Anda di halaman 1dari 10

EFEK SEDUHAN TEH MELATI SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA

KONTRAS NEGATIF ORALPADA PEMERIKSAAN MRCP

Hernastiti Sedya Utami*), Donny Kristanto Mulyantoro, Fatimah

Magister Terapan Kesehatan Imaging Diagnostik ; Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang

Abstrak

Cairan sistem gastrointestinal menghasilkan sinyal tinggi pada citra 2D T2 HASTE thick-slab MRCP
dapat terjadinya overlapping terhadap citra sistem biliaris sehingga menghasilkan pseudostriktur dan
kemungkinan dapat terjadi kesalahan pada pembacaan citra. Oleh karena itu, diperlukan media kontras
negatif oral alami dengan mengandung mineral mangan yang aman bagi pasien dan mudah ditemukan
untuk meningkatkan visualisasi sistem biliaris dan menekan intensitas sinyal tinggi gastrointestinal. Teh
melati merupakan jenis teh paling populer di Indonesia yang kaya akan kandungan mangan dan
memiliki harga yang terjangkau dan mudah dalam penyajiannya. Penelitian eksperimen ini dilakukan
pada citra MRCP sekuen 2D T2 HASTE thick-slab MRCP sebelum dan setelah pemberian minuman teh
melati per oral sebagai alternatif media kontras negatif dengan variasi waktu scanning 3 menit, 6 menit
dan 9 menit. Setelah pemberian teh melati per oral, informasi citra terdapat perbedaan signifikan dan
CNR MRCP mengalami peningkatan dibandingkan sebelum pemberian media kontras negatif oral.
Kualitas citra SNR lambung dan duodenum mengalami penekanan intensitas sinyal setelah pemberian
teh melati per oral, sedangkan SNR sistem biliaris tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Waktu
mulai scanning yang paling optimal adalah 3 menit setelah pemberian media kontras negatif oral teh
melati dengan volume 300 ml (0,648 mg/dl mangan).

Kata Kunci : MRCP, 2D T2 HASTE thick-slab, media kontras negatif oral, teh melati

Abstract

The gastrointestinal system fluid from wich of a high signal on the 2D T2 HASTE thick-slab MRCP
therefore overlapping the biliary system image and then results in a pseudostricure and the possibility
of mistake reading image. Therefore, natural negative oral contrast agent contains manganese minerals
are needed by patient-safe and are easily found to improve visualization of the biliary system and
suppress high signal intensity of gastrointestinal. Jasmine tea is the most popular type of tea in Indonesia
that is high manganese content and has an affordable price and is easy to serve. This experimental study
was conducted on 2D T2 HASTE thick-slab MRCP before and after administration of jasmine tea per oral
as an alternative to negative contrast agent with 3 minutes, 6 minutes and 9 minutes scanning time
variations. After administration of jasmine tea, image information has a significant difference and CNR
MRCP has increased compared to before giving negative oral contrast agent. SNR of gastric and
duodenal suppressed signal intensity after administration of jasmine tea, while there was no significant
difference in the SNR of biliary system. The optimal time to start scanning is 3 minutes after
administration of jasmine tea in 300 ml (0.648 mg/dl manganese).

Keywords: MRCP, 2D T2 HASTE thick-slab, negative oral contrast agent, jasmine tea

1. Pendahuluan satunya yaitu pemeriksaan magnetic resonance


pancreatography (MRCP) dalam menunjang
Pemanfaatan modalitas MRI efektif dalam diagnosis kelainan pada sistem biliaris
memeriksa bagian dalam tubuh dan memiliki (Frisch,2017).
kemampuan membuat citra potongan MRCP telah terbukti memiliki sejumlah
kroseksional dan dapat menegakkan diagnosa keunggulan dalam klinis sistem biliaris
yang detail dan akurat (Kuperman,2000), salah dibandingkan dengan ERCP yang merupakan

*) Penulis Korespondensi
E-email: hernastiti@gmail.com
standar referensi untuk pencitraan sistem dimeglumine, ferric ammonium citrate, manganese
pancreatobiliaris. MRCP memiliki sensitivitas dan chloride, superparamagnetic iron oxide, ferumoxsil,
spesifisitas cukup tinggi, hampir sama dengan barium sulphate dan ferric particles tetapi beberapa
ERCP, untuk menilai tingkat dan morfologi diantaranya sudah sulit untuk ditemukan
striktur bilier. Pemeriksaan MRCP memiliki dipasaran serta harganya relatif mahal dan
sensitivitas 96%, spesifitas 86% dan akurasi 90% rasanya tidak enak meskipun dapat
dalam menentukan obstruksi pada duktus menghasilkan hipointens yang baik pada T2W
biliaris, sedangkan dalam mendeteksi (Sharip,2016), sebagai solusinya telah dilakukan
koledokolitiasis, pemeriksaan MRCP memiliki beberapa penelitian untuk mencari alternatif
sensitivitas 86%, spesifitas 90% dan akurasi 89% media kontras negatif oral alami yang aman bagi
(Pressacco,2003). Dalam diagnosis penyakit pasien dan meminimalisir adanya efek alergi
jaringan lunak, MRCP adalah 100% sensitif terhadap bahan kimia pada pemeriksaan MRI,
dibandingkan dengan USG (80,77%), yang lebih yaitu dengan menggunakan bahan buah-buahan
sensitif daripada CT scan (54,55%), sehingga dan teh yang banyak mengandung mangan.
MRCP adalah pencitraan non invasif penting Penggunaan media kontras alami dari jus
dalam evaluasi pasien pra-operasi dengan ikterus blueberry dan nanas, beberapa diantaranya
obstruktif (Singh,2014). memiliki harga yang cukup mahal dan tidak
Indikasi patologi yang dapat didiagnosis tersedia di semua negara (Ghanaati,2011).
dengan MRCP adalah kolelitiasis, Minuman teh merupakan minuman paling
koledokolitiasis, kolesistitis akut, kolesistitis umum yang memiliki jumlah kandungan mineral
kronis, striktur common bile duct, pankreatitis akut, yang tinggi, terutama mangan (Wrobel,2000) dan
pankreatitis kronis, dan pseuodcyst pankreas. memiliki harga yang relatif rendah dan mudah
MRCP juga dapat menunjang kanker kandung dalam penyajiannya sehingga dapat dijadikan
empedu, cholangitis, cholangiocarcinoma, kanker alternatif media kontras negatif oral untuk
pankreas, kanker perimpullary dan anomali pemeriksaan MRCP (Ghanaati,2011). Teh melati
kongenital sistem duktal (Sonawane, 2018).. merupakan hasil kombinasi teh hijau dengan
Prosedur pemeriksaan MRCP umumnya bunga melati melalui proses pencampuran
menggunakan sekuen fast imaging T2W format 2D dengan takaran yang mampu menghasilkan
3D dengan navigator breath-hold atau trigger serta aroma teh yang khas dan merupakan jenis teh
dilakukan tanpa menggunakan media kontras. yang paling populer di Indonesia. Selain aroma
Cairan pada sistem gastrointestinal dapat terjadi wangi melati yang khas, teh melati memiliki
adanya overlapping terhadap sistem biliaris banyak kelebihan yang berpengaruh terhadap
sehingga dapat menghasilkan pseudostriktur. kesehatan (Gebretsadik,2010).
Cairan di dalam lambung atau duodenum juga Kandungan logam dalam daun teh juga
dapat menghasilkan pseudolesion pada saluran sangat bervariasi salah satunya tergantung pada
biliaris karena struktur anatomi yang saling negara atau wilayah teh tersebut berasal
berdekatan. Cairan yang terletak di lambung (Mulyaningsih,2010). Sebelum dilakukan
mungkin dapat disalah pahami sebagai cairan penelitian terhadap sukarelawan, peneliti
dalam duktus pankreatikus ectasia irreguler. Jika melakukan pengujian kandungan Mn dari
terdapat cairan dan udara pada duodenum berbagai jenis teh di Laboraturium Pengujian
kemungkinan dapat terjadi kesalahan pada Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
pembacaan citra patologi batu kandung empedu, Industri (BBTPPI) dengan metode Atomic
serta apabila terdapat divertikulum duodenum Absorption Spectrometry (AAS), kandungan Mn
maka pada citra dapat seperti massa kistik pada tertinggi terdapat pada teh melati yaitu sebesar
pankreas (Vitellas,2000; Hiroyuki,2001). 0,648 mg/dl dibandingkan dengan teh lainnya,
Permasalahan overlapping tersebut dapat yakni teh hitam 0,231 mg/dl, teh hitam aroma
diatasi menggunakan media kontras negatif per vanilla 0,227 mg/dl, teh oolong 0,143 mg/dl dan
oral. Kandungan mangan (Mn) pada media teh hijau 0,065 mg/dl.
kontras negatif dapat digunakan untuk Penelitian ini diharapkan memberikan
mempersingkat waktu relaksasi T2 sehingga alternatif media kontras negatif oral alami MRCP
mengurangi intensitas sinyal T2 cairan yang yang aman, harga terjangkau dan mudah
berada di dalam sistem gastrointestinal dan didapatkan di Indonesia serta dengan waktu
sistem biliaris (Riordan,2004; Ghaanati,2011). mulai scanning terbaik menggunakan teh melati.
Media kontras negatif oral yang digunakan
untuk pemeriksaan abdomen yaitu gadopentetate
2. Metode Penilaian citra MRCP secara kualitatif
dilakukan dengan mengggunakan kuesioner
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang diekspertisi oleh tiga dokter spesialis
eksperimental kategorik berpasangan dengan radiologi, yang selanjutnya dilakukan uji
rancangan penelitian Pretest-Posttest Group Design. interobserver cohen’s kappa. Kuisioner pada
Penelitian ini menggunakan sekuen 2D T2 HASTE anatomi sistem biliaris meliputi kandung
thick-slab MRCP dengan parameter pemeriksaan empedu, cystic duct, common bile duct, common
TR 4500 ms; TE 851 ms; FOV 250 mm; slice hepatic duct, intrahepatic duct, ampulla vateri dan
thickness 60 mm; slice gap 50%; matriks 320x224; main pancreatic duct dengan skala likert poin 1 =
flip angle 1800 dan menggunakan teknik breath hold baik (anatomi sistem biliaris serta cairan empedu
serta fat saturation. tampak sangat jelas, terang dan tegas); 2 = cukup
(struktur dan batas-batas tepi dinding anatomi
Studi Phantom sistem biliaris serta cairan empedu cukup tampak
jelas, terang dan tegas namun tidak sejelas yang
Studi phantom dilakukan untuk diberi nilai 3) dan 3=buruk (struktur dan batas-
menentukan jenis teh celup melati komersial dan batas tepi dinding anatomi sistem biliaris serta
konsentrasi teh melati yang optimal sebagai cairan empedu tidak tampak jelas, terang dan
media kontras negatif oral MRCP. Studi phantom tegas sehingga sulit menemukan informasi yang
variasi berbagai teh dilakukan dengan diamati/ tidak tervisualisasi). Sedangkan untuk
menggunakan 6 phantom yaitu air (kontrol), teh intensitas sinyal lambung dan duodenum skala 1=
hitam, teh oolong, teh hijau, teh melati dan teh baik (tidak tampak intensitas sinyal lambung dan
hitam aroma vanilla. Selanjutnya dilakukan pula duodenum secara keseluruhan pada citra); 2 =
studi phantom variasi berbagai teh melati cukup (bagian dari lambung dan duodenum
komersial sebanyak 5 jenis. Masing-masing tampak intensitas sinyal yang tinggi dan tidak
phantom teh diisi sebanyak 2 gram teh yang mengganggu/ menyulitkan dalam pembacaan
diseduh dengan air panas (suhu 980C) 150 ml citra) dan 3 = buruk (bagian dari lambung dan
selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan scanning duodenum tampak intensitas sinyal yang tinggi
menggunakan sekuen 2D T2 HASTE thick-slab dan mengganggu/ menyulitkan dalam
MRCP. Hasil citra diukur sinyal dengan ROI (area pembacaan citra). Data hasil penilaian citra
1 cm2) dan dibandingkan dengan background noise. dianalisis menggunakan uji Friedman.
Citra yang dipilih yaitu citra SNR terendah atau Penilaian citra secara kuantitatif dilakukan
intensitas sinyal sama dengan level noise. dengan menghitung nilai SNR anatomi,
mengikuti rumus sebagai berikut:
Studi Sukarelawan
SNRstandar =
Subyek penelitian ini adalah sukarelawan Luas area ROI anatomi dan noise background
dengan kriteria inklusi sehat, berumur dewasa sebesar 1 cm2, sedangkan ROI duktus biliaris
muda 18-35 tahun, IMT normal 18,5-24,9 kg/m2, sesuai dengan ukuran duktus tersebut.
lingkar perut normal Asia (laki-laki <90 cm dan selanjutnya dilakukan penghitungan nilai CNR
perempuan <80 cm). Jumlah sampel pada kandung empedu-duodenum, CBD-duodenum,
penelitian sebanyak 15 sukarelawan sehat, yang CHD-duodenum, AV-duodenum dan MPD-
selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan MRCP lambung. Data hasil penilaian citra dianalisis
dengan persiapan standar masing-masing puasa 6 menggunakan uji Repeated Measures Anova.
jam sebelum pemeriksaan. Penelitian ini
dilakukan dengan pemberian minuman teh 3. Hasil dan Pembahasan
melati per oral sebanyak 4gram teh yang diseduh
yang diseduh dengan air panas (suhu 980C) 300 Hasil Penelitian
ml selama 10 menit. Variasi waktu scanning yang
digunakan 3 menit, 6 menit dan 9 menit. Pemilihan jenis teh celup dan konsentrasi
Kemudian dilakukan penilaian informasi citra teh melati yang optimal sebagai media kontras
MRCP sebelum dan sesudah pemberian negatif oral MRCP dilakukan scanning phantom
minuman teh melati per oral serta diharapkan teh dan diukur nilai SNR serta dilakukan uji di
memperoleh waktu scanning yang optimal dalam Laboraturium BBTPPI metode AAS pada
peningkatan citra MRCP. kandungan Mn pada setiap jenis teh tersebut.
Penilaian observer terhadap informasi citra
MRCP sistem biliaris dan gastrointestinal biliaris
antara sebelum dan setelah pemberian media
kontras negatif oral teh melati ditunjukkan pada
grafik sebagai berikut:
Gambar 1. Citra phantom lima jenis teh dan air
(kontrol) sekuen 2D T2W HASTE thick-slab MRCP (%)
nilai 1 (buruk) nilai 2 (cukup) nilai 3 (baik)

Tabel 1. Hasil nilai SNR phantom dan Mn jenis teh 100


Jenis teh celup Nilai SNR Mn (mg/dl) 90
Air (kontrol) 2914,98±92,14 - 80 72,4
Teh hitam 175,71±5,17 0,231 70
70,5
66,7

Teh hijau 1033,12±7,86 0,065 60


58,1

Teh oolong 595,76±2,47 0,143 50


Teh melati 58,53±2,59 0,648 40
29,5 33,3
Teh hitam vanilla 423,31±16,77 0,227 30 27,6
16,7
Hasil uji SNR dan Mn pada berbagai jenis 20 15,2

10
teh menunjukkan bahwa nilai SNR terendah dan 0 0 0
0
kandungan Mn tertinggi terdapat pada teh melati. Pre- Post-3 menit Post-6 menit Post-9 menit

Gambar 4. Grafik penilaian observer terhadap


informasi citra MRCP sistem biliaris antara
sebelum dan setelah pemberian media kontras
negatif oral teh melati pada variasi waktu mulai
Gambar 2. Citra phantom lima jenis teh melati scanning 3, 6 dan 9 menit
komersial sekuen 2D T2W HASTE thick-slab MRCP Berdasarkan gambar 4, terlihat citra sistem
Nilai SNR terendah terdapat pada phantom biliaris setelah pemberian media kontras negatif
teh melati jenis-1 (58,53±2,59) dibandingkan teh oral teh melati mengalami peningkatan visualisasi
melati jenis-2 (61,71±2,33), jenis-3 (175,09±2,61), citra yang seelumnya mayoritas nilai 1 (buruk)
jenis-4 (101,76±3,99) dan jenis-5 (106,15±4,30), menjadi dominan nilai 3 (baik).
yang kemudian teh melati jenis-1 digunakan
nilai 1 (buruk) nilai 2 (cukup) nilai 3 (baik)
terhadap sukarelawan. (%)

Perbedaan informasi citra MRCP sebelum 100 100


96,7
100
dan setelah pemberian media kontras negatif oral 90
teh melati dengan variasi waktu scanning yang 80

digunakan 3 menit, 6 menit dan 9 menit secara 70 66,7

kualitatif dapat dilihat secara visual grading oleh 60


50
observer (dokter spesialis radiologi) untuk 40
menilai citra anatomi yang dihasilkan dan 30

dilakukan uji statistik Friedman. 20


10
10 3,3
0 0 0 0 0 0
0
Pre- Post-3 menit Post-6 menit Post-9 menit

Gambar 5. Grafik penilaian observer terhadap


informasi citra MRCP sistem gastrointestinal
antara sebelum dan setelah pemberian media
kontras negatif oral teh melati pada variasi waktu
mulai scanning 3, 6 dan 9 menit
Pada gambar 5, sebelum pemberian teh
melati citra sistem gastrointestinal keseluruhan
memiliki nilai 1 (buruk), sedangkan setelah
pemberian teh melati dominan memiliki nilai 3
Gambar 3. Citra MRCP T2 HASTE thick-slab
(baik) dan bahkan tidak terdapat nilai 1 (buruk).
MRCP pre- (A), variasi waktu 3 menit (B), 6 menit
(C) dan 9 menit (D)
Tabel 2. Hasil Uji Friedman informasi citra MRCP Berikut hasil uji SNR citra MRCP sebelum
sistem biliaris dan setelah pemberian teh melati:
p-value Tabel 4. Hasil Uji Repeated Measures Anova SNR
Variasi Mean
Kriteria Per
waktu rank keseluruhan MRCP sistem biliaris
anatomi
p-value
Pre- 2,30 Variasi
KE 0,308 Kriteria Mean±SD Ana- Keselu-
Post-3’ 2,57 waktu
tomi ruhan
Post-6‘ 2,57 Pre- 244,14±6,93
Post-9’ 2,57 KE 0,208
Post-3’ 240,73±6,15
Pre- 1,30
CD p < 0,001** Post-6‘ 236,15±2,37
Post-3’ 3,00 Post-9’ 233,69±6,85
Post-6‘ 2,87 Pre- 47,87±1,59
Post-9’ 2,83 CD 0,298
Post-3’ 46,87±3,83
Pre- 1,17
CBD p < 0,001** Post-6‘ 45,71±6,58
Post-3’ 3,03 Post-9’ 44,92±6,32
Post-6‘ 2,90 Pre- 53,12±1,64
Post-9’ 2,90 CBD 0,076
Post-3’ 47,76±1,26
Pre- 1,87
CHD 0,003* Post-6‘ 48,17±3,17
Post-3’ 2,77 p < 0,001** Post-9’ 49,33±2,46
Post-6‘ 2,73 Pre- 69,96±7,23
Post-9’ 2,63 CHD 0,937
Post-3’ 69,25±8,27 0,076
Pre- 2,43
IHD 0,836 Post-6‘ 69,14±3,77
Post-3’ 2,57
Post-9’ 70,18±8,98
Post-6‘ 2,57
Pre- 52,71±6,82
Post-9’ 2,43 IHD 0,721
Post-3’ 55,60±6,28
Pre- 1,30
AV p < 0,001** Post-6‘ 53,07±7,10
Post-3’ 2,80
Post-9’ 53,76±6,44
Post-6‘ 3,00
Pre- 40,01±2,92
Post-9’ 2,90 AV 0,370
Post-3’ 41,02±4,18
Pre- 1,57
MPD p < 0,001** Post-6‘ 41.64±3,32
Post-3’ 3,03 Post-9’ 38,77±0,47
Post-6‘ 2,77 Pre- 33,93±9,65
Post-9’ 2,63 MPD 0,328
Post-3’ 35,65±2,09
* = p < 0,05, tidak ada perbedaan yang signifikan Post-6‘ 35.54±2,13
antara pre dan post pemberian teh melati Post-9’ 33,22±9,91
** = p < 0,001, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara pre dan post pemberian teh melati SNR sistem biliaris baik secara keseluruhan
Terdapat adanya perbedaan signifikan maupun per kriteria anatomi tidak terdapat
pada anatomi CD, CBD, CHD, AV dan MPD. perbedaan (p>0,05). Sedangkan SNR sistem
Anatomi KE dan IHD tidak ada perbedaan. Secara gastrointestinal mengalami penurunan intensitas
keseluruhan, terdapat perbedaan bermakna sinyal sehingga terdapat perbedaan signifikan
informasi citra MRCP antara sebelum dan setelah antara sebelum dan sesudah pemberian teh melati
pemberian teh melati. Sedangkan penilaian citra per oral pada pemeriksaan MRCP (lihat tabel 5).
lambung dan duodenum sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Repeated Measures Anova SNR
Tabel 3. Hasil Uji Friedman informasi citra MRCP MRCP sistem gastrointestinal
sistem gastrointestinal p-value
Variasi
Kriteria Mean±SD Ana- Keselu-
p-value waktu
Variasi Mean tomi ruhan
Kriteria Per Keselu-
waktu rank Pre- 308,32±9,77
anatomi ruhan lambung p < 0,001
Pre- 1,00 Post-3’ 10,43±4,82
lambung p < 0,001 Post-6‘ 13,39±6,05
Post-3’ 3,13
Post-9’ 15,28±7,30
Post-6‘ 3,03 p < 0,001
duode- Pre- 302,59±4,25
Post-9’ 2,83 p < 0,001
p < 0,001 num Post-3’ 17,36±5,17
duode- Pre- 1,00
p < 0,001 Post-6‘ 16,27±6,17
num Post-3’ 3,00
Post-9’ 19,69±5,64
Post-6‘ 3,00
Post-9’ 3,00
Selain SNR,terdapat kualitas citra CNR nilai SNR terendah dan kandungan Mn tertinggi
yang merupakan selisih dari anatomi sistem yakni terdapat pada phantom teh melati (jenis teh
biliaris dengan gastrointestinal yang saling melati komersial ke-1; SNR= 58,53±2,59 dan Mn=
berdekatan. Hasil uji statistik nilai CNR 0,648 mg/dl) dibandingkan dengan jenis teh
ditunjukkan pada tabel 6, sebagai berikut: lainnya. Selanjutnya teh melati tersebut
Tabel 6. Hasil Uji Repeated Measures Anova CNR digunakan terhadap sukarelawan penelitian.
MRCP Berdasarkan hasil penelitian terhadap
p-value sukarelawan, terdapat perbedaan informasi citra
Variasi
Kriteria Mean±SD Ana- Keselu- MRCP sebelum dan setelah pemberian minuman
waktu
tomi ruhan teh melati per oral sebagai alternatif media
KE – Pre- -56,19±1,66 kontras negatif dengan variasi waktu mulai
p < 0,001
duo Post-3’ 223,37±6,42 scanning 3 menit, 6 menit dan 9 menit dengan p-
Post-6‘ 219,88±6,58 value<0,001. Perbedaan tersebut ditandai dengan
Post-9’ 214±7,29
adanya penurunan intenistas sinyal lambung dan
CBD – Pre- -249,47±9,8
p < 0,001 duodenum.
duo Post-3’ 30,41±4,96
Pada sebelum pemberian media kontras
Post-6‘ 31,91±8,67
Post-9’ 29,64±8,61 negatif teh melati per oral, terlihat sinyal yang
CHD – Pre- -232,63±11,09 tinggi pada organ lambung dan duodenum
p < 0,001 sehingga sistem biliaris tampak overlapping
duo Post-3’ 51,89±3,26 p < 0,001
Post-6‘ 52,88±1,64 terutama pada bagian anatomi kandung empedu,
Post-9’ 50,48±2,03 CBD, CHD, AV dan MPD yang menghasilkan
AV – Pre- -262,58±13,18 citra yang tidak jelas. Sekuen T2 HASTE koronal
p < 0,001
duo Post-3’ 23,66±8,52 thickslab merupakan sekuen gold standard dalam
Post-6‘ 25,37±7,96 pemeriksaan MRCP yang memiliki nilai TE
Post-9’ 19,08±7,83 panjang sehingga waktu yang diperlukan untuk
MPD - Pre- -292,38±13,58 decay hingga 37% dari nilai awalnya (proses spin
p < 0,001
lambung Post-3’ 21,49±1,19 spin relaxation) memberikan tingkat penyangatan
Post-6‘ 21,37±1,03
yang tinggi pada gambaran fluida lambung dan
Post-9’ 17,04±9,75
duodenum ketika tidak menggunakan media
Dari hasil tabel di atas, menunjukkan nilai kontras oral negatif.
CNR antara KE-duodenum, CBD-duodenum, Pemaksimalan penekanan intensitas pada
CHD-duodenum, AV-duodenum dan MPD gastrointestinal setelah pemberian media kontras
lambung memiliki perbedaan yang signifikan oral negatif dapat dipengaruhi oleh penggunaan
dengan nilai p-value < 0,001. nilai TE yang panjang. Semakin panjang
parameter waktu TE yang digunakan maka media
PEMBAHASAN kontras oral negatif teh melati akan semakin
menekan intensitas sinyal lambung dan
Pencitraan sistem biliaris dalam prosedur duodenum. Akan tetapi apabila nilai TE terlalu
pemeriksaan MRCP dapat ditingkatkan dengan panjang maka akan menyebabkan adanya artefak
menggunakan media kontras negatif oral. Media (noise) pada citra. Ketepatan dalam pengaturan
kontras tersebut dapat menghilangkan instensitas nilai TE sangat penting, nilai TE yang digunakan
sinyal fluida yang terang dari organ yang terdekat pada penelitian ini sebesar 851 ms. Sesuai dengan
dengan sistem biliaris. Beberapa media kontras penelitian sebelumnya, pada sekuens T2 HASTE
negatif oral buatan tidak diterima dengan baik coronal thick-slab nilai TE yang optimal antara 800-
karena memiliki keterbatasan harga yang relatif 1000 ms untuk penekanan intensitas sinyal
tinggi dan rasa yang tidak enak serta gastrointenstinal dengan menggunakan teh
kemungkinan efek samping. rosella (Varavithya,2005). Riordan dkk
Teh di Indonesia belum sepenuhnya diuji menggunakan TE 800 ms dengan media kontras
kandungannya, sehingga perlu dievaluasi dari negatif oral jus nanas (Riordan,2004) dan
segi penampilan dan kemampuan untuk Govindarajan dkk juga menggunakan TE sebesar
bertindak sebagai media kontras negatif oral 800 ms menggunakan sirup kurma
dengan cara dilakukan scanning phantom dan uji (Govindarajan,2014). Sedangkan Fatimah dkk
kandungan mineral Mn. Berdasarkan hasil menggunakan TE cukup panjang namun hanya
penelitian, media kontras negatif oral yang baik 700 ms dikarenakan keterbatasan pengubahan
digunakan pada MRCP adalah yang memiliki pengaturan parameter sehingga penenekanan
sinyal gastrointestinal oleh teh oolong kurang pada gastrointestinal (Varavithya,2005;
optimal dikarenakan jumlah mangan yang Tang,2013; Fatimah,2018).
sedang (Fatimah,2018). Hiraishi dkk Perbedaan yang signifikan antara sebelum
menggunakan TE pendek 70 ms yang pemberian media kontras dan setelah media
menghasilkan citra MRCP cukup optimal namun kontras pada citra MRCP dikarenakan adanya
membutuhkan konsentrasi kandungan mangan penekanan intensitas sinyal lambung dan
jus blueberry yang cukup tinggi (Riordan,2004). duodenum yang sebelumnya tampak hiperintens
Formulasi media kontras negatif per oral menjadi hipointens. Akan tetapi, tidak terdapat
teh melati mengandung mangan sehingga perbedaan yang signifikan antara variasi waktu
mengakibatkan penurunan tingkat intensitas scanning 3 menit, 6 menit, dan 9 menit setelah
sinyal pada lumen gastrointestinal lambung dan pemberian media kontras.
duodenum yang merupakan rute utama Pada variasi ke-3 menit tampak media
penyerapan mineral mangan. Unsur mangan kontras negatif oral telah memasuki lambung dan
memiliki sifat paramagnetik seperti media duodenum yang ditandai dengan adanya
kontras buatan yang umum digunakan yaitu penurunan intensitas sehingga sistem biliaris
