Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batas Atterberg dikenalkan oleh Albert Atterberg pada tahun 1911
dengan maksud untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta
memastikan karakter indeks property tanah. Batas Atterberg mencakup batas
cair, batas plastis.
Mengingat tanah sebagai materi yang memikul bangunan, maka
dalam perencanaan bangunan teknik sipil (gedung, jembatan, jalan raya
dan sebagainya) mutlak perlu dilakukan penyelidikan tanah. Di dalam
penyelidikan tanah, para ahli mekanika tanah mengemukakan bahwa
tanah memiliki batas peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainya. Batas
peralihan atau yang lebih dikenal dengan batas konsistensi atterberg
terdiri dari beberapa bagian, antara lain batas cair (Liquid Limit/LL), dan
batas plastis (Plastic Limit/PL).

Batas Atterberg memerlihatkan terjadinya bentuk tanah dari benda


padat sampai jadi cairan kental sesuai sama kadar airnya. Dari test batas
Atterberg akan diperoleh parameter batas cair dan batas plastis.
Batas cair (LL) adalah kadar air tanah dimana untuk nilai-nilai diatasnya,
tanah akan berperilaku sebagai cairan kental (batas antara keadaan cair dan
keadaan plastis), yaitu batas atas dari daerah plastis.
Batas plastis (PL) adalah kadar air dimana untuk nilai-nilai
dibawahnya, tanah tidak lagi berpengaruh sebagai bahan yang plastis.
Tanah akan bersifat sebagai bahan yang plastis dalam kadar air yang
berkisar antara LL dan PL. Kisaran ini disebut indeks plastisitas.

1.2 Tujuan praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar air suatu
tanah pada keadaan batas cair dan batas plastis.

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 1


1.3 Manfaat
Untuk mengetahui dan mempelajari tentang batas cair dan batas
plastis tentang daya tahan tanah terhadap batas beban yang ada diatasnya
dan juga mengetahui layak atau tidaknya tanah tersebut untuk konstruksi
berupa bangunan atau jalan raya.

1.4 Alat dan Bahan yang digunakan


1.4.1 Alat
No Alat dan Bahan Gambar

1. Pelat kaca ukuran 45 cm x


45 cm

2. Sendok dempul

3. Oven (suhu 110oC)

4. Groving tool

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 2


5. Cawan porselin

6. Timbangan
(ketelitian 0,01 gr)

7. Alat casagrande

8. Dulang

Gambar 1.1 ( Alat)

1.4.2 Bahan
Sampel tanah diambil di daerah ikan foti, Desa Oben, Kecamatan
Nekamese, Kabupaten Kupang.

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 3


1.5 Peta titik pengambilan sampel

= Dataran Rendah

= Dataran Menengah

= Dataran Tinggi

= Garis Kontur

Gambar 1.2 Peta pengambilan sampel

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 4


BAB II

DASAR TEORI

Secara umum tanah (soil) adalah lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi
yang terdiri dari benda padat (bahan anorganik dan organik) serta air dan udara
tanah. Tanah dikenal sejak awal peradaban manusia terutama setelah manusia
menggunakan tanah untuk bercocok tanam dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pengertian tentang tanah mulai lebih jelas setelah para ahli
mendefenisikan tentang tanah. Berikut ini adalah defenisi tanah menurut para ahli ;

- Berzelius (1803)
Seorang ahli kimia mendefenisikan tanah sebagai “laboratorium kimia
alam dimana proses dekomposisi dan reaksi sintesis kimia berlansung
secara terang”.
- Justus Von Liebig (1840)
Tanah sebagai tabung reaksi dimana seseorang dapat mengetahui jumlah
dan jenis hara tanaman.
- Falluo (1871)
Tanah adalah produk hancuran iklim yang bercampur dengan bahan
organik.
- Davy (1913)
Tanah sebagai laboratorium yang menyediakan unsur-unsur hara
tanaman.
- Werner (1918)
Tanah adalah lapisan hitam tipis yang menutupi bahan padat kering
terdiri atas bahan bumi berupa partikel-partikel kecil.
- Joffe (1949)
Tanah adalah bangunan alam yang tersusun atas horizon-horizon yang
terdiri atas bahan mineral dan organik,biasanya tak padu, mempunyai
tebal yang berbeda-beda, sifat dan susunannya berbeda.
- Bremmer (1958)
Tanah adalah bagian permukaan kulit bumi yang dijadikan oleh
pelapukan kimia dan fisik serta kegiatan berupa tumbuhan dan hewan.

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 5


Adapun dalam mengethui kondisi dan keadaan tanah dilakukannya pengujian
batas-batas atterberg yang meluputi pemeriksaan batas cair (Liquid Limit),
pemeriksaan batas plastis (Plastic Limit), dan indeks plastisitas (Plastisitas indeks ).

- Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)


Batas Cair adalah kadar air yang mana konsistensi tanah mulai berubah
dari keadaan plastik ke keadaan cair. Liquid limit adalah kadar air yang
diperoleh pada jumlah pukulan 25 kali, yang bisa diperoleh dengan
bantuan Flow Curve yang telah dibuat.
Flow Curve (Kurva Kelelahan) merupakan hubungan antara kadar air dan
jumlah pukulan yang terjadi. Kadar air merupakan ordinat dengan skala
linier dan jumlah pukulan merupakan absis dengan skala logaritma.
Hubungkan titik-titik yang diperoleh sehingga didapatkan suatau garis
lurus, kalau tidak bisa ambillah suatu garis lurus yang mewakili titik-titik
yang diperoleh. Garis ini disebut dengan Flow curve. (A.Atteberg,1911)

- Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas Plastis adalah kadar air yang merupakan batas antara konsistensi
tanah dalam keadaan semi plastis dan keadaan plastis. Batas plastis (PL)
juga merupakan kadar air yang untuk nilai-nilai dibawahnya, tanah tidak
lagi berpengaruh sebagai bahan yang plastis. Tanah akan bersifat sebagai
bahan yang plastis dalam kadar air yang berkisar antara LL dan PL.
Kisaran ini disebut indeks plastisitas. (A.Atteberg,1911)

- Indeks Plastisitas (Plasticity Index)


Indeks Plastisitas merupakan interval kadar air, yaitu tanah masih bersifat
plastis (A.Atteberg,1911). Karena itu, indeks plastis menunjukan sifat
keplastisitas tanah. Jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis
kecil, maka keadaan ini disebut dangan tanah kurus. Kebalikannya, jka
tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis besar disebut tanah
gemuk. Nilai indeks plastisitas dapat dihitung dengan persamaan berikut
ini :
IP = LL
PL ............................ (1)

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 6


BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Prosedur Percobaan Pemeriksaan Batas Cair

Menimbang cawan porselin dan memberikan nomor pada cawan


tersebut

Meletakan sampel tanah pada pelat kaca dan mencampurkan


dengan aquades

Meletakan sampel tanah pada alat casagrande

Memutar alat casagrande dan catat jumlah ketukan pada alat


tersebut

Memutar alat casagrande dan catat jumlah ketukan pada alat


tersebut

Mengambil tanah dan menaruh pada cawan yang sudah


diitmbang

Masukan pada oven dengan suhu 110°C selama 24 jam

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 7


3.2 Prosedur Percobaan Pemeriksaan Batas Plastis

Mengambil tanah dan meletakan pada pelat kaca

Mencampurkan aquades pada tanah

Membuat bola-bola tanah dari sampel hingga seperti pengisi


tinta balpoin

Meletakan tanah pada cawan yang sudah ditimbang

Masukan ke oven dengan suhu 110°C selama 24 jam

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 8


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan batas cair dan batas plastis telah dilakukan di Laboratorium Dinas
Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun tujuan dari
praktikum batas cair dan batas plastis untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas cair dan batas plastis. Pengujian batas cair dan batas plastis
dilakukan mengacu pada ASTM. Hasil pengujian batas cair dan batas plastis dapat
dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2.

4.1 Data Penentuan Batas Cair


Tabel 4.1 Tabel Hasil Pemeriksaan Batas Cair

Tipe pengukuran LL1 LL2 LL3 LL4


Ketukan 14 22 34 45
Wt.sampel basah + 54,53 47,46 47,99 49,04
cawan
Wt.sampel kering + 38,54 34,66 35,07 35,97
cawan
Wt. cawan 12,87 13,07 12,91 12,76
Wt. kering 25,67 21,58 22,16 23,21
Wt. basah 41,66 34,68 35,08 36,28
Wt. air 15,99 12,80 12,92 13,07
Kadar air 62,2% 59,3% 58,3% 56,3%

