PIID-PEL diatas melibatkan ditanam di pekarangan dan kebun warga. Potensi lain
empat aktor yakni pemerintah, masyarakat, pelaku usaha yang dimiliki oleh desa Palaan ialah akses strategis yang
kreatif dan perguruan tinggi. Kolaborasi empat aktor terhubung dengan kawasan wisata religi Gunung Kawi
tersebut selanjutnya disebut dengan Quadruple Helix, yang telah cukup tersohor, berada pada gerbang
suatu model yang lazim digunakan untuk melahirkan kecamatan Ngajum, serta letak lokasi yang berada di
inovasi pada sektor ekonomi termasuk di dalamnya akhir akses Jalur Lingkar Barat (Jalibar).
membangun desa wisata. Sakinah dan Sofhani (2016) Warga desa Palaan telah mengembangkan
menyebutkan bahwa model Quadruple Helix ini pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk ditanami
merupakan strategi baru dalam upaya pengembangan di buah nanas. Selain untuk menambah estetika halaman
wilayah pedesaan di Indonesia. Demikian pula Widjajani, rumah, melalui penanaman buah nanas juga dapat
fajarwati dan Hidayat (2016) juga mengemukakan bahwa menambah pendapatan dan mengurangi pengeluaran
model Quadruple Helix dengan konsep customized dapat rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan vitamin. Rata-
disesuaikan dengan situasi dan kondisi sumber daya yang rata warga memiliki luas lahan 500 m2 yang terdiri dari
ada pada tiap daerah sehingga dapat digunakan sebagai bangunan dan pekarangan atau lahan kosong. Pekarangan
model dalam pengembangan inovasi daerah. yang digunakan budidaya sekitar 80 m2, sehingga total
pekarangan produktif untuk tanaman nanas adalah 22.960
METODE m2. Dalam satu kali masa panen (7 bulan) biasanya
Penelitian ini menggunakan pendekatan dapat mencapai 11,5 ton.
kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Metode ini Dengan jumlah angka panin seperti diatas
diharapkan dapat menghasilkan uraian secara jelas dan sesungguhnya belum cukup memberi kontribusi yang
mendalam perihal ucapan, perilaku dan tulisan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.
dapat diamati dari individu, kelompok masyarakat Problem pertama yang muncul yaitu saat buah nanas
ataupun organisasi tertentu. Peneliti menggunakan tersebut belum masuk masa panin, berarti tidak ada yang
instrumen berupa wawancara mendalam dan observasi dapat dijual oleh warga sekitar. Masa panin buah nanas
lapangan guna memperoleh data. Selanjutnya data yang dapat mencapai 6 hingga 7 bulan. Problem kedua yang
telah diperoleh dianalisis dengan cara non statistik dirasakan oleh warga berupa tidak mencukupinya hasil
sebagaimana sifat metode penelitian deskriptif dimana penjualan buah nanas untuk mencukupi kebutuhan sehari-

