Anda di halaman 1dari 59

ANALISIS DAN DETEKSI MIKROBA

 Seperti layaknya makhluk hidup yang lain, bakteri


mempunyai suatu siklus hidup, mulai dari
pertumbuhan, masa stasioner sampai akhirnya
mencapai tahapan kematian.
 Pengetahuan mengenai kinetika pertumbuhan
mikroba penting untuk diketahui dalam rangka
penggunaan agen mikroba dalam dunia bioindustri.
 Dengan diketahuinya pengetahuan mengenai
pertumbuhan mikroba ini diharapkan akan dapat
mengoptimalkan penggunaan mikroba dalam dunia
bioindustri.
 Sebagian besar bakteri tumbuh melalui suatu
mekanisme yang disebut dengan pembelahan biner.
 Dalam pembelahan biner, bakteri membelah menjadi
dua sel yang identik, yang kemudian membelah lagi
menjadi empat,
delapan, enam belas, tiga
puluh dua dst,
seperti yang
terlihat
pada Gambar.
1. Fase Permulaan
• Pada fase ini bakteri baru menyesuaikan diri dgn
lingk.baru, bermacam2 enzim dan zat perantara
dibentuk sehingga keadaannya memungkinkan
terjadinya pertumbuhan lebih lanjut. Sel-selnya
mulai membesar tetapi blm membelah diri.

2. Fase Pertumbuhan yang dipercepat


• Pada fase ini bakteri mulai membelah diri, ttp
waktu generasinya msh panjang. Fase ini
bersama2 dgn fase permulaan sering disebut Lag
Phase atau Phase of Adjustment
3. Fase Pertumbuhan Logaritma
• Pada fase ini kec. Pembelahan paling tinggi, wkt
generasinya pendek dan konstan. Terjadi
metabolisme plg pesat, jd sintesis bahan sel sgt cepat
dan konstan.

4. Fase Pertumbuhan yang mulai terhambat


• Kec.pembelahan akan berkurang dan jml bakteri yg
mati brtambah byk, karena makin brkurangnya
nutrien dan mulai terjadi penimbunan racun2 sbg
hasil keg. Metabolisme serta perubahan pH
5. Fase Stasioner yang Maksimum
• Adanya penurunan kadar nutrien dan
meningkatnya penimbunan zat-zat racun
sehingga m’hambat kec.pembelahan. Jml bakteri
yg dihasilkan sama dgn jml bakteri yg mati

6. Fase Kematian yg dipercepat dan


fase kematian logaritma
• Disebut juga fase menurun, karena kec kematian
meningkat, sedang kec.pembelahan menjadi nol.
Setelah sampai ke fase kematian logaritma,
kec.kematian mencapai maksimal dan jml sel
menurun dgn cepat
 Hitungan mikroskopik dengan metode Breed sering
digunakan untuk menganalisis susu yang mengandung
bakteri dalam jumlah tinggi, misalnya susu yang diperoleh
dari sapi yang terkena mastitis yaitu suatu penyakit infeksi
yang menyerang kelenjar susu sapi.
 Cara ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat
dilakukan terhadap susu yang telah dipasteurisasi karena
secara mikroskopik tidak dapat dibedakan antara sel-sel
bakteri yang masih hidup atau yang telah mati karena
perlakuan pasteurisasi
 Dalam metode ini, luas areal pandang
(field) mikroskop yang akan digunakan harus dihitung
terlebih dahulu
 Untuk menghitung jumlah bakteri di dalam susu, se-
banyak 0.01 ml susu dipipet dengan pipet Breed dan
disebarkan di atas gelas objek sehingga mencapai luas
1 cm2,
Jumlah susu per areal pandang
mikroskop = /100 x 0.01 ml

Di mana r = jari-jari (mm) arcal


pandang mikroskop. Karena contoh
susu yang disebarkan pada gelas
objek seluas 1 cm2 adalah 0.01 ml,
maka:

Jumlah bakteri per ml = 10.000/ x


jumlah bakteri per areal pandang

Penghitungan melalui Breed slide method.

Luas areal pandang mikroskop = r2 mm2 = cm2


Dengan kata lain, untuk mendapatkan 1 ml
contoh susu dapat diperoleh dari 10 000/pr2 kali
areal pandang mikroskop. Angka
10.000/pr2 disebut juga faktor mikroskopik (FM),
dan digunakan untuk mengubah jumlah bakteri
per areal pandang mikroskop menjadi jumlah
bakteri per ml.
 Jumlah koloni: Dilakukan dengan pengenceran sampel

Figure 6.15, top portion


 Inokulasi cawan
petri dari seri
pengenceran

Figure 6.16
 Setelah inkubasi,hitung koloni pada cewan yang
memiliki jumlah 25-250 koloni (CFU)

Figure 6.15
 Hitung jumlah koloni, kalikan jumlah koloni (atau rerata
jumlah jika digunakan ulangan dalam pengenceran yang
sama) dengan kebalikan pengencerannya.
 Catat pengenceran yang digunakan dan jumlah koloni
dihitung atau diduga pada tiap petri.
 Untuk mencegah kesalahan ketelitian dan akurasi, catat
hanya dua digit pertama saja. Digit kedua dapat
ditingkatkan jika digit ketiga di atas 5; gunakan nol untuk
digit setelah digit kedua.
 Laporkan jumlah (atau dugaan jumlah) sebagai cfu per g
atau ml.
 Hitung jumlah koloni. Hanya yang memenuhi syarat yang
dihitung.
 Spreader tidak dihitung
 Hitung semua koloni termasuk yang kecil, catat
pengenceran yang digunakan dan hitung jumlah koloni
 Contoh 1:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 243*
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 23
Maka jumlah bakteri: 24.300 ditulis 2,4 X 104 cfu/ml
 Contoh 2
Pengenceran 1:100 jumlah koloni spreader
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 31*
Maka jumlah bakteri: 31.000 ditulis 3,1 X 104 cfu/ml