gadolinium, media kontras tersebut mampu tampak lebih jelas dan tidak overlapping dengan
memperpendek waktu relaksasi sekuen T2W dan gastrointestinal. Sedangkan pada menit ke-6,
mengurangi intensitas sinyal untuk menghasilkan tampak media kontras teh melati tersebut sudah
sinyal gelap pada citra. Meskipun gadolinium turun hingga duodenum inferior dan pada bagian
telah menjadi pilihan paling populer di antara lambung tampak sedikit lebih keabu-abuan
logam paramagnetik dan dapat digunakan dibandingkan menit ke-3.
sebagai media kontras oral MRCP, namun Pada variasi waktu scanning ke- 9 menit,
dikaitkan dengan kondisi medis efek samping bagian lambung tampak lebih hiperintense
nephrogenic systemic fibrosis (NSF) berpotensi dibandingkan menit ke-6. Intensitas pada
berbahaya yang diamati pada beberapa pasien lambung yang menjadi tampak sedikit lebih
(Martin,2010). keabu-abuan kembali dikarenakan sebagian
Kandungan mangan pada media kontras media kontras negatif teh melati yang sudah
negatif oral alami teh melati (4 gram) tersebut mulai turun dari lambung ke duodenum.
berdasarkan penelitian uji laboratorium Atomic Sementara itu, pada manusia refleks menelan
Absorption Spectrometry (AAS) dalam 300 ml memakan waktu sekitar 1-3 detik, disisi lain,
sebanyak 1,944 mg (0,648 mg/dl) yang terbukti adanya cairan yang diproduksi oleh lambung dan
mampu menekan intensitas sinyal lambung dan adanya refleks cairan ludah yang tertelan dan
duodenum. Volume teh melati sebanyak 300 ml masuk ke lambung dapat menimbulkan intensitas
dikarenakan rata-rata sukarelawan penelitian sinyal terang pada lambung.
mampu mentoleransi meminum teh melati Citra antara sebelum dan setelah
sebanyak kisaran volume tersebut, meskipun rata- pemberian teh melati per oral pada anatomi
rata kapasitas lambung orang dewasa sekitar 1500 kandung empedu dan IHD tidak terdapat
ml. perbedaan, sedangkan pada CD, CBD, CHD, AV
Hasil penelitian sebelumnya yang dan MPD terdapat perbedaan signifikan.
menggunakan media kontras negatif per oral Kandung empedu mengandung cairan empedu
alami berbasis mangan pada pemeriksaan MRCP sehingga baik pre- maupun post- tetap tampak
yang dilakukan oleh Hiraishi dkk pada jus hiperintens. Sedangkan anatomi IHD tidak terlalu
blueberry dalam 300-500 ml sebanyak 9-15 mg (3,0 berdekatan dengan gastrointestinal sehingga
mg/dl) dan Riordan dkk dalam 400 ml sebesar pada citra pre- tidak tampak overlapping dengan
11,04 mg (2,76 mg/dl) pada jus nanas anatomi lambung maupun duodenum. Anatomi
penelitiannya (Riordan,2004). Sedangkan besar CD, CBD, CHD, AV dan MPD pada citra pre-
kandungan mangan penelitian media kontras terkadang tidak tampak dikarenakan ukurannya
negatif oral sebelumnya dengan menggunakan yang tipis dan homogen serta overlapping dengan
bahan minuman teh yaitu pada teh bunga rosella lambung dan duodenum, akan tetapi setelah
(4 gram) dalam 480 ml sebanyak 1,28 mg Mn pemberian media kontras negatif oral teh melati
(0,267 mg/dl), teh hitam (6 gram) yang dalam 250 citra tampak lebih jelas dan tegas.
ml sebanyak 2,345 mg Mn (0,938 mg/dl) dan teh Dari segi kualitas citra SNR, tampak tidak
oolong dalam 400 ml sebanyak 0,9 mg Mn (0,225 adanya perbedaan antara sebelum dan setelah
mg/dl) dapat memperlihatkan gambaran sistem pemberian media kontras pada anatomi sistem
biliaris dan menurunkan intesitas sinyal tinggi biliaris. Hal tersebut dikarenakan kandungan
mangan tidak melalui sistem biliaris akan tetapi 5. Ucapan Terima Kasih
diserap baik melalui usus pada sistem pencernaan
sehingga pada lambung dan duodenum tampak Terimakasih disampaikan kepada semua
hipointense dengan ditandainya penurunan nilai pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan
SNR yang signifikan setelah pemberian media penelitian.
kontras.
Berkaitan dengan nilai CNR yang 6. Daftar Pustaka
merupakan nilai selisih SNR antar anatomi sistem
biliaris dan gastrointestinal yang saling Fatimah, Suwondo A, Sugiyanto, Rjiani I. (2018).
berdekatan, adanya peningkatan nilai CNR Oolong tea drink as an Alternative to oral
disebabkan adanya kompresi sinyal yang dinamis negatif contrast media in magnetic resonance
pada gastrointenstinal sehingga pada anatomi cholangio pancreatography (MRCP). Indian
sistem biilliaris yang sudah relatif hiperintens Journal of Public Health Research &
akan mengalami nilai CNR yang cukup Development. Vol 9:9
meningkat signifikan dibandingkan dengan tanpa Frisch A, Walter TC, Hamm B, Denecke T. (2017).