62,2 %

59,3 % Keterangan :
x : Jumlah ketukan
58,3 % y : Kadar air

56,3 %
x

14 22 34 45

4.1 Gambar grafik hubungan kadar air dan jumlah ketukan

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 9


Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa, hubungan antar kadar air dengan
jumlah pukulan adalah berbanding terbalik, dimana makin besar jumlah pukulan
maka makin sedikit kadar air yang terkandung dalam tanah. Kadar air pada batas
cair yang masih tinggi sangat baik untuk pertumbuhan tanaman dan berdasarkan
pengamatan kami tanaman pada daerah Ikan foti sangat subur. Batas cair adalah
kadar air dalam persen berat kering, dimana kedua penampang tanah yang
haampir bersentuhan tetapi tidak saling melimpahi suatu tehadap yang lainnya,
ketika dalam cawan mengalaiam pukulan dari arah bawah .( A.Casagrande 1923).

4.2 Data Penentuan Batas Plastis


4.2 Tabel Hasil Pemeriksaan Batas Plastis

Tipe pengukuran PL1 PL2


Wt .sampel basah + cawan 20,47 21,52
Wt. sampel kering + cawan 18,71 20,07
Wt.cawan 12,79 13,06
Wt.kering 5,92 6,01
Wt.basah 7,68 8,46
Wt. air 1,76 1,45
Kadar air 29,7 % 24,1 %

Berdasarkan tabel 4.2 maka didapatkan bahwa nilai kadar air pada PL1 adalah
29,7 % dan pada PL2 adalah 24,1 % dimana itu merupakan kadar air pada
tanah Ikan foti pada keadaan plastis.

4.3 Indeks Plastisitas


Indeks plastisitas adalah perbandingan antara rata-rata kadar air batas cair dan
plastis.

PI = LL
PL

= 59.02 nilai rata-rata kadar air batas cair


26,90 nilai rata-rata kadar air batas plastis

= 2,19

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 10


maka, dapat dikatakan bahwa nilai indeks plastisitas 2,19 merupakan batas
terendah dari keplastisan tanah di ikan foti. Indeks plastisitas menunjukan
perbedaan kadar air pada batas cair dan batas plastis Tanah dengan jangka
olah yang rendah merupakan tanah yang lebih sukar diolah dari pada tanah
dengan jangka olah tinggi ( Hardjowigeno, 2003).

4.4 Kriteria batas cair dan indeks plastisitas tanah

4.3 Tabel Kriteria Batas Cair Dan Plastisitas Tanah

Kriteria Batas cair ( % ) Batas plastis ( % )


Sangat rendah < 20 0-5
Rendah 20 – 30 5 - 10
Sedang 31 – 45 10 - 17
Tinggi 46 – 70 17 - 30
Sangat tinggi 71- 100 30 - 43
Ekstrim tinggi > 100 > 43
Sumber : Sarief,dkk ( 2001 )

Berdasarkan tabel 4.3 tabel kriteria batas cair dan indeks plastisitas tanah dapat
dikatakan bahwa, sampel tanah di lokasi Ikan foti yang memiliki nilai batas cair
sebesar 59,02 dan nilai rata-rata batas plastis 26,90 termasuk kriteria yang tinggi. Ini
disebabkan karena perubahan temperatur dan perubahan iklim yang mengacu pada
efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalaui saluran
evaporasi permukaan tanah. Banyaknya kadar iar tanah berhubungan besar dengan
tegangan air dalam tanah tersebut ( Hardjowigwno, 1992 ).

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 11


BAB V

PENUTUP

5.2 Kesimpulan

1. Berdasarkan praktikum kelompok kami tentang batas-batas atterberg maka


didapatkan nilai batas cair sebesar 59,02 dan nilai batas plastis 26,90 dan
masuk pada kriteria tinggi.

2. Indeks Plastisitas merupakan interval kadar air, yaitu tanah masih bersifat
plastis. Nilai indeks plastisitas pada daerah Ikan foti adalah 2,19 dan
merupakan batas terendah keplastisan daerah tersebut.

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 12


DAFTAR PUSTAKA

http://septiannurcahyo24.blogspot.co.id/2014/10/batas-batas-atterberg-mekanika-tanah.html

http://repository.maranatha.edu/2777/3/9621037_Chapter1.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/8776/4/3TS12457.pdf

http://gudangbobrok.blogspot.co.id/2016/11/menentukan-batas-batas-atterberg.html

Iskandar ,Rudi. (1993). Analisis hubungan berat isi kering dan kadar air. USU Medan.

BATAS-BATAS ATTERBERG Page 13

Anda mungkin juga menyukai