69
Journal of Public Sector Innovations, Vol. 4, No. 2, Mei Tahun 2020, (68-74)

hari. Permasalahan ini telah bertahun-tahun dirasakan Sejarah perkembangan model-model inovasi
oleh warga. Titik terang kemudian mulai muncul saat tidak bisa lepas dari keinginan manusia untuk dapat
inisiasi untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak mengembangkan kesejahteraan. Model-model itu hingga
diawali oleh Kampus Universitas Islam Raden Rahmat kini terus mengalami perkembangan dari triple helix,
Malang yang telah menjadikan desa Palaan sebagai quadruple helix, quintuple helix hinggapenta helix. Teori-
laboratorium besar dan pusat penelitian berbagai program teori inovasi banyak menekankan perihal berlangsungnya
studi yang ada di dalamnya. Pada saat yang hampir kerjasama sosial dan kegiatan ekonomi yang normal.
bersamaan, tepatnya pada bulan Juli tahun 2019 melalui Pusat perhatiannya pada proses inovasi non-linier yang
surat nomor 115/PMD.01.05/VII/2019 desa Palaan juga interaktif dan dalam jaringaninovasi multi-aktor
memperoleh program dari Kementerian Desa (Schienstock & Hamalainen, 2001).
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Konsep sistem inovasi dapat dibagi dalam arti
berupa PIID-PEL (Pilot Inkubasi Inovasi Desa sempit dan arti yang luas (Pirainen & Koski, 2004).
Pengembangan Ekonomi Lokal). Program PIID-PEL ini Sistem inovasi secara sempit dapat diartikan
sebagai upaya pemerintah mewujudkan pencapaian menggabungkan fungsi penelitian dan pengembangan
RPJMN 2015-2019 yang mentargetkan adanya universitas, institusi penelitian dan perusahaan, yang
pengurangan jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa cenderung mencerminkan model inovasi top-down.
dan meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 Sedangkan secara luas, sistem inovasi dapat berlaku lebih
desa. Melalui program tersebut telah disalurkan dana interaktif dan bottom up, termasuk semua bagian dari
sebesar Rp. 1.447.573.500. Kementerian desa melalui aspek struktur ekonomi dan pengaturan institusi yang
program ini berkeinginan untuk mendorong produktivitas dapat memberi pengaruh pada proses belajar, pencarian
serta membangun kapasitas kelembagaan ekonomi pada dan penjelajahan (Lundvall,1992). Namun bersamaan
tingkat desa, yang melibatkan Kelompok Usaha Ekonomi dengan semakin menguatnya peran masyarakat atau
Masyarakat Desa (KUEMD) termasuk koperasi dan sering pula disebut sebagai pengguna maka muncul
lembaga ekonomi desa (BUMDesa) yang bermitra istilah user-driven innovation yakni pengetahuan
dengan Pelaku Bisnis Profesional (PBP) secara pengguna (konsumen) dimanfaatkan untuk
berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan produk dan jasa baru, konsep serta
kemandirian sosial ekonomi masyarakat desa. Dampak pemahaman berbasiskan kebutuhan pengguna, dan
yang diharapkan dari pelaksanaan program Pilot Inkubasi melibatkan para pengguna secara lebih sistematis dalam
Inovasi Desa-Pengembangan Ekonomi Lokal ini adalah proses berlangsungnya inovasi (Wise & Hogenhaven,
meningkatnya omset usaha masyarakat, lapangan kerja, 2008).
meningkatnya pendapatan asli desa, meningkatnya Implementasi Model Quadruple Helix
jumlah produk unggulan desa serta menguatnya peran Sesuai dengan konteks penelitian di lapangan,
lembaga ekonomi desa (BUMDesa). model Quadruple Helixtentu lebih relevan bila dibanding
Aktor yang dilibatkan dalam program PIID-PEL dengan model Triple Helixkarena aktor yang berperan
(Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi memang lebih dari tiga (pemerintah, industri, dan
Lokal) ini terdiri dari Pemerintah, swasta dan universitas). Aktor ke-empat yakni masyarakat yang
masyarakat, BUMDesa, pelaku bisnis profesional dan sering juga disebut sebagai pengguna. Delman & Madsen
KUEMD (Kelompok Usaha Ekonomi Masyarakat Desa). (2007) menyatakan bahwa aktor helix ke-empat yang
Adapun kerangka konsep program ini adalah sebagai mengarah ke struktur quadruple helix adalah organisasi
berikut: independen, nonprofit dan berbasis anggota. Bahkan
Gambar 1. Kerangka Konsep Program PIID-PEL Yawson (2009) menyatakan bahwa inovasi muncul
karena kebutuhan dari para pengguna (user-driven
innovation) sehingga pengguna kemudian
diformalisasikan sebagai helix ke-empat.
Sementara carayannis & Campbell (2012)
mengartikan helix ke-empat kedalam dua hal yaitu
pertama budaya dan media, dan yang kedua adalah
keikutsertaan masyarakat sipil dalam upaya memproduksi
inovasi dan pengetahuan. Model Quadruple Helix ini
meniscayakan keterlibatan masyarakat secara lebih
strategis. Peran masyarakat diposisikan penting sebagai
sumber inovasi. Sebagai sebuah konsep, Quadruple
Sumber: Pedoman Umum PIID-PEL Kementerian Desa Helixsejatinya merupakan pengembangan dari Triple
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Helixdengan mengintegrasikan civil society serta
Model Inovasi mengintegrasikan inovasi dan pengetahuan (Oscar, 2010).

70
Muhamad Imron: Kolaborasi Quadruple Helix Dalam….

Quadruple Helixmerupakan kolaborasi empat sektor seperti pelatihan pengelolaan destinasi wisata, pelatihan
sekaligus yakni governmet, business, academia (institusi konsep wisata edukasi, pelatihan branding dan marketing
sumber pengetahuan), dan civil society. Konsep ini desa wisata, pelatihan budidaya buah nanas, serta
mengakui bahwa inovasi yang dilakukan oleh warga yang pelatihan kerajinan dan olahan buah nanas. Selain itu,
kreatif dapat mendukung keberhasilan suatu tujuan fasilitasi interaksi dengan berbagai pelaku pasar juga
bersama. Dalam Quadruple Helix, masing-masing dilakukan untuk keberlangsungan wisata desa ini.
kelembagaan bertugas memajukan inovasi dan Menurut dokumen pedoman umum PIID-PEL 2019 yang
pengembangan apapun yang dimilikinya. Sinergisitas dimaksud inkubator pada program ini adalah lembaga
antar seluruh aktor menjadi catatan penting bagi konsep yang memberikan suatu program yang didesain untuk
ini. Ke-empat helix harus dapat bekerjasama agar dapat membina dan mempercepat keberhasilan pengembangan
membentuk suatu keadaan yang inovatif (Rahayu, 2013). bisnis melalui rangkaian program peningkatan kapasitas
Seluruh aktor yang ada (pemerintah, akademisi, untuk menjadikan usaha tersebut menjadi profitable,
bisnis dan masyarakat sipil) secara cerdas saling memiliki pengeloaan organisasi dan keuangan yang benar
berinteraksi dengan efektif dan efisien (Carayannis & serta mampu menjadi lembaga usaha yang berkelanjutan,
Campbell, 2009). Masing-masing aktor dapat memainkan hingga akhirnya memiliki dampak positif bagi
peran sesuai kapasitas dan kompetensinya. Pemerintah masyarakat. Berangkat dari definisi diatas, inkubator
berperan dalam merumuskan suatu kebijakan, peraturan Universitas Islam Raden Rahmat Malang telah turut serta
dan dukungan finansial. Sektor bisnis dan akademisi mendesain konsep wisata edukasi kampung nanas dari
dapat berperan sebagai provider (penyedia) dan hulu hingga ke hilir. Sekali lagi, ini merupakan
pendorong inovasi. Adapun helix ke-empat yaitu konsekuansi logis bahwa perguruan tinggi merupakan
masyarakat memiliki peran yang tidak kalah strategis, lembaga yang memproduksi pengetahuan. Ia harus hadir
mereka tidak sekedar sebagai pengguna namun juga bisa untuk memecahkan sekian permasalahan baik teknis
berkontribusi lebih dari itu karena konsep Quadruple maupun teoritis yang ada di masyarakat. Dua
Helixini membuka ide-ide segar dan brilian muncul dari permasalahan yang sering dihadapi masyarakat desa
sektor manapun. Uraian dibawah ini membahas peran Palaan berupa masa tunggu panin yang relatif lama dan
dari setiap aktor yang ada dalam konsep Quadruple Helix tidak mencukupinya hasil penjualan buah nanas untuk
dan hasil analisis terhadap kondisi empiris di desa Palaan kebutuhan sehari-hari. Dan tentu inkubator bukanlah
kecamatan Ngajum kabupaten Malang. pemain tunggal dalam pelaksanaan program ini karena
1. Pemerintah terdapat aktor-aktor lain yang berperan strategis dalam
Setelah memperoleh kepastian bahwa desa perjalanan program.
Palaan akan memperoleh program PIID-PEL (Pilot 3. Bisnis (Pelaku Usaha Kreatif)
Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal), Karena inovasi konsep wisata menjadi tujuan
pemerintah desa (helix pertama) sebagai aktor penting utama maka peran serta banyak pihak menjadi penting
dalam kegiatan ini segera bertindak cepat dengan dibutuhkan. Memperlebar jejaring kerjasama dengan
menggerakkan warga desa untuk mensukseskan program pihak eksternal menjadi satu keniscayaan. Pihak eksternal
tersebut. Selain itu, karena lokasi wisata berada di tanah yang dipilih tentu harus dapat memberikan kontribusi
khas desa, maka pemerintah desa segera merumuskan pada tujuan besar yang telah terumuskan yakni
satu kebijakan penting berupa penggunaan tanah khas membangun wisata edukasi kampung nanas. Sentuhan
tersebut sebagai lokasi resmi kampung wisata edukasi helix ketiga (pelaku usaha kreatif) menjadi pilihan bagi
nanas. Ini merupakan peran strategis yang telah dilakukan stakeholder yang telah ada untuk memberikan
oleh pemerintah desa setempat. sumbangsih inovasi pada tujuan besar diatas. Pelaku
2. Akademisi usaha kreatif terdiri dari Industri Kecil Menengah (IKM)
Kolaborasi antar aktor menjadi krusial untuk kabupaten Malang, KM Trans (perusahaan jasa
dilakukan terlebih saat inovasi konsep desa wisata transportasi), dan Koperta Langgeng Mulyo Group
menjaditujuan. Karena program ini tidak hanya Kediri. Industri Kecil Menengah (IKM) mensupport pada
pembangunan fisik saja tetapi juga terdapat sisi ranah pengolahan buah nanas menjadi berbagai macam
penguatan kapasitas bagi stakeholder desa guna olahan, ide pengemasan produk hingga jejaring
menciptakan inovasi wisata edukasi kampung nanas, pemasaran. Adapun KM Trans akan berkontribusi pada
maka peran akademisi juga sangat penting untuk pemasaran wisata edukasi kampung nanas melalui
diuraikan. Penguatan kapasitas (softskill) banyak jaringan travel/transportasi yang ia miliki. Sedangkan
dilakukan oleh tim inkubator (Universitas Islam Raden Koperta Langgeng Mulyo Group memberikan pelatihan
Rahmat Malang) sebagai konsekuensi helix kedua (hardskill)kerajinan serat daun nanas yang dapat
(akademisi) yang harus menyajikan pengetahuan aplikatif digunakan sebagai bahan utama pembuatan tas, kursi dan
kepada para pengguna.Beberapa hal yang telah dilakukan jenis kerajinan tangan lainnya. Selain itu koperta
oleh Inkubator diantaranya fasilitasi berbagai pelatihan

