Naskah Publikasi - Hernastiti (Watermark)
Naskah Publikasi - Hernastiti (Watermark)
Abstrak
Cairan sistem gastrointestinal menghasilkan sinyal tinggi pada citra 2D T2 HASTE thick-slab MRCP
dapat terjadinya overlapping terhadap citra sistem biliaris sehingga menghasilkan pseudostriktur dan
kemungkinan dapat terjadi kesalahan pada pembacaan citra. Oleh karena itu, diperlukan media kontras
negatif oral alami dengan mengandung mineral mangan yang aman bagi pasien dan mudah ditemukan
untuk meningkatkan visualisasi sistem biliaris dan menekan intensitas sinyal tinggi gastrointestinal. Teh
melati merupakan jenis teh paling populer di Indonesia yang kaya akan kandungan mangan dan
memiliki harga yang terjangkau dan mudah dalam penyajiannya. Penelitian eksperimen ini dilakukan
pada citra MRCP sekuen 2D T2 HASTE thick-slab MRCP sebelum dan setelah pemberian minuman teh
melati per oral sebagai alternatif media kontras negatif dengan variasi waktu scanning 3 menit, 6 menit
dan 9 menit. Setelah pemberian teh melati per oral, informasi citra terdapat perbedaan signifikan dan
CNR MRCP mengalami peningkatan dibandingkan sebelum pemberian media kontras negatif oral.
Kualitas citra SNR lambung dan duodenum mengalami penekanan intensitas sinyal setelah pemberian
teh melati per oral, sedangkan SNR sistem biliaris tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Waktu
mulai scanning yang paling optimal adalah 3 menit setelah pemberian media kontras negatif oral teh
melati dengan volume 300 ml (0,648 mg/dl mangan).
Kata Kunci : MRCP, 2D T2 HASTE thick-slab, media kontras negatif oral, teh melati
Abstract
The gastrointestinal system fluid from wich of a high signal on the 2D T2 HASTE thick-slab MRCP
therefore overlapping the biliary system image and then results in a pseudostricure and the possibility
of mistake reading image. Therefore, natural negative oral contrast agent contains manganese minerals
are needed by patient-safe and are easily found to improve visualization of the biliary system and
suppress high signal intensity of gastrointestinal. Jasmine tea is the most popular type of tea in Indonesia
that is high manganese content and has an affordable price and is easy to serve. This experimental study
was conducted on 2D T2 HASTE thick-slab MRCP before and after administration of jasmine tea per oral
as an alternative to negative contrast agent with 3 minutes, 6 minutes and 9 minutes scanning time
variations. After administration of jasmine tea, image information has a significant difference and CNR
MRCP has increased compared to before giving negative oral contrast agent. SNR of gastric and
duodenal suppressed signal intensity after administration of jasmine tea, while there was no significant
difference in the SNR of biliary system. The optimal time to start scanning is 3 minutes after
administration of jasmine tea in 300 ml (0.648 mg/dl manganese).
Keywords: MRCP, 2D T2 HASTE thick-slab, negative oral contrast agent, jasmine tea
*) Penulis Korespondensi
E-email: hernastiti@gmail.com
standar referensi untuk pencitraan sistem dimeglumine, ferric ammonium citrate, manganese
pancreatobiliaris. MRCP memiliki sensitivitas dan chloride, superparamagnetic iron oxide, ferumoxsil,
spesifisitas cukup tinggi, hampir sama dengan barium sulphate dan ferric particles tetapi beberapa
ERCP, untuk menilai tingkat dan morfologi diantaranya sudah sulit untuk ditemukan
striktur bilier. Pemeriksaan MRCP memiliki dipasaran serta harganya relatif mahal dan
sensitivitas 96%, spesifitas 86% dan akurasi 90% rasanya tidak enak meskipun dapat
dalam menentukan obstruksi pada duktus menghasilkan hipointens yang baik pada T2W
biliaris, sedangkan dalam mendeteksi (Sharip,2016), sebagai solusinya telah dilakukan
koledokolitiasis, pemeriksaan MRCP memiliki beberapa penelitian untuk mencari alternatif
sensitivitas 86%, spesifitas 90% dan akurasi 89% media kontras negatif oral alami yang aman bagi
(Pressacco,2003). Dalam diagnosis penyakit pasien dan meminimalisir adanya efek alergi
jaringan lunak, MRCP adalah 100% sensitif terhadap bahan kimia pada pemeriksaan MRI,
dibandingkan dengan USG (80,77%), yang lebih yaitu dengan menggunakan bahan buah-buahan
sensitif daripada CT scan (54,55%), sehingga dan teh yang banyak mengandung mangan.