pemberian media kontras negatif oral teh melati. Efficacy of oral contrast agents for upper
Variasi waktu mulai scanning paling gastrointestinal signal suppression in
optimal adalah 3 menit setelah pemberian media MRCP: A systematic review of the literature.
kontras negatif teh melati per oral, media kontras Acta Radiol Open. 6(9):205846011772731.
mampu mencapai lambung dan duodenum Gebretsadik DW, Chandravanshi BS. (2010).
karena tingkat kepekatan minuman yang rendah Levels of Metals in Commercially Available
sehingga proses perjalanan media kontras menuju Ethiopian Black. Bull Chem Soc Ethiop.
saluran gastrointestinal cepat dan mampu 2010;24(3):339–49.
menekan intensitas sinyal lambung dan Ghanaati H, Rokni-Yazdi H, Jalali AH,
duodenum yang maksimal sehingga citra sistem Abahashemi F, Shakiba M, Firouznia K.
biliaris mengalami peningkatan intensitas sinyal (2011). Improvement of MR
yang optimal dan kejelasan anatomi. cholangiopancreatography (MRCP) images
after black tea consumption. Eur Radiol.
4. Simpulan dan Saran 21(12):2551–7.
Govindarajan A, Lakshmanan PM, Sarawagi R,
Perlakuan variasi waktu mulai scanning 3 Prabhakaran V. (2014). Evaluation of date
menit, 6 menit dan 9 menit setelah pemberian syrup as an oral negative contrast agent for
minuman teh melati per oral sebagai alternatif MRCP. AJR Am J Roentgenol. 203(5):1001–5.
media kontras negatif terdapat perbedaan dengan Hiroyuki I, Hiroshi H,Toshiro K, Kengo Y, Hitoshi
meningkatnya informasi citra dan kualitas citra A, Kenji S dan Kouji M. (2001). Pitfalls in MR
CNR MRCP dibandingkan sebelum pemberian Cholan- giopancreatographic. Source. RSNA.
media kontras teh melati. Kualitas citra MRCP 23–37.
SNR sistem biliaris pada sebelum dan setelah Kuperman V. (2000). Magnetic Resonance Imaging:
pemberian minuman teh melati tidak terdapat Physical Principles and Applications. USA:
perbedaan. Sedangkan SNR sistem Academic Press.
gastrointestinal terdapat perbedaan yang Martin DR. (2010). Nephrogenic Systemic Fibrosis
menghasilkan penekanan intensitas sinyal pada and Gadolinium-Enhanced Magnetic
organ lambung dan duodenum. Waktu mulai Resonance Imaging: Does a US Food and
scanning yang paling optimal adalah 3 menit Drug Administration Alert Influence Practice
setelah pemberian minuman teh melati 300 ml Patterns in CKD? Am J Kidney Dis. 56(3):427-
dan kandungan Mn 1,944 mg (0,648 mg/dl). 430.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk Mulyaningsih, Rina Th. (2010). Analisis
melakukan pengujian perbedaan informasi citra Kandungan Unsur Esensial dan Toksis
MRCP dari beberapa teh melati komersial, Dalam Teh dan Air Seduhannya dengan
khususnya pada teh melati-1 dan teh melati-2 Aktivasi Neutron. ISSN 1411-240X. Nomor:
terhadap pasien atau sukarelawan. Disarankan 266/AUI/P2MBI/05/2010
pula untuk melakukan penelitian dengan Pressacco JC, Reinhold, Barkun N. (2003)
memperbanyak variasi volume media kontras Accuracy of MRCP vs . ERCP in the
negatif oral atau dilakukan pada pasien dengan Evaluation of Patients with Bile Duct
indikasi/ patologi tertentu pada sistem biliaris. Obstruction in the Setting of a Randomized
Clinical. Methods;11. Sonawane S, Bagale S, Patil S. (2018). Original
Riordan RD, Khonsari M, Jeffries J, Maskell GF, Research Article MRCP – A Problem Solving
Cook PG. (2004). Pineapple juice as a Diagnostic Tool in Pancreaticobiliary
negative oral contrast agent in magnetic Pathologies. 3(1):138–42.
resonance cholangiopancreatography: A Varavithya V, Phongkitkarun S, Jatchavala J,
preliminary evaluation. Br J Radiol. Ngeonthom S, Sumetchotimaytha W,
77(924):9,91–9. Leelasithorn V. (2005). The efficacy of roselle
Sharip H, Azmi NN, Supar R. (2016). Different (Hibicus sabdariffa Linn.) flower tea as oral
Types of Commercial Fruit Juices in Malaysia negative contrast agent for MRCP study. J
as Alternative Negative Oral Contrast Agent Med Assoc Thai. 2005;88 Suppl 1(May).
on Phantom Image Quality in Magnetic Vitellas KM, Keogan MT, Spritzer CE, Nelson RC.
Resonance Cholangiopancreatography (2000). MR Cholangiopan- creatography of
(MRCP). Int J Heal Sci Res.6(7):281–5. Bile and Pancreatic Duct Abnormalities with
Singh A, Mann HS, Thukral CL, Singh NR. (2014). Emphasis on the Single-Shot Fast Spin-Echo
Diagnostic accuracy of MRCP as compared to Technique 1. 43210:959–75.
ultrasound/CT in patients with obstructive
jaundice. J Clin Diagnostic Res.8(3):103–7.

Anda mungkin juga menyukai