71
Journal of Public Sector Innovations, Vol. 4, No. 2, Mei Tahun 2020, (68-74)

Langgeng Utama juga akan menjadi mitra dalam


pemasaran produk unggulan kerajinan serat nanas.
4. Masyarakat
Mengemas diri sebagai desa wisata tampaknya
kini tengah menjadi arus utama dalam tren pembangunan
desa sehingga segala potensi yang ada dan melekat pada
desa menjadi semakin mungkin untuk dikembangkan dan
diberikan sentuhan inovasi. Namun syarat utamanya tentu
harus menghadirkan peran serta dari masyarakat desa itu
sendiri. Dalam konteks desa Palaan yang telah
memperoleh program diatas, masyarakat yang tergabung
dalam berbagai kelompok telah memberikan
kontribusinya. Setidaknya kelompok tersebut terdiri dari
kelompok tani, karang taruna dan PKK. Segala potensi
yang telah ada telah dimunculkan, kelompok tani
misalnya, mengembangkan minuman sari buah nanas
untuk menunjang branding yang nantinya akan dilekatkan Kerjasama Kolaboratif Quadruple Helix di Desa
pada desa Palaan sebagai kampung wisata edukasi buah Palaan
nanas. Adapun peran yang dilakukan oleh karang taruna Penelitian ini menggambarkan bentuk kerjasama
yakni mengawal komunitas muda kreatif yang ada di desa kolaboratif antar berbagai stakeholder (pemerintah,
Palaan. Komunitas muda kreatif ini terjaring melalui akademisi, sektor bisnis, dan masyarakat). Sejak awal
seleksi yang diadakan oleh mereka. Tugas komunitas bahkan sebelum program PIID-PEL (Pilot Inkubasi
muda kreatif ini yaitu memberikan tanggapan atau umpan Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal) ini hadir,
balik atas upaya penciptaan konsep inovasi desa wisata kerjasama kolaboratif telah mulai di pupuk oleh berbagai
yang ada. Selain itu komunitas ini juga berperan dalam pihak. Kesadaran akan saling membutuhkan dan saling
membangun budaya sadar wisata dengan sasaran terbuka dalam merefleksikan aspirasinya menjadi modal
masyarakat setempat. Sedangkan PKK berperan aktif awal kerjasama kolaboratif ini dilakukan. Hal ini sejalan
dalam mensukseskan berbagai pelatihan olahan nanas dengan yang disampaikan Robertson & Choi (2010),
yang telah diinisiasi oleh tim inkubator. Jenis pelatihan bahwa tata kelola kolaboratif merupakan proses kolektif
olahan nanas yang dikembangkan diantaranya pelatihan dan egalitarian dimana setiap partisipan didalamnya
pembuatan kue nastar, moci, selai, manisan dan keripik. memiliki otoritas substantif dalam pengambilan
Semua produk tersebut menggunakan nanas sebagai keputusan dan setiap stakeholder memiliki kesempatan
bahan baku utamanya. yang sama untuk merefleksikan aspirasi dalam proses
Setiap aktor dalam Quadruple Helix memiliki tersebut. Dalam kerjasama kolaboratif terjadi penyamaan
peran yang berbeda sesuai kompetensi dan visi, tujuan, strategi dan aktivitas antara para pihak,
kemampuannya bidangnya masing-masing. Namun mereka pada posisi masing-masing akan tetapi memiliki
sebagai konsekuensi sistem, seluruh aktor harus otoritas untuk mengambil keputusan secara independen
berkolaborasi sebagai satu kesatuan yang solid. Sinergi dan memiliki otoritas dalam mengelola organisasinya
antar aktor yang ada dapat tercipta apabila setiap aktor meskipun mereka tunduk pada kesepakatan bersama
dapat memainkan peranannya masing-masing tanpa (Dwiyanto, 2011). Intinya bahwa setiap entitas yang
bergantung pada aktor lainnya (Sofhani dan Nurrahma, tergabung dalam kolaborasi pasti memiliki kepentingan
2017). Gambar dibawah ini akan menyajikan bentuk yang akan dibawa dalam sebuah keputusan dan masing-
kolaborasi hingga sinergisitas antar empat aktor masing akan menawarkan solusi alternatif dari suatu
Quadruple Helixpada pelaksanaan program PIID-PEL problem yang dihadapi, namun didalamnya tetap
(Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi menjunjung asas kesepakatan bersama. Kerjasama antar
Lokal) di desa Palaan. empat aktor di desa Palaan ini diinisiasi atas keterbatasan
Gambar 2. Bentuk Kolaborasi Empat Aktor Quadruple kapasitas, sumberdaya ataupun jaringan yang dimiliki
Helix di Desa Palaan oleh masing-masing stakeholder (Subarsono, 2016). Pada
gilirannya, kerjasama tersebut dapat menyatukan
komponen yang mendorong keberhasilantarget dan tujuan
bersama.
Terdapat lima karakteristik yang terus selalu
dibangun oleh setiap aktor helix yang ada di desa Palaan
untuk menjaga ritme kerjasama kolaboratif tersebut,
diantaranya:

72
Muhamad Imron: Kolaborasi Quadruple Helix Dalam….

1. Setiap forum urun rembuk dapat diinisiasi oleh buah)


siapapun dan tidak harus diinisiasi oleh pemerintah Wisata kuliner Membuka Ibu rumah tangga
misalnya atau bahkan akademisi. khas buah nanas peluang untuk dan PKK
2. Peserta dapat terlibat secara langsung dalam dan pusat oleh- menjual produk
perumusan keputusan dan tidak harus terpaku pada oleh khas desa unggulan desa
aktor-aktor publik. Palaan
3. Peserta di dalam forum juga termasuk aktor non Duta wisata Telah terpilih Pemuda desa
publik, artinya bahwa seluruh ke-empat aktor kampung nanas duta wisata potensial
memiliki peran yang setara karena ide dapat muncul kampung nanas
dari aktor manapun. dan telah
4. Forum diadakan secara bersama-sama dan bermuara terbentuk
pada konsensus. komunitas muda
5. Kolaborasi antar stakeholder tersebut berfokus pada kreatif
pengambilan keputusan yang paling ideal bagi Kolaborasi dan Membuka PKK, kelompok
keberhasilan program (cita-cita bersama). kemitraan peluang untuk tani dan
Dari lima karakteristik diatas, muncullah ide dengan sektor menjalin karangtaruna
inovasi konsep yang akan dikembangkan untuk privat kerjasama
mewujudkan wisata edukasi kampung nanas di desa dengan pihak
Palaan. Inovasi konsep ini lahir atas beragam masalah luar baik industri
ekonomi yang dihadapi oleh warga desa khususnya yang kreatif menengah
telah menanam buah nanas. Dengan adanya wisata (IKM) ataupun
edukasi kampung nanas, diharapkan tidak lagi ada pelaku usaha
keluhan dari warga terkait lamanya masa menunggu kreatif lainnya.
panin dan lain sebagainya. Hal ini karena di dalam Inovasi konsep diatas lahir dari hasil kerjasama
konsep wisata edukasi kampung nanas bakal terdapat kolaboratif seluruh helix yang ada. Melalui lima
banyak potensi yang akan digali dan banyak pula peluang karakteristik yang dibangun diatas nyatanya cukup
kerja yang akan tercipta bagi warga desa Palaan. mampu membuahkan hasil inovasi konsep yang cukup
Tabel 1. Bentuk Inovasi, Peluang Kerja dan membanggakan bagi semua pihak meski pada tahap
sasaran Program realisasi beberapa masih akan diuji. Namun, konsistensi
Bentuk Inovasi Peluang Kerja Sasaran yang ditunjukkan pada diri setiap aktor tampaknya
Beragam olahan Memberikan Ibu rumah memberikan rasa optimisme tinggi bagi khalayak. Yang
dari buah nanas peluang bagi ibu tangga, PKK, tidak boleh dilupakan bagi para pengelola desa wisata
(sari buah, moci, rumah tangga kelompok tani dimanapun adalah tidak berhentinya kreatifitas.
kue nastar, selai, yang kebanyakan dan Kreatifitas merupakan unsur penting dalam
keripik, tidak memiliki pengangguran. pengembangan kinerja inovasi (Setyanti dan Wahyuni,
kerajinan serat pekerjaan. 2019). Upaya meningkatkan kreatifitas dapat muncul dari
daun nanas) helix manapun agar keunggulan bersaing selalu dapat
2 lokasi wisata Memberikan kelompok karang dijaga. Hal ini karena pada setiap kreatifitas yang
yang terintegrasi peluang untuk taruna dilahirkan akan tercipta produk unggulan dan jasa baru
(Cafe nanas dan bekerja di cafe, yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Untuk itu,
museum nanas) merawat lokasi analisis terhadap perubahan dan situasi pasar, konsumen
wisata dan serta perkembangan teknologi harus terus dilakukan
museum nanas. secara komprehensif.
Paket wisata Memberikan Ibu rumah Upaya mendorong kreatifitas untuk melahirkan
cooking class peluang bagi tangga, PKK dan inovasi baru perlu terus dilakukan agar bisa tetap
dan farming warga yang kelompok tani bertahan ditengah industri wisata yang semakin beragam.
classdengan rumahnya berada Kreatifitas perlu didorong untuk memunculkan ide-ide
sasaran pasar disepanjang jalan baru yang menumbuhkan produk dan jasa yang mampu
anak usia dini yang dilalui bersaing dengan kualitas yang dimiliki serta tetap baik
dan tingkat kereta nanas. dihati konsumen. Agar kreatifitas dan inovasi
sekolah dasar. memberikan hasil yang maksimal maka kolaborasi
Wisata agro Membuka Karangtaruna Quadruple Helix sangat diperlukan sehingga perbaikan
(tour kampung peluang menjadi secara terus-menerus dapat selalu ditingkatkan.
nanas dan petik tour guide Wisata edukasi kampung nanas akan menjadi
pusat kolaborasi dan pemberdayaan masyarakat berbasis

73
Journal of Public Sector Innovations, Vol. 4, No. 2, Mei Tahun 2020, (68-74)

potensi yang dimiliki oleh desa. Didalamnya akan Dwiyanto, Agus. 2011. Manajemen Pelayanan Publik:
muncul berbagai inovasi yang didukung oleh interaksi Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif. Yogyakarta:
empat helix yaitu pemerintah, akademisi, bisnis dan Gadjahmada University Press. hal. 251.
masyarakat. Suasana berbagi pengetahuan harus terus Kumorotomo, Wahyudi dkk 2013. Transformasi
ditingkatkan demi semakin terciptanya berbagai pelayanan Jakarta Commuter Line: Studi Tentang
kreatifitas. Kolaborasi Quadruple Helix telah mampu Collaborative Governance di Sektor Publik.
menghasilkan inovasi konsep wisata edukasi kampung Fisipol, UGM. Halaman 10.
nanas, ini menjadi bukti bahwa praktek kolaborasi Lundvall, B. –A. (Ed.). (1992), National Systems of
menjadi kunci utama dalam mengembangkan potensi innovation. Toward a Theory of Innovation and
yang dimiliki oleh desa. Ke-empat helix diatas Interactive Learning. London: Pinter Publishers.
merupakan faktor determinan penggagas munculnya ide, Oscar. A, Monterino, S., & Thomson, M. (2010). A
kreatifitas, ilmu pengetahuan, kesadaran berbagi, dan growth model for the quadruple helix innovation
teknologi bagi berkembangnya desa wisata. theory. Journal of Business Economics &
Management.
PENUTUP Rahayu, Sri. (2013), “The Quadruple Helix Model
Simpulan (Universities, Academic, Entreprises, Government
Di desa Palaan, model Quadruple Helixini and Community) Sebagai Model Ideal Untuk
nyatanya mampu melahirkan ide dan kreatifitas hingga Sistem Inovasi Lokal Efektif Terkait
Penanggulangan Kemiskinan Di Negara
pengetahuan baru melalui dukungan seluruh aktor
Bekembang”, Pusat Penelitian Perkembangan
(pemerintah, akademisi, bisnis atau pelaku usaha kreatif, Iptek-LIPI, 2013.
dan masyarakat). Dukungan dari seluruh helix yang ada
Schienstock, G. & Hamalainen, T. (2001),
dibutuhkan untuk terus mendorong hadirnya kreatifitas
Transformation of the Finish Innovation System:
dari sektor manapun. Masyarakat tidak boleh hanya A Network Approach. Sitra Reports series 7.
menjadi pengguna ide dan kreatifitas dari helix lainnya, Helsinki: Sitra.
mereka juga dapat menunjukkan bahwa kreatifitas dan
Subarsono, Agustinus. 2016. Kebijakan Publik dan
inovasi juga dapat muncul dari masyarakat. Saat
Pemerintahan Kolaboratif Isu-Isu Kontemporer.
kreatifitas dan inovasi dapat selalu dihadirkan, maka Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Hal. 177.
setiap produk akan memiliki nilai tambah yang unggul
Wise, E. & Hogenhaven, T. (2008), User-Driven
dan berdaya saing. Untuk itu, sinergi yang baik dari
Innovation. Contex and Cases in the Nordic
seluruh elemen Quadruple Helixmenjadi syarat utama Region. Nordic Innovation Centre.
hadirnya kreatifitas dan inovasi..
Yawson, R. M. (2009), The Ecological Systems of
Innovation: A New Architectural Framework for a
Saran Fungtional Evidence-Based Platform for Science
Penelitian ini sekaligus memberikan saran bagi and Innovation Policy, The Future of Innovation,
interaksi yang terbangun antara pemerintah, akademisi, Proceedings of the XXIV ISPIM 2009
bisnis dan masyarakat. Interaksi yang ideal, sehat, setara Conference, Vienna, Austria, June 21-24, 2009.
dan saling berbagi pengetahuan menjadi penting untuk Dokumen Pedoman Umum PIID-PEL Kementerian Desa
diperhatikan setiap helix yang ada. Selain itu, penelitian Pembangunan Daerah Tertinggal dan
tahap selanjutnya menjadi penting dilakukan saat wisata Transmigrasi.
edukasi kampung nanas nantinya sudah mulai berjalan,
hal ini dikarenakan, dinamika dilapangan pasti terus
bergeser seperti perlunya aktor tambahan dalam proses
pengembangan wisata tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Carayannis, E. G., and Campbell, D. F. J. (2009). Mode 3
and Quadruple Helix: toward a 21st century fractal
innovation ecosystem. International journal of
Technology Management, 46 (3), 201-234.
Delman, J., & Madsen, ST. (2007), Nordic Triple Helix
Collaboration in Knowledge, Innovation, and
business in China and India: a Preliminary Study.
NIAS-Nordic Institute of Asian Studies,
Copenhagen.

74

Anda mungkin juga menyukai