MRCP adalah pencitraan non invasif penting Penggunaan media kontras alami dari jus
dalam evaluasi pasien pra-operasi dengan ikterus blueberry dan nanas, beberapa diantaranya
obstruktif (Singh,2014). memiliki harga yang cukup mahal dan tidak
Indikasi patologi yang dapat didiagnosis tersedia di semua negara (Ghanaati,2011).
dengan MRCP adalah kolelitiasis, Minuman teh merupakan minuman paling
koledokolitiasis, kolesistitis akut, kolesistitis umum yang memiliki jumlah kandungan mineral
kronis, striktur common bile duct, pankreatitis akut, yang tinggi, terutama mangan (Wrobel,2000) dan
pankreatitis kronis, dan pseuodcyst pankreas. memiliki harga yang relatif rendah dan mudah
MRCP juga dapat menunjang kanker kandung dalam penyajiannya sehingga dapat dijadikan
empedu, cholangitis, cholangiocarcinoma, kanker alternatif media kontras negatif oral untuk
pankreas, kanker perimpullary dan anomali pemeriksaan MRCP (Ghanaati,2011). Teh melati
kongenital sistem duktal (Sonawane, 2018).. merupakan hasil kombinasi teh hijau dengan
Prosedur pemeriksaan MRCP umumnya bunga melati melalui proses pencampuran
menggunakan sekuen fast imaging T2W format 2D dengan takaran yang mampu menghasilkan
3D dengan navigator breath-hold atau trigger serta aroma teh yang khas dan merupakan jenis teh
dilakukan tanpa menggunakan media kontras. yang paling populer di Indonesia. Selain aroma
Cairan pada sistem gastrointestinal dapat terjadi wangi melati yang khas, teh melati memiliki
adanya overlapping terhadap sistem biliaris banyak kelebihan yang berpengaruh terhadap
sehingga dapat menghasilkan pseudostriktur. kesehatan (Gebretsadik,2010).
Cairan di dalam lambung atau duodenum juga Kandungan logam dalam daun teh juga
dapat menghasilkan pseudolesion pada saluran sangat bervariasi salah satunya tergantung pada
biliaris karena struktur anatomi yang saling negara atau wilayah teh tersebut berasal
berdekatan. Cairan yang terletak di lambung (Mulyaningsih,2010). Sebelum dilakukan
mungkin dapat disalah pahami sebagai cairan penelitian terhadap sukarelawan, peneliti
dalam duktus pankreatikus ectasia irreguler. Jika melakukan pengujian kandungan Mn dari
terdapat cairan dan udara pada duodenum berbagai jenis teh di Laboraturium Pengujian
kemungkinan dapat terjadi kesalahan pada Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
pembacaan citra patologi batu kandung empedu, Industri (BBTPPI) dengan metode Atomic
serta apabila terdapat divertikulum duodenum Absorption Spectrometry (AAS), kandungan Mn
maka pada citra dapat seperti massa kistik pada tertinggi terdapat pada teh melati yaitu sebesar
pankreas (Vitellas,2000; Hiroyuki,2001). 0,648 mg/dl dibandingkan dengan teh lainnya,
Permasalahan overlapping tersebut dapat yakni teh hitam 0,231 mg/dl, teh hitam aroma
diatasi menggunakan media kontras negatif per vanilla 0,227 mg/dl, teh oolong 0,143 mg/dl dan
oral. Kandungan mangan (Mn) pada media teh hijau 0,065 mg/dl.
kontras negatif dapat digunakan untuk Penelitian ini diharapkan memberikan
mempersingkat waktu relaksasi T2 sehingga alternatif media kontras negatif oral alami MRCP
mengurangi intensitas sinyal T2 cairan yang yang aman, harga terjangkau dan mudah
berada di dalam sistem gastrointestinal dan didapatkan di Indonesia serta dengan waktu
sistem biliaris (Riordan,2004; Ghaanati,2011). mulai scanning terbaik menggunakan teh melati.
Media kontras negatif oral yang digunakan
untuk pemeriksaan abdomen yaitu gadopentetate
2. Metode Penilaian citra MRCP secara kualitatif
dilakukan dengan mengggunakan kuesioner
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang diekspertisi oleh tiga dokter spesialis
eksperimental kategorik berpasangan dengan radiologi, yang selanjutnya dilakukan uji
rancangan penelitian Pretest-Posttest Group Design. interobserver cohen’s kappa. Kuisioner pada
Penelitian ini menggunakan sekuen 2D T2 HASTE anatomi sistem biliaris meliputi kandung
thick-slab MRCP dengan parameter pemeriksaan empedu, cystic duct, common bile duct, common
TR 4500 ms; TE 851 ms; FOV 250 mm; slice hepatic duct, intrahepatic duct, ampulla vateri dan
thickness 60 mm; slice gap 50%; matriks 320x224; main pancreatic duct dengan skala likert poin 1 =
flip angle 1800 dan menggunakan teknik breath hold baik (anatomi sistem biliaris serta cairan empedu
serta fat saturation. tampak sangat jelas, terang dan tegas); 2 = cukup
(struktur dan batas-batas tepi dinding anatomi
Studi Phantom sistem biliaris serta cairan empedu cukup tampak
jelas, terang dan tegas namun tidak sejelas yang
Studi phantom dilakukan untuk diberi nilai 3) dan 3=buruk (struktur dan batas-
menentukan jenis teh celup melati komersial dan batas tepi dinding anatomi sistem biliaris serta
konsentrasi teh melati yang optimal sebagai cairan empedu tidak tampak jelas, terang dan
media kontras negatif oral MRCP. Studi phantom tegas sehingga sulit menemukan informasi yang
variasi berbagai teh dilakukan dengan diamati/ tidak tervisualisasi). Sedangkan untuk
menggunakan 6 phantom yaitu air (kontrol), teh intensitas sinyal lambung dan duodenum skala 1=
hitam, teh oolong, teh hijau, teh melati dan teh baik (tidak tampak intensitas sinyal lambung dan
hitam aroma vanilla. Selanjutnya dilakukan pula duodenum secara keseluruhan pada citra); 2 =
studi phantom variasi berbagai teh melati cukup (bagian dari lambung dan duodenum
komersial sebanyak 5 jenis. Masing-masing tampak intensitas sinyal yang tinggi dan tidak
phantom teh diisi sebanyak 2 gram teh yang mengganggu/ menyulitkan dalam pembacaan
diseduh dengan air panas (suhu 980C) 150 ml citra) dan 3 = buruk (bagian dari lambung dan
selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan scanning duodenum tampak intensitas sinyal yang tinggi
menggunakan sekuen 2D T2 HASTE thick-slab dan mengganggu/ menyulitkan dalam
MRCP. Hasil citra diukur sinyal dengan ROI (area pembacaan citra). Data hasil penilaian citra
1 cm2) dan dibandingkan dengan background noise. dianalisis menggunakan uji Friedman.
Citra yang dipilih yaitu citra SNR terendah atau Penilaian citra secara kuantitatif dilakukan
intensitas sinyal sama dengan level noise. dengan menghitung nilai SNR anatomi,
mengikuti rumus sebagai berikut:
Studi Sukarelawan
SNRstandar =
Subyek penelitian ini adalah sukarelawan Luas area ROI anatomi dan noise background
dengan kriteria inklusi sehat, berumur dewasa sebesar 1 cm2, sedangkan ROI duktus biliaris
muda 18-35 tahun, IMT normal 18,5-24,9 kg/m2, sesuai dengan ukuran duktus tersebut.
lingkar perut normal Asia (laki-laki <90 cm dan selanjutnya dilakukan penghitungan nilai CNR
perempuan <80 cm). Jumlah sampel pada kandung empedu-duodenum, CBD-duodenum,
penelitian sebanyak 15 sukarelawan sehat, yang CHD-duodenum, AV-duodenum dan MPD-
selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan MRCP lambung. Data hasil penilaian citra dianalisis
dengan persiapan standar masing-masing puasa 6 menggunakan uji Repeated Measures Anova.
jam sebelum pemeriksaan. Penelitian ini
dilakukan dengan pemberian minuman teh 3. Hasil dan Pembahasan
melati per oral sebanyak 4gram teh yang diseduh
yang diseduh dengan air panas (suhu 980C) 300 Hasil Penelitian
ml selama 10 menit. Variasi waktu scanning yang
digunakan 3 menit, 6 menit dan 9 menit. Pemilihan jenis teh celup dan konsentrasi
Kemudian dilakukan penilaian informasi citra teh melati yang optimal sebagai media kontras
MRCP sebelum dan sesudah pemberian negatif oral MRCP dilakukan scanning phantom
minuman teh melati per oral serta diharapkan teh dan diukur nilai SNR serta dilakukan uji di
memperoleh waktu scanning yang optimal dalam Laboraturium BBTPPI metode AAS pada
peningkatan citra MRCP. kandungan Mn pada setiap jenis teh tersebut.
Penilaian observer terhadap informasi citra
MRCP sistem biliaris dan gastrointestinal biliaris
antara sebelum dan setelah pemberian media
kontras negatif oral teh melati ditunjukkan pada
grafik sebagai berikut:
Gambar 1. Citra phantom lima jenis teh dan air
(kontrol) sekuen 2D T2W HASTE thick-slab MRCP (%)
nilai 1 (buruk) nilai 2 (cukup) nilai 3 (baik)
10
teh menunjukkan bahwa nilai SNR terendah dan 0 0 0
0
kandungan Mn tertinggi terdapat pada teh melati. Pre- Post-3 menit Post-6 menit Post-9 menit