SKRIPSI
Oleh
Mawati
NIM. 10538316415
harapan-harapanku
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
KATA PENGANTAR
mewakili atas segala karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas
anugrah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah dan rasio pada-Mu Sang
dalam tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas
penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk
membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku
dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada para saudara-saudara dan keluarga yang tak hentinya
kepada Dr. Ir. M. Syaiful Saleh, M.Si selaku pembimbing I dan Dra. Hj. Sitti Fatimah
Tola, M.Si Selaku pembiming II yang selalu memberikan bimbingan motivasi serta
menuntun penulis sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya proposal ini tak
ix
Dr.H.Abd. Rahman Rahim, MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, Erwin Akib, S.Pd,M.Pd, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
ketua jurusan pendidikan sosiologi, serta seluruh dosen dan staff pegawai dalam
Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu yang bermanfaat
bagi penulis.
menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta serta seluruh rekan
dan bantuannya.
warahmatullahi wabarakatuh
MAWATI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
ABSTRACT ...............................................................................................viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Kajian Konsep.................................................................................... 8
xi
2. Arti Kata Maritim....................................................................... 10
8. Konsep Teori.............................................................................. 37
C. Informan Penelitian.......................................................................... 46
E. Instrumen Penelitian......................................................................... 49
2. Keadaan geografis..................................................................... 56
xii
3. Keadaan Penduduk.................................................................... 61
4. Keadaan Penidikan.................................................................... 62
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 84
B. Saran .............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR BAGAN
xiv
DAFTAR TABEL
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan area teritorial laut yang sangat luas. Daratan Indonesia seluas 1.904.569
dan terletak antara benua Asia dan Australia. Hal tersebut menunjukkan bahwa
wilayah laut lebih luas dari wilayah daratan, terdapat 5 pulau besar dan ratusan
pulau kecil lainnya, baik yang berpenghuni maupun yang tidak berpenghuni.
Sejatinya laut merupakan penghubung antara pulau yang satu dengan yang lain.
Pada dasarnya para nelayan dalam mencari ikan dilaut biasanya berlayar
kawanan ikan akan mencari tempat yang tenang untuk bertelur, dan pada waktu
inilah nelayan memperoleh musim yang baik untuk menangkap ikan. Namun
karena ikan-ikan tersebut mencari tempat yang lebih dalam karena perubahan
tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif
1
2
besar. Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang ikan berskala besar atau
kecil. Itu artinya bahwa sebagian besar nelayan Indonesia masih merupakan
perahu kecil dengan teknologi sederhana untuk mencari ikan, maka diasumsikan
hasil yang akan didapatkan oleh nelayan-nelayan Indonesia masih jauh dari
mendorong nelayan menjadi subjek atau pelaku utama yang substansial dan
untuk berdagang maupun untuk mencari ikan. Pada hakekatnya jauh sebelum
sistem pelayaran dan perdagangan merupakan salah satu mata pencaharian yang
utama dan hingga saat ini terus mengalami perkembangan. Masyarakat pesisir
3
pada saat itu tidak hanya mampu mengarungi perairan Nusantara, akan tetapi
lebih dari itu seperti yang diketahui oleh bahwa orang Indonesia telah mampu
berlayar sampai pada jarak terjauh. Keadaan geografis suatu daerah sangat
pantai dan daerah kepulauan yang tentu saja akan berbudaya kelautan (maritim).
Laut adalah ajang untuk mencari kehidupan bagi kedua kelompok masyarakat.
Dari laut dapat dieksploitasi sumber daya biota dan abiota, serta banyak kegiatan
kelompok masyarakat itu menuju laut. Pada mulanya bertujuan mencari hidup dan
atau dengan kata lain membangun kejayaan dan kekayaan dari kegiatan
kehidupannya sangat bergantung pada sumber daya laut seperti ikan, gurita dan
berhubungan dengan laut. Ciri khas kehidupan mereka adalah keras dan penuh
resiko dalam mengarungi kehidupannya, karena jarak tempuh untuk mencari ikan
yang banyak sangat jauh, yang senantiasa bertarung melawan badai, sengatan
4
matahari, guyuran hujan dan dekapan angin malam yang dingin. Keadaan seperti
inilah yang di rasakan oleh nelayan tradisional dengan perahu kecilnya berani
mengarungi lautan luas, demi menghidupi diri dan keluarganya. Untuk tetap dapat
bertahan hidup pada masa-masa yang sulit seperti itu, telah melahirkan sistem
pengetahuan dan teknologi yang mampu menaklukkan ganasnya laut dan musim
nelayan akan mendapat hasil yang banyak. masyarakat nelayan masih banyak
berbagai pulau adalah pelabuhan Makassar. Kian hari jumlah orang yang datang
membawa dan menjualkan hasil laut yang diperoleh nelayan yang ada di pulau-
pulau.
5
tentang hal mistis dan adat upacara kelautan dari nenek moyang yang difungsikan
hasil tangkap yang banyak. Sekiranya bisa di hilangkan agar penerus selanjutnya
mengandung mistis dan upacara adat kelautan karena bertentangan dengan agama
dan itu termasuk musyrik, sesungguhnnya Allah tidak suka dengan orang yang
melakukan dosa musyrik, selain itu bukan kepercayaan atau pun upacara adat
yang mendatangkan rezeki tetapi Allah SWT telah mengatur rezeki setiap orang.
Mungkin sebagai solusinya para tokoh agama dan peneliti agar memberi
kepercyaan tentang hal-hal mistis dan adat upacara kelautan supaya bisa
mendarah daging dan pemikiran jika tidak meluakukan tradisi tersebut akan
Alasan saya mengangkat judul ini karena saya ingin mengkaji lebih dalam
bagaimana budaya maritim masyarakat nelayan yang ada di kampung saya dan
ingin melihat bagaimana kerja sama antar nelayan di pulau matalaang kabupaten
pangkep itu sendiri dan saya ingin tahu masalah-masalah apa yang terjadi dalam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menarik rumusan masalah yaitu :
Kabupaten Pangkep ?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Pangkep?
Pangkep?
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat dari penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Adapun manfaat teoritis merupakan hasil penelitian yang mana dapat
E. Defenisi Istilah
ikan.
3. Pulau adalah sebidang tanah di daratan yang ukuranya lebih kecil dari luas
4. Budaya adalah suatu cara hidup berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
8
9
teorinya.
dari kata myrtayne, maritayne, dan maritan, juga maritim-us (bahasa latin)
Arti kata maritim dalam KBBI (2011) adalah (1) segala sesuatu
yang berkenaan dengan laut dan (2) berhubungan dengan pelayaran dan
bermakna (1) dahulu kala; kuna, (2) indah : elok sekali, dan (3) mengenai
laut; bahari (KBBI 2011). Dengan demikian, sejarah maritim adalah studi
dapat ditilik pada sejumlah studi yang telah dilakukan oleh peneliti dan
penulis bidang ini, seperit yang diperkealkan oleh Lapian (1997) terhadap
LIPI. Penelitian yang dilakukan di tiga daerah, yaitu Papua (Demta dan
Dalam penelitian yang dilaksanakan selama tiga tahun itu dipotret berbagai
tradisi yang dilakukan oleh nelayan dalam melaut, termasuk upacara adat
pesisir baik yang ada di darat maupun di laut, maka dilakukan kegiatan
penelitian terpadu dengan Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) dan beberapa pusat
di wilayah pesisir.
lebih lanjut praktik pengelolaan wilayah laut yang dilakukan oleh suatu
komunitas, dinamika hak ulayat laut,serta fungsi hak ulayat laut, terutama
bagi ekosistem perikanan. Kajian tentang hak ulayat laut sebelumnya memang
masih terfokus pada sasi (salah satu bentuk praktik hak ulayat laut di Maluku).
semua praktik hak ulayat laut berhasil diidentifikasi. Kajian tentang hak ulayat
laut tersebut mengacu pada konsep Sudo tentang (sea tenure) (Sudo, 1983),
di wilayah tersebut. Melalui penelitian ini diketahui berbagai hal yang terkait
dengan pengelolaan wilayah laut, mulai dari wilayah laut yang dikelola dan
tipe hak ulayat laut yang dipraktikkan di masyarakat. Di wilayah Maluku, hak
ulayat laut didasarkan pada klaim atas wilayah laut oleh desa yang disebut
petuanan laut. Pada bagian tertentudari petuanan laut juga terdapat sumber
sasi,yaitu larangan menangkap sumber daya tertentu pada waktu yang telah
Di wilayah Papua, klaim atas wilayah laut juga dilakukan oleh desa.
laut oleh suku-suku di dalam satu desa. Baik di Maluku maupun di Papua,
tidak ada batas yang jelas wilayah laut yang diklaim, karena batas di tengah
laut adalah sejauh mata memandang. Hal itu berbeda dengan batas wilayah
laut di darat, yang umumnya berupa pohon, sungai,atau bahkan batu yang
terdapat di pinggir laut. Dari tanda di darat itulah kemudian ditarik garis
imajiner ke tengah laut, yang merupakan batas wilayah laut yang dikelola.
Karena batas di laut hanya berupa garis imajiner, maka tidak jarang memicu
15
terjadinya konflik antara nelayan yang dipicu oleh perbedaan persepsi karena
berat yang harus diberi sanksi adat (Wahyono, Thufail,dan Antariksa, 1994).
ditarik garis vertikal ke arah laut. Wilayah persekutuan hukum atau lhok itu
melakukan usaha penangkapan ikan. Wilayah lhok bisa terdiri dari satu desa
bersama (bisa tertulis bisa tidak) yang mengatur kegiatan penangkapan ikan,
yang disebut hukum adat laot, yang dibuat oleh kelembagaan adat yang
lahir karena ternyata asumsi Hardin (1968) yang menyatakan bahwa manusia
cenderung bergerak sendiri-sendiri tidaklah benar. Praktik hak ulayat laut oleh
sama dan menahan diri dari tindakan eksploitasi sumber dayalaut secara
hak ulayat laut olehmasyarakat adalah: (1) Masyarakatadat lebih dekat dengan
mereka (ini juga berarti konflik lebih mudah diatasi), dan(4) Karena fungsi
1992).
realitas sosial yang tidak boleh diabaikan begitu saja dalam pengelolaan
yang ada di sekitar mereka, yang dalam jangka panjang berakibat pada
rusaknya lingkungan laut. Jika itu terjadi maka tragedy of the common
kebenarannya.
tersebut, maka penelitian tentang pengelolaan sumber daya laut secara terpadu
lain yang kehidupannya tergantung pada laut memiliki peran utama dalam
pada konsensus semua pihak yang terlibat; (7) Setiapkeputusan yang diambil
masyarakat; dan (8) Pemanfaatan sumber daya dilakukan secara adil dan jujur
Hal yang agak berbeda ada pada pengelolaan model co-fish, yang
daya laut yang ada di wilayah desa, seperti penanaman dan pengelolaan
2004).
Daerah, Kabupaten Kota diberi wewenang untuk mengelola laut yang ada di
daya laut yang dilakukan oleh pemerintah daerah, serta dampak kebijakan
Hal itu dapat dilihat pada beberapa peraturan daerah yang mengatur masalah
pesisir dan laut, yang lebih terkait dengan masalah retribusi sektor perikanan,
umumnya mereka tidak memiliki data tentang potensi sumber daya perikanan
yang dilakukan juga masih mengacu pada pusat, dan tidak disesuaikan dengan
Walaupun larangan itu tidak dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah daerah,
pengelolaan sumber daya laut yang dilakukan oleh pemerintah daerah lebih
sehingga pengelolaan yang dilakukan bisa sesuai dengan kondisi ekologis dan
bentuk HP-3 yang meliputi pengusahaan atas permukaan laut dan kolom air
23
sampai dengan permukaan dasar laut (Pasal 16). HP-3 tersebut dapat
hukum,dan masyarakat adat (Pasal 18), dalam jangka waktu 20 tahun dan
pengusaha.
HP-3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat tidak setuju jika hak
pengelolaan bisa saja diberikan kepada perorangan atau badan hukum jika
harus ada benefityang diperoleh nelayan. Akan tetapi, karena hampir tidak ada
pemberian HP-3 tidak dapat direalisasikan. Bukan itu saja, bahkan praktik
laut yang ada di sekitarnya, karena hal itu justru dapat membantu pemerintah
2011).
Laut Indonesia dapat dipandang dari dua sisi. Dari sisi hukum
wilayah laut sejauh 12 mil ditarik dari garis pantai terluar (UNCLOS, 1982).
sehingga tidak boleh ada pengavelinganterhadap laut. Dalam konteks ini maka
laut menjadi common property resources, yaitu sebagai sumber daya milik
umum yang tidak boleh dikuasai oleh siapa pun kecuali oleh negara.
negara. Dalam konteks itulah maka terjadi persaingan antara nelayan dalam
Studi Maritim PMB-LIPI sejak tahun 1990 juga hampir selalu menemukan
25
1992, Adhuri,1993).
beberapa tipe konflik nelayan, yaitu konflik antara nelayan lokal dengan
nelayan asing, konflik antara nelayan lokal dengan nelayan dari daerah lain,
dan konflik antara nelayan dengan peralatan tangkap yang berbeda (baik
milik negara tetangga seperti kasus nelayan NTT dan Sumenep di Australia
nelayan dari daerah lain cenderung dipicu oleh perebutan wilayah tangkap
tangkap yang lebih tinggi. Konflik seperti inilah yang semakin berkembang
pada era otonomi daerah. Adapun konflik antar nelayan dengan peralatan
tangkap yang berbeda selain terjadi karena nelayan lain menggunakan alat
tangkap yang lebih eksplotatif juga karena alat tangkap yang digunakan
26
aturan resmi penerintah tentang hal yang terkait dengan pemanfaatan dan
menyiasati konflik hanya lahir setelah terjadi konflik yang besar (kompleks).
timbulnya konflik yang sekecil apa pun. Padahal tidak tertutup kemungkinan
lebih kecil, tetapi diabaikan dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena
6. Pemberdayaan Nelayan
27
lain yang siap untuk dieksploitasi oleh nelayan. Walaupun sumber daya
terutama nelayan kecil, sehingga bisa diibaratkan seperti ayam yang mati di
lumbung padi. Jumlah nelayan kecil itu sangat besar, sekitar 611.432 unit
Indonesia. Mereka itu terdiri dari nelayan yang menggunakan motor tempel
dan nelayan tanpa motor serta nelayan yang menggunakan kapal berkapasitas
tanpa motor, dan 237.625 unit menggunakan motor tempel. Adapun yang
kapasitas ≤10 GT (Kelautan dan Perikanan dalam Angka Tahun 2014). Sudah
kegiatan lainnya seperti yang terdapat dalam program MCRMP (Marine and
masyarakat dilakukan oleh pihak lain, dalam hal ini penyelenggara negara.
Padahal, satu hal penting yang perlu dipahami dalam pemberdayaan adalah
kebutuhan masyarakat itulah maka akan dapat dirumuskan siapa yang perlu
Namun teknologi apa yang perlu dikembangkan, tentunya nelayan akan lebih
melihat sistem bagi hasil yang sangat timpang antara nelayan juragan dengan
tidak ada lagi buruh dan majikan. Dengan cara demikian maka disparitas
pendapatan antar nelayan semakin lama akan semakin terkurangi. Selain itu,
movement generally, in which group take action on their own behalf, either in
tidak sesuai dengan pola kerja nelayan. Pembukaan akses nelayan untuk
harus diangsur mengikuti pola perbankan, jelas tidak cocok dengan budaya
kerja nelayan. Banyaknya terjadi kredit macet pada nelayan bukan disebabkan
Sebagaimana diketahui, dalam satu tahun nelayan tidak selalu dapat melaut
karena kendala cuaca. Dengan demikian dalam satu tahun terdapat bulan-
bulan tertentu (kadang bisa sampai dua bulan lebih) ketikanelayan tidak dapat
dalam utang yang tidak terbayarkan. Satu upaya untuk mengatasi hal tersebut
kerja nelayan, antara pihak bank dengan nelayan. Hasil negosiasi adalah
nelayan, sehingga pada saat musim ikan nelayan akan membayar angsuran
angsuran yang harus dilakukan oleh nelayan peminjam dalam satu tahun,
bulan tidak dibagi 12 tetapi dibagi 9, dengan asumsi tiga bulan itu musim
paceklik (nelayan tidak bisa melaut). Dengan cara demikian, nelayan akan
bisa mengangsur secara rutin selama sembilan bulan, dan yang tiga bulan,
tidak dirugikan, karena jumlah angsuran yang diterima oleh bank dalam setiap
KUD Mina dan TPI juga perlu ditingkatkan, dengan cara mengintensifkan
sistem lelang, sehingga pembelian harga ikan dari nelayan bisa lebih tinggi.
kelembagaannya.
32
nelayan, baik yang menyangkut alat tangkap, jumlah ABK, struktur hubungan
dayayang diinginkan, juga hubungan antara nelayan lokal dan pendatang dan
apakah saat ini sudah terjadi perubahan iklim ataukah hanya terjadi perubahan
terjangan angin yang besar dari arah laut. Selain itu,banyak kehidupan
sebaliknya.
Tuller (2008), yang melihat kerentanan sosial dari tiga aspek, yaitu (1)
nelayan sudah mengalami anomali caca yang mereka sebut sebagai perubahan
musim, terutama terkait pergeseran dari musim barat ke musim timur dan
akibat dari perubahan iklim. Bagi nelayan, pergeseran perubahan musim itu
dalam setahun lebih sedikit. Musim barat yang lebih panjang dari biasanya
mengakibatkan mereka tidak dapat melaut dalam jangka waktu yang lebih
lama, sehingga jika sebelumnya mungkin hanya dua bulan dalam setahun
mereka tidak dapat melaut, dengan perubahan musim tersebut bisa bertambah
34
menjadi tiga atau empat bulan. Dalam masa-masa itulah nelayan mengalami
rentan dalam menghadapi perubahan iklim, karena mereka tidak dapat melaut
terhadap munculnya gelombang besar,yang terjadi pada musim barat. Hal itu
karena penangkapan yang dilakukan oleh dua jenis armada tersebut berada di
diri.
Oleh karena itu,pada saat terjadi perubahan musim barat yang lebih
dari enam bulan di wilayah itu, maka nelayan slerekdan ijo-ijolebih memilih
hanya dilakukan di pinggir, maka tidak terpengaruh oleh angin barat yang
menggunakan armada jukung juga menggunakan lebih dari satu jenis alat
35
ikan yang dominan pada saat itu. Kondisi demikian bukan hanya terjadi di
Banyuwangi, tetapi juga pada nelayan kecil di Pacitan dan Sulawesi Utara
yang bisa dioperasikan oleh ABK-nya pada saat terjadi musim barat,
menguntungkanjuragan.
pemilik kapal, perbedaan sensitivitas juga terjadi antara nelayan buruh itu
36
sendiri, terutama antara nelayan yang berstatus sebagai nakhoda dan ABK
lainnya. Hal itu karena bagi hasil yang diterimaoleh nakhoda lebih besar dari
memiliki usaha sampingan bertani padi dan berkebun kelapa. Hal itu berbeda
musim, tetapimereka sangat tergantung pada hasil laut dan sama sekali tidak
Daraini, 2014a).
di kapal perikanan yang relatif besar dan tidak memiliki usaha sampingan.
8. Konsep Teori
Tindakan sosial merupakan salah satu konsep penting dalam ilmu sosial.
lain. Dalam sosiologi, Max Weber menempatkan tindakan sosial sebagai salah satu
konsep kunci untuk memahami realitas sosial. Memahami tindakan sosial yang
dilakukan oleh individu, menurutnya dapat membuka jalan untuk memahami dunia
sosial.Postingan ini akan membahas tentang tindakan sosial dengan merujuk pada
pemikiran Max Weber, salah satu tokoh besar dalam ilmu sosial khususnya sosiologi.
Pengertian tindakan sosial akan diulas secara ringkas disertai contohnya. Apa itu
social action adalah perilaku yang dilakukan oleh individu dengan pertimbangan
interpretatif atas situasi, intraksi, dan hubungan sosial dikaitkan dengan preferensi
kebiasaan, atau lainnya yang dimiliki oleh individu.Tindakan sosial, dengan demikian
melibatkan upaya interpretasi dan preferensi yang dimiliki oleh individu. Dalam
38
melakukan tindakan sosial berusaha menangkap makna simbolik yang bisa diperoleh
dari tindakannya tersebut.Menurut Max Weber, terdapat empat tipe tindakan sosial.
Saya akan ulas keempat tipe tersebut disertai contoh untuk agar pembaca memiliki
gang sempit agar kebih cepat sampai. Ketika kamu bangun kesiangan,
benar dalam masyarakat di atas tujuan individual. Apa yang dianggap baik
bisa bersumber dari etika, agama, atau bentuk sumber nilai lain.Sebagai
contoh, kamu memilih makan dan minum dengan tangan kanan ketimbang
tangan kiri. Ketika sedang dalam jamuan makan malam dengan pejabat,
39
kamu memilih makan dengan sendok. Keputusan untuk makan dan minum
c. Tindakan afektif
tindakan afektif.
d. Tindakan tradisional
Teori pertukaran sosial adalah sebuah teori psikologi sosial. Selain itu,
George Homans (1958), Harold Kelley dan John Thibaut (1959), Peter M.
42
pertukaran sosial adalah pertukaran kegiatan antara dua orang, baik dapat
memandang teori pertukaran sosial dari sudut pandang ekonomi dan lebih
sudut pandang psikologi dalam teori pertukaran sosial, maka kita tidak
dapat melihat aspek lain yang penting yaitu pertukaran sosial.Levi Strauss
sebuah teori namun sebuah kerangka kerja yang mencakup berbagai teori
43
B. Kerangka Pikir
Pola fikir yang melandasi penelitian ini adalah budaya maritim masyarakat
nelayan di pulau matalaang dimana budaya maritim itu sendiri adalah segala
Budaya Maritim
Masyarakat Nelayan
nn
Modernisasi dan
Globalisasi
METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
2017). Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah alat pengumpul data utama.
Hal ini dilakukan karena peneliti sebagai “alat” yang sangat memungkinkan
diamatinya.
44
45
2. Pendekatan Penelitian
fenomena terkait budaya maritim yang saat ini masih menjadi persoalan di
1. Lokasi penelitian :
Kabupaten Pangkep dan terkait dengan peristiwa dan issu yang akan di bahas
yaitu masyarakat disana memiliki budaya maritim yang unik selain itu
banyaknya anak masyarakat nelayan yag putus sekolah dan persoalan tersebut
dalam.
2. Waktu penelitian
C. Informan Penelitian
tujuan tertentu disebut dengan sampel bertujuan atau purposive sampling dimana
pendahuluan
macam yaitu:
meneliti
diteliti.
Pulau Matalaang
masyarakat setempat
c. Sudah menikah
49
D. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan yang
tinggal di Pulau Matalaang, sehingga penelitian harus memiliki batasan yang disebut
E. Instrumen Penelitian
sebagai berikut :
2. Buku catatan dan pena digunakan untuk mencatat seluruh keterangan yang
diberikanoleh informan.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden baik
dengan budaya maritim.Pada penelitian ini data primer yang digunakan untuk
2. Data sekunder
Data sekunder adalah penelitian yang bersumber dari dari dokumen berupa buku,
jurnal, blog, web dan arsip yang terkait dengan tujuan penelitian.
F. Teknik PengumpulanData
1. Observasi
didengar dan dirasakan atas kejadian yang berlangsung. Manusia melihat dan
yang bercirikan interaksi social yang memakan waktu cukup lama antara
kegiatan pengamatan secara garis besar yaitu mengenai keadaan fisik daerah
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan tanpa terikat oleh semua daftar pertanyaan yang
ini, peneliti mencoba menciptakan suasana yang nyaman dengan para informa
3. Dokumentasi
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasikan. Objek yang akan diredukasi dalam hal ini adalah data yang
Tahap kedua dari prosedur analisis data adalah penyajian data yang
3. Menarik Kesimpulan
yang diperoleh dan telah dilakukan redukasi serta penyajian dari data hasil
Kabupaten Pangkep.
53
ditekankan pada uji validitas dan rehabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kriteria
utama terhadap data hasil penelitian adalah, valid, reliable dan objektif. Data dapat
dikatan valid apabila data tidak mengalami perbedaan antara data yang dilaporkan
oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.
cara uji kreabilitas. Menurut Sugiyono ( 2016: 270), dalam melakukan uji kredibilitas
data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan
1. Perpanjangan Pengamatan
dengan narasumber akan semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
terhadap data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah di
cek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila dicek
2. Meningkarkan Ketekunan
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
3. Trianggulasi
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
Selatan, Indonesia. Ibu Kotanya adalah Pangkejene. Kabupaten ini memiliki luas
luas wilayah tersebut direvisi menjadi 12.362,73 km² dengan luas wilayah
Asal kata Pangkajene dipercaya berasal dari sungai besar yang membelah
kota Pangkep. Pangka berarti cabang, dan Je'ne berarti air. Ini mengacu pada
wilayah terdiri atas 2 bagian utama yang membentuk kabupaten ini yaitu: 1.
Wilayah Daratan Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkajene, dan
Kepulauan ditandai dengan bentang alam wilayah dari daerah dataran rendah
sampai pegunungan, di mana potensi cukup besar juga terdapat pada wilayah
sumber daya alam berupa hasil tambang, seperti batu bara, marmer, dan semen.
daerah.
55
56
Mandalle.
memiliki potensi wilayah yang sangat besar untuk dikembangkan secara lebih
2) Budaya Maritim
berbanding 17. Kabupaten Pangkep memiliki 117 pulau dan hanya 80 diantara
SK Bupati Pangkep No. 180 tahun 2009 yang ditandatangani pada tanggal 5
dari dan ke wilayah kepualauan tergolong sulit. Bahkan, di beberapa pulau tidak
ton dan budidaya rumput laut 7.174 ton. Adapun jenis ikan di perairan Pangkep
adalah peperek, gerot-gerot, kakap merah, kerapu, lencam, cucut, pari, layang,
udang (dogol, windu, kipas), japuh, terubuk, tuna, teri, dan lain-lain.
dalam dinamika ada tradisi bertahan (continuety), ada elemen-elemen dan tatanan
inti (struktur elementer) bertahan, yang dalam banyak hal justru ditopang oleh
atau menopang proses dinamika itu sendiri. Proses dinamika dan bertahannya
tradisi akan mempengaruhi situasi dan kondisi sosial ekonomi serta lingkungan
nelayan sub sisten (hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari). Alat
tangkap yang paling banyak digunakan adalah alat tangkap lanra (jaring insang
monofilamen) dan mini trawl untuk menangkap kepiting dan udang. Pukat
penangkapan kepiting dan udang (dengan mini trawl) dan ikan terbang (dengan
banyara) relatif dekat, yaitu di sekitar pulau tempat tinggal warga. Pemancingan
ikan dan cumi-cumi dilakukan oleh masyarakat ketika musim Barat tiba, dimana
lokasi yang jauh, tetapi di daerah terumbu karang sekitar pulau dengan
B. Keadaan Geografis
pada 11.00’ bujur timur, dan 040. 40’ – 080. 00’ lintang selatan.
laut seluas 11.464,44 Km2, dengan daratan seluas 898,29 Km2, dan panjang garis
pantai di Kabupaten Pangkajene, dan Kepulauan yaitu 250 Km, yang membentang
dari barat ke timur. Di mana Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13
wilayah terdiri atas 2 bagian utama yang membentuk kabupaten ini yaitu:
yaitu ditandai dengan terdapatnya sumber daya alam berupa hasil tambang,
seperti batu bara, marmer, dan semen. Disamping itu potensi pariwisata
Mandalle.
1. Wilayah Administratif
wilayah laut 11.464,44 Km², dengan pulau sebanyak 115 pulau, 73 pulau
Pangkajene dan Kepulauan memiliki potensi wilayah yang sangat besar untuk
Luas wilayah dan jumlah desa di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan disajikan
padaTabel
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan kondisi tipe iklim ini menjadi iklim
tipe C1 dengan bulan kering < 2 bulan, iklim tipe C2 dengan bulan kering 2-3
bulan, dan iklim dengan bulan kering 3 bulan. Keduanya memiliki bulan basah
antara 5-6 bulan secara berturut-turut dalam satu tahun dengan curah hujan rata-
rata 2.500-3.000 mm/tahun. Tipe ini merupakan tipe iklim agak basah.
21 sampai dengan 31 atau rata-rata 26,4 C. Keadaan angin berada pada kecepatan
leang lonrong dan stasiun segeri. Pada tahun 2019 curah hujan tertinggi mencapai
640/131 hari hujan berdasarkan catatan dari stasiun tabo-tabo dengan kelembapan
Batas administrasi dan batas fisik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah
sebagai berikut :
Untuk lebih jelasnya wilanyah kab. Pangkajene dapat dilihat melalui batas
Bali.
C. Keadaan Penduduk
Pada hasil Sensus tahun 2010 menyatakan penduduk Kabupaten Pangkajene, dan
Kepulauan sekitar 305.737 Jiwa yang terdiri atas 147.229 Laki-Laki, dan 158.508
Jiwa.
D. Keadaan Pendidikan
5 D-1 3 Orang
6 D-3 3 Orang
7 S-1 6 Orang
BAB V
A. Hasil Penelitian
dengan area teritorial laut yang sangat luas. Daratan Indonesia seluas 1.904.569
khatulistiwa dan terletak antara benua Asia dan Australia.1 Hal tersebut
menunjukkan bahwa wilayah laut lebih luas dari wilayah daratan, terdapat 5 pulau
besar dan ratusan pulau kecil lainnya, baik yang berpenghuni maupun yang tidak
Bagi masyarakat yang berada di pesisir atau kepulauan yang berjiwa Maritim
sistem pelayaran dan perdagangan merupakan salah satu mata pencaharian yang
utama dan hingga saat ini terus mengalami perkembangan. Masyarakat pesisir
pada saat itu tidak hanya mampu mengarungi perairan Nusantara, akan tetapi
lebih dari itu seperti yang diketahui oleh orang Indonesia telah mampu berlayar
sampai pada jarak terjauh seperti Madagaskar yang terletak di Samudera Hindia.
65
66
masyarakat yang bermukim di daerah pesisir pantai dan daerah kepulauan yang
Pangkep
yang ada disetiap daerah, tidak terkecuali kebudayaan dan masyarakat maritim,
pula bahwa biasanya dalam dinamika ada tradisi bertahan (continuety), ada
elemen-elemen dan tatanan inti (struktur elementer) bertahan, yang dalam banyak
hal justru ditopang oleh atau menopang proses dinamika itu sendiri. Proses
dinamika dan bertahannya tradisi akan mempengaruhi situasi dan kondisi sosial
Hasil wawancara dari salah satu masyarakat Ranja (32 tahun) pekerjaan
sebagai Nelayan
ikan dan biota laut lainnya akan dijual di pasar atau di kota seperti di
Makassar, jadi fungsi kami menangkap ikan agar kebutuhan masyarakat
lain dari hasil tangkap kami bisa terpenuhi dan bisa dinikmati bersama dan
meningkatkan saran prasarana seperti alat-alat tangkap ikan serta biota
laut lainnya yang akan digunakan masyarakat nelayan agar hasil mencari
bisa menjual ikan serta biota lainnya akan memuaskan bagi kami
masyarakat nelayan. (14/10/2019)”
internasional. Sebagai titik temu antar transportasi darat dan laut, peranan
masyarakat pulau.
Matalaang?
sangat toleran dalam Budaya Nenek Moyang Mereka, atau masih mempercanyai
Pemerintah juga ikut serta dalam peran budaya maritim di Pulau Matalaang,
Seperti yang disampaikan oleh Muriani (32 tahun) selaku RT di Pulau Matalaang.
sumber daya alam yang dimilikinya. Kawasan perikanan sebagai sebuah sistem
tidak dibatasi oleh batasan-batasan administratif, tetapi lebih pada skala ekonomi
dan ekologi yang melingkupi kawasan tersebut sesuai dengan pola interaksi
ikan hingga pemasarannya, masih sangat terbatas. Selain itu, sistem upah untuk
nelayan buruh masih bersifat harian dengan cara bagi hasil. Hal ini memberikan
musim panceklik. Sementara, untuk para nelayan skala kecil yang beroperasi
secara mandiri, mereka tidak memiliki posisi tawar yang kuat untuk menentukan
harga ikan hasil tangkapannya. Hal tersebut karena mereka umumnya bekerja
secara sendiri-sendiri dan tidak bekerja dalam satu serikat usaha bersama.
nelayan buruh dan skala kecil di Indonesia juga akan sulit untuk ditingkatkan
beberapa jenis komoditi tanaman seperti sukun, kelor, kelapa, dan pisang yang
tumbuh subur hampir memenuhi seluruh pulau, namun karena harga yang relatif
sangat terbatas, Kondisi ini dapat terjadi diduga karena: (1) kebijakan
pembangunan masa lalu yang lebih berorientasi ke daratan (land based oriented),
pulau-pulau kecil meliputi kebijakan umum dan fasilitasi diantaranya adalah: (1)
penyediaan sarana dan prasarana dasar dan sosial, seperti sarana, permukiman,
udara serta wilayah strategis; (3) pengembangan kawasan pertumbuhan; dan (4)
tangkap, jumlah ABK, struktur hubungan kelompok kerja, wilayah tangkap, status
penguasaan,dan jenis sumber daya yang diinginkan, juga hubungan antara nelayan
“Masyarakat di sini itu sama-sama cari ikan serta biota laut lainnya dan
sesama teman saling membantu, meskipun dari kelompok lain sama-sama
juga saling menbantu contoh yang sudah terbiasa kalau dalam suatu
kelompok itu memperbaiki perahunya, kelompok lain kalau diajak
membantu juga yang teman kelompok lain itu tidak banyak bicara
langsung ikut kerja juga karena kalau saya ikut membantu orang lain nanti
kalau saya ada keperluan saya langsung di bantu juga dan kami rukun
terus sama nalayan lain hidup harus terus berdampingan walaupun beda-
beda, kita sudah seperti saudara atau keluarga sendiri, ada yang susah satu
yang di rasakan orang banyak. Tidak usah memandang ini siapa, hartanya
berapa itu tidak usah. Saya bekerja sebagai nelayan sudah lama, saya sama
semua orang suka tolong menolong dan semua teman saya sangat dekat
sekali. Kalau mau solidaritasnya bagus saling percaya, kita nelayan di sini
73
kalau ada apa-apa saling musyawarah ki, harus saling pengertian misalnya
kalau teman ku punya masalah saya bantu, saya tidak pikir masalah hasil
yang banyak yang penting ada yang bisa dimakan, dan yang penting selalu
rukun sama teman.”(14/10/2019)
royong di Pulau Matalaang ini dapat terlihat dari ativitas keseharian masyarakat
yang rusak dan memperbaiki jaring yang robek, semua dikerjakan secara bersama-
sama.
Solidaritas dalam sebuah kelompok tidak memandang apa dan ini siapa
karena dalam sebuah pekerjaan atau komunitas apa saja tanpa saling rukun atau
saling membantu dan gotong royong tidak akan berjalan lancar dan bagi dirinya
juga tidak akan banyak untungnya, apalagi dalam sebuah pekerjaan nelayan yang
di situ memang sudah terbentuk kelompok jadi kalau yang namanya kelompok
tidak kompak tidak ada gunanya juga tidak sampai pada tujuannya karena yang
namanya hidup harus saling membantu dan tolong menolong hidup itu tidak
sendirian di situ ada kelompok masyarakat dan kebetulan penelitian kami yang
memang terletak didaerah pesisir yang ada di Pulau Matalaang dan biasanya
masyarakat pesisir pasti solidaritasnya sangat tinggi yang saling membantu dan
tolong menolong.
yang digariskan nenek moyang mereka secara turun menurun agar aktifitas dalam
kegiatan mencari ikan dan biota laut lainnya biasa berjalan dengan lancar agar
semua mala petaka yang akan terjadi akan menjauh dari mereka dan akan
Partisipasi masyarakat yang lebih besar diharapkan akan berunjung pada akses
yang lebih baik pada penggunaan sumber daya laut sehingga berdampak positif
wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam
kepercayaan ini dihayati, dipraktikan, diajarkan dan diwariskan dari satu generasi
hari baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam dan yang gaib.
lautan itu adalah hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan ajaran
Merekapun tahu bahwa segala sesuatu yang ada di alam raya ini, termasuk
Adapun informasi dari sala satu informan bapak baco (45tahun) Pekerjaan
sebagai nelayan di Pulau Matalaang dengan bunyi pertayaan yang diajukan yaitu,
Faktor apa saja yang mendukung untuk kerja sama antara masyarakat nelayan di
Pulau Matalaang?
“Faktor yang mendukung kami disini agar bisa selalu kerja sama yaitu,
adanya tradisi dimana sebelum kami pergi mencari ikan dan biota laut
lainnya, kami selalu kumpul satu tempat untuk mempersiapkan alat
tangkap dan memeriksa kembali agar alatnya bisa di gunakan tanpa ada
yang rusak dan memeriksa juga perahu atau kapal laut agar kenyamanan
dan keselamatan bisa terjaga, dan masyarakat disini tidak semua
mempunyai kapal laut sehingga ada kerjasama antara juragan yang
mempunyai kapal laut dan anak buah kapal (ABK) supanya hasil
tangkapan ikan dan biota laut lainnya dijual dan membagi hasil dengan
yang punya kapal dan anak buah kapal (ABK). ( 20/10/2019)”
77
menggunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala dan jaring,
bagan, bubu sampai dengan perahu atau jukung yang dilengkapi dengan alat
sebagai seorang yang profesinya menangkap ikan dengan alat yang lebih modern
berupa kapal ikan beserta peralatan tangkapnya yang sekarang dikenal sebagai
anak buah kapal (ABK). Selain itu juga nelayan dapat diartikan sebagai petani
di laut yang menggantungkan hidup terhadap hasil laut yang tidak menentu dalam
setiap harinya. Masyarakat nelayan cenderung mempunyai sifat keras dan terbuka
terhadap perubahan.
dan mempunyai sifat kekerabatan yang erat diantara mereka. Masyarakat nelayan
sehingga untuk bekerja sebagai nelayan latar belakang pendidikan memang tidak
masyarakat yang sudah berumur lanjut, tetapi banyak masyarakat generasi muda
yang masih berumur 17-25 tahun juga sudah bekerja sebagai nelayan. Umunya
mereka adalah anak dari keluarga nelayan yang ikut bekerja sebagai nelayan yang
B. Pembahasan
tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif
besar. Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang ikan berskala besar atau
untuk berdagang maupun untuk mencari ikan. Pada hakekatnya jauh sebelum
sistem pelayaran dan perdagangan merupakan salah satu mata pencaharian yang
utama dan hingga saat ini terus mengalami perkembangan. Masyarakat pesisir
pada saat itu tidak hanya mampu mengarungi perairan Nusantara, akan tetapi
lebih dari itu seperti yang diketahui oleh bahwa orang Indonesia telah mampu
berlayar sampai pada jarak terjauh. Keadaan geografis suatu daerah sangat
pantai dan daerah kepulauan yang tentu saja akan berbudaya kelautan (maritim).
masyarakat. Dari laut dapat dieksploitasi sumber daya biota dan abiota, serta
mendorong kedua kelompok masyarakat itu menuju laut. Pada mulanya bertujuan
karena melalui laut orang dari berbagai bangsa melakukan interaksi dengan
berbagai macam aktivitas. Melalui laut orang dari berbagai bangsa menjalankan
aktivitas perekonomian melalui “jasa” pelayaran antar benua atau antar pulau.
masyarakat. Dari laut dapat dieksploitasi sumber daya biota dan abiota, serta
mendorong kedua kelompok masyarakat itu menuju laut. Pada mulanya bertujuan
karena melalui laut orang dari berbagai bangsa melakukan interaksi dengan
berbagai macam aktivitas. Melalui laut orang dari berbagai bangsa menjalankan
aktivitas perekonomian melalui “jasa” pelayaran antar benua atau antar pulau.
80
Pangkep
kehidupannya sangat bergantung pada sumber daya laut seperti ikan, gurita dan
berhubungan dengan laut. Ciri khas kehidupan mereka adalah keras dan penuh
resiko dalam mengarungi kehidupannya, karena jarak tempuh untuk mencari ikan
yang banyak sangat jauh, yang senantiasa bertarung melawan badai, sengatan
matahari, guyuran hujan dan dekapan angin malam yang dingin. Keadaan seperti
inilah yang di rasakan oleh nelayan tradisional dengan perahu kecilnya berani
mengarungi lautan luas, demi menghidupi diri dan keluarganya. Untuk tetap dapat
bertahan hidup pada masa-masa yang sulit seperti itu, telah melahirkan sistem
pengetahuan dan teknologi yang mampu menaklukkan ganasnya laut dan musim
nelayan akan mendapat hasil yang banyak. masyarakat nelayan masih banyak
berbagai pulau adalah pelabuhan Makassar. Kian hari jumlah orang yang datang
membawa dan menjualkan hasil laut yang di peroleh nelayan yang ada di pulau-
pulau.
hal mistis dan adat upacara kelautan dari nenek moyang yang difungsikan atau
tangkap yang banyak. Sekiranya bisa di hilangkan agar penerus selanjutnya tidak
mengandung mistis dan upacara adat kelautan karena bertentangan dengan agama
dan itu termasuk musyrik, sesungguhnnya Allah tidak suka dengan orang yang
melakukan dosa musyrik, selain itu bukan kepercayaan atau pun upacara adat
yang mendatangkan rezeki tetapi Allah SWT telah mengatur rezeki setiap orang.
Mungkin sebagai solusinya para tokoh agama dan peneliti agar memberi
kepercyaan tentang hal-hal mistis dan adat upacara kelautan supaya bisa
dihilangkan.
sangat toleran dalam Budaya Nenek Moyang Mereka, atau masih mempercanyai
hal-hal mistis untuk bias menambah rezeki. Sebagai suatu kesatuan sosial,
disadari bahwa tidak semua desa-desa di kawasan pesisir memiliki penduduk yang
pula beberapa jenis komoditi tanaman seperti sukun, kelor, kelapa, dan pisang
83
yang tumbuh subur hampir memenuhi seluruh pulau, namun karena harga yang
yang dilakukan di tiga daerah, yaitu Papua (Demta dan Tobati), Maluku(Tual dan
Hitu),dan Sulawesi Utara (Pulau Bebalang dan Beo, Sangihe Talaud) itu
daya laut berbasis masyarakat adat merupakan realitas sosial yang terdapat di
membantu dalam memperbaiki perahu yang rusak dan memperbaiki jaring yang
Solidaritas dalam sebuah kelompok tidak memandang apa dan ini siapa
karena dalam sebuah pekerjaan atau komunitas apa saja tanpa saling rukun atau
saling membantu dan gotong royong tidak akan berjalan lancar dan bagi dirinya
juga tidak akan banyak untungnya, apalagi dalam sebuah pekerjaan nelayan yang
di situ memang sudah terbentuk kelompok jadi kalau yang namanya kelompok
tidak kompak tidak ada gunanya juga tidak sampai pada tujuannya karena yang
namanya hidup harus saling membantu dan tolong menolong hidup itu tidak
sendirian di situ ada kelompok masyarakat dan kebetulan penelitian kami yang
memang terletak didaerah pesisir yang ada di Pulau Matalaang dan biasanya
masyarakat pesisir pasti solidaritasnya sangat tinggi yang saling membantu dan
tolong menolong.
dan mempunyai sifat kekerabatan yang erat diantara mereka. Masyarakat nelayan
sehingga untuk bekerja sebagai nelayan latar belakang pendidikan memang tidak
masyarakat yang sudah berumur lanjut, tetapi banyak masyarakat generasi muda
yang masih berumur 17-25 tahun juga sudah bekerja sebagai nelayan.
BAB VI
A. Simpulan
menurun agar aktifitas dalam kegiatan mencari ikan dan biota laut lainnya bisa
berjalan dengan lancar agar semua mala petaka yang akan terjadi menjauh dari
mereka dan akan menghasilkan hasil tangkap yang sangat banyak maka
masyarakat nelayan sampai di tempat tujuan atau lokasi mencari ikan dan biota
laut lainnya, adanya yang namanya Panaung Parappo ( kasi turun telur ayam
dengan daun siri yang di bungkus daun pisang) kemudian setelah semuanya
dibungkus dalam daun pisang maka bersiap-siaplah awak kapal mearuhnya dilaut
untuk dihanyutkan kedasar lau yang dipercayai akan menolak segala mala petakan
ataupun bala kepada nelayan yang akan mencari ikan dilaut. Masyarakat nelayan
hal mistis.
85
86
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di sajikan pada bab terdahulu, maka
mereka
satu bahan referensi atau acuan bagi para peneliti dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussomad, Dedi Supriadi, dan Ratna Indrawasih. 1994. Hak Ulayat Laut
Masyarakat Maritim Indonesia Bagian Timur. Hak Ulayat Laut Desa
Haruku, Maluku Tengah. Jakarta:PMB-LIPI.
Adhuri, Dedi S.,dkk. 2003. Pengelolaan Sumber Daya Alam secara Terpadu.
Pelajaran dari Praktek Pengelolaan Sumber Daya Laut di Bangka–
Belitung, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Pengelolaan Taman
Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah. Jakarta:PMB–LIPI.
Indrawasih, Ratna (ed)., 2004. Pengelolaan Sumber Daya Laut secara Terpadu
(Co-Management: Evaluasi Pengelolaan Model Co-Fish. Jakarta :
PMB-LIPI.
Imron, Masyhuri (ed). 2009. Pengelolaan Sumber Daya Laut di Era Otonomi
Daerah. Respons Daerah terhadap Kompleksitas Permasalahan
Kenelayanan. Jakarta : LIPI Press.
Imron, Laksono dan Surmiati Ali. 1993. Aspek-Aspek Sosial Budaya Masyarakat
Maritim Indonesia Bagian Timur. Hak Ulayat Laut Desa Endokisi-
Kecamatan Demta –Jayapura. Jakarta:PMB-LIPI.
87
88
Sudo, Ken-ichi. 1983. Social Organization and Types of Sea Tenure in Micronesia,
dalam Ruddle, Kenneth dan Johannes, R.E (ed): Traditional Marine
Resources Management in the Pacific Basin: an Anthology. Jakarta :
UNESCO/ROSTSEA.
Wahyono, Ary, Fadjar Ibnu Thufail, dan Antariksa, I GP. 1994. Hak Ulayat Laut
di Sangihe Talaud (Studi Kasus tentang Sistem Pengelolaan Sumber
Daya pada Nelayan Pulau dan Nelayan Pantai). Jakarta:PMB–LIPI
https//id.m.wikipedia.org
ppid.pangkep.go.id
L
A
M
P
I
R
A
N
DAFTAR INFORMAN
Berikut ini merupakan daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam
Pulau Matalaang?
Pulau Matalaang?
7. Faktor apa sja yang mendukung untuk kerjasama antar masyarakat nelayan
di Pulau Matalaang?
Gambar :
Gambar :wawacara masyarakat nelayan