 Contoh 3
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 305
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 42
Maka jumlah bakteri: 42.000 ditulis 4,2 X 104 cfu/ml
 Contoh 4
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 200*
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 42*
1. Bandingkan dua pengenceran tersebut, jika > 2 maka
dirata-rata jika < 2 gunakan pengenceran yg lebih
kecil
Maka jumlah bakteri: 42.000/20.000 > 2 maka jumlah
bakteri = ditulis 2,1 X 103 cfu/ml
 Contoh 5
Pengenceran Petri 1 Petri 2
10-2 175 208
10-3 16 17
Maka:
 Rata-rata terlebih dahulu padapengenceran yg
memenuhi syarat
 Yang memenuhi syarat hanya pengenceran 1:100
sehingga (175 + 208)/2 = 191,5
 maka jumlah bakteri adalah 19.000 cfu/g atau 1,9
X 104 cfu/ml
1. Jumlah koloni 25 – 250 dengan dua ulangan
Contoh 6:
Pengenceran Petri 1 Petri 2
10-2 228* 240*
10-3 28* 23
Maka:
23 tidak memenuhi syarat tetapi krn28 memenuhi
syarat maka tetapdirata-rata terlebih dahulu.
(280+230)/(228+240) = 510/468 < 2 maka
Jumlah sel = (280+230+228+240)/4 = 244,5 X102
= 2,4 X104 cfu/ml
 Jika tidak ditemui petri dengan jumlah koloni antara 25
dan 250 dan salah satu petri memiliki jumlah koloni lebih
dari 250 maka pilih yang paling mendekati 250 dan
hitung sebagai hasil pendugaan (dugaan) cfu/g
 Contoh 7:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 325
Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 20
maka jumlah mikroba adalah 33.000 (dug) cfu/g atau 3,3
X104 cfu/ml (est/dug)
 Jika petri dari semua pengenceran menunjukkan jumlah
koloni kurang dari 25, catat jumlah aktual koloni pada
pengenceran yang paling rendah dan laporkan sebagai
dugaan cfu/g
Contoh 9:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 0
Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 0
maka jumlah mikroba adalah <100 (dug) cfu/g
Contoh 10:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 18 dan 16
Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 2 dan 0
maka jumlah mikroba <1700 (dug) cfu/g.
 Jika pada semua pengenceran tidak dijumpai adanya
koloni dan tidak terdapat senyawa penghambat, laporkan
jumlah pendugaan dengan kurang dari (<) pada
pengenceran yang paling rendah.
Contoh 11:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 0
Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 0.
Maka jumlah mikroba <100 (dug) cfu/g
 Jika jumlah koloni tiap petri di atas 250, hitung koloni
dalam bagian petri berdasar distribusi yang mewakili
 Jika dalam hitungan <10 koloni/cm2, pilih dalam 12 cm2
dengan cara 6 luasan horizontal berurutan dan 6 luasan
sudut kanan berurutan.
 Ingat jangan ada koloni yang dihitung dua kali.
 Jika dalam hitungan ada >10 koloni/cm2 hitung koloni
dalam 4 luasan yang mewakili seperti cara di atas, kalikan
rerata jumlah koloni per cm2 dengan luas petri.
 Pada umumnya luas petri sekitar 56 cm2 gunakan ini
sebagai faktor pengali.
 Ada tiga tipe spreader.
 Tipe pertama adalah rantaian koloni, tidak dapat
dipisahkan secara tepat, disebabkan oleh disintegrasi
gumpalan bakteri ketika inokulum ditebarkan dalam
medium plating.
 Jika satu atau lebih rantai jelas asalnya dari sumber
terpisah.
 Hitung masing-masing sebagai satu koloni. Jangan
hitung tiap-tiap koloni individu dalam rantai sebagai
koloni terpisah.
Cara ini menggunakan spektrofotometer atau
nefelometer. Cahaya yang diabsorbsi ~ banyaknya sel
bakteri.
 Setiap satu sel bakteri dalam suspensi diasumsikan
akan tumbuh menjadi satu
 koloni setelah diinkubasikan dalam media dan
lingkungan yang sesuai.
1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel bakteri
yang sebenarnya karena beberapa sel yang berdekatan
mungkin membentuk satu koloni.
2. Media dan kondisi yang berbeda menghasilkan nilai yang
berbeda.
3. Bakteri yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada
media padat dan membentuk koloni yang jelas.
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa
hari sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.
1. Dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak 1 ml dipipet
ke dalam cawan petri.
2. Kemudian ke dalam cawan petri tersebut, masukkan agar
cair yang telah didinginkan hingga 500C ± 15 ml.
3. Cawan petri digerakkan dengan gerakan melingkar untuk
menyebarkan sel-sel bakteri secara merata.
4. Setelah agar memadat, cawan petri tersebut diinkubasi
dalam inkubator.
5. Koloni yang terbentuk dihitung.
1. Agar steril dituang ke dalam cawan petri steril, biarkan
membeku.
2. Setelah membeku sempurna, kemudian sebanyak 0,1
ml sampel yang telah diencerkan dipipet pada
permukaan agar tersebut, ratakan.
3. Inkubasi.
4. Hitung koloni yang terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai